Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS

Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah


Dosen Koordinator: M. Budi Santoso., S.Kep, Ns., M.Kep
Dosen Pembimbing : Argi Virgona Bangun, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh:
Justika Pratiwi Putri
2350321096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2024
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Kata “Gastroenteritis” berasal dari kata Yunani gastron (perut) dan enteron
(usus kecil). Secara medis, gastroenteritis didefinisikan sebagai penyakit diare,
dengan kata lain peningkatan frekuensi buang air besar dengan atau tanpa muntah,
demam dan nyeri perut. Peningkatan frekuensi buang air besar didefinisikan oleh
tiga atau lebih buang air besar encer dalam 24 jam atau setidaknya 200 gram
fases per hari (hidayat fahrul, 2023).
Gastroenteritis merujuk pada radang lambung atau usus dan termasuk penyakit
yang dapat menular, diare sering muncul secara mendadak dengan atau tanpa
muntah. Diare biasanya berlangsung selama 5-7 hari dan sebagian besar berhenti
dalam 2 minggu, sedangkan muntah biasanya berlangsung selama 1-2 hari dan
sebagian besar berhenti dalam 3 hari.
Menurut WHO, Gastroenteristis akut diartikan sebagai kondisi individu
mengalami mencret atau mengeluarkan tinja cair lebih dari tiga kali dalam sehari
atau bahkan lebih (MAHARINI, 2020).
2. Etiologi
Menurut MAHARINI (2020) Faktor-faktor penyebab gastroenteritis antara lain:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enternal: dapat terjadi karna infeksi virus Escherichia coli (E.coli),
salmonella enterica, campylobacter, shigella; Infeksi parasite: cacing
( ascaris, trichuris, oxyuris, strongylodes); protozoa (entamoba histolytica,
giardia lambia, tri chomonas nominis); jamur (candidia albicans).
2) Infeksi parenteral ialah infeksi ini disebabkan karena penyakit lain seperti:
otitis media akut (OMA), transilitis atau tonsilofaringitis,
bronkopneumonia
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan
sukrosa); dan monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
2) Malabsorbsi karena lemak
3) Malabsorbsi karena protein: factor makanan (makanan yang sudah basi,
beracun, alergi pada makanan); faktor psikologis (rasa takut dan cemas);
faktor imunodeficyensi; faktor obatobatan, antibiotic; faktor penyakit yang
lainnya.
3. Patofisiologi dan Pathway
a. Patofisiologi
Patofisiologi dari gastroenteritis adalah meningkatnya motilitas dan
cepatnya pengosongan pada intestinal yang diakibatkan oleh gangguan
absorbsi dan ekskresi cairan yang berlebihan, sehingga mengakibatkan
dehidrasi dan dapat terjadi asidosis metabolik. Diare dapat terjadi karena
transport aktif akibat rangsangan racun dari bakteri terhadap elektrolit ke
dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekrsi cairan. Mikroorganisme yang masuk dapat merusak
mukosa sel intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal.
Perubahan pada mukosa intestinal akan menyebabkan peradangan dan
menurunkan 11 kemampuan intestinal untuk mengarbsorbsi cairan dan bahan-
bahan makanan. Sehingga dapat menyebabkan keluarnya feses yang
berlebihan (MAHARINI, 2020).
b. Pathway

Faktor infeksi Faktor mal Faktor makanan Faktor psikologi


( virus, bakteri, absorbs ( makanan basi, (rasa takut dan
parasite) ( karbohidrat, beracun, alergi cemas)
lelemak, protein makanan

Penyerapan sari-sari
makanan, saluran
pencernaan tidak
adekuat

Isi rongga usus


berlebih

Terdapat zat-zat Meningkatnya


Gangguan sekresi
makanan tidak dapat di motalitas usus
serap

Peningkatan aktivitas Kesempatan usus


Tekanan osmotik sekresi air dan menyerap makanan
meningkat elektrolit berkurang

Rebsorbsi di dalam Mengeluarkan isinya


usus terganggu

BAB sering, Inflamasi saluran


konsistensi cair pencernaan

Kulit disekitar anus Peningkatan sekresi Tubuh bereaksi


lecet dan iritasi, terhadap invasi Mual
cairan dan elektrolit
muntah, kemerahan, mikroorganisme
dan gatal
Gangguan integritas Meningkatnya suhu
Dehidrasi Anoreksia
kulit tubuh

Resiko ketidak Hipertermi Defisit


seimbangan cairan Nutrisi

4. Manifestasi Klinis
a. Tanda
1) Turgor kulit berkurang
2) Berat badan menurun
3) Mukosa mulut kering
4) Nadi yang cepat
5) Detak jantung kencang
6) Tekanan darah menurun
7) Kesadaran yang menurun
8) Muka pucat dan nafas cepat
9) BAB lebih ari 4 kali
10) Suhu tubuh meningkat
b. Gejala
1) Nafsu makan menurun
2) Lemas
3) Kekurangan cairan
4) Gelisah
5) Oliguria
6) Anuria
7) Sering merasa haus

5. Komplikasi
Komplikasi gastroenteritis adalah sebagai berikut:
a. Kekurangan volume cairan (ringan, sedang, dan berat)
b. Cardic dysrhythimias akibat hypokalemia dan hipokalsemia
c. Demam
d. Asidosis metabolik
e. Hipokalemia ( ditandai dengan kelemahan otot, bradikardi, perubahan elektro
kardiogram)
f. Hipokalsemia
g. Intoleransi laktosa
h. Kejang
i. Mutah

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja/ feses
1) Makroskopis: fesenya yang keluar berjumlah 250mg dalam kurun waktu
sehari.
2) Mikroskopis: natrium didalam feses normalnya 56-105 mEq/l.
b. Kandungan PH dengan kandungan gula didalam feses dengan kertas lakmus
dan labed klining test dapat dikatakan terjadi intoleransi gula
1) PH yang normal <6
2) Gula tinja, jika hasilnya normal tidak akan terdapat kadar gula didalam
tinja.
c. Pemeriksaan ketidak seimbangan asam dan basa didalam darah, tepatnya
dilakukan dengan menggunaakan pemeriksaan gas darah. Bila terjadi
alkaliosis metabolic ataupun asidosis respiratory maka kandungan CO2
banyak sekali daripada kandungan O2, dan bila terjadi asidosis metabolic
alkalosis respiratory akan memiliki kandungan CO2 lebih sedikit
dibandingkan dengan O2.
d. Pemeriksaan kandungan urine dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
1) Urin normalnya 20sampai 40 mg/dl. Jika menunjukkan adanya kadar urine
peningkatan, berarti terjadi dehidrasi.
2) Kreatinin normalnya 0,5 sampai 1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan kadar
kreatinin berarti terjadi penurunan pada fungsi dari organ ginjal.
e. Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan
elektroda serum, kreatinin. Haemoglobin, dan haematocrit.
f. Duodenum intubation. Berguna untuk mengetahui jumlah kuman yang ada
pada gastroenteritis. Penyebab yang biasa dijumpai bukanlah mikroba yang
berjenis tunggal shigela, crypto sporodium dan E. colienterogregatif dan lain-
lain. Hasil dari pemeriksaan duodenum intubation berupa positif tiga yang
menunjukkan adanya tiga kuman atau bakteri yang dapat menyebabkan
gastroenteristis.

7. Penatalaksanaan
Menurut Sari (2021) penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa
terdiri atas: rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi
simptomatik, dan memberikan terapi definitif.
a. Terapi rehidrasi
Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi, dimana lebih
disarankan dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan cairan (dengan
penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan normal pasien dan
berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama. Selanjutnya, tangani
kehilangan cairan dan cairan untuk pemeliharaan. Hal yang penting
diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih
rendah bila dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila tidak
tersedia cairan ini, boleh diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya
ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter
infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada
keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk
oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi
dengan berbagai akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus mengandung
garam dan glukosa yang dikombinasikan dengan air.
2) Jumlah cairan
Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan. Rehidrasi cairan dapat diberikan
dalam 1-2 jam untuk mencapai kondisi rehidrasi.
3) Jalur pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan
intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
komposisinya berkisar antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na bikarbonat
dan 1,5g KCI setiap liternya. Cairan per oral juga digunakan untuk
memperlahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial.
b. Terapi simtomatik
Pemberian terapi simtomatik haruslah berhati-hati dan setelah benar-benar
dipertimbangkan karena lebih banyak kerugian daripada keuntungannya. Hal
yang harus sangat diperhatikan pada pemberian antiemetik, karena
Metoklopropamid misalnya dapat memberikan kejang pada anak dan remaja
akibat rangsangan ekstrapiramidal. Pada diare akut yang ringan kecuali
rehidrasi peroral, bila tak ada kontraindikasi dapat dipertimbangkan pemberian
Bismuth subsalisilat maupun loperamid dalam waktu singkat. Pada diare yang
berat obat-obat tersebut dapat dipertimbang dalam waktu pemberian yang
singkat dikombinasi dengan pemberian obat antimicrobial.
c. Terapi antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare
infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada
diare infeksi, diare pada pelancong dan pasien immunocompromised.
Pemberian antibiotic dapat secara empiris, tetapi antibiotic spesifik diberikan
berdasarkan kultur dan resistensi kuman

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas pasien: meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur, asal suku
bangsa, dan pekerjaan.
a. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari BAB <4 kali dan cair (diare
tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau
BAB >10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangung <14 hari maka
diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14
hari atau lebih adalah diare persisten.
b. Riwayat penyakit sekarang
1) Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
dan diare.
2) Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
3) Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.
5) Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
6) Diuresis terjadi oliguria.
c. Riwayat Kesehatan meliputi:
1) Riwayat imunisasi.
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat obatan
3) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya.
d. Riwayat nutrisi
1) Asupan makanan
2) Keluhan nyeri abdomen.
3) Distensi abdomen, mual, muntah.
4) Berat badan biasanya turun.
e. Pola eliminasi
1) Frekuensi defekasi sering.3 kali sehari
2) Feses cair, mengandung lendir dan darah.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: baik, sadar (tanpa dehidrasi). Gelisah, (dehidrasi ringan
dan sedang). Lesu, lungkai atau tidak sadar, tidak ada urine (dehidrasi
berat).
2) Berat badan: klien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan
berat badan: dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan berat badan 5%.
Dehidrasi sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.Dehidrasi
berat bila terjadi penurunan berat badan 10-15%.
3) Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor kulit, inspeksi kulit perianal apakah terjadi iritasi.
4) Mulut/lidah Mulut dan lidah biasanya tanpa dehidrasi.Mulut dan lidah
kering (dehidrasi ringan sampai sedang).Mulut dan lidah sangat kering
(dehidrasi berat).
5) Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan bising usus
yang meningkat.
2. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Ds: Faktor infeksi ( virus, Gangguan
- bakteri, parasite) integritas kulit/
Do: ↓ jaringan (D.0129)
1. Kerusakan jaringan Penyerapan sari-sari
dan/atau lapisan makanan, saluran
kulit pencernaan tidak
2. Nyeri adekuat
3. Pendarahan ↓
4. Kemerahan Isi rongga usus
5. Hermatoma berlebih

Terdapat zat-zat
makanan tidak dapat di
serap

Tekanan osmotik
meningkat

Rebsorbsi di dalam
usus terganggu

BAB sering,
konsistensi cair

Kulit disekitar anus
lecet dan iritasi,
muntah, kemerahan,
dan gatal

Gangguan integritas
kulit

2. Ds: Faktor infeksi ( virus, Resiko ketidak


- bakteri, parasite) seimbangan
Do: ↓ cairan (D.0036)
- Penyerapan sari-sari
makanan, saluran
pencernaan tidak
adekuat

Isi rongga usus
berlebih

Terdapat zat-zat
makanan tidak dapat di
serap

Tekanan osmotik
meningkat

Rebsorbsi di dalam
usus terganggu

BAB sering,
konsistensi cair

Peningkatan sekresi
cairan dan elektrolit

Dehidrasi

Resiko ketidak
seimbangan cairan

3. Ds: Faktor mal absorbs Hipertermia


- ( karbohidrat, lelemak, (D.0130)
Do: protein
1. Suhu tubuh diatas ↓
nilai normal Penyerapan sari-sari
2. Kulit merah makanan, saluran
3. Kejang pencernaan tidak
4. Takikardi adekuat
5. Takipnea ↓
6. Kulit terasa hangat Isi rongga usus
berlebih

Gangguan sekresi

Peningkatan aktivitas
sekresi air dan
elektrolit

Megeluarkan isinya

Inflamasi saluran
pencernaan

Tubuh bereaksi
terhadap invasi
mikroorganisme

Meningkatnya suhu
tubuh

Hipertermia

Ds: Faktor mal absorbs Defisit Nutrisi


1. Cepat kenyang setelah ( karbohidrat, lelemak, (D.0019)
makan protein
2. Kram/nyeri abdomen ↓
3. Nafsu makan Penyerapan sari-sari
menurun makanan, saluran
Do: pencernaan tidak
1. Berat badan menurun adekuat
minimal 10% di ↓
bawah rentang ideal. Isi rongga usus
2. Bising usus hiperaktif berlebih
3. Otot pengunyah ↓
lemah Meningkatnya
4. Otot menelan lemah motalitas usus
5. Membran mukosa ↓
pucat Kesempatan usus
6. Sariawan menyerap makanan
7. Serum albumin turun berkurang
8. Rambut rontok ↓
berlebihan Megeluarkan isinya
9. Diare ↓
Inflamasi saluran
pencernaan

Mual

Anoreksia

Defisit Nutrisi

3. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d faktor mekanis
b. Resiko ketidak seimbangan cairan b.d disfungsi intestinal
c. Hipertermia b.d dehidrasi
d. Defisit Nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna makanan

4. Rencana asuhan keperawatan


No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit/ keperawatan …x24 jam (1.11353)
jaringan b.d diharapkan Integritas Kulit Observasi
faktor mekanis dan Jaringan meningkat 1. Identifikasi penyebab
(L.14125) dengan kriteria gangguan integritas kulit
hasil: Terapeutik
1. Elastisitas meningkat 1. Ubah posisi tiap 2 jam
(5) jika tirah baring
2. Hidrasi meningkat (5) 2. Gunakan produk
3. Perfusi jaringan berbahan petrolium atau
meningkat (5) minyak pada kulit kering
4. Kerusakan jaringan 3. Hindari produk berbahan
menurun (5) dasar alkohol pada kulit
5. Kerusakan lapisan kulit
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
menurun (5)
pelembab
6. Nyeri menurun (5)
2. Anjurkan minum air yang
7. Perdarahan menurun cukup
(5) 3. Anjurkan meningkatkan
8. Kemerahan menurun asupan nutrisi
(5) 4. Anjurkan menghindari
9. Hematoma menurun terpapar suhu ekstrem
(5) 5. Anjurkan mandi dan
10. Pigmentasi abnormal menggunkan sabun
menurun (5) secukupnya
11. Jaringan parut menurun
(5) Perawatan Luka
12. Nekrosis menurun (5) Observasi
13. Abrasi kornea menurun 1. Monitor karakteristik luka
(5) 2. Monitor tanda-tanda
14. Suhu kulit membaik (5) infeksi
15. Sensasi membaik (5)
Terapeutik
1. Lepaskan balutan dan
16. Tekstur membaik (5)
plester secara perlahan
17. Pertumbuhan rambut
2. Bersihkan dengan cairan
membaik (5) NaCl atau pembersih
nontoksik
3. Bersihkan jaringan
nekrotik
4. Berikan salep yang sesuai
ke kulit/lesi, jika perlu
5. Pasang balutan sesuai
jenis luka
6. Pertahankan teknik steril
saat melakukan perawatan
luka
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur
debridement
2. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
2. Resiko ketidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan
seimbangan keperawatan …x24 jam Observasi
cairan b.d diharapkan keseimbangan 1. Monitor status hidrasi
disfungsi cairan meningkat 2. Monitor berat badan
intestinal (L.03020) dengan kriteria harian
hasil: 3. Monitor berat badan
1. Asupan cairan sebelum dan sesudah
meningkat (5) dialysis
2. Haluaran urin 4. Monitor hasil
meningkat (5) pemeriksaan laboratorium
3. Kelembapan membran 5. Monitor status
mukosa meningkat (5) hemodinamik
4. Asupan makan Terapeutik
1. Catat intake-output dan
meningkat (5)
hitung balans cairan 24
5. Edema menurun (5)
jam
6. Dehidrasi menurun (5)
2. Berikan asupan cairan,
7. Asistes menurun (5)
sesuai kebutuhan
8. Konfusi menurun (5) 3. Berikan cairan intravena,
9. Tekanan membaik (5) jika perlu
10. Denyut nadi radial Kolaborasi
membaik (5) 1. Kolaborasi pemberian
11. Tekanan arteri rata-rata diuretij jika perlu
membaik (5)
12. Membran mukosa
membaik (5)
13. Mata cekung membaik
(5)
14. Turgor kulit membaik
(5)
15. Berat badan membaik
(5)

3. Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia


dehidrasi keperawatan …x24 jam (1.15506)
diharapkan termogulasi Observasi
membaik (L.14134) 1. Identifikasi penyebab
dengan kriteria hasil hipertermia (misalnya
1. Mengigil menurun (5) dehidrasi, terpapar
2. Kulit merah menurun lingkungan panas,
(5) penggunaan inkubator)
3. Kejang menurun (5) 2. Monitor suhu tubuh
4. Akrosianosis menurun 3. Monitor kadar elektrolit
(5) 4. Monitor haluaran urine
5. Konsumsi oksigen 5. Monitor komplikasi
menurun (5) akibat hipertermia
6. Piloereksi menurun (5) Terapeutik
7. Vasokontriksi perifer 1. Sediakan lingkungan
menurun (5) yang dingin
8. Kutis memorata 2. Longgarkan atau
menurun (5) lepaskan pakaian
9. Pucat menurun (5) 3. Basahi dan kipasi
10. Takikardi menurun (5) permukaan tubuh
11. Takipnea menurun (5) 4. Berikan cairan oral
12. Bradikardi menurun 5. Ganti linen setiap hari
(5) atau lebih sering jika
13. Dasar kuku sianolik mengalami
menurun (5) hyperhidrosis (keringat
14. Hipoksia menurun (5) berlebih)
15. Suhu tubuh membaik 6. Lakukan pendingin
(5) eksternal ( mis. Selimut
16. Suhu kulit membaik hipotermia atau kompres
(5) dingin pada dahi, leher,
17. Kadar glukosa darah dada, abdomen,aksila
membaik (5) 7. Hindari pemberian
18. Pengisian kapiler antipiretik atau aspirin
membaik (5) 8. Berikan oksigen, jika
19. Ventilasi membaik (5) perlu
20. Tekanan darah Edukasi
membaik (5) 1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
4. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
b.d ketidak keperawatan …x24 jam (1.03119)
mampuan diharapkan status nutrisi Observasi
mencerna membaik (L.03030) 1. Identifikasi status nutrisi
makanan dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi dan
1. Porsi makanan yang intoleransi makan
dihabiskan meningkat 3. Identifikasi makanan
(5) disukai
2. Kekuatan otot 4. Identifikasi kebutuhan
penguyah meningkat kalori dan jenis nutrient
(5) 5. Identifikasi perlunya
3. Kekuatan otot menelan menggunakan selang
meningkat (5) nasogastric
4. Serum albumin 6. Monitor asupan makan
meningkat (5) 7. Monitor berat badan
5. Verbalisasi keinginan 8. Monitor hasil
untuk meningkatkan pemeriksaan
nutrisi meningkat (5) Terapeutik
6. Pengetahuan tentang 1. Lakukan oran hygiene
pilihan makanan yang sebelum makan, jika
sehat meningkat (5) perlu
7. Pengetahuan tentang 2. Fasilitas menentukan
pilihan minuman yang pedoman diet
sehat meningkat (5) (mis.piramida makanan)
8. Pengetahuan tentang 3. Sajikan makanan secara
standar asupan nutrisi menarik dan suhu yang
yang tepat meningkat sesuai
(5) 4. Berikan makanan tinggi
9. Penyiapan dari serat untuk mencegah
penyimpanan makanan konstipasi
yang aman meningkat 5. Berikan makanan tinggi
(5) kalori dan tinggi protein
10. Penyiapan dari 6. Berikan suplemen
penyimpanan minuman makanan, jika perlu
yang aman meningkat 7. Hentikan pemberian
(5) makanan melalui selang
11. Sikap terhadap nasogastik jika asupan
makanan/minuman oral dapat ditoleransi
sesuai dengan tujuan Edukasi
Kesehatan meningkat 1. Anjurkan posisi duduk,
(5) jika perlu
12. Perasaan cepat kenyang 2. Ajarkan diet yang di
menurun (5) programkan
13. Nyeri abdomen Kolaborasi
menurun (5) 1. Kolaborasi pemberian
14. Sariawan menurun (5) medikasi sebelum
15. Rambut rontok makan (mis. Pereda
menurun (5) nyeri, antlematik), jika
16. Diare menurun (5) perlu
17. Berat badan membaik 2. Kolaborasi dengan ahli
(5) gizi untuk menentukan
18. Indeks masa tubuh jumlah kalori dan jenis
(IMT) membaik (5) nutrient yang
19. Frekuensi makan dibutuhkan, jika perlu
membaik (5)
20. Nafsu makan membaik
(5)
21. Bising usus membaik
(5)
22. Tebal lipatan kulit
trisep membaik (5)
23. Membran mukosa
membaik (5)

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan atau penatalaksanaan perencanaan tindakan
keperawatan yang sudah terencana sebelumnya. Penatalaksanaan meliputi tindakan
yang dilakukan perawat, mengobservasi respon pasien selama dan setelah tindakan
asuhan keperawatan.

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahapan untuk menilai apakah rencana keperawatan sesuai dengan
rencana yang ditetapkan dalam tujuan keperawatan. Selain itu evaluasi bertujuan
untuk melakukan pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA

hidayat fahrul, D. (2023). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


GASTROENTERITIS DI RSUD Dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2023. 31–41.
MAHARINI, Y. P. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GASTROENTERITIS
AKUT DENGAN MASALAH KEKURANGAN VOLUME CAIRAN DI RUANG
ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL PASURUAN.
2507(February), 1–9.
Sari, I. G. A. I. A. (2021). Asuhan Keperawatan Hipovolemia Pada Pasien Gastroenteritis
Akut (Gea) Di Igd Rsup Sanglah Denpasar Tahun 2021. 1996, 6.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai