Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GEA (GASTRO ENTERITIS AKUT)

OLEH :

NONSIATA REFWUTU

7120181809

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)

FAMIKA MAKASSAR

T.A 2022/2023
GEA (GASTRO ENTERITIS AKUT)

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
GEA (gastro enteritis akut) adalah buang air besar dengan konsistensi
encer / cair dengan frekwensi lebih sering dari bisanya yaitu lebih dari tiga
kali dalam sehari yang dapat disertai lendir / darah atau tidak yang terjadi
secara mendadak dan berlangsung 3 – 5 hari dan bisa juga berlangsung
kurang dari dua minggu (Syamsudin 2016).
Menurut perjalanan penyakit jenis diare antara lain :
1) Akut : Jika <1 minggu
2) Berkepanjangan : Antara 7-14 hari
3) Kronis : >14 hari, disebabkan oleh non infeksi
4) Persisten : >14 hari, disebabkan oleh infeksi
2. Etiologi
Menurut Hasan dan alatas (2010) Etiologi dari GEA di sebabkan oleh
beberapa Faktor antara lain :
1) Infeksi interal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama GEA
a. Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter, shigella.
b. Infeksi Virus : Rotavirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus
c. Infeksi Parasit : Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris), Protozoa
(Entamoeba Histolyca, Tricomonas hominis, Giardia Lambia), Jamur
(Candida Albicans ).
2) Infeksi Parental : Infeksi diluar alat pencernaan seperti : Tonsilitis,
Encefalitis, Broncopneumonia.
3) Faktor Malabsorbsi :
a. Karbohidrat. Terutama pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis
dalam susu formula dapat menyebabkan GE. Gejalanya berupa GE
berat , tinja berbau asam, sakit daerah perut. Jika sering terkena GE
seperti ini, maka bisa menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.
b. Malabsorbsi Lemak. Lemak terdapat dalam makanan yaitu yang
disebut dengan triglyserida. Dengan bantuan kelenjar lipase,
triglyserida mengubah lemak menjadi micelles yang bisa di serap
usus.Tetapi karena kegagalan 7 penyerapan sehingga lemak tidak
dapat diproses akibat tidak ada lipase karena kerusakan dinding usus
sehingga terjadi GE. GE pada kasus ini fecesnya berlemak.
c. Malabsorbsi Protein. GE yang terjadi akibat mukosa usus tidak dapat
menyerap protein
4) Faktor makanan : Makanan yang sudah basi, Alergi makanan tertentu,
makanan kurang matang, makanan tercemar atau beracun.
5) Faktor Psikis : Rasa takut dan cemas
3. Patogisiologi
Menurut Suriadi (2011), patofisiologi dari Gastro enteritis adalah
meningkatnya motalitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit
yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari
rongga ekstra seluler kedala tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi
kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
GE yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan
toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa
intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan
terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit. Peradangan akan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit
dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.
Peningkatan motalitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
intestinal sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Menurut Muttaqin (2011), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya
GE meliputi hal – hal berikut yaitu:
1) Gangguan Osmotik. Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap oleh mukosa usus akan menyebabkan peningkatan tekanan
osmotic dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul GE.
2) Gangguan sekresi akibat respon inflamasi mukosa (misalnya toksin) Pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam
rongga usus sebagai reaksi dari enterotoxic dari infeksi dalam usus dan
selanjutnya timbul GE karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan motalitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul GE. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya bisa timbul GE juga.
Dari ketiga mekanisme diatas GE dapat menyebabkan :
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
berlebihan)
c. Hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah

4. Pathway/penyimpangan kdm

Factor Psikis
Factor Malabsrbsi Factor Makanan
Rasa Takut
Karbohidrat Makanan Basi
Cemas
Lemak Alergi Makanan
Protein Beracun

Penyerapan sari-sari makanan dalam saluran cerna


terganggu atau tidak adekuat.

Terdapatnya zat-zat Peradangan dinding Gangguan motilitas


yang tidak di serap usus
usus
hiperperistaltik
Gangguan sekresi
Tekanan osmosis
Kesempatan usus
meningkat
menyerap makanan
Sekresi air & elektrolit
dalam usus meningkat
Reabsorbsi usus
terganggu

Merangsang us usus
mengeluarkan isinya

GEA

BAB sering dengan Inflamasi saluran


konsistensi cair cerna

Kulit sekitar Cairan yang Frekwensi Agen Mual & muntah


anus lecet dan keluar banyak eliminasi pirogenik
teriritasi meningkat
anorexia
Dehidrasi Hipertermi
Kemerahan/ BAB encer
gatal dengan/tanpa MK : Defisit nutrisi
hipovolemia MK :
Hipovolemia
MK : Gangguan
integritas kulit/ MK : Diare
jaringan

5. Manifestasi klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling
fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah
kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air
yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO 3) maka perbandingannya dengan
asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat
dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka
pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul
penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal
akut.
1) Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
2) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3) Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4) Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6) Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7) Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8) Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).
6. Komplikasi
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4) Hipoglikemia.
5) Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6) Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7) Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
7. Derajat dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
1) Kehilangan berat badan
a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
b. Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
c. Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
2) Skor Mavrice King
Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan
Yang diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, Mengigau, koma,
cengeng atau syok
Kekenyalan kulit Normal Apatis, ngantuk Sangat kurang
Mata Normal Sedikit kurang Sangat cekung
Ubun-ubun Normal Sedikit cekung Sangat cekung
besar Normal Sedikit cekung Kering & sianosis
Mulut Kuat <120 Kering Lemas >40
Denyut Sedang (120-
nadi/mata 140)

Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
3) Gejala klinis
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran Baik (CM) Gelisah Apatis-koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi N (120) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kusz maull
Kulit
Uub Agak cekung Cekung Cekung sekali
Agak cekung Cekung Cekung sekali
Biasa Agak kurang Kurang sekali
Normal Oliguri Anuri
Normal Agak kering Kering/asidosis

8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan pununjang GE menurut Suriadi (2001) adalah :
1) Riwayat alergi pada obat -obatan atau makanan
2) Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
3) Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah Adapun
Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 ) :
a. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar gula
juga ada intoleransi gula, biakkan kuman untuk mencari kuman
penyebab dan uji retensi terhadap berbagai antibiotik.
b. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD),
elektrolit terutama Na, K, Ca, P Serum pada GE yang disertai kejang
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
d. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada GE kronik
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah
pengobatan dengan cara pengaturan diet dan pemberian cairan :
1) GE tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun
misalnya air gula, sari buah segar, air teh, kuah sup, ASI dll.
2) GE dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang
mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan rehidrasi
oral (LRO). LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam
rehidrasi kedalam 1 liter air .
3) GE dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intra vena disamping LRO.
4) Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan
pencegahan enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan penderita.
b. Jas panjangbilaada kemungkinan pencernaran dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.
c. Penderita dan keluarganya diedukasi mengenal cara perolehan entero
patogen dan cara mengurangi penularan.

Asuhan Keperawatan
A. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
intervensi,observasi, psikal assesment. Kaji data menurut Ambarwati Fitri
Respati dan Nasution Nita (2012) adalah :
a. Identitas pasien/biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,pekerjaan dan No telpon
b. Keluhan utama
Buang air besar (Bab) lebih dari 3 kali sehari, Bab < 4 kali dan cair (GE
tanpa dehidrasi), Bab 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau
Bab > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila GE berlangsung < 14 hari maka
GE tersebut adalah GE akut, sementara apabila langsung selama 14 hari
atau lebih adalah GE persisten.
c. Riwayat penyakit sekarang menurut suharyono (1999:59)
1) Keadaan umum klien. suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
menuru atau tidak ada, dan kemungkinan timbul GE.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE. Apabila telah
banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
5) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat imunisasi terutama campak, karena GE lebih sering terjadi
atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru
menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari
penurunan kekebalan pada pasien.
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena
factor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab GE
3) Riwayat penyakit yang terjadi sebelum, selama, atau setelah GE.
Informasi diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang
menyebabkan GE.
e. Riwayat nutrisi
Riwayat pola makanan sebelum sakit GE meliputi:
1) Konsumsi makanan penyebab GE, pantangan makanan atau makanan
yang tidak biasa dimakannya.
2) Perasaan haus. Pada pasien yang GE tanpa dehidrasi tidak merasa
haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang pasen merasa
haus dan ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat,
sudah malas minum atau tidak mau minum.
f. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
b) Gelisah, (dehidrasi ringan atau sedang)
c) Lesu, lemah ,lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
2. Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut atau tangan
menggunakan kedua ujung jari (buka kedua kuku). Apabila turgor
kembali dengan cepat (Kurang dari 2 detik), berarti GE tersebut tanpa
dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (cubit kembali dalam
waktu 2 detik), ini berarti GE dengan dehidrasi ringa/sedang. Apabila
turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari 2 detik), ini
termasuk GE dengan dehidrasi berat.
3. Kepala
Pada klien dewasa tidak di temukan tanda-tanda tapi pada anak
berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya ubun -
ubun cekung kedalam.
4. Mata. Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja
5. Mulut dan lidah
a. Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
b. Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
c. Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
6. Abdomen kemungkinan mengalami distensi kram dan bising usus yaitu
:
a. Inspeksi : melihat permukaan abdomen simetris atau tidak dan
tanda lain
b. Auskultasi : Terdengar bising usus meningkat > 30 x/ menit
c. Perkusi : biasanya Terdengar bunyi tympani / kembung
d. Palasi : Ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang juga terjadi
distensi perut
7. Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam meningkatkan
diagnosis yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat
pula. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada klien yang mengalami
GE, yaitu:
a. Pemeriksaan tinja, baik secara mikroskopis maupun mikroskopi
dengan kultur
b. Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (ph, Clini Test) dan
lemak

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrioestenal
b. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan volume cairan
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
d. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan
kekurangan/kelebihan volume cairan
e. Risiko hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan

3. Intervansi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI Rasional

1 (D.0020) (L.04033) (I.03101)Manajemen 1.untuk


diare mengetahui
Diare Setelah dilakukan tanda-tanda
berhubungan Observasi dehidrasi
intervensi
dengan 1. identifikasi penyebab
inflamasi keperawatan diare
gastroinstenal selama 3x24 jam 2. identifikasi pemberian
riwayat makan 2.Untuk menjaga
maka 3. monitor warna,volume,
asupan makanan
frekuensi,dan
- Mual menurun konsistensi tinja yang dibutuhkan
4. monitor jumlah tubuh
- Nyeri
pengeluaran diare
abdomen
menurun Terapeutik 3.Menurunkan
- Distensi motilitas atau
5. berikan asupan cairan peristaltik usus
absomen oral (mis,larutan dan menunjukkan
menurun garam gula,oralit) sekresi degestif
6. berikan cairan
- intravena

4.untuk
Edukasi mengetahui
7. anjurkan makanan jumlah
porsi kecil dan sering pengeluaran
secara bertahap diare dalam
sehari
Kolaborasi

8. kolaborasi pemberian 5.untuk


obat antimotilitas
mencegah
terjadinya diare

6.untuk
memberikan
hidrasi cairan
tubuh

7. agar dapat
mengetahui poris
makan secara
bertahap

8.untuk
menghilangkan
kram dan diare

2. (D.0023) Status Cairan Manajemen hipovolemia 1) Untuk


Hipovelemian (I.03116) mengetahui
(L.03028)
b/d tanda dan
Observasi gejala
kekurangan Setelah dilakukan
1) Periksa tanda dan hipovolemi
volume cairan. 2) Untuk
tindakan
gejala hipovolemia mempertahank
keperawatan an cairan
(mis. frekuensi nadi
3x24 jam 3) Membantu
meningkat, nadi kebutuhan
diharapkan status cairan dalam
teraba lemah,
cairan membaik tubuh
tekanan darah 4) untuk
dengan Kriteria mempertahank
menurun, tekanan
hasil: an cairan
nadi menyempit, dalam tubuh
- Kekuatan nadi turgor kulit menurun 5) untuk
mengetahui
meningkat , membran mukosa
jumlah cairan
- Turgor kulit kering, volume urine yang masuk
meningkat pada tubuh
menurun, hematocrit
- Berat badan 6)
meningkat, haus,
meningkat
lemah)
- Perasaan
lemah 2) Monitor intake dan
menurun output cairan
- Frekuensi nadi Terapeutik
membaik
3) Hitung kebutuhan
- Tekanan nadi cairan
membaik Edukasi
- Membran 4) Anjurkan
memperbanyak
mukosa asupan
membaik cairan oral
- Intake cairan Kolaborasi
membaik
5) Kolaborasi
- Status
mental pemberian cairan IV
membaik
isotonis (mis. NaCl,
RL)
6) Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
7) Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis.
albumin,
Plasmanate)

3. (D.0019) Status Nutrisi Manajemen nutrisi 1) Untuk


Defisit nutrisi (I.03119) Observasi mengidentifikas
i status nutrisi
berhubungan (L.03030) 1) Identifikasi status
2) Untuk
dengan nutrisi
Setelah mengetahui
ketidakmampu 2) Identifikasi alergi dan alergi dan
dilakukan
an mencerna intoleransi makanan intoleransi
makanan, tindakan makanan
faktor 3) Identifikasi makanan 3) Makanan
keperawatan 3x
yang disukai kesukaan yang
psikologis
24 jam 4) Monitor asupan tersaji dalam
makanan keadaan
diharapkan
hangat akan
status nutrisi 5) Monitor berat badan meningkatkan
membaik dengan Terapeutik keinginan
untuk makan
Kriteria hasil : 6) Sajikan makanan 4) Untuk menilai
- Kekuatan otot secara menarik dan asupan
mkanan
pengunyah suhu yang sesuai 5) Untuk
meningkat 7) Berikan makanan megetahui
berat badan
- Kekuatan otot tinggi serat untuk pasien
mencegah konstipasi 6) Agar napsu
menelan
makan pasien
meningkat Edukasi bertambah
8) Anjurkan diet yang 7) Agar supaya
- Verbalisasi
diprogramkan mencegah
keinginan untk terjadinya
Kolaborasi konstipasi
meningkatkan
9) Kolaborasi 8) Kepatuhan
nutrisi dengan ahli gizi terhadap diet
meningkat untuk menentukan dapat
jumlah kalori dan mencegah
- Pengetahuan jenis nutrien yang komplikasi
tentang dibutuhkan, jika terjadinya
perlu hipoglikemia/hi
standar perglikemia.
asupan nutrisi 9) Untuk
menentukan
yang tepat jumlah kalori
meningkat dan nutrisi yng
di butuhkan
- Sikap pasien
terhadap
makanan/min
uman
sesuai
dengan tujuan
kesehatan
meningkat
- Perasaan
cepat
kenyang
menurun
- Nyeri
abdomen
menurun
- Berat badan
membaik
- Frekuensi
makan
membaik
- Nafsu
makan
membaik
4. (D.0129) Integritas kulit Perwatan integritas kulit 1)mengetahui
Gangguan dan jaringan (1.11353) penyebab
integritas kulit/ Observasi gangguan
(L.14125)
jaringan 1) identifikasi peyebab integritas kulit
berhubungan gangguan integritas terhadap
Setelah dilakukan kulit
dengan kekurangan dan
kekurangan/kel intervensi kelebihan cairan
Terapeutik
ebihan cairan keperawatan
2) ubah posisi tiap 2
selama 3 x 4 jam
jam jika tirah baring 2)untuk
maka
mencegah
Edukasi decubitus
- elastis
hidrasi 3) anjurkan minum air
- perpusi yang cukup
jarigan 3)untuk
4) anjurkan
menutrun meningkatkan mengetahui
- kerusakanj asupan nutrisi tanda- tanda
aringan 5) anjurkan dehidrasi
- suhu kulit meningkatkan
- sensasi asupan buah dan 4)agar
- tekstur sayuran terpenuhinya
6) anjurkan mandi dan
asupan nutsiri
menggunakan
sabun yang cukup.

5)agar memantau
penigkatan buah
dan sayur kepada
pasien

6) agar menjaga
kebersihan
tekstrur tubuh

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tindakan yang sudah di rencanakan dalam


rencana keperawatan . tindakan keperawatan mencakup tindakan materi
( independen) da tindakan kolaborasi.

Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada


kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk dari perintah
dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang di
dasarkan hasil keputusan bersama , seperti dokter dan petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan


yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperwatan . rencana intervensi
dan implmentasinya.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. L J, 2010. Hand Book of Nursing Diagnosa. ECG : Jakarta.
Ngastiyah, 2015. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam . Edisi 1. EGC, Jakarta

Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.2017. Standar diagnosis keperawatan


Indonesia (SDKI) definisi dan indikator diagnostik. Jakarta selatan : DPP PPNI.
Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.2017. Standar luaran keperawatan Indonesia
(SLKI). Jakarta selatan : DPP PPNI.
Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.2017. Standar intervensi keperawatan
Indonesia (SIKI). Jakarta selatan : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai