Anda di halaman 1dari 19

Konsep Bayi Baru Lahir Normal

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
(Rochmah, dkk, 2012;1)
Beberapa pengertian lain tentang bayi baru lahir:
1. Bayi baru lahir (newborn [Inggris] atau neonatus [Latin]) adalah bayi yang
baru dilahirkan sampai dengan usia 4 minggu.
2. BBL normal adalah bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan cukup bulan
(dari kehamilan 37-42 minggu) dan berat badan lahir 2500 gram samapai
4000 gram dan tanpa tanda-tanda asfiksia dan penyakit penyerta lainnya.
3. Neonatal dini adalah BBL sampai dengan usia 1 minggu.
4. Neonatal lanjut adalah BBL dari usia 8-28 hari.
(Sari Wahyuni, 2011;1)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram.

(Maryunani, 2008. ; 133)

Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal (Sari Wahyuni, 2011;4)


1. Berat badan                     : 2500 – 4000 gram
2. Panjang badan                 : 48 – 52 cm
3. Lingkar kepala                 : 33 – 35 cm
4. Lingkar dada                   :  30 – 38 cm
5. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 denyut/menit, kemudian
menurun sampai 120 sampai 140 denyut/menit
6. Pernafasan pada menit pertama cepat kira-kira 80kali/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira-kira 40kali/menit
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan
diliputi vekniks kaseosa
8. Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasanya biasanya telah
sempurna
9. Kuku telah agak panjang dan lunak
10. Genetalia: labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), testis
sudah turun (pada laki-laki)
11. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Refleks moro sudah baik, bayi ketika terkejut akan memperlihatkan gerakan
tangan seperti memeluk
13. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 48 jam pertama,
mekonium berwarana hitam kecoklatan.

2. Adaptasi Bayi Baru Lahir (Deslidel, dkk, 2011;1-7)


Bayi yang lahir akan mengalami adaptasi sehingga yang semula bersifat bergantung
kemudian menjadi mandiri secara fisiologis, karena:
1. mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya
2. mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup
3. dapat mengatur suhu tubuh
4. dapat melawan setiap penyakit dan infeksi
a. Sistem Pernafasan
Seiring wakttu, pada usia 8 bulan bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya buktyi gerakan nafas sepanjang
trimester I dan III. Ketidakmatangan paru akan mengurangi peluang kelangsungan
hidup bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu karena keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru dan tidak cukupnya jumlah
sulfaktan.
Nafas pertama dipengaruhi oleh 2 faktor yang berperan ada rangsangan nafas bayi :
1. hipoksia yang berperan pada rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
2. tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru selama
persalinan yang merangsang masuknya udara ke dalam paru secara mekanis.
Upaya bernafas pertama seorang bayi adalah untuk mengeluarkan cairan dalam
paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru. Agar alveolus bisa berfungsi,
harus terdapat cukup sulfaktan dan aliran darah ke paru. Produksi sulfaktan di
mulai pada usia 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai
paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Sulfaktan ini mengurangi tekanan
permukaan paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak
kolaps pada akhir pernafasan. Sulfaktan adalah lipoprotein yang dihasilkan oleh
sel tipe II pneumosit yang melapisi alveolus.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Untuk menciptakan sirkulasi yang
baik guna mendukung kehidupan di luar rahim tercadi 2 perubahan besar yaitu :
penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus
antara arteri pulmonali dan aorta. Rangsangan untuk bernafas berasal dari:
1) kompresi toraks janin pada proses kelahiran sedikit mendesak cairan
dari saluran pernafasan (1/3 atau ¼ kapasitas residu) sehingga
memperluas ruangan untuk masuknya udara dan mempercepat
pengeluaran air dari alveolus.
2) Rangsangan fisik ketika penanganan bayi selama persalinan dan kontak
dengan permukaan yang relativ kasar di yakini merangasang pernafasan
secara refleks dari kulit.
3) Rangsangan berupa dingin, gravitasi, nyeri, cahaya, atau suara.
b. Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir:
a) Tali pusat di potong >> duktus venosus menutup, resistensi vaskular sistemik
meningkat.
b) Tarikan nafas>> tekanan oksigen meningkat>> resistensi vaskular paru menurun>>
sirkulasi darah ke paru meningkat>> aliran darah balik dari paru meningkat>>
tekanan atrium kiri meningkat>> foramen ovale menutup
c) Duktus arteriosus sensitif terhadap kadar oksigen dalam darah >> PO 2darah
meningkat>> duktus arteriosus menutup. Darah miskin oksigen>> vena cava inferior
atau superior>> atrium kanan>> ventrikel kanan>> arteri pulmonalis>> pertukaran
oksigen dan karbon dioksida di paru>> darah kaya oksigen>> vena pulmonalis>>
atrium kiri>> ventrikel kiri>> aorta>> sirkulasi sistemik>> vena cava
superior/inferior>> seterusnya
c. Sistem Gastrointestinal
Setelah lahir gerakan usus bayi mulai aktif, sehingga memerlukan enzim pencernaan dan
kolonisasi bakteri di usus pofitif. Syarat pemberian minum adlah sirkulasi baik, bising
usus positif, tidak ada kembung, pasase mekonium positif, tidak ada sesak nafas dan
muntah.
Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk sejak lahir. Kemampuan bayi untuk
menelan dan mencerna susu masih terbatas. Hubungan antara esofagus dan lambung
masih belum sempurna (gumoh) dan kapsitas lambung masih terbatas ( 30 cc)
Dua sampai tiga hari pertama kolon berisi mekonium yang lunak berwarna hijau
kecoklatan yang berasal dari saluran usus dan tersusun atas mukus dan sel epidermis.
Beberapa jam sebelum lahir usus masih steril, tetapi setelah bakteri menyerbu masuk.
Pada hari ketiga atau keempat mekonium menghilang.

d. Sistem Ginjal
Janin membuang toksin dan homeostasis cairan atau elektrolit melalui plasenta. Setelah
lahir ginjal berperan dalam homeostesis cairan atau elektrolit. Lebih dari 90 % bayi
berkemih dalam usia 24 jam, dan memproduksi urine 1-2 ml/kg/jam. Pematangn gijal
berkembang sampai usia gestasi 36 minggu.

e. Sistem Hati
Fungsi hati adalah metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan sam empedu. Hati juga
memiliki fungsi ekskresi (aliran empedu) dan detoksifikasi obat atau toksin. Bila
menemukan bayi kuning lebih hdari 2 minggu dan feses berbentuk dempul ada
kemungkinan terjadi atresia biliari uyang memerlukan operasi segera sebelum berusia 8
minggu. Bilirubin saat lahir antara 1,8-2,8 mg/ dl yang dapat meningkat sampai 5 pada
hari ke 3 atau hari ke 4 karena imaturitas sel hati.

f. Sistem Neurologi
Bayi telah dapat melihat dan mendengar sejak baru lahir sehingga membutuhkan
stimulasi suara dan penglihatan. Setelah lahir jumlah dan ukuran sel syaraf tidak
bertambah. Pembentukan sinaps terjadi secara progresif sejak lahir sampai 2 tahun.
Mielinisasi (perkembangan serabut mielin) terjadi sejak janin 6 bulan sampei dewasa.
Golden period mulai trimester III sampai usia 2 tahun pertambahan lingkar kepala (saat
lahir rata-rata 36 cm, usia 6 bulan 44 cm, usia 1 tahun 47 cm, usia 2 tahun 49 cm, usia 5
tahun 51 cm, dewasa 56 gcm). Saat lahir bobobt otak 25% dari berat dewasa, usia 6 bulan
hampir 50%, usia 2 tahun 70%, usi 5 tahun 90%, usia 10 tahun 100%.

g. Sistem imunologi
Sel fagosit, granulosit, monosi mulai berkembang sejak usia gestasi 4 bulan. Setelah lahir
imunitas neonatus cukup bulan lebih rendah dari orang dewasa. Usia 3-12 bulan adalah
keadaan imunodefisiensi sementara sehingga bayi mudah terkena infeksi. Neonatus
kurang bulan memiliki kulit yang masih rapuh, membran mukosa yang mudah cedera,
pertahanan tubuh lebih rendah sehingga resiko terinfeksi lebih besar.
Perubahan beberapa kekebalan alami meliputi perlindungan oleh kulit membran mukosa,
fungsi jaringan saluran napas, pembentukan koloni mikrobe oleh kulit dan usus, dan
perlindungan kimia oleh asam lambung.

3. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir


Penatalaksanaan awal bayi baru lahir (Menurut buku Asuhan Persalinan Normal Revisi
2007)
1. Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi saat melakukan penanganan bayi baru lahir :
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan bayi.
b. Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan.
c. Pastikan semua peralatan telah didensifeksi tingkat tinggi / steril.
d. Pastikan benda-benda lain yang bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih.
2. Penilaian awal
Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir secara cepat dan tepat. Penilaian
secara APGAR ditentukan setelah 1 menit dan 5 menit.
3. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir
harus dibungkus hangat.
4. Rangsang taktil
Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan stimulasi. Untuk bayi yang sehat, hal ini
biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan. Jika bayi tidak
memberikan respon terhadap pengeringan dan rangsangan dan menunjukkan tanda-
tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk membantu pernapasan.
5. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai
berikut :
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kasa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain.
6.  Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan
tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5
cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.
Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat boleh
dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut
kasa sterila asalkan tidak menyebabkan tali pusat basah atau lembab. Pembalut
tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali basah / kotor.Sebelum memotong tali
pusat, dipastikan bahwa talipusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya
perdarahan, membungkus ujung potongan tali pusat adalah kerja tambahan.
7. Mulai pemberian ASI
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Jika
memungkinkan anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya setelah tali
pusat diklem dan dipotong.
8. Memberi Obat Tetes / Salep Mata
Tetes mata / salep antibiotik harus diberikan dalam waktu 1 jam setelah kelahiran
agar hasil lebih efektif. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya.
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya
masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti :
a.    Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
b.    Gangguan pernapasan
c.    Hipotermia
d.   Infeksi
e.    Catat bawaan dan trauma lahir

4. Pemberian Nutrisi Pada Bayi ( Sari wahyuni, 2011 ;4)


1. Kebutuhan energi (kalori)
 110 – 120 kkal / kgBB selama beberapa bulan pertama kehidupan
 100 kkal / kg BB pada waktu ia mencapai usia 1 tahun
2. Kebutuhan cairan

-    Hari I          : 60 cc / kg BB / hari

-    Hari II         : 90 cc / kg BB / hari

-    Hari III       : 120 cc / kg BB / hari

-    Hari IV       : 150 cc / kg BB / hari

Frekuensi pemberian cairan tergantung pada berat badan bayi :

-    Berat badan < 1.250 gr : 24 x / hari @tiap 1 jam

-    Berat badan 1.250 gr – < 2.000 gr : 12 x / hari @tiap 2 jam

-    Berat badan > 2.000 gr : 8 x / hari tiap 3 jam

5. Reflek-reflek Untuk Menilai Keadaan Bayi (Paula, 2010; 24-26)


1) Reflek Moro
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan mendadak.
Refleksnya simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama setelah lahir. Tidak adanya
refleks moro menandakan terjadinya kerusakan atau ketidakmatangan otak.
2) Refleks Rooting / Refleks Dasar
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut, bayi akan
menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka mulutnya siap untuk menghisap.
3) Refleks Menyedot dan Menelan / Refleks Sucking
Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan dengan
pernafasan. Ini penting untuk pemberian makan yang aman dan gizi yang memadai.
4)     Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
5)     Refleks Graphs / Plantar
Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau pensil di dalam
telapak tangan bayi yang akan menggenggam dengan erat. Reaksi yang sama dapat
ditunjukkan dengan membelai bagian bawah tumit (genggam telapak kaki).
6)     Refleks Walking / Berjalan dan Melangkah
Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan yang rata, bayi
akan terangsang untuk berjalan.
7)     Refleks Tonik Neck
Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala menoleh kearah
itu terulur sedangkan lengan sebelah terkulai.
8)     Refleks Tarik
Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke belakang lalu
bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya tertunduk ke arah depan.
9) Menggenggam
Bila ada benda asing masuk ke sistem pernapasan bayi akan seperti
tercekik, megap-megap, lidah menjulur dan menjadi agak kebiruan. (Bahkan jika
kepala bayi berada di dalam air, pada kebanyakan kasus reflek ini mencegah bayi
mengambil napas) Refleks ini berlangsung permanen.

6. Perawatan Bayi Baru Lahir ( Leveno ,Kenneth J.2009 ; 291-295)


a. Profilaksis infeksi mata
Profilaksis infeksi mata diberikan karena nenatus rentan mengalami infeksi mata
sewaktu melewati jalan lahir dari ibu gonore. Rekomendasi dari Centers for Disease
Control and Prevention (1998) antara lain penetsan perak nitrat (1%), atau
enrintromisin (0.5%), atau salep mata tetrasiklin (1%) ke dalam masing – masing
mata. Bagi bayi yang lahir dari ibu gonore yang belum diterapi, diberikan seftriakson
25 – 50 mg/Kg secara intramuskulus atau intravena (tidak melebihi 125 mg).
b. Suhu
Suhu bayi turun dengan cepat segera setelah lahir. Oleh karena itu bayi harus dirawat
ditempat tidur bayi yang hangat dengan suhu yang dapat diatur. Selama beberapa hari
kehidupan suhu bayi tidak stabil, berespon terhadap rangsangan ringan dengan
fluktuasi yang cukup besar diatas suhu atau dibawah suhu normal.
c. Vitamin K
Dianjurkan pemberian rutin vitamin K intramuskulus.
d. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi rutin Hepatitis B untuk semua neonates sebelum pulang dari rumah sakit
dianjurkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (2000). Jika ibu positif
untuk antigen permukaan hepatitis B, neonates juga harus mendapat imunisasi pasif
dengan immunoglobulin hepatitis B.
e. Perawatann Kulit
Bayi harus segera dikeringkan untuk mengurangi kehilangan panas melalui evaporasi.
Kelebihan verniks, darah dan mekonium juga dibersihkan dengan lembut. Verniks
yang tersisa cepat diserap oleh kulit dan lenyap seluruhnya da;am 24 jam. Neonates
jangan dimandikan sampai suhu mereka stabil.
f. Perawatan Tali pusat
Dalam 24 jam, tali pusat kehilangan karakteristiknya yang lembab, putih kebiruan
dan segera menjadi kering dan hita. Dalam beberapa minggu (3 – 45 hari) punting tali
pusat terlepas, meninggalkan luka kecil dengan jaringan granulasi setelah sembuh
membentuk umbilicus. Tali pusat lebih cepat kering dan terlepas jika terpajan udara,
sehingga tidak dianjurkan pembalutan.
g. Feses dan Urine
Selama 2 hingga 3 hari pertama isi kolon terdiri dari mekonium lunak berwarna
hijaun kecoklatan yang mengandung sel epitel yang terkelupas dari saluran cerna,
lender, sel epidermis, dan lanugo (rambut janin) yang tertelan bersama air ketuban.
Keluarna mekonium dijumpai pada 90 % neonates dalam 24 jam pertama. Dan
sebagian besar sisanya dalam 36 jam. Berkemih dijumpai segera setelah lahir, meski
kadang dijumpai pada hari kedua.
Mekonium diganti dengan feses yang kuning muda homogeny dengan ba khas egera
setelah hari ketiga atau keempat. Selama beberapa hari selanjutnya feses belum
terbentuk, tetapi segera setelah itu feses mulain berbentuk silindris.
h. Penurunan berat badan awal
Secara progresif bayi akn kehilangan bereat badannya pada 3 -4 hari pertama karena
sebagian besar bayi tidak banyak mendapat nutrisi. Bayi premature lebih banyak
kehilangan berat badan dan lebih sulit memperoleh berat badannya kembali berat
lahir maraeka dibanding bayi yang aterm.
Jika bayi normal memperoleh makanannya dengan benar, berat lahir biasanya dicapai
kembali pada sekitar hari ke 10. Kemudian berat terus meningkat dengan kecepatan
25 g/hari selama beberapa bulan pertama. Berat lahir berlipat 2 pada usia 5 bulan.
Dan meningkat 3 kali lipat pada akhir tahun pertama.
i. Pemberian Makan
Dalam 12 jam pertama dianjurkan bayi sudah menyusu dengan teratur. Sebagian
besar bayi aterm tumbuh peast jika diberi makan dengan interval 2 – 4 jam., bayi
premature atau bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan harus diberi makan
lebih sering.
j. Rawat Gabung
Rawat gabung dilakukan untuk meningkatkan hubungan antara bayi dan bayinya
secara dini. Setelah 24 jam pertama biasanya ibu sudah melakukan ambulasi secara
penuh sehingga bu dapat mulai melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri dan
bayinya secara penuh.

7. Masalah Kesehatan yang Lazim Pada Anak (Rochmah . 2012 ; 76 -86)


a. Muntah
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi beberapa lama setelah makanan masuk ke lambung. Penyebab muntah :
1) Kelainan konginetal pada pencernaan, iritasi lambung, atresia esophagus, stenosis,
hirschprung, tekanan intracranial yang tinggi, cara memberi minuman yang salah.
2) Factor infeksi (hepatitis, peritonitis)
3) Factor lain, yaitu invaginasi, kelainan intracranial, intoksikasi.

Sifat muntah :

1) Keluar cairan terus menerus, kemungkinan karena obstruksi esophagus,


2) Muntah proyektif, kemungkinan strenosis pylorus
3) Muntah kuning kehijauan, kemungkinan obstruksi dibawah ampula vateri
4) Muntah segera setelah lahir dan menetap, kemungkinan karena tekanan
intracranial yang tinggi atau obstruksi usus.

Penatalaksanaan:

1) Pengkajian factor penyebab


2) Pengobatan bergantung penyebabnya
3) Pengobatan suportif
4) Kaji sifat muntah
5) Penanganan simptomatis dengan antiemetic.
6) Jika ada kelainan yang sangat penting segera rujuk ke rumah sakit.
b. Gumoh
Gumoh atau regurgitasi adalah keluarnya kembali air susu yang telah ditelan ketika
atau beberapa saat setelah diminum dan jumlahnya sedikit.
Penyebab :
1) Anak / bayi sudah kenyang
2) Posisi saat menyusu yang salah
3) Terburu –buru

Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan yang normal, terutama pada
bayi muda di bawah umur 6 bulan. Penanganannya adalah sebagai berikut :

1) Memperbaiki teknik menyusui


2) Memperbaiki posisi botol saat pemberian susu dengan botol
3) Setelah menyusui usahakan anak bersendawa
4) Saat menyusu bibir bayi menempel rapat pada areola payudara ibu
c. Ruam Popok
Ruam popok (diaper rush) muncul akibat kontak terus menerus dengan keadaan
lingkungan yang tidak baik / lembab
Penyebab :
1) Kebersihan kulit yang tidak terjaga
2) Jarang mengganti popok setelah anak / bayi berkemih
3) Udara atau suhu lingkungan yang terlalu panas
4) Akibat mencret
5) Reaksi kontak terhadap karet, deterjen atau plastic

Tanda dan Gejala :

1) Iritasi kulit yang terkena berupa eritema


2) Erupsi pada daerah kontak yang menonjol (bokong, kemaluan, perut bawah,
paha atas)
3) Keadaan lebih parah dapat muncul berupa papilla eritematosa vesicular dan
ulserasi

Pencegahan dan penatalaksanaan :

Pencegahan ruam popok ialah dengan mempertahankan daerah popok bayi selalu
kering. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan pemberian gentian violet 0.5%,
pastikan popok diganti setiap kali basah atau kotor. Ibu harus segera kembali
memeriksakan bayinya jika keadaan bertambah buruk, menjaga kebersihan kulit
yang terkena seborea, dan memberi krim dermatitis. Jika telah terjadi ruam dapat
dikurangi dengan cara :

1) Megurangi kelembapan, sering mengganti popok terutama dimalam hari


2) Usahakan banyak udara, sesekali biarkan bokong bayi terbuka
3) Kurangi kontak dengan bahan yang mengiritasi (urin atau feses) dengan segera
membersihkan area perineal, mengurangi pemakaian sabun atau tissue basah yang
mengandung alcohol atau pengharum popok.
4) Jika bayi terus mengalami peradangan coba ganti dengan popok yang berbahan
lain. Cara mencuci popok kain, bilas dengan larutan cuka atau trebus popok
selama 10 menit.
5) Beri lapisan pelindung. Kurangi kontal langsung antara kulit basah dan popoknya
dengan mengolesi bokong dengan krim.
d. Bercak mongol
Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang biasany erlihat didaerah sacral
walaupun terkadang terlihat dibagian tubuh lain. Warna ini muncul akibat melanosit
yang mengandung melanin pada dermis yang terhambat migrasi dari kista neuralis ke
epidermis. Biasanya akan menghilang pada masa anak – anak.
e. Oral trush
Oral trush atau sariawan sering dijumpai pada bayi dan anak yang minum susu
dengan menggunakan dot/ botol. Umumnya penyebab sariawan adalah jamur candida
albicans yang sering dijumpai pada neonates dan bersifat saprofit. Akan tetapi jika
jamur tersebut berkembang melebihi daya tahan tubuh bayi maka dapat menimbulkan
penyakit. Terjadinya sariawan dimulai dngan bercak putih pada bibir, lidah dan
mukosa mulut.
Penatalaksanaannya dilakukan dengan mengoleskan gentian violet 0.5% pada luka
didalam mulut dan bibir. Caranya dengan membersihkan mulut bayi dengan jari yang
dibungkus kain bersih dan dibasahi larutan gentian violet pada mulut anak. Obat lain
yang baik adalah larutan nistatin 100.000 IU yang dioleskan 3 kali sehari atau dfalam
bentuk tetes kedalam mulut bayi.
f. Seborea
Seborea adalah penyakit kulit berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah
yang banyak terdapat kelenjar sebasea dan daerah kepala, penyebabnya belum
diketahui. Penatalaksanaannya dengan menjaga kebersihan kulit dan pemakain krim
(selenium sulfat)
g. Obstipasi
Obstipasi didefinisikan senagai tidak adanya pengeluaarn tinja selama 3 hari atau
lebih. Tetapi bayi yang menyusu ASI dapat tidak mengeluarkan tinja selama 5 – 7
hari tanpa disertai adanya gangguan. Hal ini masih dikatakan dalam keadaan normal.
Dan asuhan yang diberikan ialah sesuai dengan penyebab obstipasi.
h. Furunkel
Furunkel atau bisul ialah kumpulan nanah dalam suatu rongga yang terbentuk akibat
kerusakan jaringan atau peradangan. Penyebabnya adalah iritasi, kebersihan kurang,
daya tahan tubuh yang kurang dan infeksi oleh Stafilococcus aureus.
Gejala klinisnya berupa nyeri, nodus eritematosus berbentuk kerucut. Nodus dapat
melunak dan dapat pecah sendiri setelah seminggu.
Penatalaksanaannya dengan menjaga kebersihan kulit, mengompres bisul dengan air
hangat untuk mengurangi nyeri, member salep ictyol, jangan memijat bisul, dan
kolaborasikan dengan dokter pada tindakan insisi dan pemberian antibiotic.
i. Miliariasis
Miliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat, akibat
tersumbatnya pori –pori kelenjar keringat. Biasanya timbul pada udara panas dan
lembab. Berdasarkan gejalanya, miliariasis dibagi menjadi 4, yaitu
1) Miliariasis kristalia, menyerupai titik embun
2) Miliariasis rubra, papula vesikel dan eritema disekitarnya, gatal dan pedih
3) Miliariasis pustulosa, gatal, berbatas tegas, superfisialis
4) Miliariasis profunda, tidak gatal dan tidak meradang
Prinsipsip asuhan pada gangguan ini adalah mengurangi keringat dan
menghilangkan sumbatan keringat, memelihara kebersihan tubuh, menjaga
kelembapan suhu yang cukup dan suhu lingkungan yang sejuk dan kering, tidak
menggunakan pakaian yang terlalu sempit serta pakaian harus menyerap keringat.
Pada miliariasis rubra dapar diberikan bedak salisil 2% dan dapat ditambahkan
menthol 1.5 – 2% yang bersifat mendinginkan ruam.
j. Ikterus
Ikterus atau hiperbilirubinemia ialah kondisi dimana kadar bilirubin dalam jaringan
ekstravaskular tinggi. Ikterus fisiologis terjadi pada bayi cukup bulan dimana
bilirubin meningkat sampai 6-8 mg/dl pada hari ke 3 sampai 5, maksimum 12 mg/dl.
Kondisi ini juga dapat terjadi pada bayi kurang bulan dimana kadar bilirubin
meningkat sampai 10 -12 mg/dl maksimum 15 mg/dl. Sedangkan ikterus fisiologis
ialah ikterus yang muncul dalam 24 jam pertama kehidupan. Penetalaksanaannya
dapat dilihat di table dibawah ini :

Bilirubin < 24 jam 24 – 48 jam 49 – 72 jam >72


(mg/dl) jam
<5 Pemberian ASI
5-9 Terapi sinar jika Kalori cukup
hemolisis
10 – 14 Transfusi tukar jika Terapi sinar
terjadi hemolisis
15 – 19 Transfuse tukar Transfuse tukar Terapi sinar
>20 Transfusi tukar

k. Diare
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dengan frekuensi > 4 kali. Bayi
yang menyusu ASI tidak akan mengalami diare karena pada ASI mengandung IgA,
laktoferin, lisozim, growth factor dan laktobasilus. Bayi normal defekasi 4-5 kali
sehari. Diare yang terjadi lebih dari 10 -15 kali sehari dibagi dalam 2 jenis :
1) Disentri : Feses berlendir, berdarah, panas, tenemus dan muntah, pembesaran
kelenjar getah bening, disebabkan oleh Shigella disentriae.
2) Amuba : bakteri penginfeksinya adalah Entamoeba histolitica, gajalanya sama
dengan disentri namun menginfeksi daerah sigmoid.

Penyebab diare umumnya adalah infeksi eneral dan paraenteral, malabsorbsi


karbohidrat, lemak dan protein, atau karena factor psikolois, misalnya rasa takut dan
cemas. Asuhan yang diberikan :

1) Berikan dukungan pada ibu untuk menyusui


2) Hentikan pemberian makanan / minuman juka ibu memberi minuman atau
makanan selain ASI
3) Berikan larutan rehidrasi oral setiap kali diare
4) Jika bayi dapat menyusu, ibu dianjurkan untuk menyusui sesering mungkin atau
berika larutan rehidrasi oral 20ml diantara pembeian ASI.
5) Jika bayi tidak bisa menyusu dengan baik pasang pipa lambung dan berikan
cairan oralit 20 ml melalui pipa lambung tersebut
6) Jika bayi tidak dehidrasi berikan ASI lebih lama dan lebih sering.
7) Jika bayi menunjukkkan tanda – tanda dehidrasi atau sepsis, pasang jalur IV
semntara bayi masih menyusu, jika memungkinkan beri larutan RL / NaCl 0,9 %
sebanyak 30 ml/ Kg BB selama satu jam. Lakukan penilaian setelah satu jam, jika
membaik lanjutkan dengan infuse 70 ml/Kg BB selama 5 jam
8) Jika kondisi bayi tidak membaik dan terdapat tanda tanda denyut nadi melemah
ulangi pemberian cairan 30 ml/ kg BB selama satu jam, dilanjutkan dengan 70
ml/Kg BB selama 5 jam, lakukan pengamatan selama 18 jam berikutnya
9) Jika bayi telah terehidrasi dan tidak diare lagi barikan cairan dengan dosis
rumatan sesuai dengan usia.
Terapi medis untuk disenti adalah pemberian antibiotic golongan sulfonamide,
kotromoksazol, kloramfenikol ata tetrasiklin. Terapi pada amuba adalah dengan
emetin-HCl, Dehidro-emetin, Milbis (glikobiarsol), tetrasiklin, klorokuin fosfat,
metronidazol.
l. Infeksi neonatus

Penatalaksanaan infeksi disesuaikan dngan penyebabnya, menghindari carrier, dan


selalu menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sekitar. Hal yang perlu diperhatikan
pada pemantauan dan penatalaksanaan terhadap infeksi antara lain tanda – tanda
hipo / hipertermi, sesak, merintih, menagis lemah atau tidak menangis, mengantuk,
susah tidur, fontanel cembung, tali pusat memerah.

Kategori Tanda Penatalaksanaan


Di puskesmas Di rumah sakit
Sepsis Kejang, ikterik, tali Pertahankan suhu, Ampisilin dan
pusat ASI tetap diberikan, gentamisin, oksigen
kotor/bau/merah beri antibiotic jika perlu, infuse
injeksi, rujuk ke RS untuk mencegah
Infeksi Panas, tali pusat Antibiotic injeksi
dehidrasi, ASI tetap
kotor, merah, bau. lanjutkan
diberikan.
Nanah ditelinga, Antibiotic per oral 2
pustule dikulit hari kontrol

8. Penilaian Bayi Untuk Tanda-tanda Kegawatan (Rochmah, dkk, 2012; 21);


1) Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-
tanda berikut :
a. Sesak nafas
b. Frekuensi pernapasan >60x/mnt
c. Gerak retraksi di dada yang kuat
d. Kurang aktif
e. Berat lahir rendah (1500 – 3000 gr) dengan kesulitan minum
2) Tanda-tanda bayi sakit berat
a. Sulit minum
b. Sianosis sentral (lidah biru)
c. Perut kembung
d. Periode Apnea
e. Kejang / periode kejang-kejang kecil
f. Merintih
g. Perdarahan
h. Sangat kuning
i. Berat badan lahir< 1500 gr.
9. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Helen Varney
Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan pemecahan masalah kesehatan ibu
dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan di dalam memberikan asuhan kebidanan kepada
individu, keluarga dan masyarakat.Didalam melaksanakan proses manajemen ini
menggunakan tujuh langkah yaitu :
Pengumpulan Data
Adalah pengumpulan data lengkap untuk mengevaluasi pasien dengan memperoleh seluruh
data yang dibutuhkan untuk penilaian secara sempurna dari klien.
1.    Data Subyektif
a.    Identitas / Biodata
1)   Nama
Meliputi nama bayi, nama ibu dan ayah. Tujuannya adalah untuk membedakan
dengan pasien lain.
2)   Umur
Untuk mengetahui sudah berapa lama bayi lahir sehingga bisa menentukan
keadaan bayi dan penanganannya.
3)   Jenis Kelamin Bayi
4)   Suku / Bangsa
Untuk mengetahui adat / kebiasaan yang sering terjadi dan masih dilakukan
keluarga.
5)   Pendidikan Orang Tua
Berhubungan dengan penerimaan motivasi dan pendidikan kesehatan yang
diberikan petugas kesehatan kepada orang tua.
6)   Pekerjaan Orang Tua
Untuk mengetahui taraf ekonomi keluarga agar sesuai dengan pelayanan yang
diberikan.
7)   Alamat Klien
Mengetahui lingkungan tempat tinggal klien.
b.    Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan atau keadaan pasien saat ini.. Pada asuhan
neonatus keluhan utama yang disampaikan ibu adalah telah melahirkan bayinya beberapa
waktu lalu, berat badan, panjang badan, jenis kelamin dan jenis persalinannya.
c.    Riwayat Prenatal (Kehamilan)
Untuk mengetahui kebiasaan waktu hamil dan apa ada masalah atau kelainan kehamilan
yang berdampak buruk bagi bayi.
d.    Riwayat Persalinan Sekarang
Jenis persalinan             :  spontan B, spontan Brach atau SC
Ditolong oleh                 : perawat, bidan atau dokter
Ketuban pecah               : saat inpartu dan keadaannya jernih
g.    Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit menular menurun ataupun menahun
seperti jantung, asma, DM, hipertensi dan lain-lain.
h.    Laporan Kebiasaan Bayi
Menilai kebiasaan bayi sehari-hari yang mendukung pertumbuhan, perkembangan dan
kesehatan bayi meliputi : pola makan / minum, pola tidur dan pola eliminasinya.
  Data Obyektif
a.    Pemeriksaan Umum
Keadaan umum              : baik
TTV      
Pernapasan                     :  40-60x/mnt
Nadi                               : 120x/mnt
Penilaian Apgar skor     : 7-10
b.    Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh bayi melalui teknik inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi menunjukkan bayi dalam keadaan normal dan tidak ada tanda-tanda
kelainan pada bayi.
c.    Pemeriksaan Khusus
Antropometri
1)   Berat badan               : normalnya 2500 – 4000 gr
2)   Panjang badan           : normalnya 48 – 52 cm
3)   Lingkar kepala          : normalnya 33 – 35 cm
4)   Sub Occiput Bregmantika (lingkaran kecil kepala) normalnya: 32cm
5)   Sirkumferentian mento occipitalis (lingkar besar kepala) normalnya : 35 cm
6)   Sirkum fenentia fronto occipitalis (lingkar sedang kepala normalnya : 34 cm
7)   Lingkar dada:                        normalnya 30 – 38 cm
8)   Lingkar lengan atas : normalnya 10 – 11 cm
d.   Refleks
1)   Moro                         :           Positif
2)   Rooting                     :           Positif
3)   Sucking                     :           Positif
4)   Graphs / Plantar        :           Positif
5)   Walking                     :           Positif
Interpretasi Data
Adalah langkah untuk menentukan diagnosa / masalah yang timbul berdasarkan pengkajian
data yang dilakukan.
Diagnosa    :    Neonatus aterm dengan keadaan fisiologis
Ds             :    Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya beberapa hari yang lalu, jenis
kelamin, berat badan dan panjang badan normal, tidak ada kelainan.
Do              :    Bayi lahir dengan keadaan fisiologis dan tidak ada kelainan.
Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan berdasarkan
data yang ada kemungkinan dapat menimbulkan keadaan yang lebih parah.
Pada asuhan kebidanan neonatus fisiologis sebagai berikut :
Diagnosa / masalah potensial : tidak ada
Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera / Kolaborasi
Langkah ini mencakup tentang kebutuhan akan tindakan yang harus segera dilakukan untuk
mengatasi diagnosa atau masalah potensial yang terjadi agar tidak terjadi komplikasi.
Rencana Asuhan / Intervensi
Langkah ini berisi serangkaian asuhan yang akan diberikan kepada klien sesuai diagnosa atau
masalah awal yang ada sesuai dengan standar pelayanan.

RENCANA RASIONAL
1.         Jalin komunikasi dengan keluarga 1.      Keluarga lebih kooperatif.
klien.
2.         Cuci tangan sebelum dan sesudah 2.      Pencegahan infeksi
tindakan pemeriksaan.
3.         Pertahankan suhu tubuh bayi. 3.      Mencegah hipotermi
4.         Lakukan perawatan tali pusat. 4.      Mencegah terjadinya infeksi pada
bayi.
5.         Kaji tanda-tanda bahaya pada 5.      Mengetahui sedini mungkin
bayi adanya kelainan pada bayi.
 Hipotermi / Hipertermi
 Asfiksia
 Tanda-tanda infeksi 6.      Memberikan kekebalan pada bayi

6.         Beri imunisasi HB unijeck terhadap virus hepatitis.

7.         Berikan Vitamin K 7.      Mencegah terjadinya perdarahan.

8.         Ajarkan pada keluarga untuk 8.      Keluarga dapat merawat bayi
perawatan bayi sehari-hari secara mandiri dan meningkatkan

9.         Berikan penyuluhan pada ibu kesehatan bayi.


untuk pemberian ASI eksklusif. 9.      Memberikan nutrisi yang sesuai
pada bayi.
Implementasi
Langkah ini berisi tentang asuhan yang telah diberikan kepada klien berdasarkan rencana
yang telah disusun sebelumnya untuk menangani diagnosa / masalah yang telah
terindentifikasi.
Evaluasi
Langkah ini merupakan cara untuk mengevaluasi asuhan yang telah diberikan apakah telah
memenuhi kebutuhan asuhan yang dibutuhkan klien. Jika memang asuhan yang telah
diberikan belum efektif maka perlu dilakukan pengulangan atau perbaikan pada pemberian
asuhan selanjunya.
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, Anik. 2008. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal. Jakarta : TIM.

Deslidel. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta : EGC.

Wahyuni, Sri. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita, Jakarta : EGC.

Kelly, Paula. 2010. Buku Saku Asuhan Neonatus dan Bayi.Jakarta : EGC.

Rochmah, dkk.2012. Panduan Belajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : EGC.

Leveno ,Kenneth J.2009.Obstetri William edisi 21.Jakarta : EGC.

2008. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.Jakarta : Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai