Anda di halaman 1dari 7

Cover

Teori
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok. Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk
pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir (Dirjen POM, 1979).
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok: dasar
salep senyawa hidrokarbon, dasar saleop serap, dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dan dasar salep yang dapat larut dalam air. Setiap salep obat
menggunakan salah satu dasar salep tersebut ( Dirjen POM, 1979)
Macam-macam dasar salep antara lain :
1. Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep hidrokarbon, yaitu terdiri antara lain vaselin putih, vaselin
kuning, paraffin liquid, paraffin padat, jelene, minyak tumbuh-
tumbuhan, campuran vaselin dengan malam putih, malam kuning. Dasar
salep hidrokarbon (dasar bersifat lemak) bebas air, preparat yang berair
mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja, bila lebih
minyak sukar bercampur. Dasar hidrokarbon dipakai terutama untuk
efek emolien. Dasar salep tersebut bertahan pada kulit untuk waktu yang
lama dan tidak memungkinkan larinya lembab ke udara dan sukar dicuci.
Kerjanya sebagai bahan penutup saja. Tidak mengering atau tidak ada
perubahan dengan berjalannya waktu (Ansel, 1989).
2. Dasar salep serap
Dasar salep ini dapat dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama
terdiri atas dasar yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi
air dalam minyak (paraffin hidrofilik dan lanolin anhidrat) dan kelompok
kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan
sejumlah larutan air tambahan (Lanolin) (Ansel, 1989).
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidrofilik
dan lebih tepatnya disebut krim. Dasar salep ini mudah dicuci dari kulit
atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk bahan dasar
kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif dengan
menggunakan dasar salep ini. Keuntungan lain adalah dapat diencerkan
dengan air dan mudah menyerap air pada kelainan dermatologik (Ansel,
1989).
4. Dasar salep larut dalam air
Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari
konstituen larut air. Sama halnya dengan dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dasar salep ini banyak memiliki keuntungan (Ansel, 1989).
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat
yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, serta
stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan
dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan.
Misalnya obat-obat yang dapat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep
hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung air meskipun obat tersebut
bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mengandung air (Anief, 2000).

DATA PERFORMULASI ZAT TAMBAHAN


1. ADEPS LANAE
Pemerian : berwarna kuning, berbau khas dan tidak berasa.
Masa seperti lemak, lengket
Kelarutan : tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air
kurang lebih 2 kali beratnya, agak sukar larut dalam
etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah
larut dalameter dan dalam kloroform.
Bobot jenis : 0,932 – 0,945 g/cm3
Titik leleh : 238°C
Titik lebur : 45 –55°C
Stabilitas : Stabil dalam ruangan tertutup terhadap cahaya,
dingin,tempat kering, normal disimpan selama 2
tahun (Dirjen POM, 1995:57).
Inkompatibilitas : lanolin mungkin tertutup prooxidan, yang mana
stabil terhadap zat aktif (Rowe, et al 33)
2. PROPILEN GLIKOL
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau; rasa agak manis higroskopik

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton,


dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P; larut
dalam 6 bagian eter P; tidak dapat dicampur dengan
eter minyak tanah P dan beberapa minyak essensial
tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Stabilitas : Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat, lindungi dari cahaya, ditempat dingin
dan kering. Pada suhu yang tinggi akan teroksidasi
menjadi propionaldehid asam laktat, asam piruvat&
asam asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol,
gliserin, atau air. (Dirjen POM, 1995:712)
Inkompatibilitas : Propilen glikol tidak kompatibel dengan reagen
pengoksidasi seperti kalium permanganate (Rowe,
521)

3. SETIL ALKOHOL
Pemerian : granul; warna putih; berasa lemah; berbau khas.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol (95%) P dan dalam
eter, larut dengan adanya peningkatan temperatur,
praktis tidak larut dalam air.
Titik lebur : 45,52° C
Pemakaian : emulgator 2%-5%.
Stabilitas : stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan air
(Dirjen POM, 1995, 72)
Inkompatibilitas : tidak bercampur dengan oksidator kuat.
Bertanggung jawab untuk menurunkan titik leleh
ibuprofen. (Rowe, 156).
4. VASELIN ALBUM
Pemerian : Berwarna putih kuning pucat, tidak berbau, tidak
berasa, masa lunak, lengket, sifat ini tetap setelah zat
ini dileburkan hingga dingin tanpa diaduk,
berflorosensi lemah.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut
dalam kloroform, dalam eter P, dan dalam eter
minyak tanah P, larutan kadang kadang berfloresensi
lemah.
Stabilitas : petrolatum stabil dengan bahan alam seperti
komponen hidroskarbon. Mudah teroksidasi
sehingga distabilkan dengan antioksidan seperti
butilated hidroksianisole, butilated hidroksi toluene,
atau alpha tokoperol. (Dirjen POM, 1995:823)
Inkompatibilitas : inkompatibilitas dengan bahan bahan inert/ netral
(Rowe el al: 421).

Prosedur
Vaselin Album dan Propilen Glikol
Semua bahan ditimbang, dimasukkan vaselin album sebanyak 19,8 gram dan
propilen glikol sebanyak 2,2, gram ke dalam cawan penguap. Kemudian,
dipanaskan sampai mencair homogen dalam penangas air. Diangkat cawan
penguap dari tangas air, dimasukkan ke dalam mortir dan gerus hingga homogen.
Ditimbang sebanyak 20 gram dan dimasukkan ke dalam pot salep.
Pembahasan
Kesimpulan
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI
Anief, Moh. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press; Yogyakarta
Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat “Teori dan Praktik”. Gajah Mada
University Press : Yogyakarta.

Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke empat.


Universitas Indonesia: Jakarta.

Syamsuni, A.H, 2006, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Chaerunnisa, Anis Yohana. 2009. Farmasetika Dasar. Widya Padjajaran:
Bandung.

1. ) .Sumber : Farmakope Indonesia IV hal 57 dan Handbook Of


pharmaceutical Exipient hal 33
2. Ssd
3. Eded
4.

Sumber : Farmakope Indonesia IV hal 823Handbook Of Pharmaceutical Exipient


hal 421

Anda mungkin juga menyukai