Oleh :
i
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Penyebab dari gastroentritis sebagai berikut yaitu :
a. Infeksi internal yang merupakan infeksi pada saluran pencernaan sebagai
sebab utama diare yang meliputi : Infeksi bakteri (vibrio, E.coli, salmonella,
shigella), Infeksi virus (enterovirus, rotavirus, adenovirus), Infeksi parasit
(cacing ascaris, trichiuris, oxyyuris), Protozoa (entamoeba histolitika, giardia,
lamblia, trichomonas), Jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain, di luar pencernaan,
seperti OMA, tonsilopharingitis, bronkopneumonia, ensephalitis (terutama
pada bayi dan anak di bawah dua tahun).
c. Faktor non infeksius : Keracunan makanan, Malabsorbsi, Faktor makanan
(makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan), Kerusakan struktural,
Faktor imunologik, Faktor psikologis (rasa cemas).
(Diyono, 2013)
2
3. Manifestasi Klinis Gastroentritis
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair, badan lemas, dehidrasi,
anoreksia, mual dan muntah, berat badan menurun, perut nyeri dan tegang
peristaltik usus meningkat, anus kadang lecet, takikardi, ketidakseimbangan
antara masukan dan keluaran, peningkatan serum natrium, urine pekat, perilaku
tidak kensentrasi, mudah terganggu, dan demam ( Diyono, 2013).
4. Patofisiologi Gastoentritis
Penyebab gastroentritis akut adalah masuknya virus ( rotavirus, adenovirus
enteris, virus norwalk), bakteri atau toksin (compylobacter, salmonella, escerihia
coli, yersinia, dan lainya). beberapa mikrooganisme patogen ini menyebabkan
infeksi dan merusak sel – sel. Beberapa kasus di temui penyebaran patogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
( makanan tidak dapat diserap dan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus berlebihan sehingga timbul diare). selain itu menimbulkan gangguan sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus
yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu
sendiri adalah kehilangan air dan eletrolit ( dehidrasi ) yang mengakibatkan
gangguan asam basa ( asidosis metabolik dan hipokalemia ), gangguan gizi
(intake kurang , output berlebih ), hipoglikemia dan gangguan sikulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus karena gerakan
peristaltik dan sekmentasi usus. Namun akibat terjadi oleh bakteri maka pada
saluran pencernaan akan timbul mur-mur usus yang berlebihan dan kadang
menimbulkan rasa penuh pada perut sehingga penderita selalu ingin BAB ( Nuari,
2015 ).
3
PATHWAY
Gastroenteritis / GEA
Nyeri akut
4
5. Komplikasi
Akibat yang ditimbulkan Gastroentritis adalah :
Dehidrasi ( ringan, sedang, berat hipotonik atau hipertonik), Renjatan
hipovolemik, Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan elektrokardiogram), Hipoglikemia, Intoleransi sekunder
akibat kerusakan fili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa, Kejang, terjadi
pada dehidrasi hipertonik, Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika
lama atau kronik) (Haryono, 2012).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboraturium yang meliputi :
a. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadargula dalam tinja dengan kertas
lakmus dan tablet dinistes, bila di duga terdapat imtoleransi gula, Bila
diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi .
b. Pemeriksaan darah
PH dan cadangan alkali untuk menentukan gangguan keseimbangan asam
basa, Darah perifer lengkap, Analisis gas darah dan elektrolit ( terutama Na,
K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), Kadar ureum dan
kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
c. Intubasi Duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasid secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
( Nuari, 2015)
7. Penatalaksanaan
Dasar penanganan diare adalah :
a. Dietik
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral, dan makanan yang bersih. Asi untuk pasien bayi. (Haryono,
2012)
b. Obat-obatan
1) Obat anti diare : anti motilitas dan sekresi usus loperamid 4mg setelah
BAB dan tidak boleh lebih dari 8mg/ hari untuk dewasa, sedangkan pada
5
anak-anak 2-6 tahun (13-20kg) 1mg 3x/hari, anak-anak 6-8 tahun (20-
30kg) 2mg 2x/hari, 8-12 tahun (>30kg) 2mg 3x/hari
2) Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbsi zat toksik yaitu norit
1-2 (1 tablet 200mg) tablet diulang sesuai kebutuhan, untuk orang
dewasa dan anak-anak 2-3 kapsul/hari
3) Antiemetik (Ondansentron) : Bayi/ anak dengan BB 8-15 Kg berikan 2
mg, Bayi/ anak dengan BB 15-30 Kg berikan 4 mg, Anak dengan BB
>30 Kg berikan 8 mg, dan pada dewasa dapat diberikan 4-8 mg/hari,
dengan dosis maksimal 8 mg/hari
4) Antibiotik : Doksisiklin untuk orang dewasa dosis sekali minum 300 mg,
Tetrasiklin untuk anak-anak dosis 12,5 mg/KgBB (4 kali perhari untuk 3
hari maksimal 2g/hari)
5) Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitru : vitamin B1, asam
volat
c. Rehidrasi
Mengganti cairan yang hilang sampai diare berhenti dengan cara
memberikan oralid, cairan infuz ringer laktat, dekstose 5%, dekstrosa dalam
salin dll.) (Haryono, 2012).
6
Q: BAB lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah/lendir, mules,
muntah (Muttaqin, Sari, 2018)
R: adanya nyeri abdomen karena iritasi lokal serabut sarafiotestinal
akibat respon inflamasi (Muttaqin, Sari, 2018)
S : konsistensi BAB cair, badan terasa lemas sehingga mengganggu
aktifitas sehari-hari (Muttaqin, Sari, 2018)
T : keinginan BAB dirasakan mendadak setiap saat (Muttaqin, Sari,
2018)
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Apakah pernah menderita diare sebelumnya, karena alergi makanan atau
lainnya, jika pada anak riwayat imunisasi (Haryono, 2012)
2) Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam keluarga klien ada yang mengalami gastroenteritis, karena
penularan gastroentritis bisa melalui fekal-oral dari satu keluarga ke
keluarga yang lainnya (Nuari, 2015)
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran
Pengkajian yang didapat akan berhubungan dengan kondisi status
hidrasi dan usia individu. Apabila status hidrasi menurun, pasien
terlihat sangat lemas, dan pada kondisi lanjut akan didapatkan
kesadaran menurun (apatis, somnolen, sopora komatus) sebagai
respons dan hipovolemik. (Muttaqin, Sari, 2018)
b) Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital seperti nadi dan respirasi cepat, tekanan
darah turun, serta denyut jantung cepat (Muttaqin, Sari, 2018)
2) Body System
a) Sistem pernapasan
Inspeksi : bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak
pucat dan pernapasan cepat dan dalam (kusmaul)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus terasa sama atau
tidak sama kanan dan kiri
Perkusi : sonor
7
Auskultasi: pernapasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat
dan dalam
(Muttaqin, Sari, 2018)
b) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak
pucat
Palpasi : akral dingin, denyut nadi cepat dan lemah
Perkusi : turunnya volume darah, maka curah jangtung pun akan
ikut turun
Auskultasi : tekanan darah mengalami penurunan
(Muttaqin, Sari, 2018)
c) Sistem persyarafan
Inspeksi : Pada pasien dengan dehidrasi berat akan menyebabkan
penurunan perfusi jaringan serebral dengan manifestasi sakit
kepala, perasaan lesu dan lemah. (Nuari, 2015)
d) Sistem perkemihan
Inspeksi : pada kondisi dehidrasi berat akan didapatkan
penurunan urine ouput. Semakin berat dehidrasi, maka akan
didapatkan kondisi oliguria sampai anuria, urin berwarna kuning
pekat
Palpasi : bladder (kantong kemih) kosong atau sedikit urin yang
di tampung akibat dehidrasi.
(Nuari, 2015)
e) Sistem pencernaan
Inspeksi : pada pasien dehidrasi berat akan terlihat lemas, sering
BAB, pada anak dengan diare akut mungkin didapatkan
kembung, disetensi abdomen
Asukultasi : didapatkan peningkatan bising usu lebih dari
25x/mnt yang berhubungan dengan peningkatan motilitas usus
dari peradangan pada saluran gastrointestinal
Perkusi : didapatkan suara hypertimpani abdomen yang
mengalami distensi abdomen.
8
Palpasi : apakah didapatkan supel (elastisitas dinding abdomen
optimal) dan apakah didapatkan adanya nyeri tekan (tenderness)
pada area abdomen
(Muttaqin, Sari, 2018)
f) Sistem integument
Inspeksi : keringat dingin, mata cekung, ubun-ubun pada anak
nampak cekung, mata cowong, membran mukosa kering,
diaforesis, warna kulit pucat
Palpasi : kulit kering, turgor kulit menurun ˂3 detik
(Muttaqin, Sari, 2018)
g) Sistem muskuloskeletal
Inspeksi : kelemahan fisik, pada diare kronis dengan deplesi
nutrisi dan elektrolit akan didapatkan kram otot ekstremitas,
kekuatan otot
5555 5555
555 555
Palpasi : elastisitas menurun
(Haryono, 2012)
h) Sistem reproduksi
Inspeksi : pemeriksaan anus dan sekitarnya lecet karena seringnya
BAB lebih dari 3x/ hari dan feses menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat. (Muttaqin, Sari, 2018)
i) Sistem endokrin
Bila terjadi gangguan biokimia asidosis metabolik akan terjadi nafas
cepat dan dalam dan terjadi perangsangan pada hipofisis yang
kemudia melepaskan hormon antidiuretik sehingga terjadi oliguria
(Diyono, 2013)
j) Sistem Imunitas
Ketika sistem imun tidak mampu menghadapi bakteri/ virus
penyebab gastroentritis akan terjadi peradangan yang menginvasi
pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi
sitotoksin. (Muttaqin, Sari, 2018)
k) Sistem penginderaan
9
Inspeksi : mata cowong dan cekung, otot-otot kaku sampai
sianosis, suara serak, makan terasa hambar dan tidak mau
minum pada dehidrasi berat karena disebabkan apatis sampai
koma, suara serak (Nuari, 2015).
2. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB yang
berlebihan
1) Definisi
Kerusakan kulit ( dermis dan / atau epidermis ) atau jaringan ( membran
mukosa , kornea , fasia , otot , tendon , tulang , kartilago , kapsul
sendi.dan / atau ligamen ) .
2) Penyebab
Perubahan sirkulasi, Perubahan status nutrisi ( kelebihan atau kekurangan
) Kekurangan / kelebihan volume cairan, Penurunan mobilitas, Bahan
kimia initatif, Suhu lingkungan yang ekstrem, Faktor mekanis ( mis .
penekanan pada tonjolan tulang , gesekan ) atau faktor elektris
( elektrodiatermi , energi listrik bertegangan tinggi ), Efek samping terapi
radiasi, Kelembaban, Proses penuaan, Neuropati perifer, Perubahan
pigmentasi, Perubahan hormonal, Kurang terpapar informasi tentang
upaya mempertahankan / melindungi integritas jaringan
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif ( tidak tersedia ), Objektif : kerusakan jaringan dan lapisan kulit
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif ( tidak tersedia ), Objektif : nyeri, perdarahan, kemerahan,
hematoma
5) Kondisi Klinis Terkait
Imobilisasi, Gagal jantung kongestif, Gagal ginjal, Diabetes melitus,
Imunodefisiensi ( mis . AIDS )
10
Fisiologis : inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses
infeksi, malabsorbsi.
Psikologis : kecemasan, tingkat stress tinggi.
Situasional : terpapar kontaminan, terpapar toksin, penyalahgunaan
laktasif, penyalahgunaan zat, program pengobatan (agen tiroid, analgetik,
pelunak feses, ferosulfat, antasida, cimetidine dan antibiotic), perubahan
air dan makanan, bakteri pada air
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif (tidak tersedia), objektif : defekasi lebih dari tiga kali dalam 24
jam, feses lembek atau cair
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif : urgency, nyeri/ kram abdomen, objektif : frekuensi peristaltic
meningkat dan bising usus hiperaktif
5) Kondisi klinis terkait
Kanker kolon, diverticulitis, iritasi usus, crohn’s disease, ulkus peptikum,
gastritis, spasma kolon, colitis ulseratif, hipertiroidisme, demam typoid,
malaria, sigelosis, kolera, disentri, hepatitis
11
Penyakit Addison, trauma/ perdarahan, luka bakar, AIDS, penyakit
crohn, muntah, diare, colitis ulseratif, hipoalbuminemia
12
i. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : (tidak tersedia). Objektif : tekanan darah meningkat, pola
napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik
diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis
j. Kondisi Klinis Terkait
Kondisi pembedahan, cedera traumatis, infeksi, sindrom koroner akut,
glaucoma
(PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.)
3. Intervensi
a. Gangguan integritas kulit
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan … x 24 jam diharapkan
masalah gangguan integritas kulit dapat teratasi dan membaik
2) Kriteria hasil
Kerusakan jaringan menurun, kerusakan lapisan kulit menurun
3) Tindakan keperawatan
Perawatan integritas kulit
a) Observasi
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
b) Terapeutik
Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode
diare,
c) Edukasi
Anjurkan minum air yang cukup,anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi, anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
b. Diare
4) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan … x 24 jam diharapkan
masalah diare dapat teratasi dan membaik
5) Kriteria hasil
Kontrol pengeluaran feses menurun, Nyeri abdomen menurun,
Konsistensi feses membaik
6) Tindakan keperawatan
13
Manajemen Diare
a) Observasi
Identifikasi penyebab diare ( mis. inflamasi gastrointestinal , Iritasi
gastrointestinal , pro infeksi , malabsorpsi , ansietas , stres , efek
obat - obatan , pemberian botol susu ), Identifikasi riwayat
pemberian makanan, Monitor tanda dan gejala hipovolemia ( mis.
takikardia , nadi teraba lemah , tekanan darah turun , turgor kulit
turun , mukosa mulut kering , CRT diperhatikan , BB menurun ),
Monitor jumlah pengeluaran diare,
b) Terapeutik
Berikan asupan cairan oral ( mis . larutan garam gula , oralit ,
pedialyte , renalyte ), Berikan cairan intravena ( mis . ringer asetat ,
ringer laktat ) , jika perlu , Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit, Ambil sampel feses untuk kultur , jika
perlu
c) Edukasi
Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap, Anjurkan
menghindari makanan pembentuk gas , pedas dan mengandung
laktosa
d) Koraborasi
Kolaborasi pemberian obat antimotilitas ( mis . loperamide ,
difenoksilat ), Kolaborasi pemberian obat antispasmodic /
spasmolitik ( mis . papaverin , ekstak belladonna, mebeverine ),
Kolaborasi pemberian obat pengerasan feses ( mis , atapulgit ,
smeksit , kaolin - pektin )
c. Hipovolemia
1) Tujuan
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan … x 24 jam diharapkan
penurunan volume cairan dapat membaik
2) Kriteria evaluasi
Frekuensi nadi membaik, Tekanan darah membaik, Tekanan nadi
membaik, Membran mukosa membaik, Kadar Hb membaik, Berat badan
membaik
3) Tindakan keperawatan
14
Manajemen hipovolemia
a) Observasi
Periksa tanda dan gejala hipovolemia ( mis. frekuensi nadi
meningkat , nadi teraba , tekanan darah menurun , tekanan nadi
menyempit , turgor kulit menurun , membran mukosa kering ,
volume urin menurun , hematokrit meningkat , haus , lemah ),
Monitor intake dan output cairan
b) Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan, Berikan posisi termodifikasi
Trendelenburg, Berikan asupan cairan oral
c) Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan, Anjurkan oral menghindari
perubahan posisi
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( mis. NaCl , RL )
d. Hipertermi
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
suhu tubuh kembali normal
2) Kriteria hasil
Menggigil menurun, Pucat menurun, Suhu tubuh membaik
3) Tindakan keperawatan
Manajemen hipertermia
a) Observasi
Identifikasi penyebab hipertermia ( mis . dehidrasi, paparan
lingkungan panas , penggunaan incubator ), Monitor suhu tubuh
b) Terapeutik
Berikan cairan oral, Lakukan pendinginan okstemal ( mis. selimuti
hipotermia atau kompras dingin pada dahi , leher , dada , perut ,
aksila )
c) Edukasi
Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena , jika perlu
15
e. Nyeri akut
1) Tujuan
Setelah dilakukan tndakan keperawatan … x 24 jam diharapkan nyeri
akut dapat menurun dan membaik
2) Kriteria hasil
Keluhan nyeri menurun, Meringis menurun, Sikap protektif menurun,
Gelisah menurun, Muntah menurun, Nafsu makan membaik, Pola tidur
membaik
3) Tindakan keperawatan
Manajemen nyeri
a) Observasi
Identifikasi lokasi , karakteristik , durasi , kualitas , intensitas nyeri,
Identifikasi skala nyeri, Identifikasi respons nyeri non verbal ,
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,
b) Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
( mis .TENS , hipnosis , akupresur , terapi musik , biofeedback ,
terapi pijat , aromaterapi , teknik imajinasi terbimbing .kompres
hangat / dingin , terapi bermain ), Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri ( mis .suhu ruangan ) , pencahayaan,
kebisingan ), Fasilitasi Istirahat dan tidur
c) Edukasi
Jelaskan penyebab , perlode , dan pemicu nyeri, Jelaskan strategi
meredakan nyeri, Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik , jika perlu
16
DAFTAR PUSTAKA
Diyono, S. M. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan . Jakarta:
Prenada Media Group.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Kritaria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta : DPP PPNI
17