Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK) ASKEP DENGAN SELULITIS


RUANG SAFIR ( ANAK) BULAN JULI 2016
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
1. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan
jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu
area yang robek pada kulit, biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah
( Tucker, 1998 ).
2. Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian
jaringan subkutan ( Mansjoer, 2000 ).
3. Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan
( Brunner dan Suddarth, 2000 ).
4. Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri
stapilokokus aureus, streptokokus grup Adan streptokokus piogenes.
B. Klasifikasi
Menurut Berini, et al (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi:
1.

Selulitis Sirkumskripta Serous Akut


Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia
fasial, yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous,
konsistensinya sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan

2.

ruang anatomi atau spasia yang terlibat.


Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut,
hanya infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang
purulen. Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika
terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi
membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh
dalam mengontrol infeksi.

3.

Selulitis Difus Akut


Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
a. Ludwigs Angina

b. Selulitis yang berasal dari inframylohyoid


c. Selulitis Senators Difus Peripharingeal
d. Selulitis Fasialis Difus
e. Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
f. Selulitis Kronis
4. Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat
karena terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi.
Biasanya terjadi pada pasien dengan selulitis sirkumskripta yang
5.

tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.


Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone /
Angina Ludwigs . Angina Ludwigs merupakan suatu selulitis difus
yang mengenai spasia sublingual, submental dan submandibular
bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal (Berini,

6.

Bresco & Gray, 1999 ; Topazian, 2002).


Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila
hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

C. Etiologi
Etiologinya berasal dari bakteri Streptococcus sp. Mikroorganisme lainnya
negatif anaerob seperti Prevotella, Porphyromona dan Fusobacterium
(Berini, et al, 1999). Infeksi odontogenik pada umumnya merupakan
infeksi campuran dari berbagai macam bakteri, baik bakteri aerob maupun
anaerob mempunyai fungsi yang sinergis ( Peterson,2003 ).
Infeksi Primer selulitis dapat berupa perluasan infeksi/abses periapikal,
osteomyielitis dan perikoronitis yang dihubungkan dengan erupsi gigi
molar tiga rahang bawah, ekstraksi gigi yang mengalami infeksi
periapikal/perikoronal, penyuntikan dengan menggunakan jarum yang
tidak steril, infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis), fraktur compound
maksila / mandibula, laserasi mukosa lunak mulut serta infeksi sekunder
dari oral malignancy. Penyebab dari selulitis menurut Isselbacher ( 1999 ;
634 ) adalah bakteri streptokokus grup A, streptokokus piogenes dan
stapilokokus aureus.
D. Manisfestasi Klinik

Menurut Mansjoer ( 2000 ) manifestasi klinis selulitis adalah Kerusakan


kronik pada kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas,
kelainan kulit berupa infiltrat difus subkutan, eritema local, nyeri yang
cepat menyebar dan infitratif ke jaringan dibawahnya, Bengkak, merah
dan hangat nyeri tekan, Supurasi dan lekositosis.
E. Komplikasi
a. Bakteremia
b. Nanah atau local Abscess
c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan
meningitis sebesar 8%.
g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan
dimana harus melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko
kematian hingga 25%.

F. Patofisiologi
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering

berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang
dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema local pada kulit dan sistem vena serta limfatik
pada kedua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan
kemerahan yang karakter isti hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali
jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang
pasti sulit ditentukan, untuk abses local isata yang mempunyai gejala
sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun
etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang
disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih
kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanyao
rganisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan
berindurasi dan dapat mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi
mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis
dan infeksi derajat rendah.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah
leukosit

dan

rata-rata

sedimentasi

eritrosit.

Sehingga

mengindikasikan adanya infeksi bakteri.


b. BUN level
c. Creatinin level
d. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah
diduga

e. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara


terbatas pada daerah penampakan luka namun sangat membantu
pada area abses atau terdapat bula
f. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita
belum memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang
terkena kecil, tidak tersasa sakit, tidak ada tanda sistemik
(demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan
tidak ada faktor resiko.
2. Pemeriksaan Imaging
a. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang
tidak lengkap (seperti kriteria yang telah disebutkan)
b. CT (Computed Tomography) Baik Plain-film Radiography
maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata kilinis
menyarankan

subjucent

osteomyelitis.

Jika

sulit

membedakan selulitis dengan necrotizing fascitiis, maka


pemeriksaan yang dilakukan adalah
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu
pada

diagnosis

infeksi

selulitis

akut

yang

parah,

mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan


infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada
subkutaneus.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan
organ lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin.
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya
sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan
antibiotik jika:
1. penderita berusia lanjut
2. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
3. demam tinggi.

Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi


terangkat

dan

dikompres

dingin

untuk

mengurangi

nyeri

dan

pembengkakan.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama

umur,

jenis

kelamin,

alamat,

pekerjaan,

suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah


sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2) Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai
demam, menggigil dan malaise
b) Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah
sebelumnya mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi
yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
c) Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik
berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri,
kulit menegang dan mengilap
d) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap
penyakit selulitis atau penyekit kulit lainnya
e) Keadaan emosi psikologi
Pasien tampak tenang,dan emosional stabil
f) Keadaan social ekonomi
Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana
g) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
TD
: Menurun (< 120/80 mmHg)
Nadi
: Turun (< 90)
Suhu
: Meningkat (> 37,50)
RR
: Normal
Kepala
atau tidak

: Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem

Mata

: Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya

(+)
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Jantung
Ekstremitas
Integumen

: Tidak ada pernafasan cuping


: Kebersihan, tidak pucat
: Tidak ada serumen
: Tidak ada pembesaran kelenjar
: Denyut jantung meningkat
: Adakah luka pada ekstremitas
: Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri
tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil
di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas
dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk
yang mengelupas (peau dorange). Pada
kulit

yang

terinfeksi

bisa

ditemukan

lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau


lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa
pecah.
J. Diagnosa Keprawatan
a. Hipertermi b/d proses infeksi/inflamasi sistemik
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi
jaringan.
c. Resiko kerusakan integritas kulit.

LAPORAN DISKUSI REFLEKSI KASUS ( DRK )


DENGAN SELULITIS
A. IDENTITAS KLIEN
Nama
Umur
Alamat
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Suku/Bangsa
Diagnosa Medik

: An. T
: 3 Tahun, 4 Bulan
: Pulau Sari, Tambang Ulang
: Islam
: Belum Sekolah
: Belum Bekerja
: Jawa/Indonesia
: Selulitis

B. RIWAYAT KESEHATAN
Orang tua klien mengatakan anaknya seperti bekas digigit serangga pada
kaki. Bengkak serta kemerahan pada kaki kanan. Klien ada demam
kemudian klien dibawa oleh orang tuanya ke IGD RSUD H.Boejasin.
C. HASIL PENGKAJIAN
TANGGAL 12 Juli 2016
Anak tampak lemas, badan panas, tampak kemerahan pada kaki sebelah
kanan disertai dengan bengkak, adanya nyeri tekan pada kaki sebelah
kanan.
TANGGAL 13 Juli 2016
Anak masih terlihat lemas, masih tampak kemerahan pada kaki sebelah
kanan dan nyeri masih, makan minum mau.

TANGGAL 14 Juli 2016


Anak sudah tampak segar nyeri berkurang bengkak berkurang, anak sudah
mulai bisa menggerakkan kakinya.
TANGGAL 15 Juli 2016

K/U membaik, pasien boleh pulang.


D. TANDA-TANDA VITAL
Keadaan Umum
Kesadaran
Suhu
Nadi
Respirasi
Berat Badan

: Lemah
: Composmentis
: 38,5 C
: 100x / menit
: 30x / menit
: 23 kg

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap tanggal 12 Juli 2016
Parameter
WBC
Gran#
Lymph %
Gran%
MCV
PLT

Result
19,0
15,1
12,7%
79,5%
32,9
355

Reference Range
4,0 10,0
2,0 7,0
20,0 40,0
50,0 70,0
37,0 54,0
150 - 350

F. PROGRAM TERAPI
1. Tanggal 12 Juli 2016 14 juli 2016
IVFD RL 18 tpm makro ( 1296 cc / hari )
Injeksi : Rycef 3x350 mg
PO : Kamolas k/p 1 cth
Gentamicin zalf 2x sehari
2. Tanggal 15 Juli 2016
Obat yang dibawa pulang
PO : Inbacef 2 x 1 cth
Gentamicin zalf 2 x sehari

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL


a. Hipertermi b/d proses infeksi/inflamasi sistemik
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi
jaringan.
c. Resiko kerusakan integritas kulit
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d proses infeksi/inflamasi sistemik

Tujuan : Hipertermi dapat berkurang atau teratasi


Kriteria Hasil :
-

Suhu tubuh dalam rentang normal ( 36-37 C )


Klien tampak lebih segar
Klien tampak tidak haus
Turgor kulit normal (<3 detik) dan tidak kering
Bibir Lembab

Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Monitor suhu tubuh sesering mungkin


Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda vital klien
Monitor WBC, Hb, HCT
Monitor intake dan output
Anjurkan untuk kompres hangat pada dahi, leher serta pada

7.
8.
9.
10.

ketiak.
Kenakan pakaian yang mudah menyerap keringat
Berikan/Anjurkan untuk banyak minum
Kolaborasi pemberian cairan infus
Kolaborasi pemberian antipiretik

2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi jaringan


Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
- Klien melaporkan nyeri berkurang/hilang ( skala 1-3 )
- Klien menyatakan rasa nyaman
- Ekspresi wajah tampak tenang/rileks
- TTV dalam rentang normal
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Observasi nadi dan respirasi


Kaji skala nyeri
Dorong klien mengungkapkan rasa sakitnya
Berikan posisi yang nyaman
Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
Berikan kompres hangat/dingin sesuai dengan kebutuhan
Beri informasi untuk mengurangi kecemasan
Kolaborasi pemberian analgetik

3. Resiko kerusakan integritas kulit


Tujuan : kerusakan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Integritas kulit utuh
- Tidak terjadi iritasi

Kebersihan kulit terjaga

Intevensi
1. Monitor kulit dari kemerahan, perubhan suhu ekstrim, dan
adanya edema
2. Libatkan keluarga untuk menjaga kebersihan kulit klien
3. Berikan obat anti inflamasi pada area yang ada kemerahan dan
bengkak
4. Pantau dan periksa kulit setiap hari untuk meminimalisir resiko
kerusakan
I. KETERBATASAN
Selama kami melakukan proses keperawatan pada An. T tidak ada
mengalami kesulitan, karena keluarga klien dapat menerima dan bekerja
sama dengan baik.
J. KESIMPULAN
Dari hasil pembasahan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
asuhan keperawatan sebagai salah satu upaya yang bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta kebersihan kulit khususnya
pada klien
K. SARAN
Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyakit Selulitis dan
kondisi anak. Bagi petugas lakukan observasi terhadap area yang
mengalami inflamasi
Dalam melakukan proses asuhan keperawatan anak harus dilakukan
dengan mengguakan manajemen dan kerjasama yang baik dengan anggota
kelompok, terutama menjaga hubungan yang baik dengan keluarga klien
untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan.

DAFTAR PUSTAKA
Berini, et al, 1997, Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4,
(p337-50).
Brunner dan Suddarth. (2000). Kapita selekta kedokteran. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;Jakarta
Isselbacher, (1997), A Synopsis of Minor Oral Surgery, Wright, Oxford
Long, (1995), Emergency Dental Care. A Lea & Febiger Book. Baltimore
Mansjoer. (2000).Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
pencernaan. SelembaMedika;Jakarta.
Tucker. (1988). Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta
http://seputarsehat.com/artikel-kesehatan/asuhan-keperawatan-selulitis
tanggal 14 Juli 2016

diakses

Anda mungkin juga menyukai