Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG BERSALIN

PRAKTEK LAB KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR (BBL) DI RUANG ..


PUSKESMAS KECAMATAN MATRAMAN
Tanggal 12 Juli 2022 s/d 22 Juli 2022

Dibimbing Oleh:
Ns. Neli Husniawati, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:
Riska Alya Alawiyah (1032191054)

UNIVERSITAS MH THAMRIN
SARJANA KEPERAWATAN
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami
trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan kehidupan
intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011).
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0 - 28 hari (Mega, 2020). Bayi
baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Manuaba, 2012).
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37- 42
mingguatau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, bayi baru
lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru di lahirkan sampai dengan usia empat
minggu (Deasy, kk., 2020).
Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37-42 minggu, berat badan
2500-4000 gram, panjang lahir 48-52 cm. lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm,
lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120- 160 kali permenit, kulit kemerah-
merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan
rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai Appearance
Pulse Grimace Activity Respiration (APGAR) >7, gerakan aktif, bayi langsung menangis
kuat, genetalia pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum
dan penis yang berlubang sedangkan genetalia pada perempuan kematangan ditandai dengan
labia mayora menutupi labia minora, refleks rooting susu terbentuk dengan baik, refleks
sucking sudah terbentuk dengan baik (Armini, 2017)
2. ANATOMI FISIOLOGIS
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus
darikehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus.Beberapa perubahan fisiologi yang
dialami bayi baru lahir antara lain yaitu :
1. Sistem Pernafasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus mengatasi
resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama kali.Pada umur kehamilan 34-36
minggu struktur paru-paru matang, artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan
sistem alveoli.Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi
(Rahardjo dan Marmi, 2015).
Tabel 1 Perkembangan sistem pulmonal sesuai umur kehamilan
Umur Kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru-paru terbentuk
26-28 hari Dua bronchi membesar
6 minggu Dibentuk segmen bronkus
12 minggu Differensial lobus
24 minggu Dibentuk alveolus
28 minggu Dibentuk surfaktan
34-36 minggu Maturasi struktur (paru-paru dapat mengembangkan
sistem alveolidan tidak mengempis lagi)
Sumber: Rahardjo.Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan anak Prasekolah

Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.


Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru- paru bayi.Rangsangan
gerakan pernapasan pertama :
a) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasimekanik).
b) Penurunan Pa02 dan peningkatan PaC02 merangsang kemoreseptor
yangterletak disinus karotikus (stimulasi kimiawi).
c) Rangsangan dingin didaerah muka dan perubahan suhu didalam
uterus(stimulasi sensorik)(Indrayani, 2013).
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama
sesudah lahir.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain
adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan
merintih sehingga tertahan di dalam.Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan
diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam tarikan belum
teratur.Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku
sehingga terjadi atelektasis, dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat
mempertahankan hidupnya karena adannya kelanjutan metabolisme anaerobik.
2. Sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati,
sebagian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung.Dari bilik
kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh.Dari bilik kanan darah di pompa
sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir,
paru akan berkembang mengakibatkan tekanan-tekanan arteriol dalam paru menurun.
Tekanan dalam jantung kiri lebih besar dari pada tekanan jantung kanan yang
mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional. Hal ini terjadi pada
jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan
tekanan dalam aorta desenden naik dan karena rangsangan biokimia (pa02 yang naik),
duktus arteriosus akan berobliterasi, ini terjadi pada hari pertama.Aliran darah paru
pada hari pertama ialah 4-5 liter per menit / m2.Aliran darah sistolik pada hari
pertama rendah yaitu 1.96 liter/menit/m2 karena penutupan duktus arteriosus
(Indrayani, 2013).
3. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari orang dewasa sehingga
metabolisme basal per kg BB akan lebih besar, sehingga BBL harus menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat
dan lemak.Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat.Pada
hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak.Setelah mendapat suhu < pada hari
keenam, energy 60% di dapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat (Indrayani,
2013).
4. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan kadar
natriumrelatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal
belum sempurna karena :
a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
b) Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal
c) Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa(Indrayani, 2013)
5. Imunoglobulin
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang
akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.Kekebalan alami terdiri dari
struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:Perlindungan dari membran mukosa,
Fungsi saringan saluran nafas, Pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus,
Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung (Walyani dan Purwoastuti, 2015)
6. Truktus digestivenus
Truktus digestivenus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan
orang dewasa.Pada neonatus traktus digestivenus mengandung zat yang berwarna
hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut meconium.
Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan 4 hari biasanya tinja
sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivenus biasanya
sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas.Bayi sudah ada refleks hisap
dan menelan, sehingga pada bayi lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh sering terjadi
akibat dari hubungan oesofagus bawah dengan lambung belum sempurna, dan
kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu < 30 cc (Indrayani, 2013)
7. Hati
Fungsi hati janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih dalam keadaan
matur (belum matang), hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
menghilangkan bekas penghancuran dalam peredaran darah (Rahardjo dan Marmi,
2015). Setelah segera lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu
kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik
juga mulai berkurang walaupun memakan waktu yang lama. Enzim hati belum aktif
benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasihati pada neonatus juga belum
sempurna,contohnya peberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50
mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome(Indrayani, 2013)
3. TAHAPAN BAYI BARU LAHIR
1. Tahap I: terjadi segera setelah lahir, Selama menit- menit pertama kelahiran.Pada
tahap ini digunakan sistem skoring apgar untuk fisik dan scoring gray untukinteraksi
bayi dan ibu.
2. Tahap II: di sebut transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukanpengkajian selama
24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
3. Tahap III: disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jampertama yang
meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Rahardjo, K., Marmi, 2015).
3. ETIOLOGI
1. His (Kontraksi otot rahim)
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
4. TANDA BAYI NORMAL
1. Bb 2500 – 4000 gr
2. Pb lahir 48 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. Bunyi jantung dalam menit – menit pertama kira – kira 180x/menit, kemudian
menurun
6. Sampai 120x/menit atau 140x/menit
7. Pernafasan pada menit – menit pertama cepat kira – kira 180x/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira – kira 40x/menit
8. kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan
diliputi
9. Vernic caseosa
10. Rambut lanugo setelah tidak terlihat,rambut kepala biasanya telah sempurna
11. Kuku agak panjang dan lemah
12. Genitalia labia mayora telah menutup, labia minora (pada perempuan) testis sudah
turun (pada anak laki – laki)
13. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
14. Reflek moro sudah baik, apabila bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan
seperti memeluk
15. Gerak reflek sudah baik, apabila diletakan sesuatu benda diatas telapak tangan bayi
akan menggenggam atau adanya gerakan reflek
16. Eliminasi baik. Urine dan meconium akan keluar dalam 24 jam pertama. Meconium
berwarna kuning kecoklatan.
5. KOMPLIKASI
1. Sebore
2. Ruam
3. Moniliasis
4. Ikterus fisiologi
5. Gangguan sistem saraf pusat : koma, menurunnya reflex mata
6. Kardiovaskular : penurunan tekanan darah secara berangsur
7. Pernafasan : Menurunnya konsumsi oksigen
8. Saraf dan otot : tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
6. PATOFISIOLOGIS
1. Adaptasi Fisiologis
Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi :
1) Sistem pernafasan
Masa alveoli akan kolaps dan paru- paru kaku. Pernafasan pada neonatus
biasanya pernafasan diafragma dan abnominal. Sedangkan respirasi setelah
beberapa saat kelahiran yaitu 30 -60 x/menit.
2) Jantung dan sirkulasi darah
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat. Dengan
demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah
mengalir ke paru-paru. Dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi,
foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi karena pemotongan
tali pusat.
3) Saluran pencernaan
Mekonium merupakan tinnja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24
jam pertama.
4) Hepar
Fungsi hepar janin dalam kandungan setelah lahir dalam keadaan imatur
(belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
menindakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum
aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Urin Difosfat Glukoronide
Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrigerase) yang berfungsi
dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus fisiologis.
5) Metabolisme
Pada jam -jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme lemak
sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.
6) Produksi panas
Pada neonatus yang mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian
suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan
pembakaran "brown fat" (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi
daripada lemak biasa.
7) Kelenjar endokrin
Kelenjar tiroid yang sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai
berfungsi sejak beberapa bulan sebelum akhir.
8) Keseimbangan air dan ginjal
Tubuh bayi mengandung banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar
daripada kalium.
9) Susunan saraf
Gerakan menelan pada janin, sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 Minggu
dapat hirup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif
terhadap cahaya
10) Imunologi
Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan asi.
11) Sistem integument.
12) Sistem hematopoiesis.
13) Sistem skeletal
Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harus
simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis yg telapak tangan dan
sudah terlihat pada bayi cukup bulan. (Armini, 2017).
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sel Darah Putih 18000/mm
2. Neutropil meningkat sampai /mm hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
3. Hemoglobin 15-20g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia)
4. Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar gula menunjukan anemia/hemoraghi prenatal)
5. Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1-2 hari dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari.
6. Detrosik:Tetes glukosa selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran ratarata
mg/dl,meningkat mg/dl pada hari ke 3.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah transisi dari
kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar dan tidak ada kelainan.
Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan. Pemeriksaan
rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau anomali
kongenital yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran, pengelolaan
lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat antenatal, mempertimbangkan
masalah potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan, dan
memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden infant death
syndrome (SIDS).
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk membersihkan jalan
napas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan
pencegahan infeksi Asuhan bayi baru lahir meliputi :
1. Pencegahan Infeksi (PI)
2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk menilai apakah bayi
mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi
lahir dengan tiga pertanyaan :
a) Apakah kehamilan cukup bulan?
b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif? Jika ada jawaban “tidak”
kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga harus segera dilakukan resusitasi.
Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak dilakukan secara rutin
(Kementerian Kesehatan RI, 2013)
3. Pemotongan dan perawatan tali pusat Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda
asfiksia pada bayi, dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan
mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut
ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan satu
tangan melindungi perut bayi. Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus
tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian
Kesehatan RI, 2013). Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan
sebelum memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena menghambat
pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer, 2013).
4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada
ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD selama 1 jam.
Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi
akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu pertama biasanya
berlangsung pada menit ke- 45-60 dan berlangsung selama 10-20 menit dan bayi
cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Jika bayi
belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan
puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika
bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan perawatan
neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K, salep mata, serta
pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar
menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
5. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi
dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
6. Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata. Beri
bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1%
atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah
kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam
setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
7. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1dosis tunggal di paha kiri
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1
mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI,
2010). Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic disease of the
newborn dapat diberikan dalam suntikan yang memberikan pencegahan lebih
terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi
absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013).
Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry, 2014).
8. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan Imunisasi
Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan vitamin K1 yang
bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat
menimbulkan kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
9. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada
bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut
selama 24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali
pada umur 4- 7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI,
2010).
10. Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian
ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif
mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan.
Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi
Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan
perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Aktivitas
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak semi-
koma,saat tidur dalam meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan
mata cepat (REM) tidur sehari rata-rata 20 jam.
b) Sirkulasi
Rata-rata nadi apical dpm, meningkat sampai 120 dpm pada jam setelah
kelahiran). Nadi perifer mungkin melemah,murmur jantung sering ada selama periode
transisi, TD berentang dari mmHg (sistolik)/40-45 mmHg (diastolik) Tali pusat
diklem dengan aman tanpa rembesan darah,menunjukan tanda-tanda pengeringan
dalam 1-2 jam kelahiran mengerut dan menghitam pada hari ke 2 atau ke 3.
c) Eliminasi
Abdomen lunak tanpa distensi,bising usus aktif pada beberapa jam setelah
kelahiran. Urin tidak berwarna atau kuning pucat,dengan 6- 10 popok basah per 24
jam.Pergerakan feses mekonium dalam 24 sampai 48 jam kelahiran.
d) Makanan atau cairan
Berat badan rata-rata gram.Penurunan berat badan di awal 5%- 10%e.
Neurosensori Lingkar kepala cm,fontanel anterior dan posterior lunak dan datar,
Kaput suksedaneum dan molding mungkin ada Selama 3-4 hari, Mata dan kelopak
mata mungkin edema, Strabismus dan fenomena mata boneka sering ada.
e) Pernapasan Takipnea, pernapasan dangkal, ekspirasi sulit.
f) Seksualitas
Genitalia wanita : Labia vagina agak kemerahan atau edema,tanda vagina/hymen
dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma)atau rabas berdarah sedikit (pseudo
menstruasi) mungkin ada.
Genitalia pria :Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa
terjadi(lubang prepusium sempit, mencegah retraksi foreksim ke glan).
2. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Ketidakadekuatan pertahan Risiko infeksi (D. 0141)
tubuh sekunder
DO : kulit memerah,
Sianosis, Bunyi napas
menurun, Frekuensi napas
berubah,
DS : Tidak ada riwayat Kurangnya lapisan lemak Risiko hipotermi (D.0140)
penyakit keturunan dari subkutan
keluarga.

DO : Bayi berada di dalam


incubator, Daya hisap lemah,
Bayi tampak lemah, Bayi
gerak hanya saat tidak
nyaman, lapar, dan saat ada
rangsangan, selebihnya tidur
DS : Spasme jalan nafas Bersihan jalan nafas tidak
efektif (D.0001)
DO : Gelisah, Sianosis,
Bunyi napas menurun,
Frekuensi napas berubah,
Pola napas berubah
DS : Tidak rawat gabung Menyusui tidak efektif
(D.0029)
DO : Intake bayi tidak
adekuat, Bayi menhisap tidak
terus, Bayi menangis saat
disusui, Bayi rewel dan
menangis terus dalam
jamjam pertama setelah
menyusui, Menolak untuk
menghisap

3. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Risiko infeksi berhubungan dengan Ketidakadekuatan pertahan tubuh sekunder (D.
0141)
2. Risiko hipotermi berhubungan dengan kurangnya lapisan lemak subkutan (D.0140)
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas (D.0001)
4. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat gabung (D.0029)

4. INTE
No. Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 (D. Setelah Dilakukan PENCEGAHAN Berisiko Mengalami
0141) Tindakan INFEKSI (I.14539) Peningkatan Terserang
Keperawatan …. x 24 Observasi : Organisme Patogenik
Jam, Diharapkan :  Monitor Tanda Dan
1. Tingkat Infeksi Gejala Infeksi Lokal.
Menurun (L. 14137)
Terapeutik :
 Cuci Tangan Sebelum
Dan Sesudah Kontak
Dengan Pasien.
 Batasi Jumlah
Kunjungan.
 Pertahankan Teknik
Aseptic

Kolaborasi :
 Kolaborasi Pemberian
Imunisasi, Jika
Perluinformasikan
Penundaan Pemberian
Imunisasi Tidak Berarti
Mengulang Jadwal
Imunisasi Kembali.
 Informasikan
Penyedia Layanan
Pekan Imunisasi
Nasional Yang
Menyediakan Vaksin
Gratis
2 (D. Setelah Dilakukan Manajemen Hipotermi  Berisiko Mengalami
0140) Tindakan (I.14507) Kegagalan Termoregulasi
Keperawatan … x 24 Observasi : Yang Dapat Mengakibatkan
Jam, Diharapkan :  Monitor Suhu Tubuh. Suhu Tubuh Berada Dibawah
1. Kemampuan  Identifikasi Penyebab Rentang Normal.
Mengenali Perubahan Hipotermia ( Mis,  Mengidentifikasi Dan
Status Kesehatan Terpapar Suhu Mengelola Suhu Tubuh
Meningkat. Lingkungan Rendah, Dibawah Rentang Normal.
2. Penggunaan Pakaian Tipis,
Fasilitas Kesehatan Kerusakam
Meningkat Kontrol Hipotalamus, Penurunan
Risiko (L.14128) Laju Metabolisme,
Kekurangan Lemak
Subkutan).
 Monitor Tanda Dan
Gejala Akibat
Hipotermia ( Hipotermia
Ringan: Takipnea
Disartria, Menggigil,
Hipertensi, Diuresis;
Hipotermia Sedang:
Aritmia, Hipotensi,
Apatis, Koagulopati,
Refleks Menurun;
Hiptermia Berat:
Oliguria, Refleks
Menghilang, Edema
Paru, AsamBasa
Abnormal)

Terapeutik :
 Sediakan Lingkungan
Yang Hangat (Mis, Atur
Suhu Ruangan,
Inkubator).
 Ganti Pakaian
Dan/Atau Linen Yang
Basah.
 Lakukan
Pengahangatan Pasif
(Mis, Selimut, Menutup
Kepala, Pakaian Tebal).
 Lakukan
Penghangatan Aktif
(Mis, Kompres Hangat,
Botol Hangat, Selimut
Hangat, Perawatan
Metode Kanguru).
 Lakukan
Penghangatan Aktif
Internal (Mis, Infus
Cairan Hangat, Oksigen
Hangat, Lavase
Peritoneal Dengan
Cairan Hangat)
3 (D. Setelah Dilakukan Pemantauan Respirasi Mengumpulkan Dan
0001) Tindakan (I. 01014) Menganalisis Data Untuk
Keperawatan … x 24 Observasi : Memastikan Kepatenan Jalan
Jam, Diharapkan :  Monitor Frekuensi, Napas Dan Keefektifan
1. Sianosis Menurun. Irama, Kedalaman Dan Pertukaran Gas.
2. Frekuensi Nafas Upaya Napas.
Membaik.  Monitor Pola Napas
3. Pola Nafas ( Seperti Bradipnea,
Membaik (Bersihan Takipnea,
Jalan Nafas (L. 01001) Hiperventilasi,
Kusmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, Ataksik).
 Monitor Adanya
Sumbatan Jalan Napas.
 Auskultasi Bunyi
Napas
 Monitor Saturasi
Oksigen

Terapeutik :
 Atur Interval
Pemantauan Respirasi
Sesuai Kondisi Pasien.
 Dokumentasikan Hasil
Pemantauan

Eduakasi.
 Jelaskan Tujuan Dan
Prosedur Pemantauan.
 Informasikan Hasil
Pemantauan, Jika Perlu
4 (D. Setelah Dilakukan Promosi ASI Ekslusif Meningkatkan Kemampuan
0029) Tindakan (I.03135) Ibu Dalam Memberikan ASI
Keperawatan … x 24 Observasi : Secara Eksklusif (0-6 Bulan)
Jam, Diharapkan :  Identifikasi
1. Bayi Rewel Kebutuhan Laktasi Bagi
Menurun. Ibu Pada Anteriatal,
2. Intake Bayi Intranatal, Dan
Membaik. Posttnatal
3. Hisapan Bayi
Membaik. Terapeutik
4. Suplai Asi Adekuat  Fasilitasi Ibu Untuk
(Status Menyusui Rawat Gabung Atau
L.03029). Rooming In
 Gunakan Sendok Dan
Cangkir Jika Bayi
Belum Bisa Menyusu
 Dukung Ibu Menyusui
Dengan Mendampingi
Ibu Selama Kegiatan
Menyusui Berlangsung
 Diskusikan Dengan
Keluarga Tentang ASI
Eksklusif

Edukasi :
 Jelaskan Manfaat
Menyusui Bagi Ibu Dan
Bayi
 Jelaskan Pentingnya
Menyusui Di Malam
Hari Untuk
Mempertahankan Dan
Meningkatkan Produksi
ASI.
 Jelaskan Tanda-Tanda
Bayi Cukup ASI (Mis,
Berat Badan Meningkat,
BAK Lebih Dari 10
Kali/Hari, Warna Urine
Tidak Pekat).
 Anjurkan Ibu
Memberikan Nutrisi
Kepada Bayi Hanya
Dengan ASI.
 Anjurkan Ibu Menjaga
Produksi ASI Dengan
Memerah, Walaupun
Kondisi Ibu Atau Bayi
Terpisah.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi mengacu pada intervensi
5. EVALUASI
Evaluasi mengacu pada implementasi
DAFTAR PUSTAKA
Armini, N.W., Sriasih, NG.K., dan Marhaeni, G.A. (2017). Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Deasy, dkk. (2020). Ilmu kuliah : Ilmu kesehatan Anak. Medan : Yayasan kita menulis.
Indrayani, T., & Fatimah, S. K. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu, Sikap Ibu Dan Media
Informasi Dalam pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari Pada bayi baru lahir di BPM Hj.
Darmis syaiful Jakarta Timur. Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan,
9(1), 195-204. https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/
Mega Cahyani, P. N. L. S., Yuni Gumala, S. K. M., Made, N., Suarjana, S. K. M., & Made, I.
(2020). Hubungan Konsumsi PUFA Dengan Status Gizi Dan Lingkar Kepala Bayi Baru
Lahir Di Klinik Bersalin Yayasan Bumi Sehat. (Doctoral dissertation, Jurusan Gizi).
Ni Wayan Metriani, N. W. (2021). Gambaran Kejadian Infeksi Bayi Baru Lahir Di Ruang
Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar Tahun 2020. (Doctoral
dissertation, Jurusan Kebidanan 2021).
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta:
DPP PPNI. PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Rahardjo, K., Marmi. 2015. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
Walyani ES dan Purwoastuti E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai