Anda di halaman 1dari 100

SKIRIPSI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWAT DALAM


PENGGUNAAN MODERN DRESSING UNTUK
PERAWATAN LUKA DI RSUD
BATARA GURU

FACTORS THAT INFLUENCE NURSES IN USING


MODERN DRESSINGS FOR WOUND CARE
AT BATARA GURU HOSPITAL

OKTA
SK 1901012

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 7

A. Tinjauan Umum Tentang Luka ........................................ 7

B. Tinjauan Umum Tentang Modern Dressing ..................... 14

C. Tinjauan Umum Tentang Faktor Yang Mempengaruhi

Perawat Dalam Penggunaan Modern Dressing............... 18

D. Kerangka Teori ................................................................ 24

E. Jurnal Terkait ................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 30

A. Desain Penelitian ............................................................ 30

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................... 30

C. Populasi Dan Sampel ...................................................... 30

iv
D. Pengumpulan Data .......................................................... 31

E. Analisa Data .................................................................... 33

F. Kerangka Konsep ............................................................ 33

G. Defenisi Operasional ....................................................... 34

H. Hipotesis Penelitian ......................................................... 36

I. Etika Penelitian ................................................................ 36

BAB IV Hasil Dan Pembahasan ....................................................... 38

A. Hasil ................................................................................ 38

B. Pembahasan ................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

LAMPIRAN ............................................................................................

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal ini yang berjudul “Faktor Yang Mempengaruhi

Perawat Dalam Penggunaan Modern Dressing Untuk Perawatan Luka

di RSUD Batara Guru”. dan menyelesaikan Program studi di jurusan

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Bhakti Pertiwi Luwu

Raya Palopo, sekaligus menyelesaikan tugas akhir/skripsi ini dengan baik.

Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih seiring doa dan

harapan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya

Proposal ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Dr. Agustina R. Palamba., S.Kep., Ns., selaku Ketua Stikes Bhakti

Pertiwi Luwu Raya Palopo

2. Bapak Asrul Prayudi, SE., MM., selaku Ketua Yayasan Stikes Bhakti

Pertiwi Luwu Raya Palopo.

3. Bapak Tanwir Djafar, SKM., M.Kes., selaku Wakil Ketua 1 Stikes

Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo, sekaligus sebagai pembimbing

pertama.

4. Bapak Amos Lellu, S.Kep., Ns., M. Kep., Selaku ketua program studi

Ners Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo.

6
5. Ibu Andi Silfiana, S.Kep., Ns., M. Kes., Selaku pembimbing kedua,

Terima Kasih telah membimbing dalam penyusunan proposal ini.

6. Ibu Chrecencya Nirmalarumsari., S. Kep., Ns., M. Kep., selaku Dosen

penasihat akademik saya, terima kasih atas bimbingannya.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya

Palopo yang telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam

menyelesaikan pendidikan selama ini.

8. Kepada teman – teman keperawatan Khususnya Angkatan 2019 yang

telah memberikan pengalaman dan kenangan berharga yang tidak

bisa dilupakan selama menempuh pendidikan.

9. Dan semua pihak yang ikut membantu dan menyelesaikan skripsi ini

baik berupa materil maupun moril. Saya ucapkan banyak terima kasih.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

terdapat kekurangan dan penulis berharap semoga skripsi ini bisa

memberikan manfaat kepada para pembaca khususnya bagi penulis

secara pribadi. Amin Ya Rabbal Alamin.

7
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori ............................................................... 39

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konsep ................................................ 48

8
DAFTAR TABEL

Tabel Jurnal Terkait ............................................................................. 40

Tabel Definsi Operasional ................................................................... 48

Tabel Tenaga Fungsional .................................................................... 54

Tabel 4.1. Karakteristik Perawat Berdasarkan Umur ........................... 57

Tabel 4.2. Karakteristik Perawat Berdasarkan Pelatihan ..................... 57

Tabel 4.3. Karakteristik Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 58

Tabel 4.4. Penggunaan modern dressing untuk perawatan luka ......... 58

Tabel 4.5. Pengetahuan Perawat Dalam Penggunaan Modern ...... 59

Tabel 4.6. Sikap Perawat Dalam Penggunaan Modern Dressing ... 59

Tabel 4.7. Motivasi Perawat Dalam Penggunaan Modern Dressing 60

Tabel 4.8. Hasil uji Chi Square Pengetahuan ................................... 60

Tabel 4.9. Hasil uji Chi Square Sikap ............................................... 61

Tabel 5.0. Hasil uji Chi Square Motivasi ............................................ 62

Tabel 5.1. Hasil uji Chi Square Pelatihan .......................................... 63

9
ABSTRAK

Okta. Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam Penggunaan


Modern Dressing Untuk Perawatan Luka di RSUD Batara Guru.
(Tanwir Djafar, dan Andi Silfiana)

Luka merupakan terganggunya integritas normal dari kulit dan


jaringan di bawahnya, yang secara tiba-tiba atau di sengaja, tertutup, atau
terbuka, bersih atau terkontaminasi, superfisial, atau dalam.
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi perawat dalam penggunaan modern dressing untuk
perawatan Luka bedasarkan pengetahuan, sikap, motivasi dan pelatihan. .
Penelitian ini dilakukan di RSUD Batara Guru Belopa. Metode dalam
peneliian ini adalah Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu
mempelajari hubungan antara faktor yang mempengaruhi perawat dalam
penggunaan modern dressing untuk perawatan luka dengan
menggunakan metode observasi atau pengumpulan data dalam waktu
yang bersamaan. Tehnik pengambilan sampel menggunakan total
sampling yakni mengambil semua yang ada yakni sebanyak 37 orang.
Hasil penelitian didapatkan Hasil nilai chi Square yang didapatkan
yakni kurang dari <0,05 yang berarti ada faktor yang mempengaruhi
perawat dalam menggunakan modern dressing untuk perawatan luka.
Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan Penelitian ini dapat
dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya dengan sampel yang lebih banyak
untuk memperoleh gambaran yang lebih luas, namun peneliti berharap
agar penelitian ini dapat diangkat menjadi pengaruh untuk melihat
bagaimana tindakan perawat dalam melakukan perawatan luka
dengan pengetahuan yang mereka miliki.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Motivasi, Pelatihan, Perawatan


Luka Menggunakan Modern Dressing

Pustaka : 51 (2018-2022)

10
ABSTRAK

Okta. Factors That Influence Nurses in Using Modern Dressings for


Wound Care at Batara Guru Hospital. (Tanwir Djafar, and Andi
Silfiana)

A wound is a disruption of the normal integrity of the skin and


underlying tissue, sudden or intentional, closed or open, clean or
contaminated, superficial or deep.
This study aims to determine the factors that influence nurses in
using modern dressings for wound care based on knowledge, attitudes,
motivation and training. . This research was conducted at the Batara Guru
Belopa Regional Hospital. The method in this research is this research is
quantitative research. This research uses a cross-sectional approach,
namely studying the relationship between factors that influence nurses in
using modern dressings for wound care using observation methods or
data collection at the same time. The sampling technique used total
sampling, namely taking all available, namely 37 people.
The research results showed that good knowledge was The chi
square value obtained is an average down <0.05, which means there are
factors that influence nurses in using modern dressings for wound care. It
is hoped that this research can be continued by further researchers with
more samples to obtain a better picture. broader, but researchers hope
that this research can be used as an influence to see how nurses act in
carrying out wound care with the knowledge they have.

Keywords : Knowledge, Attitude, Motivation, Training, Wound Care Using


Modern Dressings

11
12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka merupakan terganggunya integritas normal dari kulit dan

jaringan di bawahnya, yang secara tiba-tiba atau di sengaja, tertutup,

atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superfisial, atau dalam

(Sriwiyati & Kristanto, 2020). Luka dapat mengakibatkan kerusakan

fungsi perlindungan kulit yang disebabkan hilangnya kontinuitas

jaringan epitel dengan atau tanpa dengan kerusakan jaringan lain,

seperti otot, tulang, serta saraf. Luka dapat diklasifikasikan berbagai

macam, dari luka ringan, sedang, hingga parah, dari luka kecil hingga

besar, luka dangkal hingga luka dalam, luka tidak menular hingga

infeksi bahkan luka akut dan berubah menjadi luka kronis (Wintoko et

al., 2020).

Luka akut adalah ketika kulit mengalami luka maka tahap

penyembuhannya mengikuti jalur atau tahapan penyembuhan secara

teratur dan tepat waktu serta dalam periode waktu penyembuhan

berlangsung tidak lama, dengan hasil akhir adanya perbaikan secara

fungsional dan anatomis. Dalam tahapan penyembuhan luka akut

membutuhkan lingkungan luka yang optimal, ialah dengan lingkungan

luka moist atau lembab, yang dapat sembuh sekitar 4-14 hari jika

pada lingkungan luka sudah optimal (Aminuddin et al., 2020).

12
13

Prevalensi kejadian luka akut setiap tahunnya kian meningkat.

Studi kohort Inggris melakukan evaluasi terhadap National Health

Service (NHS) pada tahun 2012/2013 ke tahun 2017/2018 melakukan

sebuah penelitian mengenai kejadian luka di Inggris yang mengalami

peningkatan dengan hasil yang diperkirakan sesuai dengan kriteria

yaitu sebesar 3,8 juta pasien. Berdasarkan beberapa jenis luka akut,

diperoleh untuk luka terbuka sebanyak 337.000 pasien, luka operasi

519.000 pasien, luka trauma sebanyak 249.000 pasien, serta luka

bakar sebanyak 222.000 pasien (Guest et al., 2020). Menurut

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, prevalensi

terjadinya luka di Indonesia tercatat sebanyak 9,2%. Luka lecet,

lebam, dan memar merupakan jenis tertinggi yang dialami penduduk

Indonesia yaitu sebanyak 64 % diikuti oleh luka robek dan tusuk

sebanyak 20 %. Penyebab lain seperti luka bakar sebanyak 1,3%.

Provinsi Jawa Barat menempati urutan prevalensi tertinggi dalam

proporsi luka yang mengakibatkan terganggunya kegiatan sehari-hari

sebanyak 186.809 kasus, dan proporsi bagian tubuh yang terkena

luka sebanyak 16.150 kasus (Kemenkes, 2018).

Tingginya prevalensi pada luka akut, jika tidak di tanggulangi

dengan tepat dan benar dalam fase penyembuhannya, maka akan

menyebabkan luka kronik. Hal ini disebabkan karena adanya faktor

infeksi yang dapat memperlambat penyembuhan luka (Etty et al.,

2021). Setiap luka memungkinkan untuk berdampak pada resiko dan

13
14

efek samping yang menyebabkan maserasi. Maserasi merupakan

kerusakan pada fungsi perlindungan kulit (luka akut) yang disebabkan

oleh kelebihan cairan pada luka. Jika terjadi maserasi, maka sekitar

luka akan terasa sakit dan tidak nyaman. Selain itu maserasi dapat

memperlambat penyembuhan luka dan membuat kulit lebih rentan

terhadap infeksi, sebab terjadi peradangan dan pembengkakan di

sekitar luka (Subandi & Sanjaya, 2019).

Peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu proses

penyembuhan dan perawatan luka pada klien. Perawat bertanggung

jawab dalam memahami atau memonitor kondisi luka klien dan

sebagai komunikator yang baik untuk klien. Dalam perawatan luka

perawat harus menanganinya dengan tepat dan sesuai dengan

perkembangan zaman. Pengetahuan serta sikap tentang luka yang

baik adalah peran penting yang harus dimiliki oleh perawat dalam

melakukan upaya perawatan luka (Asmarani et al., 2021). Hal yang

harus diamati dengan baik dalam pemulihan luka adalah tissue wound

management (jaringan) yang akan dilakukan debridement apabila

jaringan nonviable, infection (infeksi) yang ditatalaksana dengan

kontrolbakteri, moisture balance (keseimbangan kelembapan) dengan

pengelolaan eksudat dan pemilihan dressing yang tepat, dan edge

advancement (TIME) (Wintoko et al., 2020). Dalam perawatan luka

modern harus tetap memperhatikan tiga tahap (3M) yaitu, mencuci

14
15

luka, membuang jaringan mati, serta memilih balutan (Sriwiyati &

Kristanto, 2020).

Hasil penelitian menurut (Subandi & Sanjaya, 2019) perawatan

luka modern dressing dapat menjaga suhu luka agar tetap lembab

dan menjaga luka tidak terkontaminasi, serta dengan menggunakan

teknik moisture balance memfasilitasi kandungan chemokines,

cytokines, serta chemokines yang dapat mempromosikan

pertumbuhan sel serta menstabilkan matriks jaringan luka. Modern

dressing diketahui dapat digunakan untuk mempercepat proses

penyembuhan luka (Rismayati et al., 2020). Menurut (Nabila et al.,

2017) melaporkan bahwa jenis balutan luka modern dalam perawatan

luka. Seperti hydrocolloid, film dressing, calcium alginate, hidrogel,

antimicrobial dressing, dan foam absorbant dressing (Khoirunisa et al.,

2020). Konsep penyembuhan luka lembab dengan modern dressing

memiliki efek samping atau komplikasi yang dapat terjadi, jika luka

terlalu lembab maka akan terjadi maserasi atau pecahnya jaringan

kulit di sekitar luka (Subandi & Sanjaya, 2019).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan melakukan

wawancara bersama perawat Di Poli Bedah, Ruang Melati, Ruang

Krisan, diperoleh data bahwa sebagian perawat telah menerapkan

sistem modern dressing pada perawatan luka.

15
16

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa

sajakah faktor yang mempengaruhi perawat dalam penggunaan

modern dressing untuk perawatan Luka di RSUD Batara Guru ?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan Luka berdasarkan

pengetahuan.

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan Luka berdasarkan

sikap.

3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan Luka berdasarkan

Motivasi.

4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan Luka berdasarkan

Pelatihan.

16
17

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi Responden

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan pengetahuan dalam mengoptimalkan kualitas

pelayanan pasien.

2. Bagi Rumah Sakit

Dapat menjadi masukan bagi pihak Manajemen RSUD Batara Guru

dalam rangka meningkatkan mutu dan dapat menentukan

kebijakan yang terkait perawatan luka di RS tersebut.

3. Bagi Institusi

Sebagai salah satu literatur untuk bahan pembelajaran tentang

gambaran faktor yang mempengaruhi perawatan luka, baik dalam

proses penelitian maupun melatih cara berpikir dari mahasiswa.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi informasi tambahan

bagi peneliti yang ingin melakukan peneitian di ruang lingkup yang

sama.

17
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Luka

1. Pengertian Luka

Luka adalah kerusakan pada fungsi perlindungan kulit

disertai hilangnya kontinuitas jaringan epitel dengan tanpa adanya

kerusakan pada jaringan lainnya seperti otot, tulang dan nervus

yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu tekanan, sayatan, dan

luka karena operasi (Ryan, 2014). Luka merupakan hilang atau

rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan trauma tajam

atau tumpul, perubahan suhu, paparan zat kimia, ledakan,

sengatan listrik, serta goleh gigitan hewan (Wintoko et al., 2020).

Luka dibagi menjadi 2, yaitu luka akut dengan luka kronis.

a. Luka Akut

Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan

fisiologi dalam penyembuhan luka. Luka akut akan mengikuti

waktu yang telah ditentukan dalam fisiologi proses

penyembuhan luka, sehingga dapat diprediksi waktu

kesembuhannya. Tiap fisiologi proses penyembuhan luka

memiliki waktu penyembuhannya, seperti tahap inflamasi

selama saat cedera sampai tiga atau lima hari, tahap proliferasi

7
8

mulai hari pertama sampai 21 hari serta maturasi di mulai dari

hari ke-21 sampai dua tahun (Gitarja et al., 2019).

Menurut (Hess, 2020), luka akut dapat sembuh dengan

minimal scar pada lingkungan luka yang optimal berkisar 4-14

hari. Lingkungan luka yang optimal merupakan lingkungan luka

lembab (moist) yang dapat mendukung proses penyembuhan

luka berjalan dengan cepat. Luka akut dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

1) Luka akut pembedahan, seperti insisi, eksisi, serta skin graft.

2) Luka akut bukan pembedahan, seperti luka bakar.

3) Luka akut akibat faktor lain, seperti abrasi, laserasi, dan

injuri pada lapisan kulit superfisial (Maryunani, 2019).

b. Luka Kronis

Luka kronis merupakan luka yang terjadi karena adanya

kegagalan dalam masa penyembuhan luka yang tidak sesuai

dengan tahapan-tahapan yang harus dilalui dengan baik dan

tepat waktu dalam perbaikan jaringan kulit. Proses

penyembuhan pada luka kronis disebabkan oleh beberapa

faktor yang terganggu atau peprpanjangan satu atau lebih

tahapan dalam fase homeostasis, inflamasi, proliferasi, serta

maturasi (Suriadi, 2015). Waktu kesembuhan luka kronis

berbeda dengan luka akut (Wijaya, 2018).

8
9

Luka kronis meliputi luka tekan (dekubitus), ulkus kaki

(leg ulcers), luka diabetic serta luka kanker. Pada luka tekan

atau dekubitus yang sering dijuluki dengan luka pressure injury

yang disebabkan tekanan dalam waktu yang lama. Ulkus kaki

(leg ulcers) dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang terbagi

menjadi empat tipe luka, ialah luka arteri, luka vena, luka

kombinasi (arteri dan vena) dan luka neuropati.

2. Etiologi Luka

Beberapa etiologi dari luka menurut Maryunani (2020) adalah :

a. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh

suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan

lunak, perdarahan dan bengkak.

b. Luka abrasi / babras / lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit

bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda

yang tidak tajam. Biasa terjadi pada kulit dan tidak sampai

jaringan subkutis.

c. Luka robek / laserasi, biasanya terjadi akibat benda tajam atau

benda tumpul. Seringkali meliputi kerusakan jaringan yang

berat, sering menyebabkan perdarahan yang serius dan

berakibat syok hipovolemik.

d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda,

seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan

diameter yang kecil. Walaupun perdarahan nyata seringkali

9
10

sedikit, kerusakan jaringan internal dapat sangat luas. Luka bisa

mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan dengan

adanya benda asingpada tubuh.

e. Luka tembak, yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya

pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada

bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. Luka ini biasa

disebabkan oleh peluru.

f. Luka gigitan, biasanya di sebabkan oleh gigitan binatang mau

pun gigitan manusia. Biasanya kecil namun dalam dan dapat

menimbulkan komplikasi infeksi berat.

g. Luka avulsi, yaitu luka yang di sebabkan oleh terkelupasnya

sebagian jaringan bawah kulit tetapi sebagian masih terhubung

dengan tubuh.

h. Luka hancur, sulit di golongkan dalam salah satu jenis luka.

i. Luka hancurseringkali berujung pada amputasi.

3. Fase Penyembuhan Luka

a. fase hemostasis

Setelah terjadinya cedera kulit, akan terjadi fase hemostasis

yang ditandai dengan terbukanya lapisan subendotel. Selain itu,

kolagen dan faktor jaringan juga akan mengaktifkan agregasi

platelet untuk menghasilkan degranulasi dan melepaskan

kemokin (faktor kemotaktik) & faktor pertumbuhan/growth factor

untuk membantu proses pembekuan (Wang et al., 2018).

10
11

b. Fase Inflamasi dan Koagulasi

Fase inflamasi terjadi pada hari ke 0 hingga hari ke-3 atau ke-5

(Arisanty, 2014). Fase ini adalah respon vaskuler serta seluler

yang terjadi akibat luka yang dapat menyebabkan rusaknya

jaringan lunak. Dalam fase inflamasi pendarahan akan

dihentikan dan área luka akan dibersihkan dari benda asing,

sel-sel mati, dan bakteri untuk mempersipkan penyembuhan.

Pada proses ini akan berperan pratelet yang berfungsi

hemoistatis sehingga mencegah pendarahan lebih lanjut. Fase

inflamasi memungkinkan pergerakan leukosit (neutrofil).

Neutrofil selanjutnya memfagosit dan membunuh bakteri, lalu

masuk ke matriks fibrin dalam persiapan pembentukan jaringan

baru. Pada fase inflamasi akan adanya eritema, hangat pada

kulit, nyeri serta edema.

c. Fase Proliferasi atau Epitelisasi

Menurut Arisanty (2014), fase proliferasi terjadi mulai hari ke-2

sampai ke24. Dalam fase ini terjadi perbaikan dan

penyembuhan luka yang ditandai dengan proliferasi sel. Dalam

fase ini fibroblas memilik peran penting dalam bertanggung

jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein

yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.

Tujuan utama dari fase ini adalah proses granulasi dimana

sejumlah sel serta pembuluh darah baru tertanam di dalam

11
12

jaringan baru. Selanjutnya terjadi proses epitelisasi, fibroblas

mengeluarkan Keratinocyte Growth Factor (KGF) dalam

berperan mitosis sel epidermal.

d. Fase Maturasi atau Remodelling

Fase maturasi adalah fase terakhir dan memerlukan waktu yang

lama dalam proses penyembuhan luka. Fase ini dimulai pada

minggu ke-3 setelah luka sampai 2 tahun. Pada fase maturasi

terjadi penyempurnaan terbentuknya jaringan baru menjadi

jaringan penyembuhan yang lebih kuat. Sintesa kolagen yang

telah dimulai pada fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase

ini. Aktifitas síntesis dan degradasi kolagen berada dalam

keseimbangan. Serabut-serabut kolagen meningkat dan

bertambah tebal dengan dibantu dengan proteinase untuk

perbaikan sepanjang garis luka. Serabut kolagen menyebar

dengan saling mengikat dan menyatu secara bertahap dalam

pemulihan jaringan. Jika kelebihan kolagen dalam fase maturasi

maka akan terjadi penebalan jaringan parut. Sedangkan jika

produksi kolagen terlalu sedikit dapat menyebabkan turunnya

kekuatan jaringan parut sehingga luka akan selalu terbuka.

4. Karakteristik Luka

Karakteristik luka dapat di lihat dari lokasi, bentuk, ukuran,

kedalaman, tepi, Undermining/Tunneling, karakteristik jaringan

nekrotik, eksudat, warna kulit di sekitar luka, edema, indurasi,

12
13

karakteristik lain, jaringan granulasi, dan epitelisasi. (Sussman, C.,

& Jensen, B. B. 2007).

a. Lokasi

Lokasi luka merupakan tempat terjadinya luka pada anatomi

tubuh sipasien. Lokasi luka perlu di ketahui untuk memprediksi

penyembuhan luka. Lokasi luka telah terbukti mempengaruhi

penyembuhan. Namun, lokasi spesifik mana yang

menguntungkan atau merugikan penyembuhan masih harus

ditentukan.

b. Bentuk

Untuk luka yang akan sembuh, akan sering berubah bentuk dan

mungkin akan berbentuk lebih teratur, bentuk melingkar atau

oval. Bentuk luka dianggap lebih membantu untuk menentukan

ukuran keseluruhan luka. Bentuk luka ditentukan dengan

mengevaluasiperimeter luka. Bentuk luka dilapisi dengan

kontraksi luka. Kontraksiluka bisa terlihat saat area permukaan

luka terbuka berkurang dan saat bentuk luka berubah.

c. Ukuran

Ukuran luka dapat di artikan sebagai luas permukaan luka si

pasien. Luas permukaan dapat dilihat dengan mengalikan

panjang dengan lebar. Metode yang paling umum digunakan

dalam menentukan ukuran adalah mengukur (dalam cm) aspek

terpanjang dan tegak lurus dari permukaanluka yang terlihat.

13
14

Hal ini dapat menjadi sulit untuk ditentukan dalam mengukur

ukuran pada beberapa luka, karena tepi luka mungkin sulit

untuk diketahui atau tepinya mungkin tidak teratur.

d. Kedalaman

Merupakan ukuran dasar luka ke permukaan luka. Mengukur

kedalaman luka dapat dengan menggunakan aplikator yang

berujung katun/kapas. Masukkan aplikator di bagian terdalam

dari luka dan tandaiaplikator dengan pulpen, dan ukur jarak dari

ujung yang ditandai,dengan menggunakan panduan

pengukuran metrik.

e. Tepi

Tepi luka merupakan daerah dimana jaringan normal menyatu

dengan dasar luka. Tepi luka menunjukkan beberapa

karakteristik luka yang paling penting. Saat menilai tepi luka,

lihat bagaimana penamakan dariluka tersebut.

f. Undermining/Tunneling

Undermining/Tunneling merupakan hilangnya jaringan dibawah

permukaan kulit yang utuh. Underminng didefinisikan sebagai

pengikisan dibawah tepi luka, dan tunneling didefinisikan

sebagai sebaris dari jalur bidang yang mengarah ke saluran

sinus. Underminingbiasanya melibatkan jaringan subkutan dan

mengikuti jalur bidang disamping luka. Tunneling biasanya

14
15

melibatkan persentase kecil dari margin luka: sempit dan cukup

panjang dan tampaknya memiliki tujuan.

g. Karakteristik jaringan nekrotik

Nekrosis didefinisikan sebagai jaringan devisa yang mati. Dapat

berwarna hitam, coklat, abu-abu, atau kuning. Tekstur bisa

kering dan kasar, lembut, lembab, atau berserabut. Karakteristik

jaringan nekrotik meliputi tampilan, warna, konsistensi. Bau bisa

ada atau tidak ada. Banyak tenaga kesehatan yang salah

menilai jaringan nekrotik. Terkadang merreka menilai jaringan

kuning dan putih sebagai jaringan nekrotik padahal tidak

selamanya seperti itu. Jaringan kuning bisa berupa lemak

kuning yang sehat, membran reticular dermis, atau tendon.

Jaringan putih bisa berupa jaringan ikat, fasia, atau ligamen.

h. Eksudat

Eksudat merupakan cairan yang terdapat pada luka. Untuk

menilai jumlah eksudat di luka, amati dua area yakni luka itu

sendiri dan balutan yang digunakan pada luka. Amati luka untuk

menilai kelembaban yang ada. Sebelum menilai jenis eksudat,

bersihkan luka dengan NaCl atau air putih secara normal dan

evaluasi eksudat segar. Pilih jenis eksudat yang dominan di

luka, sesuai warna dan konsistensi.

15
16

i. Warna Kulit di Sekitar luka

Warna kulit di sekitar luka dapat mengindikasikan luka lebih

lanjut dari tekanan, gesekan, atau gunting. Karakteristik Kulit di

Sekitar luka sering merupakan indikasi pertama yang

menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut. Yang paling

sering ditemukan dalam pengamatankulit disekitar luka adalah

eritema. Eritema didefinisikan sebagai kemerahan atau

kehitaman pada kulit, dibandingkan dengankulit di sekitarnya.

Eritema setelah trauma disebabkan olehpecahnya venula dan

kapiler kecil atau mungkin disebabkan oleh aliran darah masuk

untuk memulai proses peradangan.

j. Edema

Edema merupakan pembengkakakan yang terjadi pada luka

dan sekitarnya. Kaji jaringan dalam 4 cm tepi luka. Kenali

edema dengan menekan jari ke dalam jaringan dan tunggu

selama 5 detik. Saat melepaskan tekanan, jaringan gagal untuk

kembali ke posisi normal, dan lekukan muncul. Ukur seberapa

jauh edema melampaui tepi luka.

k. Indurasi

Indurasi adalah ketegasan jaringan yang abnormal dengan

margin. Indurasi dapat menjadi tanda kerusakan yang akan

terjadi pada jaringan.Seiring dengan perubahan warna kulit,

indurasi merupakan pertanda trauma jaringan akibat tekanan

16
17

lebih lanjut. Raba dimana indurasi dimulai dan dimana ia

berakhir. Raba dari jaringan sehat, bergerakmenuju tepi luka.

Biasanya terasa sedikit ketegasan pada tepi luka itu. Jaringan

normal terasa lembut dan kenyal sedangan indurasi terasa

kerasdan tegas saat disentuh.

l. Karakteristik lain

Karakteristik lain yang dapat dievaluasi pada jaringan

disekitarnya termasuk maserasi dan perdarahan. Maserasi

didefinisikan sebagai pelunakan pada jaringan ikat. Jaringan

maserasi kehilanganpigmentasi dan bahkan pigmen kulit yang

gelap terlihat pucat. Jaringan yang melemah ini sangat rentan

terhadap trauma, menyebabkan kerusakan dari jaringan

maserasi dan pembesaran luka.

m. Jaringan granulasi

Jaringan granulasi adalah penanda dari kesehatan luka. Itu

adalah tanda fase proliferatif dari penyembuhan luka dan

biasanya akhir dari penutupan luka. Jaringan granulasi

berkembang dari pembuluh darah kecil dan jaringan ikat ke

rongga luka. Jaringan granulasi itu sehat jika cerah, berdaging

merah, mengkilap dan granular dengan penampilan seperti

beludru.

17
18

n. Epithelization

Epithelization adalah proses pelepasan epidermal dan muncul

sebagai kulit merah muda atau merah. Epithelization mungkin

pertama diperhatikan selama fase peradangan atau fase

proliferasi dari penyembuhan sebagai jaringan merah muda

yang berpigmen ringan, bahkan pada individu dengan kulit

berwarna gelap. Jaringan parut pink terang atau kulit baru

sebagai eritema. Pada luka dengan ketebalan parsial, sel epitel

dapat berpindah dari tempat di permukaan luka atau dari tepi

luka, atau keduanya. Pada luka dengan ketebalan penuh,

pelepasan epidermal terjadi dari tepi saja, biasanya setelah luka

hampir sepenuhnya terisi dengan jaringan granulasi.

5. Jenis Penyembuhan Luka

Luka dapat dijelaskan proses penyembuhannya sesuai dengan

jenis atau metode penutupan pada penyembuhan luka (Maryunani,

2020). Jenis penutupan pada luka tersebut antara lain:

a. Primary intention

Biasanya terjadi pada luka dengan kedalaman full ticknes yang

di tutupdengan tindakan menjahit, staples, atau perekat.

Umumnya penyembuhan luka jenis ini dapat sembuh dengan

cepat. Infeksi pada penyembuhan luka jenis ini juga tergolong

jarang bahkan tidak ada. Jaringan granulasi dan jaringan parut

pada janis penyembuhan ini juga tergolong sangat sedikit.

18
19

Contoh jenis penyembuhan primary intention adalah luka insisi

bedah.

b. Secondary intention

Biasanya terjadi pada luka dengan kedalaman partial atau full

thicknes yang secara sengaja dibiarkan terbuka agar terjadi

penyembuhan luka melalui deposisi jaringan granulasi.

Umumnya penyembuhan luka jenisini dapat sembuh dengan

sangat lambat. Infeksi juga seringkali ditemukan pada

penyembuhan luka jenis ini. Jaringan granulasi dan jaringan

parut pada janis penyembuhan ini juga tergolong sangat

banyak. Contoh jenis penyembuhan secondary intention adalah

ulkus kaki.

c. Tertiary intention

Biasanya terjadi pada luka dengan kedalaman full thicknes

biasanya secara sengaja dibiarkan terbuka untuk

mengupayakan debridement atau penurunan edema sampai

kondisi optimal terpenuhi untukpenutupan luka aktif. Umumnya

penyembuhan luka jenis ini dapat sembuh dengan lambat.

Infeksi juga seringkali ditemukan pada penyembuhan luka jenis

ini. Jaringan granulasi dan jaringan parut pada Janis

penyembuhan ini juga tergolong banyak. Contoh jenis

penyembuhan tertiary intention adalah luka insisi terbuka.

19
20

6. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Beberapa faktor yang dapat menghambat penyembuhan luka

antara lain perawatan yang kurang baik, Osteomylitis kronis,

konsumsi tembakau, kanker, malnutrisi, diabetes, obat- obatan,

radiasi, dansirkulasi yang buruk (Semer, 2018).

a. Perawatan yang kurang baik

Banyak luka tidak dapat segera sembuh karena kurang

perawatan. Semua jaringan nekrotik harus dibuang, infeksi di

jaringan sekitar ditangani dengan antibiotik, dan penanganan

luka yang memadai pun dilakukan.

b. Osteomylitis kronis

Pertimbangkan infeksi di tulang (Osteomylitis kronis), terlebih

jika adakejadian trauma atau patah tulang. Osteomylitis kronis

adalah masalah yang serius di negara berkembang. Karena

infeksi di tulang mencegah jaringan lunak dan tulang untuk

menyembuh, hal tersebut adalah penyebab utama morbiditas

pasien yang menderita patah tulang terbuka.Pasien biasanya

memerlukan 6 minggu pengobatan antibiotik dan tulang harus di

debridemen supaya penyembuhan dapat berjalan.

c. Konsumsi tembakau

Beberapa orang tidak memperhatikan efek tembakau terhadap

penyembuhan luka. Nikotin menurunkan aliran darah dengan

menyumbat pembuluh darah kecil. Kapasitas penghantaran

20
21

oksigen jugamengalami penurunan karena karbonmonoksida.

Hal tersebut dapat memperparah kerusakan jaringan yang

rusak dan jaringan yang relatif hipoksia seperti tulang.

d. Kanker

Luka yang berlansung lama (beberapa bulan hingga tahun)

yang tampak mengkilap dan tidak kunjung sembuhbisa saja

ternyata sebuah kanker. Biasanya luka ini terlihat sedikit

berbeda di banding luka terbuka pada umumnya. Tepi meninggi

dan tidak beraturan merupakan indikasi adanya kanker. Luka

bakar dapat juga berubah menjadi kanker kulit. Jika ragu, ambil

biopsi dari jaringan dan kirimkan ke ahli patologi anatomi.

Kanker harus dieksisi semuanya untuk penyembuhan luka

danmencegah kambuh.

e. Malnutrisi

Malnutrisi adalah masalah yang pelik di daerah tertinggal.

Protein dan kalori yang cukup diperlukan dalam proses

penyembuhan luka. VitaminC, A, zat besi, dan zink juga

merupakan nutrien penting untuk penyembuhan luka. Jika

tersedia, suplemen nutrisi untuk pasien yang kekurangan nutrisi

sangat diperlukan.

21
22

f. Diabetes

Pasien dengan diabetes memiliki penyembuhan yang lambat.

Menjaga kadar gula darah dapat mempercepat penyembuhan

luka.

g. Obat-obatan

Perhatikan daftar obat yang dikonsumsi pasien. Steroid dan

NSAID dapat mempengaruhi penyembuhan. Vitamin A 25.000

IU/hari oral atau 200.000 IU/8 jam topikal selama 1-2 minggu

dapat menggurangiefek steroid.

h. Radiasi

Luka yang terletak di daerah yang pernah mendapat radiasi

akan memerlukan waktu yang sangat panjang untuk

menyembuh jika terjadiluka. pemberian suplemen vitamin E

selama 1-2 minggu (100 - 400 IU/hari) dapat berguna.

i. Sirkulasi yang buruk

Untuk luka di ekstremitas bawah, rasakan pulsasi di sekitar

tumit dan kaki. Jika tidak dijumpai pulsasi, pasien tersebut

memilliki penurunanaliran darah ke ekstremitas dan luka tidak

akan menyembuh.

22
23

7. Komplikasi Luka

Komplikasi yang dapat terjadi menurut (Wijaya, 2018) antara lain :

a. Pendarahan primer dan sekunder

Pada pendarahan primer terjadi dalam waktu 24 jam pertama

serta sekunder terjadi lebih dari 24 jam.

b. Hematoma

Hematoma adalah adanya kumpulan darah yang tidak normal di

luar pembuluh darah, terjadi ketika pembuluh darah mengalami

kerusakan yang menyebabkan perdarahan serta dapat

dimanifestasikan dengan munculnya benjolan atau kulit.

c. Jaringan Edema

Jaringan edema merupakan kondisi membengkaknya jaringan

tubuh akibat penumpukan cairan. Edema terjadi di tangan

maupun kaki.

d. Dehisense

Dehisense merupakan tidak menyatunya pinggiran luka yang

dapat terjadi pada hari ke 3-11. Terbukanya kembali luka

operasi pada daerah yang berongga.

e. Infeksi

Infeksi merupakan adanya invasi bakteri dengan gejala infeksi

muncul sekitar dalam 2-7 hari setelah tindakan pembedahan.

Gejala infeksi seperti Nyeri, bengkak, kemerahan, serta adanya

peningkatan suhu. Cairan luka atau eksudat yang banyak dan

23
24

berbau serta berjenis purulen menandakan terjadinya suatu

infeksi.

f. Hipergranulasi

Hipergranulasi merupakan terjadinya suatu pembentukan

jaringan granulasi yang berlebihan. Hipergranulasi dapat

mengganggu terjadinya migrasi epitel sehingga akan

memperlambat proses penyembuhan luka.

g. Scar Hipertrofik dan Keloid

Scar dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu scar hipertrofik dan

scar keloid. Gambaran klinis dari kedua jenis sulit dibedakan.

Scar dapat disebabkan oleh luka bakar, laserasi, abses injeksi

serta dalam penyembuhan luka operasi.

h. Maserasi

Maserasi terjadi ketika kulit bersentuhan dengan kelembapan

terlalu lama. Maserasi sering sekali dikaitkan dengan perawatan

luka yang tidak tepat, seperti pemakaian balutan yang tidak

tepat.

24
25

B. Tinjauan Umum Tentang Modern Dressing

1. Pengertian Modern Dressing

a. Modern Dressing

Menurut Handayani (2021) perawatan luka modern

adalah mempertahankan dan menjaga lingkungan luka tetap

lembab untuk memfasilitasi proses penyembuhan luka,

mempertahankan kehilangancairan jaringan dan kematian sel.

Prinsip dan kaidah balutan luka (wound dressing) telah

mengalami perkembangan sangat pesat selama hampir dua

dekade ini. Teori yangmendasari perawatan luka dengan

suasana lembab antara lain :

1) Mempercepat Fibrinolisis

Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan

lebih cepatoleh neutrofil dan sel endotel dalam suasana

lembab;

2) Mempercepat Angiogenesi

Keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan

merangsang pembentukan pembuluh darah lebih cepat.

3) Menurunkan Resiko Infeksi

Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika

dibandingkan dengan perawatan kering;

25
26

4) Mempercepat Pembentukan Growth Factor

Growth Factor berperan pada proses penyembuhan luka

untuk membentuk stratum korneum dan angiogenesis.

5) Mempercepat Pembentukan Sel Aktif Pada keadaan lembab

invasi neutrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit, dan

limfosit ke daerah luka berlangsung secara lebih dini.

b. Jenis-jenis Modern Dressing

1) Transparent Film

Bahan yang mengandung polyurethane film yang berfungsi

menurunkan inflamasi, mendukung pertukaran gas dalam

luka, mengurangi nyeri, serta melindungi luka dari trauma

fisik, kimiawi, dan termal. Jaringan epitel yang baru

menutupi luka dapat diberikan transparent film untuk

mengurangi gesekan dan trauma baru. Transparent film

tidak dapat menyerap eksudat dan memiliki sifat anti air,

sehingga balutan tidak akan basah ketika terkena air.

Bentuk balutan dapat berupa lembaran atau spray. Contoh

produknya yaitu tegaderm film, hydrofilm, mepore film, dan

lainnya.

2) Foam

Balutan foam mengandung polyurethane foam yang

berfungsi menyerap eksudat dari sedang sampai sangat

banyak. Selain itu dapat mengurangi tekanan pada luka

26
27

tekan, mengatasi hipergranulasi, membantu melindungi luka

dari trauma seperti pada pressure injury (dekubitus). Contoh

produknya wundress, biatain, allevyn, mepilex lite, cutimed

siltec, pharmasuper foam carbon silver, aquacel foam dan

lainnya.

3) Hydrocolloid

Balutan hydrocolloid mengandung carboxylmethyl cellulosa

(CMC), pectin dan gelatin. Balutan ini digunakan untuk

mengatasi inflamasi pada luka dan memberikan

perlindungan pada trauma. Contohnya yaitu Hydrocolloid

thin.

4) Hydrogels

Merupakan contoh coloid yang yang berbahan dasar

gliserin. Hydrogel mirip dengan hydrocolloid tapi dalam

bentuk gel. Dapat menciptakan suasana yang lembab pada

luka dan mengabsorbsi eksudat luka. Contoh produk antara

lain cutimed gel, intrasite gel, dan duoderm gel.

5) Calcium Alginate

Alginate mengandung polisakarida rumput laut yang dapat

membantu menyerap eksudat dari sedang ke banyak

sampai 20 kali beratnya. Alginate dapat berubah menjadi

gel dan berwarna kehijauan. Adapun fungsi alginate untuk

menghentikan perdarahan minor, luka dengan undermining

27
28

dan tunnel (Baranoski dan Ayello, 2012). Contoh produknya

seperti kaltostat, melgisorb, curasorb, Tegaderm alginate,

suprasorb A, cutimed alginate dan lainnya.

6) Silver Dressing

Balutan ini terdiri dari kristal kecil berukuran 10-100

nanometer (nm) dan kandungan 1 ppm (part per million)

silver sudah efektif melawan bakteri (MacGregor, 2012).

Balutan ini paling sering digunakan, akan tetapi tidak boleh

lebih dari dua minggu untuk mencegah resistensi. Contoh

produknya seperti acticoat, contreet, urgotul Ag, polymem

silver, atrauma Ag, dan aquacel Ag

c. Jenis-Jenis Balutan dan Terapi Alternative Modern

Dressing

Jenis-jenis balutan modern dressing dan terapi alternative

yang dapat digunakan untuk merawat dan melindungi luka

adalah :

1) Film Dressing

Bentuk Semi-permeable primary atau secondary

dressings, clear polyurethane yang disertai perekat

adhesive, conformable, anti robek atau tergores, tidak

menyerap eksudat, dapat digunakan sebagai bantalan

untuk pencegahan luka dekubitus, pelindung sekitar luka

terhadap maserasi, berfungsi sebagai pembalut luka pada

28
29

daerah yang sulit, pembalut/penutup pada daerah yang

diberi terapi salep, sebagai pembalut sekunder,

transparan, bisa melihat perkembangan luka, dapat

breathable, tidak tembus bakteri dan air, pasien bisa

mandi, memiliki indikasi: luka dengan epitelisasi, low

exudate, luka insisi. Jenis modern dressing ini memiliki

kontraindikasi berupa luka terinfeksi, eksudat banyak.

Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm (Samosir, 2020).

Gambar 2.1 Film Dressing

2) Hydrocolloid

Memiliki kandungan pectin, gelatin, carboxymethylcellulose

dan elastomers. Memiliki fungsi autolysis untuk

mengangkat jaringan nekrotik atau slough. Bersifat

occlusive yaitu hypoxic environment untuk mensupport

angiogenesis, waterproof, digunakan untuk lukadengan

eksudat minimal sampai sedang, dapat menjaga kestabilan

kelembaban luka dan sekitar luka, menjaga dari

kontaminasi air danbakteri, bisa digunakan untuk balutan

primer dan balutan sekunder,dapat diaplikasikan 5 – 7 hari

29
30

serta memiliki indikasi: luka dengan epitelisasi, eksudat

minimal dan kontraindikasi: luka yang terinfeksi atau luka

grade III-IV. Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll,

Comfeel (Samosir, 2020).

Gambar 2.2 Hydrocoll

3) Alginate

Terbuat dari rumput laut, membentuk gel diatas

permukaan luka, mudah diangkat dan dibersihkan, bisa

menyebabkan nyeri, membantu untuk mengangkat

jaringan mati, tersedia dalam bentuk lembaran dan pita,

kandungan calsium dapat membantu menghentikan

perdarahan. Alginate digunakan pada fase pembersihan

luka dalam maupun permukaan, dengan cairan banyak,

maupun terkontaminasi karena dapat mengatur eksudat

luka dan melindungi terhadap kekeringan dengan

membentuk gel serta dapat menyerap luka > 20 kali

bobotnya. Bersifat tidak lengket pada luka, tidak sakit saat

mengganti balutan, dapat diaplikasikan selama 7 hari serta

memiliki indikasi dapat dipakai pada luka dengan eksudat

sedang sampai dengan berat seperti luka decubitus, ulkus

30
31

diabetik, luka operasi, luka bakar deerajat I dan II, luka

donor kulit. Dengan kontraindikasi tidak bisa digunakan

pada luka dengan jaringan nekrotik dan kering.Contoh :

Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan (Samosir, 2020).

Gambar 2.3 Sorbalgon

4) Foam Dressing

Digunakan untuk menyerap eksudat luka sedang dan sedikit

banyak, tidak lengket pada luka, menjaga kelembaban luka,

menjaga kontaminasi serta penetrasi bakteri dan air, balutan

dapat diganti tanpa adanya trauma atau sakit, dapat

digunakan sebagai balutan primer / sekunder, dapat

diaplikasikan 5-7 hari, bersifat non-adherent wound contact

layer, tingkat absorbsi yang tinggi, semi-permeable dengan

indikasi pemakaian luka dengan eksudat sedangsampai

dengan berat. Dressing ini memiliki kontraindikasi tidak bisa

digunakan pada luka dengan eksudat minimal, jaringan

nekrotik hitam. Contoh: Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn,

Versiva(Samosir, 2020).

31
32

Gambar 2.4 Lyofoam

2. Perawatan Luka Konvensional/Tradisional

Perawatan luka konvensional merupakan perawatan standar yang

dapat sederhana dilakukan di rumah. Perawatan luka konvesional

ini dapat dengan mudah dilakukan, alat dan bahannya pun sangat

mudah di temukan. Bahan perawatan yang digunakan seperti

kassa, larutan NACL 0,9%, plester dll. Perawatan luka

menggunakan metode konvensional ini dapat digunakan pada

luka yang tidak berbahaya sepeti cidera ringan. Perawatan ini

bertujuan untuk menyerap cairan, mengentikan perdarahan,

melindungi area luka, mencegah infeksi, dan mengeringkan luka.

Gambar perawatan luka konvensional-advance tissue

32
33

C. Tinjauan Umum Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perawat

Dalam Penggunaan Modern Dressing

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perawat dalam

menggunakan modern dressing untuk perawatan luka, diantaranya :

Faktor pengetahuan, Sikap, Motivasi dan Pelatihan.

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah melakukan orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membantuk tindakan seorang (Notoatmodjo, 2019).

Budiman (2019) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan

seseorang dipengaruhi banyak faktor yaitu pendidikan, informasi,

sosial ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia.

Pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan

semakin luas pula pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan

bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan nonformal.

33
34

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu

untuk memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan

orang.

Sosial dan ekonomi juga sangat mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan

memengaruhi pengetahuan seseorang.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman

34
35

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari

masalah nyata dalam. Usia memengaruhi daya tangkap dan

pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2. Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Sikap seseorang tehadap suatu objek adalah perasaan mendukung

atau tidak memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung

atau tidak memihak (Unfavorable) pada objek tertentu. Dapat

dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan

kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu

apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang

menghendaki adanya respon. Sikap merupakan suatu sindrom atau

kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek sehingga

sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala

kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2019).

Sikap sebagai suatu bentuk perasaan, yaitu perasaan

mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak

mendukung (Unfavourable) pada suatu objek. Sikap adalah suatu

pola perilku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

35
36

menyesuaikan diri dalam situasi social, atau secara sederhana

yang merupakan respon terhadap stimulasi social yang telah

terkoordinasi. Sikap dapat juga diartikan sebagai aspek atau

penilaian positif atau negative terhadap suatu objek (Budiman,

2019). Sikap mempunyai beberapa tingkatan, diantaranya :

a. Menerima (receiving), pada tingkat ini individu mau

memperhatikan stimulus yang diberikan berupa objek atau

informasi tertentu.

b. Merespon (responding), pada tingkat ini individu akan

memberikan jawaban apabila ditanya mengenai objek tertentu

dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha individu untuk

menjawab dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan

indikator bahwa individu tersebut telah menerima ide tersebut

terlepas dari benar atau salah usaha yang dilakukan oleh

individu tersebut.

c. Menghargai (valuing), pada tingkat ini individu sudah mampu

untuk mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah, berarti individu sudah

mempunyai sikap positif terhadap suatu objek tertentu.

d. Bertanggung jawab (responsible), pada tingkat ini individu

mampu bertanggung jawab dan siap menerima resiko dari

sesuatu yang telah dipilihnya. Tingkat ini merupakan sikap

36
37

tertinggi dalam tingkatan sikap sesorang untuk menerima suatu

objek atau ide baru (Budiman, 2019).

3. Motivasi

Motivasi mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin

”movere” yang berarti mendorong atau menggerakan. Motivasi

inilah yang mendorong seseorang untuk berprilaku, beraktivitas

dalam pencapaian tujuan (Notoatmodjo, 2019).

Menurut Hamzah (2020) menyimpulkan dari beberapa

psikolog menyebutkan motivasi sebagai konstruk hipotesis yang

digunakan untuk menjelaskan keinginan, arah intensitas, dan

keajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Motivasi merupakan

proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang.

Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan, dengan

kata lain perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan.

Untuk memotivasi orang lain, kita dapat memberi

penghargaan, menghargai, menciptakan pekerjaan yang lebih

menarik, menjadi pendengar yang baik, memberi tantangan, serta

menolong tapi tidak melakukan sesuatu bagi orang lain yang

sebenarnya dapat dilakukan oleh dirinya sendiri. Salah satu hal

yang dapat dilakukan manajer untuk memotivasi bawahannya

adalah dengan memberikan reward. Agar pengaruh reward dapat

digunakan secara maksimal, manajer perlu, menghormati

keberagaman dan perbedaan individu, secara jelas memahami apa

37
38

yang orang lain inginkan dari suatu pekerjaan dan mengalokasikan

reward untuk memuaskan kebutuhan individu dan organisasi.

Motivasi akan menimbulkan dorongan untuk melakukan sesuatu

baik itu yang berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari luar

diri seseorang. Sehingga jika motivasi seseorang tinggi untuk

melakukan suatu pekerjaan misalnya dalam kepatuhan

penggunaan APD, walaupun terdapat rintangan untuk

melakukannya, tetapi karena adanya motivasi tadi maka seseorang

akan berusaha mencari peluang bagaimana agar cara bisa

melakukan apa yang diinginkan dan sebaliknya. Motivasi dapat

mempengaruhi dalam melakukan sesuatu yang diinginkan atau

melaksanakan tugas sesuai aturannya. Berkaitan dengan

pengertian motivasi, beberapa psikolog menyebut motivasi sebagai

konstruk hipotetis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan,

arah, dan intensitas. Dalam motivasi tercakup konsep-konsep,

seperti kebutuhan untuk berprestasi, kebiasaan, dan keingintahuan

seseorang terhadap sesuatu.

4. Pelatihan

Dengan Pelatihan dapat mengembangkan keahlian,

sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat, lebih

efektif sehingga kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugas nya sesuai dengan tanggung

jawab yangdiberikan kepadanya (Notoatmodjo,2019).

38
39

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam Pasal 1 Ayat (9)

dijelaskan bahwa pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan

untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta

mengembangkan kompetensi, produktivitas, disiplin, sikap dan etos

kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai

dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan. Pelatihan

diberikan kepada karyawan agar mereka lebih mengenal

pekerjaanya sehingga dihasilkan karyawan yang terampil dalam

melakukan pekerjaannya serta dapat melakukan pekerjaan sesuai

dengan prosedur yang dikehendaki perusahaan, dimana tujuan

utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas dan kinerja

karyawan.

D. Kerangka Teori

39
40

Gambar 2.1. Kerangka Teori

40
41

E. Jurnal Terkait

Nama penulis Judul Tujuan Metode Hasil Publikasi jurnal

Endang Efektifitas modern Untuk mengetahui Pre-posttest Ada perbedaan Jurnal kesehatan

subandi dressing terhadap efektifitas modern with control skor luka sebelum

proses penyembuhan dressing terhadap grup desain dan sesudah

luka diabetes melitus proses penyembuhan terhadap suatu pada kelompok

tipe ii luka diabetes melitus kelompok perlakuan

tipe ii

Meyyen Gambaran tingkat Untuk melihat gambaran Pre Pengetahuan dan Ecampus-

humiartha pengetahuan pasien tingkat pengetahuan eksperimental pengobatan luka poltekkes

samosir diabtes melitus pasien diabtes melitus dengan dengan dengan tehnik

dengan perawatan dengan perawatan luka desain one shot modern dressing

luka menggunakan study secara signifikan

menggunakan

modern dressing modern dressing (p<0,129).

41
42

Peningkatan

pengetahuan

responden

menggunakan

tehnik modern

dressing

mempengaruhi

responden untuk

menambah

pengetahuan

tentang diabetes

melitus.

Isnu lucky Gambaran luka Untuk mengetahui Penelitian Dilihat dari jenis Jurnal kesehatan

Imam Faktor- faktor yang Untuk mengetahui Penelitian yang Hasil penelitian Universitas

kurniawa mempengaruhi sikap faktor-faktor apa saja digunakan ini menunjukkan indonesia library

42
43

n rizal perawat dalam yang mempengaruhi adalah simple bahwa faktor

menggunakan perawat dalam random pengetahuan, sop

modern dressing menggunakan modern sampling. ruangan, dan

untuk perawatan luka dressing untuk pelatihan

perawatan luka mempengaruhi

perawat dalam

menggunakan

modern dressing

untuk perawatan

luka.

Diah aulia Hubungan Untuk mengetahui Jenis penelitian Pasien yang Repositor –uin

asiri pengetahuan dan hubungan pengetahuan deskriptif patuh terhadap alaudin

kepatuhan diet dm dan kepatuhan diet dm analitik dengan diet dm mengalami

dengan dengan penyembuhan metode cross kemajuan

penyembuhan luka luka diabetik di rsup dr. sectional penyembuhan luka

diabetik di rsup dr. Wahidin sudiro husodo dibanding dengan

43
44

Wahidin sudiro makassar pasien yang

husodo makassar sebelumnya tahu

dengan diet dm

44
45

45
44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, penelitian

kuantitatif merupakan metode penelitian yang bertujuan menjawab

suatu permasalahan, dengan mengumpulkan teori-teori yang

kemudian disimpulkan, berupa sebuah hipotesis atau jawaban

sementara atau dugaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Cross Sectional yaitu mempelajari hubungan antara faktor yang

mempengaruhi perawat dalam penggunaan modern dressing untuk

perawatan luka dengan menggunakan metode observasi atau

pengumpulan data dalam waktu yang bersamaan. (Sugiyono, 2014).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan 21 Agustus – 21

oktober 2023. Lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD Batara Guru.

C. Populasi Dan Sampel

Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang

bertugas di Ruang Perawatan Krisan, Mawar dan Poliklinik Bedah

44
45

RSUD Batara Guru sebanyak 37 orang perawat (Notoadmodjo,

2012).

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil

total sampling karena menurut jumlah populasi yang kurang dari

100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya

(Notoadmodjo, 2012).

D. Pengumpulan Data

Adapun jenis pengumpulan data dalam penelitan ini adalah sebagai

berikut :

1. Data Primer

Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah jenis data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti

terhadap sasaran (Notoadmodjo, 2012). Data responden yang

meliputi pengetahuan, sikap, motivasi dan Pelatihan dikumpulkan

melalui pengisian lembar dari hasil pengisian kuisioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder menurut sugiyono (2018) merupakan data yang

diperoleh peneliti atau pengumpul data secara tidak langsung.

Dikatakan tidak langsung karena data diperoleh melalui perantara,

45
46

yaitu bisa lewat orang lain, ataupun lewat dokumen. Data sekunder

dalam penelitian ini adalah data tentang prevalensi kejadian Luka

di RSUD Batara Guru.

3. Cara Pengumulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar

kuesioner kepada responden untuk diisi, dan dikembalikan lagi

kepada peneliti untuk diperiksa kelengkapannya.

4. Cara Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2019) Dalam proses pengolahan data terdapat

langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya sebagai

berikut.

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

c. Data Entry

Data Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sedehana atau dengan

membuat tabel kontigensi

46
47

d. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian

akan menggunakan ilmu statistik terapan, yang disesuaikan

dengan tujuan yang hendak dianalis.

E. Analisa Data

Adapun analisa data dalam peneliian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan setiap variabel penelitian. Pada umunya analisis

ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap

variabel (Notoadmodjo, 2012).

2. Analisis bivariat dalah analisa yang dilakukan terhadap 2 variabel

yang diduga berhubungan atau berkolerasi, penelitian ini

menggunakan uji ChiSquare. (Notoadmodjo, 2012).

F. Kerangka Konsep

Menurut (Nursalam, 2016) kerangka konsep penelitian adalah

abstraksi dari suatu realitas sehingga dapat dikomunikasikan dan

membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel yang

akan diteliti. Adapun kerangka konsep dari penelitian ini dapat

dijabarkan seperti gambar di bawah ini:

47
48

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor yang mempengaruhi


perawat yaitu :
1. Pengetahuan Modern Dressing
2. Sikap
3. Motivasi
4. Pelatihan

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

G. Defenisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Defenisi Alat Skala


No. Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Data
metode perawatan luka Kuesioner Ordinal 1. Baik ;
1. Modern
dengan cara tertutup jika nilai
Dresing
serta lembab yang ≥61%
difokuskan untuk menjaga 2. Kurang ;
luka dari dehidrasi dan jika nilai
terus berkembang dalam <60%
proses pemulihan luka.

2. Pengetahuan Pengetahuan merupakan Kuisioner Ordinal 1. Baik ;


hasil dari tahu dan initerjadi jika nilai

48
49

setelah melakukan Orang ≥61%


melakukan penginderaan 2. Kurang ;
terhadap suatu objek jika nilai
tertentu. <60%

3. Sikap suatu bentuk evaluasi atau Kuisioner Ordinal 1. Ya; jika


reaksi perasaan,dimana nilai
penilaian/persepsi ≥61%
responden terhadap 1. Tidak ; jika
Tindakan perawat dalam nilai <60%
melakukan modern
dressing

4. Motivasi Jawaban responden Kuisioner Ordinal 2. Ya; jika


terhadap pertanyaan- nilai
pertanyaan yang ≥61%
berhubungan dengan
3. Tidak ; jika
motivasi baik dari diri
nilai <60%
sendiri, maupun lingkungan
ruang kerja.

5. Pelatihan Penilaian resonden Sertifikat Ordinal 1. Ya : Jika


terhadap keterbatasan pelatihan responde
responden dalam mengikuti n sudah
pelatihan untuk mengikuti
menggembangkan skill dan pelatihan
pengetahuan perawata
n luka
modern.

2. Tidak :
Jika
responde
n tidak

49
50

mengikuti
pelatihan
perawata
n luka
modern.

H. Hipotesis Penelitian

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : Terdapat adanya faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan luka di RSUD Batara

Guru.

I. Etika Penelitian

Masalah etika menurut (Habibah, 2016) yang harus diperhatikan

antara lain :

1. Tanpa Nama (Anonimity)

Merupakan jaminan dalam menggunakan subyek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

2. Kerahasiaan (Confidentialy)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya kelompok

data tertentu yang akan di laporkan pada hasil riset.

50
51

3. Lembar Persetujuan Penelitian (Informed consent)

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang akan

diteliti dan memenuhi kriteria inklusi serta disertai judul penelitian

dan manfaat penelitian.

51
52

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran RSUD Batara Guru Belopa

Secara umum Kondisi RSUD Batara Guru dapat digambarkan

sebagai berikut :

a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan di RSUD Batara Guru

dapat dibedakan menjadi empat bagian antara lain :

b. Pelayanan Medik

Pelayanan medik yang dimaksud adalah pelayanan rawat

jalan dan rawat inap baik pasien umum maupun pasien rujukan

(Jaminan Askes, Jamkesmas, jampersal dan Kesehatan Gratis).

Pelayanan medik rawat jalan yang dilayani terdiri dari,

pelayanan poliklinik Umum, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik

Kebidanan dan Kandungan, Poliklinik Anak, dan Poliklinik Bedah,

Poliklinik Bedah Saraf, Poliklinik Gigi dan Mulut, Poliklinik THT,

Poliklinik Saraf, Poliklinik jiwa (psikiatri), dan Poliklinik Mata.

Pelayanan rawat jalan juga dilengkapi dengan instalasi rawat

darurat.
53

Pelayanan medik rawat inap terdiri atas pelayanan pada

kelas III (interna, saraf, anak dan bedah), kelas II dan I, VIP, ICU

dan Ruang Perawatan Nifas. Adapun Jumlah tempat tidur terdiri

atas; Kelas III dengan 40 tempat tidur, Kelas I dengan 12 tempat

tidur dan II dengan 16 tempat tidur, VIP dengan 16 tempat tidur,

ICU dengan 3 tempat tidur dan ruang perawatan nifas dengan 6

tempat tidur.

c. Pelayanan Penunjang

Pelayanan Penunjang yang dimaksud diantaranya adalah

Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi dan

CT-Scan, Kamar Operasi, Fisioterapi dan Instalasi Gizi. Sarana

penunjang lainnya antara lain; fasilitas Kendaraan operasional

(Ambulance dan Jenazah), genzet, dan unit pemeliharaan lainnya.

d. Pelayanan terintegrasi

Pelayanan terintegrasi yang ada pada RSUD Batara Guru

yakni Pelayanan Bank Darah Rumah Sakit ( UTDRS) dan

pelayanan TB Paru.

e. Kegiatan Administrasi dan Keuangan

Kegiatan Adminstrasi dan Keuangan yang dimaksud adalah :

1) Kegiatan pada Bagian Tata Usaha, yang berkaitan dengan

surat-surat kedinasan dan kepegawaian;


54

2) Kegiatan pada sub Bagian Keuangan, yang berkaitan dengan

pendapatan dan belanja rumah sakit untuk tujuan pelayanan

dan kegiatan lainnya.

f. Pelayanan penunjang tambahan adalah tersedianya telepon di area

lokal yang terkoneksi dengan semua ruangan dan sistem SIM-RS.

g. Ketenagaan (SDM)

Jumlah tenaga kesehatan yang melakukan pelatihan sekitar

55 orang yang sebagian dari mereka mengikuti pelatihan luka.

Adapun data ketenagaan pada RSUD Batara Guru Belopa adalah :

1) Tenaga Fungsional terdiri dari :

Jumlah
Honore
No Jenis Dokter Ahli r/
PNS Jml
sukarel
a
Dokter
1 Dokter Ahli Kandungan 2 - 2
2 Dokter Ahli Penyakit Dalam 1 - 1
3 Dokter Ahli Anak 0 1 1
4 Dokter Ahli Bedah 2 0 2
5 Dokter Ahli Mata 1 - 1
6 Dokter Ahli Saraf 1 - 1
7 Dokter Ahli Bedah Saraf - 1 1
8 Dokter Ahli Jiwa 1 0 1
9 Dokter Ahli Anastesi 1 0 1
55

10 Dokter Ahli Radiologi 1 1 2


11 Dokter Ahli Patologi Klinik 0 1 1
12 Dokter Ahli THT 0 1 1
13 Dokter Umum 7 3 10
14 Dokter Gigi 3 - 3
Jumlah 20 8 28
Paramedis
1 Ners 24 - 24
2 Perawat Strata I 3 3 6
3 Perawat Diploma IV 1 0 1
4 Perawat Diploma III 60 37 97
5 Perawat SPK 5 1 6
6 Pearawat Gigi D.III 4 0 4
7 Perawat Gigi ( SPRG) 0 0 0
8 Anastesi (Diploma IV ) 0 0 0
9 Anastesi ( Diploma III ) 0 1 1
Ju mlah 95 42 137
Kebidanan
1 Bidan Diploma IV 0 0 0
2 Bidan Diploma III 21 7 28
3 Perawat Bidan 1 0 1
Jumlah 21 7 28
Penunjang Medis
1 Apoteker 10 1 11
2 Farmasi Strata I 5 3 8
3 Farmasi Diploma III 1 0 1
56

4 SMAK 1 0 1
5 Laboratorium Diploma III 10 1 11
6 Laboratorium Strata I 1 0 1
7 Nutrisionis Diploma III 5 4 9
8 Nutrisionis S1 3 2 5
9 Fisioterapis Diploma IV 1 0 1
10 Fisioterapis Diploma III 5 0 5
11 Elektromedis Diploma IV 0 0 0
12 Elektromedis Diploma III 2 1 3
13 Penata Rontgen 6 5 11
14 Teknologi Transfusi darah 0 1 1
15 Rekam Medis 6 1 7
Jumlah 56 19 75
Non Medis
1 Epidemiologi Kesehatan 1 2 3
2 Administrator Kesehatan 14 2 16
3 Sanitarian 1 0 1
4 Sanitarian ( S1 ) 6 3 9
Jumlah 21 7 28
Staf / Non Kesehatan
1 Administrasi Negara ( S1) 0 1 1
2 Ekonomi ( S1 ) 1 4 5
3 Ekonomi D III 1 0 1
4 Komputer ( S1 ) 0 1 1
5 Komputer D III 0 3 3
6 Hukum S1 0 0 0
57

7 SMA sederajat 11 13 24
8 SMP 1 2 3
9 SD 0 1 1
Jumlah 14 25 39
Jumlah Total 245 108 353

2. Analisa Univariat

a. Umur

Table 4.1.
Karakteristik perawat Berdasarkan Umur
di RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2023

Umur Jumlah Persentase (%)


20-30 tahun 12 32
31-40 tahun 14 38
41-50 tahun 11 30
Total 37 100

Berdasarkan tabel 4.1. didapatkan hasil bahwa dari 37

responden yang terbanyak berusia 31–40 tahun sebanyak 14

orang (38%), dan paling sedikit berumur 41 – 50 tahun

sebanyak 11 orang (30%).

b. Perawat yang mengikuti Pelatihan

Table 4.2.
Karakteristik perawat yang mengikuti Pelatihan
di RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2023

Pelatihan Jumlah Persentase (%)


Ya 14 38
58

Tidak 23 62
Total 37 100

Berdasarkan tabel 4.2. didapatkan hasil bahwa dari 37

responden yang mengikuti pelatihan sebanyak 14 orang (38%)

dan tidak ikut pelatihan sebanyak 23 orang (62%).

c. Jenis Kelamin

Table 4.3.
Karakteristik perawat berdasarkan Jenis Kelamin
di RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2023

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


Laki – Laki 4 11
Perempuan 33 89
Total 37 100

Berdasarkan tabel 4.3. didapatkan hasil bahwa dari 37

responden yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak 4 orang

(11%) dan Perempuan sebanyak 33 orang (89%).

d. Penggunaan modern dressing untuk perawatan luka

Table 4.4.
Penggunaan modern dressing untuk perawatan luka
di RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2023

Modern Dressing Jumlah Persentase (%)


Ya 31 84
Tidak 6 16
Total 37 100
59

Berdasarkan tabel 4.4. didapatkan hasil bahwa dari 37

responden yang mengetahui penggunaan modern dressing

sebanyak 31 orang (84%) dan yang tidak mengetahui

penggunaan modern dressing sebanyak 6 orang (16%).

e. Pengetahuan

Table 4.5.
Pengetahuan Perawat Dalam Penggunaan Modern
Dressing di RSUD Batara Guru Belopa
Tahun 2023

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)


Baik 33 89
Kurang 4 11
Total 37 100

Berdasarkan tabel 4.5. didapatkan hasil bahwa dari

37 responden yang berpengetahuan baik sebanyak 33

orang (89%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak

4 orang (11%).

f. Sikap

Table 4.6.
Sikap Perawat Dalam Penggunaan Modern Dressing
di RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2023
60

Sikap Jumlah Persentase (%)


Baik 32 86
Kurang 5 14
Total 37 100

Berdasarkan tabel 4.6. didapatkan hasil bahwa dari 37

responden yang bersikap baik sebanyak 32 orang (86%) dan

bersikap kurang sebanyak 5 orang (14%) dalam menggunakan

modern dressing.

g. Motivasi

Table 4.7.
Motivasi Perawat Dalam Penggunaan Modern Dressing
di RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2023

Motivasi Jumlah Persentase (%)


Baik 29 78
Kurang 8 22
Total 37 100

Berdasarkan tabel 4.7. didapatkan hasil bahwa dari 37

responden sebanyak 29 orang (78%) yang memiliki motivasi

baik dan sebanyak 8 orang (22%) yang mempunyai motivasi

kurang baik.

3. Analisa Bivariat

Tabel 4.8.
Hasil uji Chi Square Pengetahuan dengan penggunaan
modern dressing untuk perawatan luka
61

modern
P value
Pengetahuan dressing Total
Ya Tidak
Pengetahua baik 28 5 33
n
kurang 3 1 4 .000
Total 31 6 37
Sumber : Data Primer 2023
Adapun data yang diperoleh menggunakan analisa

bivariat diketahui bahwa dari 37 responden terdapat 28

orang yang mengetahui penggunaan modern dressing

dengan baik serta terdapat 1 orang yang berpengetahuan

kurang baik dalam penggunaan modern dressing. Analisis

menggunakan uji statistic chi-square untuk melihat

hubungan faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing didapatkan nilai p value

kurang <0,05 yaitu 0.000 Ho ditolak dan Ha diterima

sehingga dapat diketahui bahwa ada hubungan faktor

pengetahuan dengan penggunaan modern dressing.

Tabel 4.9.
Hasil uji Chi Square sikap dengan penggunaan modern
dressing untuk perawatan luka

Sikap * modern dressing


Crosstabulation
Count P value
modern dressing
Ya Tidak Total
Sikap baik 27 5 32
Kurang 4 1 5 .001
Total 31 6 37
62

Adapun data yang diperoleh menggunakan analisa

bivariat diketahui bahwa dari 37 responden terdapat 27

orang yang mempunyai sikap yang baik dalam penggunaan

modern dressing serta terdapat 1 orang yang bersikap

kurang baik dalam penggunaan modern dressing. Analisis

menggunakan uji statistic chi-square untuk melihat

hubungan faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing didapatkan nilai p value

kurang <0,05 yaitu 0.001 Ho ditolak dan Ha diterima

sehingga dapat diketahui bahwa ada hubungan faktor sikap

dengan penggunaan modern dressing.

Tabel 5.0.
Hasil uji Chi Square Motivasi dengan penggunaan
modern dressing untuk perawatan luka

Motivasi * modern dressing


Crosstabulation
Count P value
modern dressing
Ya Tidak Total
Baik 24 5 29 .000
63

Motivas Kurang 7 1 8
i
Total 31 6 37

Adapun data yang diperoleh menggunakan analisa

bivariat diketahui bahwa dari 37 responden terdapat 24

orang yang mempunyai motivasi yang baik dalam

penggunaan modern dressing serta terdapat 1 orang yang

mempunyai motivasi kurang baik dalam penggunaan modern

dressing. Analisis menggunakan uji statistic chi-square untuk

melihat hubungan faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing didapatkan nilai p value

kurang <0,05 yaitu 0.000 Ho ditolak dan Ha diterima

sehingga dapat diketahui bahwa ada hubungan faktor

motivasi dengan penggunaan modern dressing.

Tabel 5.1.
Hasil uji Chi Square Pelatihan dengan penggunaan
modern dressing untuk perawatan luka

Pelatihan * modern dressing


Crosstabulation
Count P value
modern dressing
Ya Tidak Total
Pelatihan Baik 14 0 14
Kurang 17 6 23 .002
Total 31 6 37
64

Adapun data yang diperoleh menggunakan analisa

bivariat diketahui bahwa dari 37 responden terdapat 14

orang yang mempunyai pelatihan yang baik dalam

penggunaan modern dressing serta terdapat 6 orang yang

mempunyai pelatihan kurang baik dalam penggunaan

modern dressing. Analisis menggunakan uji statistic chi-

square untuk melihat hubungan faktor yang mempengaruhi

perawat dalam penggunaan modern dressing didapatkan

nilai p value kurang <0,05 yaitu 0.002 Ho ditolak dan Ha

diterima sehingga dapat diketahui bahwa ada hubungan

faktor pelatihan dengan penggunaan modern dressing.

B. Pembahasan

1. Faktor pengetahuan yang mempengaruhi perawat dalam penggunaan

modern dressing

Pengetahuan adalah pemahaman partisipan tentang topik yang

diberikan. Pengetahuan adalah kemampuan untuk menerima,

mempertahankan dan menggunakan informasi yang dipengaruhi oleh

pengalaman dan keterampilan. Sebagaian besar dari pengetahuan

yang dimiliki seseorang berasal dari pendidikan baik formal dan

informasi, lingkungan, serta media massa (Siltrakool, 2019).


65

Berdasarkan hasil pengelolaan data yang dilakukan sesuai

dengan tujuan untuk mengetahui faktor pengetahuan terhadap

penggunaan modern maka didapat hasil pembahasan sebagai berikut

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 33 responden

yang berpengetahuan dressing dari 37 responden diperoleh bahwa

mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 28

orang. Analisis menggunakan uji statistic chi-square untuk melihat

hubungan faktor yang mempengaruhi perawat dalam penggunaan

modern dressing didapatkan nilai p value kurang <0,05 yaitu 0.000 Ho

ditolak dan Ha diterima sehingga dapat diketahui bahwa ada

hubungan faktor pengetahuan dengan penggunaan modern dressing.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Chrisanto,

2017), mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik

mengenai perawatan luka menggunakan metode mulai dari

mencuci luka, mengkaji luka sampai mengganti balutan luka

menggunakan modern dressing. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan

dari bidang keperawatan rumah sakit telah mengirimkan 14 orang

perawat untuk mengikuti pelatihan perawatan luka modern 1 hari

yang bertugas di poli bedah dan Sebagian diruang perawatan

bedah. Sehingga informasi tentang perawatan luka dengan metode

ini telah disosialisasikan keperawat yang lain.


66

2. Sikap Perawat Tentang Perawatan Luka Menggunakan modern

Dressing

Sikap adalah hal yang penting karena sikap mempengaruhi

pemikiran untuk menentukan tindakan, meskipun sikap tidak selalu

ditunjukkan dalam tingkah laku atau tindakan (Yanti et al., 2020).

Jadi sikap adalah kecenderungan bertindak terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan yang ditentukan

pengalamannya terhadap objek tersebut (Hartono, 2019).

Berdasarkan hasil pengelolaan data yang dilakukan sesuai

dengan tujuan untuk mengetahui faktor sikap terhadap penggunaan

modern maka didapat hasil pembahasan sebagai berikut :

Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden diperoleh

bahwa mayoritas responden memiliki sikap yang baik sebanyak 27

orang. Analisis menggunakan uji statistic chi-square untuk melihat

hubungan faktor yang mempengaruhi perawat dalam penggunaan

modern dressing didapatkan nilai p value kurang <0,05 yaitu 0.001

Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat diketahui bahwa ada

hubungan faktor sikap dengan penggunaan modern dressing.

Maulana (2019) menjelaskan bahwa terbentuk dan

berubahnya sikap terjadi karena individu telah memiliki

pengetahuan, pengalaman, inteligensi dan bertambahnya umur.

Perawat perlu memiliki sikap yang baik dalam melakukan


67

perawatan luka menggunakan modern dressing untuk memfasilitasi

proses penyembuhan luka yang dimanifestasikan dalam bentuk

tanggapan atau respon perasaan positif perawat terhadap

tindakan-tindakan perawatan luka. Peneliti lainnya menjelaskan

bahwa mayoritas perawat memiliki sikapyang negatif dalam

melakukan perawatan luka menggunakan modern dressing

disebabkan oleh belum optimalnya metode perawatan luka yang

diterapkan diruangan, perawat masih berfokus kepada instruksi

dokter yang dianggap sebagai orang yang penting dan sebagian

besar perawat masih beranggapan bahwa perawatan luka hanya

kewajiban seorang perawat pelaksana dan yang sudah

mendapatkan pelatihan saja (Chrisanto, 2019).

3. Motivasi Perawat Tentang Perawatan Luka Menggunakan modern

Dressing

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian

motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara

sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan

tertentu. Sementara itu, dalam psikologi, pengertian motivasi adalah

usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang

tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan

yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.


68

Berdasarkan hasil pengelolaan data yang dilakukan sesuai

dengan tujuan untuk mengetahui faktor motivasi terhadap

penggunaan modern dressing maka didapat hasil pembahasan

sebagai berikut :

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada 37

responden, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki

motivasi baik sebanyak 24 orang. Hal ini dikarenakan sebagian

besar perawat sudah memiliki pengalaman dan juga keterampilan

dalam melakukan perawatan luka menggunakan modern dressing.

Dengan memiliki motivasi yang baik dapat menentukan

terbentuknya perilaku yang baik dalam diri seseorang dan akan

terwujud dalam bentuk suatu tindakan yang dilakukan dengan baik

pula. Analisis menggunakan uji statistic chi-square untuk melihat

hubungan faktor yang mempengaruhi perawat dalam penggunaan

modern dressing didapatkan nilai p value kurang <0,05 yaitu 0.000

Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat diketahui bahwa ada

hubungan faktor motivasi dengan penggunaan modern dressing.

Menurut teori kebutuhan Maslow seperti yang dikutip Sobur

(2011), menyatakan beberapa hirarki kebutuhan yang terkait atau

berhubungan erat dengan motivasi seorang individu adalah

berdasarkan tingkatan – tingkatan. Salah satu kebutuhan yang

menduduki prioritas dalam pemenuhannya adalah kebutuhan


69

fisiologis. Kebutuhan yang meliputi makan, minum, tempat tinggal,

dan sembuh dari sakit. Dari paparan tersebut di atas terdapat

kesesuaian hasil mengapa mayoritas responden baik memiliki motivasi

yang tinggi untuk menggunakan modern dressing untuk perawatan

luka. Karena dorongan kebutuhan fisiologis, yaitu sembuh dari sakit

atau penyakit merupakan kebutuhan yang prioritas untuk dipenuhi.

Selain hal tersebut motivasi seseorang akan dipengaruhi berbagai

aspek seperti yang dikemukakan oleh Sunaryo (2004), bahwa factor

yang mempengaruhi motivasi dibedakan atas 2 (dua) yaitu factor

ekstern dan faktor intern. Faktor intern yang berkontribusi pada

hasil penelitian ini adalah keinginan dan harapan untuk masa yang

akan datang yang lebih baik.

4. Pelatihan

Pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan

sumberdaya manusia terutama untuk mengembangkan kemampuan

intelektual dan kepribadian manusia. (Notoatmodjo.S (2019:16))

Berdasarkan hasil pengelolaan data yang dilakukan sesuai

dengan tujuan untuk mengetahui faktor pelatihan terhadap

penggunaan modern dressing maka didapat hasil pembahasan

sebagai berikut :

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada 37

responden, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki


70

pelatihan yang baik sebanyak 14 orang. Analisis menggunakan uji

statistic chi-square untuk melihat hubungan faktor yang

mempengaruhi perawat dalam penggunaan modern dressing

didapatkan nilai p value kurang <0,05 yaitu 0.002 Ho ditolak dan

Ha diterima sehingga dapat diketahui bahwa ada hubungan faktor

pelatihan dengan penggunaan modern dressing.

Menurut Stephen P. Robbins, 2015 menuliskan jika

keterampilan merupakan proses pengembangan dari pengetahuan

yang didapatkan dari pelatihan atau pun pengalaman individu dalam

bertugas .Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.40

tahun 2017 tentang pengembangan jenjang karir professional perawat

klinis, yang spesifik mengatur kualifikasi pendidikan dan pelatihan

perawat. Tim dosen menganggap mutlak bagi perawat untuk

mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya tidak hanya

pengetahuan tetapi juga keterampilan dan sikap. Hal ini otomatis

dapat meningkatkan kompetensi perawat dalam tindakan tersebut dan

akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan, khususnya

perawatan luka.
71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan jumlah

responden sebanyak 37 orang mengenai faktor yang

mempengaruhi perawat dalam penggunaan modern dressing untuk

perawatan luka di RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2023, dapat

diambil kesimpulan bahwa :

1. Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh p-value 0,000 (p<0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada faktor yang bermakna

antara pengetahuan tentang perawatan luka menggunakan modern

dressing di RSUD Batara Guru Belopa.

2. Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh p-value 0,000 (p<0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada huungan yang bermakna

antara sikap perawat tentang perawatan luka menggunakan

modern dressing di RSUD Batara Guru Belopa.

3. Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh p-value 0,001 (p<0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi

perawat tentang perawatan luka menggunakan modern dressing di

RSUD Batara Guru Belopa.


72

4. Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh p-value 0,001 (p<0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara pelatihan perawatan luka menggunakan modern dressing di

RSUD Batara Guru Belopa.

B. Saran

1. Bagi Perawat

Bagi perawat di RSUD Batara Guru Belopa, diharapkan

perawat dapat menambah wawasan dan mengikuti berbagai

pelatihan perawatan luka seperti perawatan luka dasar, Advens

dan stoma, maupun perawatan luka lainnya dengan

menggunakan modern dressing untuk menciptakan sikap yang

baik dan mampu melakukan perawatan luka dengan baik untuk

mempercepat penyembuhan luka dari pasien.

2. Bagi Rumah Sakit

Bagi RSUD Batara Guru Belopa, diharapkan penelitian ini dapat

memberikan reward bagi perawat yang rajin untuk

pengembangan SDM melalui pelatihan perawatan luka,

sehingga setiap ruangan ada perawat yang ahli dalam merawat

luka secara modern.


73

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan motivasi untuk diri sendiri, sehingga lebih bersemangat

lagi dalam melakukan tindakan – tindakan tentang keperawatan.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi Institusi pendidikan, di harapkan penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan referensi untuk menambah ilmu dan wawasan bagi

mahasiswa dalam melakukan penelitian selanjutnya, serta dapat

menjadi bahan referensi dalam belajar tentang mata kuliah

perawatan luka 1,2,3.


74

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, M., et.al. (2020). Modul perawatan luka (I. Samsugito (ed.)).
Asmarani, A., (2021). Upaya Peningkatan Pengetahuan Perawat Dalam
Proses Perawatan Luka Diabetes Mellitus. Jurnal Inovasi dan
Pengabdian Masyarakat (JIPengMas), 1(1), 14-18.
Arikunto, S. (2016). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Rineka
Cipta.
Arisanty, I. P. (2014). Konsep dasar manajemen perawatan luka. Penerbit
Buku Kedokteran : EGC.
Gitarja, W. S., et.al. (2019). Modul perawatan luka bagi praktisi kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan. Wocare Publishing.
Handayani, L.T. (2016). Studi meta analisis perawatan luka kaki diabetes
dengan modern dressing. The Indonesian Journal Of Health
Science.
Hess, C. T. (2020). Skin & Wound Care (Eighth Edi). Wolters Kluwer
Hidayat, S., R, N. M., Astuti, P., & Ponirah. (2021). Literature review
efektivitas modern dressing hydrocolloid terhadap penyembuhan
luka pada pasien diabetes mellitus stikes bani saleh, Jawa Barat,
Indonesia. Jurnal Keperawatan Merdeka, 1(perawatan luka), 81–
92.
Hidayat, A. A. (2017). Metodologi penelitian keperawatan dan kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika, 88.
Indrayati, N., Dahlia, D., & Maria, R. (2021). Penerapan telemedicine
terhadap penyembuhan luka kaki diabetik grade IV paska
amputasi. Journal of Telenursing (JOTING), 3, 668–669.
Kemenkes. (2018). Laporan nasional riskesdas 2018. Kementerian
Kesehatan RI, 1(1), 1–614.
Khoirunisa, D., Hisni, D., & Widowati, R. (2020). Pengaruh modern
dressing terhadap skor penyembuhan luka ulkus diabetikum.
NURSCOPE: Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan,
6(2), 74.
Maryunani, A. (2019). Perawatan luka (modern woundcare) terkini dan
terlengkap. IN MEDIA.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Nursalam. (2016). Metodologi penelitian ilmu keperawatan : pendekatan
praktis (Edisi 4). Salemba Medika.
75

Rismayati, D. A., Sundayana, I. M., & Pratama, P. E. (2020).


Penyembuhan luka grade 2 pada pasien diabetes mellitus dengan
modern dressing wound care. Jurnal Keperawatan Silampari, 4(1),
222–230.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Edisi 2).
Graha Ilmu.
Siregar, S. (2017). Metode penelitian kuantitatif : Dilengkapi dengan
perbandingan perhitungan manual & SPSS. Kencana.
Siyoto. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing.
Sriwiyati, L., & Kristanto, B. (2020). Karakteristik luka dan penggunaan
balutan luka modern. Adi Husada Nursing Journal, 6(1), 8.
Subandi, E., & Sanjaya, K. A. (2019). Efektifitas modern dressing terhadap
proses 45 penyembuhan luka diabetes melitus tipe 2. Jurnal
Kesehatan, 10(1).
Sugiyono, S. (2021). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D
(Edisi 2 ce). Alfabeta.
Supriyatno, H., Widigdo, D. A. M., & Rahmawati, W. R. (2022).
Comparison of Non-Adhesive Hydrocolloid Dressing and
Conven_tional Dressing Methods in Healing Process of Diabetic
Ulcers. Journal of Reasearch and Opinion, 9(1)
Wintoko, R., Dwi, A., & Yadika, N. (2020). Manajemen terkini perawatan
luka update wound care management. JK Unila, 4, 183–189.
76

PETUNJUK PENGISIAN

Pilihlah jawaban yang paling tepat menurut anda dengan memberikan

tanda silang pada opsi di bawah ini :

Identitas Responden

Nama Inisial :

Umur :

Jenis Kelamin : : Laki - Laki

: Perempuan

Modern Dressing

Apakah Anda Tahu tentang Perawatan Luka menggunakan Modern

Dressing ?

a. Ya

b. Tidak

PENGETAHUAN

1. Modern dressing merupakan metode perawatan luka dengan prinsip


yaitu :
a. Tertutup dan lembab
b. Kering dan terbuka
c. Basah dan tertutup
2. Yang termasuk manfaat pengunaan modern dressing dibawah ini
yaitu :
a. Menciptakan kelembaban pada lingkungan luka.
77

b. Membuat luka menjadi basah


c. Membuat luka susah untuk sembuh
3. Dapat menciptakan suasana yang lembab pada luka dan
mengabsorbsi eksudat luka disebut :
a. Calcium Alginate
b. Silver Dressing
c. Hydrogel
4. Silver Dressing merupakan Jenis modern dressing dengan jangka
waktu penggunaan paling efektif yaitu :
a. Lebih dari 2 minggu
b. Tidak boleh lebih dari 2 minggu
c. Selama 1 bulan
5. Luka dengan suasana lembab maka akan mempercepat :
a. Fibrinolysis
b. Pertumbuhan jamur dan bakteri
c. Jaringan mati
6. luka yang terjadi karena adanya kegagalan dalam masa
penyembuhan luka yang tidak sesuai dengan tahapan-tahapan yang
harus dilalui dengan baik dan tepat waktu dalam perbaikan jaringan
kulit disebut :
a. luka akut
b. luka kronis
c. luka sedang
7. Yang termasuk jenis luka dibawah ini kecuali :
a. Luka sedang
b. Luka akut
c. Luka kronis
8. kerusakan pada fungsi perlindungan kulit disertai hilangnya
kontinuitas jaringan epitel dengan tanpa adanya kerusakan pada
jaringan lainnya disebut :
a. luka kronis
78

b. luka akut
c. Luka
9. Fase penyembuhan luka yang terjadi pada hari ke 0 hingga hari ke-3
atau ke-5 disebut fase :
a. Fase Inflamasi
b. Fase Proliferasi
c. Fase Maturasi
10. Komplikasi yang dapat terjadi pada luka dibawah ini kecuali :
a. Pendarahan primer dan sekunder
b. Hematoma
c. Robekan

SIKAP

Petunjuk pengisian: Isilah pernyataan-pertanyaan dengan jawaban yang


menurut anda sesuai menggunakan tanda Checklist (√) pada kolom
dibawah ini :

No. Pernyataan Ya Tidak


1. Berhasil tidaknya perawatan luka tergantung kepada
kemampuan perawat dalam memilih balutan yang
tepat, efektif dan efisien.
2. Pada luka yang mempunyai eksudat banyak, prinsip
pemilihan balutannya adalah menjaga luka tetap
kering dan menampung eksudat.
3. Penggunaan balutan yang tertutup rapat tidak
mengefektifkan proses penyembuhan luka.
4. Penerapan modern dressing sangat penting dan
berkaitan dengan penerapan seluruh rencana
perawatan luka
5. Cairan luka atau eksudat yang banyak dan berbau
serta berjenis purulen menandakan terjadinya suatu
79

infeksi.
6. Kelembaban yang terjaga dengan optimal akan
mengefektifkan proses penyembuhan luka
7. Balutan dengan kondisi lembab merupakan cara yang
paling efektif untuk menyembuhkan luka.

KUESIONER MOTIVASI

1. Menurut anda apakah penting untuk memberikan health education


terkait perawatan luka ke pasien selama proses penyembuhan ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda yakin perawatan luka bias disembuhkan ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda juga di fasilitasi dengan bhp yang memadai ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda di lengkapi juga dengan peralatan pertolongan
perawatan luka yang memadai ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah sebagai petugas medis anda merasa puas terhadap
intensif yang di berikan ?
a. Ya
b. Tidak

6. Pemberian insentif sesuai dengan ketentuan atasan


a. Ya
b. Tidak
80

7. Kondisi lingkungan tempat kerja perawat baik dan nyaman untuk


melakukan tindakan medis
a. Ya
b. Tidak
8. Adanya hubungan yang harmonis antar sesama perawat dengan
saling memberikan dukungan
a. Ya
b. Tidak
9. Peraturan, fasilitas dan tenaga perawat yang ada di rumah sakit ini
mendukung dalam pelayanan pada pasien
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah menurut anda mudah dalam melakukan perawatan luka
modern dressing ?
a. Ya
b. Tidak

PELATIHAN

Pernyataan Ya Tidak
Apakah anda pernah mengikuti pelatihan perawatan
luka modern dalam jangka waktu 2 tahun terakhir ?
81

Umur
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid 20-30 12 32.4 32.4 32.4
tahun
31-40 14 37.8 37.8 70.3
tahun
41-50 11 29.7 29.7 100.0
tahun
Total 37 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid Perempua 33 89.2 89.2 89.2
n
Laki - Laki 4 10.8 10.8 100.0
Total 37 100.0 100.0

Pelatihan
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid Ya 14 37.8 37.8 37.8
Tidak 23 62.2 62.2 100.0
Total 37 100.0 100.0

Pengetahuan
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid baik 33 89.2 89.2 89.2
kurang 4 10.8 10.8 100.0
Total 37 100.0 100.0

Sikap
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid baik 32 86.5 86.5 86.5
Kurang 5 13.5 13.5 100.0
Total 37 100.0 100.0
82

Motivasi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 29 78.4 78.4 78.4
Kurang 8 21.6 21.6 100.0
Total 37 100.0 100.0

modern dressing
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid ya 31 83.8 83.8 83.8
tidak 6 16.2 16.2 100.0
Total 37 100.0 100.0

Pelatihan * modern dressing


Crosstabulation
Count
modern dressing
ya tidak Total
Pelatiha Ya 14 0 14
n Tidak 17 6 23
Total 31 6 37

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 4.359 1 .002
b
Continuity Correction 2.650 1 .001
Likelihood Ratio 6.397 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear 4.241 1 .002
Association
N of Valid Cases 37
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2.27.
b. Computed only for a 2x2 table
83

Pengetahuan * modern dressing


Crosstabulation
Count
modern dressing
ya tidak Total
Pengetahua baik 28 5 33
n kurang 3 1 4
Total 31 6 37

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .255 1 .000
Continuity Correctionb .000 1 .001
Likelihood Ratio .229 1 .000
Fisher's Exact Test . 000 . 000
Linear-by-Linear .248 1 .000
Association
N of Valid Cases 37
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .65.
b. Computed only for a 2x2 table

Sikap * modern dressing


Crosstabulation
Count
modern dressing
ya tidak Total
Sikap baik 27 5 32
Kurang 4 1 5
Total 31 6 37

Chi-Square Tests
84

Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .061a 1 .001
b
Continuity Correction .000 1 .001
Likelihood Ratio .058 1 .001
Fisher's Exact Test .001 . 001
Linear-by-Linear .059 1 .002
Association
N of Valid Cases 37
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .81.
b. Computed only for a 2x2 table

Motivasi * modern dressing


Crosstabulation
Count
modern dressing
ya tidak Total
Motivas Baik 24 5 29
i Kurang 7 1 8
Total 31 6 37

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .104 1 .000
b
Continuity Correction .000 1 .000
Likelihood Ratio .109 1 .001
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear .101 1 .000
Association
N of Valid Cases 37
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1.30.
b. Computed only for a 2x2 table
85

MASTER TABEL
No Nama Umu Jenis Kelamin Pelatihan Pengetahua Sikap Motivasi
1. S 1r 2 1 n
1 1 1
2 W 1 1 2 1 1 2
3 L 2 1 1 1 1 1
4 S 3 1 1 1 1 2
5 S 1 1 2 1 1 1
6 M 1 2 1 1 1 1
7 D 3 1 1 1 1 1
8 M 2 1 1 1 1 1
9 A 2 1 1 1 1 1
10 N 1 1 2 1 1 2
11 R 2 1 1 1 1 1
12 L 3 1 2 2 2 2
13 N 1 1 2 1 1 1
14 S 3 2 2 1 1 1
15 D 3 1 2 2 2 2
16 R 1 1 2 1 1 1
17 S 2 1 2 1 1 1
18 L 3 1 1 1 1 1
19 A 3 1 1 1 1 1
20 M 1 2 2 1 1 1
21 I 2 1 2 1 1 1
22 A 3 1 2 2 2 2
23 N 3 1 2 2 2 2
24 S 1 1 1 1 1 1
25 A 3 1 2 1 1 1
26 M 2 1 1 1 1 1
27 S 2 1 2 1 1 1
28 K 2 1 2 1 1 1
29 Y 2 1 2 1 1 1
30 A 1 1 1 1 1 1
31 M 1 1 2 1 1 1
32 A 2 1 2 1 1 1
33 S 2 1 2 1 1 1
34 Z 1 1 2 1 1 1
35 R 2 1 2 1 1 1
36 D 3 1 2 1 2 2
37 S 2 1 1 1 1 1
86

modern dressing
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
87
88
89

Anda mungkin juga menyukai