Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

SELULITIS

Dosen Koordinator: M. Budi Santoso., S.Kep, Ns., M.Kep


Dosen pembimbing: Argi Virgona Bangun, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh:

Justika Pratiwi Putri

2350321096

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2024
A. Definisi Selulitis
Selulitis berasal dari kata ”cellule” yaitu susunan tingkat sel, dan kata “itis”
yaitu peradangan, yang berarti adanya peradangan yang ternyata pada suatu tingkatan
sel. Pengertian lain dari selulitis adalah suatu kelainan kulit berupa infiltrat yang difus
di daerah subkutan dengan tanda – tanda radang akut. Selulitis merupakan inflamasi
jaringan subkutan dimana proses inflamasi yang umumnya dianggap sebagai
penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau Streptococcus (Muttaqin,2011). Selulitis
adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner dan
Suddarth, 2000).
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada
kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya
terjadi pada ekstremitas bawah (Tucker, 2008).
Istilah selulitis digunakan suatu penyebaran oedematus dari inflamasi akut
pada permukaan jaringan lunak dan bersifat difus (Neville, 2004). Selulitis dapat
terjadi pada semua tempat dimana terdapat jaringan lunak dan jaringan ikat longgar,
terutama pada muka dan leher, karena biasanya pertahanan terhadap infeksi pada
daerah tersebut kurang sempurna.
B. Klasifikasi Selulitis
1. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang
tidak jelas batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat
lunak dan spongius.Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang
terlibat.
2. Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan
spasia yang dikenainya.Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan
tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal
tubuh dalam mengontrol infeksi.
3. Selulitis Difus Akut
Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
a) Ludwig’s Angina
b) Selulitis yang berasal dari inframylohyoid,
c) Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal
d) Selulitis Fasialis Difus
e) Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
f) Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi
pada pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan
yang adekuat atau tanpa drainase.
g) Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina
Ludwig’s. Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai
spasia sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang
sampai mengenai spasia pharingeal. Selulitis dimulai dari dasar mulut.
Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut
Pseudophlegmon.
C. Etiologi Selulitis
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus
aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis pada
anak adalah Haemophilus influenza tipe b (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup
A, dan Staphylococcus aureus. Streptococcuss beta hemolitikus group B adalah
penyebab yang jarang pada selulitis.6 Selulitis pada orang dewasa imunokompeten
banyak disebabkan oleh Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus
sedangkan pada ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh
organisme campuran antara kokus gram positif dan gram negatif aerob maupun
anaerob. Bakteri mencapai dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen. Pada
imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan pada imunokopromais
lebih sering melalui aliran darah (buku kuning). Onset timbulnya penyakit ini pada
semua usia.
D. Faktor Risiko Selulitis
Terdapat beberapa faktor yang memperparah resiko dari perkembangan selulitis,
antara lain :
1. Usia. Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah
berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami
infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.
2. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency). Dengan sistem immune yang
melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi. Contoh pada penderita
leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun (bagi
orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.
3. Diabetes mellitus. Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga
mengurangi sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes
mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka
pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
4. Cacar dan ruam saraf. Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat
menjadi jalan masuk bakteri penginfeksi.
5. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema). Pembengkakan
jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
6. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki Infeksi jamur kaki juga dapat
membuka celah kulit sehingga menambah resiko bakteri penginfeksi masuk
7. Penggunaan steroid kronik. Contohnya penggunaan kortikosteroid.
8. Gigitan & sengatan serangga, hewan, atau gigitan manusia.
9. Penyalahgunaan obat dan alkohol. Mengurangi sistem immun sehingga
mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
10. Malnutrisi. Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran,
mempermudah timbulnya penyakit ini.
E. Patofisiologi
Bakteri patogen yang menembus lapisan epidermis kulit menimbulkan infeksi
pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Selulitis biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri pada luka, luka bakar, atau infeksi kulit lainnya, terutama oleh
Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus, tetapi dapat pula timbul pada
pejamu (host) dengan tanggap imun yang lemah (immunodeficiency) atau menyertai
erisipelas. Penyakit ini cenderung menyebar ke rongga jaringan dan dataran cekung
karena pelepasan sejumlah besar hialuronidase yang memecahkan zat dasar
polisakarida. Selain itu juga terjadi fibrinolitik yang mencernakan barier fibrin dan
lesitinase yang menghancurkan membran sel oleh bakteri.
Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua
dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat. Selulitis
yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A,
streptokokus lain atau Stafilokokus aureus.

F. Manifestas Klinis
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua
bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak.
Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus
disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula.
Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat
terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangren).
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil,
dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor
(eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak
merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak
meninggi. Pada infeksi yang berat dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau
jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional dan
limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan leukositosis.
Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal
berupa: malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat,
sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien imunokompromais rentan
mengalami infeksi walau dengan patogen yang patogenisitas rendah. Terdapat gejala
berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala akan
menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang
sama dapat terjadi elefantiasis.
Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang
dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat seringnya
trauma di ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi di lengan atas.
Komplikasi jarang ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis akut (jika disebabkan
oleh strain nefritogenik streptococcus, limfadenitis, endokarditis bakterial subakut).
Kerusakan pembuluh limfe dapat menyebabkan selulitis rekurens.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan
rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi
bakteri.
b. BUN level, Kreatinin level
c. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
d. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah
penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula.
e. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum
memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak terasa
sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia,
hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.
2. Pemeriksaan Imaging
a. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap
(seperti kriteria yang telah disebutkan)
b. CT (Computed Tomography)
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata
klinis menyarankan subjucent osteomyelitis.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi
selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis,
dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pada pengobatan umum kasus selulitis, faktor hygiene perorangan dan lingkungan
harus diperhatikan.
2. Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan selulitis
3. Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan selulitis.
Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar
kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin,
neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram.
Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang
ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan
karena harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim.
4. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Untuk mengurangi edema dan nyeri, direkomendasikan untuk elevasi /
meninggikan dan mengistirahatkan ekstremitas yang mengalami keluhan.
b. Perlu dipertimbangkan hospitalisasi untuk monitoring ketat dan pemberian
antibiotik intravena pada kasus yang berat, pada bayi, pasien usia lanjut, dan
pasien dengan imunokompromis.
c. Pada kondisi yang sangat parah dengan nekrosis luas disertai supurasi, perlu
dipertimbangkan dilakukan debridement insisi dan drainase secara bedah.
d. Memberikan edukasi kepada penderita yaitu diberikan informasi mengenai
perawatan kulit dan higiene kulit yang benar, misalnya mandi teratur, minimal
2 kali sehari, jika terdapat luka hindari kontaminasi dengan kotoran.
I. Komplikasi
1. Bakteremia
2. Nanah atau local Abscess
3. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
4. Lymphangitis
5. Trombophlebitis
6. Ellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%.
7. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih
b. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam,
menggigil dan malaise
b) Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya
mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat
pemakaian obat.
c) Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna
merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan
mengilap
d) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis
atau penyekit kulit lainnya
c. Keadaan emosi psikologi : Pasien tampak tenang,dan emosional stabil
d. Keadaan social ekonomi : Biasanya menyerang pada social ekonomi yang
sederhana
e. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : Lemah
TD : Hipotensi/Hipertensi
Nadi : Bradikardi
Suhu : Hipertermi
RR : Normal/Meningkat
b) Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
c) Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
d) Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
e) Mulut : Kebersihan, tidak pucat
f) Telinga : Tidak ada serumen
g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
h) Jantung : Denyut jantung meningkat
i) Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
j) Integumen :
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah
yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan
tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit
yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau
lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d neuropati perifer
c. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
d. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Resistensi
Insulin
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
amputasi kaki

3. Rencana Keperawatan
Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I. 08238)
keperawatan …x24 jam Observasi :
diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri nyeri
menurun - Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun - Identifikasi respon nyeri non
3. Gelisah menurun verbal
4. Perasaan takut - Identifikasi faktor yang
mengalami cedera memperberat dan
berulang menurun memperingan nyeri
1. Nyeri akut b.d agen 5. Nafsu makan Terapeutik :
membaik - Berikan Teknik
pencedera fisik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(aromaterapi, kompres
hangat/dingin)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitro nyeri
secara mandiri
- Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
Integritas kulit dan Perawatan Integritas Kulit
jaringan (SLKI: L.14125) (I.02075)
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan …x24 jam - Identifikasi penyebab
diharapkan integritas kulit gangguan integrittas kulit
dan jaringan meningkat (mis. Perubahan sirkulasi,
dengan kriteria hasil: perubahan situasi nutrisi,
1. Perfusi jaringan penurunan kelembaban, suhu
meningkat lingkungan ekstream,
2. Gangguan integritas 2. Keruksakan penurunan mobilitas)
jaringan menurun Terapeutik :
kulit /jaringan b.d 3. Keruksakan lapisan - Ubah posisi tiap 2 jam sekali
kulit menurun jika tira baring
neuropati perifer 4. Nyeri menurun - Gunakan produk berbahan
5. Kemerahan potreleum atau minyak pada
menurun kulit kering
6. Jaringan parut Edukasi :
menurun - Anjurkan menggunakan
7. Suhu kulit membaik pelembab (mis. lotion, serum)
8. Sensasi membaik - Anjurkan minum air putih
9. Tekstur membaik yang cukup
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan asupan buah dan
sayur
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstream
Perfusi perifer (SLKI: Perawatan sirkulasi (SIKI:
L.02011) I.02079)
Observasi
Setelah dilakukan tindakan - Periksa sirkulasi perifer
keperawatan …x24 jam (nadi perifer, edema, CRT,
diharapkan perfusi perifer warna, suhu)
membaik dengan kriteria - Identifikasi faktor risiko
hasil: gangguan sirkulasi: DM
- Monitor panas,
Perfusi jaringan 1. Denyut nadi perifer kemerahan, nyeri, bengkak
3. dari cukup menurun pada ekstremitas
perifer tidak efektif
menjadi sedang Terapeutik
berhubungan 2. Warna kulit pucat - Hindari pengukuran tekanan
dari cukup darah pada ekstremitas
dengan dengan keterbatasan perfusi
meningkat menjadi
hiperglikemia sedang - Lakukan perawatan kaki dan
3. Akral dari cukup kuku Edukasi
(SDKI: D.0009) Edukasi
memburuk menjadi
sedang - Anjurkan perawatan kulit
4. Pengisian kapiler dari yang tepat dengan
cukup memburuk melembabkan kulit kering
menjadi sedang pada kaki
4. Ketidakstabilan Kestabilan kadar Manajemen Hiperglikemia
kadar glukosa glukosa darah (I.03115)
darah berhubungan (L.05022) Observasi
dengan Resistensi Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi kemungkinan
Insulin keperawatan …x24 jam penyebab hiperglikemia
(SDKI: D.0027) diharapkan kadar glukosa - Monitor kadar glukosa darah
darah membaik dengan - Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil: hiperglikemia
1. Lemah dan letih Terapeutik
2. Mulut kering - Berikan asupan cairan oral
menurun Edukasi
3. Rasa haus menurun - Anjurkan monitor kadar
4. Kadar glukosa dalam glukosa darah secara mandiri
darah - Anjurkan kepatuhan terhadap
diet
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin
- Kolaborasi pemberian
antidiabetik
5. Gangguan mobilitas Mobilitas fisik (SLKI: Dukungan mobilisasi (SIKI:
fisik berhubungan L.05042) I.05173)
dengan gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi
muskuloskeletal keperawatan …x24 jam - Identifikasi adanya nyeri atau
amputasi kaki diharapkan mobilitas fisik keluhan fisik lainnya
membaik dengan kriteria - Identifikasi toleransifisik
hasil: melakukan pergerakan
1. Pergerakan Terapeutik
ekstremitas dari - Fasilitasi aktivitas mobilisasi
menurun menjadi dengan alat bantu (kursi roda)
cukup menurun - Libatkan keluarga untuk
2. Kekuatan otot dari membantu pasien dalam
menurun menjadi meningkatkan pergerakan
cukup menurun Edukasi
3. ROM dari menurun - Jelaskan tujuan dan prosedur
menjadi cukup mobilisasi
menurun Pencegahan jatuh (SIKI I.14540)
4. Gerakan terbatas Observasi
dari menurun - Identifikasi faktor risiko jatuh
menjadi cukup (neuropati, riwayat amputasi)
menurun - Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan risiko
jatuh (lantai licin, penerangan
kurang)
- Hitung risiko jatuh dengan
Fall Morse Scale
Terapeutik
- Pastikan roda trmpat tidur dan
kursi roda terkunci serta
handrail terpasang
- Gunakan alat bantu jalan
(kursi roda)
Edukasi
- Anjurkan untuk memanggil
perawat atau keluarga jika
membutuhkan bantuan untuk
berpindah.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat
maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan
perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam
rencana keperawatan (Nursalam, 2013).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam, 2013 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
2. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi
ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.2008. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Doenges.2000. Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Eron LJ. 2008. Cellulitis and Soft-Tissue Infections. American College of Physicians.
Fitzpatrick, Thomas B.2008. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New York:
McGrawHill
Herchline TE. 2011. Cellulitis. Wright State University, Ohio, United State of America.
Kertowigno S. 2011. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Unsri press, Palembang, Indonesia,
hal: 146-149
Muttaqin Ariff. 2018. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta: Salemba Medika. Muttaqin Ariff. 2018. Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2020. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
EGC : Jakarta
Wolff K, Johnson RA, Fitspatricks. 2018. color atlas and synopsis of clinically dermatology.
New York: McGrawHill.

Anda mungkin juga menyukai