Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWTAN BAYI BARU LAHIR

Disusun Oleh: Nurul Sakinah


NIM: 11221057

Jl. Bintaro Raya No.10, RT.4/RW.10, Tanah Kusir, Kby. Lama Utara, Kec. Kby.
Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12240
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BARU LAHIR

A. Definisi
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang lahir selama satu jam pertama
kelahiran bayi sampai usia 4 minggu. Bayi Baru Lahir normal memiliki
berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan dan lahir langsung
menangis (Donna, 2014). Bayi lahir prematur dan bayi dengan berat badan
lahir rendah punya risiko lebih besar mengalami infeksi tali pusat infeksi
ini juga berperan dalam terjadinya angka kesakitan dan angka kematian
bayi baru lahir (BBL) di Indonesia (Hurlock, 2015).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram sampai
dengan 4000 gram, menangis spontan kurang dari 30 detik setelah lahir
dengan nilai APGAR antara 7-10 (Wagio, 2016). Bayi baru lahir (BBL)
normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram
(Wahyuni, 2011).

B. Etiologi
1. His (kontraksi otot rahim).
2. Kontraksi otot dinding perut.
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.

C. Patofisiologi
1. Kardovaskuler.
Setelah bayi lahir, system kardiovaskuler mengalami perubahan yang
mencolok, di mana voramen ovale, duktus arterious dan duktus
venosus menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis, dan arteri
hepatika menjadi ligamen.Nafas pertama yang di lakukan bayi baru
lahir membuat paru-paru berkembang dan menurunkan resistensi
vascular pulmoner, sehingga darah paru mengalir.Sebagian kecil darah
dari atrium kanan yang mengalir ke ventrikel kanan di pompa ke paru-
paru.
2. Sistem pernapasan
Saat dalam kandungan janin sudah mengadakan gerakan napas, tetapi
liquor amni tidak sampai masuk kedalam alveoli fetus. Keseimbangan
saturasi oksigen dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan
karbondioksida. Keseimbangan saturasi oksigen sangat penting bagi
janin di dalam rahim, bila terjadi kenaikan saturasi oksigen melebihi
50% akan terjadi apnoe, sebaliknya bila menurun lebih dari 25% akan
mempengaruhi sensitifitas pusat pernapasan.Tekanan pada rongga
dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan
kelahiran kehilangan cairan paru 1/3 dari jumlahnya (jumlah pada byi
normal 80-100 ml). Sehingga cairan ini diganti dengan udara.Pola
pernapasan tertentu menjadi karateristik bayi baru lahir normal yang
cukup bulan.Setelah pernapasan mulai berfungsi, nafas bayi menjadi
dangkal dan tidak teratur, bervariasi 30-60 kali/menit.
3. Sistem Hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg selama hari
pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama.Nilai
rata-rata hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal
orang dewasa. Hemoglobin bayi baru lahir berkisaran antara 14,5-22,5
gr/dl, hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan SDM berkisar
antara 5-7,5 juta/mm3. Leukosit janin dengan nilai hitung sel darah
putih sekitar 18.000/mm3, merupakan nilai normal saat bayi lahir
4. Metabolisme
Sistem metabolisme neonatus, pada jam pertama energi didapatkan
dari pembakaran karbohidrat, pada hari kedua berasal dari pembakaran
lemak. Setelah mendapatakan susu kurang lebih hari ke-6 energi dari
lemak 60% dan dari karbohidrat 40%. Dalam waktu 2 jam setelah lahir
akan terjadi penurunan kadar gula darah, untuk menambah energi
jamjam pertama setelah lahir di ambil dari hasil metabolism asam
lemak, sehingga kadar gula dapat mencapai 120 mg/100ml.
5. Suhu tubuh
Suhu tubuh neonatus normal sekitar 36,5-370C. Terdapat empat
mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir
ke lingkungan.1) Konduksi Panas di hantarkan dari tubuh bayi ke
benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. 2)
Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi keudara di sekitarnya yang
sedang bergerak (contoh : membiarkan dan meletakan bayi di pinggir
jendela) 3) Radiasi Panas yang keluar dari tubuh bayi baru lahir
kelingkungan yang lebih dingin (contoh : bayi yang baru lahir di
letakan di ruangan yang ber AC). 4) Evaporasi Panas hilang melalui
proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembapan udara.
6. Sistem Traktus Digestivus
Pada bayi baru lahir cukup bulan sudah mempunyai kemampuan
menelan, mencerna, mengabsorpsi protein dan karbohidrat
sederhana.Pada saat bayi lahir, di dalam saluran cernanya tidak
terdapat bakteri.Setelah lahir, orifisium oral dan orifisium anal
memungkinkan bakteri dan udara sehingga bising usus dapat kita
dengarkan satu jam setelah lahir.
7. Traktus Urinarius
Pada bulan ke 4 kehidupan janin ginjal terbentuk di dalam rahim, urine
sudah terbentuk dan di ekskresikan kedalam cairan amnion.Pada
kehamilan cukup bulan, ginjal menempati sebagian besar dinding
abdomen posteriopor. Neonatus harus miski dalam waktu 24 jam
setelah lahir dengan jumlah urine sekitar 20-30 ml/hari dan meningkat
menjadi 100-200 ml/hari pada waktu akhir minggu pertama
8. Sistem neuromuscular
Beberapa aktifitas reflek yang terdapat pada neunatus antara lain:
a) Reflek (eyeblink) : yaitu reflek ini dapat dilakukan dengan
memberikan cahaya (penlight) kemata maka mata bayi akan
berkedip.
b) Rooting Reflek : Reflek mencari saat ada jari yang menyentuh
pipinya reflek ini akan menghilang saat usia 3-12 bulan.
c) Suckling reflek : yaitu reflek menghisap
d) Moro reflek :Reflek yang timbul di luar kesadran bayi
e) Grasping reflek : Gerakan menggegam tangan
f) Tonik neek reflek : gerakan menoleh kekanan atau kekiri
g) Babysky reflek : Gerakan jari sepanjang telapak tangan (Wagiyo,
2016)

D. Pathway

E. Tanda dan Gejala


1. Lahir Aterm antara 37-42 minggu
2. Berat badan 2500- 4000 gram
3. Panjang badan 48- 52 cm
4. Lingkar dada 30- 38 cm
5. Lingkar kepala 33-35 cm
6. Lingkar lengan 11- 12 cm
7. Frekuensi denyut jantung 120-140 x/menit
8. Pernapasan ± 40-60 x /menit
9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah muncul
11. Kuku agak panjang dan lemas
12. Gerak aktif
13. Bayi lahir langsung menangis kuat
14. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dandaerah mulut) sudah terbentuk dengan baik
15. Reflek sucking (isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik
16. Reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik
17. Genitalia Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Wagio,2016).

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukan status praasidosis,
tingkat rendah menunjukan gangguan asfiksia bermakna.
2. Hemoglobin mencapai 15-20 g. hemaktokrit berkisar antara 43% -
61%.
3. Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menentuksn adanya
kompleks antigen-antibodi pada membrane sel darah merah yang
menunjukan kondisi hemolitik.
4. Bilirubin total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl
1-2 hari dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.

G. Komplikasi
1. Pernafasan sulit atau nadi lebih dari 60 x permenit
2. Terlalu panas ( > 380C ) atau telalu dingin (< 360C )
3. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama) biru, pucat atau memar
4. Hisapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah, mengantuk
berlebihan
5. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah
6. Tanda – tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah bengkak,
bau busuk, keluar cairan, pernafasan sulit
7. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja
lembek/encer, sering berwarna hijau tua, ada lendir atau darah
8. Mengigil, rewel, lemas mengantuk, kejang, tidak bisa tenang,
menangis terus menerus. (KIA,2017).

H. Penatalaksanaan
1. Perawatan 1 jam pertama
a. Menjaga keadaan bayi tetap hangat Yaitu dengan cara
mengeringkan tubuh bayi dan meletakan pada perut ibu.
Kemudian keringkan kepala bayi dan tubuh bayi menggunakan
handuk atau kain bersih.
b. Melakukan pengekleman tali pusat dan pemotongan tali pusat.
c. Tidak memandikan bayi setidaknya hingga 6 jam setelah
persalinan.
d. Membersihkan jalan napas dengan cara mengusap mukanya
dengan menggunakan kain atau kasa yang bersih,
e. Melakukan perawatan tali pusat dengan cara dibungkus
menggunakan kassa steril dan pastikan tetap kering.
f. Memberikan salep mata tujuannya untuk pencegahan infeksi.
g. Memberika vitamin k 1 mg secara IM di paha anterolateral kanan
bayi Tujuannya untuk pencegahan perdarahan pada bayi baru
lahir (Wagiyo, 2016)
h. Memberikan imunisasai Hb0 pad bayi 0,5 ml pada paha
anterolateral kiri (Jan M. Kriebs, 2010).

2. Perawatan 24 jam pertama


a. Memberitahu pada ibu tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.
b. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui dan pemberian asi pada
bayi.
c. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat (Wagiyo, 2016).
I. Pencegahan
1. Memandikan Bayi
Neonatus harus selalu dijaga kebersihannya agar tetap bersih,hangat,
dan kering. Beberapa cara untuk menjaga agar kulit neonatus bersih
dengan salah satu cara memandikan neonatus, mengganti popok atau
pakaian neonatus sesuai dengan keperluan. Memandikan neonatus,
sebaiknya ditunda sampai 6 jam kelahiran, hal ini dimaksut agar
neonatus tidak hipotermi. Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat
memandikan neonatus adalah: 1) Menjaga neonatus agar tetap hangat
2) Menjaga neonatus agar tetap aman dan selamat 3) Suhu air tidak
boleh terlalu panas atau terlalu dingin ( Armini, 2017).

2. Perawatan Tali Pusat


Perawatan tali pusat adalah kegiatan merawat tali pusat bayi setelah
talipusat dipotong sampai sebelum lepas.Teknik perawatan yang salah
dapat mempengaruhi lama pelepasan tali pusat.Perawatan tali pusat
harus dilakukan secara bersih agar tidak terinfeksi perawatan tali pusat
hanya menggunakan kassa kering yang di bungkus di tali pusat
tampak menambahkan apapun. Proses pelepasan tali pusat perlu
difasilitasi oleh udara terbuka agar tidak lembab dan mudah terinfeksi
sehingga dapat memperlambat puputnya tali pusat. Tali pusat harus
dibersikan 2 kali sehari atau ketika terkena urine atau feses. Perawatan
tali pusat terbuka akan membantu mengeringkan talin pusat lebih
cepat karena pada tali pusat terdapat jeli Wharton yang banyak
mengandung air yang jika terkena udara akan berubah strukturnya dan
secara fisiologis berubah fungsi menjadi padat dan mengklem tali
pusat secara otomatis sehingga menyebabkan aliran darah pada
pembulu darah di dalam sisa tali pusat terhambat atau bahkan tidak
mengalir lagi yang membuat tali pusat kering. (Jurnal ilmiah
kesehatan dan Aplikasinya, 2018).
3. Memberikan minum ASI pada neonates
Memastikan segera bayi diberikan minum setelah lahir, bayi baru lahir
normal dapat segera disusui hanya dalam waktu 1-2 menit pada setiap
payudara. Bayi baru lahir segera mungkin dilakukan IMD proses ini
berlangsung minimal 1 jam pertama setelah neonatus lahir. Manfaat
pemberian ASI segera setelah melahirkan adalah:
a. Pencernaan dan penyerapan ASI dalam lambung dan usus bayi
berlangsung dengan cepat dan baik
b. Mengurangi gangguan pencernaan karena mengurangi pemberian
makanan pralakteal
c. Menghentikan perdarahan ibu
d. Memberikan sentuhan emosional yang mempengaruhi hubungan
batin antara ibu dan bayi serta perkembangan jiwa anak dan
membantu menjarakan kehamilan (Amalia,Yovsyah, 2009).IMD
berfungsi untuk mempererat hubungan batin antara ibu dan anak,
selain itu IMD juga memiliki fungsi untuk mempercepat
keluarnya kolostrum. Kolostrum adalah asi yang keluar pertama
kali, yang berwarna kekuningan dan kental yang mengandung
tissue debris dan residual material. Fungsi dari kolostrum yaitu:
1) Kolostrum berisi immunoglobulin A yang berfungsi
melindungi neonatus dari infeksi tenggorokan, hati dan usus.
2) Kolostrum berisi protective white cell yang mebantu
memusnahkan penyakit yang disebabkan karena bakteri dan
virus.
3) Kolostrum berisi banyak antibodi dan growth factor. Growth
factor ini meningkatkan perkembangan system pencernaan
neonatus dan antibody untuk meningkatkan sistem imun
neonatus.
4) Kolostrum memiliki antioksidan dan anti inflammatory.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
pertama yaitu:
a) Petugas kesehatan
b) Psikologi ibu yaitu kepribadian dan pengalaman ibu,
sosio budaya
c) Pengetahuan ibu tentang proses laktasi
d) Lingkungan keluarga
e) Peraturan pemasaran pengganti ASI dan jumlah anak
(Amalia, Yovsyah, 2009).

Tanda-tanda bayi menyusui dengan benar yaitu:


a) Bayi tampak tenang
b) Badan bayi menepel pada perut ibu
c) Mulut bayi terbuka lebar
d) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
e) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi
f) Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan
g) Putting susu tidak terasa nyeri
h) Kepala bayi agak menengadah

4. Menyendawakan Bayi
Menyendawakan neonatus penting dilakukan dan berfungsi untuk
mengeluarkan udara yang ada di perut neonatus, semakinbanyak udara
yang masuk semakin kembung perut neonatus dan membuat tidak
nyaman dan rewel. Berikut ini teknik menyendawakan neonatus:
a. Menaruh dipundak
Nenatus digendong dipundak dengan wajah menghadap
kebelakang, lalu pegang bagian pantatnya dengan satu tangan,
sedangkan tangan yang satunya meegang leher dan menepuk-nepuk
punggungnya sampai mulut bayi mengeluarkan suara khas
sendawa.

b. Posisi terlungkup
Telungkupkan neonatus di pangkuan ibu, lalu tepuk-tepuk bagian
punggungnya ketika ibu melakukannya usahakan posisi dada
neonatus lebih tinggi dari perutnya (Armini, 2017).

5. Memijat Neonatus
Manfaat memijat neonatus yang terutama yaitu bayi akan merasakan
kasih sayang dan kelembutan dari orang tua saat di pijit. Selain itu
manfaat dari memijat neonatus:
a. Meningkatkan bounding and attachment antara ibu dan bayi
b. Meningkatkan berat badan
c. Serta meningkatkan kualitas tidur pada bayi
d. Meningkatkan perkembangan psikomotor
e. Membantu pertumbuhan

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Pengkajian terhadap factor resiko
1) Maternal : Usia, riwayat kesehatan yang lalu, perkembangan social
dan riwayat pekerjaan.
2) Obsetrik : Parity, periode, kondisi kehamilan terakhir
3) Perinatal : Antenatal, informasi prenatal maternal health
(DM,jantung)
4) Intra Partum event :
a) Usia gestasi : Lebih dari 34 minggu sampai dengan 42 minggu.
b) Lama dan karakteristik persalinan : Persalinan lama pada kala I
dan II KPD 24 jam.
c) Kondisi ibu : Hipo/Hiper tensi progsif perdarahan, infeksi.
d) Keadaan yang mengidentifikasi fetal disstres HR lebih dari 120
x sampai dengan 140 x / menit.
e) Penggunaan analgesic
f) Metode meahirkan : Sectio Caesaria, Forsep, Vakum
c. Pengkajian Fisik
1) Eksternal : Perhatikan warna, bercak warna , kuku, lipatan pada
telapak kaki, periksa potensi hidung dengan menutup sebelah
lubang hidung sambil mengobservasi pernafasan dan perubahan
kulit.
2) Dada
Palpasi untuk mencari detak jantung yang terkencang, auskultasi
untuk menghitung denyut jantung, perhatikan bunyi nafas pada
setiap dada.
a) Abdomen : Verifikasi adanya abdomen yang berbentuk seperti
kubam atau tidak ada anomaly, perhatikan jumlah pembuluh
darah pada tali pusat.
b) Neurologis : Periksa tonus otot dan reaksi reflex.
d. Pemeriksaan Penunjang
e. Nilai APGAR
f. Pengkajian
1) Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi
tampak semi koma saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah
bukti tidur dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20
jam.
2) Pernapasan dan Peredaran Darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk
menilai status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan
pernapasan dan peredaran darah dapat digunakan metode
APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat dari
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta wajah,
ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi
normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam pertama
setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit
(tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).

Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna


ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah
kemerahan.Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan
tekanan diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda dari hari
ke hari selama bulan pertama kelahiran. Tekanan darah sistolik
bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam
pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya
menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
3) Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-
370C.Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau
pada rektal.
4) Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan
padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak
tangan, kaki dan selangkangan.Kulit biasanya dilapisi dengan
zat lemak berwarna putih kekuningan terutama di daerah
lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa.
5) Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk,
kelainan jumlah atau tidak sama sekali pada semua anggota
tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki juga lubang anus
(rektal) dan jenis kelamin.
6) Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis.
Keadaan tali pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak
ada kemerahan di sekitarnya.
7) Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
a) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan
terbuka.
b) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan
dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam.
Plantar graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi
reaksi.
c) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada
bidang datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
d) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan
menoleh kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting
susu.
e) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke
dalam mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
8) Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan
fisiologis.Namun harus waspada jangan sampai melampaui
10% dari berat badan lahir.Berat badan lahir normal adalah
2500 sampai 4000 gram.
9) Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental
berwarna gelap hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan
mulai keluar dalam 24 jam pertama.
10) Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
lengan atas dan panjang badan dengan menggunakan pita
pengukur. Lingkar kepala fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-
bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm. Lingkar dada
normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm.
Panjang badan normal 48-50 cm.
11) Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema,
tanda vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih
(smegma) atau rabas berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia
pria ; Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis
biasa terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
c. Hipertermia
d. Hipotermia
e. Resiko infeksi
f. Resiko Cedera
g. Defisit Nutrisi

3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat
Penyebab a. Depresi pusat pernapasan
b. Hambatan upaya napas
c. Deformitas dinding dada
d. Deformitas tulang dada
e. Gangguan neumuskular
f. Gangguan neurologis
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan energi
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan inervasi diafragma
m. Cedera pada medula spinalis
n. Efek agen farmakilogis
o. Kecemasan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
a. Dispnea a. Penggunaan otot bantu
pernapasan
b. Fase ekspirasi memanjang
c. Pola napas abnormal (mis.
Takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
a. Ortopnea a. Pernapasan pursed-lip
b. Pernapasan cuping hidung
c. Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat
d. Ventilasi semenit menurun
e. Kapasitas vital menurun
f. Tekanan ekspirasi menurun
g. Tekanan inspirasi menurun
h. Ekskursi dada berubah
Kondisi Klinis Terkait a. Depresi sistem saraf pusat
b. Cedera kepala
c. Trauma thoraks
d. Gullian barre syndrome
e. Multiple sclerosis
f. Myasthenia gravis
g. Stroke
h. Kuadriplegia
i. Intoksikasi

Intervensi Keperawatan Pola Napas Tidak Efektif


No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Keperawata
n
1. Pola napas SLKI SIKI
tidak efektif
Luaran utama : pola napas Manajemen jalan napas
Kriteria hasil : Observasi :
a. Ventilasi semenit a. Monitor pola napas
meningkat (frekuensi, kedalaman,
b. Kapasitas vital meningkat usaha napas)
c. Diameter thoraks anterior- b. Monitor bunyi napas
posterior meningkat c. Monitor sputum (jumlah,
d. Tekanan ekspiasi meningkat warna, aroma)
e. Tekanan inspirasi Terapeutik
meningkat a. Pertahankan kepatenan
f. Dispnea menurun jalan napas dengan head-
g. Penggunaan otot bantu tilt dan chin-lift
napas menurun b. Posisikan semi-fowler
h. Pemanjangan fase ekspirasi atau fowler
menurun c. Berikan minum hangat
i. Ortopnea menurun d. Lakukan fisioterapi dada,
j. Pernapasan pursed-lip jika perlu
menurun e. Lakukan penghisapan
k. Pernapasan cuping hidung lendir kurang dari 15 detik
menurun f. Lakukan hiperoksigenasi
l. Frekuensi napas membaik sebelum penghisapan
m. Kedalaman napas membaik endotrakeal
n. Ekskursi dada membaik g. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
Luaran tambahan : Status mcgill
neurologis h. Berikan oksigen, jika
Kriteria hasil : perlu
a. Pola napas membaik Edukasi
b. Frekuensi napas membaik a. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontaindikasi
b. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

Diagnosa Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tida Efektif


Kategori: Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi
jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap
paten.
Penyebab 1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Disfungsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang bertahan
7. Hiperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis (mis. anastesi)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
(tida tersediaa) 1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing atau ronkhi kering
5. Mekonium di jalan napas (pada neonatus)
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas menurun
5. Pola napas berubah
Kondisi klinis terkait :
1. Gullian barre syndrom
2. Sklerosis multipel
3. Myasthenia gravis

4. Prosedur diagnostik (mis.


Bronkoskopi, transesophagealn
echocardiography (TEE)
5. Depresi sistem saraf pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi mekonium
10. Infeksi saluran napas

(sumber: PPNI, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2016)

Intervensi Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif


No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Inter
Keperawat vensi
an
1 Bersihan SLKI SIKI
Jalan Napas Luaran Utama: Manajemen jalan napas
Tidak Bersihan jalan napas Observasi
Efektif Kriteria hasil : a. Monitor pola napas
a. Batuk efektif (frekuensi, kedalaman,
b. Produksi sputum usaha napas)
c. Mengi b. Monitor bunyi napas
d. Mekonium (pada neonatus) bertambah (mis.
e. Dispnea Gurgling, mengi,
f. Ortopnea wheezing, ronkhi kering)
g. Sulit bicara c. Monitor sputum (jumlah,
h. Sianosis warna, aroma)
i. Gelisah Terapeutik
j. Frekuensi napas a. Pertahankan kepatenan
k. Pola napas jalan napas dengan head-
Luaran Tambahan : tilt chin-lift (jaw-thrust
a. Kontrol gejala jika curiga trauma
b. Pertukaran gas servikal)
c. Respons alergi lokal b. Posisikan semi fowler
d. Respons alergi sismtemik atau fowler
e. Respons ventilasi mekanik c. Berikan minum hangat
f. Tingkat infeksi d. Lakukan fisioterafi dada
e. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
f. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
g. Keluarkan sumbatan
benda dapat dengan
forsep McGill
h. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

Hipertermia
Kategori: Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan proteksi
Definisi : Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh

Penyebab 1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu
lingkungan
5. Peningkatan laju metabolism
6. Respon traima
7. Aktivitas berlebihan
8. Peggunaan incubator
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
(tida tersediaa) 1. Suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Kondisi klinis terkait :
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. prematuritas

(sumber: PPNI, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2016)

Intervensi Keperawatan Hipertermia


No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Inter
Keperawat vensi
an
1 Hipertermi SLKI SIKI
a Luaran Utama: Manajemen Hipertermia
Termoregulasi Observasi
Kriteria hasil : a. Identifikasi penyebab
a. Mengigil meningkat hipertermia (mis.
b. Kejang meningkat Dehidrasi, terpapar
c. Akrosianosis meningkat lingkungan panas,
d. Konsumsi oksigen penggunaa inkubator)
meningkat b. Monitor suhu tubuh
e. Piloereksi meningkat c. Monitor kadar
f. Vaksokonstriksi meningkat elektrolit
g. Kutis memorata meningkat d. Monitor haluaran
h. Pucat meningkat urine
i. Takikardi meningkat e. Monitor komplikasi
j. Takipnea meningkat Terapeutik
k. Bradikardi meningkat a. Sediakan lingkungan
l. Dasar kuku sianolik yang dingin
meningkat b. Longarkan atau
m. Hipoksia meningkat lepasakan pakaian
Luaran Tambahan : c. basahi dan kipasi
a. Ferpusi perifer permukaan tubuh
b. Status cairan d. berikan cairan oral
c. Status knyamanan e. ganti linen setiap hari
d. Status neurologis atau lebih sering jika
e. Status nutrisi mengalami
f. Termoregulasi neonatus hiperhidrasis
(keringet berlebihan)
f. lakukan pendinginan
eksternal (mis.
Selimut hipotermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila).
g. Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
h. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
a. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian cairan
elektrolit intravena,
jika diperlukan

Diagnosa Keperawatan Hipotermia


Kategori Lingkungan
Subkategori Keamanan pada proteksi
Definisi Sushu tubuh berada di bawah rentang
normal tubuh
Penyebab 1. Kerusakan hipotalamus
2. Konsumsi alcohol
3. Berat badan ektrem
4. Kekurangan lemak subkutan
5. Terpapar suhu lingkugan rendah
6. Malnutrisi
7. Pemakaian pakaian tipis
8. Penurunan laju metabolisme
9. Tidak aktivitas
10. Transfer panas (mis. Konduksi,
konveksi, evaporasi, radiasi)
11. Trauma
12. Efek agen farmakologis
13. Kurang terpapar informasi tentang
pencegahan hipotermia

Gejala dan tanda mayor Objektif


Subjektif 1. Kulit teraba dingin
(tidak tersedia) 2. Menggigil
3. Suhu tubuh dibawah nilai normal

Gejala dan tanda minor Objektif


Subjektif 1. Akrosianosis
(tidak tersedia) 2. Bradikardi
3. Dasar kuku sianotik
4. Hipoglikemia
5. Hipoksia
6. Pengisiaan kapiler >3detik
7. Konsumsi oksigen meningkat
8. Ventilasi menurun
9. Piloereksi
10. Takikardi
11. Vasokonstriksi perifer
12. Kutis memorata (pada neonates)

Kondisi klinis terkait 1. Hipotiroidisme


2. Anoreksia nervosa
3. Cedera batang otak
4. Prematuritas
5. Berat badan lahir rendah (BBLR)
6. Tenggelam

(sumber: PPNI, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2016)

Intervensi keperawatan Hipotermia


No Dignosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1 Hipotermia SLKI SIKI
Luaran Utama : Termoregulasi Observasi
Kriteria hasil : 1. Monitor suhu tubuh
1. Menggigil menurun 2. Identifikasi penyebab
2. Kulit merah menurun hipotermia (mis.
3. Kejang menurun Terpapar suhu
4. Akrisianosis menurun lingkungan rendah,
5. Kosumsi oksigen pakaian tipis, kerusakan
menurun hipotalamus, penurunan
6. Piloereksi menurun lajunmetabolisme,
7. Vasokontriksi perifer kekurangan lemak
menurun subkutan)
8. Kutis memorata 3. Monitor tanda dan
menurun gejala akibat hipotermia
9. Pucat menurun ( hipotermia ringan:
10. Takikardi menurun takipnea, disartria,
11. Takipnea menurun menggigil, hipertensi,
12. Bradikardi menurun diuresis. Hipotermia
13. Dasar kuku sianolik sedang: arutmia,
menurun hipotensi, apatis,
14. Hipoksia menurun koagulopati, reflex
15. Suhu tubuh membaik menurun, hipotermi
16. Suhu kulit membaik berat: oliguria, refleks
Luara tambahan : menghilang, edema
termoregulasi neonatus paru, asam-basa
1. Mengigil meningkat abnormal)
2. Anoreksia meningkat Terapeutik
3. Piloereksi meningkat 1. Sediakan lingkungan
4. Kosumsi oksigen yang hangat (mis: atur
meningkat suhu ruangan incubator)
5. Kutismemorata 2. Ganti pakaian dan/atau
meningkat linen yang basah
6. Dasar kuku sianolik 3. Lakukan penghangatan
meningkat pasif (mis:selimut,
penutup kepala, pakaian
tebal)
4. Lakukan penghangatan
aktif (mis: kompres
hangat, botol hangat,
selimut hangat,
perawatan metode
kangguru)
5. Lakukan perawatan aktif
internal (mis: infus
cairan hangat, oksigen
hangat, lavase
peritoneal, dengan
cairan hangat)
Edukasi
1. Anjurkan makan dan
minum hanngat

Diagnose Deficit Nutrisi


Kategori: Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
Penyebab a. Ketidakmampuan menelan makanan
b. Ketidakmampuan mencerna makanan
c. Ketidakmampuan memngabsorsi nutrien
d. Peningkatan kebutuhan metabolisme
e. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak
mencukupi)
f. Faktor psikologis (mis. Stres, keengganan untuk
makan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
a. tidak ada a. berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal

Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
a. cepat kenyang setelah makan a. bising usus hiperaktif
b. kram/nyeri abdomen b. otot penguyah lemah
c. nafsu makan menurun c. sariawan
d. membran mukosa puca

Kondisi klinis terkait : a. stroke


b. luka bakar
c, infeksi
d. Kanker
e. AIDS
(Sumber : PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2016)

Intevensi Keperawatan Defisit Nutrisi


No Dignosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Defisit nutrisi SLKI SIKI
Luaran tambahan : Status Observasi
Nutrisi Bayi 1. Identifikasi status
Kriteria hasil: nutrisi
1. Berat badan meningkat 2. Indetifikasi alergi
2. Panjang badan dan intoleransi
meningkat makanan
3. Kulit kuning menurun 3. Identifikasi makanan
4. Sklera kuning menurun yang disukai
5. Membrane mukosa 4. Identifikasi
kuning menurun kebutuhan kalori den
6. Prematuritas menurun jenis nutrien
7. Bayi cengeng menurun 5. Identifikasi perlunya
8. Pucat menurun penggunaan selang
9. Kesulitan makan nasogastric
menurun 6. Monitor asupan
10. Alergi makan menurun makanan
11. Pola makan membaik 7. Monitor berat badan
12. Tebal lipatan kulit 8. Monitor hasil
membaik pemeriksaan
13. Proses tumbuh laboratorium
kembang membaik
14. Lapisan lemak Terapeutik
membaik 1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan jika
perlu
2. Pasilitasi menentukan
pedoman diet (mis:
piramida mkanan)
3. Sajikan makanan
yang menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan
yang tinggi serata
untuk mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasoogastrik jika
asupan oral dapat di
toleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk jika mampu
2. Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis:
Pereda nyeri,
antiemetic,) jika
perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

Diagnosa Keperawatan Risiko Infeksi


Kategori Lingkungan
Subkategori Keamanan dan Proteksi
Definisi Berisiko mengalami peningkatan terserang
organism patogenik
Faktor Risiko 1. Penyakit kronis (mis. Diabetes)
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organism
pathogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer :
 Gangguan peristaltic
 Kerusakan integritas kulit
 Perubahan sekresi Ph
 Penurunan kerja siliaris
 Ketuban pecah lama
 Ketuban pecah sebelum
waktunya
 Merokok
 Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder :
 Penurunan hemoglobin
 Imununosupresi
 Leucopenia
 Supresi respon inflamasi
 Vaksinasi tidak adekuat
Kondisi Klinis Terkait 1. AIDS
2. Luka bakar
3. Penyakit paru obstruksi kronis
4. Diabetes mellitus
5. Tindakan invasive
6. Kondisi penggunaan terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban pecah sebelum waktunya
(KPSW)
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati
(Sumber : PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2016)

Intervensi Keperawatan Risiko Infeksi


No Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
1 Risiko Infeksi SLKI SIKI
Luaran Utama ; Intervensi Utama :
1. Tingkat Infeksi 1. Pencegahan Infeksi

Luaran Tambahan : Intervensi Pendukung :


1. Integritas kulit 1. Perawatan area
dan Jaringan insisi
2. Kontrol Risiko 2. Perawatan
3. Status Imun kehamilan risiko
4. Status Nutrisi tinggi
3. Perawatan luka
4. Perawatan pasca
persalinan
5. Perawatan perineum
6. Perawatan
persalinan
7. Perawatan
persalinan risiko
tinggi
8. Selang
9. Perawatan selang
dada
10. Perawatan selang
gastrointestinal
11. Perawatan selang
umbilical
12. Perawatan
sirkumsisi
13. Perawatan skin graft
14. Perawatan terminasi
kehamilan

Diagnose Resiko Cedera


Kategori: Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Definisi : Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang
menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat
atau dalam kondisi baik.
Penyebab Faktor resiko
Eksternal
a. terpapar patogen
b. terpapar zat kimia toksik
c. terpapar agen nosokomial
d. ketidakamanan transportasi
Internal
a . ketidaknormalan profil darah
b. Perubahan orientasi afektif
c. Perubahan sensasi
d. Disfungsi autoimun
e. Disfungsi biokimia
f. Hipoksia jaringan
g. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
h. Malnutrisi
i. Perubahan fungsi psikomotor
j. Perubahan fungsi kognitif
a
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
a. tidak ada a. berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal

Kondisi klinis terkait : a. kejang


b. Sinkop
c, Vertigo
d. gangguan penglihatan
e. gangguan pendengaran
f. penyakit Parkinson
g. hipotensi
h. kelainan nervus vestibularis
i. Retardasi mental
(Sumber : PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2016)

Intervensi keperawatan Resiko Cedera


No Dignosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1 Resiko Cedera SLKI SIKI
Luaran Utama : Tingkat Observasi
Cedera 4. Identifikasi kesiapan dan
Kriteria hasil : kemampuan menerima
17. Toleransi aktivitas informasi
18. Nafsu Makan Terapeutik
19. Toleransi Makanan 6. Sediakan materi dan
Luara tambahan : media pendidikan
- Edukasi kesehatan
- fungsi sensori 7. Jadwalkan pendidikan
- keamanan lingkungan kesehatan sesuai
rumah kesepakatan
- keseimbangan 8. Berikan kesempatan
- kinerja pengasuh untuk bertanya
- control kejang Edukasi
- koordinasi pergerakan 2. Anjurkan selalu
- mobiliitas mengawasi bayi
- orientasi kognitif 3. Anjurkan tidak
- tingkat delirium meninggalkan
- tingkat dimensia bayinya sendiri
- tingkat jatuh 4. Anjurkan
menjauhkan benda
yang beresiko
membahayakan bayi
5. Anjurkan memasang
penghalang pada sisi
tempat tidur
6. Anjurkan menutup
sumber listrik yang
terjangkau oleh bayi
7. Anjurkan mengatur
perabotan rumah
tangga dirumah
8. Anjurkan
memberikan
pembatasan pada area
beresiko
9. Anjurkan
menggunakan kursi
atau sabuk pengaman
khusus bayi saat
berkendara
10. Anjurkan penggunaan
sabuk pengaman pada
stoller, kursi khusus
bayi dengan aman
11. Anjurkan tidak
meletakan bayi pada
tempat tidur yang
tinggi.
4. Implementasi
Komponen pada tahap implementasi adalah :
a. Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter.
Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek
American Nurses Associatioin dan kebijakan institusi perawatan
kesehatan.
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaborasi diimpelementasikan bila perawat
bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain dalam
membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi
masalah klien.
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
tindakan keperawatan. Dokumentasi merupakan pernyataan dari
kejadian/identitas yang otentik dengan mempertahankan catatan-
catatan yang tertulis. Dokumentasi merupakan wahana untuk
komunikasi dan suatu profesional ke profesional lainnya tentang
kasus klien. Dokumen klien merupakan bukti tindakan keperawatan
mandiri dan kolaborasi yang diimplementasikan oleh perawat dan
perubahan-perubahan pada kondisi klien. Frekuensi dokumentasi
tergantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan idealnya
therapi dilakukan setiap shift. Rekam medis klien merupakan
dokumentasi yang legal, rekam medis tersebut diterima di
pengadilan. Pada tuntutan mal praktik, catatan perawatan
memberikan bukti tindakan perawat. Perawat harus melindungi
catatan tersebut dari pembaca yang tidak berhak seperti pengunjung.
Tanda tangan perawat di akhiri catatan perawat merupakan
akuntabilitas terhadap isi catatan. Mengubah dokumen legal tersebut
merupakan suatu kejahatan adalah tidak bisa di teruma untuk
menghapus tulisan pada catatan menggunakan tipe x, penghapusan
tinta atau lainnya.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang
harus dimiliki perawat pada tahap ini adalah memahami respon terhadap
intervensi keperawatan. Kemampuan mengembalikan kesimpulan
tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan-tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi
ini terdiri 2 kegiatan yaitu:
a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat
memberikan intervensi dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan
analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga
sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tettentu yang
membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai
sebagian.
1) Tujuan Tercapai
Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan
perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah
ditetapkan
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak
tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai
masalah atau penyebabnya, seperti klien dapat makan sendiri
tetapi masih merasa mual, setelah makan bahkan kadang-kadang
muntah.
3) Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya
perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang
diharapkan.
Evaluasi sumatif masing-masing diagnosa keperawatan secara
teori adalah :
a. Pola nafas efektif
b. Bersihan jalan nafas efektif
c. Hipertermi tidak terjadi
d. Hipotermia tidak terjadi
e. Bayi aman
f. Infeksi tidak terjadi
g. Nutrisi seimbang

DAFTAR PUSTAKA

Amalia.l, Yovsyah.2009. Pemberian Asi Segera pada Bayi Baru Lahir.


Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol.3, No,4. Retrieved from.
http://Journal.Fkm.ui.ac.id.
Diakses Pada Minggu 03 Desember 2023, Pukul 03.00 WIB.

Armini W dkk. 2016.Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan


Anak Prasekolah, edisi ke-1 Yogyakarta Andi
Jumriani & Harun, A. 2017.Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir DiRskdia Pertiwi
Makassar.

Rencana Strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu. 2017


Reni dkk. 2018.Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka Dan Kasa
Kering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru
Lahir.Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya Vol. 6 (2).

Reni, Dian dkk. 2018. Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka Dan
Kasa Kering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir.
Solo: Universitas Sebelas Maret.
google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2a
hUKEwivtNvTsY3iAhVBVK0KHfA3CFQQFjAAegQIAxAC&url=htt
ps%3A%2F%2Fjurnal.uns.ac.id%2Fplacentum%2Farticle
%2Fdownload
%2F22772%2F16946&usg=AOvVaw3MxX15zumDC8snk8NQnaZd
Diakses Pada Minggu 03 Desember 2023, Pukul 05.00 WIB.

Tando M.N. 2016.Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita, Jakarta
EGCHurlock, Elizabeth B, (2015) Spikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga
edisi kelima.

Wagiyo; Putrono. 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal,


dan Bayi Baru Lahir Fisiologi dan Patologi, Edisi ke-1 Yogyakarta
Wahyuni S. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita: Penuntun Belajar Pratek
Klinik, Jakarta EGC.

Anda mungkin juga menyukai