Anda di halaman 1dari 21

KARAKTERISASI DAN UJI DIFUSI FORMULA OPTIMUM

SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL 95% DAUN SIRSAK

(ANNONA MURICATA L)

Oleh

Yulia Annisa

SF18134

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO LESTARI

BANJARBARU

NOVEMBER 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman sirsak (Annona muricata Linn.) berasal dari bahasa Belanda, yakni

zuurzak berarti kantong asam. Sirsak merupakan tumbuhan dengan berbagai

macam manfaat bagi kesehatan baik daging buah, daun maupun bijinya memiliki

kandungan kimia yang bermanfaat untuk pengobatan, antara lain sebagai

antibakteri, antivirus, antioksidan, antijamur, antiparasit, antihipertensi, antistres,

dan menyehatkan sistem saraf. Daging buahnya mengandung serat dan vitamin,

kandungan zat gizi terbanyak dalam buah sirsak adalah karbohidrat. Daunnya

mengandung senyawa tanin, fitosterol, kalsium oksalat, alkaloid murisin,

monotetrahidrofuran asetogenin, seperti anomurisin A dan B, gigantetrosin A,

annonasin-10-one, murikatosin A dan B, annonasin dan goniotalamisin dan ekstrak

etanol daun sirsak dapat menghambat pertumbuhan bakteri P. acnes, S. aureus,

dan S. epidermidis dengan konsentrasi 10% (Mulyanti, 2015). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak memiliki daya hambat terhadap

pertumbuhan jamur Candida albicans yaitu pada konsentrasi 5% sebesar 0,85 mm,

15% sebesar 1,45 mm, konsentrasi 25% sebesar 1,48 mm dan kontrol positif

sebesar 9,83 mm (Kossasih, 2017)

Menurut penelitian yang dilakukan Zita (2017) sediaan gel ekstrak daun sirsak

memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri P. acnes sebesar 11,17 mm. Tujuan

dilakukannya pembuatan gel tersebut adalah karea sediaan gel lebih banyak

mengandung air sehingga lebih mudah meresap kedalam kulit. Hal ini didukung
berdasarkan penelitian Noor Laila (2018) telah dilakukan optimasi formula

menggunakan metode penetuan design faktorial sehingga didapatkan formula

optimum yaitu komposisi carbopol 940 1,536% dan propilen glikol 5% (Noor

Laila, 2018)

Uji karakteristik dan stabilitas formula optimum adalah membuktikan

bagaimana mutu zat aktif atau produk obat berubah seiring waktu, dibawah

pengaruh faktor lingkungan seperti temperatur, kelembaban, dan cahaya. Metode

Uji stabilitas memiliki empat jenis yaitu Uji stabilitas secara panjang / jangka

panjang, uji stabilitas dipercepat, uji stabilitas yang dilakukan pada sample, uji

yang dilakukan pada dua temperature berbeda yang dilakukan secara bergantian

(Hermila, 2017)

Uji difusi formula optimum adalah proses perpindahan ataupun mengalirnya

suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang

berkonsentrasi rendah. Uji difusi bertujuan untuk mengukur jumlah zat aktif yang

terdisolusi dalam media cair yang diketahui volumenya pada suatu waktu tertentu

dan alat tertentu. Perbedaan uji difusi dengan pelepasan zat aktif adalah uji difusi

digunakan untuk mengukur jumlah zat aktif yang terdisolusi, sedangkan pelepasan

zat aktif adalah disolusi bahan aktif dan difusi bahan aktif yang sudah terlarut  

(Lindawati, 2015)

Uji iritasi formula adalah pengujian respon lokal pada kulit karena adanya

suatu reaksi kulit setelah terpapar zat kimia, sehingga menyebabkan inflamasi atau

luka. Uji iritasi dilakukan untuk mengetahui efek iritasi dari sediaan gel setelah

digunakan pada kulit, sehingga dapat diketahui tingkat keamanan sediaan gel tersebut

sebelum dijual ke masyarakat. Uji iritasi dilakukan dengan metode Draize, yaitu

menggunakan kulit hewan seperti kelinci dengan cara rambut di bagian punggung
dicukur sampai bersih kemudian dibagi menjadi 4 bagian dengan luas yang sama,

selanjutnya diberikan perlakuan sediaan gel antijerawat FI, FII, FIII dan basis gel

atau sediaan lainnya (Hermila, 2016)

Berdasarkan ulasan diatas, maka penulis akan melakukan tahapan penelitian

tentang Karakterisasi dan uji difusi formula optimum sediaan gel ekstrak etanol

95% daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap bakteri stphylococus aureus

yang di harapkan dapat menghasilkan sediaan gel dengan karakteristik dan laju

pelepasan suatu bahan aktif yang dapat berpenetrasi melalui membran.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka, perumusan

masalah dari penelitan ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana karakteristik formula optimum sediaan gel ekstrak etanol 95%

daun sirsak (Annona muricata Linn)

b. Bagaimana Uji stabilitas formula optimum sediaan gel ekstrak etanol 95%

daun sirsak (Annona muricata Linn)

c. Bagaimana uji difusi formula optimum sediaan gel ekstrak etanol 95% daun

sirsak (Annona muricata Linn)

d. Bagaimana Uji Iritasi formula optimum sediaan gel ekstrak etanol 95% daun

sirsak (Annano muricata Linn)

1.3. Tujuan penelitian

a. Mengetahui karakteristik formula optimum sediaan gel ekstrak etanol 95%

daun sirsak (Annona muricata Linn)

b. Mengetahui Uji stabilitas formula optimum sediaan gel ekstrak etanol 95%

daun sirsak (Annona muricata Linn)


c. Mengetahui uji difusi formula optimum sediaan gel ekstrak etanol 95% daun

sirsak (Annona muricata Linn)

d. Mengetahui Uji Iritasi formula optimum sediaan gel ekstrak etanol 95% daun

sirsak (Annona muricata Linn)

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu :

a. Bagi peneliti

Hasil penulisan Proposal Skripsi ini diharapkan memberikan

sumbangan untuk meningkatkan pengetahuan terutama bagaimana

Karakteristik dan uji difusi formula optimum sediaan gel ekstrak etanol 95%

daun sirsak (Annona muricata Linn)

b. Bagi institusi

Hasil penulisan Proposal Skripsi ini diharapkan memberikan

konstribusi dalam peningkatan kualitas pembelajaran khususya di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daun Sirsak (Annano Muricata L)

2.1.1. Deskripsi Daun Sirsak (Annano Muricata Linn)

Sirsak berbentuk pohon. Dapat tumbuh menahun. Batangnya berkayu

(lignosus). Permukaaan kasaar dan berwarna coklat tua, silindris, dan

mempunyai percabangan simpodial. Batang tumbuh tegak lurus

sedangkan cabangnya ada yang keatas dan ada yang mendatar. Daunnya

jorong atau bulat telur, daging daun tebal dan kaku seperti kulit/belulang

(corlaceus), tepinya rata, ujungnya tumpul sedangkan pangkalnya rata.

Permukaan atas daun berwarna hijau, halus dan licin mengkilat sedangkan

permukaan bawah hijaunya lebih muda. Bunga tunggal tersusun dalam

berkas 1-2 berhadapan/disamping daun mahkota segitiga. Buahnya

merupakan buah majemuk agregat, tekstur buah empuk, berduri pendek,

daging buah berwarna putih rasanya asam manis dan bijinya hitam

mengkilat dan banyak. Akarnya berupa akar tunggang (Nuraini, 2014).

(a)

Gambar 1. (a) Daun sirsak (Annano muricata Linn)


Klarifikasi tanaman Daun sirsak (Annano muricata Linn) :

Kingdom : Plantaae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Polycarpiceae

Famili : Annonaceae

Ordo : Caryphyllales

Genus : Annona

Spesies : Annona muricata Linn (Noor Laila, 2018).

2.1.2. Kandungan Kimia Daun Sirsak (Annano murcata L)

Hasil skrining fitokimia pada ekstrak daun sirsak (Annona muricata

L.) ditemukan senyawa yang diduga sebagai anti bakteri pada daun sirsak

adalah alkaloid, flavonoid dan polifenol. Hasil determinasi menyatakan

bahwa sampel daun sirsak yang dideterminasi adalah jenis Annona

muriccata L (Noor Laila, 2018)

Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia

Senyawa Reagen Hasil Keterangan


Flavonoid Wilstatter + Warna merah
kejinggaan
Alkaloid Dragondroff Tidak adanya
̶ endapan merah
Mayer + Endapan putih
Polifenol FeCl3 + Hijau kehitaman
Keterangan + = Positif
- = Negatif

2.1.3. Khasiat Daun sirsak (Annano muricata Linn)


Daun sirsak terkenal sebagai antikanker, mencegah radikal bebas,

meningkatkan energi dan sistem kekebalan tubuh, mecegah infeksi

mematikan serta tidak menyebabkan turunnya berat badan, mual dan

rambut rontok. Tercatat sedikitnya 12 jenis sel kanker bisa diatasi

dengan daun ini, diantaranya adalah kanker payudara, usus besar,

prostat, pankreas dan paru-paru. Selain untuk mengobati penyakit

kanker, daun sirsak juga dapat mengobati ambeyen, cacingan, mencret

pada bayi. Bisul, sakit pinggang, depresi, stres, menormalkan syaraf

tertekan, anyang-anyangan dan sakit kandung kemih (Nuraini 2014).

2.2. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dngan meyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok,di luar pengaruh cahaya

matahari langsung, ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan

pencari yang digunakan, air, etanl dan campuran air etanol. Ekstraksi adalah

suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia dari

jaringan tumbuhan maupun hewa (Ditjim POM, 2016).

Ekstraksi pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut.

Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa

melarutkan material lainnya. ekstraksi padat cair atau leaching merupakan

transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses

ini bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke

keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat

dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam pelarut

pengekstraksi (Budiyati, 2013).


Meserasi dilakukan dengan meredam serbuk simplisia dalam cairan

penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau

pelarut lain. Sepuluh bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok

dimasukkan ke dalam benjana, lalu dituangi 75 bagian cairan penyari, ditutup

dan dibiarkan selama 5 hari teerlindung dari cahaya, sambil brulang-ulang

diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan

penyari cecukupnya, diaduk dan diserkai, sampai diperoleh seluruh sari sebanyak

100 bagian. Benjana ditutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya

selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan (Kossasih, 2017)

2.3. Sediaan Gel

Gel merupakan sediaan semisolid dengan basis yang mudah dicuci sehingga

besar harapan dapat disukai masyarakat (setiawan, 2018)

Gel adalah sediaan semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari

partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar terpenetrasi oleh

suatu cairan. Sediaan gel dipilih karena mudah mengering, membentuk lapisan

film yang mudah dicuci dan memberikan rasa dingin di kulit (Sayuti, 2015)

2.5. Uji Difusi

Uji difusi dilakukan dengan menggunakan metode flow-through yang

dimodifikasi dari sel difusi franz yang terdiri dari sel difusi, pompa peristaltik,

gelas piala, tangas air penampung reseptor, termometer dan selang. Formula uji

ditimbang 1,0 g kemudian dioleskan diatas membran yang telah diimpregnasi

secara merata dan tipis. Suhu sistem 37°±1°C dengan cairan reseptor 330 mL

larutan dapar fosfat pH 7,4. Pompa peristaltik akan menarik cairan reseptor dari

gelas kimia, kemudian dipompa ke sel difusi (Yati, 2017).


2.5.1 Sel Difusi Franz

Pada tahun 1975 Franz mengembangkan sel difusi statis yang sekarang

menjadi salah satu yang paling umum digunakan dalam sistem in vitro

dalam penelitian penetrasi kulit. Sistem ini memiliki desain yang sederhana

dan murah untuk digunakan. Kulit manusia serta hewan dapat dipasang

pada jaringan logam yang mana membagi kompartemen donor dan

reseptor. Kulit dermis ditempatkan kontak dengan cairan reseptor di

bawah .Kompartemen reseptor sel ditempatkan dalam air yang bersirkulasi

dalam water bath dengan suhu 37°C untuk menjaga permukaan kulit pada

suhu 32°C untuk meniru kulit dalam kondisi hidup sebisa mungkin.

Medium reseptor diaduk homogen dalam konsentrasi dan suhu dengan

batang pengaduk magnet. Cairan di ruang reseptor dijadikan sampel secara

manual pada interval waktu yang telah ditentukan. Aliquot (1 ml) diambil

pada waktu yang ditentukan sebelumnya interval selama 12 jam dan diganti

dengan volume yang sama dari buffer (Sharma, 2016).

2.6 Uji Stabilitas

Uji stabilitas ini bertujuan untuk membuktikan bagaimana mutu zat aktif

atau produk obat berubah seiring waktu, dibawah pengaruh faktor lingkungan

seperti temperatur, kelembaban, dan cahaya.

1) Metode Pengujian Stabilitas Obat. Uji Stabilitas Jangka Panjang Untuk

produk baru biasanya pengujian dilakukan pada suhu kamar yang

dikendalikan (30⁰C ±2⁰C ) dengan kelembaban nisbi ruangan 75% ±5%,

kecuali untuk obat yang peka terhadap suhudilakukan pada suhu rendah (5⁰C

± 2⁰C) dengan rentang waktu pengujian pada bulan 0, 3, 9, 12,18, 24,36, 48,
dan 60. Biasanya pengujian dilakukan sampai bulan ke-36, tetapi apabila

masihmemenuhi syarat pengujian harus diteruskan sampai bulan ke-60.2.

2) Uji Stabilitas Dipercepat Untuk produk baru biasanya pengujian dilakukan

pada suhu ekstrim yang dikendalikan (40⁰C ±2⁰C ) dengan kelembaban nisbi

ruangan 75% ± 5%, kecuali untuk obat yang peka terhadap suhudilakukan

pada suhu ruangan (25⁰C ± 2⁰C) dengan kelembaban nisbi ruangan 60% ±

5%. Rentangwaktu pengujian untuk uji stabilitas dipercepat dilakukan pada

bulan 0, 1, 2, 3, dan 6. Biasanya pengujian pada bulan ke-6 hanya untuk

senyawa obat baru. Pengujian stabilitas dipercepatmenggunakan alat

”Climatic Chamber” untuk menjaga agar suhu ekstrim dan kelembaban bisa

terkendali.

Pada uji stabilitas dipercepat, peraturan kinetika reaksi dpt dipergunakan, di

mana penguraian dipelajari pd suhu tinggi dan tidak pd suhu kamar,

kemudian diekstrapolasi pd suhu penyimpanannya.

Pengujian dilakukan pada 3 batch kecuali jika bahan aktif sudah dikenal

cukup stabil. Batch harusrepresentative mewakili proses manufaktur dan

dibuat skala pilot atau skala produksi penuh.

2.7 Uji Iritasi

Metode uji iritasi kulit yang paling umum digunakan yaitu uji iritasi

kulit Draize. Metode ini pertama kali dipublikasikan oleh Draize pada tahun 1959

yang merupakan kajian kuantitatif iritasi kulit sebagai panduan untuk uji

keamanan sediaan produk. Draize mendefinisikan iritan sebagai senyawa yang

menghasilkan reaksi radang kulit (inflamasi). Proses inflamasi yang tergolong

sebagai iritasi kulit dicirikan oleh eritema (kemerahan kulit yang terjadi akibat
peningkatan aliran darah lokal) dan edema (akumulasi cairan di bawah kulit dan

daerah intetisial) (Draize, 2015).

Uji iritasi kulit Draize adalah suatu uji pada hewan (kelinci albino)

untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemaparan sediaan uji pada

dermal selama 3 menit sampai 4 jam. Hasil uji dievaluasi berdasarkan kriteria

bahaya dari Globally Harmonised System (GHS) for The Classification of

Chemical (2014). Kriteria tersebut digunakan terutama untuk mengkategorikan

sediaan uji yang berbahaya/ toksik. Bila sediaan uji sudah diketahui mempunyai

pH ekstrim (pH ≤ 2 atau ≥ 11,5), maka sediaan tersebut tidak boleh diuji pada

hewan uji (BPOM, 2015).

Prinsip uji iritasi akut dermal adalah pemaparan sediaan uji dalam dosis

tunggal kepada kulit hewan uji dengan area kulit yang tidak diberi 22 perlakuan

berfungsi sebagai kontrol. Derajat iritasi dinilai pada interval waktu tertentu yaitu

pada jam ke 1, 24, 48 dan 72 setelah pemaparan sediaan uji. Untuk melihat

reversibilitas, pengamatan dilanjutkan sampai 14 hari.

Hewan yang menunjukkan tanda-tanda kesakitan atau penderitaan yang

parah harus dikorbankan sesuai dengan prosedur pemusnahan hewan. Selain

pengamatan terhadap iritasi, semua pengaruh zat toksik terhadap kulit, seperti

defatting of skin dan pengaruh toksisitas lainnya serta berat badan harus

dijelaskan dan dicatat. Pemeriksaan histopatologi perlu dipertimbangkan untuk

menjelaskan respon yang meragukan (BPOM, 2015).

2.8. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :


H0 : Karakterisasi dan uji stabilisasi formula optimum sediaan gel ekstrak etanol

95% daun sirsak (Annona muricata Linn) terpenuhi dengan dilakukanya uji

karakteristik, uji stabilitas, uji difusi dan uji iritasi.

H0 : Didapatkan karakterisasi dari sediaan gel anti jerawat ekstrak etanol daun

sirsak (Annona muricata L.).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

ekperimental yaitu menguji coba, merupakan suatu set tindakan dan pengamatan,

yang dilakukan untuk mengecek atau menyalahkan hipotesis atau mengenali

hubungan sebab akibat antara gejala yang digunakan untuk mengetahui

karakteristik dan uji difusi formula optimum sediaan gel ekstrak etanol 95% daun

sirsak (Anonna muricata Linn).

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi STIKES

Borneo Lestari Banjarbaru. Penelitian di laksanakan pada Desember 2021 hingga

Juni 2022.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel Bebas : Karakterisasi, Uji Difusi

Variabel terkait : Formula optimum, gel ekstrak daun sirsak (Anonna muricata

Linn), Etanol 95%.

3.4. Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik,

hot plate, pH meter, corong pemisah ,cawan arloji, viskometer stromer,

seperangkat alat uji daya sebar, cawan petri, pinset, franz difusi cell
3.4.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Mg, HCl,

FeCl3, Reagen Dragendroff, Mayer, ekstrak, carbopol 940, aquadest,

etanol 95%, PG, TEA, dan metilparaben.

3.5. Prosedur Penelitian

3.5.1. Determinasi Tanaman

Determinasi Tanaman sudah dilakukan peneliti sebelumnya di

Laboratorium Dasar MIPA Universitas Lambung mangkurat. Sampel

daun sirsak yang dideterminasi adalah terbukti jenis Annona muriccata L

yang mengandung senyawa yang diduga sebagai anti bakteri pada daun

sirsak adalah alkaloid, flavonoid dan polifenol.

3.5.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L)

Sebanyak 500gr serbuk dimasukkan ke dalam wadah kaca dan

ditambahkan pelarut etanol 95% (1:10). Dilakukan pengadukan lalu

didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam dilakukan penyaringan dan

remaserasi sebanyak 3 kali. Maserat dijadikan satu kemudian dipekatkan

menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 500 C sehingga diperoleh

ekstrak kental dan dihitung rendemen ekstrak serta melakukan skrining

fitokimia yaitu alkaloid, flavonoid dan polifenol (Noor Laila, 2018).

3.5.3. Formulas optimum Sediaan Gel Ektrak Etanol 95% Daun Sirsak

(Annona muricata L) (Noor Laila, 2018)

Tabel 2. Formula Optimum Gel Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata


Linn)
Formula Komposisi
Carbopol 940 1,536%
Propilen glikol 5%
3.5.4. Uji Sifat Fisik Formula Optimum Sediaan Gel Ektrak Etanol 95%

Daun Sirsak (Annano muricata L).

a Organoleptis

Pengamatan dilihat bentuk, warna, dan bau dari gel, catat hasil yang

didapat. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Gel biasanya jernih dengan

konsistensi setengah padat (Noor Laila, 2018).

b. Uji pH

Gel dioleskan pada sekeping kaca transparan, amati hasil yang didapat.

Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Sediaan harus menunjukkan susunan

yang homogen (Noor laila, 2018).

c. Uji pH

Dicelupkan pH meter ke dalam gel, amati pH yang didapat. Dilakukan

replikasi sebanyak 3 kali. Syarat pH yaitu 4,5–6,5 (Noor Laila, 2018).

d. Uji Daya Lekat

Gel 0,25 g diletakkan diantara 2 gelas objek, kemudian ditekan beban

1 kg selama 5 menit, beban diangkat dan diberi beban 80 g pada alat dan

dicatat waktu pelepasan gel. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Daya

lekat yang baik lebih 1 detik (Noor Laila, 2018).

e. Uji Daya Sebar

Gel 0,5 g diletakkan ditengah di atas gel diletakkan kaca bulat

transparan lain dan pemberat sehingga berat kaca dan pemberat 150 g,

didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya

(Noor Laila, 2018)


f. Uji Viskositas

Uji viskositas menggunakan alat viskometer stromer. Gel dimasukkan

ke dalam wadah lalu dipasang spindle, spindle harus terendam dalam gel.

Viskometer dinyalakan dengan rotor 60 rpm. Diamati hasil viskositas.

Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Viskositas yang baik 3.000-50.000

cP.s (Noor Laila, 2018).

g. Uji Kesukaan

Menggunakan angket 20 sukarelawan diminta tanggapannya terhadap

warna, aroma, tekstur gel. Dengan skor 1-4 penilaian perasaan sangat

suka, suka, kurang suka, tidak suka (Noor Laila, 2018).

h. Uji iritasi

Uji iritasi dilakukan dengan metode Draize, yaitu menggunakan kulit

hewan seperti kelinci dengan cara rambut di bagian punggung dicukur

sampai bersih kemudian dibagi menjadi 4 bagian dengan luas yang sama,

selanjutnya diberikan perlakuan sediaan gel antijerawat FI, FII, FIII dan

basis gel atau sediaan lainnya (Hermila, 2016)

i. Uji Stabilitas

Setelah hasil elusi sudah derivatisasi diamati dengan visualisasi sinar

tampak dan UV 366 nm. Pengamatan dilakukan pada menit ke-2, 5, 10,

20, 30 da 60. Hasil yang diperoleh stabil jika tidak terjadi perubahan yang

signifikan pada gel selama 60 menit

j. Uji Difusi

Metode difusi dengan cara Kirby Bauer dengan risiko kegagalan yang

lebih kecil dibanding cara lainnya karena pada saat media yang telah
dilakukan penggoresan, media tersebut ditempatkan secara terbalik untuk

mencegah tetesan uap air yang timbul jatuh ke atas media yang telah

ditanami bakteri, tetesan ini dapat mempengaruhi hasil akhir dari inkubasi.

3.6. Analisis Data

Data yang dianalisis pada penelitian ini antara lain :

1. Analisis uji stabilitas

a) Uji stabilitas secara panjang / jangka panjang

Prosedur uji yang panjang bisa sampai bertahun-tahun, memakan waktu

yang lama karenadilakukn pda suhu normal, dimana pada umumnya bila

disimpan pada suhu normal obatterdegradasinya sangat lambat. Lama uji

tergantung sifat obat itu sendiri, semakin lama maka akan semakin stabil.

Data dikumpulkan dan di analisis lalu di monitor kembali,dipakai untuk

control/monitoring obat yang sudah beredar dipasaran. Digunakan

untukmenguji bahan tambahan.

b) Uji stabilitas dipercepat

Mengunakan suhu yang tinggi dinaikan diatas suhu normal, sehingga

waktunya akan lebih cepat, karna degradasi cepat, untuk pengembangan

suatu bahan untuk memprediksi umur simpan, t setengah, nilai uji

aktifasi.

c) Uji stabilitas yang dilakukan pada sample

Dilakukan pada contoh sample tertinggal. Metode konvesional kaarena

untk mengerahuistabilitas diisi dari sisi fisik. Dlakukan untuk peroduk

baru atau produk yang sudah rilis,tujuan untuk memonitoring obat.


d) Uji yang dilakukan pada dua temperature berbeda yang dilakukan secara

bergantian.

Untuk mengetahui stabilitas saat disimpan pada step tinggi dan pada step

rendah. Dilakukan pada 24 jam.

2. Analisis uji Difusi

Parameter yang digunakan untuk mengetahui potensi ekstrak dalam

menghambat pertumbuhan adalah hasil uji difusi berupa diameter daerah

penghambatan (mm) yang dianalisis secara statistik.

3. Analisa uji Iritasi

Berdasarkan parameter hedonik dari rentang satu sampai lima, dapat

diketahui bahwa rata-rata sediaan tidak menimbulkan reaksi iritasi dan

sensasi gatal pada panelis, sedangkan rata-rata panelis cenderung timbul

sensasi dingin dan kelengketan untuk FT I, II dan III.


DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. 2009. Bahan-bahan Kosmetik Sebagai Anti Acne. Naturakos.

Budiyati. (2013). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Terjemahan Ibrahim
dan Farida, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Ditjim POM. (2016). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat
Tradisional, Jakarta.

Draize. (2015). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi., Edisi 4. Jakarta.,Universitas


Indonesia.

Hermila. (2017). Formulasi dan evaluasi mikroemulgel dari ekstrak daun sirsak.
Jurnal Farmasi  Udayana, Vol. 6 No. 2, Tahun 2017

Kossasih. (2017) (annona muricata): A review of its traditional uses phytochemistry


and pharmacology. American Journal of Research Communication

Lindawati. (2015). Inovasi “Kewangi” Sebagai Gel Antiseptik Alami dari Minyak
Atsiri Kemangi (Ocimumcanum). Laporan Akhir Pekan Kreativitas
Mahasiswa. Bogor: IPB

Laila, Noor. (2018) Optimasi Formula Gel ati Jerawat ekstrak etanol 95% daun
sirsak (Annona muricata L) dengan metode design faktorial.

Mulyanti. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona
muricata L.) Pada Bakteri Propionibacterium acnes, Staphylococcus
aureus, Dan Staphylococcus epidermidis Prosiding ISSN. Universitas
Islam Bandung : Bandung.

Nuraini, 2014. Aneka daun berkhasiat untuk obat. Yogyakarta: Gava Media
Setiawan. (2018). Formulasi Gel Ekstrak Kulit Manggis ( Garcinia mangostana)
Dengan Variasi Konsentrasi Basis. Penelitian. Fakultas Farmasi Universitas
Padjajaran.

Sayuti. (2015). Antioksidan Alami dan Sintetik. Andalas University Press. Padang

Sinko, P.J. 2011. Martin’s Physical Pharmacy And Pharmaceutical Sciences.


Lippincott Williams & Wilkins. Hal 469-470.

Sharma. (2016). Formulasi Gel Anti jerawat. Ekstrak Etil Asetat Gambir. Jurnal


Penelitian Farmasi Indonesia. Vol. 1.

Tranggono, R.I. & F. Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT.
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Voigt, R. 1994. Lehrbuch Der Pharmazeutischem. Diterjemahkan oleh Noerono.


Gajah Mada : Yogyakarta.

Wijaya, R.A. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Lida Buaya (Aloe vera) Sebagai
Alternatif Penyembuh Luka Bakar. Skripsi. Program Sarjana Universitas
Negeri Semarang : Semarang.

Yati. Dkk. (2017). Formulasi Sediaan Gel Hand. Sanitizer Ekstrak Etanol Daun


Sirsak (Annona Muricata Linn)

Zita. (2017). Ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) sebagai anti bakteri
Staphylococcus aureus.

Anda mungkin juga menyukai