Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ANALISIS INSTRUMEN FARMASI

“ KROMATOGRAFI KERTAS”

OLEH:

NAMA/NIM : ANDI NUR HALIMAHTUSA’DIA / 51621011064

CHRISANTUS RIAN SAMA’ / 51721011102

ALFRIANA ABDULLAH / 51721011001

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS PANCASAKTI

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Obat sistem pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem
gastrointestinal dan hepatobiliar. Sistem pencernaan memiliki fungsi sebagai
berikut :
1. menerima makanan.
2. memecah makanan menjadi zat-zat gizi ( suatu proses yang disebut
pencernaan ).
3. menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah.
4. membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.
Sedangkan untuk klasifikasi obat sistem pencernaan itu sendiri antara lain
ada Antasida, H2 reseptor antagonis, Antiemetik, Antikolinergik,
Hepatoprotektor, Antibiotik, Proton pompa inhibitor, Prokinetik, Antidiare,
dan Laksatif.
Namun, secara garis besar obat sistem pencernaan dibagi menjadi empat
kategori yaitu sebagai berikut :
1. Atasida dan Antiulserasi
a. Antiulserasi digunakan untuk mengobati ulkus, luka dan tukak. Ulkus
Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena
lapisan saluran cerna telah termakan oleh asam lambung dan getah
pencernaan, seperti
1) Ulkus duodenalis atau ulkus duodenum
Merupakan jenis ulkus peptikum yang paling banyak ditemukan,
terjadi pada duodenum ( usus dua belas jari ), yaitu beberapa
sentimeter pertama dari usus halus, tepat di bawah lambung.
2) Ulkus gastrikum
Lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang lengkung
atas lambung.
3) Esofagitis ( peradangan ) dan ulkus esofagealis
Terjadi karena regurgitasi ( aliran balik ) berulang dari asam
lambung ke dalam kerongkongan bagian bawah.
4) Hiperasiditas
Keasaman berlebih dan kondisi hipersekresi asam lambung oleh
penyakit ( sindroma Zolinger Ellison, mastositosis sistemik ).
b. Antasida digunakan untuk mengobati gastritis atau maag
Gastritis atau maag terbagi menjadi beberapa golongan antara lain :
1) Gastritis bakterialis akibat infeksi oleh Helicobacter pylori ( bakteri
yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung ).
Obat yang diberikan mengandung bismuth atau antibiotik (
amoxicillin dan claritromycin ) dan obat anti-tukak ( omeprazole ).
2) Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling
berat, yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma ( cedera ).
Obat uang digunakan adalah jenis antasida ( untuk menetralkan asam
lambung ) dan anti-ulkus yang kuat ( untuk mengurangi atau
menghentikan pembentukan asam lambung ). Jika terjadi pendarahan
hebat, maka dapat dilakukan penutupan sumber perdarahan pada
tindakan endoskopi.
3) Gastritis erosif kronis, bisa merupakan akibat dari bahan iritan
seperti obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan non-
steroid lainnya penyakit Crohn , alkoholik, dan lain-lain diobati
dengan jenis antasida dan antagonis reseptor H2 misal Cimetidin dan
Ranitidian.
4) Gastritis eosinofilik, bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi
terhadap infestasi cacing gelang. Pengobatannya dapat diberikan
obat maag dengan jenis kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.
Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Obat yang digunakan yaitu jenis anti ulkus yang
menghalangi pelepasan asam lambung.
2. Obat Anti Diare
Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air
besar ( Perubahan frekuensi dan konsistensi ) dari kondisi normal. Dalam
keadaan normal, tinja mengandung 60-90% air, sedangkan pada diare,
airnya bisa mencapai lebih dari 90%.
Diare merupakan suatu gejala, dimana pengobatannya tergantung pada
penyebabnya. Untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti
difenoksilat, codein, paregorik ( opium tinctur ) atau loperamide.
Sedangkan untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin,
pektin dan attapulgit aktif.
Untuk diare yang berat atau dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di
rumah sakit dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus.
Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang
mengandung air, gula dan garam. Anti diare yang ideal harus bekerja
cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang
tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan tidak
menyebabkan ketergantungan.
Contoh obat antidiare antara lain :
a. Racecordil : memenuhi semua syarat ideal, cara kerjanya
mengembalikan keseimbangan sistem tubuh dalam mengatur
penyebaran air dan elektrolit ke usus.
b. Loperamide : golongan opioid yang bekerja dengan cara
memperlambat motilitas saluran cerna.
c. Nifuroxazide : bakterisidal terhadap E. coli, Shigella dysenteriae,
Streptococcus, Staphylococcus dan P. aeruginosa. Nifuroxazide
bekerja lokal pada saluran pencernaan.
d. Dioctahedral smectite : melindungi barrier mukosa usus & menyerap
toksin, bakteri, serta rotavirus.
3. Kolagogum, Kolelitolitik Dan Hepatik Protektor
Pada obat pencernaan golongan ini tidak langsung berkaitan dengan
saluran cerna tetapi lebih kepada fungsi hati dan empedu yang bermasalah.
Obat yang menstimulasi aliran empedu ke duodenum disebut Kolagogum.
Hingga kini, belum ada pengobatan efektif pilihan untuk penyakit hepatitis
yang kronis karena virus.
Ada beberapa zat aktif yang diindikasikan untuk masalah ini, yaitu :
a. Ursodeoksikolat, memberi efek cytoprotektif langsung dan efek pada
siklus enterohepatik pada efek korelatif potensial asam empedu dan
efek imunomodulate.
b. AARC atau asam amino rantai cabang, merupakan asam amino esensial
yang terdiri dari asam amino Valin, Leusin, dan Isoleusin. Pada
penderita penyakit hati kronis atau sirosis hati kadar AARC ini akan
menurun.
c. Chenodeoxycholic adalah asam empedu, satu dari empat asam organik
utama yang diproduksi oleh hati, disintesa hati dari kolesterol.
Indikasinya adalah untuk batu empedu kolesterol, khususnya pada
pasien yang beresiko tinggi untuk pembedahan, tidak dapat ditolong
dengan pembedahan sama sekali atau yang menolak kolesistektomi
( membuang kandung empedu yang sakit atau yang berisi batu dengan
pembedahan ).
d. Zat aktif lainnya, berasal dari alam seperti silymarin, lecitin, ekstrak
rimpangrimpangan maupun tanaman lainnya yang dalam penelitian
bermanfaat untuk kesehatan hati.
4. Obat Digestan
Obat ini membantu proses pencernaan berisi enzim-enzim atau
campurannya, berguna memperbaiki fungsi pencernaan, bermanfaat pada
defisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan. Sediaan
digestan ini antara lain :
a. Enzim pankreas Dalam sediaan dikenal sebagai pankreatin atau
pankrelipase.
b. Mengandung amilase, tripsin (protease) atau lipase. Pankrelipase
berasal dari pankreas hewan, aktivitas lipase relatif lebih tinggi dari
pankreatin.
c. Pepsin , enzim proteolitik yang kurang penting dibanding dengan enzim
pankreas.
d. Empedu, mengandung asam empedu dan konjugatnya, mengatasi batu
kolesterol kandung empedu.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pencernaan Manusia

Proses pencernaan pada manusia dapat dibedakan menjadi dua macam,


yaitu pencernaan makenik dan pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanik
adalah proses pengubahan makanan dari bentuk kasar menjadi bentuk kecil
atau halus. Proses ini dilakukan dengan menggunakan gigi di dalam mulut.
Sedangkan pencernaan kimiawi adalah proses perubahan makanan dari zat
yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana dengan enzim, yang
terjadi mulai dari mulut, lambung, dan usus. Enzim adalah zat kimia yang
dihasilkan oleh tubuh yang berfungsi mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam
tubuh.

Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan


makanan. Alat-alat pencernaan makanan pada manusia adalah organorgan
tubuh yang berfungsi mencerna makanan yang kita makan. Alat pencernaan
makanan dibedakan atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.

1. Alat Saluran Pencernaan


Sistem pencernaan melibatkan beberapa organ yang membentuk saluran
pencernaan yang saling berhubungan dengan ukuran panjang kira-kira 9
meter, serta beberapa kelenjar pencernaan untuk membantu proses
pencernaan. Saluran pencernaan terdiri atas beberapa organ, diantaranya
adalah:

a. Mulut

Mulut merupakan alat pencernaan pertama yang dilalui makanan. Di


dalam mulut, makanan mengalami pencernaaan secara mekanik dan
kimiawi. Secara mekanik, makanan dihancurkan oleh gigi yang dibantu
oleh lidah. Sedangkan, secara kimiawi, makanan dicerna oleh enzim
yang terkandung di dalam air ludah. Di dalam mulut terdapat gigi,
lidah, dan kelenjar ludah yang membantu pencernaan di dalam mulut.
1. Gigi

Gigi adalah alat bantu pencernaan yang berfungsi mengunyah


makanan. Makanan ini dipecah menjadi partikel yang lebih
kecil sehingga dapat ditelan. Proses pemecahan makanan di
mulut oleh gigi disebut pencernaan mekanik yang pertama.

Berdasarkan fungsinya, gigi dibagi menjadi tiga macam, yaitu


gigi seri, gigi taring, dan gigi geraham. Gigi seri (insisivus),
berfungsi untuk memotong makanan. Memiliki bentuk seperti pahat.
Gigi taring (kaninus), berfungsi untuk mengoyak makanan.
Mempunyai bentuk agak panjang. Gigi geraham
(molar dan premolar), berfungsi untuk mengunyah, menggiling, dan
menghaluskan makanan.

Susunan gigi masa bayi adalah gigi sulung (gigi susu). Gigi susu
mulai tumbuh saat anak berumur 6 - 8 bulan. Gigi anak tersebut akan
lengkap menjadi 20 buah, saat berumur 2,5 tahun. Susunan gigi susu
adalah 8 gigi seri, 4 gigi taring dan 8 gigi geraham. Apabila gigi susu
tanggal akan digantikan gigi permanen.

Susunan gigi masa dewasa adalah gigi permanen (gigi tetap). Gigi
permanen mulai tumbuh pada umur 6 - 8 tahun. Jumlah gigi
permanen yang lengkap adalah 32 buah. Susunannya adalah 8 gigi
seri, 4 gigi taring, 8 gigi premolar, dan 12 gigi molar. Apabila gigi
molar tanggal, maka tidak akan tumbuh gigi baru lagi.

1) Lidah
Lidah tersusun atas otot lurik yang kasar dan dilapisi selaput
mukosa. Lidah berfungsi untuk membolak-balik dan mencampur
makanan, serta membantu proses penelanan makanan. Selain itu,
lidah berperan untuk menentukan rasa makanan, karena di
permukaan lidah terdapat papila-papila pengecap. Bagian ujung
lidah dapat merasakan rasa manis, tepi depan rasa asin, tepi samping
rasa asam, dan pangkal lidah rasa pahit.

Pada pangkal lidah bagian belakang terdapat epiglotis yang


mempunyai fungsi menutup jalan pernapasan saat menelan makanan.
Sehingga, makanan tidak akan masuk ke saluran pernapasan.

2) Kelenjar ludah
Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang ada di rongga mulut.
Mempunyai fungsi untuk memproduksi larutan mukus ke dalam
mulut yang disebut ludah atau air liur atau saliva. Secara normal air
liur diproduksi sebanyak 1 - 1,5 liter setiap hari. Air liur mempunyai
komposisi air 97 - 98 %, glukoprotein, ptialin (amilase), dan garam-
garam alkali. Amilase atau ptialin merupakan enzim yang berfungsi
mengubah amilum menjadi maltosa atau glukosa. Hal ini dapat
dibuktikan apabila kamu makan roti tawar, lama kelamaan akan
terasa manis.

Air liur memiliki dua fungsi, yaitu secara mekanis dan secara
kemis. Secara mekanis, air liur berfungsi membasahi, melumasi
makanan menjadi lunak dam berbentuk pasta sehingga mudah di
telan. Sedangkan, secara kemis, air liur berfungsi melarutkan
makanan yang kering sehingga bisa dirasakan, menjaga pH mulut,
membunuh bakteri dan mencegah agar mulut tidak kering.

Kelenjar ludah di dalam mulut ada tiga, yaitu kelenjar


submandibularis, sublingualis, dan parotis. Kelenjar
submandibularis, terdapat di bawah rahang bagian tengah. Kelenjar
sublingualis, terdapat di bawah dasar rongga mulut. Kelenjar parotis,
terletak di bawah bagian depan telinga.

b. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan bentuknya seperti pipa yang panjangnya pada orang


dewasa kira-kira 25 cm. Pangkalnya adalah di leher, di belakang
tenggorok, kemudian di daerah dada di belakang jantung, menembus
sekat rongga badan di depan tulang belakang dan bermuara dalam
lambung. Satu pertiga bagian atasnya tersusun atas otot lurik, dua
pertiga bagian bawahnya terdiri atas otot polos. Makanan bergerak
melalui saluran pencernaan oleh adanya gerak peristaltik, suatu
kontraksi otot menyerupai gelombang di dalam saluran pencernaan.
Kerongkongan menyalurkan makanan dari pangkal kerongkongan
(faring) ke lambung dalam waktu 6 detik.

c. Lambung (Ventrikulus)

Lambung merupakan saluran pencernaan makanan yang melebar


seperti kantung, terletak di bagian atas rongga perut sebelah kiri, dan
sebagian tertutup oleh hati dan limpa. Makanan yang ditelan terkumpul
dalam lambung dan bercampur dengan getah lambung, sehingga
makanan menjadi encer seperti bubur. Jalan keluar lambung tertutup
rapat karena tebalnya lapisan otot lingkar yang sewaktu-waktu terbuka
untuk melewatkan bubur makanan sedikit demi sedikit ke dalam usus
halus.

Lambung terdiri atas empat bagian, yaitu bagian kardiak, fundus,


badan lambung, dan pilorus. Kardiak berdekatan dengan hati dan
berhubungan dengan kerongkongan. Pilorus berhubungan langsung
dengan usus dua belas jari. Di bagian ujung kardiak terdapat klep atau
spingter yang disebut spingter esofageal, sedangkan di ujung pilorus
terdapat spingter pilorus. Spingter esofageal berfungsi untuk menjaga
makanan agar tetap di lambung dan hanya akan terbuka pada saat
makanan masuk atau pada saat muntah.

Dinding lambung terdiri atas otot-otot yang tersusun melingkar,


memanjang, dan menyerong yang menyebabkan lambung berkontraksi.
Dinding lambung mengandung sel-sel kelenjar yang berfungsi
menghasilkan getah lambung. Makanan yang masuk ke dalam lambung
tersimpan selama 2 – 5 jam. Selama makanan ada di dalam lambung,
makanan dicerna secara kimiawi dan bercampur dengan getah lambung.
Proses pencampuran tersebut dipengaruhi oleh gerak peristaltik.

Getah lambung adalah campuran zat-zat kimia yang sebagian besar


terdiri atas air, asam lambung ( HCl), serta enzim pepsin, renin, dan
lipase. Getah lambung bersifat asam karena mengandung banyak asam
lambung. Asam lambung berfungsi untuk membunuh kuman penyakit
atau bakteri yang masuk bersama makanan, mengubah sifat protein, dan
mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.

Pepsin berfungsi memecah protein menjadi pepton dan proteosa.


Enzim renin berfungsi menggumpalkan protein susu (kasein) yang
terdapat dalam susu. Lipase adalah enzim yang menghidrolisis
trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Dinding lambung juga
menghasilkan hormon gastrin yang berfungsi untuk pengeluaran
(sekresi) getah lambung.

Makanan dicerna oleh otot lambung dan enzim sehingga makanan


menjadi lembut seperi bubur dan disebut kim. Otot pilorus yang
membentuk klep akan mengatur keluarnya kim sedikit demi sedikit dari
lambung ke duodenum. Otot pilorus yang mengarah ke lambung akan
mengendur jika tersentuh kim yang bersifat asam, sebaliknya otot
pilorus yang mengarah ke duodenum akan mengerut jika tersentuh kim.

d. Usus Halus

Makanan yang telah menjadi bubur (kim) karena mengalami


pencernaan di lambung masuk ke usus halus. Usus halus memiliki
panjang kurang lebih 6 meter. Di dalam usus halus makanan mengalami
proses pencernaan dan absorpsi. Permukaan dalam usus halus
susunannya berupa lipatan-lipatan yang memiliki vili (jonjot) sehingga
memperluas penyerapan. Vili banyak mengandung pembuluh darah dan
limfa.

1) Usus dua belas jari (duodenum)


Usus dua belas jari berukuran panjang kurang lebih 25 sentimeter.
Makanan dari lambung bersifat asam, kemudian masuk ke usus dua
belas jari. Sifat asam ini akan merangsang dinding usus untuk
mensekresikan hormon-hormon seperti hormon sekretin dan hormon
kolesistokinin. Hormon sekretin yang berfungsi untuk merangsang
getah pankreas yang terdiri atas enzim-enzim seperti enzim tripsin,
amilase, dan lipase. Sedangkan Hormon kolesistokinin berfungsi
untuk merangsang empedu. Getah empedu dibuat di dalam hati dan
disimpan di dalam kantong empedu. Getah empedu mengandung zat
warna empedu yang disebut dengan bilirubin dan garam empedu,
yaitu natrium glukolat.

2) Jejunum
Jejunum memiliki panjang sekitar 2 - 3 meter. Permukaannya
lebih lebar, dindingnya lebih tebal, serta lebih banyak mengandung
pembuluh darah. Di dalam jejunum makanan mengalami proses
pencernaan secara kimiawi yang dibantu oleh enzim-enzim
pencernaan yang dihasilkan usus ini. Enzimenzim tersebut adalah:
a) laktase, enzim yang mengubah laktosa menjadi glukosa.
b) dipeptidase, mengubah pepton menjadi asam amino.
c) enterokinase, mengaktifkan tripsinogen maltase, mengubah
maltosa menjadi glukosa.
d) disakanase, mengubah disakarida menjadi monosakarida.
e) sukrase, mencerna sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
f) lipase, mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak.
g) peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam amino.

3) Ileum
Ileum memiliki panjang kurang lebih 4 - 5 meter. Di dalam usus
ini terjadi proses penyerapan (absorpsi) zat-zat makanan. Permukaan
dinding dalam ileum terdapat vili sehingga proses penyerapan zat
makanan lebih luas dan sempurna.

Absorpsi zat-zat makanan di dalam usus halus dilakukan oleh


pembuluh darah kapiler dan saluran limfa yang terdapat dalam
permukaan vili. Glukosa, asam amino, vitanium, air, dan mineral,
diabsorpsi pembuluh darah kapier, dibawa menuju hati melalui vena
porta. Di dalam hati, sebagian mengalami perubahan bentuk lain dan
sebagian diedarkan ke seluruh tubuh melalui vena hepatika.
Sedangkan, asam lemak dan gliserol diserap oleh pembuluh limfe
(pembuluh kil).

Asam amino diabsorpsi secara cepat di duodenum dan jejunum.


Di dalam usus halus selain pencernaan secara kimia juga pencernaan
secara mekanik, yaitu gerakan peristaltik. Dengan gerakan peristaltik
inilah kim dapat bergerak dan meningkatkan absorpsi zat-zat
makanan.
e. Usus Besar (Kolon)

Usus besar pada umumnya terdiri atas usus besar ascending


(menaik), transvers (melintang), descending (menurun), dan berakhir
pada rektum, yaitu bagian berotot yang mengeluarkan kotoran melalui
anus. Usus besar tidak memiliki villi sehingga tidak terjadi penyerapan
sarisari makanan, tetapi terjadi penyerapan air sehingga feses menjadi
lebih padat. Pada kolon juga terjadi proses pembusukan sisa pencernaan
(yang tidak dapat diserap usus halus) oleh bakteri Escherichia coli yang
menghasilkan gas H2S, NH4, indole, skatole, dan vitamin K (berperan
dalam proses pembekuan darah).

Jika dalam dinding usus besar seseorang terinfeksi, akibatnya


penyerapan air akan terganggu, sehingga wujud feses dalam keadaan
cair yang disebut dengan gejala diare. Apabila seseorang menahan
buang air besar, maka akan menyebabkan penyerapan air yang
berlebihan sehingga feses menjadi keras yang disebut dengan konstipasi
(sembelit) yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah vena
sekitar anus yang gejalanya disebut dengan hemoroid (ambeien).

f. Anus

Di dalam usus besar, feses didorong secara teratur dan lambat oleh
gerakan peristaltik menuju ke rektum (poros usus) yang merupakan
bagian akhir dari saluran pencernaan. Bagian bawah poros usus itu
akhirnya bermuara pada lubang dubur yang nantinya mengeluarkan
feses. Gerakan peristaltik dikendalikan oleh otot polos (otot tak sadar).
Akan tetapi, pada saat buang air besar otot spingter di anus dipengaruhi
oleh otot lurik (otot sadar). Jadi, proses defekasi (buang air besar)
dilakukan dengan sadar, yaitu dengan adanya kontraksi otot dinding
perut yang diikuti dengan mengendurnya otot spingter anus dan
kontraksi kolon serta rektum. Akibatnya, feses dapat terdorong ke luar
anus.

2. Kelenjar Pencernaan

Selain enam alat pencernaan di atas, terdapat 2 organ yang berfungsi


sebegai kelenjar pencernaan, yaitu hati dan pankreas. Kelenjar pencernaan
berfungsi menghasilkan enzim-enzim pencernaan.

a) Hati

Sari-sari makanan yang diserap usus halus akan melewati hati


terlebih dahulu. Hati berfungsi sebagai pengatur keseimbangan zat
makanan dalam darah dan sebagai pensekresi empedu. Empedu
mengandung garam-garam empedu, pigmen empedu, air, dan kolesterol.
Garam-garam empedu berfungsi menurunkan tegangan butir lemak agar
dapat diemulsikan sehingga mudah diserap. Selain itu, empedu juga
menghasilkan pigmen bilirubin dan biliverdin. Pigmen ini memberi
warna cokelat pada feses.

Dalam metabolisme karbohidrat, hati berfungsi untuk :


1) Menyimpan glikogen.
2) Mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa.
3) Glukoneogenesis (pengubahan molekul-molekul lemak, protein, dan
laktat menjadi glukosa).
4) Membentuk senyawa kimia penting dari hasil perantara metabolisme
karbohidrat.

Hati berfungsi sangat penting terutama untuk mempertahankan


konsentrasi gula dalam darah. Pada metabolisme protein, hati berfungsi
untuk:
1) Pembentukan sebagian besar lipoprotein.
2) Pembentuk sejumlah besar kolesterol dan fosfolipid.Mengubah
sejumlah besar karbohidrat dan protein menjadi lemak.
3) Deaminasi asam amino, yaitu pengurangan gugus amin (-NH2) pada
asam amino.
4) Pembentukan urea, untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh.
5) Pembentukan plasma protein.
6) Interkonversi di antara asam amino yang berbeda untuk proses
metabolisme tubuh.

b) Kelenjar Pankreas
Cara hati mengatur keseimbangan zat makanan dalam darah adalah
bekerja sama dengan insulin dan glukosa yang dihasilkan oleh
pankreas. Bila kadar gula darah berlebihan, insulin akan merangsang
hati untuk mengabsorpsi glukosa dan mengubahnya menjadi glikogen.
Dengan begitu, kadar glukosa darah menjadi normal kembali.

Ada empat cara insulin untuk menurunkan kadar glukosa darah,


yaitu pertama, insulin merangsang sel-sel tubuh untuk menyerap lebih
banyak glukosa dari darah. Kedua, insulin meningkatkan kecepatan
reaksi respirasi seluler yang menggunakan glukosa. Ketiga, insulin
merangsang hati untuk mengabsorpsi glukosa darah. Keempat, insulin
merangsang selsel lemak untuk mengambil glukosa dan mengubahnya
menjadi lemak.

Selain menghasilkan insulin, pankreas juga menghasilkan glukagon,


yaitu hormon yang dapat merangsang hati untuk mengubah glikogen
hati menjadi glukosa dan mengeluarkan glukosa jika kadar glukosa
dalam darah rendah.

3. Ganguan Pencernaan

Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola


makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara
gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis,
kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis). Kelainan dan penyakit
pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut:

a. Diare
Diare merupakan keadaan buang air besar yang terjadi terlalu sering
dengan feses yang banyak mengandung air. Diare menyebabkan tubuh
kehilangan banyak air. Diare yang berlangsung lama menyebabkan
dehidrasi. Dehidrasi akan menyebabkan tubuh terasa lemas karena
banyak kehilangan air dan garam mineral. Penyebab penyakit diare
antara lain ansietas (stres), peradangan usus (misalnya kolera, disentri),
kekurangan gizi (misalnya kelaparan, kekurangan zat putih telur),
keracunan makanan atau tidak tahan terhadap makanan tertentu.
b. Sembelit
Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat.
Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras
dan kering. Sembelit ini disebabkan karena kurang mengonsumsi
makanan yang berupa tumbuhan atau berserat. Untuk mencegah
sembelit, sebaiknya banyak minum air putih dan makan makanan yang
banyak mengandung serat.

c. Maag
Maag adalah luka pada lapisan lambung atau usus dua belas jari
yang dikenal dengan sakit maag. Luka akan lebih parah kalau lambung
dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya
akan mengakibatkan pendarahan pada lambung. Dinding lambung
diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika
pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan menghidrolisis atau
mengikis bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Gejala
umum penyakit maag adalah pegal-pegal di punggung selama beberapa
hari atau beberapa minggu. Gejala ini terjadi 2 – 3 jam setelah makan
atau terjadi tengah malam ketika perut kosong. Gejala-gejala lainnya
yaitu berat badan berkurang, kurang nafsu makan, mual, dan muntah-
muntah.

d. Radang Usus Buntu


Radang usus buntu akibat dari infeksi yang terjadi pada usus buntu.
Gejala penyakit ini adalah sakit perut. Sakit perut yang dirasakan
biasanya di perut bagian bawah sebelah kanan. Radang usus buntu
terjadi jika lubang yang menghubungkan usus buntu dengan usus besar
tersumbat. Penyumbatan dapat terjadi karena lendir yang menebal atau
masuknya benda keras. Lendir ini lama-kelamaan akan mengeras dan
menyumbat lubang usus buntu. Selanjutnya, bakteri yang secara alami
berada dalam usus buntu menginfeksi dinding usus buntu. Infeksi inilah
yang menyebabkan usus buntu meradang dan menimbulkan rasa sakit.

e. Radang pada Dinding Lambung (Gastritis)


Radang dinding lambung merupakan peradangan yang terjadi pada
membran mukus yang melapisi lambung. Gejala radang dinding
lambung misalnya kesulitan bernapas, feses hitam bercampur darah,
sakit kepala, dan rasa tidak nyaman di perut bagian atas. Radang
dinding lambung dapat disebabkan oleh alergi terhadap makanan
tertentu, alkohol, obat-obatan, racun, dan bakteri tertentu.

2.2 Senyawa Asam


Dilambung setiap hari dibentuk ± 2-3 liter getah lambung yang terdiri dari
lendir lambung, HCl dan pepsin yang bereaksi asam kuat ( pH 0,8-1,5 ). Pada
kekurangan asam, sebagai penggantian asam dapat dipergunakan HCl dan
berbagai senyawa asam, yaitu seperti :
1. Betain hidroklorida Sebuah senyawa alami yang telah menarik bagi
perannya dalam osmoregulasi. Sebagai obat, hidroklorida betaine telah
digunakan sebagai sumber asam klorida dalam pengobatan
hypochlorhydria. Betaine juga telah digunakan dalam pengobatan
gangguan hati, karena hiperkalemia, untuk homocystinuria, dan gangguan
pencernaan.
2. Asam glutamate hidroklorida Sintesis asam glutamate hidroklorida terjadi
ketika asam L Glutamat diperoleh dengan menggunakan corynebacterium
glutamicum,dengan tangki anaerob yang berisi glukosa (sumber C) dan
ureum (sumber N). Dengan oksidasi yang tidak sempurna terhadap
glukose, terjadi asam α- ketoglutarat setelah aminasi reduktif terbentuk
asam glutamat.
HCl getah lambung menyebabkan perubahan pepsinogen. Pada
kekurangan asam, tidak terjadi pengaktifan pepsinogen sehingga penguraian
protein tidak berlangsung. Stimulasi sekresi getah lambung mungkin
disebabkan oleh sediaan pahit, apetitif, dan kofein.
Penggunaan senyawa asam saja kurang memadai karena jumlah senyawa
yang bereaksi asam dalam sediaan sangat sedikit dan dinetralisasikan oleh
makanan, sehingga untuk maksud tersebut perlu penambahan enzim
pencernaan seperti :
a) Ekstrak lambung.
b) Pankreatin ( ekstrak pankreas yang terdiri dari proteinase, lipase, dan
amylase ).
2.3 Antasida
Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi terhadap
akibat yang ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung. Secara
alami lambung memproduksi suatu asam yang disebut asam klorida yang
berfungsi untuk membantu proses pencernaan protein. Asam ini secara alami
mengakibatkan kondisi isi perut menjadi asam, yakni antara kisaran PH 2-3.
Lambung, usus dan esophagus sendiri ( yang juga terdiri dari protein )
dilindungi dari kerja asam melalui beberapa mekanisme. Apabila kadar asam
yang dihasilkan oleh lambung terlalu banyak maka mekanisme perlindungan
ini tidak terlalu kuat atau kurang kuat dalam melindungi lambung, usus dan
esophagus terhadap kerja asam lambung mengakibatkan kerusakan pada
organ-organ tersebut dan menghasilkan gejala seperti rasa sakit pada perut
dan ulu hati terasa terbakar.
Umumnya antasida merupakan basa lemah, biasanya bisa terdiri dari zat
aktif yang mengandung alumunium hidroksida atau karbonat, magnesium
hidroksida atau karbonat, dan kalsium. Terkadang antasida dikombinasikan
juga dengan simetikon yang dapat mengurangi kelebihan gas. Antasida
bekerja dengan cara menetralkan kondisi terlalu asam. Selain itu, antasida
juga bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim pepsin yang aktif
bekerja pada kondisi asam. Enzim ini diketahui juga berperan dalam
menimbulkan kerusakan pada organ saluran pencernaan manusia.
Beberapa jenis antasida tersebut memiliki perbedaan terutama dalam efek
menetralkan asam lambung. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan hal ini
adalah ANC ( antacid neutralizing capacity ). ANC disajikan dalam bentuk
perbandingan mEq, dan FDA mengklasifikasikan per dosis antasida harus
punya efek menetralkan asam sebesar ≥ 5 mEq per dosisnya. Antasida yang
baik harus punya kemampuan penetralan yang baik dan juga cepat. Natrium
bikarbonat dan kalsium karbonat memiliki kemampuan menetralkan yang
terbesar tapi penggunaan jangka panjang sebaiknya dihindari karena efek
samping yang mungkin dapat terjadi.
Kemampuan melarut antasida dalam asam lambung berbeda-beda.
Natrium bikarbonat dan magnesium oksida mempunyai kemampuan melarut
yang cepat dan menghasilkan efek buffer yang relative cepat, sedangkan
aluminium hidroksida dan kalsium karbonat memiliki kemampuan melarut
yang agak lambat.
Perbedaan lain di antara antasida adalah lama kerjanya ( berapa lama
antasida menghasilkan efek menetralkan asam lambung ). Natrium bikarbonat
dan magnesium oksida memiliki lama kerja yang pendek, sedangkan
aluminium hidroksida dan kalsium karbonat memiliki lama kerja yang lebih
panjang. Kombinasi antara aluminium dan magnesium memiliki kemampuan
penetralan dalam skala menengah. Antasida yang mengandung kalsium dapat
mengontrol keasaman di lambung sekaligus sebagai suplementasi kalsium.
Antasida ini terdiri dari dua tipe yaitu yang memiliki efek sistemik dan non
sistemik.
1. Antasida Sistemik Antasida sistemik adalah antasida yang ion-ionnya
dapat diserap oleh usus halus sehingga mengubah keseimbangan asam
basa dan elektrolit dalam tubuh dan dapat terjadi alkalosis. Jenis antasida
yang termasuk golongan ini adalah Na-Bikarbonat. Obat ini merupakan
salah satu obat anti tukak. Unsur aktif dalam soda pengembang kue, sangat
larut dan bereaksi hampir seketika dengan asam hidroklorida : NaHCO3 +
HCl → NaCl + H2O + CO2 Tetapi, senyawa ini sangat larut dan diabsorpsi
cepat dari usus. Jadi, ia bisa meningkatkan alkalosis sistemik dan retensi
cairan serta direkomendasikan untuk penggunaan jangka lama. Efek
samping yang dapat terjadi yaitu kelebihan natrium menyebabkan
hipernatremia dan retensi air, alkalosis metabolik karena kelebihan
bikarbonat dan kelebihan sekresi asam ( asam rebound ), sehingga obat ini
jarang dipakai untuk mengobati anti tukak peptik.
2. Antasida Nonsistemik Antasida nonsistemik adalah antasida yang
kationnya membentuk senyawa yang tidak larut dalam usus, dan tidak
diabsorpsi sehingga tidak mempengaruhi keseimbangan asam basa dalam
tubuh. Yang termasuk golongan ini yaitu :
a. Aluminium hidroksida, bereaksi dengan asam hidroklorida dalam
bentuk yang serupa : Al(OH)3 + 3HCl → AlCl3 + 3H2O Umumnya
aluminium klorida yang terbentuk tak larut dan sering menyebabkan
konstipasi. Ia juga mengikat obat tertentu ( misalnya tetrasiklin ) dan
fosfat, yang mencegah absorpsinya. Efek atas absorpsi fosfat ini
dimanfaatkan untuk terapi pada pasien gagal ginjal kronik dan penyakit
tulang.
b. Kalsium karbonat bereaksi lebih lambat daripada natrium bikarbonat,
tetapi sangat efektif dalam menetralisasi asam lambung :
CaCO3 + 2HCl → CaCl + H2O + CO2 Tetapi, sekitar 10% kalsium
klorida yang dihasilkan akan diabsorpsi dengan kemungkinan efek
samping hiperkalsemia, sindroma susu-alkali dan „rebound‟ asam.
Sehingga, antasida ini tidak direkomendasikan untuk pemakaian
jangka lama.
c. Magnesium hidroksida ( susu magnesia ) bereaksi dengan asam hampir
secepat natrium hidroksida :
Mg(OH)2 + 2HCl → MgCl2 + 3H2O Berbeda dari natrium hidroksida,
magnesium hidroksida memperlambat pengosongan dari lambung,
sehingga memperpanjang efek netralisasinya. Garam magnesium yang
dihasilkan sukar diabsorpsi dan bersifat laksatif sehingga menimbulkan
diare. Sejumlah kecil magnesium diabsorpsi, tetapi bila terdapat
insufisiensi ginjal akan mengganggu ekskresinya ke urin sehingga
menyebabkan hipermagnesemia.

1) Struktur Kimia
a) Alumunium Hidroksida
Aluminium hidroksida merupakan obat antasida yang paling lemah
daya kerjanya. Efek samping yang tidak dikehendaki ialah konstipasi,
tetapi tidak mempengaruhi keseimbangan asam basa dalam tubuh.

b) Natrium Bikarbonat

Jika dipergunakan sekali-kali, natrium bikarbonat bekerja efektif dan


cepat. Untuk penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan, mengingat
pengaruhnya terhadap keseimbangan asam-basa dalam tubuh yang
dapat menyebabkan alkalosis. Natrium bikarbonat menyebabkan
terbentuknya gas CO2, sehingga perut menjadi kembung.
c) Magnesium Hidroksida

d) Kalsium Karbonat
Kalsium karbonat merupakan obat antasida yang kuat, cepat, dan
bekerja dalam jangka waktu yang panjang. Efek sistemik kecil jika
dibandingkan dengan natrium karbonat. Kalsium karbonat lebih efektif
dibandingkan dengan garam aluminium atau magnesium, dan efek
samping yang dapat timbul pada penggunaan obat ini ialah konstipasi.

2) Sifat Obat
Antasida mengandung basa, karena hanya basa yang dapat menetralkan
pengaruh asam. Umumnya zat-zat dengan sifat yang berlawanan, seperti
asam dan basa cenderung bereaksi satu sama lain. Reaksi asam dan basa
merupakan pusat kimiawi sistem kehidupan, lingkungan, dan proses-
proses industri yang penting. Bila larutan asam direaksikan dengan larutan
basa, maka sebagian dari ion H3O+ asam akan bereaksi dengan sebagian
ion OH- basa membentuk air.
Reaksi pada lambung : H3O+ (aq) + OH- (aq) → 2H2O
Obat ini mampu menetralkan asam lambung yang berlebihan sekaligus
meredakan rasa nyeri pada lambung. Antasida mengandung campuran
garam alumunium, magnesium, dan simetikon.
Cara kerjanya, garam alumunium dan magnesium akan mengikat asam
lambung sehingga jumlahnya berkurang. Sedangkan kandungan simetikon
berfungsi untuk membantu gas yang timbul karena asam lambung keluar
dari saluran pencernaan. Tingkat keasaman ( pH ) di lambung lalu jadi
normal kembali di kisaran 3-4, saat kadar asam lambung tinggi, ukuran pH
di lambung bisa melorot ke angka 1-2.
Saat mengonsumsi antasida ini tidak dibarengi dengan obat-obatan yang
lain. Karena bisa saja mengakibatkan reaksi yang berbeda sehingga malah
akan membuat parah. Obat ini juga tidak dianjurkan dikonsumsi dalam
jangka waktu panjang.
Karena sifat dari antasida yang hanya mengurangi asam setelah nyeri
hilang, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi obat lain guna mengurangi
produksi asam lambung yang berlebihan. Obat jenis proton pump inhibitor
bisa menjadi rujukan. Obat ini dapat mengontrol produksi asam yang
berlebihan di lambung.
3) Cara Pembuatan
Antasida mengandung kombinasi antara aluminium hidroksida dan
magnesium hidroksida. Reaksi antara suatu asam dari asam lambung dan
suatu basa dari antasida menghasilkan suasana netral. Magnesium
hidroksida yang terkandung dalam antasida merupakan senyawa anorganik
dari golongan alkali tanah.
Obat antasida umumnya diproduksi dalam bentuk kombinasi dengan
maksud untuk saling mengimbangi efek sampingnya, misalnya aluminum
hidroksida dengan efek samping konstipasi dikombinasi dengan
magnesium hidroksida yang memiliki efek laksatif. Jika terjadi banyak gas
sebaiknya menggunakan obat antasida yang mengandung simetikon yaitu
metilpolisiloksan yang diaktifkan. Obat antasida yang berbentuk tablet
kurang efektif jika dibandingkan dengan yang berbentuk bubuk atau
suspensi. Dengan demikian dianjurkan untuk mengunyah obat antasida
yang berbentuk tablet terlebih dahulu sebelum ditelan.
2.4 Koleretika
Koleretik disebut juga senyawa untuk meningkatkan sekresi empedu.
Empedu mengandung asam empedu dan konjugatnya. Zat empedu yang
penting untuk manusia ialah garam natrium asam kolat dan asam
kenodeoksikolat. Selain penting untuk penyerapan lemak, empedu juga
penting untuk absorpsi zat larut lemak misalnya vitamin A, D, E dan K.
Dalam jumlah besar, garam empedu dapat menetralkan asam lambung yang
masuk ke duodenum. Pada keadaan normal hati mensekresi ± 24 g garam
empedu atau 700 - 1000 ml cairan empedu / hari. Kira-kira 85 % empedu
diabsorpsi pada usus kecil bagian bawah ( sirkulasi enterohepatik ), sehingga
hanya 80 mg garam empedu yang harus disintesis per harinya.
Koleretik merupakan obat-obat yang bekerja pada hati, kemudian
disekresikan ke dalam empedu yang dapat menaikkan kadar air empedu
secara osmosis sehingga meningkatkan sekresi empedu. Di antara obat-obat
ini yang paling penting adalah garam dan asam empedu. Hidrokoleretik
adalah obat yang merangsang produksi empedu dengan gravitasi spesifik
yang rendah, yang diperlukan pada penyakit saluran empedu yang tidak
diserta dengan gangguan hepar.
Asam-asam empedu meningkatkan sekresi empedu ( koleretik ) tetapi
garam empedu kurang memperlihatkan aktivitas koleretik. Asam dehidrokolat
merupakan suatu kolat semisintetik yang aktif untuk merangsang empedu
dengan BM ( Berat molekul ) rendah, karena itulah dinamakan zat
hidrokoleretik.
Asam empedu telah lama dikenal sangat penting dalam penyerapan lemak
makanan dan katabolisme kolesterol. Artinya, produk akhir dari pemanfaatan
kolesterol adalah asam empedu yang disintesis dalam hati. Pada mamalia,
asam empedu yang paling umum adalah C24 steroid dengan gugus karboksil
di C-24 dan sampai tiga kelompok hidroksil pada inti steroid yang berada di
C3.
Asam empedu yang paling melimpah dalam empedu manusia adalah asam
chenodeoxycholic ( 45% ) dan asam kolat ( 31% ) yang disebut sebagai asam
empedu primer. Dalam usus asam empedu primer diubah oleh bakteri menjadi
asam empedu sekunder yang diidentifikasi sebagai deoxycholate ( dari kolat )
dan lithocholate ( dari chenodeoxycholate ).
Senyawa ini diserap oleh usus dan dikirimkan kembali ke hati melalui
sirkulasi portal. Dalam hati gugus karboksil dari asam empedu primer dan
sekunder adalah terkonjugasi melalui ikatan amida baik untuk glisin atau
taurin sebelum sekresi mereka ke dalam empedu.
Reaksi-reaksi konjugasi menghasilkan glycoconjugates dan
tauroconjugates masing-masing. Mereka di hydrolized dalam usus.
Glycoconjugates hadir antara eukariota yang hanya ada di mamalia, tapi
mereka juga terdeteksi ( dengan asam deoxycholic ) dalam bakteri laut,
Myroides sp.
1. Struktur Kimia
Asam empedu ( bile acid )
2. Pengaruh Lingkungan
Wadah penyimpanan untuk obat-obatan koleretik adalah pada wadah
yang tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
3. Sifat obat
a. Koleretik ( asam empedu ), terutama desoksikolat dengan asam lemak
dan berbagai lipid ( kolesterol, karotin ) dapat berbentuk ikatan /
senyawa molekul atau senyawa dalam.
b. Senyawa dalam berbentuk saluran yang terdiri 8 molekul asam
desoksikolat dan 1 molekul asam palmitat dinyatakan sebagai asam
koleinat.
c. Asam kolat dapat diesterifikasi selektif pada gugus 3 α hidroksil 4.
Gugus 7α dan 12α sebaliknya mudah dioksidasi, reaksi lebih dulu
terjadi pada atom C-7 karen atom H pada C-12 dilindungi secara
keruangan oleh gugus metil yang berdampingan.
4. Cara Pembuatan
Senyawa yang dapat meningkatkan pengosongan empedu yang bekerja
kolikinetik terdapat pada ekstrak daging, kuning telur, lemak, sorbit,
MgSO4, minyak atsiri. Prosedur sederhana dan cepat untuk isolasi fraksi
asam empedu menggunakan ekstraksi fase padat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam empedu mampu berfungsi
sebagai molekul sinyal gizi terutama selama siklus pakan atau cepat karena
ada fluks molekul-molekul kembali dari usus ke hati setelah makan
menginduksi. Mereka mengatur peningkatan pengeluaran energi dalam
jaringan adiposa coklat, mencegah obesitas dan resistensi terhadap insulin.
Konjugasi dari asam lemak dengan asam empedu adalah kelas baru dari
molekul disintesis dengan tujuan mengurangi kristalisasi kolesterol dalam
empedu. Di antara mereka, arachidyl amido kolat asam (Aramchol)
terbukti menjadi yang paling aktif untuk menghambat proses itu dan
mungkin potensi untuk digunakan dalam penyakit batu empedu kolesterol
pada manusia.
2.5 Obstipansia
Obstipansia merupakan salah satu golongan obat diare. Obstipansia
digunakan untuk terapi simtomatis ( mengobati gejala ) sehingga dapat
menghentikan diare. Obatobat obstipansia melalui mekanisme kerja dalam
tubuh terbagi lagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut :
1. Zat penekan peristaltik ( antimotilitas )
Secara luas digunakan sebagai terapi simtomatis pada diare akut ringan
sampai sedang dan memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan
elektrolit oleh mukosa usus, seperti : candu dan turunannya
a. CANDU : Opium, pulvis opii
Struktur Kimia : Morphine

1) Pengaruh Lingkungan
Untuk opium ( minyak mentah ), harus terlindung dari cahaya
sehingga penyimpanannya dalam wadah tertutup baik. Sedangkan
untuk opii pulvis ( serbuk opium ), harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
2) Sifat Obat
a) Termasuk golongan narkotik
b) Memiliki bau khas dan kuat
c) Serbuk coklat muda mengandung partikel coklat kekuningan
atau merah kecoklatan
d) Menekan peristaltik otot polos usus
3) Cara Pembuatan
Opium : getah yang diperoleh dengan menoreh buah Papaver
somniferum Linne ( Familia Papaveraceae ) yang belum masak,
yang dikeringkan atau dikeringkan sebagian dengan pemanasan
atau penguapan langsung, menjadi massa berbentuk tidak
beraturan. Mengandung tidak kurang dari 9,5 % morfin,
C17H19NO3, dihitung sebagai morfin anhidrat.
Opii pulvis : keringkan opium pada suhu tidak lebih dari 60 ,
serbukkan hingga derajat halus ( 85/150 ). Tetapkan kadar. Atur
kadar hingga memenuhi syarat, jika perlu tambahkan Serbuk
Opium yang cocok, laktosa atau Pati Beras.

b. Difenoksilat : Reasec, Lomotil


Struktur Kimia

1) Sifat obat
a) Turunan petidin sehingga menimbulkan efek narkosis .
b) Menstimulasi aktivitas reseptor μ pada neuron mienterikus dan
menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktasi
kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin dari
pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus.
c) Tidak diabsorpsi di usus pada pemberian oral - Efektif untuk diare
dengan penyebab tidak jelas.
d) Untuk mencegah penyalahgunaan dikombinasi dengan atropin.
e) Efek samping : ngantuk, pusing, mulut kering - Dosis : akut : 3-4
kali sehari 1-2 tab.
c. Loperamida : Imodium, lodia, imomed
Struktur Kimia

1) Sifat Obat
a) Derivat difenoksilat dan haloperidol ( neuroleptikum ).
b) Melebur pada suhu lebih kurang 225 disertai peruraian.
c) Mudah larut dalam metanol, dalam isopropil alkohol dan
dalam kloroform, sukar larut dalam air dan dalam asam encer.
d) Loperamide adalah peripheral acting opiate yang tidak
berpotensi untuk disalahgunakan.
e) Obat ini mengandung narkotika tetapi tidak menimbulkan
adiksi.
f) Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan
cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus.
g) Efek obstipansia 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada SSP .
h) Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek lokal
pada usus karena tidak menembus ke dalam sawar otak. Oleh
karena itu loperamid tidak dapat menyebabkan ketergantungan.
i) Khasiatnya : menekan gerakan usus yang berlebihan dan
memulihkan keseimbangan yang terganggu antara penyerapan
dan pengeluaran air serta sel-sel dinding usus.
j) Zat ini mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi
dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada
dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal
kembali.
k) Mula kerja cepat, masa kerja panjang.
l) Dosis:
Akut : Awal 2 tablet 2 mg, selanjutnya setiap 2 jam 1 tablet.
Maksimum 8 tab sehari. Anak 2 -8 tahun : 2-3 kali sehari 0,1
mg tiap kg bobot badan Anak 8-12 tahun : awal 2 mg,
maksimal 8-12 mg sehari.
m) Pada anak di bawah 2 tahun tidak boleh diberikan karena
penekanan peristaltik usus yg kuat sehingga timbul konstipasi.
n) Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga
diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid
dengan reseptor tersebut.
o) Bila diminum menurut takaran yang tepat, pada umumnya
diare mereda dalam 2 - 3 hari.
p) Akan lebih baik kalau ditambah oralit. - Efek samping yang
sering dijumpai adalah kolik abdomen ( luka dibagian perut ),
sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali
terjadi.
q) Cara Pembuatan Dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan,
loperamide mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak
lebih dari 102,0 % C29H33CIN2O2.
2. Adstringensia
Menciutkan selaput lendir usus, misalnya :
asam samak ( tannin ) dan tanalbumin, garam-garam bismuth dan
alumunium.

a. TANIN : asam penyamak


Struktur Kimia

1) Sifat obat
a) Mengendapkan zat putih telur yang bekerja sebagai adstringensia
dalam mengeringkan diare dengan menciutkan selaput lendir
usus.
b) Tanin merangsang lambung sehingga digunakan zat yang tidak
dapat larut ( tanalbumin ).
c) Tanalbumin ikatan antara tanin dan albumin, berangsur-angsur
melepaskan tanin ke dalam usus.
d) Dosis : Anak-anak : 3 kali sehari 0,5-1 g.
e) Sifat fisika dari tanin adalah sebagai berikut :
 Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan membentuk koloid
dan akan memiliki rasa asam dan sepat
 Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka akan
terbentuk endapan.
 Tanin tidak dapat mengkristal.
 Tanin dapat mengendapkan protein dari larutannya dan
bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak
dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
3. Adsorbensia
Pada permukaannya dapat menyerap ( adsorpsi ) zat-zat beracun (toksin)
yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan
(udang, ikan), misalnya :
a. karbo adsorben: Arang aktif, Norit.
1) Pengaruh Lingkungan Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat.
2) Sifat Obat
a) Arang halus yang telah diaktifkan.
b) Memiliki daya ikat pada permukaan ( adsorpsi ) kuat terutama
terhadap zat yang molekulnya besar, toksin bakteri atau racun
makanan.
c) Bebas butiran; tidak berbau; tidak berasa.
d) Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol - Dosis : oral 3-4
kali sehari 0,5-1 g.
3) Cara Pembuatan Carbo adsorbens ( arang jerap ) adalah sisa
destilasi destruktif dari beberapa bahan organik yang telah diberi
perlakuan untuk mempertinggi daya jerap.
Termasuk disini juga musilago yaitu zat-zat lendir yang menutupi selaput
lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung, seperti :
kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain dalam buah apel)
dan garam-garam bismuth serta alumunium.
1. KAOLIN : Bolus alba, Argilla
Struktur Kimia

a. Pengaruh ling
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.
b. Sifat obat
1) Yaitu aluminium silikat yang mengandung air sebagai adsorbens
terhadap toksin penyebab diare.
2) Bebas dari butiran kasar, tidak berbau, tidak mempunyai rasa dan
licin.
3) dikombinasi dengan karbo adsorbens atau pektin.
4) Dosis : Oral 3 kali sehari 50-100 g sebagai suspensi air.
c. Cara pembuatan
Kaolin adalah aluminium silikat hidrat alam yang telah dimurnikan
dengan pencucian dan telah dikeringkan. Serta mengandung bahan
pendispersi.
2. Bismut Subnitrat
Struktur Kimia

a. Pengaruh Lingkungan
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
b. Sifat Obat
1) Agak higroskopis
2) Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol mudah larut dalam
asam klorida dan dalam asam nitrat
3) Obstipansia dan membentuk lapisan pelindung Untuk menutupi luka
dinding usus.

c. Cara pembuatan
Dihitung terhadap zat yang yang telah dikeringkan, bismut subnitrat
adalah garam basa mengandung setara tidak kurang dari 79,0 % Bi2O3.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan materi-materi yang telah dijelaskan di atas, maka dapat


ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Senyawa Asam
Pada kekurangan asam, sebagai penggantian asam dapat dipergunakan
HCl dan berbagai senyawa asam, yaitu seperti :
a. Betain hidroklorida Digunakan
sebagai sumber asam klorida dalam pengobatan hypochlorhydria
dan dalam pengobatan gangguan hati, karena hiperkalemia, untuk
homocystinuria, dan gangguan pencernaan.
b. Asam glutamate hidroklorida
Asam L Glutamat diperoleh dengan menggunakan corynebacterium
glutamicum,dengan tangki anaerob yang berisi glukosa (sumber C)
dan ureum (sumber N). Dengan oksidasi yang tidak sempurna terhadap
glukose, terjadi asam αketoglutarat setelah aminasi reduktif terbentuk
asam glutamat.
2. Antasida
Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi terhadap
akibat yang ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung.
Umumnya antasida merupakan basa lemah, biasanya bisa terdiri dari
zat aktif yang mengandung alumunium hidroksida atau karbonat,
magnesium hidroksida atau karbonat, dan kalsium. Terkadang antasida
dikombinasikan juga dengan simetikon yang dapat mengurangi kelebihan
gas.
Antasida bekerja dengan cara menetralkan kondisi terlalu asam. Selain
itu, antasida juga bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim pepsin
yang aktif bekerja pada kondisi asam. Enzim ini diketahui juga berperan
dalam menimbulkan kerusakan pada organ saluran pencernaan manusia.
Kemampuan melarut antasida dalam asam lambung berbeda-beda.
Natrium bikarbonat dan magnesium oksida mempunyai kemampuan
melarut yang cepat dan menghasilkan efek buffer yang relative cepat,
sedangkan aluminium hidroksida dan kalsium karbonat memiliki
kemampuan melarut yang agak lambat. Natrium bikarbonat dan kalsium
karbonat memiliki kemampuan menetralkan yang terbesar tapi
penggunaan jangka panjang sebaiknya dihindari karena efek samping yang
mungkin dapat terjadi.
Perbedaan lain di antara antasida adalah lama kerjanya ( berapa lama
antasida menghasilkan efek menetralkan asam lambung ). Natrium
bikarbonat dan magnesium oksida memiliki lama kerja yang pendek,
sedangkan aluminium hidroksida dan kalsium karbonat memiliki lama
kerja yang lebih panjang. Antasida ini terdiri dari dua tipe yaitu :
a. Antasida Sistemik Antasida sistemik adalah antasida yang ion-ionnya
dapat diserap oleh usus halus sehingga mengubah keseimbangan asam
basa dan elektrolit dalam tubuh dan dapat terjadi alkalosis. Jenis
antasida yang termasuk golongan ini adalah Na-Bikarbonat. Obat ini
merupakan salah satu obat anti tukak. Ia bisa meningkatkan alkalosis
sistemik dan retensi cairan serta direkomendasikan untuk penggunaan
jangka lama.
b. Antasida Nonsistemik Antasida nonsistemik adalah antasida yang
kationnya membentuk senyawa yang tidak larut dalam usus, dan tidak
diabsorpsi sehingga tidak mempengaruhi keseimbangan asam basa
dalam tubuh. Yang termasuk golongan ini yaitu Aluminium
Hidroksida, Kalsium Karbonat, dan Magnesium Hidroksida.
Obat-obatan antasida harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya, dan pada suhu kamar atau dibawah suhu 30 derajat
celcius untuk menjaga stabilitas obatnya.

Saat mengonsumsi antasida ini tidak dibarengi dengan obat-obatan


yang lain. Karena bisa saja mengakibatkan reaksi yang berbeda sehingga
malah akan membuat parah. Obat ini juga tidak dianjurkan dikonsumsi
dalam jangka waktu panjang.

Karena sifat dari antasida yang hanya mengurangi asam setelah nyeri
hilang, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi obat lain guna mengurangi
produksi asam lambung yang berlebihan. Obat jenis proton pump inhibitor
bisa menjadi rujukan. Obat ini dapat mengontrol produksi asam yang
berlebihan di lambung.

3. Koleretika
Koleretik merupakan obat-obat yang bekerja pada hati, kemudian
disekresikan ke dalam empedu yang dapat menaikkan kadar air empedu
secara osmosis sehingga meningkatkan sekresi empedu.
Di antara obat-obat ini yang paling penting adalah garam dan asam
empedu. Zat empedu yang penting untuk manusia ialah garam natrium
asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Wadah penyimpanan untuk obat-
obatan koleretik adalah pada wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari
cahaya.
4. Obstipansia
Obstipansia digunakan untuk terapi simtomatis ( mengobati gejala )
sehingga dapat menghentikan diare. Obat-obat obstipansia melalui
mekanisme kerja dalam tubuh terbagi lagi menjadi beberapa golongan
sebagai berikut :
a. Zat penekan peristaltik ( antimotilitas ) Secara luas digunakan sebagai
terapi simtomatis pada diare akut ringan sampai sedang dan
memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh
mukosa usus, seperti :
1) candu dan turunannya ( Opium, Opii Pulvis ) : disimpan dalam
wadah tertutup rapat atau baik dan terlindung dari cahaya.
Digunakan untuk menekan peristaltik otot polos usus.
2) derivat petidin ( difenoksilat dan loperamida ) : Tidak diabsorpsi di
usus pada pemberian oral ( difenoksilat ), disimpan dalam wadah
tertutup baik, pada anak di bawah 2 tahun tidak boleh diberikan
karena penekanan peristaltik usus yg kuat sehingga timbul
konstipasi, akan lebih baik kalau ditambah oralit ( loperamida ).
3) antikolinergik ( atropine, ekstrak belladonna ) : penyimpanan dalam
wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya, serta perlu
penanganan khusus karena sangat beracun ( atropin ). Atau simpan
dalam wadah berisi zat pengering ( ekstrak belladonna ).
b. Adstringensia Menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak
(tannin) dan tanalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
c. Adsorbensia Pada permukaannya dapat menyerap ( adsorpsi ) zat-zat
beracun ( toksin ) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya
berasal dari makanan ( udang, ikan ), misalnya :
1) karbo adsorben ( Arang aktif, Norit ) : Penyimpanan dalam wadah
tertutup rapat. Termasuk disini juga musilago yaitu zat-zat lendir
yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu
lapisan pelindung.
2) kaolin, pektin ( suatu karbohidrat yang terdapat antara lain dalam
buah apel ) dan garam-garam bismuth serta alumunium.
a) Kaolin ( Bolus alba, Argilla ) : Penyimpanan dalam wadah
tertutup baik, dikombinasi dengan karbo adsorbens atau pektin.
b) Bismut Subnitrat : Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan
terlindung dari cahaya, obstipansia dan membentuk lapisan
pelindung, serta untuk menutupi luka dinding usus.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta. Depkes RI, 1995,
Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.

Koranindonesiasehat, 2009, Atasi, diare, pada orang dewasa perlukah obat, 7 Maret 2013.

Muhammad, 1998. Senyawa asam dilambung, asam dilambung diakses tanggal 8 Maret
2013.

Nizar, 2009, Obat-antidiare, obat antidiare diakses tanggal 7 Maret 2013.

Siswandono, dan Soekardjo Bambang, 2000, Kimia Medisinal Edisi Kedua, Airlangga
University Press, Surabaya.

Studifarmasi 2012, Pengobatan-diare pengobatan diare diakses tanggal 7 Maret 2013.

Anda mungkin juga menyukai