Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

PADA BY NY. L USIA 1 JAM BBL CUKUP BULAN SESUAI USIA KEHAMILAN
DENGAN ASFEKSIA RINGAN
DI KLINIK PRATAMA RIENS 

Disusun Oleh :

Wiwin Werdi Rahayu


Nim : 202006090060

PRODI PROFESI KEBIDANANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN AJARAN 2020/2021
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar/Teori Neonatus


a. Definisi Neonatus
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0 – 28
hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturase, adaptasi
(menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine) dan
toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi, 2015).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam persentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500 – 4000 gram, nilai apgar >7
dan tanpa cacat bawaan (Ai yeyeh, 2010 ; h2)
b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Ciri bayi baru lahir normal yaitu lahir aterm antara berat badan 2.500-4.000
gram ; panjang badan 45-52 cm ; lingkar dada 30-38 cm ; lingkar kepala 33-35
cm ; lingkar lengan 11-12 cm; frekuensi denyut jantung 120-160x/menit ;
pernafasan 40-60x/menit ; kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan
subkutan yang cukup ; rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya
telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, genetalia perempuan labia mayora
sudah menutupi labia minora pada laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik ; refleks sucking dan swallowing (isap,
dan menelan) sudah terbentuk dengan baik ; refleks morro (gerakan memeluk bila
dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik ; refleks graps (menggenggam) sudah
baik, eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam
pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Marmi, 2015).
Tanda APGAR Score
Tanda 0 1 2
A= Appearance Pucat Badan merah, Seluruh
Color (warna ekstermitas tubuh
kulit) biru kemerahan
P= Pulse (denyut Tidak ada <100 x/menit >100
jantung) x/menit
G= Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Menangis,
(reflek) mimik batuk atau
(grimace) bersin
A= Activity (tonus Lumpuh Ekstermitas Gerakan
otot) lumpuh sedikit aktif
R= Respiration Tidak ada Lemah atau Baik
(usaha nafas) tidak teratur Menangis
kuat
(Sumber : Ilmiah, 2015)
c. Adaptasi Pada Bayi Baru Lahir
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus. Kemampuan
adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis. Bila terdapat gangguan adaptasi,
maka bayi akan sakit (Marmi, 2015).
Konsep-konsep esensial adaptasi fisiologi bayi baru lahir yaitu :
1) Memulai segera pernafasan dan perubahan dalam pola sirkulasi merupakan
hal yang esensial dalam kehidupan ekstrauterin.
2) Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal (GI), hematologi,
metabolik, dan sistem neurologi bayi baru lahir harus berfungsi secara
memadai untuk maju ke arah, dan mempertahankan kehidupan ekstrauterin.
Periode transisi bayi baru lahir :
1) Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6 sampai 8 jam pertama
kehidupan, yang akan di alami oleh seluruh bayi, dengan mengabaikan usia
gestasi atau sifat persalinan.
2) Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah bayi baru lahir) pernafasan
cepat (dapat mencapai ’80 kali per menit) dan pernafasn cuping hidung
sementara, retraksi dan suara seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut
jantung dapt mencapai 180 kali per menit selama beberapa menit pertama
kehidupan.
3) Setelah respon awal ini, bayi baru lahir menjadi tenang rileks, dan jtuh
tertidur, tidur pertama ini (dikenal sebagai fase tidur) dalam 2 jam setelah
kelahiran dan berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.
4) Periode kedua reaktivitas, dimulai waktu bayi bangun, di tandai dengan
respon berlabihan terhadap stimulus, perubahan warna dengan respon
berlebih terhadap stimulus, perubahan warna kulit dari merah muda menjadi
agak sianosis dan denyut jantung cepat.
5) Lendir mulut dapat menyebabkan masalah besar, misalnya tersedak, tercekik,
dan batuk.
(Marmi, 2015)
d. Perubahan Pada Bayi Baru Lahir
Beberapa perubahan pada bayi baru lahir dapat dilihat dari :
1) Sistem Pernapasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika mengalami
resistensi paru pada saat pernafasan pertama kali. Perkembangan sistem
pulnomer terjadi sejak masa embrio, tepatnya pada umur kehamilan 24 hari.
Pada umur kehamilan 24 hari ini bakal paru-paru terbentuk.
2) Jantung dan Sirkulasi Darah
Peredaran darah janin, nutrisi berasal dari plasenta masuk ke dalam tubuh
janin melalui plasenta umbilikalis sebagian masuk ke vena kava inferior
melalui dukutus venosus arantii. Darah dari vena kava inferior masuk ke
atrium kanan dan bercampur dengan darah dari vena kava inferior. Darah dari
atrium kanan sebagian melalui foramen ovale masuk ke atrium kiri
bercampur dengan darah yang berasal dari vena pulmonalis. Darah dari
atrium kiri selanjutnya keventrikel kiri yang akan dipompakan ke aorta
melalui arteri koronia darah mengalir ke bagian kepala, ekstremitas kanan
dan kiri.
Perubahan pada neonatus yaitu :
a) Aliran darah menuju paru dari ventrikel kanan bertambah.
b) Tekanan darah pada atrium kiri meningkat sehingga secara fungsional
foramen ovale tertutup.
c) Penutupan secara anatomis berlangsung lama sekitar 2-3 bulan.
d) Pada saat pemotongan tali pusat aliran darah vena umbilikalis menuju
vena umbilikalis menuju vena kava inferior akan berhenti total.
3) Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan neonatus relative lebih panjang dan berat dari pada orang
dewasa. Adaptasi saluran pencernaan yaitu :
a) Pada hari ke 10 kapasitas lambung menjadi 100 cc.
b) Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan karbohidrat sederhana
yaitu monosacarida dan disacarida.
c) Difesiensi lifase pada pancreas menyebabkan terbatasnya absorbs lemak.
d) Kelenjar lidah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak mengeluarkan
ludah sampai usia bayi 2-3 bulan.
4) Hepar (Hati)
Metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan didalam hepar,
setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga
sudah disimpan dalam hepar. Hepar masih belum berfungsi pada neonatus
sehingga mengakibatkan ikterus fisiologis.
5) Metabolisme
Pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidarat dan pada
hari ke dua energi didapatkan dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu
kurang lebih pada hari ke-6 , pemenuhan kebutuhan energi bayi 60%
didapatkaan dari lemak dan 40% dari karbohidrat.
6) Panas Suhu Tubuh
Bayi baru lahir memiliki kecenderungan unutuk mengalami stress fisik akibat
perubahan suhu diluar uterus. Dibawah ini mekanisme kehilangan panas pada
bayi baru lahir :
a) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak
langsung dengan tubuh bayi. Contoh kehilangan panas tubuh bayi secara
konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong
yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop untuk
memeriksa bayi baru lahir.
b) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak.
Contohnya hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi, ialah
membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela,
membiarkan bayi baru lahir di ruangan yang terpasang kipas angin.
c) Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan
yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai
suhu berbeda) contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara
radiasi, ialah bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan dengan AC tanpa
diberi pemanas. Bayi baru lahir dibiarkan telanjang, bayi baru lahir di
tidurkan berdekatan dengan ruangan yang dingin, misalnya dekat
tembok.
d) Evaporasi
Kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan
tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan panas juga dapat terjadi
ketika saat BBL tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan
dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
7) Kelenjar Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar didalam tubuh seperti contohnya kelenjer
tiroid. Penyesuaian pada system endokrin adalah :
a) Kelenjar tyroid berkembang selama minggu ke-3 dan ke-4
b) Sekresi-sekresi thyroxin dimulai pada minggu ke-8.
c) Kortek adrenal dibentuk pada minggu ke-6 dan menghasilkan hormon
pada minggu ke-8 dan ke-9.
d) Pancreas dibentuk dari foregut pada minggu ke-5 sampai minggu ke-8.
e) Hyperinsulinemia dapat memblok maturasi paru sehingga dapat
menyebabkan janin dengan resiko tinggi distress pernafasan.
8) Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal
Pada neonatus fungsi ginjal belum sempurna hal ini karena jumlah nefron
matur belum sebanyak orang dewasa, tidak seimbang antara luas permukaan
glomerulus dan volume tobulus proksimal, aliran darah ginjal (renal blood
flow) pada neonatus relative kurang dibandingkan dengan orang dewasa.
9) Keseimbangan Asam Basa
Derajat keasaman (ph) darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis rendah
karena glikolisis anaerobic. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensasi
asidosis.
10) Susunan Syaraf
Sistem neurologis bayi secara anatomis atau fisiologis belum berkembang
secara sempurna.
11) Imunologi
Pada neonatus hanya terdapat IgG (Imunoglobulin Gamma). IgG berasal dari
ibu melalui plasenta.
(Marmi,2012)
e. Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir
Tidak mau menyusu, kejang-kejang, lemah, sesak nafas (Lebih besar atau
sama dengan 60 kali/menit) tarikan dinding dada bagian dalam, bayi merintih atau
menangis terus menerus, tali pusar kemerahan sampai dinding perut berbau dan
bernanah, demam/panas tinggi, mata bayi bernanah, diare/buang air besar cair
lebih dari 3 kali sehari, kulit dan mata bayi kuning, tinja bayi saat buang air besar
berwarna pucat (Kemenkes RI, 2015).
f. Neonatus Resiko Tinggi
Bayi Baru Lahir dengan resiko tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : BBL
dari kehamilan resiko tinggi, BBL dengan BB<2500 gram dana tau >4000 gram,
BBL dengan usia kehamilan <37 minggu dan atau >42 minggu, BBL yang BB
lahir kurang dari BB menurut usia kehamilan (IDER), nilai APGAR <7, BBL
dengan infeksi intrapartum, trauma jalan lahir, atau kelainan kongenital, BBL
dari keluarga problem sosial. Berdasarkan ciri tersebut, neonatus beresiko tinggi
diklasifikasikan dalam beberapa, misalnya BBLR, asfeksia neonaturum, sindroma
gangguan pernafasan, kejang, ikterus neonaturum, perdarahan tali pusat,
hypotermi, hipertermi, hypoglikemi, tetanus neonaturum, dan penyakit yang
diderita ibu selama kehamilan (Marmi, 2015).
Selain itu terdapat tanda kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yaitu antara
lain sesak nafas, frekuensi pernafasan 60x/menit, gerak retraksi di dada, panas
atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir rendah (1500-2500 gram)
dengan kesulitan minum. Sianosis sentral (lidah biru), perut kembung, periode
apneu, kejang/periode kejang kecil, merintih, perdarahan, sangat kuning
(Prawirohardjo, 2013).
g. Kunjungan bayi baru lahir
Menurut Kemenkes RI (2015) kunjungan bayi baru lahir yaitu :
1) Kunjungan Neonatal I (KN I) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir.
Asuhannya adalah :
a) Timbang berat badan bayi, bandingkan dengan berat badan lahir
b) Jaga selalu kehangatan tubuh bayi
c) Perhatikan intake dan output bayi
d) Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak
e) Komunikasikan dengan orangtua bayi caranya merawat tali pusat
f) Dokumentasikan
2) Kunjungan Neonatal II (KN II) pada hari ke 3 sampai 7 hari.
Asuhannya adalah :
a) Timbang berat badan bayi, bandingkan berat badan saat ini dengan berat
saat bayi lahir
b) Jaga selalu kehangatan tubuh bayi
c) Perhatikan intake dan output bayi
d) Apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak
e) Dokumentasikan
3) Kunjungan Neonatal III (KN III) pada hari ke 8 sampai 28 hari
Asuhannya adalah :
a) Timbang berat badan bayi, bandingkan berat badan saat ini dengan berat
saat bayi lahir
b) Jaga selalu kehangatan tubuh bayi
c) Perhatikan intake dan output bayi
d) Bayi menyusu dengan baik atau tidak
e) Dokumentasikan
2. Konsep Dasar/Teori Asfeksia pada BBL
a. Pengertian Asfeksia
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak bernafas spontan dan
teratur, hingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatnya Co2 yang
mengakibatkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 2010).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak dapat bernafas spontan dan teratur setelah
dilahirkan. Asfiksia terjadi selama kehamilan atau persalinan (Mochtar, 2011 :
291)
Asfisia neonatorum adalah keadaan ketika bayi baru lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratus sesaat setelah bayi lahir. Asfiksia akan bertambah
buruk jika penanganan bayi tidak dilakukan secara benar. Oleh sebab itu, tindakan
perawatan ditunjukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi
gejala lanjut yang mungkin timbul. (Rochmah,dkk. 2016).
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernafasan secara
spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapasaat sesudah lahir. Bayi
mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin dapat
bernafas tetapikemudian mengalami asfiksia beberapa saaat setelah lahir (asfiksia
sekunder). (Sukarni, 2014)
b. Patofisiologi
1) Bila janin kekurangan O2 dn kadar Co2 bertambah, timbul rangsangan
terhadap N.Vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila
kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka N.Vagus tidak dapat dipengaruhi
lagi, timbullah kini rangsang dari N. Simpatikus. DJJ menjadi cepat akhirnya
irreguler dan menghilang. Scara klinis tanda – tanda asfiksia adalah denyut
jantung janin yang lebih cepat dari 160 x/i atau kurang dari 100 x/menit,
halus dan irreguler, serta adanya pengeluaran mekonium.
2) Kekurangan O2 juga merangsang usus,sehingga mekonium keluar sebagai
tanda janin dalam asfiksia.
Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
Jika DJJ lebih dari 160 x / menit dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
Jika DJJ kurang dari 100 x /menit dan ada mekonium : janin dalam keadaan
gawat.
3) Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin, dan bila kita periksa
kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus
tersumbat dan terjadi atelektasis, bila janin lahir alveoli tidak berkembang
(Mochtar, 2011)
c. Gejala dan Tanda asfiksia
1) Tidak bernafas atau napas megap-megap atau pernafasan lambat (kurang dari
30 kali per menit).
2) Pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada).
3) Tangisan lemah atau merintih.
4) Warna kulit pucat atau biru.
5) Tonus otot lemah atau ekstremitas terkulai.
6) Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikerdia) (kurang dari 100 kali per
menit).
Semua bayi yang menunjukkan tanda – tanda asfiksia memerlukan perawatan
dan perhatian segera. (Sudarti,2013)
Menurut Mochtar 2011 asfiksia disebabkan oleh :
1) Kekurangan O2 misalnya pada :
2) Partus’ lama (CPD, Serviks kaku, atonia / inersia uteri)
3) Rupture uteri yang membakat, kontraksi uteri yang terus menerus
mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.
4) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
5) Prolapsus, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul.
6) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
7) Perdarahan banyak seperti plasenta previa dan solutio plasenta.
8) Plasenta sudah tua (potmaturitas serotinus atau disfungsi uri).
9) Paralisis pusat pernafasan akibat trauma dari dalam seperti akibat obat bius.
d. Klasifikasi Asfiksia
1) Asfiksia Berat (nilai apgar 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberianoksigen terkendali.
Karena selalu disertai asidosis maka perlu diberikan natrikus bikarbonas 7,5
% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan glukosa 40% 1-2 ml per
kg berat badan, diberikan via vena umbilicus.
2) Asfiksia Ringan – Sedang (nilai apgar 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas
kembali.
3) Bagi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7-9)
4) Bayi normal dengan apgar 10.
Menurut Nanny, 2010 :102 pembagian asfiksia dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Asfiksia berat bayi akan mengalami asidosis sehingga memerlukan perbaikan
dan resusitasi aktif dengan segera
2) Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
3) Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-10)
Menurut Mochtar 2011 : 292 Penanganan bayi Asfiksia dengan cara :
1) Jangan dibiarkan bayi kedinginan (balut dengan kain), bersihkan mulut dan
jalan nafas.
2) Lakukan resusitasi (respirasi atri fisialis) dengan alat yang dimasukkan
kedalam mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg. Dapat juga
dilakukan mount to mount respiration heart massage (masase jantung) Atau
menekan dan melepaskan dada bayi. Pemberian O2 harus hati-hati terutama
pada bayi prematur, bisa menyebabkan lenticular fibrosis oleh pemberian O2
dalam konsentrasi lebih dari 35% dan lebih dari 24 jam sehingga bayi
menjadi buta.
3) Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa haripostpartum jadi
kepala dapat di rendahkan, supaya lender yang menyumbat pernafas dapat
keluar.
4) Pemberi coramin, lobeline, sekarang tidak dilakukan lagi.
5) Kalau ada dugaan perdarahan otak berikan injeksi vitamin k1 – 2 minggu.
6) Berikan transfusi darah via tali pusat atau pemberian glukosa.
e. Penatalaksanaan Asfiksia
1) Langkah awal
a) Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering
dan hangat untuk melakukan pertolongan.
b) Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit
ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain).
c) Bersihkan jalan napas dengan alat penghisap yang tersedia.
d) Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu
gunakan kain kering dan hangat yang baru untuk bayi sambil melakukan
rangsangan taktil.
e) Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai : usaha
bernapas, frekuensi denyut jantung dn warna kulit.
f) Gunakan pengisap lender De Lee yang telah diproses hinggatahap
disinfeksi tingkat tinggi/steril atau bola karet penghisap yang baru dan
bersih untuk menghisap lendirdi mulut, kemudian hidung bayisecara
halus dan lembut.
Jika bayi baru lahir tidak mulai bernapas memadai (setelah tubuhnya
dikeringkan dan lendirnya dihisap) berikan rangsangantaktil secara singkat.
Pastikan posisi bayi diletakkan dalam posisi diletakkan dalam posisi yang
benar dan jalan napasnya telah bersih. Rangsangan taktil harus dilakukan
secara lembut dan hati- hati sebagai berikut :
a) Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan (ekstremitas)
satu atau dua kali.
b) Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua kali).
Proses menghisap lender, pengeringan, dan merangsang bayi tidak
berlangsung lebih dari 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga proses
tersebut selesai. Jika bayi terus mengalami kesulitan bernapas, segera mulai
tindakan ventilasi aktif terhadap bayi.
Ventilasi Tekanan ositif (VTP)
Pengertian: Tindakan memasukkan sejumlah udara kedalam paru dengan
tekanan positif, membuka alveoli untuk bernapas.
a) Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit bayi biru atau
pucat, denyut jantung kurang dari 100 kali per menit, lakukan langkah
resusitasi dengan melakukan ventilasi tekanan positif.
b) Sebelumnya periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi (balon resusitasi
dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik.
c) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau
memeriksa bayi.
d) Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat kecuali muka dan dada
bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat.
e) Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam posisi setengah
tengadah (sedikit ekstensi).
f) Letakkan sungkup melingkupi dagu,hidung dan mulut sehingga tebentuk
semacam pertautan antara sungkup dan wajah.
g) Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan
(terkadang pada ukuran balon resusitasi).
h) Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventialasi sebanyak dua
kali dan periksa gerakan dinding dada.
i) Bila bertautan baik (tidak bocor) dan dinding dada mengembang, maka
lakukan ventiasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak tersedia
oksigen gunakan udara ruangan).
j) Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali/ 60 detik dengan tekanan
yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi.
k) Bila dinding dada naik turun dengan baik berarti ventiasi berjalan secara
adekuat.
l) Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi, atau
terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang.
m) Lakukan ventilasi selama 2x30 detik atau 60 detik, kemudian lakukan
penilaian segera tentang upaya bernapas spontan dan warna kulit.
f. Tahapan – tahapan yang dikenal sebagai ABC Resusitasi :
A (Airway) memastikan seuruh nafas terbuka
1) Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi : Bahu diganjal
2) Mengisap mulut, hidung dan kadang – kadang trakeal (pipa ET) untuk
memastikan saluran pernafasan terbuka.
B (Briting) Memulai pernafasan
1) Memakai rngsangan taktil untuk memulai pernafasan
2) Memakai VTP, bila perlu seperti :
Pipa ET dan balon
Atau sungkup dan balon
Mulut kemulut (hindari paparan infeksi)
C (Circulation) mempertahankan sikrkulasi (peredaran) daah.
g. Persiapan Resusitasi
1) Persiapan tenaga
a) Memakai alat pelindung diri : celemak plastic, sepatu yang tertutup
b) Lepaskan cincin, jam tangan sebelum cuci tangan
c) Cuci tangan dengan air mengalir atau alcohol yang bercampur gliserin
d) Keringkan dengan lap bersih
e) Gunakan sarung tangan
2) Langkah Awal Resusitasi
Penilaian sebelum resusitasi
a) Cukup bulan?
b) Air ketuban jernih?
c) Bernafas atau menangis?
d) Tonus otot baik?
- Semua ya : tidak perlu dilakuakan resusitasi
- Salah satu tidak : lakukan langkah awal
e) Jaga Kesehatan
f) Posisikan bayi : posisi sedikit tengadah
g) Bersihkan jalan napas
- Isap lender di mulut dan hidung
h) Keringkan : badan bayi yang basah dikeringkan
i) Rangsang taktil :menggosok punggung/menepuk telapak kaki dan
mengatur posisi
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR


PADA BY NY. L USIA 1 JAM BBL CUKUP BULAN SESUAI USIA KEHAMILAN
DENGAN ASFEKSIA RINGAN

I. Pengkajian

(Tanggal/ jam Pengkajian :09-05-2021/ 12.00 WIB)

A. Data Subyektif
1. Biodata/ Identitas Bayi
Nama Bayi : By Ny “S”
Umur : 1 Jam
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal/ jam lahir : 09 Mei 2021/ jam 11.00 WIB
Identitas orang tua
Nama ibu : Ny “S” Nama ayah : Tn “ G”
Umur : 26 Tahun Umur : 28 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/WNI Suku/ bangsa : Jawa/WNI
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Selopanggung RT/RW 02/03, kec. semen, Kab. Kediri
2. Riwayat Kesehatan keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
jantung, diabetes militus, penyakit ginjal, hepatitis, hipertensi.
3. Sumber informasi : Keluarga Lain-lain
c c
4. Riwayat kehamilan
a) Ibu mengatakan HPHT : 5-08-2020 dan HPL ibu : 12-05-2021
b) Keluhan selama kehamilan
Hamil TM I : mual muntah di pagi hari
Hamil TM II : Tidak ada keluhan
Hamil TM III : Tidak ada keluhan
c) Riwayat ANC : Ibu rutin periksa di bidan sebanyak 5 kali, yaitu pada
usia kehamilan 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 7 bulan, dan 9 bulan.
d) Penyuluhan yang didapatkan : ibu mengatakan pernah mendapat
penyuluhan tentang tablet tambah darah, gizi ibu hamil dan tanda-
tanda persalinan.
e) Imunisasi TT : ibu mengatakan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2
kali di bidan yaitu pada saat capengdan saat usia kehamilan 4 bulan di
puskesmas.
5. Riwayat Kesehatan
a) Faktor genetik : tidak ada kelainan/gangguan sindroma genetik (down
sindrom, kelainan kromosom) dalam keluarga
b) Faktor maternal : tidak ada riwayat penyakit seperti hipertensi, DM,
jantung, abortus, preeklamsi/eklamsi
c) Faktor antenatal : ANC rutin di bidan (5x), puskesmas (1x), Dokter
(1x) dan tidak ada penyulit, dengan usia kehamilan 38-39 minggu
d) Faktor intranatal : tidak ada penyulit
e) Faktor postnatal : tidak ada penyulit
6. Riwayat persalinan ini
a) Tempat persalinan : Klinik Riens
b) Jenis persalinan : spontan
c) Komplikasi saat persalinan : terdapat lilitan tali pusat
d) Plasenta :
Berat plasenta : +- 500 gram
Panjang : 50 cm
Jumlah kotiledon : 20
Cairan ketuban : sedikit keruh, jumlah +- 50 cc
Insersi tali pusat : centralis
Lama persainan : kala I 10 jam, kala II 30 menit, kala III 5 menit,
kala VI 2 jam.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan khusus
Jumlah
Tanda
Menit 1 Menit 2
Frekuensi jantung 2 2
Usaha nafas 2 2
Tonus otot 1 1
Reflek 1 1
Warna kulit 1 2
Jumlah 7 8
2. Pemeriksaan Umum
TTV, RR : 30 kali/menit
HR : 120 kali/menit
S : 36,3°C
Keaktifan : lemah
Jenis kelamin : laki-laki
Berat badan : 3700 gram
Panjang badan : 48 cm
Lingkar dada : 33 cm
Lingkar lengan : 10 cm
Lingkar kepala : - Sub Occipito Bregmatika (SOB) : 32 cm
- Mento Occipito (MO) : 34 cm
- Fronto Occipito (FO) : 33 cm
Apgar score saat lahir : 1 menit : 7 5 menit : 8
3. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
a) Kepala : Tidak terdapat Molase, Tidak terdapat cepal, tidak ada
kelainan konginetal, rambut bersih dan lebat
b) Ubun-ubun : datar, berdenyut
c) Muka : Wajah tampak pucat, simetris, tidak ada kelainan pada wajah
d) Mata : Simetris, konjungtiva merah, sklera putih
e) Telinga : Simetris, tidak ada secret, tidak ada radang atau perdarahan
f) Hidung : Pernafasan cuping hidung, terdapat secret, terpasang O2
g) Mulut : Tidak terdapat labio/palatoskisis, tidak terdapat oral trush,
tampak sianosis
h) Leher : Tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid
i) Klafikula : Tidak ada fraktur
j) Dada : Puting susu simetris, Normal chest, bunyi jantung regular,
tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, terdapat retraksi intercostae
k) Abdomen : Bentuk normal, tidak ada pembesaran hepar, Tali pusat
basah terbungkus kasa steril, tidak berbau, tidak terjadi perdarahan.
l) Ekstremitas atas dan bawah : Simetris, tidak ada polidactil dan
syndactil, tidak terdapat fraktur, sedikit kebiruan, akral dingin
m) Genetalia : normal tidak ada kelainan, skrotum normal, terdapat
lubang ureter, sudah BAK
n) Anus : Berlubang, tidak terjadi perdarahan, mekonium sudah keluar
o) Punggung : Tidak ada spinabifida, tidak ada oedema
p) Kulit : Terdapat vernix caseosa dan ada lanugo
q) Refleks :
(1) Reflek Moro : Baik
(2) Reflek Rooting : Lemah
(3) Reflek Sucking : Lemah
(4) Reflek tonik neck : Baik
II. Interpretasi Data Dasar
(Tanggal/ jam Pengkajian : 09-05-2021/ 12.30 WIB)
1. Diagnosa
By. Ny “L” Usia 1 Jam BBL cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan
Akfesia Ringan
2. Data Subyektif
Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya yang pertama pada tanggal 18 Mei
2021 secara normal jam 11.00 WIB jenis kelamin laki-laki dan bayinya tampak
lemah dan tidak menangis spontan saat lahir
3. Data Obyektif
Pemeriksaan umum
Kesadaran : Lemah
TTV, RR : 30 kali/menit
HR : 120 kali/menit
S : 36,3°C
Apgar score : 7 (menit pertama)
Jenis kelamin : laki-laki
Berat badan : 3700 gram
Panjang badan : 48 cm
Lingkar dada : 34 cm
Lingkar lengan atas: 10 cm
Refleks pada BBL : Reflek Moro : Baik
Reflek Rooting : Lemah
Reflek Sucking : Lemah
Reflek tonik neck : Baik
Pemeriksaan fisik
Warna kulit : Pucat kebiruan
Hidung : Terdapat nafas cuping hidung, terdapat secret, tidak ada benjolan
dan terpasang O2
Mulut : Tampak pucat
Dada : Gerakan dada sesuai pola bernafas terdapat retraksi
III. Diagnosa Potensial
Hypotermi, Asfeksia Sedang
IV. Kebutuhan Segera
Perawatan bayi, pembersihan jalan nafas, pemberian 02, menjaga agar suhu tubuh
tetap hangat, kolaborasi dengan dokter anak.
V. Intervensi
(Tanggal/ jam Pengkajian : 09-05-2021/ 13.00 WIB)
1. Diagnosa
By. Ny “L” Usia 1 Jam BBL cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan
Asfeksia Ringan
2. Tujuan
Bayi dalam keadaan sehat normal dan selamat serta dapat mengetahui sedini
mungkin tanda bahaya atau komplikasi penyerta yang terjadi pada BBL
3. Kriteria hasil
Kesadaran : Composmetis
TTV, HR : 120-160 ×/menit
S : 36,5-37,5ºC
RR : 30-60 ×/menit
Apgar Score : 9/10
Berat badan : 2.500-4.000 gram
Panjang badan : 45-52 cm
Lingkar dada : 30-38 cm
Lingkar lengan atas : 9,5 – 11 cm
Lingkar kepala : - SOB (Sub Occipito Bregmatica) : 33 cm
- MO (Mento Occipito) : 35 cm
- FO (Fronto Occipito) : 34cm
Refleks pada BBL : Reflek moro : ada +
Reflek sucking : ada +
Reflek tonik neck : ada +
Reflek rooting : ada +
Intervensi :
1) Jalin komunikasi terapeutik dengan ibu dan keluarga
R/ Langkah awal bagi bidan dalam membina hubungan komunikasi yang
efektif sehingga dalam proses KIE akan tercapai pemahaman yang
optimal.
2) Keringkan tubuh bayi ganti kain yang basah dengan kain yang kering
R/ Keringkan tubuh bayi terlebih dahulu bertujuan untuk mencegah bayi
hipotermi dan segera mengganti kain yang kering agar bayi tetap hangat
3) Berikan lampu sorot pada bayi dan anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan
bayinya
R/ Perlunya Menjaga kehangatan bayi baru lahir sangat penting dalam
mencegah kehilangan panas tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya
hipotermi salah satu caranya dengan memberi lampu sorot pada bayi
4) Bersihkan jalan nafas bayi dari mulut hingga hidung menggunakan deelee
R/ Pentingnya segera membersihkan jalan nafas untuk segera membantu
proses nafas bayi agar segera menangis
5) Berikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi
R/ Pemberian rangsangan pada telapak kaki dan punggung merangsang bayi
agar dapat bernafas segera dan agar aliran darah mengalir keseluruh tubuh
6) Observasi tanda-tanda vital saat setelah bayi menangis kuat tonus otot baik,
setiap 4 jam sekali
R/ Observasi TTV bertujuan memantau perkembangan bayi setelah
dilakukannya Tindakan sebelumnya agar kondisi bayi tetap stabil
7) Berikan 02 2 Liter/menit, injeksi Vit K, salep mata dan asuhan BBL normal
R/ Memberikan oksigen 2 liter/jam membantu menstabilkan nafas bayi
dengan asfeksia, pemberin Vit K, salep mata ialah Tindakan asuhan BBL
normal selanjutnya
8) Ajarkan pada ibu perawatan pada BBL yang benar dan baik
R/ Mengajarkan pada ibu cara merawat bayi baru lahir yang benar agar bayi
tetap aman dan nyaman
VI. Implementasi
(Tanggal : 09 Mei 2021 Jam : 13.30 wib)
Diagnosis
By. Ny “L” Usia 1 Jam BBL cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan Asfeksia
Ringan
Implementasi
1) Menjalin komunikasi terapeutik dengan ibu dan keluarga Merupakan langkah
awal bagi bidan dalam membina hubungan komunikasi yang efektif sehingga
dalam proses KIE akan tercapai pemahaman meteri KIE yang optimal.
2) Mengeringkan tubuh bayi terlebih dahulu bertujuan untuk mencegah bayi
hipotermi dan segera mengganti kain yang kering agar bayi tetap hangat
jauhkan bayi dari sumber angin atau benda yang dapat membuat bayi hipotermi
3) Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi karena hipotermi
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian, maka dari itu dapat
dicegah dengan dikenakan tutup kepala, baju yang tebal, kenakan selimut, dan
memberikan lampu sorot untuk menghangatkan bayi
4) Membersihkan jalan nafas dengan menggunakan deelee dan kasa steril untuk
segera membantu proses nafas bayi agar segera menangis dan pastikan tidak
ada kotoran atau cairan yang dapat mengganggu nafas bayi
5) Memberikan rangsangan pada telapak kaki dan punggung dengan cara di sentil
dan di usap lembut memutar dapat merangsang bayi agar dapat bernafas segera
dan aliran darah mengalir keseluruh tubuh, bayi tidak pucat lagi
6) Mengobservasi TTV bertujuan memantau perkembangan bayi agar kondisi
bayi tetap stabil yaitu meliputi suhu tubuh, nadi, pernafasan dan reflek yang
ada pada bayi semua dalam batas normal
7) Memberikan oksigen 2 liter/jam membantu menstabilkan nafas bayi dengan
asfeksia, jika sudah membaik segera melakukan asuhan BBL normal yaitu
pemberin Vit K, salep mata dan pemberian imunisasi HB 0 setelah 2 jam lahir
8) Mengajarkan pada ibu cara merawat bayi baru lahir yang benar agar bayi tetap
aman dan nyaman. Mulai dari cara merawat tali pusat yaitu apabila tali pusat
kotor, cuci tali pusat menggunkan air bersih (hangat), segera keringkan dengan
kain kasa kering dan bungkus dengan kasa yang steril. Selanjutnya pemberian
ASI setiap maksimal 2 jam sekali, menjemur bayi di pagi hari.
VII. Evaluasi
(Tanggal : 09 Mei 2021 Jam : 14.00 wib)
1) Ibu tampak kooperatif dan mau memberikan umpan balik
2) Tindakan pengeringan bayi telah dilaksanakan bayi sudah di pastikan hangat
3) Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan bidan mengenai cara pencegahan
hipotermi pada bayi dan bersedia melakukan nasihat yang telah diberikan bidan
4) Jalan nafas telah dibersihkan dan sudah dipastikan tidak ada penyumbatan pada
jalan nafas dan bayi dapat bernafas normal dan menangis kuat
5) Rangsangan taktil yang diberikan paada bayi telah berhasil bayi aktif, tonus
otot membaik, bayi menangis kuat, dan kulit tampak kemerahan.
6) Hasil observasi pada bayi telah di laksanakan setiap 4 jam sekali dan sudah
mulai membaik yaitu suhu 36,70C, nadi 138x/menit, pernafasan 35x/menit
reflek bayi mulai membaik
7) Pemberian O2 telah diberikan 2 liter/menit selama 15 menit sementara untuk
menyetabilkan nafas bayi dan setelah itu tindakan asuhan BBL normal yaitu
pemeberian Vit K, salep mata, dan imunisasi HB 0 setelah 2 jam kelahiran
8) Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan bidan dan bersedia memberikan
ASI setiap 2 jam sekali atau (on demand). Dan mengerti cara perawatan tali
pusat yang benar dan baik serta bersedia melakukan nasihat yang diberikan
oleh bidan.

Anda mungkin juga menyukai