DI SUSUN OLEH :
SUTRIAN
NIM 62.20.1.19.434
E. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada bayi baru lahir adalah :
1. Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan stressor
prenatal atau intrapartum, produksi mucus yang berlebihan.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan jumlah
lemak subkutan yang terbatas, sumber yang tidak dapa diperbaharui dari lemak
cokelat, dan lapisan epidermis yang tipis.
3. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi perkembangan atau
penambahan anggota keluarga baru.
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan laju metabolic, kebutuhan kalori tinggi, simpanan nutrisi minimal.
5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan anomaly congenital yang tidak
terdeteksi dan pemajanan tehadap agen-agen infeksius.
F. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa 1 :
Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan stressor
prenatal atau intrapartum, produksi mucus yang berlebihan.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko
tinggi terhadap pertukaran gas teratasi dengan criteria hasil :
1. Mempertahankan jalan nafas yang paten
2. Frekuensi dan pernafasan dalam batas normal
3. Tidak ada sianosis
4. Bebas dari tanda distress pernapasan
Rencana Tindakan :
1. Ukur agar skor pada menit pertama dan menit kelima.
2. Perhatikan komplikasi prenatal yang mempengaruhi status plasenta dan janin.
3. Tinjau ulang status janin intrapartum, termasuk denyut jantung janin.
4. Kaji frekuensi dan upaya pernafasan awal.
5. Perhatikan adanya pernafasan cuping hidung, pernafasan mendengkur, krekels,
dan ronkhi.
6. Tempatkan bayi pada posisi trendelenburg yang dimodifikasi pada sudut 10⁰.
7. Perhatikan nadi apical.
8. Berikan rangsangan taktil dan sensori yang tepat.
9. Observasi adanya sianosis.
Diagnosa 2 :
Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan jumlah lemak
subkutan yang terbatas, sumber yang tidak dapa diperbaharui dari lemak cokelat,
dan lapisan epidermis yang tipis.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko
tinggi terhadap perubahan suhu tubuh teratasi dengan criteria hasil :
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Tidak ada tanda-tanda hipotermia.
Rencana Tindakan :
1. Tempatkan bayi baru lahir pada lingkungan yang hangat.
2. Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural.
3. Jangan mandikan bayi jika suhu tubuh belum stabil.
4. Perhatikan tanda-tanda sekunder distress dingin.
Diagnosa 3 :
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi perkembangan atau
penambahan anggota keluarga baru.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan perubahan
proses keluarga teratasi dengan criteria hasil :
1. Orang tua memulai proses kedekatan dengan cara bermakna.
2. Dapat dengan tepat mengidentifikasi bayi.
Rencana Tindakan :
1. Informasikan kepada orang tua tentang kebutuhan neonatus.
2. Anjurkan orang tua untuk mengelus atau berbicara kepada bayi.
3. Diskusikan kemampuan bayi untuk berinteraksi.
4. Gunakan system identifikasi yang dapat diterima oleh hukum.
Diagnosa 4 :
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan laju metabolic, kebutuhan metabolic tinggi, simpanan nutrisi yang
minimal.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko
perubahan nutrisi teratasi dengan criteria hasil :
1. Bebas dari tanda-tanda hipoglikemia.
2. Glukosa darah dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
1. Perhatikan nilai apgar skor.
2. Turunkan stressor fisik.
3. Timbang berat badan bayi.
4. Observasi bayi adanya tanda hipoglikemia.
5. Auskultasi bising usus.
6. Anjurkan keluarga memberikan makanan pada bayi sesuai jadwal.
Diagnosa 5 :
Resiko tinggi cedera/infeksi berhubungan dengan anomaly congenital yang tidak
terdeteksi dan pemajanan tehadap agen-agen infeksius.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko
terjadinya cedera/infeksi teratasi dengan criteria hasil :
1. Bebas dari tanda-tanda infeksi.
2. Pemulihan tepat waktu pada punting tali pusat.
Rencana Tindakan :
Tinjau ulang factor ibu yang cenderung membuat bayi terkena infeksi.
Inspeksi kulit terhadap adanya ruam.kaji adanya tanda-tanda infeksi terutama pada
tali pusat.perhatikan adanya letargi.
Berikan ASI sedini mungkin.
Pantau pemerikaan laboratorium darah.
G. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Segera setelah melahirkan bayi
1. sambil secara ceepat menilai pernafasannya, letakkan bayi edngan handuk
diatas perut ibu.
2. Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah dan lahir dari wajah bayi.
Untuk mencegah jalan udaranya terhalang.
3. Klem dipotong tali pusat.
a. Mengklem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3
cm dari pengkal pusat bayi.
b. Mempertahankan tali pusat diantara kedua kklem sambil melindungi bayi
dari gunting dengan tangan kiri anda.
c. Mempertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat. Mengganti
sarung tangan bila ternyata sudah kotor. Memotong tali pusat dengan
pisau atau gunting yang steril atau disinfeksi tingkat tinggi.
d. Memeriksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih ada perdarahan,
lakukan pengikatan ulang yang lebih hanyat.
4. Jagalah agar bayi tetap hangat
a. Memastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dan kulit ibu.
b. Mengganti handuk atau kain yang basah, dan bungkus bayi terebut
dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala yang telah
terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
5. Kontak dini dengan ibu.
a. Memberikan bayi kepada ibunya secepat mungkin untuk kehangatan.
b. Untuk ikatan batin dan pemberian ASI.
6. Pernafasan
Periksa pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit.
7. Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5%/ tetrasikklin 1% dianjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia.
8. Pemeriksaan fisik bayi
a. Gunakan tempat yang aman (hangat dan bersih) untuk pemeriksaan.
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, menggunakan sarung
tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi.
c. Lihat, dengarkan dan raasakan tiap-tiap daerah, dimulai dari kepala dan
berlanjut secara sistematis menuju jari kaki.
d. Menulis hasil pengamatan.
b) Pemeriksaan fisik bayi
1. Kepala : Simetris/ tidak, terdapat caput succedanum/ tidak, terdapat cephal
hematoma.
2. Telinga : Periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.
3. Mata : Tanda-tanda infeksi yakni Pus.
4. Hidung dan Mulut : Bibir dan langitan, periksa adanya sumbing, reflek
hisap, dinilai dengan mengamati bayi pada saat menyusu.
5. Leher : Ada pembengkakan/ tidak
6. Dada : Simetris/ tidak, bunyi nafas, bunyi jantung, putingnya menonjol/
tidak/ Bahu, lengan dan tangan gerakan normal atau tidak, jumlah jari.
7. Perut : Bentuk penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan
tali pusat.
8. Jenis kelamin
♂ : Testis berada dalam skrotum, penis berulang dan pada ujung letak
lubang ini.
♀ : Vagina berlubang, uretra berlubang, labia minor dan mayor.
9. Tungkai dan kaki : Gerakan normal, tampak normal, jumlah jari.
10. Punggung dan anus : Pembengkakan/ ada cekungan, spina bifida/
tidak, ada anus/ tidak, berlubang/ tidak.
11. Kulit : Verniks, warna, pembengkakan, tanda-tanda lahir.
12. Sistem syaraf : Adanya reflek morro, lakukan rangsangan dengan
suara keras yaitu pemeriksa bertepuk tangan.
H. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaian hasil
yang diharapkan adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Fase evaluasi perlu
untuk menentukan seberapa baik rencana asuhan keperawatan tersebut berjalan,
dan bagaimana secara proses yang terus menerus. Revisi rencana keperawatan
adalah komponen penting dari fase evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA