Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEBIDANAN

BAYI BARU LAHIR NORMAL


di PUSKESMAS RANUYOSO LUMAJANG

Disusun Oleh:
NURUL FITRIYAH
NIM. 15901.04.22086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN
BAYI BARU LAHIR NORMAL
di PUSKESMAS RANUYOSO LUMAJANG

Lumajang, Februari 2023

Mahasiswa

Nurul Fitriyah
NIM. 15901.04.22086

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Bd. Riska Faraswati, S.ST., M.Keb. Sri Wahyuningsih, S.ST., M.Keb.


NIDN. 0701058003 NIDN. 3403037801
TINJAUAN TEORI

Konsep Dasar Neonatus


1.1 Pengertian Neonatus
BBL Normal adalah bayi yang dikeluarkan dari hasil konsepsi
melalui jalan lahir dan dapat hidup diluar dengan berat 2,5 – 4 kg, dengan
usia Kehamilan 36 – 42 minggu, menangis spontan dan bernafas spontan,
teratur dan tonus otot baik. (Kemkes Ri, 2018).
Neonatus adalah bayi umur 0 hari (baru lahir) sampai dengan usia
28 hari. Neonatus dini adalah bayi usia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah
bayi berusia 8-28 hari (Marni, 2015).
Seorang bayi adalah mahkluk hidup yang belum lama lahir sampai
umur 1 tahun, namun tidak ada batasan pasti. Pada masa ini manusia
sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian
(Jaya,2016).
Klasifikasi menurut masa gestasi yaitu periode sejak konsepsi
sampai bayi dilahirkan. Menurut Sudarti (2014), bayi baru lahir menurut
masa gestasinya dibagi menjadi :
1. Bayi kurang bulan (preterm infant), masa gestasinya kurang dari 259
hari (kurang dari 37 minggu).
2. Bayi cukup bulan (term infant), masa gestasinya 259-293 hari (37-42
minggu).
3. Bayi lebih bulan (postterm infant), masa gestasinya 294 hari (lebih
dari 42 minggu).
Berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan neonatus adalah
bayi usia 0-28 hari, selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan ekstrauteri, bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat
lahir antara 2500 sampai 4000 gram.
Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi
dilahirkan melalui pelayanan kesehatan yang diberiakan pada ibu
hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangandini
terhadap faktor – faktor yang memperlemah kondisi ibu hamil perlu
diprioritaskan, seperti gizi rendah, anemi, dekatnya jarak antara
kehamilan dan buruknya hygiene. Disamping itu perlu juga dilkukan
pembinaan kesehatan pre natal yang memadai dan penanggulangan
faktor – faktor yang meyebabkan kematian pre natal meliputi:
perdarahan, hipertensi, infeksi, kelainan preterm, asfiksia, hipotermi.

1.2 Kreteria Neonatus Normal


Ciri - ciri bayi normal menurut Sondakh (2013), antara lain :
1. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.
2. Panjang badan bayi 48-50 cm.
3. Lingkar dada bayi 32-34 cm.
4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
5. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 x/mnt, kemudian turun
sampai 120-140x/mnt pada saat bayi berumur 30 menit.
6. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80x/mnt disertai
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta
rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub cutan cukup
terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.
8. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.
9. Kuku telah agak panjang dan lemas.
10. Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki - laki), dan labia mayora
telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).
11. Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk
12. Eliminasi, urin, dan mekoneum normalnya keluar pada 24 jam
pertama. Mekoneum memiliki karakteristik hitam kehijauan dan
lengket.
1.3 Adaptasi Fisiologis Neonatus Terhadap Kehidupan di Luar Uterus
Adaptasi fisiologis bayi baru lahir di kehidupan ekstrauterin antara
lain sebagai berikut :
1. Adaptasi Pernafasan
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami
penekanan yang tinggi pada thoraksnya, dan tekanan ini akan hilang
dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan
cairan yang ada didalam paru-paru hilang karena terdorong kebagian
perifer paru untuk kemudian diabsorbsi. Karena terstimulus oleh
sensor kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivasi
nafas untuk yang pertama kali (Marni, 2015).
Tekanan intra thotaks yang negatif disertai dengan aktivitas nafas
yang pertama memungkinkan adanya udara masuk kedalam paru-
paru. Setelah beberapa kali nafas pertama, udara dari luar mulai
mengisi jalan nafas pada trakhea dan bronkus, akhirnya semua
alveolus mengembang karena terisi udara. Fungsi alveolus dapat
maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat surfaktan yang adekuat.
Surfaktan membenatu menstabilkan dinding alveolus sehingga
alveolus tidak kolaps saat akhir nafas ( Sudarti, 2014).
2. Adaptasi Sisten Kardiovaskuler
Menurut Sudarti (2014), setelah lahir darah bayi baru lahir harus
melewati paru untuk mengambil oksigen dan bersirkulasi keseluruh
tubuh guna menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar terbentuk
sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, terjadi dua
perubahan besar, yaitu :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta
b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan
tersebut langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen
menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah
aliran darah.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah :
a. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah
menuju atrium kanan berkurang sehingga menyebabkan
penurunan volume dan tekanan pada atrium tersebut. Kedua
kejadian ini membantu darah yang miskin oksigen mengalir ke
paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru
dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan
pertama ini menimbulkan relaksasi sistem pembuluh darah paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan
pembuluh darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan
peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan atrium
kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Menurut Marni (2015), penutupan foramen ovale secara anatomis
berlangsung lama sekitar 2-3 bulan. Dengan berkembangnya paru-
paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
Sebaliknya, tekanan karbondioksida akan mengalami penurunan. Hal
ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistensi pembuluh darah
dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus
tertutup. Setelah tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti
dan foramen ovale tertutup.
3. Perubahan Termoregulasi
Bayi baru lahir / neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga
cara, yaitu menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis yang
bukan melalui mekanisme menggigil. Mekanisme menggigil saja tidak
efisien dan bayi cukup bulan tidak mampu menghasilkan panas
dengan cara ini. Aktivitas otot dapat menghasilkan panas, tetapi
manfaatnya terbatas. Termogenesis non menggigil mengacu pada
penggunaan lemak cokelat untuk produksi panas. Timbunan lemak
cokelat terletak pada dan disekitar tulang belakang, klavikula, dan
sternum, ginjal,, serta pembuluh darah utama. Jumlah lemak cokelat
bergantung pada usia kehamilan dan menurun pada bayi baru lahir
yang mengalami hambatan pertumbuhan. Produksi panas melalui
penggunaan cadangan lemak cokelat dimulai saat rangsangan dingin
memicu aktivitas hipotalamus (Sudarti, 2014).
4. Adaptasi sistem cerna
Menurut Marni (2015) pada masa neonatus, traktus digestivus
mengandung zat-zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari
mukopolosakarida dan disebut mekonium, yaitu tinja pertama yang
biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran. Dengan
adanya pemberian susu, mekonium mulai digantikan oleh tinja
tradisional pada hari ke 3 sampai 4 yang berwarna cokelat kehijauan.
Pada saat lahir aktivitas mulut sudah berfungsi, yaitu menghisap dan
menelan. Saat lahir volume lambung 25-50 ml. Refleks muntah dan
refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat
lahir. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus.
Adapun adaptasi pada saluran pencernaan menurut Marni (2015),
antara lain :
a. Pada hari ke 10 kapasitas lambung menjadi 100 cc.
b. Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan karbohidrat
sederhana yaitu monosakarida dan disakarida.
c. Defisiensi lifase pada pankreas menyebabkan terbatasnya
absorbsi lemak sehingga kemampuan bayi untuk mencerna lemak
belum matang, maka susu formula sebaiknya tidak diberikan pada
bayi baru lahir.
d. Kelenjar ludah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak
mengeluarkan ludah sampai usia bayi 2-3 bulan.
5. Adaptasi Ginjal
Adaptasi ginjal pada bayi baru lahir menurut Sondakh (2014),
yaitu laju filtrasi glomerolus relatif rendah pada saat lahir disebabkan
oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerolus, meskipun
keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal., tetapi
menghambat kapasitas bayi untuk berespon terhadap stresor.
Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat - obatan dan
kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan
ketidakseimbangan cairan. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih
dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari
pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam. Urin
dapat keruh karena lendir dan garam asam urat, noda kemerahan
(debu batu bata) dapat diamati pada popok karena kristal asam urat.
6. Adaptasi Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan
infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami menurut Marni
(2015) :
a. Perlindungan dari membran mukosa
b. Fungsi saringan saluran nafas
c. Pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus
d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Pada bayi baru lahir hanya terdapat gama globulin G, sehingga
imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat
molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui
plasenta (lues, toksoplasma, herpes simpleks, dll) reaksi
imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta
antibodi gama A (Nanny, 2014).
- Imunoglobulin C (Ig C)
Ig C didapat bayi sejak dalam kandungan melalui plasenta dari
ibunya. Bayi kurang bulan mendapatkan Ig C lebih sedikit
dibandingkan bayi cukup bulan sehingga bayi kurang bulan
lebih rentan terhadap infeksi. Bayi mendapatkan imunitas dari
ibunya (imunitas pasif) dalam jumlah yang bervariasi dan akan
hilang sampai usia 4 bulan sesuai dengan kualitas Ig C yang
diterimanya. Setelah lahir, bayi akan membentuk sendiri
imunoglobulin C. Antibodi Ig C melawan virus (rubella,
campak, mumps, varicella, poliomielitis) dan bakteri (difteria,
tetanus, dan antibodi stafilokokus).
- Imunoglobulin M (Ig M)
Ig M tidak mampu melewati plasenta karena memiliki berat
molekul yang lebih besar dibandingkan Ig C. Bayi akan
membentuk sendiri Ig M segera setelah lahir (imunitas aktif).
Ig M dapat ditemukan pada tali pusat jika ibu mengalami
infeksi selama kehamilannya. Ig M kemudian dibentuk oleh
sistem imun janin sehingga jika pada tali pusat terdapat Ig M
menandakan bahwa janin mendapatkan infeksi selama berada
dalam uterus, seperti toxoplasmosis, other infection, rubella,
cytomegalovirus infection, dan herpes simplex (TORCH).
- Imunoglobulin A (Ig A)
Dalam beberapa minggu setelah lahir, bayi akan memproduksi
Ig A (imunitas aktif). Ig A tidak dapat ditransfer dari ibu ke
janin. Ig A terbentuk pada rangsangan terhadap selaput lendir
dan berperan dalam kekebalan terhadap infeksi dalam aliran
darah, sekresi saluran pernafasan dan pencernaan akibat
melawan beberapa virus yang menyerang daerah tersebut
seperti poliomielitis dan E coli (Matondang, 2013).
7. Adaptasi Neurologis
Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan persediaan
oksigen dan glukosa yang tetap dan memadai. Otak yang masih muda
rentan terhadap hipoksia, ketidakseibangan biokimia, infeksi, dan
perdarahan (Sudarti, 2014).
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisisologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan -
gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu bayi yang labil, kontrol
otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstrimitas.
Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku
yang lebih kompleks (misalnya kontrol kepala, tersenyum, dan meraih
dengan tujuan) akan berkembang. Adapun beberapa refleks pada bayi
baru lahir menurut Sondakh (2013), antara lain :
Tabel 1.1 Refleks Pada Neonatus
Refleks Respons Normal Respons Abnormal
Rooting dan Bayi baru lahir Respons yang lemah
menghisap menolehkan kepala ke atau tidak ada respon
arah stimulus, membuka terjadi pada
mulut, mulai menghisap prematuritas, penurunan
bila pipi, bibir, atau sudut atau cedera neurologis,
mulut bayi disentuh atau depresi sistem saraf
dengan jari atau puting. pusat (SSP).
Menelan Bayi baru lahir menelan Muntah, batuk, atau
berkoordinasi dengan regurgitasi cairan dapat
menghisap bila cairan terjadi, kemungkinan
ditaruh dibelakang lidah. berhubungan dengan
cyanosis sekunder
karena prematuritas,
defisit neurologis, atau
cedera, terutama terlihat
setelah laringoskopi.
Ekstruksi Bayi baru lahir Ekstruksi lidah secara
menjulurkan lidah keluar kontinu atau
bila ujung lidah disentuh menjulurkan lidah yang
dengan jari atau putting. berulang - ulang terjadi
pada kelainan SSP dan
kejang.
Moro Ekstensi simetris bilateral Respon asimetris terlihat
dan abduksi seluruh pada cedera saraf perifer
Refleks Respons Normal Respons Abnormal
ekstrimitas, dengan ibu jari (pleksus brakialis) atau
dan jari telunjuk fraktur klavikula atau
membentuk huruf “c” fraktur tulang panjang
diikuti dengan adduksi lengan atau kaki.
ekstrimitas dan kembali ke
fleksi relaks jika posisi
bayi berubah tiba - tiba
atau jika bayi diletakkan
terlentang pada permukaan
yang datar.
Melangkah Bayi akan melangkah Respon asimetris terlihat
dengan satu kaki dan pada cedera SSP atau
kemudian kaki lainnya perifer atau fraktur
dengan gerakan berjalan tulang panjang kaki.
bila satu kaki disentuh
pada permukaan rata.
Merangkak Bayi akan berusaha untuk Respon asimetris terlihat
merangkak ke depan pada cedera sarap SSP
dengan dua tangan dan dan gangguan
kaki bila diletakkan neurologis.
tengkurap pada permukaan
datar.
Tonik leher Ekstrimitas pada satu sisi Respoin persisten setelah
dan fencing dimana saat kepala bulan ke empat dapat
ditolehkan akan ekstensi, menandakan cedera
dan ekstrimitas yang neurologis. Respon
berlawanan akan fleksi menetap tampak pada
bila kepala bayi ditolehkan cedera SSP dan
kesatu sisi selagi gangguan neurologis.
beristirahat.
Terkejut Bayi melakukan abduksi Tidak adanya respon
Refleks Respons Normal Respons Abnormal
dan fleksi seluruh dapat menandakan
ekstrimitas dan dapat defisit neurologis atau
mulai menangis bila cedera. Tidak adanya
mendapat gerakan atau respon terhadap bunyi
suara keras keras dapat menandakan
ketulian. Respon dapat
menjadi tidak ada atau
berkurang selama tidur
malam.
Ekstensi Kaki bayi yang Respon yang lemah atau
silang berlawanan akan fleksi tidak ada rtespon yang
dan kemudian ekstensi terlihat pada cedera saraf
dengan cepat seolah - olah perifer atau fraktur
berusaha untuk tulang panjang.
memindahkan stimulus ke
kaki yang lain bila
diletakkan terlentang, bayi
akan mengekstensikan satu
kaki sebagai respon
terhadap stimulus pada
telapak kaki.
Glabellar Bayi akan berkedip bila Terus berkedip dan gagal
“blink” dilakukan 4 atau 5 ketuk untuk berkedip
pertama pada batang menandakan
hidung saat mata terbuka. kemungkinan gangguan
neurologis.
Palmar grasp Jari bayi akan melekuk Respon ini berkurang
disekeliling benda dan pada prematuritas.
menggenggamnya seketika Asimetris terjadi pada
bila jari diletakkan kerusakan saraf perifer
ditangan bayi. (pleksus brakialis) atau
Refleks Respons Normal Respons Abnormal
fraktur humerus. Tidak
ada respon yang terjadi
pada defisit neurologis
yang berat.
Plantar grasp Jari bayi akan melekuk Respon yang berkurang
disekeliling benda seketika pada prematuritas. Tidak
bila jari diletakkan ada respon yang terjadi
ditelapak kaki bayi pada defisit neurologis
yang berat.
Tanda Jari - jari kaki bayi akan Tidak ada respon yang
babinski hiperekstensi dan terpisah terjadi pada defisit SSP.
seperti kipas dari
dorsofleksi ibu jari kaki
bila satu sisi kaki digosok
ke tumit ke atas melintasi
bantalan kaki.

1.4 Penilaian awal bayi baru lahir


Keadaan umum bayi baru lahir dinilai 1 menit dan 5 menit setelah
lahir menggunakan nilai APGAR. Dari hasil penelitian dapat diketahui
apakah bayi normal (AS 7-10), asfiksia sedang-ringan (4-6), atau bayi
menderita asfiksia berat (0-3). Bila bayi nilai APGAR dalam 2 menit tidak
mencapai nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut.
Tabel 1.2 nilai APGAR
Yang dinilai 0 1 2
Apperarance Pucat Badan merah Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas biru kemerahan
Pulse rate Tidak ada <100 >100
(frekuensi
nadi)
Grimace Tidak ada Sedikit gerak Batuk/bersin
(reaksi mimik
rangsngan)
Activity (tonus Tidak ada Ekstremitas Grakan aktif
otot) dalam sedikit
refleksi
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Baik/menangis
(pernafasan) teratur

1.5 Perawatan Neonatus


Perawatan bayi baru lahir diberikan segera setelah bayi lahir dan
dipastikan tidak ada kelainan atau kegawatdaruratan. Perawatan yang
diberikan harus sesuai standar serta memperhatikan kebersihan untuk
mencegah infeksi pada bayi baru lahir.
Menurut Sudarti (2014), asuhan segera bayi baru lahir normal adalah
asuhan yang diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran.
Aspek penting dari asuhan segera setelah lahir adalah :
1. Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu
a. Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dan
kulit ibu
b. Ganti handuk / kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan
selimut dan memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik
untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
c. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak kaki setiap
15 menit.
d. Apabila telapak kaki bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi
e. Apabila suhu bayi kurang dari 36,5°C, segera hangatkan bayi.
2. Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya
sesegera mungkin
a. Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara
ibu dan bayi penting untuk kehangatan mempertahankan panas
yang benar pada bayi baru lahir dan ikatan batin dan pemberian
ASI.
b. Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi tetap siap
dengan menunjukkan rooting reflek. Jangan paksakan bayi untuk
menyusu.
c. Jangan pisahkan bayi sedikitnya 1 jam setelah persalinan.
3. Menjaga pernafasan
a. Memeriksa pernafasan dan warna kulit setiap 5 menit
b. Jika tidak bernafas, lakukan hal-hal sebagai berikut : keringkan
bayi dengan selimut atau handuk hangat, gosoklah punggung bayi
dengan lembut.
c. Jika belum bernafas setelah 1 menit mulai resusitasi
d. Bila bayi cyanosis / kulit biru, atau sukar bernafas / frekuensi
pernafasan 30-60 kali/menit, berikan oksigen dengan kateter nasal.
4. Merawat mata
a. Berikan eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk pencegahan
penyakit mata klamidia, atau
b. Berikan tetes mata perak nitrat atau neosporin segera setelah lahir
5. Pemeriksaan fisik bayi menurut Sondakh (2013) :
a. Kepala : pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura menutup /
melebar, adanya caput succedaneum, cephal hematoma,
kraniotabes, dsb.
b. Mata : pemeriksaan terhadap perdarahan subconjungtiva, tanda -
tanda infeksi (pus)
c. Hidung dan mulut : pemeriksaan terhadap labio skizis, labio
palatoskizis, dan reflek isap (dinilai dengan mengamati bayi saat
menyusu).
d. Telinga : pemeriksaan terhadap preaurical tog, kelainan daun /
bentuk telinga.
e. Leher : pemeriksaan terhadap hematom sternocleidomastoideus,
ductus thyroglossalis, hygroma colli.
f. Dada : pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah dada,
pernafasan, retraksi intercostal, subcostal sifoid, merintih,
pernafasan cuping hidung, serta bunyi paru-paru (sonor, vesikular,
bronkial, dll).
g. Jantung : pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi jantung,
kelainan bunyi jantung.
h. Abdomen : pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati,
limpa, tumor aster), schaphoid (kemungkinan bayi menderita
diafragmatika / atresia esophagus tanpa fistula).
i. Tali pusat : pemeriksaan terhadap perdarahan, jumlah darah pada
tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia ditali pusat atau di
selangkangan.
j. Alat kelamin : pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam
skrotum, penis berlubang pada ujung penis (pada bayi laki-laki),
vagina berlubang, apakah labia mayora menutupi labia minora.
k. Lain-lain : mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila
tidak maka harus waspada terhadap atresia ani atau obstruksi usus.
Selain itu urin juga harus keluar dalam 24 jam. Kadang
pengeluaran urin tidak diketahui karena pada saat bayi lahir urin
bercampur dengan air ketuban. Bila urin tidak keluar dalam 24 jam
maka harus diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi saluran
kemih.

1.6 Pencegahan Infeksi


Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan atau
beberapa saat setelah lahir. Beberapa mikroorganisme harus diwaspadai
karena dapat ditularkan melalui percikan darah atau cairan tubuh, misalnya
virus HIV, hepatitis B, dan hepatitis C. Sebelum menangani bayi baru
lahir, pastikan penolong persalinan melakukan upaya pencegahan infeksi.
Tindakan pencegahan infeksi bayi baru lahir menurut Matondang (2013)
adalah sebagai berikut :
1. Persiapan diri
a. Sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi, cuci tangan dengan
sabun, kemudian dikeringkan.
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.

2. Persiapan alat
a. Pastikan semua peralatan dan bahan yang akan digunakan,
terutama klem, gunting, alat resusitasi, dan benang tali pusat telah
di desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau disterilkan. Gunakan bola
karet pengisap lendir yang baru dan bersih jika melakukan
pengisapan lendir dengan alat tersebut. Jangan menggunakan bola
pengisap yang sama pada bayi yang lain.
b. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut, dan kain yang digunakan
untuk bayi dalam keadaan bersih dan hangat.
c. Timbangan dan pita pengukur, thermometer, stetoskop, dan benda
yang bersentuhan dengan bayi juga dalam keadaan bersih dan
hangat.
d. Dekontaminasi dan cuci alat setelah digunakan.
e. Gunakan ruangan yang hangat dan terang.
f. Siapkan ruangan resusitasi yang bersih, kering, hangat, datar, dan
cukup keras misalnya meja atau dipan bayi.
g. Letakkan tempat resusitasi dekat pemancar panas dan tidak
berangin. Tutup jendela dan pintu.
h. Gunakan lampu pijar 60 watt dengan jarak 60 cm dari bayi sebagai
alternative jika pemancar panas tidak tersedia.

1.7 Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir


Ajarkan pada ibu tentang tanda bahaya pada bayi dan beritahu agar
merujuk bayi segera untuk perawatan lebih lanjut jika ditemui tanda-tanda
bahaya yang harus diwaspadai pada BBL yaitu:
a. Pernafasan sulit/ lebih dari 60x/menit, terlihat retraksi pada waktu
bernafas.
b. Suhu terlalu panas lebih dari 38o C, terlalu dingin kurang dari 36o C.
c. Warna abnormal, kulit/bibir biru (sianosis/pucat) atau bayi sangat
kering (terutama pada 24 jam pertama) biru.
d. Pemberian ASI sulit, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah.
e. Tali pusat merah, engkak, keluar cairaan, bau busuk, berdarah.
f. Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak, bernanah, bau busuk.
g. Gangguan gastrointestinal. Misalnya tidak mengeluarkan mekonium
selama 3 hari setelah lahir, muntah terus menerus, pada perut bengkak,
tinja hijau tua/ berdarah/ berlendir.
h. Tidak berkemih dalam 24 jam.
i. Menggigil, tangisa tidak biasa, lemas, mengangguk, kejang halus
j. Mata mengkak dan mengeluarkan cairan

1.8 Rawat Gabung


Rawat gabung atau rooming in adalah sistem perawatan ketika bayi
dan ibu dirawat dalam satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu
berada disamping ibu segera setelah dilahirkan sampai pulang
(Matondang, 2013).
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama -
sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-
waktu, setiap saat, ibu tersebut dapat menyusui anaknya. Rawat gabung
adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar,
atau tempat bersama - sama selama 24 jam penuh seharinya. Dalam
pelaksanaannya bayi harus selalu dekat ibunya semenjak dilahirkan sampai
saatnya pulang. Rawat gabung dapat bersifat :
1. Kontinu, dengan bayi tetap berada disamping ibunya terus menerus,
atau
2. Parsial, ibu dan bayi bersama-sama hanya dalam beberapa jam
seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di
kamar bayi (Marni, 2015).
Menurut Nanny (2014) tujuan dilakukannya rawat gabung ini adalah
sebagai berikut :
1. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan
saja saat dibutuhkan.
2. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar
seperti yang dilakukan oleh petugas.
3. Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya.
4. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung
dan membantu ibu dalam menyususi dan merawat bayinya secara baik
dan benar.
5. Ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional.
Keuntungan dan kerugian rawat gabung :
1. Keuntungan :
a. Menggalakkan pemberian ASI.
b. Kontak emosi ibu/anak lebih dini dan lebih rapat.
c. Ibu dapat segera melaporkan keadaan bayi yang abnormal.
d. Ibu dapat belajar cara merawat bayi.
e. Mengurangi ketergantungan ibu pada perawat/bidan dan
membangkitkan kepercayaan diri dalam perawatan bayi.
f. Dapat bertukar pengalaman dengan ibu yang lain, termasuk dapat
menumbuhkan motivasi untuk ber KB.
g. Berkurangnya infeksi silang dan infeksi nosokomial.
h. Mengurangi beban perawatan, terutama dalam pengawasan,
sehingga paramedic dapat melakukan pekerjaan lain yang
bermanfaat, misalnya penyuluhan serta cara perawatan payudara
dan perawatan bayi.
2. Kerugian :
a. Ibu dapat istirahat, karena tidak terganggu oleh bayinya sendiri /
bayi yang menangis.
b. Dapat terjadi salah pemberian makan karena pengaruh rekan-
rekannya.
c. Bayi mendapat infeksi dari pengunjung.
Menurut Sudarti (2014), terdapat beberapa keadaan yang tidak
menganjurkan dilakukan rawat gabung, antara lain :
1. Keadaan ibu :
a. Kondisi kardiorespirasi yang tidak baik ( penyakit jantung tingkat
III sebaiknya tidak menyusui).
b. Pasca eklamsia, dan kesadaran belum pulih.
c. Penyakit infeksi akut, TBC.
d. Penyakit hepatitis B, terinfeksi HIV, CMV (herpes simpleks).
e. Terbukti menderita karsinoma payudara.
f. Psikosis.
2. Keadaan bayi :
a. Bayi kejang atau kesadaran menurun.
b. Sakit pada jantung dan paru.
c. Bayi yang memerlukan pengawasan intensif / terapi khusus.
d. Cacat bawaan sehingga tidak mampu menyusu.
Teknik pelaksanaan rawat gabung :
1. Di Poliklinik Kebidanan :
a. Ibu diberi penyuluhan tentang manfaat ASI, rawat gabung,
perawatan payudara, makanan ibu hamil, perawatan bayi, dll.
b. Akanlebih baik jika ada ruangan untuk memutar filmtentang cara
perawatan payudara, makanan ibu hamil, perawatan bayi, dll.
c. Melayani konsultasi tentang masalah kesehatan ibu dan anak.
d. Membuat laporan bulanan mengenai jumlah pengunjung, aktivitas,
masalah yang dijumpai, dll ( Sudarti, 2014).
2. Di kamar bersalin :
Dikamar ini dapat dipasang gambar, poster tentang menyusui yang
baik dan benar. Serta menyusu segera setelah lahir. Dalam waktu 30
menit setelah lahir bayi segera disusukan. Rangsangan pada puting
susu akan merangsang hormone prolactin dan oksitosin untuk segera
memproduksi ASI.
3. Di kamar perawatan :
Bayi diletakkan didekat ibunya, awasi keadaan umum, dan kenali
tanda - tanda yang tidak normal, ibu dibantu untuk dapat menyususi
dengan baik dan benar, dan cara merawat payudara, mencatat keadaan
bayi sehari-hari. KIE tentang perawatan tali pusat, perawatan bayi,
penanggulangan diare, dan jika bayi sakit pindahkan ke ruang khusus.
Persyaratan tindakan rawat gabung yang ideal menurut Marni (2015),
antara lain :
a. Bayi
Ranjang bayi tersendiri yang mudah dijangkau dan dilihat oleh ibu.
Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi dan ukuran tempat tidur
anak 40x60 cm.
b. Ibu
Ukuran tempat tidur 90x200 cm dan tinggi 90 cm.
c. Ruang
Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5x3 cm, ruang dekat
dengan petugas (bagi yang masih memerlukan perawatan).
d. Sarana
Lemari pakaian, tempat mandi bayi dan perlengkapannya, tempat
cuci tangan ibu. Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri,
ada sarana penghubung, petunjuk atau sarana perawatan payudara,
bayi, dan nifas, pemberian makanan pada bayi dengan bahasa yang
sederhana, perlengkapan perawtan bayi.
e. Petugas
Rasio petugas dengan pasien 1:6 dan mempunyai kemampuan dan
keterampilan dalam pelaksanaan rawat gabung (RG).
1.9 Masalah Lazim Yang Terjadi Pada Bayi Baru Lahir
Ada beberapa masalah yang lazim terjadi pada bayi diantaranya
adalah bercak mongol, hemangioma, icterus, muntah, dan gumoh, oral
trush, dan miliarisis.
1. Bercak mongol
Bercak mongol adalah bercak warna biru yang biasanya terlihat
dibagian sacral, walaupun kadang terlihat dibagian tubuh yang lain.
Bercak mongol biasanya terjadi pada anak - anak yang dilahirkan oleh
orang tua Asia dan Afrika, terkadang juga terjadi pada anak - anak
dengan orang tua Mediterania (Mayes Midwifery Textbook dalam
Nanny, 2014).
Penatalaksanaan :
Bercak Mongol biasanya menghilang pada tahun pertama, atau pada 1-
4 tahun pertama, sehingga tidak memerlukan penanganan khusus.
Namun bercak Mongol multiple yang tersebar luas, terutama pada
tempat - tempat biasa cenderung tidak akan hilang dan dapat menetap
sampai dewasa. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh Bidan
dalam hal ini adalah dengan memberikan konseling pada orang tua
bayi. Bidan menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan bintik
Mongol, menjelaskan bahwa bintik Mongol ini akan menghilang
dalam hitungan bulan, atau tahun, dan tidak akan berbahaya dan tidak
memerlukan penanganan khusus sehingga orang tua bayi tidak merasa
cemas.
2. Hemangioma
Hemangioma adalah suatu tumorjaringan lunak atau tumor vascular
jinak akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh
darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan
pembuluh darah. Hemangioma sering terjadi pada bayi baru lahir dan
pada anak berusia kurang dari 1 tahun (5-10%). Hemangioma
merupakan tumor vaskuler jinak terlazim pada bayi dana anak.
Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang tua,
contohnya adalah cherry hemangioma atau angioma senilis yang
biasanya jinak, kecil, red purple pada kulit orang tua.
Penatalaksanaan :
Berikut konseling kepada orang tua bahwa tanda lahir itu normal dan
sering terjadi pada bayi baru lahir , sehingga orang tua tidak perlu
khawatir dalam menghadapi kejadian ini.
3. Ikterus
Ikterus adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang
terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubinemia.
Ikkerus merupakan kegawatan yang sering terjadi pada bayi baru lahir,
sebanyak 25-50% pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi berat
lahir rendah. Ikterus dibagi menjadi 2 yaitu icterus fisiologis dan
icterus patologis. Ikterus fisiologis adalah icterus normal yang dialami
oleh bayi baru lahir, tidak mempunyai dasar patologis, sehingga
berpotensi menjadi kern icterus. Ikterus patologis adalah icterus yang
mempunyai dasar patologis dengan kadar bilirubin mencapai suatu
nilai yang disebut hiperbilirubinemia.
Penatalaksanaan :
a. Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya.
b. Lakukan perawatan bayi sehari-hari seperti memandikan,
melakukan perawatan tali pusat, membersihkanjalan nafas, dan
menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi ± 30 menit.
c. Ajarkan ibu cara memandikan bayi, merawat tali pusat, menjaga
bayi agar tidak hipotermia.
d. Jelaskan pentingnya memberikan ASI sedini dan sesering mungkin,
menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi dengan kondisi
telanjang selama 30 menit, 15 menit dalam posisi terlentang dan
15 menit dalam posisi tengkurap.
e. Apabila ada tanda icterus yang lebih parah (misalnya feses
berwarna putih keabu-abuan dan liat seperti dempul, anjurkan ibu
untuk segera membawa bayinya ke Puskesmas.
f. Anjurkan ibu untuk kontrol setelah 2 hari.
4. Muntah
Muntah adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi
lambung dan abdomen. Muntah ini tidak jarang menetap, setelah
pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan
disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang
tertelan selama proses persalinan.
Penatalaksanaan :
a. Kaji faktor penyebab dan sifat muntah.
b. Berikan pengobatan yang bergantung pada faktor penyebab.
c. Ciptakan suasana tenang.
d. Perlakukan bayi secara baik dan hati-hati.
e. Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah.
f. Berikan antiemetic jika terjadi reaksi simptomatis.
g. Rujuk segera.
5. Gumoh
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah
beberapa saat setelah makanan masuk ke lambung. Muntah susu adalah
hal yang biasa terjadi, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal
ini tidak akan mengganggu pertambahanberat badan secara signifikan.
Gumoh biasanya terjadi karena bayi menelan udara pada saat menyusu.
Penatalaksanaan :
a. Perbaiki teknik menyusui.
b. Perhatikan posisi botol saat pemberian susu.
c. Sendawakan bayi setelah disusui.
d. Lakukan teknik menyusui yang benar, yaitu bibir mencakup rapat
seluruh putting susu ibu.
6. Oral trush
Oral trush adalah terinfeksinya membran mukosa mulut bayi oleh
jamur candidiasis yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak
keputihan dan membentuk plak-plak berkeping dimulut, terjadi ulkus
dangkal. Biasanya penderita akan menunjukan gejala demam karena
adanya iritasi gastrointestinal.
Penatalaksanaan : Oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan
sendirinya. Akan tetapi lebih baik jika diberikan pengobatan dengan
cara berikut :
a. Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi.
b. Apabila sumber infeksi berasal dari ibu, maka ibu harus segera
diobati dengan pemberian antibiotic berspektrum luas.
c. Jaga kebersihan dengan baik, terutama kebersihan mulut.
d. Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu
dengan air matang dan juga bersih.
e. Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, gunakan
teknik steril dalam memberikan botol susu.
7. Miliariasis
Miliriasis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat,
keringat buntet, atau prickle heat. Miliriasis adalah dermatosis yang
disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar
keringat. Ada dua tipe miliriasis, yaitu miliriasis kristalina, dan
miliriasis rubra.
Penatalaksanaan Miliriasis menurut Nanny (2014) antara lain :
a. Perinsipasuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan
menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
b. Menjaga kebersihan tubuh bayi.
c. Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembaban yang
cukup serta suhu yang sejuk dan kering.
d. Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
e. Pada miliaria rubra dapat diberikan bedak salicyl 2% dengan
menambahkan menthol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.
1.10 Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan
terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk
kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh dan
diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya
digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang
menyerap tubuh (Sudarti, 2014).
Ada dus jenis imunisasi pada bayi dan balita, yaitu imunisasi aktif
dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif yaitutubuh membuat sendiri zat anti
setelah adanya rangsangan antigen dari luar tubuh., rangsangan virus yang
telah dilemahkan seperti pada imunisasi polio atau imunisasi campak.
Sedangkan imunisasi pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat antibody
sendiri, tetapi kekebalan tersebut diperoleh dariluar dengan cara
penyuntikan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti, atau anak
tersebut mendapat zat anti dari ibunya semasa dalamkandungan, setelah
memperoleh zat penolak, prosesnya cepat, tetapi tidak bertahan lama
(Sudarti, 2014).
Tabel 1.3 Jadwal Pemberian Imunisasi
Penyakit Waktu Reaksi Perlindungan
Imunisasi Suntikan pada Anak bisa Tetanus harus
DPT, Difteri, umur 2, 4, 6, demam, tempat diulang setiap
batuk rejan dan 18 bulan. suntikan terasa 5 tahun supaya
(pertussis), Dan diulang sakit. terhindar dari
tetanus pada 4-5 tahun tetanus.
Polio Vaksin diminum Tidak ada Harus diulang
pada usis 0, 2, 3, agar selalu
4, 6, dan 18 terlindung.
bulan dan ulangi
pada umur 5
tahun.
Campak Suntikan pada Demam dan Tidak
usis 9 bulan dan timbul bercak - diketahui
diulang pada bercak. berapa lama
usia 6 tahun sejak vaksinasi
terakhir.
Tuberculosis Suntikan pada Sakit dan kaku Seumur hidup.
(TBC) usia 0-3 bulan ditempat
dan diulang suntikan.
pada usia 10-13
tahun kalau
dianggap perlu.
Rubella Suntikan untuk Mungkin nyeri Tidak
anak perempuan sendi diketahui
usia 10-14 tahun berapa lama
sejak vaksinasi
terakhir.

1.11 Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)


Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018),
pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan
melakukan pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dengan
pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :
a. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir
- Perawatan tali pusat
- Melaksanakan ASI Eksklusif
- Memastikan bayi telah diberi injeksi vitamin K1
- Memastikan bayi telah diberi salep mata antibiotic
- Pemberian imunisasi Hepatitis B
b. Pemeriksaan Menggunakan Pendekatan MTBM
- Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
icterus, diare, berat badan rendah, dan masalah pemberian ASI.
- Pemberian imunisasi Hepatitis B bila belum diberikan pada waktu
perawatan bayi baru lahir.
- Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermia, dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan buku KIA.
- Penanganan dan rujukan kasus jika diperlukan.
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) bertujuan untuk
mengetahui apakah seorang bayi baru lahir dalam keadaan sehat atau sakit
dapat dilakukan dengan memeriksa tanda dan gejala utama pada bayi.
Pemeriksaan tersebut menggunakan bagan bayi muda pada pedoman
Manajemen Terpadu Balita Sakit. Tanda atau gejala pada bayi muda sakit
kadang merupakan suatu masalah tersendiri atau bagian dari suatu
penyakit. Untuk membantu petugas kesehatan supaya dapat menangani
maslah bayi muda dibuat suatu bagan yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan diagnosis
tetapi dengan klasifikasi ini petugas bisa melakukan langkah-langkah
untuk melakukan pertolongan pada bayi sakit.
Dengan bagan ini petugas kesehatan diharapkan mampu
mengklasifikasikan bayi sakit, melakukan tindakan atau pengobatan,
memberikan konseling dan memberikan pelayanan tindak lanjut. Petugas
akan menulis hasil pemeriksaannya di formulir MTBS dan menggunakan
buku bagan MTBS sebagai alat bantunya. Dalam setiap kunjungan rumah
petugas harus mampu :
a. Menanyakan kepada ibu maslah yang dihadapi oleh bayinya.
b. Apabila menemukan bayi sakit, harus mampu mengklasifikasikan
penyakit bayi untuk :
- Kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
- Diare
- Ikterus
- Kemungkinan berat badan rendah
c. Menangani masalah pemberian ASI
d. Menentukan status imunisasi
e. Menentukan maslah atau keluhan lain
f. Memerlukan tindakan dan memberikan pengobatan bila diperlukan
g. Bila perlu, merujuk bayi muda dan memberikan tindakan pra rujukan
h. Melakukan konseling bagi ibu
i. Memberikan pelayanan tindak lanjut
Penilaian dan klasifikasi :
Jika seorang anak atau bayi muda dibawa ke klinik, petugas kesehatan
menggunakan keterampilan komunikasi yang baik untuk :
a. Menanyakan kepada ibu tentang masalah anaknya
b. Memeriksa adakah tanda bahaya umum yang menunjukkan kondisi
yang mengancam jiwa.
c. Memeriksa bayi muda untuk tanda dan gejala, pemberian vitamin K1
dan imunisasi.
d. Membuat klasifikasi berdasarkan algoritma pada buku bagan :
Dalam buku bagan terdapat 3 warna :
- Merah muda : bayi sakit berat dan harus dirujuk segera setelah
diberi pengobatan pra rujukan.
- Kuning : bayi dapat berobat jalan dan membutuhkan pengobatan
medis spesifik dan nasihat
- Hijau : Bayi sakit ringan dan cukup diberi nasehat sederhana
tentang penanganan dirumah (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

1.12 Pelayanan Kesehatan Neonatus


Pelayanan kesehatan neonates adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonates sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah
lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah. Kunjungan
neonates adalah kontak neonates dengan tenaga kesehatan minimal 2 kali
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan neonates, baik didalam maupun
diluar gedung Puskesmas.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses
neonatalterhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin
bila terdapat kelainan / masalah kesehatan pada neonates. Risiko terbesar
kematian neonates terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu
pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir
difasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal difasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama. Adapun waktu kunjungan neonates
menurut konsep pelayanan kesehatan neonates esensial adalah sebagai
berikut (Kemenkes RI, 2018).
a. KN I dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam
b. KN II dilakukan pada kurun waktu 3-7 hari setelah lahir
c. KN III dilakukan pada kurun waktu hari ke 8-28 hari setelah lahir.
Fokus asuhan pada setiap kunjungan neonates adalah sebagai berikut :
Tabel 1.4 Fokus Asuhan Pada Setiap Kunjungan Neonatus
Kunjungan Tanya Dan Lihat Keterangan
Kunjungan 1. ASI 1. Selama waktu ini bayi masih
Neonatal ke 1 2. Suhu tubuh menyesuaikan dengan
(KN I) bayi kehidupan diluar uterus dan
dilakukan dalam 3. Tali pusat membutuhkan ASI. Jangan
kurun waktu 6- 4. Warna kulit berikan cairan apapun.
48 jam setelah 5. BAB dn BAK 2. Tidak memandikan bayi
bayi lahir. sedikitnya 6 jam, bungkus bayi
dengan kain yang kering dan
hangat dan tutup kepala.
3. Pastikan tali pusat dalam
keadaan kering dan tidak ada
perdarahan.
4. Bayi kuning pada 24 jam
pertama atau setelah 2 minggu
menunjukkan tanda bahaya.
5. Bayi harus sudah BAB dan
BAK dalam 24 jam setelah
lahir.
Vitamin K dan 1. Vitamin K diberikan segera
imunisasi Hb setelah lahir agar efektif, hal ini
Uniject penting untuk bayi premature.
2. Imunisasi HB uniject harus
diberikan dalam 12 jam setelah
lahir atau kurang dari 7 hari
setelah lahir (Nanny, 2014).
Tanda Bahaya 1. Pemberian ASI sulit, sulit
Bayi menghisap atau lemah hisapan.
2. Kesulitan bernafas, yaitu
pernafasan cepat >60x/mnt atau
menggunakan otot tambahan.
3. Letargi bayi terus menerus
(tidur tanpa bangun untuk
minum)
4. Warna kulit abnormal (kulit
biru / cyanosis dan kuning
5. Suhu terlalu panas (febris) atau
terlalu dingin (hipotermia)
6. Tidak bertinja selama 3 hari,
muntah terus menerus, perut
membengkak, tinja hijautua dan
darah berlendir, tidak berkemih
dalam 24 jam
7. Mata bengkak atau
mengeluarkan cairan
8. Tali pusat merah, bengkak,
keluar cairan berbau busuk dan
darah
Berat Badan Secara normal berat badan akan
berkurang 5-7% selama hari
pertama setelah kelahiran
Kunjungan Pemberian ASI Ibu dan bayi masih menyesuaikan
Neonatal ke 2 diri untuk menyusu danmenyusui.
(KN II) Bayi sebaiknya diberi ASI sesuai
dilakukan dalam kehendak bayi atau kebutuhan bayi
kurun waktu setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap
hari ke 3 sampai 4 jam), bergantian payudara kiri
dengan hari ke 7 dan kanan.
setelah lahir
Tali Pusat Memastikan tali pusat dalam
keadaan bersih dan kering
Tanda bahaya Pemeriksaan tanda bahaya seperti
kemungkinan infeksi bakteri,
icterus, diare, berat badan rendah,
dan masalah pemberian ASI
Imunisasi Jika bayi belum menerima
imunisasi, berikan sekarang atau
bawa bayi ke sarana kesehatan
Kebersihan Kulit Kulit bayi sangat sensitif terhadap
kemungkinan infeksi, untuk
mencegah infeksi pada kulit bayi
kebersihan kulit harus selalu
dijaga. Selain itu orang tua maupun
orang lain yang ingin memegang
atau merawat bayi harus mencuci
tangan terlebih dahulu.
Kunjungan 1. ASI 1. Bayi harus disusukan 10-15 kali
Neonatal hari ke 2. Berat Badan dalam 24 jam dan dalam 2
3 (KN III) 3. Tanda Infeksi minggu pasca persalinan
dilakukan pada 4. Imunisasi 2. Bayi yang sehat akan
kurun waktu mengalami perubahan berat
hari ke 8 sampai badan setiap bulannya. Pada 7
dengan hari ke hari pertama, berat badan bayi
28 setelah lahir akan turun hingga 5-10% berat
badannya. Pada hari ke 10 berat
badan bayi akankembali
meningkat 150-210 gram per
minggu (Sudarti, 2012)
3. Pemeriksaan tanda bahaya
seperti kemungkinan infeksi
bakteri, icterus, diare, berat
badan rendah dan masalah
pemberian ASI
4. Imunisasi BCG dapat diberikan
sejak lahir hingga bayi berusia 2
bulan (Nanny, 2014).

Menurut Kemenkes (2018), selain perawatan dan pemeriksaan, pada


saat kunjungan neonates juga dilakukan pemberian nasihat atau informasi
tentang kesehatan bayi baru lahir. Pemberian nasehat atau informasi tentang
kesehatan bayi baru lahir dilakukan dengan menggunakan komunikasi yang
baik, yaitu ajukan pertanyaan dan dengarkan jawaban ibu dengan seksama,
puji ibu jika ibu telah melakukannya dengan benar, beri nasehat sesuai
dengan kebutuhan ibu dan lakukan cek pemahaman untuk mengetahui
apakah benar -benar telah memahami apa yang telah disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018. Penangangan


kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018. Asuhan Persalinan Normal.
Jakarta
Marni K, R,2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta:Pustaka
Matondang, dkk.2013. Diagnosis Fisis Pada Anak, edisi 2 CV Sagung Seto:
Jakarta
Nanny V, 2014. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
Sondakh JJ, 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Byi Baru Lahir.
Jakarta:Erlannga
Sudarti, dkk, 2014. Asuhan Pertumbuhan Neonatus Bayi Dan Balita Kehamilan,
Persalinan. Yogyakarta : Nuha Medika
ASUHAN KEBIDANAN
BAYI BARU LAHIR NORMAL
di PUSKESMAS RANUYOSO LUMAJANG

Tanggal / Jam Pengkajian : 02 Februari 2023, pukul 16.50 WIB


Tempat Pengkajian : Puskesmas Ranuyoso
Nama Pengkaji : Nurul Fitriyah

Identitas
Nama Bayi
Nama : By Ny “A.J”
Umur : 2 jam
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 2 Februari 2023
Jam lahir : 14:40 WIB
Anak ke : 2

Nama Ibu Nama Ayah


Nama : Ny. A.J Nama : Tn. S
Umur : 26 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidika : SD
n
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani
Alamat : Dusun Karang Tengah Rt 08 Rw 02 Kecamatan Ranuyoso
Kabupaten Lumajang
Status Ekonomi : Ibu terdaftar sebagai peserta BPJS PBI

I. Data Subjektif (S)


1. Keluhan Utama
Ibu melahirkan anak ke 2 di Puskesmas Ranuyoso secara normal, bayi lahir
langsung menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan, dan bayi sudah bisa
melakukan IMD pada 1 jam pertama setelah lahir.
2. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Prenatal
- Trimester I : Ibu mengatakan pada 3 bulan pertama kehamilan
mengeluh mual, muntah, dan pusing. Keluhan
tersebut tidak mengganggu aktivitasnya. Ibu
memeriksakan kehamilannya 2x, yaitu 1x di
Ponkesdes Tegalbangsri, dan 1x di Puskesmas
Ranuyoso.
- Trimester II : Ibu memeriksakan kehamilannya di Ponkesdes
Tegalbangsri 3x. Ibu sudah tidak mual, muntah,
dan pusing lagi. Setiap kali periksa ibu
mendapatkan vitamin, kalsium, dan tablet
tambah darah. Ibu telah merasakan gerakan bayi.
- Trimester III : Ibu mengeluh sering kencing dan nyeri
pinggang. Ibu memeriksakan kehamilannya 4x.
3x di Ponkesdes Tegalbangsri, dan 1x di
Puskesmas Ranuyoso. Ibu sangat senang dengan
kehamilan ini dan sangat menantikan
kelahirannya.

b Riwayat Natal
.
Ibu merasakan perut kenceng – kenceng disertai pengeluaran lendir
bercampur darah sejak jam 11:00 WIB. Keluarga langsung membawa
ibu ke Puskesmas Ranuyoso. Di Puskesmas Ranuyoso dilakukan
pemeriksaan oleh Bidan. Bayi lahir spontan jam 14:40 WIB, AS 7-8,
jenis kelamin perempuan, BB 3100 gram, PB 50 cm, LK 33 cm, anus
(+), cacat (-). Plasenta lahir 5 menit setelah bayi lahir.
c. Riwayat Post Natal

Ibu mengeluh perut sedikit mulas - mulas, mengeluarkan sedikit darah


berwarna merah segar dari jalan lahir. Tidak ada penyulit masa nifas, dan
ibu sudah belajar menyusui bayinya.
3. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan bayinya sudah mendapatkan imunisasi HB Uniject tanggal
02 Februari 2023 jam 15:45 wib.

4. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita


a. Penyakit jantung : Tidak ada
b. Penyakit ginjal : Tidak ada
c. Penyakit asma / TBC / paru : Tidak ada
d. Penyakit hepatitis : Tidak ada
e. Penyakit DM : Tidak ada
f. Penyakit hipertensi : Tidak ada
g. Penyakit epilepsi : Tidak ada
h. Lain – lain : Tidak ada

5. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Penyakit jantung : Tidak ada
b. Penyakit hipertensi : Tidak ada
c. Penyakit DM : Tidak ada
d. Gemeli : Tidak ada
e. Lain - lain : Tidak ada

6. Pola Kebiasaan sehari - hari :


a. Pola Nutrisi : Ibu mengatakan bayinya hanya
diberi ASI saja
b. Pola Eliminasi : Ibu mengatakan bayi belum BAK,
bayi sudah BAB 1x warna hitam
pekat dan lengket.
c. Pola Tidur / Istirahat : Ibu mengatakan bayinya tertidur
setelah menyusu
d. Aktivitas dan Latihan : Ibu mengatakan tangan dan kaki
bayi bergerak aktif, tonus otot
kuat
e. Pola Personal Hygiene : Ibu mengatakan bayinya belum
dimandikan, ganti popok jika
BAB dan BAK, dilakukan
perawatan tali pusat dengan kasa
steril

II. Data Objektif (O)


1 Pemeriksaan Umum
KU bayi : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Penilaian Awal : Menangis kuat (+), warna kulit kemerahan (+),
tonus otot bergerak aktif.
TTV : HR 138x/mnt, S 36,3, RR 50x/mnt
Antopometri : BB 3100 gram, PBL 50 cm, LK 33 cm, LD : 33
cm, LP : 32 cm, Lila 10 cm

2 Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut hitam dan tebal, tidak terdapat benjolan
abnormal, tidak terdapat caput succedaneum,
tidak ada molase dan cephal hematoma.
b. Mata : Simetris kiri dan kanan, sclera tidak ikterik,
konjungtiva tidak pucat, tidak ada strabismus
c. Hidung : Lubang hidung simetris antara kanan dan kiri,
tidak terdapat kotoran, tidak ada pernafasan
cuping hidung dan tidak ada polip.
d. Mulut : Bibir lembab, warna merah muda, tidak ada
labio palatoschiziz, dan tidak ada labio sciziz,
lidah bersih.
e. Telinga : Simetris kanan dan kiri, terlihat kotorankarena
belum dimandikan, tidak ada kelainan pada
telinga.
f. Leher : Tidak terlihat pembesaran pada kelenjar tyroid,
kelenjar limfe, maupun vena jugularis, bebas
bergerak, tidak ada lipatan kulit berlebihan
dibelakang leher.
g. Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak
terdengar bunyi wheezing maupun ronchi, suara
jantung normal
h. Abdomen : Berbentuk cembung, tidak ada benjolan
abnormal, tali pusat terbungkus kassa steril, tidak
ada perdarahan pada tali pusat, tidak ada
kelainan pada abdomen, bising usus +
i. Punggung : Tidak ada spina bifida
j. Genetalia : Labia mayor menutupi labia minor
k. Anus : Bersih, berlubang, tidak ada atresia ani pada
rectum.
l. Ekstrimitas
a. Atas : Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat polidaktili
dan sindaktili, pergerakan aktif
b. Bawah : Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat polidaktili
dan sindaktili, pergerakan aktif

3. Refleks
a) Moro reflek : bayi bergerak memeluk bila dikagetkan
b) Rooting reflek : bayi bias mencari putting susu ibu dengan
baik
c) Swallowing reflek : bayi bisa menyusu dengan kuat
d) Suckling reflek : bayi bisa menelan ASI dengan baik
e) Reflek menggenggam : bayi mampu menggenggam dengan baik
bila di berikan rangsangan telunjuk ke telapak tangan
f) Babinski : gerakan jari-jari kaki bayi mencengkram
ketika bagian bawah kaki diusap
g) tonick neek reflek : bayi dalam posisi terbaring dan kepalanya
ditengokkan
III. Analisa Data (A)
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 jam
IV. Penatalaksanaan (P)
Tanggal : 02 februari 2023 jam: 17.00 wib
1. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan, bahwa bayi dalam
kondisi sehat
e/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh bidan
2. Memberikan KIE kepada Ibu dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi
e/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh bidan dan dapat
mempraktekkan cara mencuci tangan dengan benar.
3. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan
topi dan membedongnya
e/ Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau melaksanakannya.
4. Mengajari ibu cara menyusui yang benar
e/ Ibu bisa mempraktekkan cara menyusui yang benar
5. Menganjurkan kepada ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya
e/ Ibu mengerti dengan penjelasan Bidan
6. Mengajari ibu cara merawat tali pusat
e/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh bidan
7. Memberikan KIE pada ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir dan nifas
e/ Ibu dapat menyebutkan kembali tanda bahaya yang telah dijelaskan oleh
bidan.
8. Menganjurkan kepada ibu untuk segera melapor pada bidan jaga jika
menjumpai salah satu tanda bahaya pada bayi baru lahir dan ibu nifas.
e/ Ibu mengerti dengan pemjelasan bidan
9. Memberikan KIE kepada ibu untuk selalu menjaga personal hygiene bayi dan
dirinya
e/ ibu mengerti dengan penjelasan bidan
10. Menganjurkan kepada keluarga untuk selalu mematuhi protokol kesehatan
e/ Ibu dan keluarga bersedia mengikuti protokol kesehatan
11. Melakukan pendokumentasian di buku kia
e/ Pendokumentasian telah dilakukan.
LEMBAR KONSULTASI
Nama : Nurul Fitriyah Ruangan : Puskesmas Ranuyoso
NIM : 15901.04.22086 Kasus : Bayi Baru Lahir Normal

No Hari / tanggal Masukan Paraf


Ci lahan Ci Akademik
1. 05/02/2023 a. Pada pola eliminasi Bd. Riska
Faraswati,
tambahan: ibu
S.ST., M.Keb.
mengatakan
b. Pada pemeriksaan leher
tambahkan: bebas
bergerak, lipatan kulit
berlebihan dibelakang
leher (-)  karena jika
ada maka perlu
dicurigai trisomy 21
c. Pada pemeriksaan dada
tambahkan: suara
jantung normal
d. Pada analisa data
tambahkan: sesuai masa
kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai