Anda di halaman 1dari 24

I.

Tujuan
1. Menjelaskan peranan sistem respirasi dalam mempertahankan
homeostasis tubuh.
2. Menjelaskan organ-organ yang terlibat dalam sistem respirasi.
3. Menerapkan cara sederhana dalam mendeteksi adanya kelainan dalam
sistem respirasi.
II. Alat dan Bahan
 Alat Pengukur
 Spirometer
 Stetoskop
III. Prosedur Percobaan
a. Proses inspirasi dan ekspirasi
Digunakan alat pengukur, kemudian rongga dada diukur pada saat
mengalami respirasi normal (inspirasi dan ekspirasi normal). Rongga
dada diukur pula saat menarik napas dalam (inspirasi maksimum).
b. Bunyi Pernapasan
Stetoskop ditempatkan pada berbagai posisi di punggung,
kemudian bunyi pernapasan didengarkan. Frekuensi pernapasan
(jumlah pernapasan/menit) dihitung dan dibahas kekuatan serta bunyi
pernapasan.
c. Menentukan perbandingan Volume Tidal (VT), Volume Ekspirasi
Cadangan (VEC) dan Volume Inspirasi Cadangan (VIC)
Dilakukan inhalasi normal kemudian ekshalasikan normal ke
dalam spirometer. Nilai yang tertera pada spirometer dicatat, nilai yang
diperoleh adalah nilai VT.
Dilakukan inhalasi normal kemudian ekshalasikan sekuat-
kuatnya ke dalam spirometer. Nilai yang tertera pada spirometer dicatat,
nilai yang diperoleh adalah nilai volume ekspirasi cadangan (VEC).
Dilakukan inhasi sedalam mungkin kemudian diekshalasikan
sekuat-kuatnya ke dalam spirometer. Nilai yang tertera pada spirometer
dicatat, nilai yang diperoleh adalah nilai Kapasitas Vital (KV).

IV. Data Pengamatan


4.1. Data Perempuan
a. Proses inspirasi dan ekspirasi
Rongga dada normal = 88 cm
Rongga dada inhilasi = 98 cm
Rongga dada ekshalasi = 91 cm

Komponen – Komponen yang Terlibat dan Perubahan yang Terjadi


pada Proses Ekspirasi dan Inspirasi
Proses Komponen yang Perubahan yang
Terlibat Terjadi
Ekspirasi Hidung, laring, Rongga toraks mengecil,
tenggorokan, bronkus, tulang rusuk dan sternum
paru-paru, diafragma. kembali ke posisi semula.
Relaksasi otot
diafragma dan otot
interkostal eksternal.
Inspirasi Hidung, laring, Rongga toraks membesar,
tenggorokan, bronkus, tekanan pada toraks <
paru-paru, diafragma. tekanan atmosfer, udara
Kontraksi otot masuk dari atmosfer
diafragma dan otot melalui paru- paru, tulang
interkostal eksternal. rusuk tertarik ke atas, dan
sternum tertarik ke depan.
b. Bunyi Pernapasan
Posisi di punggung kanan = 21 kali/menit
Posisi di punggung kiri = 23 kali/menit
c. Perbandingan Volume Tidal (VT), Volume Ekspirasi Cadangan
(VEC) dan Volume Inspirasi Cadangan (VIC)
Voume Tidal (VT) = 400
Volume Ekspirasi Cadangan (VEC) = 1200
Kapasitas Vital (KV) = 2400
Volume Inspirasi Cadangan (VIC) = KV – (VT+VEC)
= 2400 – (400+1200)
= 800
Perbandingan VT: VIC: VEC =1:3:2

4.2.Data Laki- Laki


a. Proses inspirasi dan ekspirasi
Rongga dada normal = 84 cm
Rongga dada inhilasi = 87 cm
Rongga dada ekshalasi = 81 cm

Komponen – Komponen yang Terlibat dan Perubahan yang Terjadi


pada Proses Ekspirasi dan Inspirasi
Proses Komponen yang Perubahan yang
Terlibat Terjadi
Ekspirasi Hidung, laring, Rongga toraks mengecil,
tenggorokan, bronkus, tulang rusuk dan sternum
paru-paru, diafragma. kembali ke posisi semula.
Relaksasi otot
diafragma dan otot
interkostal eksternal.
Inspirasi Hidung, laring, Rongga toraks membesar,
tenggorokan, bronkus, tekanan pada toraks <
paru-paru, diafragma. tekanan atmosfer, udara
Kontraksi otot masuk dari atmosfer
diafragma dan otot melalui paru- paru, tulang
interkostal eksternal. rusuk tertarik ke atas, dan
sternum tertarik ke depan.

b. Bunyi Pernapasan
Posisi di punggung kanan = 52 kali/ menit
Posisi di punggung kiri = 53 kali/menit
c. Perbandingan Volume Tidal (VT), Volume Ekspirasi Cadangan
(VEC) dan Volume Inspirasi Cadangan (VIC)
Voume Tidal (VT) = 700
Volume Ekspirasi Cadangan (VEC) = 1800
Kapasitas Vital (KV) = 2900
Volume Inspirasi Cadangan (VIC) = KV – (VT+VEC)
= 2900 – (700+1800)
= 400
Perbandingan VT : VEC : VIC = 7: 18: 4
Tugas 7.1

Carilah dari literatur dan gambarkan pada laporan organ- organ yang
terlibat dalam sistem respirasi serta cantumkan bagian- bagiannya!

Nasal (Hidung)

Hidung merupakan organ pernapasan yang pertama dilalui udara


luar. Didalam rongga hidung terdapat rambut dan selaput lendir berguna
untuk menyaring udara yang masuk, lendir berguna untuk melembabkan
udara, dan konka untuk mengangatkan udara pernapasan.

Faring

Faring merupakan percabangan dua saluran, yaitu saluran


tenggorokan (nasofaring) yang merupakan saluran pernapasan, dan saluran
kerongkongan (oralfaring) yang merupakan saluran pencernaan.
Laring (pangkal tenggorokkan)

Laring merupakan bagian pangkal dari saluran pernapasan (trakea).


Laring tersusun atas tulang rawan yang berupa lempengan dan membentuk
struktur jakun. Diatas laring terdapat katup (epiglotis) yang akan menutup
saat menelan. Katup berfungsi mencegah makanan dan minuman masuk
ke saluran pernapasan. Pada pangkal laring terdapat selaput suara. Selaput
suara akan bergetar jika terhembus udara dari paru-paru.

Trakea (batang tenggorokan)

Batang tenggorokan terletak di daerah leher didepan


kerongkongan. Batang tenggorokkan berbentuk pipa dengan panjang 12
cm. Dinding trakea terdiri atas 3 lapisan, lapisan dalam berupa epitel
bersilia dan berlendir. Lapisan tengah tersusun atas cincin tulang rawan
dan berotot polos. Lapisan luar tersusun atas jaringan ikat. Cincin tulang
rawan berfungsi untuk mempertahankan bentuk pipa dari batang
tenggorokkan, sedangkan selaput lendir yang sel-selnya berambut getar
berfungsi menolak debu dan benda asing yang masuk bersama udara
pernapasan. Akibat tolakan secara paksa tersebut kita akan batuk atau
bersin.

Bronkus (cabang tenggorokkan)

Ujung tenggorokkan bercabang dua disebut bronkus, yaitu bronkus


kiri dan bronkus kanan. Struktur brokhus kanan lebih pendek
dibandingkan bronchus sebelah kiri, kedua bronkus masing-masing masuk
kedalam paru-paru. Didalam paru-paru bonkhus bercabang menjadi
bronchiolus yang menuju setiap lobus (belahan) paru-paru. Bronkus
sebelah kanan bercabang menjadi 3 bronchiolus, sedangkan sebelah kiri
bercabang menjadi 2 bronchiolus. Cabang bronchiolus yang paling kecil
masuk ke dalam gelembung paru-paru yang disebut alveolus. Dinding
alveolus mengandung banyak kapiler darah melalui kapiler darah oksigen
yang berada dalam alveolus berdifusi masuk ke dalam darah.

Paru- paru (pulmo)

Paru-paru terletak dalam rongga dada diatas diafragma. Diafragma


adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dengan rongga
perut.

Paru-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru-paru sebelah kiri dan
paru-paru sebelah kanan. Paru-paru kanan memiliki 3 gelambir sedangkan
paru-paru kiri terdiri atas 2 gelambir.

Paru-paru dibungkus oleh 2 buah selaput yang disebut selaput


pleura. Selaput pleura sebelah luar yang berbatasan dengan dinding bagian
dalam rongga dada disebut pleura parietal, sedangkan yang membungkus
paru-paru disebut pleura visceral. Diantara kedua selaput terdapat rongga
pleura yang berisi cairan pleura yang berfungsi untuk mengatasi gesekan
pada saat paru-paru mengembang dan mengempis.

Diafragma
Diafragma merupakan sekat rongga dada yang membatasi antara
rongga dada dengan rongga perut. Rongga dada berisi paru-paru dan
jantung, sedangkan rongga perut berisi lambung dan alat-alat pencernaan
lainnya).

Otot antar tulang rusuk (muskulus interkostal)

Merupakan otot tempat melekatnya tulang rusuk, otot ini akan


berkontraksi atau relasasi saat terjadi proses pernapasan, permukaan
bagian dalan rongga dada dan permukaan luar dari paru-paru dilapisi oleh
membran pleura. Membran pleura yang melapisi bagian dalam rongga
dada disebut pleura parietal, sedangkan yang melapisi paru-paru disebut
pleura visceral. Diantara kedua membran terdapat rongga pleura yang
berisi cairan getah bening.

Tugas 7.2

Berdasarkan hasil pengamatan bunyi pernapasan dan perbandingan nilai


VT : VEC : VIC, berdasarkan kesimpulan apakah terdapat kelainan pada
sistem pernapasan?

Berdasarkan hasil percobaan bunyi pernapasan yang diperoleh


normal yaitu bunyi pernapasan vesikular. Perbandingan nilai VT : VEC :
VIC = 1 : 3 : 2 pada perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan literatur,
menurut literatur perbandingan normal VT: VEC : VIC = 1 : 2 : 6, dapat
disimpulkan bahwa pernapasan tidak normal (menurut alat spirometer).
Ketidak normalan tersebut dapat dipengaruhi oleh cara melakukan inhalasi
dan ekshalasi yang tidak tepat, ukuran alat pernapasan, kemampuan dan
kebiasaan bernapas. Adapun faktor lain yang mempengaruhi yaitu
kondisi kesehatan dimana saat praktikum kondisi praktikan sedang sakit
flu, sehingga menganggu sistem pernapasan.
V. Pembahasan

Pernapasan merupakan proses pertukaran gas yang berasal dari


makhluk hidup yang berasal dari makhluk hidup dengan gas yang ada di
lingkungannya. Sedangkan proses perombakan bahan makanan
menggunakan oksigen sehingga diperoleh energi dan gas sisa pembakaran
karbondioksida (CO2) disebut respirasi. Proses respirasi yang
menggunakan oksigen disebut juga respirasi aerob sedangkan respirasi
yang tidak membutuhkan oksigen disebut respirasi anaerob (Rahmat,
2007: 189).
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam
alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh
(Yatim, 1990: 170).
Peran sistem respirasi adalah untuk mengelola pertukaran oksigen
dan karbondioksida antara udara dan darah. Untuk melakukan pertukaran
gas, sistem kardiovaskular dan sistem respirasi harus bekerja sama. Sistem
kardiovaskular bertanggung jawab untuk perfusi darah melalui paru-paru
sedangkan sistem pernapasan melakukan dua fungsi terpisah yaitu
ventilasi dan respirasi (Handoko, 2001: 30).
Sistem pernapasan manusia mencakup dua hal, yakni saluran
pernapasan dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah
sebagai berikut:
a. Nasal (Hidung)
Hidung merupakan organ pernapasan yang pertama dilalui
udara luar. Didalam rongga hidung terdapat rambut dan selaput
lendir berguna untuk menyaring udara yang masuk, lendir berguna
untuk melembabkan udara, dan konka untuk mengangatkan udara
pernapasan (Waluyo, 2006: 258-259).
b. Faring
Faring merupakan percabangan dua saluran, yaitu saluran
tenggorokan (nasofaring) yang merupakan saluran pernapasan, dan
saluran kerongkongan (oralfaring) yang merupakan saluran
pencernaan (Waluyo, 2006).
c. Laring (pangkal tenggorokkan)
Laring merupakan bagian pangkal dari saluran pernapasan
(trakea). Laring tersusun atas tulang rawan yang berupa lempengan
dan membentuk struktur jakun. Diatas laring terdapat katup
(epiglotis) yang akan menutup saat menelan. Katup berfungsi
mencegah makanan dan minuman masuk ke saluran pernapasan.
Pada pangkal laring terdapat selaput suara. Selaput suara akan
bergetar jika terhembus udara dari paru-paru (Waluyo, 2006).
d. Trakea (batang tenggorokan)
Batang tenggorokan terletak di daerah leher didepan
kerongkongan. Batang tenggorokkan berbentuk pipa dengan
panjang 12 cm. Dinding trakea terdiri atas 3 lapisan, lapisan dalam
berupa epitel bersilia dan berlendir. Lapisan tengah tersusun atas
cincin tulang rawan dan berotot polos. Lapisan luar tersusun atas
jaringan ikat. Cincin tulang rawan berfungsi untuk
mempertahankan bentuk pipa dari batang tenggorokkan, sedangkan
selaput lendir yang sel-selnya berambut getar berfungsi menolak
debu dan benda asing yang masuk bersama udara pernapasan.
Akibat tolakan secara paksa tersebut kita akan batuk atau bersin
(Waluyo, 2006).
e. Bronkus (cabang tenggorokkan)
Ujung tenggorokkan bercabang dua disebut bronkus, yaitu
bronkus kiri dan bronkus kanan. Struktur brokhus kanan lebih
pendek dibandingkan bronchus sebelah kiri, kedua bronkus
masing-masing masuk kedalam paru-paru. Didalam paru-paru
bonkhus bercabang menjadi bronchiolus yang menuju setiap lobus
(belahan) paru-paru. bronkus sebelah kanan bercabang menjadi 3
bronchiolus, sedangkan sebelah kiri bercabang menjadi 2
bronchiolus. Cabang bronchiolus yang paling kecil masuk ke
dalam gelembung paru-paru yang disebut alveolus. Dinding
alveolus mengandung banyak kapiler darah melalui kapiler darah
oksigen yang berada dalam alveolus berdifusi masuk ke dalam
darah (Waluyo, 2006).
f. Paru- paru (pulmo)
Paru-paru terletak dalam rongga dada diatas diafragma.
Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada
dengan rongga perut. Paru-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru-
paru sebelah kiri dan paru-paru sebelah kanan. Paru-paru kanan
memiliki 3 gelambir sedangkan paru-paru kiri terdiri atas 2
gelambir. Paru-paru dibungkus oleh 2 buah selaput yang disebut
selaput pleura. Selaput pleura sebelah luar yang berbatasan dengan
dinding bagian dalam rongga dada disebut pleura parietal,
sedangkan yang membungkus paru-paru disebut pleura visceral.
Diantara kedua selaput terdapat rongga pleura yang berisi cairan
pleura yang berfungsi untuk mengatasi gesekan pada saat paru-
paru mengembang dan mengempis ( Syaifudin, 1997).
g. Diafragma
Diafragma merupakan sekat rongga dada yang membatasi
antara rongga dada dengan rongga perut. Rongga dada berisi paru-
paru dan jantung, sedangkan rongga perut berisi lambung dan alat-
alat pencernaan lainnya) ( Syaifudin, 1997).
h. Otot antar tulang rusuk (muskulus interkostal)
Merupakan otot tempat melekatnya tulang rusuk, otot ini
akan berkontraksi atau relasasi saat terjadi proses pernapasan,
permukaan bagian dalan rongga dada dan permukaan luar dari
paru-paru dilapisi oleh membran pleura. Membran pleura yang
melapisi bagian dalam rongga dada disebut pleura parietal,
sedangkan yang melapisi paru-paru disebut pleura visceral
(Waluyo, 2006).

Pada mekanisme pernapasan, organ-organ pernapasan


terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara
(ekspirasi). Sehingga mekanisme pernapasan dibedakan atas dua
macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan
dada dan perut terjadi secara bersamaan.
1. Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot
antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Fase inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk
sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga
dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara
luar yang kaya oksigen masuk (Waluyo, 2006).
b. Fase ekspirasi.
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot
antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya
tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai
akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang
kaya karbon dioksida keluar (Waluyo, 2006).
2. Pernapasan Perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang
mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang
membatasi rongga perut dan rongga dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua
tahap yakni sebagai berikut.
a. Fase Inspirasi
Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga
diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan
menjadi kecil sehingga udara luar masuk (Waluyo, 2006).
b. Fase Ekspirasi
Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot
diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga
rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya
udara keluar dari paru-paru (Waluyo, 2006).
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas pernapasan dapat
dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan
dalam:
Pernapasan luar (ekspirasi) adalah pertukaran udara yang
terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler,
sedangkan pernapasan dalam (inspirasi) adalah pernapasan yang
terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk
keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan
tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar
tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara
akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih
besar maka udara akan keluar (Waluyo, 2006).

Pada praktikum ini kami melakukan percobaan


a. Proses inspirasi dan ekspirasi
Pada pengamatan ini, digunakan alat pengukur kemudian
rongga dada diukur pada saat mengalami respirasi normal (inspirasi
dan ekspirasi normal). Rongga dada diukur pula saat menarik napas
dalam (inspirasi maksimum). Hasil yang diperoleh dari percobaan:
Perempuan Laki-laki
Rongga dada normal = 88 cm 84 cm
Rongga dada inhilasi = 98 cm 87 cm
Rongga dada ekshalasi = 91 cm 81 cm

Komponen – Komponen yang Terlibat dan Perubahan yang Terjadi


pada Proses Ekspirasi dan Inspirasi
Proses Komponen yang Perubahan yang
Terlibat Terjadi
Ekspirasi Hidung, laring, Rongga toraks mengecil,
tenggorokan, bronkus, tulang rusuk dan sternum
paru-paru, diafragma. kembali ke posisi semula.
Relaksasi otot
diafragma dan otot
interkostal eksternal.
Inspirasi Hidung, laring, Rongga toraks membesar,
tenggorokan, bronkus, tekanan pada toraks <
paru-paru, diafragma. tekanan atmosfer, udara
Kontraksi otot masuk dari atmosfer
diafragma dan otot melalui paru- paru, tulang
interkostal eksternal. rusuk tertarik ke atas, dan
sternum tertarik ke depan.

Dari keterangan diatas pada perempuan ketika inhalasi


rongga dada membesar sebesar 98 cm sedangkan pada saat
ekshalasi rongga dada mengecil menjadi 91 cm. Sebaliknya pada
laki-laki ketika inhalasi rongga dada membesar sebesar 87 cm dan
ketika ekshalasi mengecil menjadi 81 cm. Pada saat respirasi
ukuran rongga dada berubah, ketika inhalasi rongga dada
membesar sedangkan saat ekshalasi mengecil. Hal ini terjadi
karena mekanisme kontraksi dan relaksasi otot-otot interkostal dan
diafragma. Dada membesar ketika diafragma dan otot interkostal
berkontraksi, yang meningkatkan ukuran (dan volume) dada.
Sebaliknya dada mengecil terjadi begitu otot-otot inspirasi
berelaksasi dan paru-paru kembali ke semula. Ukuran rongga dada
ketika inhalasi dan ekshalasi pada perempuan lebih besar
dibandingkan ketika inhalasi dan ekshalasi pada laki-laki. Hal ini
tidak sesuai dengan literatur. Menurut literatur untuk ekspansi,
jenis kelamin juga berpengaruh, laki-laki rata-rata mengalami
ekspansi lebih besar daripada wanita. Hal ini dapat juga disebabkan
oleh aktvitas dan kebutuhan oksigen seseorang yang berbeda-beda.

b. Bunyi Pernapasan
Menurut Basoeki (2000), respirasi seorang dewasa normal
adalah 12-18 kali per menit, sedangkan dalam keadaan istirahat 12-
15 kali. Irama dasar respirasi dikendalikan oleh sistem saraf dalam
medula oblongata dan spons (Soewolo, 2003).
Pada pengamatan ini, stetoskop ditempatkan pada berbagai
posisi di punggung, kemudian bunyi pernapasan didengarkan.
Frekuensi pernapasan (jumlah pernapasan/menit) dihitung dan
dibahas kekuatan serta bunyi pernapasan. Hasil yang diperoleh dari
percobaan:
Perempuan Laki-laki
Posisi di punggung = 21 kali/menit 52 kali/menit
kanan
Posisi di punggung = 23 kali/menit 53 kali/menit
kiri

Hasil percobaan tidak sesuai literatur, untuk literatur sendiri


frekuensi pernapasan normal:
 Orang dewasa : 12-18 kali per menit
 Anak-anak : 18-20 kali per menit
 Bayi kira-kira : 30 kali per menit
(Syaifudin, 1997).

Berdasarkan hasil pengamatan frekuensi pernapasan pada


laki-laki 52 kali/menit sedangkan pada perempuan 21 kali/menit.
Hal ini terjadi karena laki-laki cenderung membutuhkan energi
yang lebih banyak daripada perempuan sehingga oksigen yang
diperlukan pun menjadi semakin banyak. Hasil percobaan
diperoleh jumlah frekuensi pernapasan melebihi jumlah frekuensi
pernapasan normal, menurut literatur jumlah frekuensi pernapasan
normal yaitu 12-18 kali/ rmenit. Hal ini disebabkan tidak terlalu
terdengarnya bunyi pernapasan dan suasana yang ramai pada saat
praktikum sehingga kemungkinan terjadi kesalahan dalam
pendengaran. Selain itu, ketika diperiksa orang yang diperiksa tidak
teratur dalam mengatur pernapasannya atau orang tersebut sedang
kelelahan sehingga mempengaruhi frekuensi pernapasan.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kekuatan dan bunyi
pernapasan tidak terlalu kuat dan tidak terdapat suara yang asing.
Bunyi pernapasan normal, bunyi pernapasan yang dihasilkan
adalah bunyi pernapasan vesikular dimana bunyi pernapasan
vesikular dapat terdengar apabila udara memasuki alveoli. Suara
pernapasan vesikular terdiri atas fase inspirasi yang terdengar
lemah (suara pelan) yang diikuti oleh fase ekspirasi yang hampir
tidak terdengar. Suara pernapasan ini terdengar di sekitar peripheral
dari daerah paru-paru. Pada saat keadaan istirahat, suara
pernapasan ini tidak akan terdengar sama sekali. Keras suara
pernapasan yang dapat terdengar banyak dipengaruhi oleh fisik tiap
individu, keadaan pernapasannya, dan kondisi kesehatan tubuh
seseorang.
c. Membandingan Volume Tidal (VT), Volume Ekspirasi
Cadangan (VEC) dan Volume Inspirasi Cadangan (VIC)

Paru-paru merupakan organ pernafasan yang dibentuk oleh


struktur-struktur yang ada di dalam tubuh, seperti: arteri
pulmonaris, vena pulmonaris, bronkhus, arteri bronkhailis, vena
bronkhailis, pembuluh limfa dan kelenjar limfa (Guyton & Hall,
2008).

Volume udara di paru-paru selama proses pernapasan tidak


tetap. Salah satu faktor penyebabnya adalah cara bernafas.
Beberapa parameter yang menggambarkan volume paru adalah :
Volume Tidal (Tidal Volume = TV) adalah volume udara
hasil inspirasi atau ekspirasi pada setiap kali bernapas normal.
Volume udara tidal bervariasi tergantung pada tingkat kegiatan
seseorang. Pada kondisi tubuh istirahat, volume tidal sebanyak
kira-kira 500 mililiter pada rata-rata orang dewasa muda, dan
besarnya akan meningkat bila kegiatan tubuh meningkat. Dari 500
mililiter udara tidal yang dipernapaskan pada kondisi istirahat
tersebut hanya 350 mililiter saja yang dapat sampai di alveolus,
sedang yang 150 mililiter mengisi ruang yang terdapat pada saluran
respirasi (disebut ruang rugi) (Guyton & Hall, 2008).
Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume =
IRV) adalah udara yang masih dapat dihirup setelah inspirasi biasa
sampai mencapai inspirasi maksimal. Volume cadangan inspirasi
juga disebut udara komplementer. Umumnya pada laki-laki sebesar
3.100 mililiter dan pada wanita sebesar 1.900 mililiter (Guyton &
Hall, 2008).
Volume Cadangan Ekspirasi (Expiratory Reserve Volume =
ERV) adalah udara yang masih dapat dikeluarkan setelah
melakukan ekspirasi biasa sampai mencapai ekspirasi maksimal.
Volume cadangan ekspirasi juga disebut udara suplementer. Pada
laki-laki 1.200 ml, sedangkan perempuan 700 ml (Guyton & Hall,
2008).
Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi +
volume tidal + volume cadangan ekspirasi, besarnya pada
perempuan 3100 sedangkan pada laki- laki 4800 (Guyton & Hall,
2008).

Gambar 5.1. Grafik volume udara pernafasan pada manusia


(Sumber: Guyton and Hall, 2008)
Pada pengamatan ini kami menggunakan spirometer,
spirometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan volume
tidal (VT), volume ekspirasi cadangan ( VEC), dan kapasitas vital
(KV). Dilakukan inhalasi normal kemudian ekshalasikan normal
ke dalam spirometer. Nilai yang tertera pada spirometer dicatat,
nilai yang diperoleh adalah nilai VT. Dilakukan inhalasi normal
kemudian ekshalasikan sekuat-kuatnya ke dalam spirometer. Nilai
yang tertera pada spirometer dicatat, nilai yang diperoleh adalah
nilai VEC. Dilakukan inhasi sedalam mungkin kemudian
diekshalasikan sekuat-kuatnya ke dalam spirometer. Nilai yang
tertera pada spirometer dicatat, nilai yang diperoleh adalah nilai
Kapasitas Vital (KV).

Hasil yang di peroleh dari percobaan:

Perempuan Laki- laki


(VT) = 400 700
(VEC) = 1200 1800
(KV) = 2400 2900
(VIC) = KV – (VT+VEC) KV – (VT+VEC)
= 2400 – (400+1200) 2900 – (700+1800)
= 800 400
VT:VEC:VIC = 1 : 3 :4 7 : 18 : 4

VT, VEC, VIC dan KV normal adalah sebagai berikut :

Normal Perempuan Laki-laki


VT 500 500
VEC 700 1200
VIC 1900 3100
KV 3100 4800

Perbandingan VT : VEC : VIC = 1 : 2 :6

(Guyton and Hall, 2008).

Hasil percobaan pengukuran volume tidal (VT) pada


perempuan 400 dan pada laki- laki 70. Hal ini tidak sesuai
literatur, menurut literatur volume tidal normal adalah 500
(Guyton and Hall, 2008).
Adapun faktor- faktor yang kesalahan yang terjadi pada
pengukuran nilai volume tidal disebabkan praktikan laki-laki
menghirup napas dalam sehingga udara yang dikeluarkan banyak.

Pada percobaan pengukuran volume ekspirasi cadangan


(VEC) pada perempuan 1200 sedangkan pada laki- laki 1800. Hal
ini tidak sesuai dengan literatur seharusnya pada perempuan pada
perempuan sebesar 700 sedangkan pada laki- laki sebesar 1200
(Guyton and Hall, 2008).

Adapun faktor- faktor kesalahan yang mempengaruhi


terjadi pada percobaan karena praktikan berusaha untuk
memaksakan proses ekspirasi secara berlebihan (dari yang
seharusnya dilakukan).

Pada percoban pengukuran kapasitas vital (KV) pada


perempuan diperoleh nilai KV sebesar 2400 sedangkan pada laki-
laki diperoleh nilai KV sebesar 2700. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur, menurut literatur kapasitas vital (KV) pada perempuan
sebesar 3100 dan pada laki- laki-laki sebesar 4800 (Guyton and
Hall, 2008).

Dari kapasitas vital ini dapat diketahui volume inspirasi


cadangan dengan mengurangi kapasitas vital dengan volume tidal
dan volume ekspirasi cadangan. Dari hasil perhitungan diperoleh
volume cadangan inspirasi pada perempuan sebesar 800 dan pada
laki- laki 400. Hal ini tidak sesuai dengan literatur, menurut
literatur laki-laki memiliki volume inspirasi cadangan yang lebih
tinggi dibandingkan wanita, yaitu sekitar 3100 mL, untuk pria, dan
1900 mL, untuk wanita. Data yang diperoleh jauh di bawah dari
data dari literatur. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh dari ,
volume tidal, volume ekspirasi cadangan dan kapasitas vital sudah
berbeda jauh dari data literatur. Hal inilah yang menyebabkan hasil
untuk volume inspirasi cadangan juga berbeda dengan data dari
literatur.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh perbandingan nilai


VT : VEC : VIC = 1 : 3 : 2 pada perempuan, sedangkan pada laki-
laki perbandingan VT : VEC : VIC = 7: 18: 4. Hal ini tidak sesuai
dengan literatur, menurut literatur perbandingan normal nilai VT:
VEC : VIC = 1 : 2 : 6. Setelah mengetahui perbandingan VT, VEC,
dan VIC tersebut, dapat disimpulkan bahwa pernapasan tidak
normal (menurut alat spirometer). Ketidak normalan tersebut dapat
dipengaruhi oleh cara melakukan inhalasi dan ekshalasi yang tidak
tepat, ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas,
serta kondisi kesehatan.
VI. Kesimpulan
1. Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk
mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh
yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis.
2. Organ- organ yang terlibat dalam sistem respirasi :
 Hidung berfungsi untuk menghangatkan udara yang masuk,
melembabkan udara yang masuk.
 Faring berfungsi sebagai jalan masuk udara dan makanan.
 Laring berfungsi menghubungkan faring dan trakea
 Trakea berfungssi untuk memungkinkan saluran udara ke
paru- paru untuk respirasi.
 Paru-paru berfungsi pertukaran gas O2 dan CO2.
 Bronkiolus berfungsi menyalurkan udara dari bronkus ke al
alveoli dan mengontrol jumlah udara yang didistribusikan
melalui paru- paru dengan kontriksi dan dilatasi.
 Alveolus berfungsi sebagai tempat pertukaran udara juga
gerbang masuk bagi udara ke dalam sistem peredaran darah.
3. Cara sedererhana untuk mendeteksi adanya kelainan dalam sistem
respirasi adalah dengan mengamati bunyi pernapasan dan melihat
perbandingan volume tidal, volume ekspirasi cadangan dan volume
inspirasi cadangan.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 12, Jakarta: EGC.
Handoko. 2001. Sistem Pernapasan Manusia. Jakarta: Esis.

Rahmat. 2007. Biologi Universitas. Jakarta: Gramedia.

Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC.

Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press.

Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember: Jember University Press.

Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern Histologi. Bandung: Tarsito.


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
PERCOBAAN V
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

Disusun oleh :
Kelompok F/5

Dini Wahidah 10060316211


Marwa Safira R.A. 10060316213
Farah Yumna Ambaro 10060316215
Dilla Nurul Aisyah 10060316216
Indarti Ulfayani 10060316217

Asisten : Widya Anggar K., S.Farm

Tanggal Praktikum : 25 Oktober 2017


Tanggal Pengumpulan : 02 November 2017

LABORATORIUM TERPADU UNIT E- FARMASETIKA


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1439 H/2017 M

Anda mungkin juga menyukai