AKTIVITAS ANTIDIARE
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK: 2
Nama Anggota Kelompok: 1. Aprina Ferantika (20011023)
2. Arfah Dewi (20011025)
3. Ayub Purnama (20011031)
4. Benni Saputra (20011035)
5. Chenia Nandini (20011039)
KELAS/SHIFT: 2020C/1
DOSEN PENGAMPU: 1. Apt. Fitratul Wahyuni M.Farm
2. Apt. Ifora, M.Farm
3. Syamsi Kahirani, S.Si
ASISTEN DOSEN: 1. Alfarhan tri putra (19011111)
2. Arya putra (19011107)
3. Clara Alta Fanta (19011034)
4. Dwi suci julianti (19011035)
5. Ego medya unggul (19011076)
6. Putri nova susanti (20012016)
7. Silmi kaffah (19011120)
8. Thesa helmalia putri (19011024)
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFARM) PADANG
2022/2023
Pratikum Objek 4
Aktivitas Analgetik
I. Tujuan
II. Teori
Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan
atau setengah cairan (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja lebih
banyak dari biasanya, normalnya 100 – 200 ml per tinja. Buang air besar encer
tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah. Pada diare, tinja mengandung
lebih banyak air dibandingkan yang normal. Diare dapat diklasifikasi yaitu :
a) Diare infeksi enternal atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus,
parasit).
b) Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi di luar usus (otitis, media,
infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran urin, dan lainnya)
2). Klasifikasi diare pada bayi dan anak secara luas berdasarkan lamanya diare:
a) Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, dan bisa
berlangsung terus selama beberapa hari. Diare ini disebabkan oleh karena
infeksi usus sehingga dapat terjadi pada setiap umur dan bila menyerang
umumnya disebut gastroenteritis infantile.
b) Diare kronik merupakan diare yang berlangsung lebih dari dua minggu,
sedangkan diare yang sifatnya menahun diantara diare akut dan diare kronik
disebut diare sub akut.
Diare adalah suatu gejala klinik gangguan pada saluran pencernaan dimana
konsistensi tinja berbentuk cairan atau setengah cairan dan frekuensi terjadinya
defekasi lebih sering dari keadaan normal sekitar empat sampai lima kali sehari,
dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari normal yaitu 200
g/hari. Karena berat feses sebagian besar ditentukan oleh air feses, kebanyakan
kasus diare disebabkan oleh gangguan air dan elektrolit di usus. Penyebab diare
adalah: peningkatan tekanan osmotik di dalam usus sehingga menyebabkan retensi
air didalam lumen, sekresi elektrolit dan air yang berlebihan ke dalam lumen usus,
eksudasi protein dan cairan dari mukosa, peningkatan motilitas usus sehingga
mempercepat transit (Suliska, N., dkk. 2019).
Diare merupakan penyakit yang sering terjadi dan tersebar luas di seluruh
penjuru dunia. Diare dapat menyebabkan lebih dari 4 juta kematian setiap tahunnya
pada anak-anak balita. Khususnya di negara berkembang, diare menjadi penyebab
utama malnutrisi kalori protein dan dehidrasi. Upaya penanggulangan diare dapat
dilakukan dengan obat modern dan obat tradisional yang penggunaannya sudah
banyak dilakukan secara turun-temurun. Penggunaan tumbuhan sebagai obat
tradisional banyak diminati sehubungan dengan adanya efek samping dari
penggunaan obat modern. Obat tradisional lebih dipilih karena dianggap
mempunyai efek samping yang lebih kecil.
Oleum ricini atau castor coil atau minyak Ricinus communis jarak berasal
dari biji suatu trigleserida risenosolat dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam usus
halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam
risenosolat. Asam risenosolat inilah yang merupakan bahan aktif sebagai pencahar.
Minyak jarak menyebabkan dehidrasi yang disertai gangguan merupakan bahan
elektrolit. induksi Obat diare ini pada penelitian diare secara ekperimental pada
hewan percobaan (Nurcahyani, N. 2016).
III. Alat Dan Bahan
Hewan Percobaan: Mencit (3 ekor), berat badan 20-30g
1. Alat
• Batang Pengaduk
• Spuit Oral (Sonde Oral)
• Spuit 1 ml
• Beaker
• Gelas ukur
• Timbangan berat badan
2. Bahan
• Alcohol 70%
• Aqua destilat
• Norit 5%
• Na. CMC 0,5%
• Ol. Ricini
• Tablet Loperamid 2 mg/70kg BB manusia
IV. Prosedur Kerja
• Sebelumnya puasakan menci 16-18 jam, tetapi tetap diberikan air minum
• Pertama-tama masing-masing mencit ditimbang berat badannya.
• Ketiga mencit masing-masing diberi obat sesuai dengan pembagian
kelompok sebelumnya yaitu loperamide 4 mg/70kg BB manusia
• Hitung dosis dan volume pemberian untuk masing-masing mencit.
• Ketiga mencit masing-masing diberi oleum ricini sesuai VAO yang telah
dihitung sebelumnya, secara peroral dengan sonde oral.
• Selanjutnya diberikan sediaan obat yaitu loperamide sesuai VAO yang telah
dihitung sebelumnya secara peroral dengan sonde oral.
• Tunggu hingga 15 menit.
• Setelah 15 menit pemberian sediaan uji, semua mencit kemudian diberikan
marker norit secara peroral dengan sonde oral sebanyak 0,2 dan tunggu 20
menit
• 20 menit setelah pemberian norit, hewan coba dikorbankan secara dislokasi
tulang leher
• Usus dikeluarkan secara hati-hati, sampai teregang. Ukur Panjang usus
keseluruhan dan ukur Panjang usus yang dilalui marker norit
• Dan hitung % hambatannya
V. Hasil
= 0,01508
▪ VAO = 1% x BB
= (1/100) x 29
= 0,29 ml
▪ Sediaan yang ditimbang = (100 x konversi)/VAO
= (100 x 00,0104)/0,29
= 3,586 mg
= 0,003586 g
▪ % kadar = (0,003586/100) x 100%
= 0,003586%
= 0,015496
▪ VAO = 1% x BB
= (1/100) x 29,8
= 0,298 ml
▪ Sediaan yang ditimbang = (100 x konversi)/VAO
= (100 x 0,0104)/0,298
= 3,489 mg
= 0,003489 g
▪ % kadar = (0,003489/100) x 100%
= 0,003489%
= 0,01092
▪ VAO = 1% x BB
= (1/100) x 21
= 0,21 ml
▪ Sediaan yang ditimbang = (100 x konversi)/VAO
= (100 x 0,0104)/0,21
= 4,952 mg
= 0,004952 g
▪ % kadar = (0,004952/100) x 100%
= 0,004952%
Data pengamatan dan hasil:
kelompok Hewan uji Vol Panjang Panjang Selisih %hambatan
kode BB oral usus marker (a-b)
(g) (ml) (a) norit (b) (cm)
(cm)
Kel 1 1 26,2 0,262 35 10 15 10,41%
2 23,9 0,239 39 16 23
3 29,9 0,299 50,5 28 22,5
Jumlah 124,5 54 60,5
Rata-rata 41,5 18 20,16
Kel 2 1 29 0,29 50 15 35 2,08%
2 29,8 0,298 45 30 15
3 21 0,21 - - -
Jumlah 95 45 50
Rata-rata 47,5 22,5 25
Kel 3 1 26 0,26 38 30 8 -56,25%
2 25,7 0,257 53 44 9
3 26 0,26 54 35 19
Jumlah 145 109 36
Rata-rata 48,3 36,3 12
Kel 4 1 26,9 0,269 - - - 0%
2 26 0,26 42 32 10
3 26 0,26 41 8 33
Jumlah 83 40 43
Rata-rata 41,5 20 21,5
Perhitungan:
• Kelompok 1
Rumus rasio lintasan marker (R)
= (Panjang lintasan marker) / (panjang usus keseluruhan)
= (18) / (41,5)
= 0,43
% penghambatan
= [(rasio control negatif - rasio kelompok uji) / (rasio control negative)] x 100%
= [(0,48 - 0,43) / (0,48)] x 100%
= 10,41%
• Kelompok 2
Rumus rasio lintasan marker (R)
= (Panjang lintasan marker) / (panjang usus keseluruhan)
= (22,5) / (47,5)
= 0,47
% penghambatan
= [(rasio control negatif - rasio kelompok uji) / (rasio control negative)] x 100%
= [(0,48 - 0,47) / (0,48)] x 100%
= 2.08%
• Kelompok 3
Rumus rasio lintasan marker (R)
= (Panjang lintasan marker) / (panjang usus keseluruhan)
= (36) / (48)
= 0,75
% penghambatan
= [(rasio control negatif - rasio kelompok uji) / (rasio control negative)] x 100%
= [(0,48 - 0,75) / (0,48)] x 100%
= -56,25%
• Kelompok 4
Rumus rasio lintasan marker (R)
= (Panjang lintasan marker) / (panjang usus keseluruhan)
= (20) / (41,5)
= 0,48
% penghambatan
= [(rasio control negatif - rasio kelompok uji) / (rasio control negative)] x 100%
= [(0,48 - 0,48) / (0,48)] x 100%
= 0%
VI. Pembahasan
Pada pratikum kali ini yaitu tentang aktivitas antidiare, pratikum ini
bertujuan untuke mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare yaitu dapat
menghambat diare dengan metode transit intesinal. Prinsip dari pratikum kali ini
adalah mengamati efek obat antidiare dengan membandingkan panjang jalur yang
dilewati oleh marker nori tantara pilorus dan sepanjang usus halus.
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit.
Hal karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiplogi manusia, juga
karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu pengamatan
dan pengerjaannya dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum digunakan untuk
percobaan, mencit dipuasakan selama 18jam sebelum percobaan tetapi minum tetap
diberikan. Hal tersebut dikarenakan makanan dalam usus akan berpengaruh
terhadap kecepatan peristaltic. Tiap kelompok diberi 3 ekor mencit. Prosedur
pertama dilakukan adalah menimbang masing-masing mencit untuk menentukan
banyaknya dosis sediaan uji yang akan diberikan pada tiap mencit, yang
sebelumnya sudah diberi tanda pada tiap ekor mencit untuk mempermudah
penandaan pada menci.
Bahan obat yang digunakan adalah loperamid HCL. Obat ini termasuk
dalam golongan antimotilitas dan sekresi usus golongan opiat. Obat ini turunan
difenoksilat khasiatnya berupa obstipasi. Obat ini tidak menimbulkan kecanduan
karena tidak dapat menyebrangi sawar-darah otak dibandingkan opiate lain. Selain
loperamid HCL, bahan kedua yang digunakan adalah tinta cina (marker). Marker
ini digunakan karena mudah diperoleh dipasaran serta murah, stabil, tidak toksik,
tidak dapat diserap dinding usus. Marker dapat mewarnai dinding usus.
Adanya bahan ini pada lumen mencit yang sebelumnya sudah diberi obat
antidiare menyebabkan kecepatan aliran marker melewati usus akan terhambat.
Terhambatnya disebabkan pemberian loperamid HCL bekerja mengurangi
motilitas usus mencit dibandingkan normal. Bahan ketiga adalah Na CMC. Na
CMC dipilih sebagai kontrol karena Na CMC dapat melarutkan loperamid HCL
dengan baik. Bahan tersebut digunakan sebagai control negatif yang akan
dibandingkan terhadap obat antidiare pada kelompok lainnya.
Alat yang digunakan adalah alat - alat bedah. Mencit yang sudah melewati
tahap prosedur metode transit intestinal akan dilakukan dislokasi, lalu pembedahan
untuk mengukur rasio marker terhadap panjang usus keseluruhan. Alat selanjutnya
meja bedah. Meja bedah ini digunakan sebagai alas pada proses pembedahan
mencit. Sonde oral digunakan untuk memasukan obat antidiare, tinta cina, dan
marker. Terakhir penggaris digunakan untuk mengukur panjang usus keseluruhan
dan panjang jarak penempuhan tinta cina di lumen usus. Norit merupakan senyawa
yang bersifat adsorbensia dan tidak dapat dicerna. Semakin Panjang rasio usus
maka dinyatakan memberikan efek antidiare lebih baik.
Dari hasil uang didapatkan bisa dilihat persen hambatan dari masing-masing
mencit dengan sediaan yang sama dan dosis yang berbeda. Berdasarkan teori,
pemberian loperamid HCL berlebih akan lebih menurunkan kecepatan motilitas
usus sehingga kandungan air yang berlebih pada zat yang masuk ke usus dapat
diserap dengan lamanya zat tersebut menempati usus. Namun, pada hasil pratikum
ini, peningkatan dosis loperamid malah mengakibatkan peningkatan motilitas usus
yang ditandai dengan cepatnya marker melewati lumen usus.
Pada pratikum kali ini dapat disimpulkan bahwa Diare adalah suatu gejala
klinik gangguan pada saluran pencernaan dimana konsistensi tinja berbentuk cairan
atau setengah cairan dan frekuensi terjadinya defekasi lebih sering dari keadaan
normal. Penginduksi diare yang digunakan yaitu oleum ricini. peningkatan dosis
loperamid malah mengakibatkan peningkatan motilitas usus yang ditandai dengan
cepatnya marker melewati lumen usus
VIII. Saran
Musdar, T. A. (2012). Uji Aktivitas antidiare ekstrak etanol daun salam (Poliyanthi
folium) pada mencut (Mus musculus) yang di induksi oleum ricini. Skripsi
tidak diterbitkan). Makasar: UIN Alauddin Makasar.
Nurcahyani, N. (2016). Uji Efektivitas Ekstrak Rimpang Rumput Teki (Cyperus
rotundus L.) Dengan Obat Imodium Terhadap Antidiare Pada Mencit (Mus
musculus L.) Jantan yang Diinduksi Oleum Ricini. Jurnal Biologi
Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati, 3(2), 25-32
Sukmawati, I. K., Sukandar, E. Y., & Kurniati, N. F. (2018). Aktivitas Antidiare
Ekstrak Etanol Daun Suji (Dracaena Angustifolia Roxb). PHARMACY:
Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia), 14(2),
173-187.
Suliska, N., Evrianto, T. D., & Herlinda, H. (2019). Efek Antidiare Infusa Daun
Senggani (Melastoma malabathricum L.) Pada Mencit Jantan Galur Swiss
Webster Yang Di Induksi Oleum ricini. Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia, 17(2), 126-131.
IX. Dokumentasi Pratiku