Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 3

Nama Anggota :
1) Linda Ikha Wahyuni
2) Reny Aulia
3) Riva Mardiana Dila
4) Herliana Maharani Sukma
5) Muhammad RIfki Ansari
Rumusan Masalah :
1. Apa definisi diare?
2. Apa penyebab dari diare?
3. Apa saja tanda dan gejala diare?
4. Bagaimana patofisiologi diare?
5. Bagaimana pathway diare?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk diare?
7. Bagaimana penatalaksaan diare?

Tinjauan Pustaka

1. Definisi Diare
Didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang
air besar yang lebih dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin
dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (Saputri, N. et.al. 2019).

2. Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan gastroenteritis pada balita yaitu infeksi yang
disebabkab bakteri, virus, atau parasite, adanya gangguan penyerapan makanan
dan malabsorsi, alergi, keracunan bahan kimia atau racun yang terkadung dalam
makanan, imunodefesiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun serta penyebab
lain (Suraatmaja, (2007) dalam (Hartati & Nurazila, 2018).

3. Tanda & Gejala


Tanda dan gejala diare
Menurut Ngastiyah (2014), gambaran klinis penyakit diare bermula dengan
pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai
lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan
karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet
karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
makinbanyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh
usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan
dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan
cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun,
turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi),
selaput lender bibir dan mulut
serta kulit tampak kering

4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalm rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit dalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus, isi rongga usus yang berlebih ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan
tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkanbakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula.Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup kedalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare ( Titik
Lestari,2016).
5. Pathway

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Anwar (2020) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :


1) Pemeriksaan Laboratorium
2) Pemeriksaan Tinja
3) Makroskopis dan mikroskopis
4) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest
5) Bila diperlukan lakukan pemeriksaan biakal dan uji resistensi
6) Pemeriksaan Darah
7) pH darah dan elektrolit (Natrium, kalium, dan fosfor) dalam serum untuk
menentukan keseimbangan asam dan basa
8) Kadar ureum dan kreatin untuk mengetahui faal ginjal
9) Intubasi Doudenum ( Doudenal Intubation) Untuk mengetahui jasad atau
parasite secara kuantitatif dan kualitatif terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.

7. Penatalaksaan
Menurut Anwar (2020) pengobatan adalah suatu proses yang menggambarkan
pengetahuan, keahlian, serta pertimbangan professional di setiap tindakan untuk
membuat keputusan Tujuan penatalaksanaan diare terutama :
a. Mencegah dehidrasi
b. Mengobati dehidrasi
c. Mencegah gangguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan sesudah
diare.
d. Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.
e. Cara untuk mengobati diare untuk itu Kementrian Kesehatan telah menyusun
yaitu: Rehidrasi menggunakan oralit

1) Pemberian Oralit
Oralit adalah campuran garam elektrolit yang terdiri atas Natrium Klorida (NaCl),
Kalium Klorida (KCI), Sitrat dan Glukosa. Oralit osmolaritas rendah telah di
rekomendasikan oleh WHO dan UNICEF (United Nations International Children’s
Emergency Fund).
2) Manfaat Oralit.
Berikan oralit segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengobati dehidrasi
sebagai pengganti cairan dan elektrolit yang terbuang saat diare. Sejak tahun
2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit osmolaritas rendah diberikan
kepada pederita diare akan :
a) Mengurangi volume tinja hingga 25%
b) Mengurangi mual muntah hingga 30%
c) Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai 33%.
3) Cara membuat Oralit
a) Cuci tangan dengan air dan sabun
b) Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak (200cc)
c) Masukan satu bungkus Oralit 200cc
d) Aduk sampai larut
e) Berikan larutan oralit kepada penderita diare
4) Cara memberikan cairan oralit
a) Berikan dengan sendok atau gelas
b) Berikan dikit demi sedikit sampai habis
c) Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian dilanjutkan dengan sabar
sesendok setiap 2-3 menit.
d) Walau diare berkelanjut, Oralit tetap diteruskan Bila larutan oralit pertama habis,
buatkan satu gelas larutan oralit berikutnya.

Daftar Pustaka

Saputri, N. (2019). Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita di
Puskesmas Bernung. Ilmu keperawatan dan kebidanan, 10 (1). pp.101-110.

Hartati, S., & Nurazila. (2018). Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita di
wilayah kerja puskesmas rejosari pekanbaru, 3(2), 400–407.
Titik Lestari, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Anwar, R. N., & Azizah, N. (2020). Pengasuhan Anak Usia Dini Di Era New Normal
Perspektif Islam. Thufuli : Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 2(2), 1.

Anda mungkin juga menyukai