Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PERCOBAAN Vl

“ANTIDIARE”

Dosen Pembimbing Praktikum : Apt. Anwar Sodiq M.Farm

Nama Asisten Praktikum : Nailahana Huwaida Zahra

Disusun Oleh :

Kelompok B3/ Golongan B1

No Nama NIM Ttd Kontribusi


1. Hidayatus Safarah Setya. K. 202205035 Cara kerja, Pertanyaan Diskusi

2. Inayatul Maftukhah 202205040 Pembahasan

3. Iska Riskiandani 202205042 Dasa Teori, Cover

4. Wulan Mawar Nurfadhillah 202205069 Perhitungan, Hasil

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa mampu melakukan uji antidiare pada komposisi obat bahan alam yang
berbeda
2. Mahasiswa mampu mengenal, mempraktekkan, dan membandingkan efek dari
beberapa tanaman antidiare terhadap tikus berdasarkan data farmakologinya

B. Dasar Teori

Diare adalah penyakit yang di tandai dengan terjadinya perubahan bentuk dan konsentrasi
tinja yang melembek sampai dengan cair dengan frekuensi lebih dari lima kali sehari. Diare dapat
merupakan penyakit yang sangat akut dan berbahya karena sering mengakibatkan kematian bila
terlambat penanganannya.(Pudiastuti,2011)
Diare merupakan syndrome penyakit yang di tandai dendan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari
biasanya hingga 3 kali atau lebih dalam sehari. Dengan ungkapan lain, diare adalah buang air besar
(defikasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan. Kandungan air dalam tinja lebih banyak
daripada biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja) atau frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan 3 kali pada anak.
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti
malabsorbsi. Menurut (Ngastiyah, 2014), factor penyebab diare adalah sebagai berikut.
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi enternal sebagai berikut :
a) Infekasi bakteri : Vibrio, Escherichia coli, Salmonella, Shigella, Camphylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsakie, Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus, dan lain-lain).
c) Infeksi Parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba
Histolyatica, Giardia Lambia, Trichomonas Hominis), Jamur (Candida Albicans)
2) Infeksi Parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya.

b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat : diskarida (intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Bayi dan anak yang terpenting
dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
2) Malabsorbsi Lemak
3) Malabsorbsi Protein
c. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.

Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare menurut (Hidayat, 2008) adalah sebagai berikut :
a. Diare akut, yaitu diare yang menyerang dan biasanya akan berlangsung kurang dari 14
hari. Akibat yang akan muncul dari diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi
penyebab utama kematian bagi penderita diare
b. Diare presisten atau diare kronis yaitu diare yang biasanya akan berlangsung selama lebih
dari 14 hari dan terjadi secara terus-menerus. Akibat dari diare ini penderita akan
mengalami penurunan berat badan dan gangguan metabolisme pada tubuh.
c. Diare disentri yaitu diare yang disertai darah yang bercampur dalam tinja yang
dikeluarkannya. Akibat diare ini adalah penderita akan mengalami anoreksia, penurunan
berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.
d. Diare yang dialami dengan masalah (diare akut dan persisten) yang mungkin juga disertai
dengan penyakit lain di dalam tubuh seperti : demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

Obat tradisional telah lama digunakan masyarakat Indonesia dan merupakan suatu aset
nasional yang sampai hari ini masih dimanfaatkan pada pengobatan rumah tangga dengan
menggunakan bahan-bahan atau tumbuhan yang ada disekitar rumah. Obat tradisional digunakan
sebagai suatu alternatif untuk tujuan menjaga kesehatan maupun untuk pengobatan sendiri (Jamal dan
Suhardi, 1999).
Daun pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman obat-obatan karena mengandung senyawa
alkaloida dan enzim proteolitik,papain, khimopapain dan lisozim,yang berguna pada proses
pencernaan dan mempermudah kerja usus (Kamaruddin dan Salim, 2003). Papain juga berfungsi
membantu pengaturan asam amino dan membantu mengeluarkan racun dari dalam tubuh (Sharma dan
Ogbeide, 1991).
Daun pepaya juga mengandung β karoten yang berfungsi sebagai pro vitamin A dan dapat
digunakan sebagai sumber Xantophyl alami (Depkes RI, 1991). Daun pepaya mengandung protein
kasar sebesar 20,88%, kalsium 0,99%, phosphor 0,47% dan Gross energi 2912 kkal/kg(Hasil Analisis
Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran,2007).
Menurut hasil penelitian dari Sukmawati (2017) senyawa yang mempunyai efek antidiare
adalah tanin dan flavonoid. Tanin bersifat adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus sehingga
bersifat obstipansia dan mekanisme flavonoid juga bisa menghambat mortilitas usus sehingga dapat
mengurangi cairan dan elektrolit (Afrisa, 2016). Flavonoid adalah salah satu jenis senyawa polifenol
yang berfungsi sebagai agen antidiare. Adapun mekanisme kerjanya adalah dengan cara menghambat
mortilitas usus sehingga dapat mengurangi cairan dan elektrolit (Di Carlo dkk., 1993). Aktivitas
flavonoid (kuersetin) yang lain adalah dengan menghambat pelepasan asetilkolin di saluran cerna
(Rizal dkk., 2016). Penghambatan pelepasan asetilkolin akan menyebabkan berkurangnya aktivasi
reseptor asetilkolin nikotinik yang memperantarai terjadinya kontraksi otot polos dan teraktivasinya
reseptor asetilkolin muskarinik (khususnya Ach-M3) yang mengatur motilitas gastrointestinal dan
kontraksi otot polos (Ikawati, 2008).
Oleum ricini (minyak jarak) merupakan trigliserida yang berkhasiat sebagai laksansia. Di
dalam usus halus, minyak ini mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam risinoleat yang
merangsang mukosa usus, sehingga mempercepat gerak peristaltiknya dan mengakibatkan pengeluaran
isi usus dengan cepat. Dosis oleum ricini adalah 2 sampai 3 sendok makan (15-30 ml), diberikan
sewaktu perut kosong. Efeknya timbul 1 sampai 6 jam setelah pemberian, berupa pengeluaran buang
air besar berbentuk encer (Anwar, 2000).
Minyak jarak dapat menyebabkan diare, dimana asam risinoleat yang merupakan metabolit
aktifnya dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi mukosa usus yang diikuti dengan pengeluaran
prostaglandin. Adanya prostaglandin dapat menstimulus gerak peristaltik di usus halus. Minyak jarak
juga dapat menginduksi diare dengan mencegah terjadinya reabsorpsi air sehingga volume usus halus
meningkat.
Penghambatan biosintesis prostaglandin dapat menekan terjadinya diare yang disebabkan oleh
induksi minyak jarak. Tanin, alkaloid, kuersetin, dan derivat terpenoid merupakan senyawa yang
mempunyai efek antidiare dan antiinflamasi. Senyawa-senyawa tersebut diketahui dapat menghambat
pelepasan autakoid dan prostaglandin sehingga menurunkan motilitas usus yang diakibatkan oleh
induksi minyak jarak.
Senyawa-senyawa tersebut terdapat dalam kandungan bahan alam sediaan uji. Adanya
adsorben yaitu atapulgit dan karbon aktif, bekerja melindungi mukosa usus dan meningkatkan
reabsorpsi cairan sehingga mukosa usus menjadi lebih resisten. Efek penghambatan diare sediaan uji
terhadap frekuensi diare, waktu terjadi diare setelah induksi, dan durasi diare mungkin dapat
dijelaskan dari dua mekanisme ini.
Loperamid merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat yang dua sampai tiga kali lebih kuat
tetapi tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat (Tjay dan Raharjo, 2002). Loperamid memperlambat
motalitas saluran cerna dengan mempengaruhi sirkuler dan longitudinal usus. Obat ini berikatan
dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh reseptor tersebut
(Marcellus, 2001). Loperamid mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel
mukosa yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam kondisi hipersekresi ke keadaan resorpsi normal
(Tjay dan Raharja, 2002). Loperamid HCl memperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus (Sardjono dkk., 2004).
Loperamide HCl sebagai kontrol positif merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat
obstipasi tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat sehingga tidak menimbulkan ketergantungan. Zat
ini mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel
yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali (Tjay dan Raharja,
2002).
Natrium karboksimetil selulosa (Na- CMC) merupakan senyawa anion bersifat biodegradable,
tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak beracun.Natrium karboksimetil selulosa (Na-CMC) biasanya
berbentuk butiran atau bubuk yang dapat larut dalam air tetapi, tidak dapat larut dalam larutan organik.
Natrium karboksimetil selulosa (Na-CMC) memiliki rentang pH sebesar 6,5-8 stabil pada rentang pH
2–10. Natrium karboksimetil selulosa (Na- CMC) bereaksi dengan garam logam berat sehingga
membentuk film yang tidak larut dalam air. Dan Natrium karboksimetil selulosa (Na-CMC) tidak
bereaksi dengan senyawa organik (Kamal N, 2010).
Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan, pepaya menurut Putra (2015) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisio : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniiidae
Ordo : Violales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica pepaya L.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Hidayat A.A. 2008. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa. Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Anwar, J., 2000, Farmakologi dan Terapi Obat-Obat Saluran Cerna, 511-562.Hipocrates, Jakarta.
Ikawati, Z., 2008, Pengantar Farmakologi Molekuler, cetakan kedua, Gadjah. Mada University Press,
Yogyakarta.
Jamal S., & Suhardi, 1999, Penggunaan Obat Tradisional oleh Anggota Rumah Tangga Jawa dan Bali
Menurut SKRT 1995, Media Litbankes Edisi Khusus “Obat Asli Indonesia”, 8(3), 10-13.
Kamal, N. 2010. Pengaruh Bahan Aditif CMC (Carboxy Methyl Cellulose) Terhadap Beberapa
Parameter Pada Larutan Sukrosa. Jurnal Teknologi Vol. 1, Edisi 17, (78-84).
Kamaruddin, M. dan Salim. 2003. Pengaruh Pemberian Air Perasan Daun Pepaya Pada Ayam :
Respon Patofisilogik Hepar. Journal Sain Veteriner. 20(1): 5-8.
Marcellus, K. S., 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, 179-191, Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indenesia, Jakarta.
Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Pudiastuti, R. D. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sardjono, H., Santoso, O., Dewoto, H.R., 2004, Farmakologi dan Terapi, Edisi Keempat, 189-206.
Jakarta. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya,
Edisi Kelima, 270-279. Jakarta. Efek Media Komputindo.
Untung Widodo, Bircher, J., Lotterer, E. 1993. Kumpulan Data Klinik Farmakologi. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Putra, W. S. 2015. Kitab Herbal Nusantara Kumpulan Resep & Ramuan Tanaman Obat Untuk
Berbagai Gangguan Kesehatan. Edisi 1. Editor Andien. Yogyakarta: Katahati.

Anda mungkin juga menyukai