LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1 Fisiologi Cairan Tubuh..............................................................................3
2.2 Macam Macam Cairan 2,13,14......................................................................5
2.3 Terapi Cairan Perioperatif.......................................................................10
2.4 Masalah pada Terapi Perioperatif............................................................14
2.5 Monitoring pada Terapi Perioperatif.......................................................16
BAB III KOMPLIKASI.........................................................................................23
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
periode sekitar operasi, meliputi cairan saat pre-operatif, durante operatif, dan
aliran darah yang adekuat ke organ-organ vital dan ke jaringan yang mengalami
trauma dan efektif untuk penyembuhan luka. Volume plasma yang adekuat
terjadinya sequestrasi atau translokasi cairan. Pada periode pasca bedah kadang-
cairan (air dan elektrolit) sebanyak 500 - 1000 mililiter pada pasien orang
dewasa.1,3,4 Gejala dari defisit cairan ini belum dapat dideskripsikan, tetapi
pra bedah, selama pembedahan dan pasca bedah dimana saluran pencernaan
1
hipoperfusi atau tanda-tanda kelebihan cairan berupa edema paru dan gagal
nafas.2 Sampai saat ini terapi cairan perioperatif masih merupakan topik yang
menarik untuk dibicarakan, karena dalam praktiknya, banyak hal yang sulit diukur
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berubah tergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas seseorang.
Pada bayi usia <1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 60-85% berat badan dan pada
bayi usia >1 tahun mengandung air sebanyak 60-70%. Seiring dengan
angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan, sedangkan pada
wanita dewasa 50% berat badan.5 Hal ini terlihat pada tabel berikut :
Garner MW : Physiology and pathophysiology of the body fluid, St. Louis, 2015,
Mosby,5
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada
dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka resiko
1. Cairan intraselular
3
Cairan yang terkandung di dalam sel disebut cairan intraseluler. Pada orang
(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70
2. Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif
cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir,
sekitar setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia
volume total. Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan
a. Cairan Interstisial
sekitar 11-12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam
sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.5
b. Cairan Intravaskular
c. Cairan Transeluler
4
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu
Body
100%
Water Tissue
60% (100) 40%
1. Cairan Kristaloid
Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan
mudah di setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak
dapat disimpan lama. Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup
(3-4 kali cairan koloid) ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan
5
koloid untuk mengatasi defisit volume intravaskuler. Waktu paruh cairan
digunakan untuk resusitasi cairan walaupun agak hipotonis dengan susunan yang
kristaloid lainnya yang sering digunakan adalah NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan
glukosa yang tinggi sehingga diberikan pada pasien dengan kadar gula darah yang
rendah.
6
2. Cairan Koloid
menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6
jam) dalam ruang intravaskuler. Oleh karena itu koloid sering digunakan
defisit volume plasma pada pasien dengan retensi garam dan air serta
edema.. Oleh sebab itu pemberian infus dengan fraksi protein plasma
1) Dextran
7
dalam media sukrosa. Walaupun Dextran 70 merupakan volume
dahulu.
3) Gelatin
8
3. Faal Hemostasis Tidak ada pengaruh Mengganggu
4. Penggunaan Untuk Dehidrasi Pada perdarahan massif
5. Untuk koreksi Diberikan 2-3x jumlah Sesuai jumlah perdarahan
perdarahan perdarahan
9
2.3. Terapi Cairan Perioperatif2,13,14
pembedahan yaitu pre operatif, durante operatif dan post operatif. Ketiga
yang tidak bisa dipisahkan. Salah satunya yang perlu mendapat perhatian
adalah terapi cairan karena ketika terjadi defisit cairan, output cairan dalam
tubuh tidak sebanding dengan input yang didapatkan, atau dengan kata lain
penilaian status cairan ditemukan kehilangan cairan, maka hal ini wajib
terjadi akibat puasa dan untuk koreksi defisit akibat hipovolemik atau
10
1. Untuk mengganti asupan cairan saat puasa diberikan cairan
pemeliharaan,
cairan kristaloid,
11
Kondisi Umum Cairan Mekanisme Pemberian
Normohidrasi Kristaloid Maintenance (2 ml/kgBB/jam) x lama puasa
Dehidrasi Ringan Kristaloid Maintenance (2 ml/kgBB/jam) x lama puasa
+ (3-5% X TBW dibagi 8 jam pertama ½
dan 8 Jam kedua ½)
Dehidrasi Sedang Kristaloid Maintenance (2 ml/kgBB/jam) x lama puasa
+ (6-8% X TBW dibagi 8 jam pertama ½
dan 8 Jam kedua ½)
Dehidrasi Berat Kristaloid Maintenance (2 ml/kgBB/jam) x lama puasa
+ 10%X TBW dibagi 8 jam pertama ½
dan 8 Jam kedua ½)
sign)
Contoh :
12
a. Perdarahan
13
EBL Jenis Cairan Mekanisme Pemberian
10 % EBV (70 ml/kgBB) Kristaloid 2-4 x EBL dalam 30 Menit
20% EBV Koloid 1 x EBL dalam 30 Menit
>20% EBV Darah 1 x EBL
dan penurunan tekanan vena sentral. Kompensasi tubuh ini akan mengalami
pertimbangan berdasarkan :
pembedahan
hematokrit
- 1 unit sel darah merah (PRC = Packed Red Cell) dapat menaikkan
14
- Transfusi 10 cc/kgBB sel darah merah dapat menaikkan kadar
- Maintenance 50ml/kgBB/hari
(evaporasi) akan lebih banyak pada pembedahan dengan luka pembedahan yang
luas dan lama. Sedangkan perpindahan cairan atau lebih dikenal istilah
perpindahan ke ruang ketiga (third space) yang disebut sequestrasi secara masif
jaringan di sekitar retakan tulang. Akibatnya jumlah cairan ion fungsional dalam
Contoh
dengan estimasi darah yang hilang adalah 35%. Berapa kebutuhan cairan
pasien tersebut?
15
= Maintenance + Stres pembedahan + EBL (EBV 70ml/kgBB 3500 ml)
Terapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal dibawah ini:
menimbulkan retensi air dan natrium. Oleh sebab itu, pada 2-3 hari
bedah cukup dengan cairan hipotonis dan bila perlu larutan garam
dan makan.
16
3. Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama
angkut oksigen.
cairan tersebut.
Pada pasien yang masih tidak diperbolehkan makan dan minum setelah
dibutuhkan) lalu evaluasi tanda-tanda dehidrasi dan keluhan mual, muntah dan
pusing.
Contoh
cairannya?
umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor pre-operatif,
17
2.4.1. pre-operatif
2. Prosedur diagnostic
3. Pemberian obat
4. Preparasi bedah
abnormal cairan.
anestesi.
1. Induksi anestesi
18
2. Kehilangan darah yang abnormal
operasi)
2.4.3 Postoperatif :
2.5.1 Praoperatif
akan dilakukan. Kunjungan pada operasi elektif umumnya 1-2 hari sebelum
operasi atau pada saat dikonsulkan oleh ahli bedah. 4 hal penting yang di
19
4. Komplikasi anestesi yang mungkin terjadi baik selama dan sesudah
operasi
4. Suhu tubuh untuk membantu dalam pemeliharaan suhu tubuh yang tepat
1. B1 (Breath)
20
a. Obstruksi jalan nafas
b.Hipoventilasi
Menyebabkan PCO2 > 45. Oleh karena efek depresi dari obat
c. Pneumothoraks
d.Apneu
fungsi paru.
e. Hipoksemia
2. Pulse Oxymetri
4. Elektrolit
21
b. Memberikan oksigenasi yang cukup dengan alat yang sesuai (kanul,
masker)
2. B2 (Blood)
Sering terjadi :
a. Hipotensi
b. Hipertensi
c. Bradikardi
d. Disrithmia
e. Myocard infark
1. Tekanan darah
2. EKG
3. CVP
b. Atasi hipoksia
c. Atasi nyeri
3. B3 (Brain)
Sering terjadi :
22
4. Kejang
b. Tekanan intrakranial
c. Refleks patologis
4. Anti konvulsi
5. Mencegah nyeri
4. B4 (Bladder)
Sering terjadi :
1. Anuria
2. Oliguria
3. Polyuria
4. Hematuri
23
c. Elektrolit
a. Pre renal
adanya perdarahan.
transfusi
b. Renal
c. Post renal
24
urine bag, periksa elektrolit, kalium, natrium, klor, radiologi
5. B5 (Bowel)
Sering terjadi :
1. Distensi abdomen
b. Lingkaran abdomen
2. Atasi nyeri
3. Mencari penyebab
6. B6 (Bone)
Sering terjadi :
3. Perubahan posisi
4. Nyeri
25
Monitoring yang dilakukan :
b. Nyeri
c. Perdarahan
26
BAB III
KOMPLIKASI DAN PROGNOSA
terjadi. Komplikasi ini disebabkan oleh proses kanulasi vena yang dilakukan,
seperti payah jantung dan edema pada otak, paru, dan jaringan lainnya.
Hal ini dapat terjadi karena pemantauan pemberian cairan yang kurang
baik.
Hal ini dapat terjadi apabila dalam pemilihan cairan dilakukan dengan
tidak tepat.
D. Infeksi
Infeksi lokal pada jalur vena yang dilalui dapat menimbulkan rasa
nyeri yang hebat, keadaan ini dapat berlangsung dalam waktu yang lama.
27
BAB IV
KESIMPULAN
sebelum, sesaat, dan setelah operasi. Terapi cairan perioperatif dilakukan dengan
perfusi jaringan yang adekuat, mencegah, dan mengoreksi adanya defisit cairan.
maupun darah, adalah jenis cairan yang digunakan dalam pemberian terapi cairan.
Pemilihan jenis cairan yang diberikan dibedakan oleh komposisi cairan yang
diberikan. Pemilihan rute pemberian cairan adalah hal yang perlu diperhatikan.
28
DAFTAR PUSTAKA
46:1089-93.
3. Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J. Anaesh.
2012;47(5):380-387.
4. Keane PW, Murray PF. Intravenous Fluids in Minor Surgery. Their effect
5. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. Nine
2002.
29
10. Mayer H, Follin SA. Fluid and electrolyte made incredibly easy. Second
2010:122 – 3.
12. Lyon Lee. Fluid and Electrolyte Therapy. Oklahoma State University –
http://member.tripod.com/lyser/ivfs.htm
14. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Handbook of clinical anesthesia.
16. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J. 2016. Tersedia dari: URL:
http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm.
17. Graber MA. Terapi cairan, elektrolit dan metabolik. Edisi 2. farmedia;
2013:17-40.
30
31