Disusun oleh :
CI Lahan CI Institusi
(..................................)
(....................................)
A. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja
berbentuk cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang
meningkat (Markum, 2008).
Diare adalah suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan
elektrolit secara belebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar
satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair (Suradi, 2001)
Diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus, dan pathogen, yang di tandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah (Brunner&Suddart, 2014).
B. Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Internal
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama dari
diare pada anak yaitu infeksi bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio
kholera) infeksi virus (Enterovirus) dan infeksi parasit (cacing dan
Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor Parenteral
Infeksi dari bagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti otolis
media akut, tonsil faringitis, bronkopnia, ensefolitis, dsb. Keadaan
ini terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi lemak dan protein
3. Faktor Makanan
a. Makanan beracun
b. Makanan basi
c. Alergi terhadap makanan
4. Faktor Fisiologi
Rasa takut dan rasa cemas
C. Klasifikasi
1. Diare Akut
Diare akut merupakan penyakit yang dapat terjadi dan dapat
mengakibatkan kefatalan, diare akut adalah BAB dengan frekuensi
meningkat > 3x/hari dengan konsistensi tinja cair, bersifat mendadak
dan brlangsung dalam waktu dari 1 minggu. Diare akut lebih banyak
disebebakan oleh agen infeksisu (virus , bakteri dan pthogen parasit)
2. Diare Kronik
Kondisi dimana terjadinya peningkatan frekuensi BAB dan
peningkatan konsistensi cair dengan duras 14 hari atau lebih.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Bunner & Suddart (2014) adalah sebagai berikut:
1. Mula-mula seseorang akan merasa gelisah, suhu tubuh meningkat,
nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek, ubun-ubun dan
mata cekung, membran mukosa kering dan penurunan berat badan.
6. Perubahan nadi dan respirasi cepat, tekanan darah menurun, denyut
jantung cepat, pasien lemas dan kesadaran menurun.
7. Diuresis berkurang ( oliguria sampai anuria ).
8. Mual dan muntah
9. Lemah
10. Pucat
11. Kram abdominal
E. Patofisiologi
Perjalanan penyakit diare disebabkan oleh virus yang berkaitan denga
enteropatogen bakteri atau parasit. Virus masuk melukai sel vilosa matur
akan menyebabkan absorpsi cairan menurun dan defeiensi disakardase,
sedangkan bakkteri menciderai usus hingga menginvasi mukosa usus
untuk merusak ermukaan vilosa atau melepas toksin (Kyle & Carman,
2016)
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat-zat yang tidak
dapat diserap menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
selama terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Akibat rangsangan tertentu
(toksin) pada dinding usus akan akan terjadi peningkatan sekali air dan
elektrolit ke dalam rongga usus, dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus (Amin, 2015).
Selain itu diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan hiper
sekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Faktor makanan juga dapat mengakibatkan diare apabila terdapat
pahtogen dalam maknan, toksin yang masuk saluran cerna tidak dapat
diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan peristlatik kemuadia
terjadi diare (Hidayat, 2012).
F. Pathway
Faktor Mal Absorbsi Faktor Makanan Faktor Psikologi
Terdapat zat – zat yang Peradangan isi usus Gangguan motilitas usus
tidak dapat terserap
Tekanan osmotif
Gangguan sekresi Hiperperistaltik
meningkat
Merangsang usus
mengeluarkan isinya
Inflamasi saluran
pencernaan
BAB sering dengan DIARE
konsistensi encer
H. Penalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Cairan peroral
Diberikan caiiran yang bersifat NaCl dan N4HCO3 dan glukosa.
Formula lengkap disebut oralit, sedangkan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl
dan sukrosa.
2. Cairan parenteral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari
berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya. Tingkat dehidrasi :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2-5 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada
keadaan syok.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam,
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8-10 % dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis.
d. Diatetik ( pemberian makanan )
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minumkhusus kepada
klien dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga
kesehatan klien.
e. Obat-obatan
Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-
imflamasi) dan antidiare (misalkan pemberian loperamida
(imodium)), defiknosilit (limotil) dapat mengurangi tingkat
keparahan diare. Terapi obat menurut Markum (2008):
obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari, dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamideantibiotik : bila
penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
I. Komplikasi
Menurut Suria (2001) komplikasi Diare Cair Akut (DCA) adalah:
1. Hipoklasemia
2. Hiponatremia
3. Syok hipovolemia
4. Asidosis
5. Kejang biasanya terjadi pada dehidrasi hipertonik
6. Malnutrisi
J. Pengakajian Fokus
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
a. Awalan serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia
kemudian timbul diare.
b. Keluhan utama : feces semakin cair, muntah, bila kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan
menurun. Pada bagian ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor
kulit berkurang, mukosa bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4
kali dengan konsistensi cair.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi
4. Riwayat psikososial keluarga
5. Kebutuhan dasar
a. Pola eleminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya
e. Aktivits : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen.
6. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan psikologis :
Keadaan umum tampak lemah, kesadaran komposmentis sampai
koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak
cepat.
b. Pemeriksaan sistematik
-Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lender,
mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anuskemerahan.
-Perkusi : adanya distensi abdomen
-Palpasi : tugor kulit kurang elastis
-Auskultasi : terdengarnya bising usus
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi
sehingga berat badan menurun,
e. Pemeriksaan penunjang
f. Pemeriksaan tinja, hematologi dan widal
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
5. Kolaborasi :
a. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional: koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Edisi
6.Jakarta : EGC.
1. Rencana Keperawatan
5. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda verbal dan 1. Untuk mengetahui seberapa
dengan perubahan besar keperawatan selama 3x24 jam non verbal kecemasan kecemasan yang diderita
status kesehatan diharapkan ansietas 2. Gunakan pendekatan oleh pasien
berhubungan dengan yang tenang dan 2. Agar klien tenan dan
perubahans status kesehatan menyakinkan percaya terhadap perawat
dapat teratasi dengan kriteria 3. Berikan aktivitas Pasien 3. Untuk menghilangkan dan
hasil: untuk mengurangi mengurangi kecemasan
1. Klien dapat kecemasan pada klien
mengurangi 4. Berikan informasi 4. Untuk menambah wawasan
kecemamasan terkait dengan atau informasi kepada klien
perubahan status agar klien mengerti dan
2. Klien tampak tenang kesehatan paham
5. Libatkan keluarga untuk 5. Agar keluarga kooperatif
mendammpingi pasien dan menjaga pasien