DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
1. Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian mukosa
dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah (How, C., 2010). Menurut
Dennis, dkk (2016) diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari
biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair
(kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau
200ml/24jam). Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset mendadak dengan frekuensi
lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan muntah dan berlangsung kurang dari 14 hari
(Sudoyo, 2009). Gastroenteritis akut juga didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari gejala
infeksi saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme seperti bakteri,
virus, dan parasit. Beberapa organisme tersebut biasanya menginfeksi saluran pencernaan
manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh organisme tersebut (food
borne disease) (Mendri, 2017). Berdasarkan hal tersebut dapat disumpulkan Gastroenteritis
akut (GEA) adalah inflamasi mukosa dari saluran gastrointestinal akibat infeksi organisme
seperti bakteri, virus, dan parasit ditandai dengan feses yang lebih lembek atau cair dan
muntah dengan onset mendadak yang frekunsinya lebih dari 3 kali sehari dan berlansung
kurang dari 14 hari.
2. Patofisiologi
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh empat hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus, parasit),
faktor malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis. Diare karena infeksi seperti bakteri,
berawal dari makanan atau minuman yang terkontaminasi dan tertelan masuk ke dalam saluran
pencernaan. Sistem pertahanan tubuh di lambung yaitu asam lambung, dapat membunuh bakteri yang
masuk ke dalam lambung, namun apabila jumlah bakteri terlalu banyak, maka dapat lulus dan masuk
ke duodenum kemudian berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang
diserang adalah usus. Bakteri di dalam usus akan memproduksi enzim yang dapat mencairkan lapisan
lendir permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk ke dalam mebran epitel dan akan mengeluarkan
toksin yang dapat merangsang sekresi cairan-cairan usus di bagian kripta villi dan menghambat
absorbs cairan. Akitabnya volume cairan di dalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan
dinding usus mengembung dan tegang, dan akan terjadi hipemotilitas untuk menyalurkan cairan di
usus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbs usus maka akan terjadi diare
(Ngastiyah, 2005). Makanan beracun juga dapat menyebabkan diare apabila tertelan. Makanan
beracun di dalam usus akan menyebabkan iritasi mukosa usus dan mengakibatkan hiperperistaltik,
sehingga terjadi penurunan absorbsi usus, dan timbul diare. Peristaltik yang menurun juga dapat
menyebabkan diare karena bakteri tumbuh berlebihan (Ngastiyah, 2005). 12 Adanya iritasi mukosa
usus dan peningkatkan volume cairan di lumen usus menyebabkan nyeri pada abdomen. Selain itu,
nyeri abdomen atau kram juga timbul karena metabolisme kabohidrat oleh bakteri di usus yang
menghasilkan gas H2 dan C02 yang juga akan menimbulkan kembung dan flatus berlebihan.
Biasanya pada keadaan ini juga akan timbul keluhan mual muntah dan nafsu makan menurun. Hal ini
dikarenakan terjadinya ketidakseimbangan asam-basa dan elektrolit (Ngastiyah, 2005).
3. Manifestasi
Menurut Ida Mardalena (2018) manifestasi klinis gastroenteritis antara lain :
a. Nyeri perut
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
i. Diare
j. Demam
k. Membran mukosa mulut dan bibir kering
l. Lemah
m. Fontanel cekung.
4. Farmakologi
Terapi Farmakologi untuk gastroenteritis :
4.1 Antimotilitas
Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: candu dan alkaloidnya, derivate
petidin (definoksilat dan loperamid), dan antikolinergik (atropine dan ekstrak beladona)
(Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007). Obat ini berikatan dengan reseptor opoid
sehingga diduga efek kontisipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor
tersebut. Obat ini sama efektifnya dengan difenoksilat untuk pengobatan diare kronik. Efek
samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap efek
kontipasi jarang sekali terjadi. Pada sukarelawan yang mendapatkan dosis besar loperamid,
kadar puncak pada plasma dicapai dalam waktu empat jam sesudah minum obat. Masa laten
yang lama ini disebabkan oleh penghambatan 13 motilitas saluran cerna dan karena obat
mengalami sirkulasi enterohepatic. Waktu paruhnya adalah 7-14 jam. Loperamid tidak diserap
dengan baik melalui pemberian oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik; sifat-sifat ini
menunjang selektifitas kerja loperamid. Sebagian besar obat dieksresikan bersama tinja.
Kemungkinan disalahgunakan obat ini lebih kecil dari difenoksilat karena tidak menimbulkan
euphoria seperti morfin dan kelarutannya rendah (Departemen Farmakologi dan Terapi UI,
2007).
4.2 Adsorben
Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah mengikat atau menyerap
toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin
dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk
kedalam golongan ini adalah karbon, mucilage, kaolin, pektin, garam-garam bismuth, dan garam-
garam alumunium (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
a. Dosis attalpugit pada anak 6-12 tahun sebanyak 700mg setiap sesudah BAB, pada anak diatas
12tahun dan dewasa 1400mg setiap sesudah BAB.
b. Dosis kaolin anak 3-6 tahun diberikan 1-2 sendok makan (15-30 ml) setiap habis BAB.
4.3 Antibiotik
Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala demam, feses berdarah, leukosit pada
feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare
infeksi. Pemberian antibiotik dapat secara empiris, tetapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan
kultur resisten kuman (Farthing M et al, 2013).
4.4 Antiemetik
Antiemetik adalah obat yang digunakan untuk mengobati mual dan muntah karena berbagai
penyebab. Salah satunya adalah domperidon yang Organisme Antibiotik Pilihan Pertama Antibiotik
Pilihan Kedua Campulobacter, Sigella atau Salmonella spp. Ciprofloxacin 500 mg oral 2 kali sehari.
3-5 hari Salmonella/Shigella Ceftriaxone 1 gram IM/IV sehari TMP-SMX DS oral 2 kali sehari, 3
hari Campilobacter spp Azithromycin 500 mg oral 2 kali sehari, 5 hari Vibrio Cholera Tetracycline
500 mg oral 4 kali sehari, 3-5 hari Resisten tetracycline Ciprofloxacin 1 gram oral 1 kali
Erythromycin 250 mg oral 4 kali sehari, 3 hari Traveler’s diarrhea Ciprofloxacin 500 mg 2 kali sehari
oral 2 kali sehari, 3 hari Clostridium difficile Metronidazole 250-500 mg 4 kali sehari 7-14 hari, oral
atau IV Vancomycin 125 mg 4 kali sehari, 7-14 hari 15 digunakan untuk mengobati mual dan muntah
yang terjadi karena efek dari diare, muntah biasanya menyertai diare pada gastrornteritis akut
(Nurwidati, 2010).
a. Metoclopramide dosis pada anak usia 6-12 tahun dengan berat badan 20-29kg sirup 5mg/5ml 3x
sehari, pada dewasa metoclopramide 10mg/tablet 3xsehari
b. Domperidon dosis pada dewasa 10-20mg tablet 3x sehari (Farthing et al, 2008)
4.5 Antipiretik
Obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh yang tinggi atau hanya
menurunkan temperatur suhu tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal.
1. Dosis Paracetamol pada anak 6-12 tahun 250-500mg tablet 3-4x sehari, pada dewasa 500-1000mg
tablet 3-4x sehari
2. Dosis Ibuprofen pada dewasa yaitu 400mg tablet 3-4x sehari (Farthing et al, 2008).
5. Terapi Diet
Pengidap gastroenteritis disarankan untuk mengonsumsi makanan lunak. Hal ini bisa membantu
lapisan usus agar sembuh lebih cepat dan memungkinkan tubuh untuk mendapatkan kembali energi.
Selain itu, pengidap penyakit ini juga disarankan untuk makan sedikit-sedikit. Jika sudah mulai
membaik, jumlah konsumsi makanan bisa ditingkatkan secara bertahap.
Jenis makanan yang cocok untuk pengidap gastroenteritis:
a. Sup
Sup kaldu menjadi menu makanan yang sering direkomendasikan untuk seseorang yang sedang
sakit. Sup berbahan dasar kaldu memiliki kandungan air yang tinggi sehingga menambah hidrasi
tubuh selama mengalami gastroenteritis.
b. Kentang Rebus
Kentang yang direbus memiliki tekstur lembut, rendah lemak, dan terbuat dari pati yang mudah
dicerna. Kentang juga sarat dengan kalium yang merupakan elektrolit primer yang hilang selama
mengalami gastroenteritis. Hindari menambahkan topping tinggi lemak, seperti mentega, keju, dan
krim asam yang dapat memperburuk gastroenteritis.
c. Telur
Selain mudah dicerna, telur adalah sumber protein yang baik dan menyediakan nutrisi lain,
seperti vitamin B dan selenium, yang merupakan mineral yang penting bagi sistem kekebalan tubuh.
Hindari menggoreng telur dalam minyak atau mentega karena jumlah lemak yang tinggi dapat
memperburuk kondisi gastroenteritis.
Selain memperhatikan makanan yang dikonsumsi, penting juga untuk menerapkan pola makan
atau diet yang tepat. Pengidap gastroenteritis bisa mencoba menerapkan metode diet BRAT, yaitu diet
rendah serat dengan mengonsumsi empat menu utama, yaitu pisang, nasi, saus apel dan roti bakar.
Meski bercita rasa hambar, BRAT sangat direkomendasikan bagi seseorang yang mengalami masalah
pencernaan, termasuk gastroenteritis. Ini karena, keempat makanan tersebut memiliki tekstur yang
lembut.
Namun, mengonsumsi BRAT saja tidak memberikan semua nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Seseorang yang mengidap gangguan pencernaan perlu mengonsumsi bahan makanan lainnya, seperti
daging rendah lemak, ikan, sayuran, dan lain-lain untuk memenuhi nutrisi tubuh.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Keluhan utama : Diare <10x, mual, muntah, lemas nafsu makan turun hanya 2-3
2) Kronologis keluhan
Diagram Genogram :
Keterangan :
Garis perkawinan
Garis keturunan
Klien
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor resiko : Tidak ada
• Hal yang sangat dipikirkan saat ini : Klien merasa terganggu dengan
h. Kondisi Lingkungan Rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini : Lingkungan rumah
rapih dan bersih
i. Pola kebiasaan
a. Mandi
b. Oral Hygiene
Pola Eliminasi
a. Bak
b. Sistem Penglihatan
3) Sklera : Anikterik
c. Sistem Pendengaran
d. Sistem Pernapasan
1) Jalan napas : Bersih
2) Pernapasan : Tidak sesak
3) Frekuensi : 18 x/menit
4) Irama : Teratur
5) Jenis pernapasan : Spontan
6) Insfeksi : Simetris
9) Auskultasi : Vesikuler
e. Sistem Kardiovaskuler :
h. Sistem Pencernaan
1) Abdomen
b) Auskultasi : BU 20 x / menit
2) Muntah : Ya
3) Diare : Ya
i. Sistem Urogenital
Sistem Muskuloskeletal
2) Kekuatan otot :
... 5 5 ...
... 5 5 ...
Klien awalnya menganggap sakitnya ini hanya sebagai hal biasa karena terlalu banyak
makan makanan yang pedas . Tetapi ternyata setelah dua hari tidak kunjung sembuh malah
semakin memburuk maka akhirnya berobat ke rumah sakit.
Penatalaksanaan menurut tim medis pada kasus GE yaitu antara lain sebagai berikut :
1 Pemulihan cairan
2 Obat symtomatis
Injeksi :
- Ranitidin 50 mg / 12 jam
Oral :
B. Analisa Data
tubuh
Produksi enzim HCL
Data Obyektif :
meningkat
Klien tampak lemas, porsi diet
2 – 3 sendok habis,
mual, muntah, anorexia
TD : 100 / 60 mmHg
Nadi : 62 x / menit
Suhu : 37.5
khas feces ,
Terjadi rangsangan
BU : 20 x/mnt.
untuk mengeluarkan
pengeluaran berlebihan
ada selera untuk minum dan elektrolit yang Bab cair berlebihan
pucat
Cairan tubuh banyak
2. klien tampak lemas
keluar / output
berlebihan
C. Diagnosa Keperawatan
menurun
4 – 2 – 2020 6 – 2 – 2020
Gangguan pola kebutuhan
2
eliminasi berhubungan dengan
D. Intervensi
masuk
4.Timbang BB
Untuk memonitor
klien perhari
perkembangan
asupan nutrisi.
2 Gangguan pola a. Jangka Pendek 1. Monitor Bab Untuk mengetahui
antifulgatif
3 Resiko a. Jangka Pendek 1.Jelaskan agar klien memahami
Setelah dilakukan
Sebagai alternative
rawatan selam 3 x 24 asupan cairan pengganti
4.Kolaborasi dengan
jam tanda dan gejala medis untuk
pemberian larutan
gangguan rehidrasi dan cairan
infus
keseimbangancaira
n tidak terjadi
Dengan kriteria :
Turgor kulit baik,
mukosa mulut dan
bibir basah
E. Implementasi / Tindakan Keperawatan
- Domperidon tablet 1 x 50 mg
14.30 36
04-02-2020 12.00 Memotifasi klien supaya banyak minum minimal 8 gelas sehari
14.30 P kering)
P. Intervensi dilanjutkan
P. Intervensi dilanjutkan
P. Intervensi dihentikan
Tabel 1.13 Evaluasi Tindakan Keperawatan Diagnosa 1 dn 2 (hari ke II)
menit
P. Intervensi dihentikan
2
S. Klien mengatakan Bab sudah kembali normal (GE negative)
P. Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diagnosa yang muncul pada kasus GE pada Ny. S adalah Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan nafsu makan menurun. gangguan pola eliminasi berhubungan dengan Bab
2. Tindakan yang dapat terlaksana dengan baik dalam perawatan Ny. S adalah
mengobservasi keadaan umum klien, memantau tanda dan gejala dehidrasi, memantau
pentingnya cairan untuk tubuh, melanjutkan terapi dari dokter untuk obat antidiare dan
antiemetic, menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, memberikan diet sesuai
dengan kondisi klien seperti anjuran ahli gizi, menganjurkan klien untuk banyak minum.
3. Tindakan yang kurang dapat terlaksana dengan baik yaitu memonitor keadaan
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan mengenai Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus
pada klien GE (Gastroenteritis) ini adalah :
a. Institusi Pendidikan
Penulis berharap kepada institusi Poltekkes Kemenkes Riau, Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus
ini dapat dijadikan referensi untuk memperkaya bahan ajar terutama mata ajar Keperawatan
c. Penulis selanjutnya
Hasil penulisan ini dapat dikembangkan lagi mengenai asuhan keperawatan yang lebih rinci
lagi untuk menghasilkan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas dan bermanfaat bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Bidup John, 2009. Keperawatan kesehatan anak untuk petugas penyuluhan kesehatan
dan bidan desa. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Beherman E Richard, dkk. 2012. Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam. Vol 2. Edisi 15.
EGC : Jakarta.
Suriadi, Rita Yuliani : 2011. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam .Edisi 1.
Agung Seto. Jakarta.
Sudaru, Heru. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta