Anda di halaman 1dari 3

Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung, faring, trakea,

bronkus, paru-paru (bronkiol dan alveolus).


1. Rongga hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga
hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar
sebasea). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat
saluran pernapasan. selain itu terdapat juga rambut pendek dan tebal yang
berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat
konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan
udara yang masuk (Waluyo, 2006: 258-259).

2. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Pharynx adalah bagian dari
systema digestiva yang terletak dibelakang cavum nasi, cavum oris, dan larynx.
Oleh karena itu pharynx dibagi menjadi pars nasalis (naso-pharynx), pars oralis
(oro-pharynx), dan pars laryngea (laryngo-pharynx). Pharynx membentang mulai
dari basis cranii ke bawah sampai dengan batas bawah cartilago cricoidea, yang
kemudian melanjutkan diri sebagai esophagus. Pharynx adalah suatu pipa yang
tersusun atas oto-otot dan lapisan fibrous yang dilapisi oleh suatu membran
mucoss. Pharynx dihubungkan sebagai saluran bersama antara saluran makanan
dan jalannya udara pernafasan (Gardner, Gray, dan ORahilly, 1991: 126).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan
terdengar sebagai suara (Waluyo, 2006: 259).
3. Trakea
Trakea merupakan jalan masuknya udara yang ditandai oleh dinding tulang
rawan, dan percabangannya disebut bronkus (Feneis, 1997: 144).
Trakea (tenggorokan) berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak
sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torac). Dinding tenggorokan tipis
dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga
bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke
saluran pernapasan (Waluyo, 2006: 259).
4. Bronkus
Bronki atau bronchi merupakan cabang-cabang trakea (Feneis, 1997: 144).
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan
dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya
tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih
besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus (Waluyo, 2006: 259).
5. Paru-paru (bronkiol dan alveolus)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, dibagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura.
Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam
(pleura visceralis) dan selaput yang menyeliputi rongga dada yang bersebelahan
dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).

Gambar 1. Struktur paru-paru

Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang
salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon.
Oleh karena alveolus berselaput tipis dan disitu banyak bermuara kapiler darah
maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan (Waluyo, 2006: 259-260).

Histologi paru meliputi:


o Kecuali pada hilus, paru dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat tipis
superfisial. Mesotel selapis gepeng bersandar pada kapsula ini.
o Sel mesotel pleura mempunyai mikrovili apikal yang sedikit, mensekresi
pelumas seperti air ke dalam rongga pleura dan bersandar pada membran
basalis yang tipis.
o Mesotel membentuk batas ke dua ruang pleura dan memungkinkan paru
bergerak dengan bebas terhadap dinding tubuh dan diafragma.
o Kapilar alveoli dan alveoli erat berlekatan melalui jaringan ikat tipis. Pada
tempat keduanya erat berlekatan, jaringan ikat terutama tidak lebih dari
suatu serta kolagen atau juluran fibroblas yang terputus-putus.
o Jaringan ikat yang lebih banyak mengelilingi cabang besar jalan napas.
Misalnya, jaringan ini mengikat bronkus dan arteri pulmonalis bersama-
sama.
o Unsur jaringan ikat lainnya menggabungkan vena, limfa, dan saraf ke
struktur paru lainnya dan septum jaringan ikat membagi segmen
bronkopulmonalis (Johnson, 1994: 259-261).

Johnson, K. E. 1994. Seri Kapita Selekta Histologi dan Biologi Sel. Terjemahan oleh F. Arifin
Gunawijaya. Jakarta: Binarupa Aksara.
Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember: Jember University Press.

Anda mungkin juga menyukai