Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK ETANOL

DAUN PISANG KEPOK

DISUSUN OLEH :

MUH.GAFFAR

19.059.AF

YAYASAN MA’BULO SIBATANG

MAKASSAR

2022
PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN : Analisis Kandungan Kimia


Ekstrak Etanol Daun Pisang
Kepok

NAMA MAHASISWA : MUH GAFFAR

NOMOR INDUK : 19.059.AF

PEMBIMBING : A. Tenriugi Daeng Pine,


S.Si.,M.Si

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Pisang kepok (Musa paradisiaca Linn) adalah buah tropis


dari keluarga musacea yang berasal dari daerah tropis di Asia
Tenggara memenuhi sekitar 16% dari total buah di seluruh dunia
sebagai produk buah terbesar yang dihasilkan setelah jeruk
(Shenvi, A.A, 2015). Selain buah, akar, daun serta batang
pisang kepok juga memiliki banyak manfaat. Misalnya daun
pisang kepok sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
pembungkus makanan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Asuquo and Udobi, 2016) daun pisang kepok mengandung
senyawa alkaloid, saponin, tanin, glikosida, terpen, gula deoksi,
flavanoid dan karbohidrat.

Selain itu menurut penelitian (Ulfa and Rita Ekastuti, 2020)


pada pembuatan ekstrak kulit pisang kepok pada berbagai
pelarut memiliki karakteristik masing-masing. Semua ekstrak
mengandung senyawa flavonoid dan saponin terdapat pada
semua ekstrak kecuali ekstrak kulit pisang kepok dengan pelarut
etanol 96%. Ekstrak kulit pisang kepok dengan pelarut etanol
70% menunjukkan aktivitas antioksidan yang paling baik.

Untuk mengetahui senyawa kimia dalam daun pisang kepok


maka dilakukan analisis senyawa kimia dengan menggunakan
metode skrining fitokimia. Skrining fitokimia merupakan suatu
metode pengujian yang dilakukan untuk mengetahui senyawa-
senyawa atau kandungan kimia yang ada di dalam tanaman
yang berfungsi sebagai bahan terapeutik. Dengan mengetahui
kandungan senyawa dari suatu tanaman. Metode ini digunakan
untuk mendeteksi senyawa kimia seperti alkaloid, tanin, saponin,
flavanoid, steroid, dan minyak atsiri.

Walaupun demikian, hasil setiap tanaman bisa saja berbeda


misalnya dari segi kadarnya. Hal yang mempengaruhi perbedaan
tersebut antara lain, lahan/lokasi, cuaca dan juga dari segi
ekstraksinya.

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas maka


perlu dilakukan suatu penelitian tentang Analisis Kandungan
Kimia Ekstrak Etanol Daun Pisang Kepok (Musa Paradisiaca
Linn). Agar dapat memberikan infomasi kepada masyarakat
tentang kamdungan senyawa kimia padan daun pisang kepok
(Musa paradisiaca Linn).
I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara menganalisis ekstrak daun pisang kepok


agar dapat mengetahui kandungan senyawa kimia dalam
ekstrak daun pisang kepok ?
2. Apa saja senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak
daun pisang kepok?

I.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui cara analisis kimia ekstrak daun pisang


kepok dan,
2. Mengetahui senyawa apa saja yang terkandung dalam
ekstrak daun pisang kepok

I.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, pembaca dapat mengetahui


kandungan senyawa dalam daun pisang kepok yang
dimanfaatkan untuk membuat obat-obatan serta metode yang
digunakan sehingga menghasilkan obat yang dapat digunakan
oleh masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pisang Kepok (Musa paradisiaca Linn)

II.1.2 Morfologi Pisang Kepok


Tanaman pisang termasuk tanaman yang gampang
tumbuh karena bisa tumbuh di sembarang tempat.
Namun agar produktivitasnya optimal sebaiknya pisang
ditanam di daerah dataran rendah bisa tumbuh di
sembarang tempat. Pada daun pisang kepok memiliki
helaian daun pisang b erbentuk lanset memanjang yang
letaknya tersebar dengan bagian bawah daun tampak
berlilin. Daun ini dipekuat oleh tangkai daun yang
panjang antara 30 – 40 cm. Oleh karena tidak memiliki
tulang – tulang pada bagian tepinya, daun pisang mudah
sekali terkoyak oleh hembusan angin yang kencang
(Suyanti and Supriyadi, 2008).

II.1.3 Klasifikasi Pisang Kepok


Klasifikasi tanaman daun pisang kepok (Musa
paradisiaca Linn) (Radiya, 2013)

Regnum : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Lasliopsida
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Species : Musa paradisiaca
Berikut dibawah ini gambar tanaman pisang kepok (Musa

paradisiaca Linn)

Gambar 2.1 Pisang Kepok (sumber : koleksi pribadi)

II.1.3 Kandungan Senyawa Kimia Pisang Kepok


Daun pisang kepok mengandungan senyawa alkaloid,
saponin, tanin, glikosida, terpen, gula deoksi, flavonoid, dan
karbohidrat (Asuquo and Udobi, 2016).

II.1.4 Manfaat Pisang Kepok


Tanaman pisang yang telah dibudidayakan akan memiliki
keuntungan yang tinggi dan manfaat dari setiap bagian dari
tanaman pisang, seperti umbi batang, atau dikenal bogol dapat
dimanafaatkan sebagai soda dalam pembuatan sabun serta
sebagai pupuk tanaman. Umbi batang juga dapat dimanfaatkan
untuk menyembuhkan beberapa penyakit diantaranya
perdarahan dalam usus, amandel, disentri, memperbaiki
pertumbuhan rambut dan sebagai cairan berkumur. Daun pisang
banyak dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan dan
barang – barang. Daun pisang juga dapat dimanfaatkan untuk
penurunan kadar gula darah, penyumbuhan luka, antibakteri,
antibiotik, dan antioksida (Nisa, 2019).
II.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia
yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut
dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam
berbagai simplisia tumbuhan dan hewan dapat digolongkan ke
dalam golongan minyak atsiri, terpenoid, alkoloid, flavonoid, dan
lainnya. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung
simplisia akan mempermudah pemlihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat (Saputra, 2020).
Maserasi adalah proses ekstraksi secara dingin pada
prinsipnya tidak memerlukan pemanasan. Hal ini diperuntukkan
untuk bahan alam yang mengandung komponen kimia yang
tidak tahan pemanasan dan bahan alam yang mempunyai
tekstur yang lunak. Metode ini termasuk ekstraksi secara dingin.
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya matahari (Saputra, 2020).

II.3 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan, sedangkan ekstrak kering adalah
sediaan yang berasal dari tanaman atau hewan, diperoleh
dengan cara pemekatan dan pengeringan ekstrak cair sampai
mencapai konsentrasi yang diinginkan menurut caracara yang
memenuhi syarat(Depkes, 1995)
II.4 Metode Identifikasi Analisis Kualitatif Metabolit Sekunder
Tumbuhan
 Identifikasi Alkaloid
Sampel sebanyak 2 ml dicampur dengan 2 ml
kloroform dan 2 ml amonik kemudian dipanaskan, dikocok dan
disaring. Sampel kemudian ditambahkan 5 tetes asam sulfat 2 N
kemudian dikocok dan didiamkan. Bagian atas dari masing-
masing filtrat diambil dan diuji dengan pereaksi dragendorf.
Tentukan endapan jingga menunjukkan adanya alkaloid (Palupi,
Rahadian and Kusdiyantini, 2016).
 Identifikasi Saponin
Sampel sebanyak 2 ml, ditambahkan 2 ml NaOH 25%,
kemudian dididihkan dengan 20 ml air dalam penangas air.
Filtrat dikocokkan didiamkan selama 15 menit. Terbentuknya
busa stabil berarti positif saponin (Palupi, Rahadian and
Kusdiyantini, 2016).
 Identifikasi Flavonoid.
Sempel sebnyak 2 ml dicampur dengan 2 ml etanol, dikocok,
dipanaskan, dan dikocok lagi kemudian disaring. Sampel
kemudian ditambahkan Mg 0,2 g dan 3 tetes HCl pekat pada
masing-masing filtrat. Terbentuknya warna merah pada lapisan
etanol menujukkan adanya flavanoid (Palupi, Rahadian and
Kusdiyantini, 2016).
 Identifikasi Tanin
Sebanyak 0,5 g sampel daun pisaang kepok dimasukkan
kedalam tabung reaksi, disaring dengan 10 ml aquadest panas
Sebanyak 1-2 tetes pereaksi FeCl 1% ditambahkan kedalam
tabung tersebut. Bila terjadi warna biru kehitaman atau hitam
kehijauan menunjukkan adanya tannin (Palupi, Rahadian and
Kusdiyantini, 2016).
II.4.1 Spektroskopi UV-Tampak

Spektroskopi UV-tampak dapat dilakukan untuk


analisis kualitatif dan untuk identifikasi kelas tertentu dari
senyawa dalam campuran murni dan biologis. Lebih
disukai, spektroskopi UV-tampak dapat digunakan untuk
analisis kuantitatif karena molekul-molekul aromatik adalah
kromofor kuat dalam rentang UV. Senyawa alami dapat
ditentukan dengan menggunakan spektroskopi UV-tampak.
Senyawa fenolik termasuk anthocyanin, tanin, pewarna
polimer, dan fenol membentuk kompleks dengan besi yang
telah terdeteksi oleh spektroskopi ultraviolet-tampak (UV-
Vis). Selain itu, teknik spektroskopi UV-Vis diketahui
menjadi kurang selektif dalam memberikan informasi
tentang komposisi kandungan polifenol total. Spektroskopi
UV-Vis dapat digunakan untuk menentukan total fenolik
ekstrak (280 nm), flavones (320 nm), asam fenolik (360
nm), dan total anthosianid (520 nm). Teknik ini tidak
memakan waktu, dan biaya yang lebih murah dibandingkan
dengan teknik lain (Julianto, 2018).
BAB III
METODE PENELITIAN

III. 1. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian


eksperimen laboratorium,dimana dilakukan perlakuan
terhadap subjek uji dan bersifat eksploratif, yaitu untuk
mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun pisang kepok
sebagai antioksidan.

III. 2. Alat dan Bahan


III. 2. 1 Alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam peneltian ini
meliputi ultrasonik, gelas kimia, rotary vacuum
evaporator, pipet ukur, pipet volume, pipet tetes,
tabung reaksi
III. 2. 2. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu daun pisang kepok, etanol 70%, HCl 2M, AlCl 3,
aquadest, FeCl3, NaNO2, NaOH, Pereaksi Bouchardat
LP, Pereaksi Dragendorff LP, Pereaksi Mayer LP.
III. 3. Waku dan tempat penelitian
Penelitian Ini Dilaksanakan Pada Bulan April-Juni
2022 Di Laboratorium Kimia Dan Laboratorium Fitokimia
Jurusan Farmasi Akademi Farmasi Yayasan Ma’bulo Sibatang
Makassar.
III. 4. Prosedur penelitian

III.4.1 Sterilisasi Alat


Semua alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini harus dalam keadaan steril. Alat dan bahan
dibungkus menggunakan aluminium foil atau kertas putih
bersih kemudian sterilkan dioven atau autoklaf pada
suhu 121°C selama 15 menit.

III.4.2 Persiapan Sampel

Pengambilan Daun pisang kepok di Desa


Manjalling Kab. Gowa. Daun pisang kepok diambil pada
pagi hari kemudian dibersihkan terlebih dahulu setelah
itu dikeringkan dibawah sinar matahari. Daun yang telah
kering dihaluskanmenggunakan blender. Dikeringkan
kembali kedalam oven dengan suhu 50°C selama 150
menit.

III.4.3 Identifikasi Kandungan Senyawa Daun Pisang


Kepok

 Identifikasi Alkaloid
Sampel ekstrak daun pisang kepok diambil
sebanyak 2 ml dicampur dengan 2 ml kloroform dan 2
ml amonik kemudian dipanaskan, dikocok dan disaring.
Sampel kemudian ditambahkan 5 tetes asam sulfat 2 N
kemudian dikocok dan didiamkan. Bagian atas dari
masing-masing filtrat diambil dan diuji dengan pereaksi
dragendorf. Tentukan endapan jingga menunjukkan
adanya alkaloid (Palupi, Rahadian and Kusdiyantini,
2016).
 Identifikasi Saponin
Sampel ekstrak daun pisang kepok diambil
sebanyak 2 ml, ditambahkan 2 ml NaOH 25%,
kemudian dididihkan dengan 20 ml air dalam
penangas air. Filtrat dikocokkan didiamkan selama 15
menit. Terbentuknya busa stabil berarti positif saponin
(Palupi, Rahadian and Kusdiyantini, 2016).
 Identifikasi Flavonoid.
Sampel ekstrak daun pisang kepok diambil
sebanyak 2 ml dicampur dengan 2 ml etanol, dikocok,
dipanaskan, dan dikocok lagi kemudian disaring.
Sampel kemudian ditambahkan Mg 0,2 g dan 3 tetes
HCl pekat pada masing-masing filtrat. Terbentuknya
warna merah pada lapisan etanol menujukkan adanya
flavanoid (Palupi, Rahadian and Kusdiyantini, 2016).
 Identifikasi Tanin
Sebanyak 0,5 g sampel daun pisaang kepok
dimasukkan kedalam tabung reaksi, disaring dengan
10 ml aquadest panas Sebanyak 1-2 tetes pereaksi
FeCl 1% ditambahkan kedalam tabung tersebut. Bila
terjadi warna biru kehitaman atau hitam kehijauan
menunjukkan adanya tannin (Palupi, Rahadian and
Kusdiyantini, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Armiyanti, W.M. (2015) Analisis senyawa kimia analisis kation


golongan I dan II. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Asuquo and Udobi (2016) ‘Antibacterial and Toxicity Studies of the
Ethanol Extract of Musa paradisiaca Leaf’, Cogent biology, p.
2,1219248.
Depkes, R. (1995) Farmakope Indonesia. IV. Jakarta: Direktorat
jenderal POM.
Dewi, N. puspita (2020) ‘Uji kualitatif dan kuantitatif metabolik
sekunder ekstrak etanol daun awar-awar (Ficus septica B.)
Dengan metode spektofotometer UV-VIS’, Acta holist pharm,
2:1, pp. 16–24.
Julianto, T.S. (2018) Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan
Skrining Fitokimia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Nisa, O.N.L. (2019) formulasi gel ekstrak daun pisang kepok
dengan variasi na CMC sebagai Gelling agent, Karya Tulis
Ilmiah. Unisversitas Muhammadiyah Magelang.
Palupi, D., Rahadian, R. and Kusdiyantini, E. (2016) ‘Identifikasi
kandungan senyawa fitokimia minyak biji mimba
(Azadirachta indica A.Juss)’, Jurnal biologi, vol 5, p. No 3.
Radiya, M. (2013) ‘Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang (Musa
paradisiaca L.) di Kabupaten Agam’, Fakultas Pertanian
Universitas Taman Siswa Padang. [Preprint].
Saputra, S.H. (2020) Mikroemulsi Ekstrak Bawang Tiwai Sebagai
pembawa Zat Warna, Antioksidan dan Antimikroba Pangan.
Edited by Prof.DR. Bernatal Saragih. Yogyakarta: CV Budi
Utama.
Shenvi, A.A, et al (2015) ‘Optimization and comparison of banana
peel extract with tinospora cordifolia for antioxidan studie
world. word’, Journal of pharmaceutical research, pp. 1158-
1167.
Suyanti and Supriyadi, A. (2008) Pisang Budidaya, Pengolahaan,
Dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ulfa, A. and Rita Ekastuti, D. (2020) ‘Potensi Ekstrak Kulit Pisang
Kepok (Musa paradisiaca forma typica) dan Uli (Musa
paradisiaca sapientum) Menaikkan Aktivitas Superoksida
Dismutase dan Menurunkan Kadar Malondialdehid Organ
Hati Tikus Model Hiperkolesterolemia’, Acta Veterinaria
indonesiana, Vol. 8, p. No. 1.
Lampiran 1
a. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Pisang Kepok

Daun pisang
kepok 1000 g

- disortasi basah
- dicuci
- dirajangan
- dikeeringan

Simplisia

- ditambahkan etanol 96%


didiamkan 1 x 24 jam
- disaring

Filtrat

- dikumpulkan
- diupkan dirotavapor

Ekstrak kental

- dihitung nilai rendemen

Data pengamatan
Lampiran 2
B. Skema Kerja

Identifikasi Alkaloid

Sampel ekstrak daun pisang kepok


diambil sebanyak 2 ml
- ditimbang naraca analitik
- ditambahkan kloroform
- dipanaskan dan saring

Filtrat

- dimasukkan dalam tabung


reaksi
- ditambahkan 5 tetes asam
sulfat 2N

Terbentuk dua lapisan

- dipisahkan

Lapisan atas Lapisan bawah

-dimasukkan dalam tabung reaksi


-ditambahkan pereaksi mayer/pereaksi Dragendroef

Alkaloid +
Endapan berwarna putih (mayer)
atau jingga
Identifikasi
saponin

Sampel ekstrak daun pisang


kepok diambil sebanyak 2 ml

- ditambahkan 2 ml NaOH 25 %
- dipanaskan dengan 25 ml air

Filtrat

- dikocok diamkan selama 15 meni

Terbentuk busa berarti


mengandung saponin
Identifikasi flavanoid

Sampel ekstrak daun pisang


kepok diambil sebanyak 2 ml

- dicampur dengan 2 ml
etanol
- dikocok, dipanaskan
lagi kemudian di
saring
- Sampel ditambahkan
Mg 0,2 g dan 3 tetes
HCl pekat pada
masing-masing filtrat

Filtrat

Terbentuk warna merah


pada lapisan etanol
menujukkan adanya
flavanoid
Identifikasi Tannin

Sampel ekstrak daun pisang


kepok diambil sebanyak 0,5
gram

- Dimasukkan kedalam
tabung reaksi
- Disaring dengan 10 ml
aquadest panas sebanyak
1-2 tetes pereaksi FeCl
1%
- Ditambahkan kedalam
tabung reaksi.

Bila terjadi warna biru kehitaman


atau hitam kehijauan
menunjukkan adanya tannin

Anda mungkin juga menyukai