Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir
2500 gram sampai dengan 4000 gram. (Buku Asuhan
Neonatus, Bayi, dan Balita, 2012). Neonatal adalah masa bayi
selama 28 hari pertama setelah bayi lahir (usia 0 - 28 hari)
(Pusdiknakes, 2010).
Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL) adalah asuhan yang
diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah
kelahiran walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus
pada ibu tetapi karena proses tersebut merupakan proses
pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan
suatu persalinan baru dikatakan berhasil apabila selama ibu dan
bayi yang dilahirkannya juga dalam kondisi yang optimal.
(Buku Panduan Praktis Yankes Maternal dan Neonatal, 2012).
Sedangkan menurut Mitayani, bayi baru lahir normal
adalah bayi yang baru lahir dengan usia kehamilan atau masa
gestasi yang dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36-40
minggu (Mitayani, 2010). Bayi baru lahir normal harus
menjalani proses adaptasi dari kehidupan didalam rahim
(intrauterine) ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin).
Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke ekstrauterin
dipengaruhioleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik dan
termik yang menimbulkan perubahan metabolik, pernafasan
dan sirkulasi pada bayi baru lahir normal (Mitayani, 2010).

7
8

2. Fisiologi
Neonatus mulai bernafas dan menangis segera setelah
lahir yang menunjukkan terbentuknya mekanisme pada thoraks
sewaktu melalui jalan lahir. Penurunan kadar oksigen dan
kenaikan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus
karotis (stimulasi kimiawi) dan rangsangan dingin di daerah
muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan
(stimulasi sensorik). Dengan terpotongnya tali pusat bayi maka
sirkulasi plasenta terhenti. Aliran darah ke atrium kanan
menurun sehingga tekanan jantung menurun, tekanan darah di
aorta hilang sehingga tekanan jantung kiri meningkat. Paru -
paru mengalami retensi dan aliran darah ke paru - paru
meningkat yang menyebabkan tekanan ventrikel kiri
meningkat. Hal tersebut mengakibatkan duktus botalii tidak
berfungsi dan foramen ovale menutup (Saleha, 2012).
Dalam 24 jam pertama neonatus akan mengeluarkan
tinja yang berwarna hijau kehitam - hitaman. Ini dinamakan
mekonium. Frekuensi pengeluaran tinja pada neonatus
dipengaruhi oleh pemberian makanan atau minuman. Enzim
pada saluran pencernaan biasanya sudah ada pada neonatus
kecuali enzim amilase. Enzim hepar pada neonatus belum aktif
betul misalnya enzim G6PD yang berfungsi dalam sintesis
bilirubin sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus
fisiologis (Saleha, 2012).
Neonatus memiliki luas permukaan tubuh yang luas
sehingga metabolisme perkilogram berat badannya besar. Pada
jam-jam pertama, energi didapatkan dari pembakaran
karbohidrat dan pada hari kedua energi berasal dari
pembakaran lemak. Apabila neonatus mengalami hipotermia,
tubuhnya akan mengadakan penyesuaian suhu terutama dengan
9

cara pembakaran cadangan lemak coklat yang memberikan


energi lebih banyak dari pada lemak biasa. Hormon yang
didapatkan dari ibu masih berfungsi, hal ini terlihat dari adanya
pembesaran kelenjar mammae, kadang-kadang adanya
pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai darah haid.
Ginjal pada neonatus baru bisa memproses air yang didapat
setelah 5 hari kelahiran (Saleha, 2012).
3. Tanda dan Gejala Bayi Baru Lahir Normal
a. Berat badan 2500 - 4000 gram
b. Panjang badan lahir 48 - 52 cm
c. Lingkar dada 30 - 38 cm
d. Lingkar kepala 33 - 35 cm
e. Frekuensi jantung 180 denyut/menit,kemudian menurun
sampai 120-140 denyut /menit.
f. Pernapasan pada beberapa menit pertama cepat, kira – kira
80 kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira – kira
40 kali/menit.
g. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa.
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora
(pada perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki).
k. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l. Refleks moro sudah baik, jika terkejut bayi akan
memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk.
m. Eliminasi, baik urine dan mekonium akan keluar dalam 24
jam pertama. (Saleha, 2012).
10

Tabel 2.1 Apgar score


Nilai
No. Aspek yang Dinilai 0 1 2

1. Appearance Biru / pucat Badan merah, Seluruh


(Penampilan) ekstermitas badan dan
biru ekstermtas
merah
2. Pulse (Denyut Tidak ada Tidak teratur, Teratur, >
Jantung) < 100 x/ 100 x / menit
menit
3. Grimace (Reaksi Tidak ada Menyeringai
Menangis
terhadap kuat
rangsangan)
4. Activity (Tonus Lemas Fleksi sedikit Aktifitas kuat
Otot)
5. Respiration Tidak Lemah Teratur
(Pernafasan) bernafas
Sumber: Kriebs Jan. M. Buku saku asuhan kebidanan
varney. 2016.

Interpretasi : Nilai 1-3 asfiksia berat, Nilai 4-6 asfiksia


sedang, Nilai 7-10 asfiksia ringan. Hasil nilai APGAR skor
dinilai setiap variabel dinilai dengan 0, 1, dan 2 nilai tertinggi
adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan bayi sebagai
berikut:

a. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik


(Vigrous baby)
b. Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan
membutuhkan tindakan resusitasi
c. Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi (Walyani
dan Purwoastuti, 2015).

4. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar Uterus


Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus darikehidupan didalam uterus ke
11

kehidupan diluar uterus.Beberapa perubahan fisiologi yang


dialami bayi baru lahir antara lain yaitu :
a. Sistem Pernafasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah
ketika harus mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan
yang pertama kali.Pada umur kehamilan 34-36 minggu
struktur paru-paru matang, artinya paru-paru sudah bisa
mengembangkan sistem alveoli.Selama dalam uterus, janin
mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui
paru-paru bayi. (Rahardjo dan Marmi, 2015).
Tabel 2.2 Perkembangan sistem pulmunol sesuai
umur kehamilan.
Umur Kehamilan Perkembangan

24 hari Bakal paru-paru terbentuk Dua


bronchi membesar
Dua bronchi membesar
26-28 hari
Di bentuk segmen bronkus
6 minggu
Differensial lobus
12 minggu
Di bentuk alveolus
24 minggu
Di bentuk surfaktan
28 minggu
Maturasi struktur (paru-paru dapat
34-36 minggu
mengembangkan sistem alveolidan
tidak mengempis lagi)Di bentuk
segmen bronkus Differensial lobus
Sumber: Rahardjo. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan anak
Prasekolah. 2015.

Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa


mengembangkan sistem alveoli.Selama dalam uterus, janin
mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
12

plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui


paru- paru bayi.Rangsangan gerakan pernapasan pertama :
1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir
(stimulasimekanik).
2) Penurunan Pa02 dan peningkatan PaC02 merangsang
kemoreseptor yangterletak disinus karotikus (stimulasi
kimiawi).
3) Rangsangan dingin didaerah muka dan perubahan suhu
didalam uterus(stimulasi sensorik) (Indrayani, 2013).
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam
waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama
kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya
surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan
nafas dengan merintih sehingga tertahan di dalam.Respirasi
pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan
abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam tarikan belum
teratur.Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan
kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis,
dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat
mempertahankan hidupnya karena adannya kelanjutan
metabolisme anaerobik.
b. Sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena
umbilikalis sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi
kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung.Dari bilik kiri
darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh.Dari bilik
kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian
melalui duktus arteriosus ke aorta.Setelah bayi lahir, paru
akan berkembang mengakibatkan tekanan-tekanan arteriol
dalam paru menurun.
13

Tekanan dalam jantung kiri lebih besar dari pada


tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya
foramen ovale secara fungsional.Hal ini terjadi pada jam-
jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam
paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan
karena rangsangan biokimia (pa02 yang naik), duktus
arteriosus akan berobliterasi, ini terjadi pada hari
pertama.Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4-5 liter
per menit / m2.Aliran darah sistolik pada hari pertama
rendah yaitu 1.96 liter/menit/m2 karena penutupan duktus
arteriosus (Indrayani, 2013).
c. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas
dari orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB
akan lebih besar, sehingga BBL harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari
metabolisme karbohidrat dan lemak.Pada jam-jam pertama
energi didapatkan dari perubahan karbohidrat.Pada hari
kedua, energi berasal dari pembakaran lemak.Setelah
mendapat suhu <pada hari keenam, energi 60% di dapatkan
dari lemak dan 40% dari karbohidrat (Indrayani, 2013).
d. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih
banyak air dan kadar natriumrelatif lebih besar dari kalium
karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjalbelum
sempurna karena:
1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
2) Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan
volume tubulus proksimal
14

3) Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatus


relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa
(Indrayani, 2013).
e. Imunoglobulin
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum
matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap
berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang
akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat.Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan
tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan
infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan
alami:Perlindungan dari membran mukosa, Fungsi saringan
saluran nafas, Pembentukan koloni mikroba dikulit dan
usus, Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
(Walyani dan Purwoastuti, 2015).
f. Truktus digestivenus
Truktus digestivenus relatif lebih berat dan lebih
panjang dibandingkan dengan orang dewasa.Pada neonatus
traktus digestivenus mengandung zat yang berwarna hitam
kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut
meconium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam
pertama dan 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan
berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivenus biasanya
sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase
pankreas.Bayi sudah ada refleks hisap dan menelan,
sehingga pada bayi lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh
sering terjadi akibat dari hubungan oesofagus bawah
dengan lambung belum sempurna, dan kapasitas dari
lambung juga terbatas yaitu < 30 cc (Indrayani, 2013).
15

g. Hati
Fungsi hati janin dalam kandungan dan segera
setelah lahir masih dalam keadaan matur (belum matang),
hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
menghilangkan bekas penghancuran dalam peredaran darah
(Rahardjo dan Marmi, 2015).
Setelah segera lahir, hati menunjukkan perubahan
kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein dan
penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga
mulai berkurang walaupun memakan waktu yang lama.
Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir,
daya detoksifikasihati pada neonatus juga belum
sempurna,contohnya peberian obat kloramfenikol dengan
dosis lebih dari 50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey
baby syndrome (Indrayani, 2013).
5. Tahapan Bayi Baru Lahir
a. Tahap I:terjadi segera setelah lahir, Selama menit• menit
pertama kelahiran.Pada tahap ini digunakan sistem
skoring apgar untuk fisik dan scoring gray untukinteraksi
bayi dan ibu.
b. Tahap II: di sebut transisional reaktivitas. Pada tahap II
dilakukanpengkajian selama 24 jam pertama terhadap
adanya perubahan perilaku.
c. Tahap III: disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan
setelah 24 jampertama yang meliputi pemeriksaan seluruh
tubuh (Saleha, 2012).

6. Manajemen Asuhan Bayi Baru Lahir


Memberikan asuhan aman dan bersih segera setelah
bayi baru lahir merupakan bagian esensial dari asuhan pada
bayi baru lahir seperti jaga bayi tetap hangat, isap lender dari
16

mulut dan hidung bayi (hanya jika perlu), keringkan,


pemantauan tanda bahaya, klem dan potong tali pusat, IMD,
beri suntikan Vit K, 1 mg intramuskular, beri salep
mataantibiotika pada keduamata, pemeriksaan fisik, imunisasi
hepatitis B 0.5 ml intramuscular (Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial, 2010).
Menurut Indrayani dalam buku update asuhan
persalinan dan bayi baru lahir (2016), manajemen asuhan bayi
baru lahir diantaranya:
a. Pencegahan Infeksi
Bayi Baru Lahir sangat rentan terhadap infeksi yang
disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme
selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa
saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi, pastikan
penolong persalinan telah menerapkan upaya pencegahan
infeksi, antara lain :
1) Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan
bayi.
2) Gunakan sarung tangan yang bersih pada sat menangani
bayi yang belum dimandikan.
3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan,
terutama klem, gunting, penghisap lendir Delee dan
benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau
steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika
akan melakukan pengisapan lendir dengan alat tersebut.
4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang
digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih.
Demikian pula halnya timbangan , pita pengukur,
termometer, stetoskop, dan benda-benda lain yang akan
17

bersentuhan dengan bayi. Dokumentasi dan cuci setiap


kali setelah gunakan.
b. Penilaian
Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain yang
bersih dan kering yang sudah disiapkan diatas perut ibu.
Apabila tali pusat pendek, maka letakkan bayi diantara
kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut dalam
keadaan bersih dan kering. Segera lakukan penilaian awal
pada bayi baru lahir :
1) Apakah bayi bernafas dan/atau menangis kuat tana
kesulitan?
2) Apakah bayi bergerak aktif?
3) Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan
ataukah ada sianosis
Apabila bayi mengalami kesulitan bernafas maka
lakukan tindakan resusitasi pada bayi baru lahir.
c. Pemeriksaan fisik :
1) Kepala
a) Lingkar kepala oksipito – frontal harus selalu diukur
dan dicatat pada semua neonatus.
b) Deteksi apakah ada caput suksedanum (cairan
efusion terletak di atas periosteum dan terdiri dari
cairan edema, melewati batas sutura, tidak tampak
jelas), atau sefalohematoma (cairan yang berupa
darah terletak di bawah periosteum dan tidak
melewati sutura, tampak jelas dan lembek jika
diraba).
c) Sutura tulang tengkorak harus diperiksa untuk
melihat apakah sutura melebar atau tumpang tindih.
Fontanella yang terbuka penuh menunjukkan
18

adanya kenaikan tekanan intrakranial (TIK) yang


bisa disebabkan oleh perdarahan intrakranial, edema
otak, atau hidrosefalus.
d) Periksa adanya massa di garis tengah yang keluar
dari tulang kepala mungkin suatu omfalokel dan
perlu pemeriksaan yang lengkap.
e) Ubun – ubun yang cekung menandakan bayi
dehidrasi dan terlalu cembung disertai badan demam
menandakan bayi terkena infeksi.
2) Mata
Adanya perdarahan subkonjungtiva, mata yang
menonjol, katarak, kesimetrisan kedua mata, keluarnya
sekret mata, pergerakan kelopak mata yang seimbang.
3) Telinga
a) Posisi, rotasi dan letak telinga harus dicatat. Letak
telinga yang lebih rendah harus cepat diperiksa
dengan teliti kemungkinan adanya tanda dismorfik
lainnya.
b) Pada bayi sangat prematur, pinnanya pendek, datar,
dan mudah terlipat ke belakang.
c) Pada bayi matur, heliks luar dari pinna akan
membentuk kurvatura yang jelas.
d) Telinga harus diamati dengan teliti untuk
memastikan tidak ada kelainan pada kanalis
auditoris eksterna.
4) Hidung
Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan,kebersihan.
19

5) Mulut
Pemeriksaan yang harus diperiksa meliputi
lengkung palatum dan bibir (labioskisis atau
labiognatopalatoskisis), bentuk dan gerakan lidah,
refleks menghisap, adanya massa abnormal di daerah
mulut dan faring membutuhkan perhatian segera
terhadap kemungkinan terjadi obstruksi jalan nafas.
6) Leher
Apakah bentuk simetris/tidak, ada gumpalan atau
pembengkakan pada leher,kelainan tiroid, deteksi
adanya kemungkinan hematoma
sternokleidomastoideus, duktus tiroglosus, higroma
koli.
7) Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula,gerakan dan jumlah jari.
8) Dada
a) Bentuk, pembesaran buah dada, adanya massa pada
dinding dada.
b) Pernafasan : nafas yang bunyi (grunting) terjadi
karena udara yang dikeluarkan bayi mengenai glotis
yang tertutup sebagian dan merupakan petunjuk
terjadinya proses – proses yang menyebabkan
kolaps atau atelektasis. Stridor terjadi karena
berbagai sebab obstruksi jalan nafas, akan tetapi
pada bayi yang pernapasannya sangat lemah
mungkin tidak terdengar atau sulit didiagnosis.
c) Gerakan dinding dada yang asimetris pada
pernafasan terjadi pada beberapa lesi diafragma atau
ruangan intra pleura unilateral. Retraksi supra sernal
bisa terjadi pada distres respirasi berat.
20

d) Mendengarkan suara jantung bayi dengan


menggunakan stetoskop, irama dan keteraturannya
untuk mendeteksi kelainan bunyi jantung, normal :
120 – 160 kali/menit.
e) Pernafasan normalnya : 40-60 kali/menit.
9) Abdomen
a) Inspeksi apakah ada pembesaran pada perut
(membuncit yang terjadi kemungkinan karena
pembesaran hati, limfe, tumor, asites). Pembesaran
hati tampak dari pembesaran 1-2 cm di bawah batas
kosta kanan. Sedang limpa biasanya tidak teraba.
b) Hernia diafragmatika dapat menyebabkan abdomen
membentuk skapoid akibat protrusi isi abdomen ke
dalam rongga toraks. Usu yang tampak di
permukaan usus memberikan adanya obstruksi usus,
khususnya bila terjadi emesis bilius (muntah
empedu) atau aspirat lambung.
c) Periksa tali pusat, jangan sampai terjadi pedarahan
dari tali pusat, bernanah, ataupun berbau.
Permukaan tali pusat juga perlu diperhatikan, warna
kemerahan disertai suhu meningkat merupakan
tanda infeksi tali pusat.
10) Alat kelamin
a) Wanita : bila cukup bulan. labia mayora lebih
menonjol dibandingkan labia minora dan umumnya
menutupi labia minora. Tonjolan mukosa vagina
umumnya tejadi karena pengaruh hormonal ibu
terhadap janin. Pada bayi prematur, labia minoranya
lebih menonjol dan klitoris relatif mengalami
protusi ke dalam lipatan labia. Pada bayi wanita
21

normalnya gonad berada dalam kanalis inguinalis


atau lipatan labia yang tidak teraba.
b) Laki – laki : harus diperiksa apakah ada hipospadia
atau epispodia. Penis yang terlalu kecil
menunjukkan hipopituitarisme. Testis bayi laki –
laki cukup umur biasanya berada dalam kantong
skrotum. Penurunan skrotum yang tidak komplet
dan testis pada kanalis inguinalis dapat diketahui
melalui palpasi.
c) Pastikan pula, bahwa tidak ada kelainan, misalnya
bayi wanita tidak mengalami maskulinisasi, atau
bayi yang memiliki alat kelamin dua, jenis kelamin
tidak dapat ditentukan sampai dilakukan
pemeriksaan yang lebih komplit lagi.
11) Punggung
Punggung harus di inspeksi dan kolumna
vertebralis harus dipalpasi. Harus dicatat ke
abnormalannya seperti: meningomielokel, skoliosis dan
defek kulit pada linea mediana. Deteksi pula adanya
spina bifida, pilonidal sinus atau dimple.
12) Ekstremitas
Inspeksi yang cermat biasanya cukup untuk
memastikan apakah bentuk ekstremitas baik. Beberapa
abnormalitas struktur yang jelas atau pemendekkan
anggota gerak dapat dievaluasi lebih lanjut dengan
palpasi dan pemeriksaan radiografi. Harus dicatat juga
kontraktur sendi, asimetris, atau distorsi. Abnormalitas
jari – jari (pemendekkan, lancip, sindaktili, polidaktili),
lipatan palmar, hipoplasi kuku merupakan petunjuk
penting adanya sindrom dismorfik.
22

13) Anus
Diperhatikan apakah ada lubang pada anus atau
tidak, ini bisa kita tunggu sampai bayi mengeluarkan
mekonium dalam 24 jam (asuhan sayang bayi). Pastikan
tidak terjadi atresia ani dan obstruksi usus.
14) Kulit
Pada bayi prematur (usia kehamilan 23 –28
minggu) dengan sedikit lemak subkutan, kulit bayi akan
transulen dan terlihat vena –vena superfisial. Karena
stratum korneum sangat tipis, kulit bayi prematur
mudah terluka oleh karena tindakan atau manipulasi
yang tampaknya tidak berbahaya sehingga
menyebabkan kerusakan stratum korneum dan
permukaan kasar.
Saat usia kehamilan 35 –36 minggu bayi dilapisi
verniks. Lapisan verniks tipis muncul pada kehamilan
matur dan biasanya menghilang pada postmatur.
Bayi postmatur memiliki kulit seperti kertas
dengan kerut – kerut tajam pada badan dan ekstremitas.
Pada bayi postmatur juga terdapat kuku jari atau
pengelupasan kulit pada distal ekstremitas.
Kulit bayi juga ditumbuhi oleh lanugo, yang
banyak terdapat pada punggung.
Perlu diinspeksi seluruh kulit untuk mencari
adanya tanda lahir, ataupun bercak-bercak pada kulit
seperti milia (papula keputihan 1 –2 mm, umumnya
ditemukan pada wajah bayi) dan bercak mongol (suatu
daerah hiperpigementasi yang tidak menonjol (datar),
lebih banyak terjadi di seluruh pantat atau badan;
umumnya terjadi pada bayi kulit hitam atau oriental.
23

15) Refleks
a) Refleks babinski : menggores permukaan plantar
kaki dengan benda runcing, (+) bila ibu jari akan
terangkat, jari lainnya meregang.
b) Refleks rooting : menyentuhkan sesuatu ke sudut
mulut. (+) bila bayi menengok ke arah rangsangan
dan berusaha memasukannya ke dalam mulut.
c) Refleks sucking : (+) bila bayi menghisap kuat.
d) Refleks moro : mengejutkan bayi, (+) bila kaget
disertai lengan direntangkan dalam posisi abduksi
ekstensi dan tangan disertai gerakan lengan adduksi
dan fleksi.
e) Refleks tonic neck : menengokkan kepala bayi ke
kiri/ ke kanan, (+) bila kepala ditengokkan ke
kanan, (+) bila kepala ditengokkan ke kanan,
anggota gerak bagian kanan akan melakukan
ekstensi dan anggota gerak lainnya melakukan
fleksi.
f) Refleks plantar grasp : meletakkan sesuatu pada
telapak kaki bayi, (+) bila terjadi fleksi pada jari –
jari kaki.
g) Refleks palmar grasp : meletakkan sesuatu pada
telapak tangan bayi, (+) bila terjadi felksi pada jari –
jari tangan.
24

16) Antropometri
a) Berat badan
b) Panjang badan
c) Lingkar kepala
d) Lingkar dada
e) Lingkar lengan
17) Eliminasi
Kaji kepatenan fungsi ginjal dan saluran
gastrointestinal bagian bawah. Bayi baru lahir normal
biasanya berak cair enam sampai delapan kali perhari.
Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat,tinja hijau
atau mengandung lendir dan darah. Perdarahan vagina
pada bayi baru dapat terjadi selama beberapa hari pada
minggu pertama kehidupan dan hal ini dianggap
normal.
d. Perlindungan Termal (Termoregulasi)
Bayi baru lahir yang tidak menunjukan tanda
asfiksia/ bayi baru lahir normal sesegera mungkin
dikeringkan setelah dilahirkan dengan menggunakan
handuk atau kain kering dan bersih. Keringkan bayi mulai
dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Jika handuk basah,
segera ganti dengan handuk kering yang baru.Keadaan
telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan bayi
mudah kehilangan panas melalui:
1) Konduksi
Konduksi yaitu proses kehilangan panas melalui
benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi.
Kehilangan panas secara konduktif jarang terjadi
kecuali bayi diletakkan pada alas yang dingin.
25

2) Konveksi
Konveksi yaitu proses kehilangan panas melalui
aliran udara di sekitar bayi. Suhu udara di kamar
bersalin tidak boleh kurang dari 20° C dan sebaiknya
tidak berangin. Troli resusitasi harus mempunyai sisi
untuk meminimalkan konvesi ke udara sekitar bayi.
3) Evaporasi
Evaporasi yaitu proses kehilangan panas melalui
penguapan air pada kulit bayi yang basah. Bayi baru
lahir dalam keadaan basah dapat dengan cepat
kehilangan panas dengan cara ini. Bayi harus
dikeringkan sesegera mungkin setelah dilahirkan.
4) Radiasi
Radiasi yaitu proses kehilangan panas melalui
benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara
langsung dengan kulit bayi. Bayi pada saat lahir
memiliki suhu 0,5 - 1° C lebih tinggi dari suhu ibunya,
namun bisa mengalami penurunan suhu menjadi 35 -
35,5° C dalam 15 – 30 menit karena kecerobohan
petugas kesehatan yang tidak memperhatikan ruang
bersalin tidak cukup hangat.

konveksi evaporasi
radiasi

konduksi
26

Gambar 2.1 : Mekanisme kehilangan panas pada


bayi.

e. Merawat tali pusat


Memotong dan Mengikat Tali Pusat
1) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi
lahir. Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan
sebelum tali pusat dipotong.
2) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam
DTT 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari
titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian
dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak
terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat).
Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat
jepitan ke-1 ke arah ibu.
3) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu
tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi
bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara
kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT
atau steril.
4) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut
dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan
ke dalam larutan klorin 0,5%.
6) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya
Inisiasi Menyusu Dini.
Nasihat Untuk Merawat Tali Pusat
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan
tali pusat.
27

2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau


mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali
pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu dan
keluarganya.
3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih
diperkenankan apabila terdapat tanda infeksi, tetapi
tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat
basah atau lembab.
4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum
meninggalkan bayi:
a) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
b) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih,
sampai sisa tali pusat mengering dan terlepas
sendiri.
c) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati)
dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan
secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
d) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan
pada kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau
berbau. Jika terdapat tanda infeksi, nasihati ibu
untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.
f. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyus dini
adalah bayi muali menyusu sendiri segera setelah lahir.
Kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya dibiarkan
setidaknya setalah satu jam segera setelah lahir, kemudian
bayi akan mencari payudara ibu dengan sendirinya. Cara
bayi melakukan IMD ini dinamakan the berst crawl atau
merangkak mencari payudara.
28

1) Segera setelah bayi lahir dan diputuskan tidak


memerlukan resusitasi, letakkan bayi di atas perut
ibunya (bila sectio,bayi diletakkan diatas dada) dan
keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya kecuali kedua tangannya. Bau cairan
amnion pada tangan bayi akan membantunya mencari
puting ibu yang mempunyai bau yang sama. Maka agar
baunya tetap ada, dada ibu juga tidak boleh dibersihkan.
Mengeringkan tubuh bayi tidak perlu sampai
menghilangkan verniks karena verniks dapat berfungsi
sebagai penahan panas pada bayi.
2) Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tengkurapkan
bayi di atas perut ibu dengan kepala bayi menghadap
kearah kepala ibunya.
3) Kalau ruang bersalin dingin, berikan selimut yang akan
menyelimuti ibu dan bayinya, dan kenakan topi pada
kepala bayi.
4) Pengamatan oleh Windstrom, Righard dan Alade
memperlihatkan bahwa bayi-bayi yang tidak mengalami
sedasi mengikuti suatu pola perilaku prefeeding yang
dapat diprediksi. Apabila bayi dibiarkan tengkurap di
perut ibu, selama beberapa waktu bayi akan diam saja
tetapi tetap waspada melihat kesekelilingnya.
5) Setelah 12-44 menit bayi akan mulai bergerak dengan
menendang, menggerakkan kaki, bahu dan lengannya.
Stimulasi ini akan membantu uterus untuk berkontraksi.
Meskipun kemampuan melihatnya terbatas, bayi dapat
melihat areola mammae yang berwarna lebih gelap dan
bergerak menuju ke sana. Bayi akan membentur-
29

benturkan kepalanya ke dada ibu. Ini merupakan


stimulasi yang menyerupai pijatan pada payudara ibu.
6) Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan
indera penciuman dan dipandu oleh bau pada kedua
tangannya. Bayi akan mengangkat kepala, mulai
mengulum puting, dan mulai menyusu. Hal tersebut
dapat tercapai antara 27 - 71 menit.
7) Pada saat bayi siap untuk menyusu, menyusu pertama
berlangsung sebentar, sekitar 15 menit, dan setelah
selesai, selama 2-2,5 jam berikutnya tidak ada
keinginan bayi untuk menyusu. Selama menyusu bayi
akan mengkoordinasi gerakkan menghisap, menelan,
dan bernapas.
8) Setelah usai tindakan inisiasi menyusu dini ini, baru
tindakan asuhan keperawatan seperti menimbang,
pemeriksaan antropometri lainnya, penyuntikkan
vitamin K1, dan pengoleskan salep pada mata bayi
dapat dilakukan.
9) Tunda memandikan bayi paling kurang 6 jam setelah
lahir atau pada hari berikut.
10) Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat
disusukan sesuai keinginan bayi (rooming in / rawat
gabung).
g. Pencegahan perdarahan
Semua BBL diberi vit. K1 (phytomenandione)
injeksi 1 mg intramuskuler setelah proses IMD dan bayi
selesai menyusu untuk mencegah erdarahan BBL akibat
defisiensi vt. K yang dapat dialami oleh segabian BBL.
Cara penyuntikkan K1 adalah :
30

1) Gunakan semprit sekali pakai steril 1 ml (semprit


tuberculin).

2) Jika menggunakan sediaan 10 mg/mL maka masukkan


vit. K1 kedalam semprit sebanyak 0,15 ml. Suntikkan
secara intramuskular di paha kiri bayi bagian
anteerolateral sepertiga tengah sebanyak 0,1 ml (1 mg
dosis tunggal).
3) Jika menggunakan sediaan 2 mg/mL maka masukkan
vit. K1 kedalam semprit sebanyak 0,75 ml. Suntikkan
secara intramuskular di paha kiri bayi bagian
anterolateral sepertiga tengah sebanyak 0,5 ml (1 mg
dosis tunggal).
h. Pencegahan Infeksi Mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi
mata diberikan setelah proses IMD dan bayi selesai
menyusu. Salep atau tetes mata tersebut mengandung
Tetrasiklin 1% atau antibiotika lain. Upaya pencegahan
infeksi mata kurang efektif jika diberikan >1 jam setelah
kelahiran. Cara pemberian salep atau tetes mata antibotik :
1) Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengair)
kemudian keringkan.
2) Jelaskan kepada keluarga tindakan yang akan diberikan
dan tunjukan pemerian obat tersebut.

3) Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari


bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi
menuju kebagian luar mata atau tetes mata.

4) Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh


menyentuh mata bayi.
31

5) Anjurkan keluarga agar tidak menghapus salep atau


tetes mata dari mata bayi.
i. Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah
infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan
ibu ke bayi. Imunsasi hepatitis B pertama diberikan 1-2
jam setelah pemberian vit. K1, pada saat bayi baru
berumur 2 jam. untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan
dianjurkan vaksin BCG (pencegah tubercolosis/TBC) dan
vaksin OVP (polio tetes) pada saat sebelum bayi pulang
dari klinik. Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untk
mendapatkan munisasi berikutnya sesuai jadwal
pemberian imunisasi.
j. Pemberian ASI selanjutnya
Rangsangan hisapan bayi pada putting ibu akan
diteruskan oleh serabut saraf ke hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormon prolactin. Semakin sering bayi
menghisap puting susu, maka akan semakin banyak
prolaktin dan ASI.Perlekatan saat menyusui pun turut
andil dalam produksi ASI.
7. Manajemen Laktasi
a. Pengertian Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya
yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan
dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu
dalam 3 tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal),
sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit
(perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai
anak berumur 2 tahun (postnatal). (Susiana H, 2009).
32

Manajemen laktasi adalah tatalaksana yang


diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam
pelaksanaanya terutama dimulai pada masa kehamilan,
segera setelah persalinan dan pada masa menyusui
selanjutnya (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005). Laktasi
adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI.
Laktasi merupakan bagian integral daro siklus reproduksi
mamalia termasuk manusia (Diretorat Gizi Masyarakat,
2010).
Manajemen laktasi adalah suatu tatalaksana yang
mengatur agar keseluruhan proses menyusui bisa berjalan
dengan sukses, mulai dari ASI diproduksi sampai proses
bayi mengisap dan menelan ASI, yang dimulai pada masa
antenatal, perinatal dan posnatal (Dwi Sunar Prasetyo,
2009). Ruang lingkup manajemen laktasi periode postnatal
antara lain ASI eksklusif, teknik menyusui, memeras ASI,
memberikan ASI peras, menyimpan ASI peras, pemenuhan
gizi selama periode menyusui.

b. Tahapan Manajemen laktasi


1) Tahapan Manajemen Laktasi per Periode (Petunjuk bagi
Petugas Kesehatan
Untuk menunjang keberhasilan menyusui dalam
manajemen laktasi, maka dalam pelaksanaannya
terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah
persalinan, dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan petugas
33

kesehatan agar tercapai keberhasilan menyusui pada


klien/ pasiennya, antara lain :
a) Pada Masa Antenatal (Kehamilan)
(1) Memberikan penerangan dan penyuluan tentang
manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui
baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahay
pemberian susu botol.
(2) Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan
payudara, keadaan puting susu, apakah ada
kelainan atau tidak. Disamping itu perlu
dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.
(3) Perawatan payudara dimulai pada kehamilan
memasuki usia 6 bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
(4) Memperhatikan gizi atau makanan ditambah
mulai dari kehamilan trimester dua sebanyak 1
1/3 kali dari porsi makanan sebelum hamil.
(5) Menciptakan suasana keluarga yang
menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan
keluarga terutama suami kepada istri yang
sedang hamil untuk memberikan dukungan dan
membesarkan hatinya.
b) Pada Masa Intranatal (segera setelah persalinan)
(1) Membantu upaya pelaksanaan inisiasi menyusu
dini (IMD)
(2) Membantu terjadinya kontak langsung antara
ibu-bayi selama 24 jam sehari agar menyusui
dapat dilakukan tanpa jadwal.
(3) Menciptakan suasana tenang agar ibu dapat
berpikiran dengan penuh kasih sayang terhadap
34

bayinya dan penuh rasa percaya diri untuk


menyusui.
c) Pada masa post-natal (masa menyusui)
(1) Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6
bulan pertama usia bayi yaitu hanya
memberikan ASI saja tanpa makanan atau
minuman lainnya.
(2) Perhatikan gizi/ makanan ibu menyusui, perlu
makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan
minum minimal 8 gelas sehari.
(3) Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga
ketenangan pikiran dan menghindari kesalahan
yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
(4) Pengertian dan dukungan keluarga terutama
suami penting untuk menunjang keberhasilan
menyusui.
(5) Rujuk ke posyandu atau puskesmas atau petugas
kesehatan apabila ada permasalahan menyusui
seperti payudara bengkak disertai demam.
(6) Menghubungi kelompok pendukung ASI
terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu
yang sukses menyusui bayi mereka.
(7) Memperhatikan gizi/ makanan bayi, terutama
setelah bayi melewati usia 6 bulan, dengan
makanan pendukung ASI (MP ASI) yang cukup
baik kuantitas maupun kualitasnya.
2) Tahapan Manajemen Laktasi per periode (Petunjuk bagi
Ibu)
Berikut ini tahapan Manajemen Laktasi :
35

a) Periode Antenatal :
(1) Meyakinkan diri sendiri akan keberhasilan
menyusui dan bahwa ASI adalah amanah Ilahi

(2) Makan dengan teratur penuh gizi dan seimbang


(3) Mengikuti bimbingan persiapan menyusui yang
terdapat disetiap klinik laktasi di rumah sakit.
(4) Melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara
teratur
(5) Menjaga kebersihan diri, kesehatan, dan cukup
istirahat
(6) Mengikuti senam hamil.
b) Periode Perinatal :
(1) Bersihkan puting susu sebelum anak lahir
(2) Susuilah bayi sesegera mungkin, jangan lebih
dari 30 menit pertama setelah lahir (inisiasi dini)
(3) Lakukan rawat gabung yakni bayi selalu di
samping ibu selama 24 jam penuh setiap hari
(4) Jangan berikan maknan atau minuman selain
ASI
(5) Jangan memberikan dot maupun kempengan
karena bayi akan susah menyusul, disamping
mengganggu pertumbungan gigi.
(6) Susuilah bayi kapan saja dia membutuhkan,
jangan dijadwal. Susuilah juga bila payudara ibu
terasa penuh. Ingatlah bahwa makin sering
menyusui, makin lancar produksi dan
pengeluaran ASI.
(7) Setiap kai meyusui, gunakanlah kedua payudara
secara bergantian. Yakinkan bahwa payudara
telah kosng atau bayi tidak lagi mau mengisap
36

(8) Mintalah petunjuk kepada petugas rawat


gabung, bagaimana cara menyusui yang baik
dan benar.
c) Periode Postnatal :
(1) Berikan ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan
atau penyusuan eksklusif dan teruskan
pemberian ASI sampai bayi berumur 2 tahun.
(2) Berikan makanan pendamping ASI saat bayi
mulai berumur 6 bulan.

8. Penatalaksanaan
a. Segera setelah bayi lahir, nilai pernafasannya. Letakkan
bayi diatas perut ibu.
b. Keringkan bayi dengan kain bersih dan kering. Periksa
ulang pernafasan bayi.
c. Klem tali pusat dengan 2 klem dan potong diantara kedua
klem dan pertahankan kebersihannya.
d. Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibu.
e. Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi dengan
selimut hangat.
f. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak kaki
bayi setiap 15 menit.
g. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
h. Berikan obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
untuk mencegah penyakit karena klamidia.
i. Hindari memandikan bayi dalam 6 jam pertama
j. Lakukan perawatan tali pusat :
1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar
terkena udara dan tutupi dengan kain bersih yang
longgar
37

2) Cuci tali pusat dengan sabun dan air bersih lalu


keringkan sampai betul-betul kering
k. Ajarkan tanda-tanda bahaya dan segera rujuk apabila
ditemukan tanda bahaya
1) Pernafasan sulit atau > 60 x/mnt
2) Hipotermi atau hipertermia
3) Hisapan lemah dan atau muntah
4) Tali pusat merah, bengkak, bernanah dan atau berbau
busuk
5) Tidak buang air kecil dalam 24 jam, tinja lembek,
kering serta terdapat lendir dan darah dalam tinja
6) Aktivitas lemah, lunglai, atau kejang
l. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayinya sehari-hari
1) Berikan ASI sesuai kebutuhan setiap 2 - 3 jam mulai
hari kelima.
2) Jaga bayi selalu dalam keadaan bersih
3) Jaga tali pusat agar selalu bersih dan kering
4) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit
5) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi

9. Kunjungan Neonatal (KN 1 dan KN 3)


Bayi baru lahir atau neonatal adalah bayi yang berumur
0-28 hari. Kehidupan masa neonatal ini sangat rawan oleh
karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi diluar
kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat
dari tingginya angka kesakita dan kematian nonatus.
Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan
kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten kepada neonatal minimal 3 kali selama periode
0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas
kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
38

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatal : (1)


Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu
6-48 jam setelah lahir; (2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2)
dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke-7
setelah lahir; (3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan
pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan hari ke 28 setelah
lahir (Dinkes NTB, 2019)
Tabel 2.3 Kunjungan Neonatal
KN1 KN2 KN3
Saat lahir
Pada 6 - 48 jam Hari ke 3 – 7 Hari ke 8 – 28
1. Manajemen 1. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan
2. Inisiasi bayi baru lahir ulang ulang
asfiksia bayi 2. ASI ekslusif 2. ASI ekslusif 2. ASI ekslusif
3. Pemeriksaan 3. Menjaga bayi 3. Tanda sakit 3. Tanda sakit
segera saat tetap hangat dan bahaya dan bahaya
lahir 4. Perawatan 4. Konseling 4. Konseling
4. Menjaga bayi bayi
tetap hangat 5. Tanda sakit
5. Salep mata, vit dan bahaya
K1 injeksi & 6. Konseling
imunisasi
Hepatitis B
6. Konseling

10. Prognosa dan Komplikasi


a. Prognosis
Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan
janin dalam uterus, kualitas pengawasan antenatal, penyakit
- penyakit yang diderita ibu saat hamil serta penanganan
persalinan dan perawatan sesudah lahir . (Hanifa
Winkjosastro,2008).
b. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada neonatus yaitu :
1) Infeksi neonatal
2) Ikterus neonatal
3) Kesulitan bernafas
39

4) Perdarahan
5) Muntah
6) Sianosis
7) Kejang / tremor
8) Tidak mau menetek

B. Konsep Pendokumentasian
1. Langkah I : Pengkajian
a. Data Subjektif
Data Subjektif adalah data yang didapat berdasarkan
persepsi dan pendapat klien tentang masalah kesehatan
mereka. Sumber data pengkajian dapat berasal dari
anamnesa klien, keluarga dan orang terdekat, anggota tim
perawatan kesehatan catatan medis dan catatan lainnya.
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang didapat berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada klien.
2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Interpretasi data subjektif dan data objektif yang telah
diperoleh, mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan diagnose
berdasarkan interpretasi yang benar atas data yang
dikumpulkan. Diagnosa kebidanan ini dibuat sesuai dengan
standar nomenklatur kebidanan.

3. Langkah III : Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Identifikasi diagnose atau masalah potensial dibuat
setelah mengidentifikasi diagnose atau masalah kebidanan yang
berdasarkan data ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang
40

gawat. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila mungkin


dilakukan pencegahan.
4. Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan Segera, Kolaborasi dan
Rujukan
Pada tahap ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan
segera, baik tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter atau
rujukan berdasarkan kondisi klien. Tindakan bisa terapi yang
dibutuhkan segera untuk mengatasi masalah selama kehamilan.
5. Langkah V : Intervensi
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnose atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada
langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau
dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan
penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan social ekonomi, kultur
atau masalah psikologis.
6. Langkah VI : Implementasi
Merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang telah
dibuat sebelumnya secara menyeluruh dengan efisien dan
aman.

7. Langkah VII : Evaluasi


41

Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan


tersebut efektif dalam pelaksanaannya. Meliputi tindakan yang
dilakukan segera dan evaluasi asuhan kebidanan yang meliputi
catatan perkembangan.

Anda mungkin juga menyukai