Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340732583

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KANDUNGAN SENYAWA KIMIA


DARI EKSTRAK HEKSAN, ASETON, ETANOL DAN AIR DARI BUAH PARE
(Momordica charantia L.)

Preprint · April 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.30013.00487

CITATIONS READS

0 1,575

3 authors, including:

Harrizul Rivai Zikra Azizah


Universitas Andalas Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang
211 PUBLICATIONS   239 CITATIONS    22 PUBLICATIONS   18 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analysis of drug using the under area curve method by ultraviolet spectrophotometry View project

Preparation and characterization of microcrystalline cellulose from 'jerami padi' View project

All content following this page was uploaded by Harrizul Rivai on 18 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KANDUNGAN SENYAWA KIMIA
DARI EKSTRAK HEKSAN, ASETON, ETANOL DAN AIR DARI BUAH PARE
(Momordica charantia L.)

Harrizul Rivai1), Dola Permata Sari2), Zikra Azizah2)


1)
Fakultas Farmasi Universitas Andalas (UNAND) Padang
2)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang
Email: Dolapermatas@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian tentang analisis kualitatif dan kuantitatif telah dilakukan terhadap ekstrak
heksan, aseton, etanol dan air dari buah pare (Momordica charantia L.). Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan kandungan kimia dan kadar kandungan kimia dari ekstrak
heksan, aseton, etanol dan air dari buah pare. Penelitian ini menggunakan metode ektraksi
yaitu perkolasi untuk pelarut heksan, aseton dan etanol, sedangkan pelarut air menggunakan
metode dekok. Kandungan kimia yang didapatkan yaitu alkaloid dalam ekstrak aseton, dan
flavonoid dalam ekstrak aseton, etanol dan air. Kadar alkaloid total dari ekstrak aseton
terdapat sebesar 0,0306 %, dan kadar flavonoid dari ekstrak aseton, etanol, dan air berturut-
turut sebesar 0,0131 %, 0,0121 % dan 0,033 %.
Kata Kunci: Buah Pare (Momordica charantia L.), Gravimetri, Spektrofotometri Ultraviolet

ABSTRACT

Research on qualitative and quantitative analysis has been carried out on hexane,
acetone, ethanol and water extract from bitter melon (Momordica charantia L.). This study
aims to determine the chemical content and the chemical content of extracts of hexane,
acetone, ethanol and water from bitter melon fruit. The study used the percolation extraction
method for hexane, acetone and ethanol solvents, while the water solvent used the decoct
method. The chemical content obtained is alkaloids in acetone extract, and flavonoids in
acetone, ethanol and water extracts. The total alkaloid content of acetone extract was 0.0306
%, and the flavonoid content of acetone, ethanol and water extracts were 0.0131 %, 0.0121 %
and 0.033 % respectively.
Keywords:Bitter Melon(Momordica charantiaL.), Gravimetry,UltravioletSpectrophotometry

PENDAHULUAN dan bermanfaat sebagai antidiabetes


Pare (Momordica charantia L.) (Peraturan Menteri Kesehatan Republik
merupakan tanaman yang tergolong ke Indonesia, 2016).
dalam famili cucurbitaceae yang dikenal Pengujian fitokimia telah
sebagai pare dan karela. Buah pare mengungkapkan bahwa pare mengandung
digunakan dalam berbagai sistem flavonoid, saponin, terpenoid, alkaloid,
pengobatan tradisional di Asia dalam protein, dan steroid (Daniel et al., 2014).
waktu yang cukup lama, untuk mencegah Buah adalah bagian paling aman dan
dan mengobati berbagai penyakit, seperti paling umum dari tanaman yang
pengobatan asma, diabetes, malaria, asam digunakan sebagai obat. Buah pare
urat, lepra, peradangan, dan penyakit kulit, memiliki rasa yang pahit dan mengandung
karena sifatnya pahit (Ahmad et al., 2016) senyawa kimia berupa saponin, steroid

1
yang dikenal sebagai charantin dapat METODE PENELITIAN
meransang pelepasan insulin dan Alat dan bahan
menghalangi pembentukan glukosa dalam Alat-alat yang digunakan pada
aliran darah yang dapat membantu dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer
pengobatan diabetes yang tidak tergantung UV-VIS (Shimadzu UV-1800), penguap
insulin (Namdeo et al., 2013). vakum (IKA), timbangan analitik
Kandungan senyawa aktif yang (Precisa), kertas perkamen, Beker Glass
terdapat dalam buah pare diantaranya (Iwaki), Corong Pisah (Iwaki), bola hisap,
flavonoid, saponin, polifenol, momordisin tabung reaksi (Pyrex), erlemeyer (Iwaki),
dan karantin. Untuk mengetahui kadar gelas ukur (Iwaki), pipet ukur (Iwaki), labu
flavonoid total pada ekstrak buah pare ukur (Iwaki), corong (Pyrex), blender
menggunakan pelarut etanol 96 %, di (Turbo), aluminium foil, kain flannel,
dapatkan kadar total flavonoid sebesar 0,6 percolator dan alat-alat yang menunjang
% (Liqolbinisa et al., 2017). penelitian.
Penelitian sebelumnya juga Bahan yang digunakan pada
dilakukan oleh Naid et al., (2012) untuk penelitian ini adalah buah pare
menentukaan β-Karoten pada buah pare (Momordica charantia L.), etanol
(Momordica charantia L) dengan pelarut (CH2H50H) (PT. Brataco), heksan
aseton, eter, dan pelarut KOH 15 % dalam (CH3(CH2)4CH3) (PT. Brataco), aseton
metanol dengan menggunakan (CH3COCH3) (PT. Brataco), aqua destilata
spektrofotometri UV-Vis, didapatkan (H2O) (PT. Brataco), asam sulfat pekat
kadar β-karoten buah pare 0,7822 mg/100 (H2SO4), kloralhidrat (Merck), ferri (III)
g. Berdasarkan penelitian dilakukan oleh klorida (FeCl3) (Merck), kloroform
Juliana et al., (2010) buah pare diekstraksi (CHCl3) (Merck), kalium bromide (KBr)
dengan pelarut methanol, n-heksan dan etil (Merck), natrium hidroksida (NaOH)
asetat, pada kadar β-karoten pada heksan (Merck), serbuk magnesium (Mg)
didapat (4,1 gram; 8,2 %), asetil asetat (5,4 (Merck), asam klorida (HCl) (Merck),
gram; 42,9 %), dan metanol-air (18 gram; amoniak (HN3) (EMSURE®), kalium
36 %). iodide (KI) (Merck), natrium karbonat,
Pelarut yang digunakan tergantung Amoniak (NH4) (Merck), methanol
pada polaritas senyawa yang akan disari, (Merck), etil asetat (Merck), aluminium
mulai dari yang bersifat nonpolar hingga klorida (AlCl3) (Merck) dan kuersetin
polar. Air adalah pelarut yang digunakan (Sigma).
untuk ekstrak produk tanaman dengan
aktivitas antimikroba. Aseton memiliki Prosedur kerja
komponen hidrofilik dan komponen Penyiapan simplisia
lipofilik yang tercampur dengan air dan 1. PengumpulanBahan Baku
sangat bermanfaat dalam membuat 2. Sortasi Basah
ekstrak, terutama untuk antimikroba 3. Pencucian
dimana lebih banyak senyawa fenolik
4. Perajangan
harus diekstraksi ( Tiwari et al., 2011).
Pelarut etanol mempunyai kelarutan sangat 5. Pengeringan
mudah larut dalam air, dalam kloroform P 6. Sortasi Kering
dan eter pekat P. Pelarut n-heksana 7. Pembuatan serbuk sampel Penetapan
mempunyai kelarutan praktis tidak larut
dalam air, larut dalam etanol mutlak, dapat Karakterisasi Simplisia
bercampur dengan eter, kloroform, Karakterisasi simplisia berdasarkan
benzene dan sebagian besar minyak lemak Farmakope Herbal Indonesia (2008) yaitu
dan minyak atsiri (Departemen Kesehatan meliputi ujimakroskopis, susut
Republik Indonesia, 1979). pengeringan, kadar abu total, kadar abu

2
tidak larut asam, kadar sari larut air dan Tes Ferri klorida
sari larut etanol. 3 tetes ekstrak, ditambahkan 3-4
tetes besi (III) klorida. Senyawa tanin
Ekstraksi Sampel akan memberikan warna hijau hingga
Simplisia 50 gram ditempatkan kecoklatan dengan penambahan larutan
dalam suatu bejana silinder atau garam besi (III) klorida (Hanani, 2017).
perkolator, yang sebelumnya telah diberi 4. Uji Flavonoid
kertas saring dan kapas, lalu masukkan Ekstrak 1 mL ditambahkan 2 mL
500 mL pelarut (heksan, aseton dan etanol, tambahkan 0,5 g serbuk seng
etanol), secara terpisah. Cairan penyari dan 2 mL asam klorida 2 N, diamkan
dialirkan dari atas ke bawah melalui selama 1 menit, tambahkan 10 tetes
serbuk tersebut, sehingga serbuk terbasahi asam klorida pekat, jika dalam waktu 2
dengan pelarut, tutup perkolat dengan sampai 5 menit terjadi warna merah
aluminium foil, tunggu beberapa jam intensif, maka menunjukkan adanya
sampai cairan penyari akan melarutkan zat flavonoid (Departemen Kesehatan
aktif hingga tersaring dan mengalir pada Republik Indonesia, 1995).
slang sampai jernih, kemudian diuapkan 5. Uji Alkaloid
dengan alat rotary evaporator sehingga Tambah ekstrak 5 mL, lalu
diperoleh ekstrak cair (Departemen tambahkan 1 mL asam klorida 2 N dan
Kesehatan Republik Indonesia, 1986). 9 mL air, panaskan diatas penangas air
Timbang sebanyak 50 gram selama 2 menit, dinginkan dan saring.
simplisia buah pare, masukkan ke dalam Pindahkan 3 tetes filtrat pada kaca
bejana dekok atau panci dekok, lalu erloji, tambahkan 2 tetes bouchardat
tambahkan dengan pelarut air sebanyak LP. Jika pada kedua percobaan tidak
500 mL, setelah itu masukkan ke dalam terjadi endapan, maka ekstrak tidak
penangas air selama 30 menit pada suhu mengandung alkaloid. Jika dengan
96-98 oC, sambil sekali–sekali diaduk. Mayer LP terbentuk endapan
Saring selagi panas melalui kain flannel menggumpal berwarna putih atau
sehingga diperoleh ekstrak dari buah pare kuning dan dengan Bouchardat LP
(Hanani, 2017). terbentuk endapan warana cokelat
sampai hitam, maka ekstrak
Analisis kualitatif mengandung alkaloid (Departemen
Analisis kualitatif dari ekstrak buah Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
pare antara lain : 6. Uji terpenoid
1. Uji karbohidrat Ekstrak sebanyak 1 mL ditambahkan
Tes Fehling 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes
2 mL ekstrak tanaman, ditambahkan asam sulfat pekat, perubahan warna
pereaksi Fehling A dan B dalam jumlah ungu atau merah kemudian menjadi
yang sama banyak kedalam larutan uji, biru hijau menunjukkan adanya
lalu akan terjadi reduksi menghasilkan terpenoid (Banu & Cathyrine, 2015).
endapan kupro oksida berwarna merah 7. Uji minyak atsiri
bata (Hanani, 2017). 1 mL ekstrak ditambahkan Larutan
2. Uji Fenol kalium permanganat, warna akan
Tes Ferri klorida menjadi pucat atau hilang (Hanani,
3 tetes ekstrak, ditambahkan 3-4 2017).
tetes besi (III) klorida. Senyawa fenol 8. Uji saponin
akan memberikan warna hijau hingga Tes Busa
biru hitam dengan penambahan larutan Ekstrak 1 mL ekstrak ditambahkan
garam besi (III) klorida (Hanani, 2017). 10 mL air panas, dinginkan dan
3. Uji Tannin kemudian dikocok kuat-kuat selama 10

3
menit, maka akan terbentuk buih aluminium klorida, buat koreksi
selama 10 menit, setinggi 1 cm sampai seperlunya.(Departemen Kesehatan
10 cm. Ekstrak positif jika ditambahkan Republik Indonesia, 2010).
dengan penambahan 1 tetes asam 2. Alkaloid
klorida 2 N, buih tidak akan hilang Pipet ekstrak 2 mL, sari
(Departemen Kesehatan Republik menggunakan 100 mL metanol P dan 10
Indonesia, 1995). mL amoniak P, panaskan di atas tangas air
9. Uji steroid selama 30 menit, saring. Ulangi 2 kali
Ekstrak 1 mL ditambahkan penyarian menggunakan jenis dan jumlah
kloroform dan 5 tetes asam asetat pelarut yang sama. Tambahkan 50 mL
anhidrat dan biarkan mengering lalu asam klorida 1 N LP pada kumpulan
tambahkan 3 tetes asam sulfat P, maka filtrat, uapkan hingga volume kurang lebih
akan terbentuk warna biru (Hanani, 25 mL, saring ke dalam corong pisah.
2017). Basakan filtrat dengan amoniak P sampai
pH ± 10, sari 3 kaIi dengan 25 mL
Analisis kuantitatif kloroform P. Kumpulkan dan uapkan fase
Setelah dilakukan analisis kualitatif kloroform pada suhu 50°, kemudian
pada ekstrak buah pare dengan keringkan pada suhu 1000 hingga bobot
menggunakan 4 pelarut, maka diperoleh tetap. Hitung sisa pengeringan sebagai
hasil positif yaitu flavonoid dan alkaloid. alkaloid total (Departemen Kesehatn
Langkah selanjutnya yaitu analisis Republik Indonesia, 2008).
kuantitatif guna memperoleh nilai kadar
dari masing-masing kandungan senyawa HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut. Penelitian ini menggunakan sampel
1. Flavonoid buah pare kurang lebih 3 kg.
a. Larutan uji untuk ekstrak cair Menggunakan empat pelarut yaitu heksan,
Larutan uji untuk ekstrak cair ukur aseton, etanol dan air. Tujuan dilakukan
saksama sejumlah volume ekstrak cair, penelitian ini yaitu untuk mengetahui
encerkan dengan etanol 80% sampai kadar kandungan senywa kimia yang terdapat
yang sesuai untuk kolorimetri. didalam buah pare.
b. Larutan pembanding Identifikasi tanaman telah dilakukan
Larutan pembanding Timbang di Herbarium Laboratorium Jurusan
saksama kurang lebih 10 mg pembanding, Biologi FMIPA, Universitas Andalas
larutkan dalam etanol 80%, encerkan (ANDA) Kampus Limau Manih Padang
secara kuantitatif dan jika perlu bertahap Sumatera Barat. Tujuan identifikasi adalah
dengan etanol 80% hingga kadar 10, 20, untuk mengetahui identitas sampel yang
30, 40 dan 50 µg/mL. akan digunakan. Berdasarkan hasil
c. Pengukuran identifikasi tersebut dapat diketahui
Pengukuran pipet secara terpisah 0,5 kepastian bahwa sampel yang digunakan
mL larutan uji dan larutan pembanding, dalam penelitian ini adalah buah pare
tambahkan pada masing-masing 1,5 mL (Momordica charantia L.) dengan Famili
etanol P, 0,1 mL aluminium klorida P Cucurbitaceae.
10%, 0,1 mL natriumasetat 1M dan 2,8 Hasil makroskopis dan mikroskopis
mL air suling. Kocok dan diamkan selama dibandingkan dengan (Kementerian
30 menit pad a suhu ruang. Ukur serapan Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
pada panjang gelombang serapan terbukti kebenarannya bahwa buah yang
maksimum. Lakukan pengukuran blangko digunakan buah pare.
dengan cara yang sarna, tanpa penambahan

4
Gambar 1. Hasil makroskopis buah pare

Pada (Gambar 1) buah pare berupa Karakterisasi simplisia meliputi


irisan melintang, tepi tidak rata, tidak makroskopis, mikroskopis, susut
beraturan, tebal 3-5 mm; warna cokelat, pengeringan, kadar abu total, kadar abu
bagian luar berwarna lebih tua dari bagian tidak larut asam, sari larut etanol dan sari
dalam; bauh khas; rasa pahit larut air. Dilakukan dengan tujuan untuk
menjamin keseragaman mutu simplisia
1. Mikroskopis agar memenuhi persyaratan standar
Gambaran mikroskopis yang didapat simplisia. Berikut hasil pemeriksaan
dalam buah pare pare terdapat rambut parameter standar simplisia yang
penutup, sklerenkim dan berkas didapatkan dalam buah pare:
pengangkut bentuk jala buah pare

Tabel I. Hasil pemeriksaan parameter standar simplisia


Hasil
Menurut
No Parameter standar pemeriksaan
FI, 2010
(%)
1 Susut pengeringan 6,5415 % <15 %

2 Kadar abu total 4,9825 % <7,2 %

3 Kadar abu tidak larut asam 0,2414 % <1,5 %


Sari larut etanol 3,3979 % >2,4 %
4

Sari larut air 8,7245 % >8,5 %


5

Tujuan dilakukannya penetapan kandungan mineral internal dan eksternal


susut pengeringan adalah memberikan yang berasal dari proses awal sampai
batasan maksimal mengenai besarnya terbentuknya simplisia, kadar abu total
senyawa yang hilang pada saat proses berkaitan dengan mineral baik senyawa
pengeringan (Departemen Kesehatan organik maupun anorganik yang diperoleh
Republik Indonesia, 2000). Hasil yang secara internal maupun eksternal
diperoleh dari susut pengeringan adalah (Departemen Kesehatan Republik
6,5415 % (Tabel I). Kadar abu total Indonesia, 2000). kadar abu diperoleh
bertujuan untuk memberikan gambaran adalah 4,9825 % (Tabel I).
5
Kadar abu tidak larut dalam asam non polarnya. Etanol digunakan sebagai
bertujuan untuk mengetahui jumlah abu pelarut universal disebabkan karena
yang diperoleh dari faktor eksternal, sifatnya yang mudah melarutkan senyawa
bersumber dari pengotor yang diperoleh zat aktif baik yang bersifat polar, semi
dari pasir atau tanah silikat (Departemen polar dan non polar. Keuntungan lain
Kesehatan Republik Indonesia, 2000). etanol mudah berpenetrasi kedalam sel.
Kadar abu tidak larut asam adalah 0,2414 Aseton digunakan sebagai pelarut karena
% (Tabel I). Penetapan kadar sari larut aseton banyak larut pada hidrofilik dan
etanol dan air dilakukan dengan tujuan komponen lipofilik, mudah tercampur
untuk memberikan gambaran awal jumlah dengan air, mudah menguap dan memiliki
senyawa yang dapat tersari dangan pelarut toksisitas rendah, aseton sangat bermanfaat
air dan etanol dari suatu simplisia dalam membuat ekstrak.
(Departemen Kesehatan Republik Dekok di lakukan untuk pelarut air,
Indonesia, 2000). Kadar sari larut etanol air digunakan sebagai pelarut karena air
didapat 3,3979 % (Tabel I), sedangkan adalah pelarut universal, digunakan untuk
kadar senyawa larut dalam air didapathasil ekstrak tanaman dengan aktivitas
8,7245 % (Tabel I). Hal ini menunjukkan antimikroba, dan air bersifat polar. Infusa
bahwa jumlah senyawa polar yang dapat di lakukan dengan menggunakan panci
terlarut dalam air lebih besar daripada infus dan penangas air selama 15 menit.
jumlah senyawa kurang polar (semi polar Setelah diperoleh ekstrak daun sirsak dari
maupun non polar) yang dapat terlarut 4 pelarut dilakukan uji kandungan
dalam etanol. Hasil pengujian ini masih kandungan kimia dan uji kadar dari ektrak
memenuhi syarat standar dalam pustaka. buah pare. Penelitian ini bertujuan untuk
Simplisia yang telah kering dan menentukan kandungan dari ekstrak
didapatkan serbuk buah pare kemudian heksan, etanol, aseton dan air pada daun
diperkolasi, pemilihan metode perkolasi sirsak dan menentukan kadar kandungan
ini karena dapat menggunakan sampel kimia dari masig-masing ekstrak heksan,
dalam jumlah yang banyak, etanol, aseton dan air pada buah pare.
pelaksanaannya sederhana, tidak Penentuan kandungan kimia pada
memerlukan perlakuan khusus dan analisis kualitatif pada ekstrak heksan,
kemungkinan terjadinya penguraian zat etanol, aseton dan air yang dilakukan
aktif oleh pengaruh suhu dapat dihindari sepuluh uji fitokomia pada analisis
karena tidak ada proses pemanasan. kualitatif yaitu uji karbohidrat, uji fenol,
Sebelum dimaserasi simplisia daun sirsak uji tannin, uji flavonoid, uji alkaloid,
dirajang terlebih dahulu sampai didapatkan ujiminyak atsiri, uji saponin, uji terpenoid,
berupa serbuk daun sirsak dengan tujuan dan uji steroid. Hasil yang didapatkan pada
agar pelarut dapat berpenetrasi dengan ekstrak heksan tidak menunjukkan adanya
mudah sehingga penarikan zat aktif lebih positif pada setiap uji yang dilakukan,
sempurna (Departemen Kesehatan sedangkan pada ekstrak aseton hanya
Republik Indonesia, 1985). didapatkan satu hasil positif yaitu pada
Perkolasi sampel dilakukan dengan metabolit primer asam lemak, begitupun
menggunakan 3 pelarut yaitu heksan pada ekstrak etanol dan air yang sama
digunakan sebagai pelarut karena mendapatkan hasil positif yaitu pada uji
merupakan senyawa non polar yang flavonoid dan alkaloid.
banyak dipilih untuk proses pengekstrakan
bahan alam yang akan di ambil senyawa

6
Tabel II. Hasil kualitatif dari ekstrak heksan, aseton, etanol dan air

NO Uji kualitatif Ekstrak Ekstrak Ekstrak Estrak


heksan aseton etanol air
1 Karbohidrat - - - -
2 Fenol - - - -
3 Tanin - - - -
4 Flavonoid - + + +
5 Alkaloid - - + -
6 Minyak atsiri - - - -
7 Saponin - - - -
8 Terpenoid - - - -
9 Steroid - - - -

Berdasarkan hasil analisis kualitatif buih tidak akan hilang, hasil yang
yang didapatkan sangat sedikit yaitu diperoleh negatif.
alkaloid dan flavonoid. Dibandingkan Uji terpenoid menggunakan ekstrak
dengan hasil peneliti yang dilakukan oleh sebanyak 1 mL ditambahkan 2 tetes asam
(Daniel et al., 2014) yang mendapatkan asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat
hasil yang positif flavonoid, saponin, pekat, perubahan warna ungu atau merah
terpenoid, alkaloid, protein, dan steroid. kemudian menjadi biru hijau. Hasil ya g
Begitu juga dengan peneliti lain (Ahmad et didapat tidak ada yang positif, Pada uji
al., 2016) mendapatkan hasil positif minyak atsiri menggunakan ekstrak 2 tetes
alkaloid, fenolik, saponin, asam lemak, ditambah dengan larutan kalium
protein, dan flavonoid. Hasil kualitatif ini permanganat, warna akan menjadi pucat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu saat atau hilang menunjukkan adanya minyak
melakukan maserasi, yaitu saat penarikan atsiri dan pada uji terpenoid menggunakan
zat aktif belum sempurna sehingga ekstrak 1 mL ditambahkan kloroform dan
berpengaruh untuk uji fitokimia. Faktor 5 tetes asam asetat anhidrat dan biarkan
lain yaitu berdasarkan tempat tumbuh mengering lalu tambahkan 3 tetes asam
tanaman. sulfat P, maka akan terbentuk warna biru,
Dilihat hasil dari reaksi kimia yang maka hasil yang didapat negative sama
terjadi pada pengujian kualitatif dari dengan uji minyak atsiri
ekstrak heksan, aseton, etanol dan air pada Uji fenol dan tannin menggunakan
(Tabel II) yaitu pada uji karbohidrat pereaksi yang sama yaitu besi (III) klorida
dimana ekstrak tidak menunjukkan reaksi yang mana hasilnya menunjukkan warna
dengan penambahan fehling A dan B, endapan biru hitam, pada percobaan yang
reaksi kimia tidak terjadi reduksi yg dilakukan tidak menunjukkan hasil
membuat terbentuknya endapan kupro endapan biru hitam pada semua ekstrak,
oksida menjadi warna merah bata. sehingga hasil fenol dan tannin yang
Sehingga percobaan yang dilakukan diperoleh yaitu negatif.
memperoleh hasil negatif karena tidak Uji alkaloid Pada pengujian senyawa
terjadi endapan sama sekali. Pada uji alkaloid didapatkan hasil positif untuk
saponin ekstrak 1 mL ekstrak ditambahkan ekstrak aseton dengan penambahan ekstrak
10 mL air panas, dinginkan dan kemudian 5 mL, lalu tambahkan 1 mL asam klorida 2
dikocok kuat-kuat selama 10 menit, maka N dan 9 mL air, panaskan diatas penangas
akan terbentuk buih selama 10 menit, air selama 2 menit, dinginkan dan saring.
setinggi 1 cm sampai 10 cm. Ekstrak Pindahkan 3 tetes filtrat pada kaca erloji,
positif jika ditambahkan dengan tambahkan pereaksi Mayer LP terbentuk
penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, endapan menggumpal berwarna putih atau
7
kuning mengandung alkaloid, terdapat klorida pekat, jika dalam waktu 2 sampai 5
pada ekstrak aseton. dan pada pengujian menit terjadi warna merah intensif, maka
flavonoid didapatkan hasil positif dengan menunjukkan adanya flavonoid, terdapat
menambahkan ekstrak 1 mL ditambahkan positif pada ekstrak aseton, etanol dan air
2 mL etanol, tambahkan 0,5 g serbuk seng (Tabel II).
dan 2 mL asam klorida 2 N, diamkan
selama 1 menit, tambahkan 10 tetes asam

Gambar 2. Spektrum serapan kuersetin dengan aluminium klorida pada panjang gelombang
431,5 nm

Tabel III. Nilai absorbansi kuarsetin ditambah aluminium klorida dari berbagai konsentrasi

Konsentrasi (µg/mL) Absorbansi


10 0,205
20 0,350
30 0,480
40 0,620
50 0,749

Kurva Kalibrasi Kuersetin


0,8 y = 1,35828x + 0,07340
R= 0,99958
0,6
Absorban

0,4

0,2

0
0 10 20 30 40 50 60
konsentrasi (µg/mL)

Gambar 3. Persamaan kurva kalibrasi kuarsetin ditambah aluminium klorida

8
Tabel IV. Kadar flavonoid total ekstrak buah pare

Sampel Serapan Kadar %


Ekstrak aseton 0,256 0,0131 %
0,251
0,250

Ekstrak etanol 0,432 0,033 %


0,436
0,444
Ekstrak Air 0,241 0,0121 %
0,244
0,243

Tabel V.Kadar alkaloid buah pare

Hasil cawan kosong (W0) Hasil cawan


kosong + hasil Kadar %
pengeringan (W1)
41,9600 41,965
41,9607 41,9632 0,0306 %
41,9605 41,9637

Penentuan kadar kimia dari analisis flavonoid total dilakukan dengan


kuantitatif dari ekstrak heksan, aseton, menggunakan spektrofotometri Uv-Vis
etanol dan air pada (Tabel IV) hasil positif karena flavonoid mengandung system
yang didapat pada yaitu alkaloid terdapat aromatic yang terkonjugasi sehingga
pada ekstrak aseton, dan flavonoid yang menunjukkan pita serapan kuat pada
terdapat pada ekstrak aseton, ekstrak daerah spektrum sinar ultraviolet dan
etanol dan ekstrak air buah pare. Kadar spektrum sinar tampak (Harborne, 1987).
alkaloid total pada ekstrak aseton adalah Pada penelitian ini digunakan kuersetin
0,0306 % ± 0,0051 %. Kadar flavonoid sebagai larutan standar untuk menentukan
total pada ekstrak aseton 0,0131 % ± kadar flavonoid total dari ekstrak etanol
0,0023 %, ekstrak etanol 0,0121 % ± dan air daun sirsak. Digunakan kuersetin
0,0017 % dan ekstrak air 0,033 % ± karena kuersetin merupakan flavonoid
0,0060 % (Tabel IV). golongan flavonol yang memiliki gugus
keton pada atom C-4 dan juga gugus
Penetapan kadar flavonoid total dari hidroksi pada atom C-3 dan C-5 yang
ekstrak aseton, etanol dan air dari buah berdekatan.
pare dilakukan dengan menggunakan
metode kolorimetri aluminium klorida. Sebanyak 10 mg kuersetin ditimbang
Prinsip penetapan kadar flavonoid metode dan dilarutkan dalam 10 mL etanol 80%,
aluminium klorida adalah pengukuran kemudian dibuat pengenceran dengan
berdasarkan pembentukan warna dan berbagai konsentrasi yaitu 10 µg/mL, 20
terjadinya pembentukan kompleks antara µg/mL, 30 µg/mL, 40 µg/mL dan 50
aluminium klorida dengan gugus keton µg/mL dengan cara masing-masing
pada atom C- 4 dan gugus hidroksi pada konsentrasi dipipet 0,3 mL, 0,4 mL, 0,5
atom C-3 atau C-5. Penetapan kadar mL, 0,6 mL, dan 0,7 mL lalu dicukupkan

9
volumenya sampai 10 mL dengan pelarut berat, yang melibatkan pembentukan,
etanol 80%. Digunakan deret konsentrasi pengukuran berat ataupun isolasi dari
karena metoda yang digunakan adalah suatu endapan. Alkaloid memiliki sifat
metoda yang menggunakan persamaan basa dari atom nitrogen penyusunnya.
kurva baku, untuk membuat kurva baku Umumnya alkaloid di dalam tumbuhan
terlebih dahulu dibuat beberapa sebagian besar sebagai garam-garam dari
konsentrasi untuk mendapatkan persamaan asam-asam organik. Garam alkaloid ini
linear untuk menghitung kadar. Kemudian yang kemudian diekstraksi dengan pelarut
pipet secara terpisah 0,5 mL larutan organik yang sesuai. Garam-garam
pembanding dan 0,5 mL larutan uji yaitu alkaloid lebih mudah larut dalam pelarut
ekstrak etanol dan air lalu tambahkan 1,5 polar. Penentuan kadar alkaloid dari
mL etanol P sebagai peningkat kelarutan, ekstrak etanol dan air dilakukan dengan
kemudian tambahkan 0,1 mL aluminium cara memipet ekstrak sebanyak 20 mL
(III) klorida yang dapat membentuk kemudian sari menggunakan 100 mL
kompleks sehingga terjadi pergeseran metanol P dan 10 mL amoniak P, lalu
panjang gelombang kea rah visible panaskan di atas tangas air selama 30
(tampak) yang ditandai dengan larutan menit, saring. Kemudian ulangi 2 kali
menghasilkan warna yang lebih kuning penyarian menggunakan jenis dan jumlah
(Chang et al., 2002), 0,1 mL natrium asetat pelarut yang sama. Tambahkan 50 mL
yang berfungsi sebagai penstabil dan 2,8 asam klorida 1 N LP pada kumpulan filtrat
mL air suling. Setelah itu diinkubasi lalu uapkan hingga volume kurang lebih
selama 30 menit, dengan tujuan agar reaksi 25 mL. Saring ke dalam corong pisah.
antara larutan standar kuersetin dengan Basakan filtrat dengan amoniak P sampai
pereaksi-pereaksi yang ditambahkan dapat pH  10, sari 3 kali dengan 25 mL
berlangsung dengan sempurna sehingga kloroform P. Amoniak P ditambahkan
intensitas warna yang dihasilkan lebih bertujuan untuk melepaskan ikatan
maksimal (Azizah & Faramayuda, 2014). alkaloid dengan asamnya sehingga
Pengukuran absorbansi dilakukan alkaloid kembali berada dalam kondisi
menggunakan spektrofotometri UV-Vis bebas. Akan terbentuk dua lapisan yaitu
dengan panjang gelombang maksimum lapisan asam dan lapisan kloroform,
431,5 nm pada (Gambar 2). 10 ppm nilai kumpulkan dan uapkan fase kloroform
absorbansinya (0,205), 20 ppm nilai pada suhu 50, kemudian keringkan pada
absorbansinya (0,350), 30 ppm nilai suhu 100 hingga bobot tetap.
absorbansinya (0,480), 40 ppm nilai Amoniak P akan bereaksi dengan
absorbansinya (0,620), dan 50 ppm nilai asam klorida yang membentuk garam yang
absorbansinya (0,749) (Tabel 3). Untuk larut dalam air sedangkan alkaloid kembali
menghitung kadar total flavonoid, mula- dalam bentuk basa dan tidak terlarut dalam
mula absorbansi sampel yang telah dibuat air tetapi mudah larut dalam kloroform.
dihitung rata-ratanya. Hasil rata-rata Alkaloid dalam keadaan bebas dapat
sampel yang telah didapat pada (Gambar diekstraksi dengan pelarut kloroform,
3) dimasukkan kedalam persamaan garis sehingga dihasilkan ekstrak kloroform
liniear y = 1,35828x + 0,07340 sehingga yang merupakan alkaloid total.
diperoleh kadar total flavonoid ekstrak penetapan kadar alkaloid dihitung
aseton adalah 0,0131 %, etanol adalah dari hasil yang dikeringkan pada suhu
0,0121 % mg/mL dan ekstrak air adalah tetap. Kadar yang di peroleh dalam
0,33 % mg/mL. penetapan kadar alkaloid dalam ekstrak
Penetapan kadar alkaloid total dari aseton adalah 0,0306 % (Tabel V) .
ekstrak aseton buah pare menggunakan
metoda gravimetri yaitu suatu metoda
analisis yang didasarkan pada pengukuran

10
KESIMPULAN Analysis of Momordica Charantia
Dari data yang diperoleh pada L. International Journal of
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa : Advances in Pharmacy, Biology
1. Kandungan senyawa kimia dari and Chemistry. 3 (1), 214-220.
ekstrak aseton buah pare adalah
alkaloid. Departemen Kesehatan Republik
Kandungan senyawa kimia dari Indonesia. (1985). Cara
ekstrak etanol dari buah pare adalah Pembuatan Simplisia. Jakarta:
flavonoid. Kandungan senyawa kimia Departemen Kesehatan Republik
dari ekstrak air buah pare adalah Indonesia.
flavonoid.
Departemen Kesehatan Republik
2. Kadar alkaloid total pada ekstrak
Indonesia. (1986). Sediaan
aseton adalah 0,0306 % ± 0,0051 %.
Galentika. Jakarta: Direktorat
Kadar flavonoid total pada ekstrak
Jenderal Pengawas Obat dan
aseton 0,0131 % ± 0,0023 %, ekstrak
Makanan.
etanol 0,0121 % ± 0,0017 % dan
ekstrak air 0,033 % ± 0,0060 %. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. (1995). Materia Medica
DAFTAR PUSTAKA Indonesia. Jilid IV. Jakarta:
Ahmad, N., Hasan, N., Ahmad, Z., Zishan, Departemen Kesehatan Republik
M., & Zohrameena, S. (2016). Indonesia
Momordica charantia: for
Tradisional Uses And Departemen Kesehatan Republik
Pharmacological Actions. Journal Indonesia. (2000). Parameter
of Drug Delivery and Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Therapeutics. 6 (2), 40-44. Obat. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Azizah, D. N., Kumolowati, E., &
Faramayuda, F. (2014). Penetapan Departemen Kesehatan Republik
kadar flavonoid metode AlCl3 pada Indonesia. (2008). Farmakope
ekstrak metanol kulit buah kakao Herbal Indonesia (Edisi I). Jakarta:
(Theobroma cacao L.). Kartika Departemen Kesehatan Republik
Jurnal Ilmiah Farmasi, 2 (2), 45- Indonesia.
49. Hanani, E (2017). Analisis Fitokimia.
Jakarta: EGC.
Banu, K. S & Cathrine, DR. L. (2015).
General Techniques Involved In Harborne, J. B (1987). Metode Fitokimia,
Phytochemical Analysis. Penuntun Cara Moderen
International Journal Of Advanced Mengenalisis Tumbuhan (Edisi II).
Research In Chemical Science Penerjemah: K. Padmawiata & I.
(IJARCS). 2 (4), 25-32. Soediro. Bandung: Penerbit ITB.

Chang, C., Yang, M., Wen, H & Chern, J. Juliana, A, V., Aisyah, S & Mustapha, I.,
(2002). Estimation of Total (2010). Isolasi dan Karakterisasi
Flavonoid Content in Propolis by Senyawa Turunan Terpenoid Dari
Two Complementary Colorimetri Fraksi n-heksan Momordica
Methods. Journal of Food and charantia L. Jurnal Sains dan
Drug Analysis, 10 (3), 178-182. Teknologi Kimia. 1 (1), 88-93.

Daniel, P., Supe, U & Roymon, M, G. Kementerian Kesehatan Republik


(2014). A Review Phytochemical Indonesia. (2010). Suplemen 1

11
Farmakope Herbal Indonesia
(Edisi I). Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Liqolbinisa, H., Rismawati, E., Syafnir, L.,


(2017). Pengujian Potensi
Antioksidan dan Penetapan Kadar
Flavonoid Total Ekstrak Buah
Pare. Prosiding Farmasi. 3 (2),
673-677.
Naid, T., Muflihunna, A., & Madi, O, I.,
(2012). Analisis Kadar β-Karoten
Pada Buah Pare (Momordica
charantia L.) Asal Ternate Secara
Spektrofotometri UV-Vis. Majalah
Farmasi dan Farmakologi. 13 (3),
127-130.
Namdeo, K, P., Bodakhe, S, H., Dwedi, J.,
& Saifi, A. (2013). A review on
antidiabetic of M. charantia Linn.
Internasional Journal of
Pharmaceutical Research and Bio-
science. 2 (6), 475-485.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia. (2016). Nomor 6
Tentang Formularium Obat Herbal
Asli Indonesia. Jakarta: Menteri
Kesehatan.
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G,.
& Kaur, H. (2011). Phytochemical
Screening and Extraction.
Internationale Pharmaceutica
Sciencia. 1 (1), 98-106.

12

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai