PERCOBAAN VII
OBAT YANG MEMPENGARUHI SALURAN PENCERNAAN
(ANTIDIARE DAN ANTI TUKAK)
Disusun oleh:
Kelompok 7
Shift E
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
1.1 Diare
Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk
cairan atau setengah cairan (setengah padat), dengan kandungan air pada
tinja lebih banyak dari biasanya, normalnya 100–200 mL/ tinja
(Hendarwanto, 1996). Pada diare, tinja mengandung lebih banyak air
dibandingkan yang normal. Tetapi apabila mengeluarkan tinja normal
secara berulang tidak disebut diare (Andrianto,1995). Dengan kata lain,
diare merupakan keadaan buang air besar dengan banyak cairan (mencret)
dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan
lainnya (Tjay dan Rahardja, 2002). Diare sebenarnya adalah proses
fisiologis tubuh untuk mempertahankan diri dari serangan mikroorganisme
(virus, bakteri, parasit dan sebagainya) atau bahan-bahan makanan yang
dapat merusak usus agar tidak menyebabkan kerusakan mukosa saluran
cerna. Diare dikatakan meningkat ketika frekuensi meningkat dengan
konsentrasi tinja lebih lembek atau cair, bersifat mendadak danberlangsung
dalam waktu 7-14 hari (Sunoto, 1996).
Secara normal makanan yang terdapat di dalam lambung dicerna
menjadi bubur (chymus), kemudian diteruskan ke usus halus untuk
diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim. Setelah terjadi resorpsi, sisa
chymus tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-sisa makanan yang sukar
dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang biasanya
selalu berada di colon mencerna lagi sisa-sisa (serat-serat) tersebut,
sehingga sebagian besar dari sisa-sisa tersebut dapat diserap pula selama
perjalanan melalui usus besar. Airnya juga diresorpsi kembali sehingga
akhirnya isi usus menjadi lebih padat (Tjay dan Rahardja, 2002).
1. Kemoterapeutika
Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada
beberapa pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag
disebabkan oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian
antimikroba dapat mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin
mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi
kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika
(tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan
kuinolon) (Schanack, 1980).
2. Zat penekan peristaltik usus
Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna
dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu
dan alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan
antikolinergik (atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi
dan Terapi UI, 2007).
3. Adsorbensia
Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini
adalah mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme
serta melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme
tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk
kedalam golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam
bismut, dan garam-garam alumunium) (Departemen Farmakologi dan Terapi
UI, 2007).
1.2 Tukak
Terapi Farmakologi
a. Antasida
Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi
terhadap akibat yang ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung.
Umumnya antasida merupakan basa lemah, yang bereaksi dengan asam
lambung untuk membentuk air dan garam,sehingga menurunkan keamanan
lambung. biasanya bisa terdiri dari zat aktif yang mengandung alumunium
hidroksida, magnesium hidroksida, Natrium karbonat dan kalsium karbonat.
Terkadang antasida dikombinasikan juga dengan simetikon yang dapat
mengurangi kelebihan gas. Antasida bekerja dengan cara menetralkan
kondisi “terlalu”asam. Selain itu, antasida juga bekerja dengan cara
menghambat aktivitas enzim pepsin yang aktif bekerja pada kondisi asam.
Enzim ini diketahui juga berperan dalam menimbulkan kerusakan pada
organ saluran pencernaan manusia (Ernst Muschler,1991)..
II. Tujuan
a. Mempunyai keterampilan dalam melakukan percobaan antidiare.
b. Mempunyai keterampilan dalam melakukan percobaan antitukak.
Lambung normal 1
Bintik pendarahan 2
Jumlah tukak 1 – 3 3
Jumlah tukak 4 – 6 4
Jumlah tukak 7 – 9 5
Lambung normal 1
perforasi 6
Untuk menilai keadaan tukak yang terbentuk dapat digunakan Indeks Tukak
(IT) dengan persamaan sebagai berikut:
IT = J + L + 0,1(%I)
Keterangan:
IT = Indeks Tukak
J = Rataan skor jumlah tukak suatu kelompok perlakuan
L = Rataan skor keparahan tukak suatu kelompok perlakuan
V. Data Pengamatan
5.1.1 Antidiare
a. Kontrol (kel. 5)
Bobot mencit : 32 gram
Dosis norit : 0,1 mL/10 g BB
32 𝑔𝑟𝑎𝑚
V. pemberian norit = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 0,1 mL
= 0,32 mL
b. Loperamid (kel. 5)
Dosis : 2 mg
Kekuatan sediaan : 0,832 mg/40 mL
Bobot mencit : 31 gram
Konversi dosis = 2 mg x 0,0026 = 0,0052 mg/20 g BB
31 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 0,0052 mg
= 0,00806 mg
0,00806 𝑚𝑔
V. pemberian = x 40 mL
0,832 𝑚𝑔
= 0,3875 mL
Dosis norit : 0,1 mL/10 g BB
31 𝑔𝑟𝑎𝑚
V. pemberian = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 0,1 mL
= 0,31 mL
c. Kaolin-pektin (kel. 1)
Kaolin pektin : 700 mg dosis mencit
: 700 mg x 0,0026 = 1,82 mg
27 𝑔𝑟𝑎𝑚
Konversi dosis : 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 1,82 = 2,457 mg
= 0,936 mg
V. pemberian infusa = 0,7488 Ml
30 𝑔𝑟𝑎𝑚
V. pemberian norit = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 0,10 mL
= 0,3 mL
5.1.2 Antitukak
= 1,01 mL
202 𝑔𝑟𝑎𝑚
V. pemberian aquadest = 200 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 1 mL
= 1,01 mL
= 0,74 mL
148 𝑔𝑟𝑎𝑚
V. pemberian aquadest = 200 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 1 mL
= 0,74 mL
= 0,945 Ml
e. Sukralfat (kel. 3)
Dosis sukralfat : 1000 mg
Kekuatan sediaan : 720 mg/40 mL
Fk : 0,018/200 g BB
BB : 210 g BB
Kekuatan sediaan etanol : 1 mL/200 g BB
Dosis tikus = 0,018 x 1000 mg
= 18 mg/200 g BB
18 𝑚𝑔
Konversi dosis = 200 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 210 gram
= 18,9 mg
18,9 𝑚𝑔
V. pemberian = x 40 mL
720 𝑚𝑔
= 1,05 mL
210 𝑔𝑟𝑎𝑚
V. pemberian etanol = 200 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 1 mL
= 1,05 mL
f. Sukralfat (kel. 6)
Dosis manusia : 1000 mg
Kekuatan sediaan : 720 mg/40 mL
Bobot tikus : 224 gram
Konversi dosis = 1000 mg x 0,018
= 18 mg
224 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis tikus = 200 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 18 mg
= 20,16 mg
20,16 𝑚𝑔
V. pemberian = x 40 mL
720 𝑚𝑔
= 1,12 mL
Dosis alkohol : 1 mL/200 g BB
224 𝑔𝑟𝑎𝑚
V. pemberian = 200 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 1 mL
= 1,12 mL
5.1.3 Perhitungan Indeks Tukak dan Daya Pencegahan
IT = J + L + 0,1 (%I)
Ket: IT : Indeks Tukak
J : Rata skor jumlah tukak suatu kelompok perlakuan
L : Rataan skor keparahan tukak suatu kelompok perlakuan
%I: Persen hewan mengalami tukak dari suatu kelompok perlakuan
a. Kontrol Positif (+)
2
% I = 2 𝑥 100 = 100
IT = 4+4+0,1 (100)
= 18 %
IT = 1+1+0,1 (0)
=2%
c. Sukralfat
2
% I = 2 𝑥 100 = 100
IT = 3,5+4+0,1 (100)
= 17,5 %
d. Daya Pencegahan
IT Kontrol (+) – IT Uji
Daya pencegahan = x 100 %
IT Kontrol (+)
18−17,5
= 𝑥 100 %
18
= 2,78 %
5.2 Tabel Pengamatan
5.2.1 Antidiare
5.3 Grafik
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Kontrol Loperamid Kaolin-pektin Infusa Daun
Jambu Biji
Kelompok Perlakuan
VI. Pembahasan
6.1. Antidiare
Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu
kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair (Suriadi dan Rita, Y., 2006), maka
untuk penyembuhan diare diperlukan antidiare.
Pada praktikum kali ini kami akan melakukan percobaan untuk mengetahui
sejauh mana aktivitas obat antidiare yaitu infusa daun jambu biji, loperamid,
dan kaolin pektin dapat menghambat diare dengan metode transit intestinal.
Pada percobaan antidiare hewan yang digunakan adalah mencit, digunakan
mencit sebagai hewan percobaan kali ini karena anatomi fisiologisnya yang sama
dengan anatomi fisiologis manusia dan karena mencit lebih mudah untuk ditangani.
Metode yang digunakan adalah metode transit intestinal, pada metode transit
intestinal yang menjadi parameter pengukuran adalah rasio antara panjang usus
yang dilalui norit dengan panjang usus mencit. Jika suatu bahan mempunyai efek
antidiare maka rasio panjang usus yang dihasilkan kecil sedangkan jika bahan yang
mempunyai efek laksatif (memperlancar pengeluaran isi usus) maka rasio yang
dihasilkan lebih besar. Kerja dari antidiare dan laksatif berlawan, antidiare
mempunyai mekanisme untuk menghambat diare/ buang air besar secara terus
menerus sedangkan laksatif bekerja dengan cara menstimulasi gerakan peristaltik
dinding usus sehingga mempermudah buang air besar (defekasi) dan meredakan
sembelit.
Pada percobaan digunakan 4 mencit yang ditimbang terlebih dahulu, berat
mencit diperlukan untuk menghitung takaran dosis yang digunakan dengan cara
mengonversi dosis. Mencit 1 diberi infusa daun jambu biji, mencit 2 diberi aquadest
(sebagai kontrol), mencit 3 diberi kaolin pektin, dan mencit 4 diberi loperamid
dengan takaran yang sudah dihitung, lalu obat itu diberi waktu 45 menit untuk
memberikan efek. Setelah 45 menit mencit diberi suspensi norit, norit berfungsi
sebagai marker kerja obat tersebut, semakin pendek panjang marker maka semakin
panjang obat tersebut memberikan efek antidiare. Pada t=65 menit mencit
dikorbankan secara dislokasi tulang leher, usus mencit dikeluarkan lalu diukur
panjang usus dan bagian usus yang dilalui marker norit. Panjang usus yang dilalui
norit kontrol 60 dan panjang usus mencitnya adalah 9, panjang usus yang dilalui
norit loperamid 62 dan panjang usus mencitnya adalah 6.5, panjang usus yang
dilalui norit kaolin pektin 60 dan panjang usus mencitnya adalah 21, panjang usus
yang dilalui norit infusa 53.9 dan panjang usus mencitnya adalah 28.6. Rasio
panjang usus dihitung dengan cara: panjang usus yang dilalui norit (a) dibagi
panjang usus mencit (b). Rasio panjang usus infusa daun jambu biji (a) 28.6/ (b)
53.9 = 0.53, rasio panjang usus kontrol (a) 9/ (b) 60 = 0.15, rasio panjang usus
kaolin pektin (a) 21/ (b) 60 = 0.35; dan rasio panjang usus loperamid (a) 6.5/ (b) 62
= 0.1048.
Rasio panjang usus diurutkan dari kecil ke yang lebih besar dari hasil
percobaan: loperamid, aquadest (kontrol), kaolin pektin, dan infusa daun jambu biji.
Rasio panjang usus loperamid yang dihasilkan lebih kecil dibanding dengan yang
lainnya yaitu 0.1048, hal tersebut sesuai dengan literatur karena loperamid
umumnya memiliki efek yang sangat cepat dalam menghentikan diare dibanding
dengan obat lain yang diberikan pada percobaan ini. Loperamid adalah derivat
opium yang digunakan untuk mengatasi diare nonspesifik akut dan kronis (Bishop,
2005) sehingga loperamid memberikan efek yang lebih cepat. Loperamid termasuk
obat antidiare golongan penekan peristaltik usus sehingga motilitas usus
diperlambat, obat ini digunakan ketika diare yang belum diketahui penyebabnya.
Loperamid banyak digunakan untuk mengurangi frekuensi defekasi pada diare viral
dan akut tanpa demam atau darah dalam tinja (Tjay dan Kirana, 2007).
Mencit yang diberi aquadest dengan rasio panjang usus 0.15. Aquadest
diberikan fungsinya sebagai kontrol agar perlakuan mencit pada saat percobaan
sama, maka seharusnya aquadest tidak memberikan efek apapun. Namun hal
tersebut dapat saja terjadi, karena adanya respon dari tubuh untuk mempertahankan
homeostatis. Homeostasis adalah berbagai proses fisiologik yang berfungsi
memulihkan keadaan normal setelah terjadi gangguan (Ganong, W. F., 2002).
Mencit yang diberi kaolin pektin dengan rasio panjang usus 0.35. Kaolin
pektin termasuk obat antidiare golongan adsorben yang mekanisme kerjanya
menyerap/ mengadsorpsi dan mengikat toksin, melapisi mukosa usus sehingga
racun/ mikroorganisme tidak bisa masuk, obat ini digunakan ketika diare yang
belum diketahui penyebabnya.
Mencit yang diberi infusa daun jambu biji dengan rasio panjang usus 0.53.
Infusa daun jambu biji memiliki banyak kandungan kimia, salah satunya tanin yang
memiliki fungsi antidiare, daun jambu biji memiliki kandungan tanin yang cukup
tinggi yang dapat memperkecil pori-pori usus, pengecilan pori-pori usus dapat
menghentikan sekresi elektrolit ke rongga usus sehingga usus tidak terstimulasi
untuk mengeluarkan feses. Infusa daun jambu biji memiliki reaksi lambat karena
daun jambu biji termasuk ke dalam obat herbal/ tradisional hal tersebut dapat
terlihat dari rasio panjang usus yang cukup besar.
Rasio panjang usus yang dihasilkan pada percobaan ini menunjukkan rasio
yang kecil, maka dapat disimpulkan bahwa semua obat yang digunakan memiliki
efek menghambat diare, sedangkan pada mencit kontrol rasio kecil yang didapat
karena pertahanan dari tubuh mencit itu sendiri yang masih normal dalam menjaga
homeostasis tubuhnya.
Dapat disimpulkan dari hasil percobaan ini bahwa obat yang lebih cepat
sebagai antidiare adalah loperamid, hal tersebut sudah sesuai dengan literatur.
6.2. Antitukak
VI Kesimpulan
Keterampilan yang harus dimiliki pada saat percobaan antidiare
menggunakan mencit adalah keterampilan memegang mencit, memberikan
obat secara oral kepada mencit, dan mendislokasi tulang leher mencit agar
percobaan dapat dilakukan dengan lancar dan tidak terjadi hal apa pun yang
tidak diinginkan.
Antitukak
DAFTAR PUSTAKA
Bishop, Y. 2005. The Veterinary Formulary 6th Edition. Britain: The British
Veterinary Association.
Hendarwanto. 1996. Diare Akut Karena Infeksi Ilmu Penyakit Dalam. FKUI.
Jakarta.
Schanack, W., et al. 1980. Senyawa Obat, Edisi kedua. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Suriadi, & Rita, Y. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana, Rahardja. 2002. Obat-obat Penting, Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya Edisi Kelima. PT Elex
MediaKomputindo. Jakarta
Tjay, T. H dan Kirana R. (2007). Obat-Obat Penting Penggunaan Dan Efek-Efek
Sampingnya Edisi V. Jakarta: PT Alex Medika Komputindo.