Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BARU LAHIR NORMAL

(BBLN)
Untuk Memenuhi Laporan Praktik Klinik Keperawatan Maternitas

DISUSUN OLEH :
KHAERUN NISA PRADITA FAHRIANDANI 211120054

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3) FAKULTAS ILMU


DAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL
ACHMAD YANI CIMAHI
2022
A. KONSEP DASAR 1. DEFINISI

Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang lahir selama satu jam pertama kelahiran
bayi sampai usia 4 minggu. Bayi Baru Lahir normal memiliki berat lahir antara 2500
– 4000 gram, cukup bulan dan lahir langsung menangis (Donna, 2014). Bayi lahir
prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah punya risiko lebih besar
mengalami infeksi tali pusat infeksi ini juga berperan dalam terjadinya angka
kesakitan dan angka kematian bayi baru lahir (BBL) di Indonesia (Hurlock, 2015).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram,
menangis spontan kurang dari 30 detik setelah lahir dengan nilai APGAR antara 7-
10 (Wagio, 2016).
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram
(Wahyuni, 2011).

2. KLASIFIKASI
Bayi baru lahir dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut (Ni Wayan 2021).
Yaitu :
a. Bayi baru lahir menurut masa gestasinnya
1) Kurang bulan (preterm infant) : 4000 gram
2) Cukup bulan (term infant) : 37-42 minggu
3) Lebih bulan (postterm infant) : 42 minggu atau lebih
b. Bayi baru lahir menurut berat badan lahir :
1) Berat lahir rendah : 4000 gram
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
3) Berat llahir lebih : >4000 gram
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran
berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :

1) Neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)


2) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)

3. ETIOLOGI

1) His (kontraksi otot Rahim)


2) Kontrkasi otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan 4) Ketegangan dan
kontraksi ligamentum retundum.

4. KOMPLIKASI

1) Pernafasan sulit atau nadi lebih dari 60 x permenit


2) Terlalu panas( > 380C ) atau telalu dingin (< 360C )
3) Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama) biru, pucat atau memar
4) Hisapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan
5) Talipusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah
6) Tanda – tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah bengkak, bau busuk,
keluar cairan, pernafasan sulit
7) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer, sering
berwarna hijau tua, ada lendir atau darah
8) Mengigil, rewel, lemas mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus
menerus. (KIA,2017).

5. PATOFISIOLOGI
Adaptasi fisiologis baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yemg meliputi :

a. Sistem pernapasan
Masa alveoli akan kolaps dan paaru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus
biasanya pernapasan diafragma dan abnominal. Sedangkan respirasi setelah
beberapa saat kelahiran yaitu 30-60x/menit.
b. Jantung dan sirkulasi darah
Keyika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat. Dengan
demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah
mengalir ke paru paru. Dengan demikian ductus botali tidak berfungsi lagi,
foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjaadi karena
pemotongan tali pusat
c. Saluran pencernaan
Meconium merupakan tinja pertama yang bisasnya dikeluarkan dalam 24 jam
pertama.
d. Hepar
Fungsi hepar janin dalam kandungan setelah lahir dalam keadaan imatur (belum
matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
menindakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar
belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (urin difosat
glukoronude transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrigerase)
yang berfungsi dalam sintesis bilirubin serung kurang sehingga neonatus
memperlihatkan gejala icterus fisiologis
e. Metabolisme
Pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolism lemak
sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120mg/100ml.
f. Produksi panas
Pada neonatus yang mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyeseuaian suhu
terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesisi) yaitu dengan
pembakaran “brown fat’ (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi
daripada lemak biasa.
g. Kelenjar endokrin
Kelenjar tiroid yang sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai
berfunghsi sejak bebetapa bulan sebelum akhir.
h. Keseimbangan air dan ginjal
Tubuh bayi mengandung banyak air dan kadar natrium relative lebih besar
daripada kalium
i. Susunan saraf
Gerakan menelan pada janin, sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu
dapat hirup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat
sensitive terhadap cahaya.
j. Imunologi
Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan asi
k. Sistem integument
l. Sistem hematopoiesis
m. Sistem skeletal
Saaat baru lahir tidak terlihat lingkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harus
simetris, terdapaat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis yang telapak yangan
dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan (Armini, 2017)
6. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis meliputi :

1) Komplikasi yang berhubungan dengan diabetes maternal


2) Cedera lahir karena ukuran yang tidak proporsional antara bayi dan jalan lahir
a. fraktur klavikula
b. cedera saraf fasial
c. palsi Erb-Duchenne atau paralisis plekus brakialis
d. paralisis klumpke
e. palsi saraf frenikus
f. kemungkinan fraktur tengkorak

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Sel darah putih 18000/mm


2) Neutropil meningkat sampai /mm hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis)
3) Hemoglobin 15-20g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia)
4) Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar gula menunjukan anemia/hemoraghi prenatal)
5) Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8mg/dl 1-2 hari dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
6) Detrosik : tetes glukosa selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata mg/dl
meningkat mg/dl pada hari ke 3
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWAATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
b. Pengkajian terhadap factor resiko
1) Maternal : Usia, riwayat kesehatan yang lalu, perkembangan social dan riwayat
pekerjaan.
2) Obsetrik : Parity, periode, kondisi kehamilan terakhir
3) Perinatal : Antenatal, informasi prenatal maternal health (DM,jantung) 4) Intra
Partum event :
a) Usia gestasi : Lebih dari 34 minggu sampai dengan 42 minggu.
b) Lama dan karakteristik persalinan : Persalinan lama pada kala I dan II KPD
24 jam.
c) Kondisi ibu : Hipo/Hiper tensi progsif perdarahan, infeksi.
d) Keadaan yang mengidentifikasi fetal disstres HR lebih dari 120 x sampai
dengan 140 x / menit.
e) Penggunaan analgesic
f) Metode meahirkan : Sectio Caesaria, Forsep, Vakum
c. Pengkajian Fisik
1) Eksternal : Perhatikan warna, bercak warna , kuku, lipatan pada telapak kaki,
periksa potensi hidung dengan menutup sebelah lubang hidung sambil
mengobservasi pernafasan dan perubahan kulit.
2) Dada
Palpasi untuk mencari detak jantung yang terkencang, auskultasi untuk
menghitung denyut jantung, perhatikan bunyi nafas pada setiap dada.
a) Abdomen : Verifikasi adanya abdomen yang berbentuk seperti kubam atau
tidak ada anomaly, perhatikan jumlah pembuluh darah pada tali pusat.
b) Neurologis : Periksa tonus otot dan reaksi reflex.
d. Pemeriksaan Penunjang
e. Nilai APGAR
f. Pengkajian
1) Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi koma
saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata
cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
2) Pernapasan dan Peredaran Darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status
kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah
dapat digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat
dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan
seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-
140 kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari
70-100 kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna ekstremitas,
wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan.Tekanan darah sistolik
bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda
dari hari ke hari selama bulan pertama kelahiran. Tekanan darah sistolik
bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama setelah
lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan
darah sistolik.
3) Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C.Pengukuran
suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
4) Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan
sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan
selangkangan.Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna putih
kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks
kaseosa.
5) Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah
atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai
ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
6) Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis.Keadaan tali
pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.
7) Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
a) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
b) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang
akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak
kaki dirangsang akan memberi reaksi.
c) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang
atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
d) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh
kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
e) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut
bayi akan membuat gerakan menghisap.
8) Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis.Namun
harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir.Berat
badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
9) Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam
kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam pertama.
10) Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan
panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala fronto-
occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm.
Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm.
Panjang badan normal 48-50 cm.

11) Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum
tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Hipertermia
c. Hipotermia

3. Intervensi Diagnosa Keperawatan

Pola Nafas Tidak Efektif


Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat

Penyebab a. Depresi pusat pernapasan


b. Hambatan upaya napas
c. Deformitas dinding dada
d. Deformitas tulang dada
e. Gangguan neumuskular
f. Gangguan neurologis
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan energi
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan inervasi diafragma
m. Cedera pada medula spinalis

n. Efek agen farmakilogis


o. Kecemasan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
a. Dispnea a. Penggunaan otot bantu pernapasan
b. Fase ekspirasi memanjang
c. Pola napas abnormal (mis. Takipnea,
bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
a. Ortopnea a. Pernapasan pursed-lip
b. Pernapasan cuping hidung
c. Diameter thoraks anterior-posterior
meningkat

d. Ventilasi semenit menurun


e. Kapasitas vital menurun
f. Tekanan ekspirasi menurun
g. Tekanan inspirasi menurun
h. Ekskursi dada berubah

Kondisi Klinis Terkait a. Depresi sistem saraf pusat


b. Cedera kepala
c. Trauma thoraks
d. Gullian barre syndrome
e. Multiple sclerosis
f. Myasthenia gravis
g. Stroke
h. Kuadriplegia
i. Intoksikasi
Intervensi Keperawatan

Pola Napas Tidak Efektif


No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Pola napas SLKI SIKI
tidak efektif
Manajemen jalan napas
Luaran utama : pola napas
Kriteria hasil : Observasi :Monitor pola napas
a. Ventilasi semenit meningkat a. (frekuensi,
b. Kapasitas vital meningkat kedalaman, usaha
c. Diameter thoraks napas)
anteriorposterior meningkat b. Monitor bunyi napas
d. Tekanan ekspiasi meningkat c. Monitor sputum
e. Tekanan inspirasi meningkat (jumlah, warna,
f. Dispnea menurun Terapeutikaroma)
g. Penggunaan otot bantu napas a.
menurun Pertahankan kepatenan
h. Pemanjangan fase ekspirasi jalan napas dengan head-
menurun b.
tilt dan chin-lift
i. Ortopnea menurun Posisikan semi-fowler
j. Pernapasan pursed-lip c.
atau fowler
menurun d.
Berikan minum hangat
k. Pernapasan cuping hidung Lakukan fisioterapi
menurun e.
dada, jika perlu
l. Frekuensi napas membaik Lakukan penghisapan
m. Kedalaman napas membaik f. lendir kurang dari 15
detik Lakukan
n. Ekskursi dada membaik hiperoksigenasi sebelum
penghisapan
endotrakeal
g. Keluarkan sumbatan

Luaran tambahan : h. Berikan oksigen, jika


Status neurologis perlu
Kriteria hasil : Edukasi
a. Pola napas membaik a. Anjurkan asupan cairan 2000
b. Frekuensi napas membaik ml/hari, jika tidak kontaindikasi
benda padat dengan forsep b. Ajarkan teknik batuk efektif
mcgill Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

Diagnosa Keperawatan Hipertermia


Kategori: Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan proteksi
Definisi : Suhu tubu h meningkat diatas rentang normal tubuh

Penyebab 1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas

3. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)

4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu


lingkungan

5. Peningkatan laju metabolism

6. Respon traima

7. Aktivitas berlebihan

8. Peggunaan incubator

Gejala dan tanda mayor Subjektif


(tida tersediaa) Objektif
1. Suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan tanda minor Subjektif


(tidak tersedia) Objektif
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Kondisi klinis terkait :
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. prematuritas

(sumber: PPNI, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2016)


Intervensi Keperawatan Hipertermia

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

1 Hipertermia SLKI SIKI

Luaran Utama: Manajemen Hipertermia

Termoregulasi Observasi
Kriteria hasil : Identifikasi penyebab
a.
hipertermia (mis.
a. Mengigil meningkat
Dehidrasi, terpapar
b. Kejang meningkat
c. Akrosianosis meningkat lingkungan panas,

d. Konsumsi oksigen meningkat penggunaa inkubator)


b. Monitor suhu tubuh
e. Piloereksi meningkat
c. Monitor kadar
f. Vaksokonstriksi meningkat
elektrolit
g. Kutis memorata meningkat

h. Pucat meningkat d. Monitor haluaran


i. Takikardi meningkat urine

j. Takipnea meningkat Monitor komplikasi


e.
k. Bradikardi meningkat peutik
Tera
l. Dasar kuku sianolik meningkat a. Sediakan lingkungan

m. Hipoksia meningkat yang dingin

Luaran Tambahan : b. Longarkan atau


a. Ferpusi perifer lepasakan pakaian
b. Status cairan c.
basahi dan kipasi
c. Status knyamanan
permukaan tubuh
d. Status neurologis d.
e. Status nutrisi berikan cairan oral
e. ganti linen setiap hari
f. Termoregulasi neonatus
atau lebih sering jika
mengalami
hiperhidrasis
(keringet berlebihan)
f.

lakukan pendinginan
eksternal (mis.
Selimut hipotermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila).

g.
Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin

h. Berikan oksigen, jika


perlu

Edukasi

a. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian
cairan elektrolit
intravena, jika
diperlukan
Diagnosa Keperawatan Hipotermia
Kategori Lingkungan
subkategori Keamanan pada proteksi
Definisi Sushu tubuh berada di bawah rentang normal
tubuh
Penyebab 1. Kerusakan hipotalamus
2. Konsumsi alcohol
3. Berat badan ektrem
4. Kekurangan lemak subkutan
5. Terpapar suhu lingkugan rendah
6. Malnutrisi
7. Pemakaian pakaian tipis
8. Penurunan laju metabolisme
9. Tidak aktivitas
10. Transfer panas (mis. Konduksi, konveksi,
evaporasi, radiasi)
11. Trauma
12. Efek agen farmakologis
13. Kurang terpapar informasi tentang
pencegahan hipotermia

Gejala dan tanda mayor Objektif


Subjektif 1. Kulit teraba dingin
(tidak tersedia) 2. Menggigil
3. Suhu tubuh dibawah nilai normal

Gejala dan tanda minor Objektif


Subjektif 1. Akrosianosis
(tidak tersedia) 2. Bradikardi
3. Dasar kuku sianotik
4. Hipoglikemia
5. Hipoksia
6. Pengisiaan kapiler >3detik
7. Konsumsi oksigen meningkat
8. Ventilasi menurun
9. Piloereksi
10. Takikardi
11. Vasokonstriksi perifer
12. Kutis memorata (pada neonates)

Kondisi klinis terkait 1. Hipotiroidisme


2. Anoreksia nervosa
3. Cedera batang otak
4. Prematuritas
5. Berat badan lahir rendah (BBLR)
6. Tenggelam

(sumber: PPNI, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2016)


Intervensi keperawatan
Hipotermia
No Dignosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1 Hipotermia SLKI SIKI
Luaran Utama : Termoregulasi Observasi
Kriteria hasil : 1. Monitor suhu tubuh
1. Menggigil menurun 2. Identifikasi penyebab
2. Kulit merah menurun hipotermia (mis. Terpapar
3. Kejang menurun suhu lingkungan rendah,
4. Akrisianosis menurun pakaian tipis, kerusakan
5. Kosumsi oksigen menurun hipotalamus, penurunan
6. Piloereksi menurun lajunmetabolisme,
7. Vasokontriksi perifer kekurangan lemak
menurun subkutan)
8. Kutis memorata menurun 3. Monitor tanda dan gejala
9. Pucat menurun akibat hipotermia (
10. Takikardi menurun hipotermia ringan: takipnea,
11. Takipnea menurun disartria, menggigil,
12. Bradikardi menurun hipertensi, diuresis.
13. Dasar kuku sianolik Hipotermia sedang: arutmia,
menurun hipotensi, apatis,
koagulopati, reflex menurun,
14. Hipoksia menurun
hipotermi berat: oliguria,
15. Suhu tubuh membaik
refleks menghilang, edema
16. Suhu kulit membaik Luara
paru, asam-basa abnormal)
tambahan : termoregulasi
Terapeutik
neonatus
1. Sediakan lingkungan yang
1. Mengigil meningkat
hangat (mis: atur suhu
2. Anoreksia meningkat
ruangan incubator)
3. Piloereksi meningkat 2. Ganti pakaian dan/atau linen
4. Kosumsi oksigen meningkat yang basah
5. Kutismemorata meningkat 3. Lakukan penghangatan pasif
6. Dasar kuku sianolik (mis:selimut, penutup kepala,
meningkat pakaian tebal)
4. Lakukan penghangatan aktif
(mis: kompres hangat, botol
hangat, selimut hangat,
perawatan metode kangguru)
5. Lakukan perawatan
aktif
internal (mis: infus cairan
hangat, oksigen hangat, lavase
peritoneal, dengan cairan hangat)
Edukasi
1. Anjurkan makan dan minum
hanngat
4. Implementasi
Komponen pada tahap implementasi adalah :
a. Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan
keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses
Associatioin dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaborasi diimpelementasikan bila perawat bekerja
dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain dalam membuat keputusan
bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah klien.
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan
keperawatan. Dokumentasi merupakan pernyataan dari kejadian/identitas yang
otentik dengan mempertahankan catatan-catatan yang tertulis. Dokumentasi
merupakan wahana untuk komunikasi dan suatu profesional ke profesional
lainnya tentang kasus klien. Dokumen klien merupakan bukti tindakan
keperawatan mandiri dan kolaborasi yang diimplementasikan oleh perawat dan
perubahan-perubahan pada kondisi klien. Frekuensi dokumentasi tergantung pada
kondisi klien dan terapi yang diberikan idealnya therapi dilakukan setiap shift.
Rekam medis klien merupakan dokumentasi yang legal, rekam medis tersebut
diterima di pengadilan. Pada tuntutan mal praktik, catatan perawatan memberikan
bukti tindakan perawat. Perawat harus melindungi catatan tersebut dari pembaca
yang tidak berhak seperti pengunjung. Tanda tangan perawat di akhiri catatan
perawat merupakan akuntabilitas terhadap isi catatan. Mengubah dokumen legal
tersebut merupakan suatu kejahatan adalah tidak bisa di teruma untuk menghapus
tulisan pada catatan menggunakan tipe x, penghapusan tinta atau lainnya.

5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap
ini adalah memahami respon terhadap intervensi keperawatan. Kemampuan
mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan-tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi
ini terdiri 2 kegiatan yaitu:
a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status
klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap
perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang
mempunyai kriteria tettentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak
tercapai atau tercapai sebagian.
1) Tujuan Tercapai
Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan perubahan kemajuan
yang sesuai dengan keiteria yang telah ditetapkan
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak
tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah
atau penyebabnya, seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih merasa
mual, setelah makan bahkan kadang-kadang muntah.
3) Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya perubahan kearah
kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.
Evaluasi sumatif masing-masing diagnosa keperawatan secara teori adalah :
a. Pola nafas efektif
b. Bersihan jalan nafas efektif
c. Hipertermi tidak terjadi
d. Hipotermia tidak terjadi
e. Bayi aman
f. Infeksi tidak terjadi
g. Nutrisi seimbang
DAFTAR PUSTAKA

Amalia.l, Yovsyah. 2009 . Pemberian Asi Segera pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional.Vol.3,No,4. Retrieved from http://
Journal.Fkm.ui.ac.id.
Armini W.N; Sriasih K.G.N; dan Marhaeni A.G. 2016. Asuhan Kebidanan
Neonatus,Bayi,Balita dan Anak Prasekolah, edisi ke-1 Yogyakarta Andi
Jumriani & Harun, A. 2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi
Baru Lahir Di Rskdia Pertiwi Makassar.
JurnalKesehatanManarang.Volume.3,Nomor1.RevieredFrom:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2
&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjdxNaJ8Y_iAhUC0KwKHR6NBaYQ
FjABegQIAhAC&url=http%3A%2F%2Fjurnal.poltekkesmamuju.ac.id%2
Findex.php%2Fm%2Farticle%2Fdownload%2F34%2F34%2F&usg=AOv
Vaw3ZMFksvdCsqFIpz_DtVIyt
Kriebs M.J, Gegor L.C. 2009. Asuhan Kebidanan Varney Buku Saku, Edisi ke-2 Jakarta EGC
Rencana Strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu. 2017
Reni. D.P, Nur. T.F, Cahyanto, B.E, Nugraheni, A. 2018. Perbedaan Perawatan Tali
Pusat Terbuka Dan Kasa Kering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru
Lahir. Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya Vol. 6 (2).
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwivtNvTsY3iAhVBVK0KHfA3CFQQF
jAAegQIAxAC&url=https%3A%2F%2Fjurnal.uns.ac.id%2Fplacentum%
2Farticle%2Fdownload%2F22772%2F16946&usg=AOvVaw3MxX15zum DC8snk8NQnaZd
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2017

Tando M.N. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita, Jakarta EGCHurlock,
Elizabeth B, (2015) Spikologi Perkembangan, Jakarta:Erlangga edisi kelima
Wagiyo ; Putrono. 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal, dan Bayi Baru Lahir
Fisiologi dan Patologi, Edisi ke-1 Yogyakarta
Wahyuni S. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita: Penuntun Belajar Pratek Klinik, Jakarta
EGC

Anda mungkin juga menyukai