Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No.

2, 2013

KARAKTERISASI EKSTRAK HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn)


DENGAN ANALISA FLUORESENSI

Harrizul Rivai1), Refilia Septika2), Agusri Boestari1)


1). Fakultas Farmasi Universitas Andalas (UNAND) Padang
2). Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang

ABSTRACT

Have done the manufacture and characterization of thick herba extracts meniran (Phyllanthus niruri
Linn). Condensed extract is made using 96% ethanol solvent was concentreated by rotary evapolator. The
observed character of the extract that is by fluorescence analysis. Fluorescence analysis performed on each
fraction, methanol fraction, ethyl acetat fraction the fraction of water, kloroforom fraction, eter fraction in the
test under UV 254 nm and 366 nm UV light whit the addition of reagents. The results obtained from the fraction
of a significant color reaction is positive alkaloid characterized by a bright green color under UV light 254 nm,
positive light yellow flavonoid under 366 nm UV lamp. In this study also tested the physic chemical.

Keywords : Fluorescence analysis, Phyllanthus niruri Linn, characterization of herba extracts

ABSTRAK

Telah dilakukan pembuatan dan karakterisasi ekstrak kental herba meniran (Phyllanthus niruri Linn). Ekstrak
kental ini di buat dengan menggunakan pelarut etanol 96% dipekatkan dengan rotari evapolator. Karakter yang
diamati dari ekstrak yaitu dengan cara analisa fluoresesnsi. Analisa fluoresensi dilakukan pada setiap hasil fraksi
yang diperoleh dari ekstrak herba meniran yaitu fraksi air, fraksi klorofororm, fraksi metanol, fraksi etil asetat,
fraksi eter di uji di bawah lampu UV 254 nm dan lampu UV 366 nm dengan penambahan reagen. Hasil yang di
dapat dari fraksi berupa reaksi warna yang signifikan yaitu positif menggandung alkaloid ditandai dengan
warna hijau terang di bawah lampu UV 254 nm, kuning muda positif flavonoid dibawah lampu UV 366 nm.
Pada penelitian ini juga dilakukan uji parameter fisiko kimia herba meniran (Phyllanthus niruri Linn).

Kata kunci : Analisa fluoresensi, Phyllanthus niruri Linn, karakterisasi ekstrak herba

PENDAHULUAN

Meniran (Phyllanthus niruriL) penelitian menunjukkan bahwa herba


tumbuh liar di tempat yang lembab dan meniran mengandung senyawa lignin dan
berbatu, seperti di sepanjang saluran air, terpenoid yang mempunyai potensi
semak-semak, dan tanah di antara sebagai antibakteri. Masyarakat Jawa
rerumputan. Tumbuhan ini bisa tumbuh di Barat menggunakan meniran sebagai obat
daerah sampai ketinggian 1.000 m dpl. gatal-gatal dengan cara meminum air
Herba ini rasanya agak pahit, manis, rebusan meniran (Santoso et al, 2001)
sifatnya sejuk, astringen. Berhasiat untuk menurunkan kadar glukosa dan diuretik
penyakit hepatitis, anti inflamasi, demam serta meningkatkan daya tahan tubuh
(anti piretik), melancarkan kencing (Kardinan et al, 2004).
(diuretic), ekspektoran, melancarkan haid, Diantara tumbuhan obat yang
menerangkan penglihatan, menambah berkhasiat diuretik adalah dari genus
nafsu makan (Dalimarta, 2002). Phyllanthus baik spesies Phyllanthus
Masyarakat Indonesia juga banyak niruri Linn ataupun Phullanthus urinaria
menggunakan Meniran sebagai obat Linn. Kedua herba ini mempunyai bentuk
tradisional untuk pengobatan berbagai yang mirip kecuali pada warna batangnya
penyakit antara lain hepatitis. Hasil yaitu pada Phullanthus urinaria Linn
batangnya bercorak merah keunguan daun
127
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013

runcing dan bentuk batangnya bersegi (Merck), ammonium (Merck), asam sulfat
yang dikenal dengan Hasil penelitian (Merck), kalium kromat (Merck), asam
terhadap kandungan kimia herba meniran asetat glacial (Merck), toluene, asam sitrat
menunjukkan adanya kandungan kimia 50%.
minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, arbutin,
glikosida, antrakuinon, senyawa golongan Prosedur kerja
fenol, dan tannin (Sudarsono, et al, 1996). Pengambilan sampel meniran
Penyelidikan komponen Sampel meiran diambil dari daerah
kandungan kimia tumbuhan meniran Kampung Nuri Simpang Kapalo Koto,
telah banyak dilakukan. Diantaranya Kecamatan Pauh, Padang, Sumatera Barat.
komponen yang telah diketahui adalah Sampel diambil dari batang, daun, bunga,
senyawa flavoniod seperti kuersetin pada buah atau seluruh bagian atas tanah dicuci
daun niruri, niruritenin, rutin pada seluruh bersih, dirajang dan dikering anginkan
batang lignin seperti filantin, hipofilantin hingga kering.
pada seluruh tanaman (Gupta et al, 1984)
triterpen seperti lupeol asetat dan Penyiapan Simplisia
betasitosterol (Sinh,et al., 1989). Sampel dipisahkan dari pengotor
Herba meniran sudah baik benda asing maupun bagian tanaman
dikembangkan menjadi fitofarmaka. Untuk yang telah rusak kemudian dilakukan
menjamin mutu fitofarmaka, bahan pencucian dengan menggunakan air
bakunya yang berupa simplisia dan ekstrak mengalir yang bersih. Pencucian dilakukan
harus dapat dikarakterisasi. Salah satu cara untuk menghilangkan tanah dan benda
karakterisasi ekstrak adalah dengan cara asing lainnya yang ada pada simplisia.
melihat dari respon fluoresensinya bila Herba meniran kemudian dikeringkan di
direaksikan dengan berbagai pereaksi tempat yang terlindung dari cahaya
kimia. Oleh karena itu pada penelitian ini matahari langsung hingga kadar air < 10%.
akan dicoba menentukan karakterisasi Lakukan sortasi kering dengan
ekstrak herba meniran dengan melihat memisahkan pengotoran yang masih
fluoresensinya dibawah sinar tampak dan terdapat pada sampel kering. Sampel
sinar ultra violet direaksikan dengan kering kemudian disimpan dalam kantung
berbagai reagen (Harbone, 1973) kedap udara.

METODE PENELITIAN Metoda pembuatan ekstrak meniran


(Pyllanthusniruri.L)
Alat dan Bahan Serbuk kering ditimbang sebanyak
Alat yang digunakan adalah labu 200 g, dimasukkan ke dalam labu 4 L.
alas bulat, kertas saring, kapas, labu Kemudian dimasukkan etanol 95%
ukuran 100 ml, seperangkat alat soklet, sebanyak 2 liter sampai menggenangi
vial (Pyrex), bejana (Pyrex), gelas ukur seluruh serbuk. Selanjutnya serbuk
(Pyrex), pipet tetes, lampu UV 254 nm dan direndam selama 6 jam sambil sesekali
366 nm, timbangan analitik, mikroskop. diaduk kemudian di refluk selama 3 jam.
Bahan yang digunakan adalah Hasil refluk disaring dipindahkan ke labu
herba meniran kering yang dikeringkan, lain, ampas di refluk dengan cara yang
dijadikan ekstrak, etanol 95% (Merck), sama. Hasil refluk dipekatkan dengan
kloroforom (Merck), etil asetat (Merck), menggunakan rotary evaporator hingga
methanol (Merck), air, Natrium diperoleh ekstrak kental rendemen yang
Hidroksida (Merck), asam pikrat(Merck), diperoleh ditimbang dan dicatat (BPOM,
asam klorida (Merck), asam asetat 2004)
(Merck), asam sitrat (Merck), larutan
iodine 5% (Merck), besi (III) korida 5%

128
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013

Uji skrining fitokimia ekstrak meniran merahan,ungu atau biru


(Phyllanthus niruri L) menunjukan adanya asam amino.
1. Uji karbohidrat (Auterhoff dan Kovar
1987) 3. Uji alkaloid
A. Uji molisch Pembuatan pereaksi Dragendorff
Pembuatan pereaksi (Auterhoff dan Kovar, 1987)
Molish: larutkan alfa-naftol 3% Dragendorff I : ditimbang 0,85 g,
dalam etanol 96% lalu aduk sampai Bismuth nitrat dilarutkan dalam 40
100 ml. ml air
Cara uji molish: masukan Dragendorff II : ditimbang 8 g
0,1 ml larutan percobaan dalam kalium iodide dilarutkan dalam 20
tabung reaksi. Uapkan di atas ml air pembuatan pereaksi mayer.
penangas air. Pada sisa tambahkan Ditimbang sebanyak 1,35 g raksa II
2 ml air dan teteskan molish. klorida dan 10 g kalium iodide
Tambahkan hati-hati 2 ml asam kelarutkan dalam 100 ml.
sulfat pekat, terbentuk cicin Filtrate uji dengan preaksi mayer.,
berwarna ungu pada batas wanger, dan dragendof. Akan
cairan,menemukan adanya terbentuk endapan pituh atau keruh
karbohidrat. dengan pereaksi mayer endapan
coklat dengan pereaksi wagner dan
B. Uji fehling endapan orange dengan dragendrof
Pembuatan pereaksi fehling A, menunjukan sampel mengandung
ditimbang sebanyak 6,9 g (CusO4) alkaloid.
dilarutkan dengan air suling sampai
100 ml, tambahkan 2 tetes asam 4. Uji Flavanoid (Auterhoff dan kovar,
sulfat pekat. 1987)
Fehling B, ditimbang 36,4 g kalium Uji amonium : sebanyak 4 ml
natrium tartat dan 10 g natrium filtrate di kocok dengan 1 ml
hidroksida, di larutkan dengan air larutan ammonia encer (1%)
suling sampai 100 ml. lapisan-lapisan biarkan
Cara uji fehling : pada masing- memisahkan. Warna kuning pada
masing fraksi tambahkan feling A lapisan amoniak, yang menurunkan
dan feling B kemudian panaskan adanya amoniak.
terbentuk endapan marah bata.
5. Uji steroid (Auterhoff dan Kovar, 1987)
2. Uji protein dan asam animo Uji salkowiski untuk steroid :
(Auterhoff dan Kovar, 1987) sebanyak 0,5 ml sari kloroforom
A. Milion dalam tabung reaksi di tambahkan
1 ml larutan uji asamkan dengan hati-hati dengan 1 ml asam sulfat
asam sulfat pekat dan tambahkan pekat sehingga membentuk lapisan
pereaksi milion’s dan panaskan bawah. Timbul warna coklat
larutan ini warna kuning kemerahan pada perbatasan kedua
menunjukan adanya protein. cairan itu menurunkan adanya
B. Uji ninhydrin steroid.
Kedalam 1 ml larutan uji
tambahkan 2 tetes larutan 6. Uji saponin
ninhydrin 1% dalam air kemudian Uji saponin ini sebaiknya di
dipanaskan sampai mendidih. gunakan sampel yang telah di
Terbentuk warna kemerah- keringkan karena test yang
digunakan adalah test pembentukan

129
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013

busa. Bila sampel yang basah di ini adalah Phyllanthus niruri, Linn. (famili
didihkan dengan air suling : Euphorbiaceae). Meniran hijau
kemungkinan cairan sel akan (Phyllanthus niruri Linn) sudah banyak
membentuk busa bila di kocok. digunakan oleh masyarakat dalam
Caranya sampel di rajang halus di pengobatan secara tradisional maupun
masukan dalam tabung reaksi dan yang telah dijadikan sebagai herba dan
di tambahkan air suling didihkan fitofarmaka dan sudah dibuktikan
selama 2-3 menit dinginkan. khasiatnya secara praklinis dan klinis.
Setelah dingin di kocok dengan
kuat adanya busa yang stabil Penyiapan Simplisia
selama 5 menit berarti sampel Setelah tumbuhan dipanen
mengandung saponin. dilakukan sortasi basah, tumbuhan ketika
masih segar dilakukan pemilahan terhadap
7. Uji fenolik (Auterhoff dan Kovar,1987) bagian tanaman yang rusak, bagian
Senyawa fenolat lebih spesifik tanaman lain yang tidak digunakan seperti
dengan penambahan FeC13 akar dipisahkan. Selanjutnya dilakukan
terbentuk warna biru. pencucian terhadap tumbuhan yang
bertujuan untuk membersikan kotoran
8. Uji Tanin (Auterhoff dan Kovar,1987) yang melekat, terutama untuk bahan-
Tambahkan larutan kalium bahan yang berasal dari tanah dan juga
bikromat pekat terbentuk endapan bahan yang berasal dari pestisida.
berwarna kuning menunjukan Pencucian dilakukan dengan air mengalir.
adanya tannin dan senyawa fenolat
Larutan zat uji dalam air Hasil Karaksesisasi Simplisia Meniran
ditambahkan dengan larutan Pemeriksaan Simplisia
timbale asetat terbentuk endapan a) Makroskopik simplisia
putih menunukan adanya tannin. Bentuk dan ukuran : batang
ramping, bulat, garis tengah 2
HASIL DAN PEMBAHASAN mm, garis tengah cabang 0,7 mm,
daun kecil, bentuk bundar telur;
Setelah dilakukan penelitian panjang helai daun 10 mm, lebar
mengenai karakterisasi ekstrak herba 3 mm.
meniran dengan analisa fluoresensi,maka Warna : hijau kecoklatan
diperoleh hasil sebagai berikut. Bau : tidak berbau

Pengambilan Sampel b) Mikroskopik Serbuk Meniran


Pengambilan sampel dilakukan di 1. Fragmen epidermis atas.
sekitar Kapalo Koto Pauh padang, sampel 2. Epidermis bawah.
yang diambil adalah yang masih muda, 3. Hablur kalsium oksalat berbentuk
karena senyawa aktif masih banyak dan prisma.
aktifnya masih banyak dan waktu 4. Fragmen mesofil.
pengambilannya pada pagi hari sebelum 5. Fragmen kulit bawah.
mengalami fotosintesis, hal ini untuk
menyeragamkan waktu panen. Hasil Identifikasi Simplisia Meniran
a. Berwarna coklat setelah ditambah
Hasil Determinasi Tumbuhan Meniran kalium hidroksida 5 % b/v
Berdasarkan hasil determinasi b. Berwarna coklat setelah ditambah
yang telah dilakukan di Herbarium Biologi natrium hidroksida P 5% b/v
FMIPA Universitas Andalas Padang. c. Berwarna hijau violet setelah
Sampel yang digunakan dalam penelitian ditambah FeCl3

130
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013

d. Berwarna coklat setelah ditambah Hasil Karakterisasi Spesifik Ekstrak


ammonia 25% P. Herba Meniran
e. Berwarna hijau setelah ditambah 1. Identitas
asam sulfat P. Nama ekstrak : Phyllanthus
niruri.L.extractum
Hasil Susut Pengeringan Ekstrak Nama tanaman : Phyllanthus
Meniran niruri.L.
1. Susut pengeringan ekstrak 89, Bagian tanaman: seluruh bagian
3199% ± 1, 2813 % tanaman yang ada di atas
2. Kadar abu total 3, 4870 % ± 0, permukaan tanah.
76495%b/b . Nama Indonesia: meniran, si
3. Kadar abu tidak larut asam 3, dukuang anak.
5103% b/b ± 1, 0602 % b/b Dari hasil identifikasi sifat kimia
4. Kadar senyawa larut dalam etanol ekstrak mengandung flavonoid,
1, 5183 fenolik, tanin, alkaloid, isaponin,
5. Kadar abu larut air 1,9754. sleroid.

2. Hasil pengamatan organoleptis


ekstrak Herba meniran berbentuk
ekstrak kental berwarna hijau tua
berbau spesifik dan rasa pahit.

Tabel I. Hasil Fraksinasi Ekstrak Herba Meniran

No Fraksi Warna
1 Fraksi air Coklat tua
2 Fraksi eter Hijau tua
3 Fraksi kloroforom Hijau muda
4 Fraksi etil asetat Hijau tua
5 Fraksi methanol Hijau tua

Karakterisasi Simplisia 12,5 x 40. Pembasahan seruk dimaksud


Pemeriksaan Simplisia agar sampel menjadi lunak dan
a). Makroskopik simplisia penambahan larutan kloralhidras bertujuan
Pemeriksaan makroskopik untuk menghilangkan kandungan sel
dilakukan secara visual mengenai bentuk, seperti amilum dan protein, pemanasan
warna dan bau. Pemeriksaan ini dilakukan kloralhidras dengan lampu spiritus
untuk menentukan karakterisasi sebagai dilakukan agar kloralhidras menguap
langkah awal menentukan identitas dan dengan pemanasan sehingga simplisia
kemurnian simplisia menurut Depkes menempel sempurna pada objek glass,
(1978) sebelum dilakukan pemeriksaan pemanasan juga dapat merusak isi sel
selanjutnya. seperti amilum menjadi rusak.
Awal mula melakukan penelitian
b). Mikroskopik serbuk meniran ini dimulai dari mencari data yang sudah
Pemeriksaan mikroskopik ada tentang herba meniran dan mencari
dilakukan oleh peneliti sebelumnya narasumber dari literature yang sudah ada,
dilakukan untuk melihat anatomi jaringan kemudian dilanjutkan dengan
dari serbuk simplisia meniran dibawah pengumpulan sampel herba meniran
mikroskop dengan pembesaran 12,5 x 10 / (phyllanthus niruri L) yang diambil di
131
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013

daerah Kapalo Koto kecamatan Pauah diketahui mengandung alkaloid, flavonoid,


Padang, setelah itu dilakukan identifikasi steroid, tannin, saponin, fenolik dan
sampel dan dilakukan proses pengeringan. digunakan sebagai antioksidan (Dalimarta,
Penelitian ini dilakukan untuk 2002). Atas dasar inilah dilakukan
mengetahui karakterisasi dari ekstrak penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
herba meniran (phyllanthus niruri Linn) karakterisasi dari tanaman herba meniran.
dengan berbagai pereaksi dan penambahan Sampel diambil bagian atas permukaan
reagen yang diamati di bawah lampu UV tanah karena sedian yang telah banyak
254 nm dan 366 nm dengan menggunakan beredar di pasaran yang digunakan adalah
seperangkat alat lampu Fluoresensi berupa herba dari tanaman meniran yang
(ultraviolet) sudah di ekstraksi, lalu dilakukan
Pada penelitian ini karakterisasi pemeriksaan golongan kandungan kimia
dilakukan terhadap ekstrak herba meniran. metabolid sekunder dan reaksi warna yang
Pembuatan ekstrak berdasarkan pada buku timbul dengan penambahan reagen yang
monografi ekstrak tumbuhan obat diamati dibawah lampu UV 254 nm dan
Indonesia volume I tahun 2004. Ekstrak 366 nm.
herba meniran diperoleh dari herba Selanjutnya pada pembuatan
meniran segar yang telah dikeringkan pada fraksinasi herba meniran dengan cara yang
suhu kamar dan dihaluskan setelah itu terdapat pada literatur (Depkes, 2000).
dilakukan maserasi dengan cara merendam Timbang ekstrak herba meniran sebanyak
sampel dengan etanol 95% selama 6 jam 14 gram kemudian larutkan ekstrak dengan
kemudian direfluk selama 3 jam dan aquadest didalam lumpang sambil di gerus
dipekatkan dengan rotary evaporator. perlahan, pindahkan ekstrak yang sudah
Diperoleh ekstrak kental sebanyak 40 larut ke dalam corong pisah berukuran 100
gram dengan rendemen 6,6% sedangkan ml kocok kuat agar ekstrak larut sempurna,
menurut literatur (Depkes RI, 2000) setelah itu tambahkan eter sama banyak
rendemen tidak kurang dari 26,7%. Hal ini dengan air kocok kuat selama 15 menit
tidak sesuai dengan literatur yang ada kemudian diamkan sehingga terbentuk dua
dikarenakan proses penguapan pada lapisan, lapisan yang paling bawah adalah
sampel yang terlalu lama sehingga ekstrak air karena bobot jenis air lebih tinggi
yang didapat sedikit sekali. daripada bobot jenis eter, pisahkan dengan
Sebagian ekstrak herba meniran cara memindahkan lapisan paling bawah
yang diperoleh ini dilakukan pemeriksaan kedalam elemeyer secara perlahan melalui
organoleptis yaitu bentuk, bau, warna dan kran yang terdapat pada bagian bawah
rasa dari ekstrak herba meniran adapun corong pisah, lanjutkan dengan
bentuknya adalah cairan kental, berbau penambahan kloroforom, etil asetat,
khas, berwarna hitam dan rasa pahit. methanol, dengan cara yang sama
Untuk susut pengeringan hasil yang sehingga didapatkan hasil fraksinasi.
diperoleh adalah 1, 2813% dan menurut Hasil fraksinasi yang didapat
literatur susut pengeringan yang baik dilanjutkan dengan uji skrining fitokimia
adalah ≤ 17% (BPOM, 2004). Kadar abu ekstrak meniran dan fraksi-fraksi dari
total yang diperoleh 0, 7649% dan herba meinran. Pada uji skrining fitokimia
menurut literatur kadar abu total ekstrak ini yang akan diuji adalah uji karbohidrat,
herba meniran tidak lebih dari protein, alkaliod, flavoniod, steroid,
3,5%(BPOM, 2004) ini berarti untuk saponin, fenolik, dan tannin dilakukan
pemeriksaan awal dari ekstrak meniran dengan cara yang ada pada literatur
sudah sesuai dengan literatur. (Auterhoff dan Kovar, 1987).
Dari literatur diketahui bahwa Hasil yang didapat pada uji
herba meniran sangat bermanfaat untuk karbohidrat dilakukan dengan penambahan
pengobatan berbagai penyakit karena reagen molish menandakan positif

132
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013

karbohidrat adalah munculnya cincin Hasil yang didapat pada uji


warna ungu menandakan bahwa ekstrak flavonoid dilakukan dengan uji ammonium
tidak mengandung karbohidrat, pada fraksi menandakan positif flavanoid adalah
eter juga dilakukan cara yang sama pada munculnya warna kuning pada saat
fraksi ini tidak ada terbentuk cincin penambahan amoniak (Auterhoff dan
berwarna ungu menandakan pada fraksi Kovar, 1987). Sedangkan pada ekstrak
eter juga tidak terdapat adaanya meniran pada saat ditambahkan amoniak
karbohidrat begitu juga pada fraksi timbul warna kuning menandakan bahwa
kloroforom, etil asetat, methanol, dan air ekstrak positif mengandung flavonoid,
(Auterhoff dan Kovar, 1987). pada fraksi eter juga dilakukan cara yang
Dibandingkan dengan uji pada lampu sama pada fraksi ini tidak terbentuk warna
ultraviolet hasil yang didapat juga tidak kuning menandakan pada fraksi eter juga
ditemukan adanya karbohidrat. tidak terdapat adanya flavonoid sedangkan
Hasil yang didapat dilakukan pada fraksi kloroforom, etil asetat,
dengan penambahan reagen millon dan methanol, dan air terbentuk warna kuning
ninhydrin menandakan positif protein menandakan bahwa pada fraksi ini
adalah munculnya warna kuning, terdapat senyawa flavonoid. Sedangkan
sedangkan pada ekstrak meniran tidak hasil yang didapatkan pada analisa
menunjukkan adanya warna kuning pada fluoresensi muncul warna kuning terang
saat ditambahkan reagen menandakan menandakan positif mengandung
bahwa ekstrak tidak mengandung protein, flavonoid seperti yang sesuai dengan
pada fraksi eter juga dilakukan cara yang literatur (Harbone, 1973).
sama pada fraksi ini tidak ada terbentuk Hasil yang didapat pada uji steroid
warna kuning menandakan pada fraksi eter dilakukan dengan uji salkowiski
juga terdapat adanya protein begitu juga menandakan postif flavonoid adalah
pada fraksi kloroforom, etil asetat, munculnya warna kuning pada saat
methanol, dan air. (Auterhoff dan Kovar, penambahan amoniak (Auterhoff dan
1987). Sedangkan pada lampu ultra violet Kovar, 1987). Sedangkan pada ekstrak
adanya tanda positif protein muncul warna meniran pada saat ditambahkan amoniak
kuning kemerahan sedangkan pada uji timbul warna kuning menandakan bahwa
protein ini tidak terlihat adanya protein. ekstrak positif mengandung flavonoid,
Hasil yang didapat pada uji pada fraksi eter juga dilakukan cara yang
alkaloid dilakukan dengan penambahan sama pada fraksin ini tidak terbentuk
reagen mayer menandakan positif alkaloid warna kuning menandakan pada fraksi eter
adalah munculnya endapan putih, tidak terdapat adanya flavonoid sedangkan
sedangkan pada ekstrak meniran pada saat pada fraksi kloroforom, etil asetat,
ditambahkan reagen mayer timbul endapan methanol, dan air terbentuk warna kuning
putih menandakan bahwa ekstrak positif menandakan bahwa pada fraksi ini
mengandung alkaliod, pada fraksi eter juga terdapat senyawa flavonoid. Sedangkan
dilakukan cara yang sama pada fraksi ini hasil yang didapatkan pada analisa
terbentuk endapan putih menandakan pada fluoresensi muncul warna kuning terang
fraksi eter juga terdapat adanya alkaloid menandakan positif mengandung
begitu juga pada fraksi kloroforom, etil flavonoid seperti yang sesuai dengan
asetat, methanol, dan air. (Auterhoff dan literatur (Harbone, 1973).
Kovar, 1987). Pada uji fluoresensi yang Hasil yang didapat pada uji steroid
dilakukan dengan lampu ultra violet dilakukan dengan uji salkowiski
dengan reagen tertentu muncul warna hijau menandakan positif steroid adalah
terang menandakan bahwa pada uji ini munculnya warna coklat kemerahan pada
positif terdapat alkaliod. (Harborne, 1973). saat penambahan reagen, (Auterhoff dan
Kovar, 1987), sedangkan pada ekstrak

133
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013

meniran pada saat ditambahkan reagen pada fraksi ini terbentuk warna biru pekat
timbul coklat kemerahan menandakan menandakan pada fraksi eter terdapat
bahwa ekstrak positif mengandung setroid, adanya fenolik. Pada fraksi kloroforom,
pada fraksi eter juga dilakukan cara yang etil asetat, dan fraksi methanol tidak ada
sama pada fraksi ini terbentuk warna muncul reaksi yang ada pada literatur ini
coklat pekat menandakan pada fraksi eter menandakan bahwa pada fraksi ini tidak
terdapat adanya steroid begitu juga pada ditemukan adanya senyawa fenolik.
fraksi kloroforom dan fraksi methanol Sedangkan pada fraksi air dilakukan cara
sedangkan pada fraksi etil asetat, dan air yang sama timbul warna biru muda
terbentuk warna coklat kemerahan menandakan bahwa pada fraksi air
menandakan bahwa pada fraksi ini tidak ditemukan adanya fenolik. Pada analisa
terdapat senyawa steroid. Pada analisa fluoresensi fenolik positif dengan larutan
fluoresensi uji steroid ini terlihat adanya K2 Cr2 O7 muncul warna kuning kehijauan
warna merah muda dibawah lampu ultra (Harbone, 1973).
violet 254 nm (Harbone, 1973). Hasil yang didapat pada uji tannin
Hasil yang didapat pada uji saponin dilakukan dengan penambahan kalium
dilakukan dengan uji busa dengan cara bikromat pekat menandakan positif tannin
melakukan pengocokan menandakan adalah munculnya endapan putih pada saat
positif saponin adalah munculnya busa penambahan reagen (Auterhoff dan Kovar,
yang tidak hilang dalam waktu 2-3 menit 1987), sedangkan pada ekstrak meniran
(Auterhoff dan Kovar, 1987), sedangkan pada saat ditambahkan reagen timbul
pada ekstrak meniran pada saat dilakukan endapan putih sesuai dengan yang ada di
pengocokan dengan cara melarutkan literatur (Auterhoff dan Kovar, 1987)
ekstrak dengan aquadest lalu dikocok kuat menandakan bahwa didalam ekstrak herba
menimbulkan busa yang tidak hilang meniran ada terdapat senyawa tannin
selama 2-3 menit menandakan bahwa begitu juga pada fraksi air terdapat
ekstrak positif mengandung saponin, pada endapan putih yang menandakan pada
fraksi eter juga dilakukan cara yang sama fraksi ini positif adanya senyawa tannin.
pada fraksi ini tidak ada terbentuknya busa Sedangkan pada fraksi eter, kloroforom,
menandakan pada fraksi eter tidak terdapat etil asetat dan methanol tidak ditemukan
adanya saponin sedangkan pada fraksi adanya senyawa tannin. Pada analisa
kloroforom, etil asetat, methanol dan air fluoresensi tannin positif dengan
pada saat pengocokan terbentuk busa yang penambahan reagen Pb asetat timbul
tidak hilang dalam waktu 2-3 menit warna hijau terang (Harbone, 1973).
menandakan bahwa pada fraksi ini Dari hasil yang didapat bahwa
terdapat adanya senyawa saponin. Pada uji ekstrak dari herba meniran mengandung
saponin ini tidak dilakukan pada analisa alkaloid, flavonoid, steroid, saponin,
fluoresensi karena belum ada cara yang fenolik dan tannin yang dapat dilihat pada
spesifik untuk uji saponin dengan lampu hasil uji fitokimia yang telah dilakukan
ultra violet. dengan cara penambahan pereaksi yang
Hasil yang didapat pada uji fenolik tepat.
dilakukan dengan penambahan FeCl3 Penelitian ini dilakukan pada
menandakan positif steroid adalah komponen non polar dengan menggunakan
munculnya warna biru pada saat eter, dan semi polar dengan penambahan
penambahan reagen, (Auterhoff dan chloroforom, etil asetat, polar dengan
Kovar, 1987). Sedangkan pada ekstrak penambahan methanol dan air. Identifikasi
meniran pada saat ditambahkan reagen senyawa no menambahkan reagen dan
timbul biru kehijauan menandakan bahwa diamati dibawah sinar UV 254 nm dan UV
ekstrak positif mengandung fenolik, pada 366 nm sehingga didapat warna sinar
fraksi eter juga dilakukan cara yang sama dibawah lampu UV 254 nm dan 366 nm

134
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013

yaitu warna hijau terang, hijau pucat, komponen sistim imun baik imunitas
hijau, coklat, hitam, hijau kecoklatan, humoral maupun selular (Tjandrawinata,
merah muda dimana warna hijau terang Maat dan Noviarny, 2005).
yang terlihat menentukan adanya alkaloid, Apabila di tinjau kelarutan dari
warna merah muda menunjukkan adanya senyawa kandungan maka dalam
steroid, warna kuning menunjukkan pengujian ini senyawa yang terkandung
adanya flavonoid, warna hijau yang diantaranya :
muncul menandakan adanya senyawa a. Alkaloid, yang mana di dalam
tannin, sedangkan pada senyawa fenolik tumbuhan umumnya terdapat sebagai
hanya terlihat pada cahaya biasa garam misalnya sebagai tartrat, sitrat
munculnya warna kuning kehijauan yang dapat larut dengan pelarut hidrofil
(Harbone, 1973). yaitu air dan etanol (Voigt, 1994)
Pengamatan yang terlihat pada b. Flavonoid, senyawa golongan ini yang
senyawa semi polar dan senyawa polar mudah larut dalam air terutama bentuk
yaitu pada fraksi kloroforom, etil asetat, glikosida dan juga mudah larut dalam
dan methanol, air terlihat warna dibawah etanol (Robinson, 1995)
lampu UV dan dibawah sinar biasa yaitu c. Tanin, senyawa ini larut dalam air
warna hijau muda, kuning, hitam, orange, (terutama air panas) membentuk larutan
coklat, hijau kebiruan, hijau kekuningan, koloid sedangkan dalam pelarut organik
ungu, biru muda. Warna hijau terang yang polar seperti etanol kelarutan tanin
terlihat sama dengan yang terlihat pada terbatas sampai batas tertentu
senyawa non polar menandakan bahwa (Robinson, 1995)
fraksi tersebut mengandung alkaloid, d. Saponin, senyawa ini dapat larut dalam
warna ungu dan warna merah muda air dan etanol (Voigt, 1994)
menandakan positif steroid, warna kuning
kehijauan menandakan adanya flavoniod KESIMPULAN
tepatnya jenis flavonoid biasanya 5-OH Berdasarkan penelitian yang telah
flavon atau flavonol pada 3-O dan dilakukan dapat diambil kesimpulan:
mempunyai 4-OH, sedangkan warna hijau 1. Ekstrak herba meniran
kebiruan tepatnya jenis flavonoid flavon mengandung senyawa alkaloid,
dan flavonon tidak mengandung 5-OH flavonoin, saponin, steroid, tannin,
misalnya 5-OH glikosida. Sedangkan dan fenolik.
warna kuning yang muncul menandakan 2. Ekstrak herba meniran dapat
flavonol yang mengandung 3-OH bebas dikarakterisasi dengan lampu UV
dan mempunyai atau tidak mempunyai 5- 254 nm dan 366 nm dan
OH bebas kadang-kadang berasal dari menimbulkan reaksi warna hijau
dihidroflavon (Harbone, 1973). terang menandakan positif
Herba meniran yang sudah beredar mengandung alkaloid, warna
dipasaran ada dalam bentuk siruf, tablet, merah muda menandakan positif
kapsul, teh celup dan juga dalam bentuk steroid, warna kuning kehijauan
herba yang sudah dikeringkan. Sedian ini positif flavonoid.
ada yang sudah menjadi sedian
fitofarmaka ada yang berupa jamu. Herba DAFTAR PUSTAKA
meniran ini banyak mengandung
komponen yang memiliki sifat sebagai anti Autherhoff, HH., dan Kovar, K.A. (1987).
oksidan tinggi. Oleh karena itu sangat baik Identifikasi Obat. (edisi 4).
untuk melawan kerusakan dari radikal Penerjemah: N.C. Sudiarso, Bandung
bebas yang dapat menimbulkan penyakit ; Penerbit ITB.
degenerative. Phyllanthus niruri L dapat
meningkatkan aktifitas dan fungsi

135
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013

Badan pengawasan obat dan Makanan Kardinan A dan Rahman F. (2004).


Repoblik Indonesia. (2004). Meniran menambah daya tahab
Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat tubuh alami, Jakarta; Agromedia
Indonesia (volume 1). Jakarta : Pustaka.
Badan POM.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
Badan pengawasan obat dan Makanan Tumbuhan Tinggi. (Edisi keenam).
Repoblik Indonesia. (2004). Penerjemah : K. Padmawinata.
Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Bandung : Penerbit ITB.
Indonesia (volume 2). Jakarta :
Badan POM. Santoso D dan Gunawan D (2001).
Ramuan tradisional untuk Penyakit
Dalimarta. S. (2002). Atlas tumbuhan Obat kulit Yogjakarta; Penebar Swadaya.
Indonesia. (Jilid II) 134-138.
Yogjakarta ; Pustaka Kartini. Sinh, SKP. Agarawal and dogra J. V,
(1981). Variotionis the level of
Departemen Kesehatan Republik vitamin C. Total Phenolic and
Indonesia.(1997). Farmakope Protein in Phyllantus niruri L,
Indonesia. Ed. III. Jakarta; Indonesia. During leaf mutarationn. Natl. Acad.
Sel. Latt 4 (12) 467-469.
Departemen Kesehatan Repoblik
Indonesia. (2000) Parameter Sudarsono, Afus A.P, Gunawan D. (1996)
Standarisasi Obat dan Ekstrak Phyllanthus miruri L.
tumbuhan obat.Ed. I. Jakarta; (Euphorbiaceae). Meniran dalam
Direktorat Jenderal pengawasan Obat tumbuhan obat. Hasil Penelitian,
dan Makanan. Indonesia. sifat-sifat dan penggunaan, Jakarta;
Agromedia Pustaka.
Departemen Kesehatan Repoblik
Indonesia. (2000) Parameter Tjandrawinata, R.R., S. Maat dan D.
Standarisasi Umum Ekstrak Noviarnya.(2005). Effec Of
Tumbuhan Obat. (Ed. 32) Jakarta; Standardized Phyllanthus Niruri. L
Indonesia Exstrac On Changes In Immunologic
Parameter : Correlation Between
Departemen Kesehatan Republik Preclinical and Clinical Studies.
Indonesia.(2000) Acuhan Sedian Medika XXXI (6) : 367-371.
Herbal. Ditjen POM. Digandakan Voight, R. (1995) Buku Pelajaran
oleh ; PT. Indogarma, Jakarta; 72. Teknologi Farmasi. (edisi kelima).
Jogjakarta: Gadjah Mada
Gupta, DR and Ahmed B and University Press.
Shoyakugaku.Z, (1984). A new
flavones Glycoside from phyllanthus
niruri . J. Nat. Prod vol 47,213-215.

Harborne, J. B. (1973). Metoda Fitokimia


Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan. Edisi
Kedua. Terjemahan Padmawinata.
K., dan Soediro.I. 1987. Penerbit
ITB.Bandung.

136
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 2, 2013

137

Anda mungkin juga menyukai