ANTIDIARE
Disusun oleh:
Diare adalah keadaan buang air besar dengan banyak cairan (mencret) dan
merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lainnya (Tjay dan
Rahardja 2002). Diare merupakan kondisi defekasi dengan feses berbentuk cairan
atau setengah cair yang memiliki kandungan air lebih banyak dari biasanya, yakni
lebih dari 100–200 ml per feses. Diare dapat atau tanpa disertai lendir dan darah,
tapi kondisi diare feses dipastikan mengandung lebih banyak air dibandingkan yang
normal (Hudayani 2008).
Diare merupakan proses fisiologis tubuh untuk mempertahankan diri dari
serangan mikroorganisme (virus, bakteri, dan parasit) atau bahan-bahan makanan
yang dapat merusak usus agar tidak menyebabkan kerusakan mukosa saluran cerna.
Diare dikatakan meningkat ketika frekuensi meningkat dengan konsentrasi feses
lebih cair. Obat antidiare digolongkan menjadi beberapa golongan:
1. Kemoterapeutika
Umumnya obat jenis ini tidak digunakan pada diare, tapi pada
kondisi tertentu obat antimikroba diperlukan pada diare yang disebabkan
oleh infeksi bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi
parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin.
Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri
penyebab diare dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan
amoksisilin, sulfonamida, furazolidone, dan kuinolon) (Harkness 1984).
2. Zat penekan peristaltik usus
Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna
dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh obat ini
adalah derivat petidin (difenoksilat dan loperamid) dan antikolinergik
(atropin dan ekstrak belladona) (Gunawan 2007).
3. Adsorbensia
Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Obat ini melapisi
permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat
merusak serta menembus mukosa usus (Gunawan 2007). Obat diare yang
dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan antara adsorben
dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri dan toksin
sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama feses.
Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif,
karbon aktif, garam, bismuth, kaolin, dan pektin (Harkness 1984).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kerja dari gerakan
peristaltik usus dalam kondisi normal dan mengetahui dampak sediaan antidiare
terhadap gerakan peristaltik usus.
TINJAUAN PUSTAKA
Diare
Diare adalah keadaan buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari dengan
konsistensi cair atau lunak (Nanda 2015). Secara klinis, istilah diare digunakan
untuk menjelaskan terjadinya peningkatan likuiditas feses yang dihubungkan
dengan peningkatan berat atau volume feses dan frekuensinya. Banyak faktor resiko
yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare. Salah satu faktornya adalah
sanitasi lingkungan yang kurang baik, persediaan air yang tidak higienis, dan
kurangnya pengetahuan (Rahman et al. 2016). Selain itu, faktor higiene perorangan
yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya diare (Azwinsyah et al. 2014).
Pada kondisi diare ini tidak terjadi gap osmotic dan diare tidak berhubungan dengan
isi usus sehingga tidak bisa dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini dikenal sebagai
diare sekretorik.
Natrium Chloride
Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam
yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl)
sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan
perubahan konsentrasi natrium. Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan
interstitial disebabkan oleh keseimbangan Gibbs Donnan, sedangkan perbedaan
kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor
aktif dari natrium keluar sel yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel
(pompa Na+ dan K+). Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran
keseimbangan antara natrium yang masuk dan natrium yang dikeluarkan.
Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel mukosa saluran cerna
dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau
keringat di kulit. Cairan yang berioneonesi konsentrasi natrium yang berada pada
saluran cerna bagian atas hampir mendekati cairan ekstrasel, tetapi natrium
direabsorpsi sebagai cairan pada saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu
konsentrasi natrium pada feses hanya mencapai 40 mEq/L4 (Yaswir dan Ferawati
2012).
Loperamide
Attapulgite
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah syringe 1 ml, sonde
lambung, gunting, pinset, penggaris, dan alas kayu. Bahan yang digunakan adalah
mencit (Mus musculus), NaCl fisiologis, Entrostop (attapulgite), Imodium
(loperamide), kombinasi xylazine dan ketamine (lethal dose), dan tinta hitam.
Prosedur Praktikum
Imodium/loperamide 43 17 0.40
Entrostop/attapulgite 48 32 0.66
Contoh perhitungan rasio (NaCl fisiologis):
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑟𝑘𝑒𝑟 35
Rasio =𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑠𝑢𝑠 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢ℎ𝑢𝑟𝑎𝑛 = 52 = 0.67
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan SG. 2007. Farmakologi dan Terapi. Ed ke-5. Jakarta (ID): UI Press.
Harkness R. 1984. Interaksi Obat. Bandung (ID): ITB Press.
Hudayani M. 2008. Efek Anti Diare Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit pada Mencit
Jantan. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nanda. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Iowa (IA): Willey-
Blackwater.
Oktaviani L. 2016. Uji antidiare ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.)
dibandingkan dengan obat attapulgite pada mencit (Mus musculus L.) jantan
yang diinduksi Oleum ricini [skripsi]. Lampung (ID): Universitas Lampung.
Putri AH, Busman H, Nurcahyani N. 2016. Uji efektifitas rimpang rumput teki
(Cyperus rotundus L.) dengan obat Imodium terhadap antidiare pada mencit
(Mus musculus L.) jantan yang diinduksi Oleum rinci. Jurnal Biologi
Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati. 3 (2): 25-32.
Suherman LP, Hermanto F, Pramukti ML. 2013. Efek antidiare ekstrak etanol daun
mindi (Melia azedarach Linn) pada mencit swiss webster jantan. Kartika
Jurnal Ilmiah Farmasi. 1(1): 38-44.
Sohji Y, Kawashima K, Shimizu M. 1987. [Pharmacological studies of loperamide,
an anti-diarrheal agent. II. Effects on peristalsis of the small intestine and
colon in guinea pigs (author's transl)]. Nihon Yakurigaku Zasshi. 74(1): 155-
163.
Tjay TH, Rahardja K. 2002 Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek
Sampingnya. Edisi ke-5. Jakarta (ID): Gramedia.
Widyaningsih TD, Safitri RM. 2014. Efek antidiare minuman fungsional jelly drink
cincau hitam (Mesona palutris BL). Jurnal Agroteknologi. 8(1): 74-84.
Yaswir R, Ferawati I. 2012. Fisiologi dan gangguan keseimbangan natrium, kalium
dan klorida serta pemeriksaan laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas. 1(2):
80-85.
Zarghami M, Rezapour M. 2017. Loperamide depedency: A case report. Addict
Health. 9(1): 59-63.