Anda di halaman 1dari 52

Dosen Pengampu : apt. Fajrian Aulia Putra.,S.Farm.,M.

Farm
Mata Kuliah : Farmakologi Keperawatan

Prodi Keperawatan
Fakultas Kesehatan
Universitas Fort De kock
Bukittinggi
2022
GASTRITIS
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Bila
mukosa lambung seringkali atau dalam waktu cukup
lama bersentuhan dengan aliran balik getah
duodenum yang bersifat alkalis, peradangan sangat
mungkin terjadi dan akhirnya malah berybah menjadi
tukak lambung.
Gastritis dibagi menjadi 2, yaitu
:
1. Gastritis Akut
Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan
tanda dan gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut
dan neutrofil.
Penyebab penyakit ini, antara lain :
- Obat-obatan ; aspirisn, obat anti inflamasi non steroid (NSAID’S)
- Alkohol
- Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar,
sepsis.
2. Gastritis Kronik
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multifaktor dengan
perjalanan klinik yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat
dengan infeksi Helicobacter pylori.
TUKAK PEPTIK
Batasan :
 Kerusakan atau hilangnya jaringan dari mukosa, sub-mukosa, sampai
ke muskularis mukosa di daerah saluran cerna bagian atas, berbatas
tegas dan ada hubungannya dengan cairan asam lambung serta
pepsin.

Patofisiologi
 Tukak peptik timbul akibat gangguan keseimbangan antara asam
lambung, pepsin dan daya mukosa.
 Faktor yang mempengaruhi terjadinya tukak lambung adalah adanya
riwayat keluarga yang mengindap tukak peptik, atau pasien dengan
paru kronik, sirosis hati, penyakit ginjal kronik, rokok, alkohol dan
obat-obatan. Faktor resiko lain tukak duodenum adalah golongan
darah O.
Tukak Peptik
 Tukak Duodenum
Umumnya terdapat hipersekresi asam pepsin
karena jumlah sel parietal lebih banyak.
 Tukak Lambung
Biasanya sekresi asam normal. Faktor utama adalah
turunnya daya tahan mukosa.
Gejala Klinis
Nyeri perut di daerah epigastrum yang sifatnya khas,
berlangsung kronik, periodik dengan masa remisi dan
eksaserbasi silih berganti, ritmik, kualitas seperti
ditusuk dan rasa panas.
Nyeri berkurang dengan pemberian antasida
Dapat disertai anoreksia, mual, muntah
Diagnosa Banding
Dispepsia fungsional
Kanker lambung
Gastritis
Pankreatitis akut
Kolesistitis
Kolangitis
Tujuan Terapi
 Meredakan keluhan
 Menyembuhkan tukak yang aktif
 Mencegah kekambuhan dan komplikasi perlukaan dan perdarahan
mukosa lambung
 Meminimalkan dampak sosioekonomi akibat sakit

Prinsip Pengobatan
 Diagnosa akurat
 Ejukasi pasien
 Terapi individu
 Pengaturan diet
 Penggobatan supportive
Penatalaksanaan
A. Merubah Pola Hidup:
 berhenti merokok
 Berhenti minum alkohol
 Berhenti minum obat yang mengganggu TGI
B. Terapi Dengan Obat
1. Pengobatan Awal
 Upayakan pH lambung sekitar 5
 Antasida
Merupakan zat pengikat asam yaitu basa-basa lemah yang digunakan
untuk mengikat secara kimiawi dan menetralkan asam lambung.
Efeknya adalah peningkatan pH, yang mengakibatkan berkurangnya
kerja proteolitis dari pepsin.
 Antagonis reseptor H2 (cimetidin, ranitidin, famotidin)
Obat-obat ini menempati reseptor histamin H2 secara selektif di
permukaan sel-sel parietal, sehingga sekrasi asam lambung dan pepsin
sangat dikurangi
 Inhibitor K-H-ATPase (omeprazol)
Obat-obat ini mengurangi sekresi asam (yang normal dan yang
dibuat) dengan jalan menghambat K-H-ATPase secara selektif dalam
sel-sel parietal
Memperbaiki ketahanan mukosa (sukralfat)
Merupakan zat-zat pelindung ulkus yang menutup
tukak dengan suatu lapisan pelindung terhadap
serangan asam pepsin.
Sedativ dan anti depresi
Derivat prostaglandin
- Misoprostol (gastrul)
Analog Prostaglandin E1. prostaglandin
sintesis pertama yang efektif secara oral.
Obat penguat motilitas (metoklopramid,
domperidon)
Lama Pengobatan:
 Tukak lambung 12 minggu
 Tukak duodenum 8 minggu

2. Pengobatan Pemeliharaan
Dosisnya setengah dosis awal selama 6 sampai 12
bulan.
Kebiasaan Penggunaan Obat Yang Tidak
Dianjurkan
Penggunaan obat secara serampangan (obat
penenang dan spasmolitik)
Penggunaan multivitamin
Informasi Untuk Pasien
Hindari ma/mi atau obat-obatan yang
menyebabkan atau memperberat ulkus peptik
Mengatur jadwal makan untuk menghindari
lambung kosong dengan jenis makanan yang
lunak dan mudah dicerna.
DISPEPSIA
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/ gejala
klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut
bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan.
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang
dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe:
 Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :
 Nyeri epigastrum terlokalisasi
 Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida
 Nyeri saat lapar
 Nyeri episodik
 Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala:
 Mudah kenyang
 Perut cepat terasa penuh saat makan
 Mual
 Muntah
 Rasa tak nyaman bertambah saat makan
 Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas)
Pengobatan
 Antasida
 Antikolinergik
 Antagonis resetor H2
 Sitoprotektif (misoprostol)
 Golongan prokinetik (domperidon,
metoklopramid)
DIARE
 Definisi
Diare adalah terjadinya BAB 3 kali atau lebih sering sehari dengan
konsistensi lembek atau cair yang tidak seperti biasa.
Bayi yang mendapat ASI saja, dapat BAB 4-5 kali sehari, ini bukan
diare.
 Patofisiologi
Terganggunya absorpsi air dan elektrolit karena kerusakan sel-sel
mukosa usus oleh invasi bakteri.
Keluarnya cairan dan elektrolit dari dinding usus oleh karena
rangsangan biokimia toksin yang dikeluarkan bakteri serta invasi
bakteri ke dalam mukosa usus
 Masalah yang dihadapi
 Dehidrasi
 Kekurangan elektrolit
Kebutuhan Antimikroba
Antimikroba diperlukan hanya pada kasus-kasus diare
spesifik
 kolera
 Shigelosis
 Amubiasis
 Giardiasis
OBAT GASTROINTESTINAL
SYSTEM
 ANTITUKAK
 ANTISPASMODIK
 ANTIDIARE
 PENCAHAR
 ANTIHEMOROID
 OBAT UNTUK GANGGUAN SEKRESI PENCERNAAN
19
ANTITUKAK
 ANTACIDA
 ANTAGONIS RESEPTOR H2
 PENGHAMBAT POMPA PROTON
 ANTIMUSKARINIK
 KHELAT & SENYAWA KOMPLEK
 ANALOG PROSTAGLANDIN

20
Senyawa kimiawi yang dihasilkan lambung adalah :
1. Asam HCl ,Mengaktifkan pepsinogen menjadi
pepsin. Sebagai disinfektan, serta merangsang
pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin
pada usus halus
2. Lipase , Memecah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol. Namun lipase yang dihasilkan sangat
sedikit
3. Renin , Mengendapkan protein pada susu (kasein)
dari air susu (ASI). Hanya dimiliki oleh bayi.
4. Mukus , Melindungi dinding lambung dari
kerusakan akibat asam HCl.
Fungsi HCI Lambung :
1. Merangsang keluamya sekretin
2. Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah
protein.
3. Desinfektan
4. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi
merangsang empdu mengeluarkan getahnya.
21
ANTACIDA

FARMAKOLOGI

Antacida adalah kelompok obat yang mempunyai kemampuan untuk


menetralkan asam lambung (HCl) atau mengikat.
Prinsip kerjanya adalah tidak mengurangi vulome HCl yang dikeluarkan oleh
lambung, tetapi peninggian pH akan menurunkan aktivitas pepsin.
Umumnya antacida merupakan basa lemah dan terbagi dua golongan yaitu :
1. antacida sistemik dan 2. antacida nonsistemik
absorpsi dalam usus halus absorpsi tdk dalam usus
dpt menimbulkan alkalosis metabolik tdk menimbulkan alkalosis metabolik
Natrium bikarbonat aluminium, magnesium, bismut,
kalsium
INDIKASI
 Antacida masih bermanfaat dlm terapi penyakit saluran cerna dan sering kali
digunakan dlm self medication untuk berbagai keluhan lambung.
 Akibat iklan yang berlebihan maka terjadi penggunaan antacida yang
berlebihan, sehingga pengobatan tidak tepat, benar dan rasional.
 Antacida seringkali dapat meringankan gejala yang muncul pada penyakit
dispepsia tukak maupun bukan tukak, serta pada penyakit gastroesofagitis.
KONTRAINDIKASI
 Penderita gagal ginjal (hipermagnesemia), jantung atau kehamilan.
EFEK SAMPING
 Sindroma susu alkali.
 Batu ginjal, osteomalasia dan osteoporosis.
 Neurotoksisitas (pada penderita gagal ginjal).
 Saluran cerna (Mg akibat diare, Al akibat obstruksi)

23
DOSIS
 Pemberian antacida paling baik manakala gejala muncul atau diperkirakan
akan muncul.
 Lazim diberikan di antara waktu makan dan sebelum tidur, 4 x sehari atau
lebih. Dosis tambahan jika diperlukan yaitu sampai interval setiap jam.
 Pemilihan sediaan antacida tergantung pada kapasitas penetralan, kandungan
ion natrium, efek samping, palatibilitas, dan kemudahan penggunaannya.

INTERAKSI
 Mengurangi absorpsi berbagai obat misalnya INH, penisilin, tetrasiklin,
nitrofurantoin, asam nalidiksat, sulfonamid, fenilbutazon, digoksin dan
klorpromazin.
 Antacid sistemik dapat meningkatkan pH urin, sehingga menurunkan ekskresi
amin misalnya kina dan amfetamin serta meningkatkan ekskresi salisilat.

24
I. ANTACID SISTEMIK
NATRIUM BIKARBONAT. Dengan cepat menetralkan asam lambung karena
daya larutnya tinggi, dengan reaksi kimia sbb:
NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2
CO2 menimbulkan efek carminative yang menyebabkan sendawa, distensi
lambung sampai perforasi, alkalosis metabolik sehingga dapat menyebabkan
retensi natrium dan udem. Obat ini sudah jarang digunakan sebagai antacida,
hanya untuk asidosis metabolik, alkalisasi urin lokal pruritus.
Tersedia dalam bentuk tablet 500 – 1000 mg/tablet. Dosis yang dianjurkan
yaitu 1 – 4 gram.
Pemberian dosis besar NaHCO3 atau CaCO3 bersama-sama susu atau krim pada
pengobatan tukak peptik dapat menimbulkan sindrom alkali susu (milk alkali
syndrome).

II. ANTACID NON SISTEMIK


1. ALUMINIUM HIDROKSIDA (Al (OH)3. Reaksinya sbb:
Al (OH)3 + 3 HCl AlCl 3 + 3 H2O
Daya penetralannya asam lambung lambat, tetapi kerjanya lebih
panjang. Antacida ini mengadsorpsi pepsin dan menginaktivasinya.
Selain itu antacida ini juga bersifat demulsen dan adsorben.

25
ALUMINIUM dan/atau MAGNESIUM
FARMAKOLOGI
* Senyawa ini relatif tidak larut dalam air seperti Magnesium Karbonat,
hidroksida, dan trisilikat serta aluminium glisinat dan hidroksida, bekerja
lama dalam lambung, sehingga tujuan pemberian antasida tercapai.
• Senyawa ini menetralkan asam lambung, secara adsorptif.
• Senyawa ini juga akan bereaksi dengan fosfat membentuk Aluminium fosfat
yang sukar diabsorpsi di usus kecil, sehingga ekskresi fosfat melalui urin
berkurang sedangkan melalui tinja akan bertambah.
• Pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal, penggunaan senyawa ini
jangka panjang akan mengakibatkan osteomalasia (karena berkurangnya
fosfat dan menyebabkan hiperparatireodismus).
• Sediaan yang mengandung Magnesium dapat menyebabkan diare,
sedangkan yang mengandung Aluminium mungkin dapat menyebabkan
konstipasi.
• Manfaat sediaan campuran dibanding dengan tunggal belum jelas. Sehingga
penggunaan hidrotalsit tidak menunjukkan manfaat khusus.

26
ALUMINIUM HIDROKSIDA

Indikasi
Dispepsia, hiperfosfatemia
Kontraindikasi
Hipofosfatemia
Peringatan
Pemberian antasida bersama-sama dengan obat harus dihindari
karena kemungkinan dapat mengganggu absorpsi obat lain.
Nama dan bentuk sediaan
• Antasida Aluminium tersedia dalam bentuk suspensi Al(OH)3 gel
yang mengandung 3,6 – 4,4 % Al2O3. Dosis yang dianjurkan 8 ml.
• Juga tersedia dalam bentuk tablet Al(OH)3 yang mengandung
50% Al2O3.
Satu gram Al(OH)3 dapat menetralkan 25 mEq. Asam. Dosis
tunggal 0,6 gram.

27
Nama dan bentuk sediaan

• Alukol (PIM) tablet 500 mg (B)


• Antasida DOEN* (OGB) tablet kombinasi Al(OH)3 dan MgOH.
• Maagtab* (Erela) tablet (B) Suspensi : Tab. Kunyah.
• Kombinasi Al(OH)3 , MgOH, Simetikon : Aluminium Hidroksida dan Magnesium
Trisilikat* (OGB) tablet (B).
• Alumy* (Coronet) Suspensi; tablet (B).
• Aludona D* (Armoxindo) tablet (B).
• Decamaag* (Harsen) Suspensi; tablet (B).
• Decamaag Forte* suspensi; tablet (B).
• Dexanta* (Dexa Medica) suspensi;tablet (B).
• Gelusil II*, Gelusil MPS* (warner Lambert PD Ind.) Suspensi; tablet (B).
• Gestabil* (Combiphar) Suspensi; tablet (B).
• Maalox* Maalox Plus* (Rhone Poulene Rorer Ind.) Suspensi; tablet (B).
• Mylanta* (Warner-Lambert PD Ind.) Suspensi; tablet (B).
• Neo Gastrolet* (Phapros) tablet (B).
• Promag* (Kalbe Farma) tablet (B).
• Waisan* (Bintang Toedjoeh) Serbuk; Suspensi (B).

28
MAGNESIUM KARBONAT
Indikasi
Dispepsia.
Kontraindikasi
Hipofosfatemia.
Efek samping
Diare, bersendawa karena terlepasnya CO 2
Peringatan
Pemberian antasida bersama-sama dengan obat harus dihindari karena
kemungkinan dapat mengganggu absorpsi obat lain.
Nama dan bentuk sediaan
Aludonna* (Armoxindo) Suspensi; tablet (B).
Noglumin* (Hexpharm) tablet (B).
Saclon* (Eisai Ind.) tablet (T).

29
MAGNESIUM TRISILIKAT
Indikasi
Dispepsia.
Kontraindikasi
Hipofosfatemia.
Efek samping
Diare.
Peringatan
Pemberian antasida bersama-sama dengan obat harus dihindari karena
kemungkinan dapat mengganggu absorpsi obat lain.
Nama dan bentuk sediaan
 Gastralex* (Pharmac Apec) Suspensi; tablet (T).
 Gelusil* (Warner-Lambert Ind.) suspensi; tablet (B).
 Promag* (Kalbe Farma) Suspensi; tablet (T).
 Sanmag* (Sanbe) Suspensi; tablet (Ps).
 Stomagel* (Darya Varia) Gel; (B).
 Waisan* Waisan Forte* (Bintang Toedjoe) Serbuk (B).

30
ALUMINIUM MAGNESIUM KOMPLEKS
Indikasi
Dispepsia.
Kontraindikasi
Hipofosfatemia.
Efek samping
Diare ataupun konstipasi
Peringatan
Pada penderita gangguan ginjal dan pemberian bersama-sama obat lain.
Nama dan bentuk sediaan
 Talsit* (Bayer Ind.) Suspensi 500 mg / 5 ml; tablet 500 mg. (B)
 Waisan Forte (Bintang Toedjoeh) Serbuk (B).

31
SEDIAAN YANG MENGANDUNG SENYAWA LAIN :

• Senyawa lain ini sering kali ditemukan dalam sediaan tunggal maupun
kombinasi.
• Simetikon (bentuk aktif dimetikon, yang dapat diberikan sendiri atau
ditambahkan kedalam antasida sebagai antibuih untuk meringankan kembung
(Flatulen). Sedangkan senyawa alginat ditambahkan mungkin bermanfaat
melindungi mukosa esofagus dari refluks gastroesofageal.
Nama dan bentuk sediaan
• Aeropax* (Rama) Emulsi 50 mg / 5 ml (B).
• Aeroson* (Soho) tablet 40 mg (B).
• Emka Gasmag* (Mudita Karuna) tablet kunyah 80 mg. (B).

32
NATRIUM BIKARBONAT
Indikasi
Meringankan dispepsia dengan cepat, alkalinisasi urin.
PERHATIAN KHUSUS
Pemberian antacida yang mengandung natrium dengan kadar tinggi, seperti
magnesium trisilikat, harus dihindari pada pasien yang sedang diet
garam(pada gagal jantung, gangguan hati dan ginjal).
Efek Samping
Bersendawa, alkalosis pada penggunaan jangka panjang.
DOSIS
Dewasa 1 – 2 tablet; Anak ½ - 1 tablet.
NAMA DAN BENTUK SEDIAAN
Antimaag* (Pyridam) tablet (B)

33
ANTACIDA DENGAN BISMUT DAN KALSIUM
FARMAKOLOGI
• Antacida yang mengandung Bismut ini bersifat neurotoksik, menyebabkan
ensefalopati, dan cenderung menyebabkan konstipasi. Oleh karena itu
antacida golongan ini sebaiknya dihindari dalam terapi (kecuali khelat).
• Antacida yang mengandung kalsium akan meningkatkan sekresi asam
lambung; penggunaan dosis besar jangka panjang akan mengakibatkan
hiperkalsemia dan alkalosis, serta memicu sindrom susu-alkalis.

• NAMA DAN BENTUK SEDIAAN


New Sybarin (Kaliroto) tablet 125 mg (T).
Neo Adiar* (Erela) Kaplet Ss. 125 mg (T).
Diaryn* (Konimex) tablet (T).

34
ANTAGONIS RESEPTOR H2
FARMAKOLOGI
Semua antagonis reseptor H2 menyembuhkan tukak
lambung dan duodenum dengan cara mengurangi sekresi
asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H2.
Dengan demikian akan mengakibatkan perubahan
pepsinogen menjadi pepsin juga menurun.
Simetidin dan Ranitidin menghambat reseptor H2 secara
selektif dan reversibel. Oleh karena itu pemberian kedua
macam obat tersebut akan menghambat sekresi cairan
lambung (asam lambung)
FARMAKOKINETIK
• Bioavailabilitas oral simetidin sekitar 70% sama dengan
setelah pemberian iv atau im. Ikatan protein plasma 20%.
• Absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan, sehingga
simetidin diberikan dc atau pc dengan maksud untuk
memperpanjang efek pada periode pasca makan.
35
• Simetidin masuk ke dalam SSP dengan kadarnya dalam cairan spinal
10 – 20% dari kadar serum.
• Sekitar 50 – 80% dari dosis iv dan 40% dari dosis oral simetidin
diekskresi dalam bentuk asal dalam urin. Masa paruh eliminasinya
sekitar 2 jam.
• Bioavailabilitas ranitidin yang pemberiannya secara oral sekitar 50%
dan akan meningkat pada pasien penyakit hati.
• Masa paruhnya sekitar 1,7 – 3 jam pada orang dewasa, dan
memanjang pada orang tua dan pada pasien gagal ginjal.
• Kadar puncak plasma dicapai dalam 1 – 3 jam setelah penggunaan
150 mg ranitidin secara oral, dan terikat protein plasma hanya 15%.
• Sekitar 70% dari ranitidin secara iv dan 30% secara oral diekskresi
lewat urin dalam bentuk asal.
Efek samping
* Insiden ESO kedua obat tersebut rendah dan umumnya berhubungan
dengan penghambatan terhadap reseptor H 2. ESO antara lain :

36
nyeri kepala, pusing, malaise, mialgia, mual, diare, konstipasi, ruam
kulit, pruritus, kehilangan libido dan impoten.
• Simetidin mengikat reseptor androgen yang berakibat disfungsi
seksual dan ginekomastia. Ranitidin tidak berefek antiandrogenik
sehingga penggantian terapi dengan ranitidin mungkin akan
menghilangkan impotensi dan ginomastia akibat simetidin.
• Simetidin iv akan merangsang sekresi prolaktin, tetapi ranitidin
pengaruhnya kecil terhadap sekresi prolaktin.
INTERAKSI
• Antacid dan metoklopramid mengurangi bioavailabilitas oral
simetidin sebanyak 20 – 30%. Diatasi dengan penggunaannya
dengan selang waktu 1 jam antara penggunaan antacid atau
metoklorpramid dan simetidin oral.
• Ketakonazol harus diberikan 2 jam sebelum pemberian simetidin,
karena absorpsi ketakonazol berkurang sekitar 50%, jika diberikan
bersama-sama.

37
• Simetidin terikat sitokrom P-450 sehingga menurunkan
aktivitas enzim mikrosom hati, jadi obat lain akan terakumulasi
bila diberikan bersama simetidin. Obat yang metabolismenya
dipengaruhi simetidin adalah warfarin, fenitoin, kafein, teofilin,
fenobarbital, karbamazepin, diazepam, propanolol, metoprolol
dan imipramin.
• Ranitidin lebih jarang berinteraksi dengan obat lain dibanding
dengan simetidin. Akan tetapi jika dengan Nifedifin, warfarin,
teofilin dan metoprolol dapat berinteraksi dengan ranitidin.
• Selain itu ranitidin juga dapat menghambat absorpsi diazepam,
sehingga kadar plasmanya turun kira-kira 25%, dimana jika
diberikan bersama-sama, maka obat-obat ini diberikan dengan
selang waktu minimal 1 jam.
• Penggunaan ranitidin bersama antacid atau antikolinergik
sebaiknya diberikan dengan selang waktu 1 jam.
• Simetidin dan ranitidin cenderung menurunkan aliran darah
hati, sehingga akan memperlambat bersihan obat lain.
38
DOSIS
• Simetidin tersedia dalam bentuk tablet 200, 300 dan 400 mg /
tablet. Dalam bentuk sirup 300 mg / 5 ml, larutan suntik 300 mg /
2 ml.
• Dosis untuk pasien tukak duodeni dewasa 4 kali 300 mg dc dan
hs; atau 200 mg dc dan 400 mg hs.
• Ranitidin tersedia dalam bentuk tablet 150 mg / tablet dan larutan
suntik 25 mg / ml, dengan dosis 50 mg im atau iv tiap 6 – 8 jam.
• Ranitidin 4 – 10 kali lebih kuat dari pada simetidin, sehingga
cukup diberikan setengah dosis simetidin;
• Lama kerja ranitidin 8 – 12 jam. Dan dosis yang dianjurkan 2 kali
150 mg / hari.
• Infus intravena : 400 mg dalam 100 ml natrium klorida 0,9% infus
intravena diberikan selama 0,5 – 1 jam (dapat diulang setiap 4 – 6
jam) atau dengan cara infus yang berkesinambungan pada laju
rata-rata 50 – 100 mg / jam selama 24 jam, maksimal 2,4 g
sehari.
• Bayi di bawah 1 tahun melalui injeksi im atau injeksi / infus iv
lambat.

39
I. SIMETIDIN
INDIKASI
Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak stomal, refluks
esofagitis, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana
pengurangan asam lambung akan bermanfaat.
PERINGATAN
* Gangguan ginjal dan hati (di atasi dengan kurangi dosis).
* Kehamilan dan menyusui injeksi iv lebih baik dihindari (infus lebih
baik), terutama pada dosis tinggi kadang-kadang menyebabkan
aritmia.
* Pada gangguan kardiovaskuler.
EFEK SAMPING
* Kebiasaan buang air besar berubah, pusing, ruam kulit, letih;
* Keadaan bingung yang reversibel, kerusakan hati yang reversibel,
sakit kepala.
* Impotensi reversibel, bradikardi, block AV.

40
DOSIS
* Oral 400 mg 2 kali sehari setelah makan pagi dan sebelum
tidur malam atau 800 mg hs. Selama 4 minggu.
* Bila perlu dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mg 4 kali
sehari atau kadang-kadang sampai maksimal 2,4 g sehari
dalam dosis terbagi;
* Anak lebih dari 1 tahun, 25 – 30 mg / kg / hari dalam dosis
terbagi.
* Dosis pemeliharaan 400 mg hs. atau 400 mg setelah makan
pagi dan sebelum tidur malam (hs).
* Refluks esofagitis : 400 mg 4 kali sehari selama 4 – 8 minggu
dan Sindrom Zollinger Ellison : 400 mg 4 kali sehari atau
kadang-kadang lebih.
* Injeksi im : 200 mg setiap 4 – 6 jam; maksimal 2,4 g sehari.
* Injeksi iv : 400 mg dalam 100 ml natrium klorida 0,9% infus
iv yang diberikan selama 0,5 – 1 jam; maksimal 2,4 g sehari.
41
NAMA DAN BENTUK SEDIAAN
I. SIMETIDIN
• Simetidin (OGB) tablet 200 mg (K).
• Blokacid (Prafa) Cairan inj. 100 mg / ml; tablet 200 mg (K).
• Cimet (Phapros) tablet 200 mg (K).
• Decamet (Harsen) tablet 400 mg (K).
• Ramet (Rama) tablet 200 mg, 400 mg (K).
• Reducid (Pratapa Nirmala) tablet 200 mg (K).
• Sanmetidin (Sanbe) kaptab Ss. 200 mg, 400 mg (K).
• Tagamet (SmithKlineBeecham Ind.) Cairan inj.100 mg / ml; kaptab Ss.
400 mg, 800 mg; Tablet Ss. 20 mg (K).
• Ulcumet (Soho) Cairan inj. 100 mg / ml; tablet 200 mg (K).
• Ulcusan (Pyridam) kapsul 200 mg, 400 mg (K).
• Ulsikur (Kalbe Farma) Cairan ihj. 200 mg / ml; tablet 200 mg, 400 mg
(K).
• Vargumeth (Varia Sekata) tablet 200 mg, 400 mg (K).

42
II. RANITIDIN
INDIKASI
Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik
kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H. pylori, sindrom
Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam lambung akan
bermanfaat.
Peringatan
Sama pada simetidin; tidak menghambat metabolisme obat mikrosom hati
secara nyata, hindarkan pada porfiria.
Efek samping
Sama dengan simetidin.
Dosis
* Oral 150 mg 2 kali sehari (mane et vesp) atau 300 mg hs. Selama 4 – 8
minggu. Pada dispepsia episodik kronis sampai 6 minggu.

43
* Pada tukak akibat AINS sampai 8 minggu; pada tukak
duodenum 300 mg dapat diberikan 2 kali sehari selama 4
minggu.
* Anak-anak (tukak lambung) 2 – 4 mg / kg 2 kali sehari,
maksimal 300 mg sehari.
* Dosis pemeliharaan 150 mg hs.
* Profilaksis tukak duodenum karena AINS : 150 mg 2 kali
sehari.
* Refluks esofagitis : 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg hs
selama ad. 8 minggu.
* Sindrom Zollinger-Ellison : 150 mg 3 kali sehari.
* Injeksi im : 50 mg setiap 6 – 8 jam.
* Injeksi iv : 25 mg / jam selama 2 jam. Dapat diulang
setiap 6 – 8 jam.
44
NAMA DAN BENTUK SEDIAAN
* Ranitidin (OGB) tablet Ss. 150 mg, 300 mg. (K).
* Gastridin (Interbat) Cairan injeksi 25 mg / ml (K).
* Graseric (Graha Farma) tablet Ss. 150 mg (K).
* Radin (Dexa Medica) Gran-Eff. 150 mg; Inj. 50 mg / 2 ml; Tablet Ss. 150 mg
(K).
* Rantin (Kalbe Farma) Cairan inj. 50 mg / ml; tablet Ss. 150 mg, 300 mg (K)
* Renatac (Pratapa Nirmala) Cairan inj. 25 mg / ml; Tablet Ss. 150 mg (K).
* Tricker (Mepofarm) Tablet Ss. 15o mg, 300 mg (K).
* Ulceranin (Otto) Cairan inj. 25 mg / ml; Kaptab. Ss. 300 mg; Tablet Ss. 150
mg (K).
* Zantac (Glaxo Wellcome Ind.) Cairan inj. 0,25 mg / ml; sirup 75 mg / 5 ml;
tablet Ss. 75 mg, 150 mg, 300 mg (K).
* Zantadin (Soho) Kaptab Ss. 300 mg; tablet Ss. 75 mg (K).

45
FAMOTIDIN
INDIKASI
Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, sindrom Zollinger-
Ellison.
PERINGATAN
Lihat pada simetidin; tidak menghambat metabolisme obat mikrosoma hati.
EFEK SAMPING
Lihat pad simetidin.
DOSIS
Pengobatan 40 mg hs selama 4 – 8 minggu; pemeliharaan: 20 mg hs.
Anak-anak tidak dianjurkan.
Refluks esofagitis, 20 – 40 mg 2 kali sehari selama 6 – 12 minggu;
pemeliharaan 20 mg 2 kali sehari. Sindrom Zollinger-Ellison 20 mg setiap 6
jam.

46
NAMA DAN BENTUK SEDIAAN
Famotidin (OGB) tablet Ss. 20 mg; 40 mg (K).
Corocyd (Coronet) tablet Ss. 40 mg (K).
Facid (Kalbe Farma) tablet 20 mg; 40 mg (K).
Famocid (Sanbe) tablet Ss. 20 mg; 40 mg (K).
Gaster (Novartis Ind.) tablet Ss. 20 mg; 40 mg (K).
Interfam (Interbat) tablet 20 mg; 40 mg (K).
Mecofam (Mecosin) tablet Ss. 20 mg; 40 mg (K).
Pepcid (Konimex) tablet Ss. 20 mg; 40 mg (K).
Pratifar (Ifars) tablet Ss. 20 mg; 40 mg (K).
Regastin (Combiphar) tablet 20 mg; 40 mg (K).
Ulcerid (Lapi) tablet Ss. 20 mg; 40 mg (K).
Ulfam (Soho) tablet Ss. 20 mg; 40 mg (K).

47
PENGHAMBAT POMPA PROTON
FARMAKOLOGI
Penghambat pompa proton yaitu omeprazol, lansoprazol, dan
pantoprazol, berfungsi sebagai penghambat asam lambung
dengan cara menghambat sistem enzim adenosin trifosfat
hidrogen-kalium (pompa proton) dari sel parietal lambung.
Penghambat pompa proton merupakan pengobatan jangka
pendek yang efektif untuk tukak lambung dan duodenum.
Selain itu dapat juga digunakan dalam kombinasi dengan
antibiotika untuk eradikasi H.pylori. Dalam hal ini hanya
omeprazol yang efektif untuk pengobatan sindrom Zollinger-
Ellison (termasuk kasus resisten terhadap pengobatan lainnya).
PERINGATAN
Penghambat pompa proton ini harus digunakan secara hati-hati
pada pasien dengan penyakit hati, kehamilan dan menyusui.
Pada pasien dengan kanker lambung, pengobatannya harus
terlebih dahulu mengeluarkan kanker tersebut.

48
OMEPRAZOL

FARMAKOLOGI
Omeprazol merupakan basa lemah yang terkumpul di
kanalikuli sekretoar dan mengalami aktivasi ditempat yang
sama. Omeprazol menurunkan sekresi asam lambung basal
dan akibat stimulasi, lepas dari jenis perangsangannya
histamin, asetilkolin atau gastrin. Oleh karena itu obat ini
bekerja di proses terakhir produksi asam lambung, lebih distal
dari AMP dan dapat menghambat sekresi asam lambung lebih
kuat dari AH2. Penghambatan maksimal bertahan selama 4 jam
tetapi produksi asam lambat kembali ke nilai normal.
Penghambatan berlangsung lama dan produksi baru kembali
ke nilai normal 3 – 5 hari setelah pemberian dosis tunggal.
Selain itu omeprazol tidak mempengaruhi sekresi pepsin.

49
FARMAKOKINETIK
Omeprazol sebaiknya diformulasi sebagai bentuk sediaan
tablet salut enterik, karena sediaan ini tidak mengalami
aktivasi di lambung, sehingga bioavailabilitasnya akan lebih
baik. Tablet yang pecah dilambung akan mengalami aktivasi,
kemudian terikat pada berbagai gugus sulfhidril mukus dan
makanan. Omeprazol mengalami metabolisme lengkap.
INDIKASI
Sama dengan AH2 yaitu pada penyakit peptik. Obat dalam
menekan produksi asam lambung lebih baik dari AH2 pada
dosis yang efek sampingnya tidak terlalu mengganggu.
EFEK SAMPING
Sakit kepala, diare, ruam, gatal-gatal, pusing, urtikaria, mual,
dan muntah, konstipasi, kembung, nyeri abdomen, lesu,
paraestesia, nyeri otot dan sendi, pendangan kabur, edema
perifer, perubahan hematologik, perubahan enzim hati dan
gangguan fungsi hati, depresi dan mulut kering.

50
DOSIS
20 mg sehari selama 4 minggu pada tukak duodenum atau 8
minggu pada tukak lambung.
Pada kasus yang berat atau kambuh ditingkatkan menjadi 40
mg sehari.
Tukak lambung karena AINS dan erosi gastroduodenum, 20
mg sehari selama 4 minggu.
NAMA DAN BENTUK SEDIAAN
Omeprazol (OGB) kapsul 20 mg (K).
Lambuzol (Bintang Toedjoe) kapsul 20 mg (K).
Losec (Merck Astra Ind.) kapsul 10 mg, 20 mg; serbuk inj. 40
mg / vial (K).
OMZ (Dexa Medica) kapsul 20 mg (K).
Protop (Interbat) kapsul 20 mg (K).
Pumpitor (Sanbe) kapsul 20 mg (K).
Socid (Soho) kapsul 20 mg (K).

51
Terima kasih

52

Anda mungkin juga menyukai