Anda di halaman 1dari 72

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN DAN CARA MENGATASI

KECEMASAN TINGKAT 1 PADA MASA PANDEMI COVID-19


DI STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh:
SITI NURPATIMAH
NIM 4002200099

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
2021
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN DAN CARA MENGATASI
KECEMASAN TINGKAT 1 PADA MASA PANDEMI COVID-19
DI STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh:
SITI NURPATIMAH
NIM 4002200099

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena kehendak serta kasih sayang-
Nya saya diberi kemampuan untuk menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul
“Gambaran Tingkat Kecemasan dan Cara Mengatasi Kecemasan Tingkat 1
Pada Masa Pandemi Covid-19 di STIKes Dharma Husada Bandung”. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Keperawatan di STIKes Dharma Husada Bandung.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan, perhatian, pengertian, bimbingan, arahan, dan
kesabaran dari berbagai pihak yang terkait akhirnya penelitian ini dapat terselesaikan.

Oleh sebab itu, saya mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Dra Suryani, Dpl. Mid, MM. selaku Ketua STIKes Dharma Husada
Bandung
2. Ibu Asri Handayani Solihin, S.Kep., Ners. M.Kep selaku Koordinator Mata
kuliah Metodologo Penelitian
3. Kepada orang tua saya Bapak Didin Saepudin dan Ibu Hernawati yang selalu
mendoakan, memberikan semangat dan dukungan baik dalam bentuk fisik,
emosional dan material

Akhir kata Saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Bandung, Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................ v
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 6
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Covid-19 ..................................................... 8
1. Definisi Covid-19 ......................................................... 8
2. Etiologi Covid-19 ......................................................... 8
3. Manifestasi Klinis Covid-19 ........................................ 9
4. Cara Penularan Covid-19 ............................................. 9
5. Diagnosa Covid-19 ....................................................... 10
6. Pemeriksaan Penunjang Covid-19 ............................... 11
7. Tata Laksana Covid-19 ................................................ 12
B. Konsep Dasar Kecemasan .................................................. 13
1. Definisi Kecemasan ..................................................... 13
2. Sumber Kecemasan ...................................................... 14
3. Tanda dan Gejala Kecemasan ...................................... 14
4. Jenis-jenis Kecemasan .................................................. 16
5. Rentang Respon Ansietas ............................................. 17
6. Karakteristik Tingkat Kecemasan (Ansietas) ............... 18
7. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan ............................ 21
8. Faktor Penyebab Kecemasan Selama
Masa Pandemi Covid-19 .............................................. 22
9. Dampak Kecemasan ...................................................... 23
10. Aspek-Aspek Kecemasan ............................................. 25
11. Upaya Untuk Mengurangi Kecemasan ........................ 25
C. Konsep Dasar Remaja ........................................................ 30
D. Alat Ukur Kecemasan ........................................................ 31
1. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) ....................... 32
2. Depression Anxiety Stress Scale (DASS) ..................... 33
3. Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) ....................... 34

iii
E. Kerangka Teori.................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual ........................................................ 36
B. Definisi Operasional .......................................................... 37
C. Rancangan Penelitian ........................................................ 39
1. Jenis Penelitian ............................................................. 39
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data ......................... 39
3. Populasi dan Sampel ..................................................... 40
4. Instrument Penelitian .................................................... 44
5. Metode Pengumpulan Data .......................................... 46
6. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data .................. 47
7. Etika Penelitian ............................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 52
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 37

v
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Rentang Respon Ansietas .................................................................. 21


Bagan 2.2 Kerangka Teori .................................................................................. 35
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................... 37

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Coronaviruses

(Cov) adalah virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini

disebut COVID19. Virus Corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai

penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-

CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV). Virus Corona adalah

zoonotic yang artinya ditularkan antara hewan dan manusia. Berdasarkan

Kementerian Kesehatan Indonesia, perkembangan kasus COVID-19 di

Wuhan berawal pada tanggal 30 Desember 2019 dimana Wuhan Municipal

Health Committee mengeluarkan pernyataan “urgent notice on the treatment

of pneumonia of unknown cause”. Penyebaran virus Corona ini sangat cepat

bahkan sampai ke lintas negara. Sampai saat ini terdapat 188 negara yang

mengkorfirmasi terkena virus Corona.

Di Indonesia, kasus penyebaran virus Corona diketahui dengan

diumumkannya oleh Presiden pada tanggal 2 Maret 2020 dengan korban

positif yaitu dua WNI (Warga Negara Indonesia). Di Indonesia total kasus

Corona yang ditemukan sejak Maret 2020 hingga 06 Agustus 2021 mencapai

3.607.863 kasus. Untuk pasien sembuh dari Corona mencapai 2.996.478

orang. Sedangkan total pasien COVID-19 yang meninggal dunia berjumlah

104.010 orang (Kemenkes RI, 2020).

1
2

Wabah Covid-19 ini mengganggu kesehatan fisik dan kesehatan

psikologis setiap individu dan masyarakat. Efek psikologis yang ditimbulkan

dapat berdampak ringan hingga berat. Gangguan psikis pada masa pandemi

disebabkan karena beberapa faktor yaitu ketakutan akan wabah, rasa

terasingkan, rasa sedih, jauh dari keluarga, rasa cemas terhadap kebutuhan

hidup sehari-hari, serta adanya berita yang si mpang siur. Informasi tentang

penyakit ini, menyebabkan dampak positif dan negatif. Kita dianjurkan meng-

update informasi agar selalu waspada. Namun, jika secara terus menerus,

dapat menimbulkan efek tidak baik terhadap kesehatan mental, seperti

memicu timbulnya stres, cemas, panik, dan rasa takut. Ansietas atau cemas

berbeda dengan rasa takut. Takut adalah penilaian tehadap suatu yang

berbahaya sehingga ingin menghindari hat tersebut, sedangkan ansietas adalah

respon emosional terhadap penilian tersebut (Suryaatmaja & Wulandari,

2020). Kondisi yang secara tiba-tiba datang menyebabkan masyarakat belum

siap menghadapi secara fisik maupun psikis (Puspita et al., 2021)

Menurut American Psychological Association (APA), kecemasan

merupakan keadaan emosi yang muncul saat individu sedang stress, dan

ditandai oleh perasaan tegang, pikiran yang membuat individu merasa

khawatir dan disertai respon fisik (jantung bedetak kencang, naiknya tekanan

darah dan lain sebagainya) (Okazaki,1997), (Beaudreau&O’Hara,2009).

Anxiety adalah bantuk ketidakberanian ditambah kerisauan terhadap hal-hal

yang tidak jelas (Kartono&Andri, 1989), (Annisa&Ifdil,2016). Kecemasan


3

dapat terjadi pada remaja, remaja merupakan bagian dari masyarakat, dalam

masa pandemi ini mereka merasakan ketakutan dan kecemasan yang

berlebihan terhadap penularan virus (Puspita et al., 2021).

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa

dimana pada masa ini seseorang memiliki keadaan emosi yang labil dalam

menghadapi kondisi yang tidak terduga, misalnya dalam masa pandemi ini

mereka merasakan ketakutan dan kecemasan yang berlebihan terhadap

penularan virus. Rasa cemas yang berlangsung secara terus menerus, dapat

menimbulkan gangguan pada kesehatan fisik dan mental remaja (Puspita et

al., 2021). Rasa takut dan cemas akan kondisi kesehatan diri sendiri dan

keluarga, sulit tidur, merupakan perasaan yang timbul di masa pandemi

Covid-19. Hal ini memperparah gangguan fisik dan psikologi seseorang yang

memang memiliki riwayat penyakit sebelumnya.

Untuk mengatasi kecemasan pada remaja ini peran orangtua sangat

dibutuhkan (Fuad & Budiyono, 2012), diantaranya selalu mendampingi,

memotivasi, memberikan pengetahuan tentang COVID-19 ini. Selaku

konselor atau guru bimbingan dan konseling ada beberapa hal yang dapat

dilakukan untuk membantu remaja mengatasi kecemasan adalah dengan

memberikan pelayanan seperti layanan konseling individual, bimbingan dan

konseling kelompok. Berbagai pendekatan konseling dapat diterapkan dalam

kegiatan ini. Berdasarkan beberapa penelitian menyatakan menggunakan


4

pendekan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) lebih efektif untuk mengatasi

kecemasan (Apriliana, Suranata, & Dharsana, 2019).

Mekanisme koping merupakan cara mengatasi stress dan kecemasan

dengan memperdayakan diri. Individu biasanya menghadapi kecemasan

menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada masalah, kognitif, dan

mekanisme koping yang berfokus pada emosi. Koping dapat diidentifikasikan

melalui respon manifestasi (tanda dan gejala) koping dapat dikaji melalui

beberapa aspek yaitu fisiologis dan psikologis koping yang efektif

menghasilkan adaptif sedangkan yang tidak efektif menyebabkan maladatif

(Menurut Stuart 2013, dalam Sumoked 2019). Peneliti telah melakukan

wawancara kepada 3 orang mahasiswa tingkat 1 STIKes Dharma Husada

Bandung mereka mengatakan cemas dengan adanya Covid-19 mereka juga

takut terhadap kecemasannya yang tidak bisa diatasi akan berdampak pada

kesehatan mental dan fisik seperti susah tidur, mudah marah, sulit untuk

berkonsentrasi, merasa murung dan mudah merasa sedih sampai menangis.

Hasil study pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan metode wawancara didaptkan bahwa remaja di STIKes Dharma

Husada Bandung rata-rata mengalami kecemasan sedang, kecemasan sedang

didapatkan dari hasil penilaian diri sendiri terhadap kecemasan yang

dirasakannya. Kecemasan terjadi akibat pembelajaran daring, khawatir

terpapar Covid-19, terlalu banyak membaca berita di media tentang Covid-19.

Dampak yang dirasakan berupa nafsu makan jadi berkurang, penurunan berat
5

badan, mudah sedih, sulit tidur, sering mengurung diri, fikiran menjadi kurang

fokus. Cara yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut salah satunya

mengurangi membaca berita tentang Covid-19.

Berdasarkan uraian diatas kecemasan merupakan bentuk perasaan

khawatir, gelisah, dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan,

pada usia remaja seseorang memiliki keadaan emosi yang labil dalam

menghadapi kondisi yang tidak terduga terutama pada remaja perempuan

karena remaja perempuan dianggap lebih sensitif terhadap emosi dan

lingkunganya maka dari itu perempuan lebih peka dan mudah cemas. Untuk

mengatasi cemas tersebut ada yang disebut dengan mekanisme koping

terhadap kecemasan. Karena hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitan

kecemasan remaja selama pandemi covid-19 serta cara mengatasinya. Dengan

judul penelitian “Gambaran Tingkat Kecemasan dan Cara Mengatasi

Kecemasan Tingkat 1 pada Masa Pandemi Covid-19 di STIKes Dharma

Husada Bandung”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang

ditemukan adalah “bagaimana gambaran tingkat kecemasan dan cara

mengatasi kecemasan tingkat 1 pada masa pandemi Covid-19 di STIKes

Dharma Husada Bandung”


6

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat

kecemasan dan cara mengatasi kecemasan tingkat 1 pada masa pandemi

Covid-19

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

1) Mengetahui gambaran tingkat kecemasan tingkat 1 di STIKes Dharma

Husada Bandung selama masa pandemi Covid-19

2) Mengetahui cara mengatasi kecemasan tingkat 1 di STIKes Dharma

Husada Bandung selama masa pandemi Covid-19

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta

wawasan bagi para peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian lain

yang sejenis serta dapat menambah pengetahuan tentang tingkat

kecemasan dan cara mengatasi kecemasan tingkat 1 pada masa pandemi

Covid-19.

2. Bagi Praktisi

a. Manfaat bagi peneliti


7

Dapat meningkatkan pengetahuan dan informasi mengenai tingkat

kecemasan dan cara mengatasi kecemasan tingkat 1 di STIKes

Dharma Husada Bandung selama masa pandemi Covid-19.

b. Manfaat bagi insitusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

gambaran tingkat kecemasan dan cara mengatasi kecemasan tingkat 1

pada masa pandemi Covid-19 dan dapat digunakan untuk menambah

kepustakaan yang dipakai sebagai referensi.

E. Ruang lingkup

1. Ruang Lingkup Masalah

Masalah yang akan di teliti adalah gambaran tingkat kecemasan dan cara

mengatasi kecemasan tingkat 1 di STIKes Dharma Husada Bandung pada

masa pandemi Covid-19

2. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus sampai Januari 2022.

Penelitian dilakukan berdasarkan data yang didapatkan di STIKes Dharma

Husada Bandung.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Covid-19

1. Definisi Covid-19

Corona virus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160

nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk diantaranya adalah

kelalawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah Covid-19, ada enam jenis

corona virus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus

NL63, beta coronavirus OC43, beta coronavirus HKU1, severe Acute

Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV) dan Middle East

Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) (Susilo et al., 2020).

Corona virus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan

penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan

penyakit infeksi saluran pernafasan, mulai flu biasa hingga penyakit

serius. Penyakit ini terutama menyebar di antara orang-orang melalui

tetesan pernafasan dari batuk dan bersin. Virus ini dapat tetap bertahan

hingga tiga hari dengan pelastik dan stainless steel SARS CoV-2 dapat

bertahan hingga tiga hari atau dalam aerosol selama tiga jam (Syafrizal et

al., 2020).

2. Etiologi Covid-19

Virus corona merupakan zoonosis, sehingga terdapat kemungkinan

virus berasal dari hewan dan ditularkan ke manusia. Pada Covid-19 belum

8
9

diketahui dengan pasti penularan dari hewan ke manusia, tetapi data

fiogenetik memungkinkan covid juga merupakan zoonosis. Perkembangan

data selanjutnya menunjukan penularan antar manusia (human to human),

yaitu prediksi melalui droplet dan kontak dengan virus yang dikeluarkan

dalam droplet. Hal ini sesuai dengan kejadian penularan pada petugas

kesehatan yang merawat pasien Covid-19 (Handayani et al., 2020).

3. Manifestasi Klinis Covid-19

Corona virus (Covid-19) menjadi perhatian penting pada bidang

medis, bukan hanya karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi

menyebabkan kolaps sistem kesehatan, tetapi juga karena beragamnya

manifestasi klinis pada pasien (Vollonp dkk, 2020). Gejala klinis umum

yang terjadi pada pasien Covid-19, diantaranya yaitu: demam, batuk

kering, dipsnea, fatigue, nyeri otot, dan sakit kepala (Lapostolle dkk,

2020; Lingeswaran dkk, 2020).

4. Cara Penularan Covid-19

Virus ini ditularkan melalui kontak langsung dengan percikan dan

saluran nafas orang yang terinfeksi (yang keluar melalui bantuk dan

bersin). Orang juga dapat terinfeksi karena menyentuh permukaan yang

terkontaminasi virus ini lalu menyentuh wajahnya (misalnya : mata,

hidung, mulut). Virus Covid-19 dapat bertahan di atas permukaan benda

selama beberapa jam tetapi dapat dibunuh dengan disinfektan biasa

(Bender, dkk 2020).


10

5. Diagnosis Covid-19

Diagnosis ditegakan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Anamnesis terutama gambaran riwayat

perjalanan atau riwayat kontak erat dengan kasus terkonfirmasi atau

bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan merawat pasien infeksi Covid-19

atau berada dalam satu rumah atau lingkungan dengan pasien

terkonfirmasi Covid-19 disertai gejala klinis, dan komorbid. Gejala klinis

bervariasi tergantung derajat penyakit tetapi gejala yang utama adalah

demam, batuk, maligna, sesak, sakit kepala, diare, mual dan nyeri

abdomen. Gejala yang paling sering ditemui hingga saat ini adalah demam

(98%), batuk dan maligna (Handayani et al., 2020).

Diagnosis pasti atau kasus terkonfirmasi ditentukan berdasarkan

hasil pemeriksaan ekstraksi RNA virus severe acute respiratory syndrome

coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Covid-19 menggunakan reverse

transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) untuk mengekstrasi 2

gen SARS-CoV-2. Contoh uji yang dapat digunakan adalah dari sampel

berupa swab tenggorokan. Swab nasofaring baik untuk evaluasi influenza

tetapi untuk virus corona lain swab nasofaring yang diambil menggunakan

swab dakron atau rayon bukan kapas. Contoh uji dari saluran nafas bawah

lebih baik dari pada yang diambil dari saluran nafas atas, terutama pada

pasien dengan pneumonia, berupa sputum, aspirat trakea dan

bronchoalveolar lavage (BAL) dengan memperhatikan pengendalian


11

infeksi dan APD. Bila pasien menggunakan ventilasi mekanis dianjurkan

untuk memprioritaskan contoh uji dari saluran nafas bawah. Pemeriksaan

ulang perlu dilakukan untuk menentukan respon terapi seiring proses

perbaikan klinis. Bila didapatkan perbaikan klinis dan hasil RT-PCR

negatif 2 kali berturut-turut dalam 2 sampai 4 hari, pasien dinyatakan

sembuh (Handayani et al., 2020).

6. Pemeriksaan Penunjang Covid-19

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa : foto thorax pada

pasien pneumonia, bisa dilanjutkan dengan computed tomography scan

(CT-Scan) thorax dengan kontras. Gambaran foto thorax pneumonia yang

disebabkan oleh infeksi Covid-19 mulai dari normal hingga ground glass

opacity, konsolidasi. CT-Scan thorax dapat dilakukan untuk melihat lebih

detail kelainan, seperti gambaran ground glass opacity, konsolidasi, efusi

pleura dan gambaran pneumonia lainnya (Handayani et al., 2020).

Pemeriksaan proklasitonin (PCT) menunjukan hasil normal kecuali

bila dicurigai terjadinya infeksi bakteri maka PCT akan meningkat.

Pemeriksaan lain dilakukan untuk melihat komorbid dan evaluasi

kemungkinan komplikasi pneumonia yaitu fungsi ginjal, fungsi hati,

albumin serta analisis gas darah (AGD), elektrolit gula darah dan biakan

kuman serta uji kepekaan untuk melihat kemungkinan penyebab bakteri

atau bila dicurigai infeksi ganda dengan infeksi bakteri (Handayani et al.,

2020).
12

7. Tata Laksana Covid-19

Prinsip tata laksana keseluruhan menurut rekomendasi WHO yaitu

triase, identifikasi pasien segera dengan pisahkan pasien dengan severe

acute respiratory infection (SARI) dan dilakukan dengan memperhatikan

prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) yang sesuai, terapi

suportif dan monitor pasis, pengembalian contoh uji untuk diagnosis

laboratorium, tata laksana secepatnya pasien dengan hipoksemia atau

gagal nafas acute respiratory syndrome (ARDS), syok sepsis dan kondisi

kritis lainnya (Handayani et al., 2020).

Terapi suportif disesuaikan kondisi pasien, terapi cairan adekuat

sesuai kebutuhan, terapi oksigen yang sesuai derajat penyakit mulai dari

penggunaan kanul oksigen, masker oksigen. Bila dicurigai terjadinya

infeksi ganda diberikan antibiotika spektrum luas. Bila terdapat

perburukan klinis atau penurunan kesadaran pasien akan dirawat di ruang

isolasi intensif (ICU) di rumah sakit rujukan. Salah satu yang harus

diperhatikan pada tata laksana adalah pengendalian komorbid. Dari

gambaran klinis Covid-19 diketahui komorbid berhubungan dengan

morbiditas dan mortalitas. Komorbid yang diketahui berhubungan dengan

luaran pasien adalah usia lanjut, hipertensi, diabetes, penyakit

kardiovaskuler dan penyakit serebrovaskular (Handayani et al., 2020).


13

B. Konsep Dasar Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar

karena keridaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon

(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan

takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa

peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu

mengambil tindakan menghadapi ancaman. Kejadian dalam hidup seperti

menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat membawa dampak

terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh timbulnya

kecemasan atau ansietas (Yusuf et al., 2015).

Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu

yang subjektif yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diiketahui

secara khusus penyebabnya. Ansietas menggambarkan keadaan khawatir,

gelisah, takut tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan

tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi kehidupan dan

berbagai gangguan kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut, takut

merupakan penilaian intelektual, terhadap stimulus yang mengancam dan

objeknya jelas (Dalami et al., 2009). Kecemasan sebagai alarm tubuh

untuk melindungi diri, dikomunikasikan secara interpersonal dan

merupakan tanda ancaman yang dapat berhubungan dengan isolasi,


14

kehilangan, gangguan identitas, hukuman dan hubungan interpersonal

(Azizah et al., 2016).

2. Sumber Kecemasan

Ancaman internal dan eksternal terhadap ego (S. Freud). Adanya

gangguan pemenuhan kebutuhan dasar: makan, minum, sexual. Ancaman

terhadap keamanan interpersonal dan harga diri (Sullivan) terdiri dari

tidak menentukan integritas diri, tidak menemukan prestige, tidak

memperoleh aktualisasi diri dan malu atau tidak kesesuaian antara

pandangan diri dan lingkungan nyata (Azizah et al., 2016).

3. Tanda dan Gejala Kecemasan

a. Respon Fisiologis

Pada kardiovaskuler terjadi sepeti: palpitasi, jantung berdebar, tekanan

darah meningkat, rasa mau pingsan, tekanan darah menurun, dan nadi

menurun. Pada respirasi terjadi : nafas cepat, pernafasan dangkal, rasa

tertekan pada dada dan tercekik, serta terengah-engah. Pada

neuromuskuler: peningkatan reflek, peningkatan rangsang kejut, mata

berkedip-kedip, insomnia, gelisah, wajah tegang, dan kelemahan

secara umum. Pada gastrointestinal terjadi seperti: kehilangan nafsu

makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen, rasa

tidak nyaman pada epigastrium, nausea, dan diare. Pada saluran

kemih: tidak dapat menahan BAB dan BAK, serta nyeri saat BAK.

Pada integument terjadi rasa terbakar pada wajah, berkeringat


15

setempat (telapak tangan),gatal-gatal, perasaan panas dan dingin pada

kulit, muka pucat, serta berkeringat seluruh tubuh (Azizah et al.,

2016).

b. Respon Prilaku

Gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, tidak ada

koordinasi, kecenderungan mendapat cidera, menarik diri,

menghindar, hiperventilasi, dan melarikan diri dari masalah (Azizah et

al., 2016)

c. Respon Kognitif

Perhatian terganggu, konsentrasi hilang, pelupa, salah penilaian,

blocking, menurunnya lahan presepsi, kreatifitas menurun, bingung,

sangat waspada, hilang objektifitas, takut kecelakaan dan mati (Azizah

et al., 2016).

d. Respon Afektif

Mudah terganggu, tidak sabar, tegang, takut berlebihan, gugup yang

luar biasa, dan nervous. (Azizah et al., 2016).

Menurut Kholil Lur Rochman (2010:104) mengemukakan

beberapa gejala-gejala dari kecemasan seperti: ada saja hal-hal yang

mencemaskan hati, hampir setiap kejadian menimbulkan rasa takut dan

cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk ketidakberanian terhadap

hal-hal yang tidak jelas. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak

stabil. Suka marah dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang
16

memuncak, sangat irritable, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.

Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of

persecution (delusi yang dikejar-kejar). Sering merasa mual dan muntah-

muntah, badan terasa sangat lelah, banyak keringat, gemetar, dan

seringkali menderita diare. Serta muncul ketegangan dan ketakutan yang

kronis yang menyebabkan tekanan jantung menjadi sangat cepat atau

tekanan darah tinggi (Sari, 2020).

4. Jenis-jenis Kecemasan

Menurut Sigmud Freud dalam FeistFeist (2012), membagi

kecemasan menjadi tiga jenis, yaitu: Kecemasan Neurosis (neurotic

anxiety) merupakan perasaan cemas akibat bahaya yang tidak diketahui,

perasaan itu sendiri berada pada ego, tetapi muncul dorongan sendiri.

Kecemasan Realistis (realistic anxiety), kecemasan ini didefinisikan

sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang

mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Kecemasan Moral (moral

anxiety), bermula dari konflik antara ego dan superego. Ketika akan

membangun superego biasanya di usia lima atau enam tahun mereka

mengalami kecemasan yang tumbuh dari konflik antara kebutuhan

realistis dan perintah superego (Sari, 2020).

Menurut Hanifah Muyasaroh (2020:5) indikator kecemasan terdiri

dari: kecemasan umum terjadi gemetar dan berkeringat dingin, otot

tegang, pusing, mudah marah, sering buang air kecil, sulit tidur, dada
17

berdebar-debar, mules, mudah lelah, nafsu makan menurun, dan susah

berkonsentrasi. Kecemasan gangguan panik dapat berkeringat, nyeri dada,

ketakutan, gemetar seperti tersedak atau seperti berasa diujung tanduk,

detak jantung cepat, dan wajah pucat. Kecemasan sosial seperti rasa takut

atau cemas yang luar biasa terhadap situasi sosial atau berinteraksi dengan

orang lain, baik sebelum, sesudah, maupun sebelum dalam situasi

tersebut. Kecemasan obsessive, ditandai dengan fikiran negatif sehingga

membuat gelisah, takut, dan khawatir (Sari, 2020).

5. Rentang Respon Ansietas

Rentang kecemasan berfluktuasi antara respon adatif antisipasi dan yang

maladatif yaitu panik.

Adatif Maladatif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Bagan 2.1 Rentang Respon Ansietas

Sumber : Dalami et al (2009 ), Azizah et al (2016)

a. Antisipasi adalah suatu keadaan yang digambarkan lapangan

presepsi menyatu dengan lingkungan.


18

b. Cemas ringan merupakan ketegangan ringan, penginderaan lebih

tajam dan menyiapkan diri untuk bertindak.

c. Cemas sedang adalah keadaan lebih waspada dan lebih tegang,

lapangan presepsi menyempit dan tidak mampu memusatkan pada

faktor atau peristiwa yang penting baginya.

d. Cemas berat seperti lapangan presepsi sangat sempit, berpusat

pada detail yang kecil, tidak memikirkan yang luas, tidak mampu

membuat kaitan dan tidak mampu menyelesaikan masalah.

e. Panik adalah presepsi menyimpang, sangat kacau dan tidak

terkontrol, berfikir tidak teratur, perilaku tidak tepat dan agitasi

atau hiperaktif (Azizah et al., 2016).

6. Karakteristik Tingkat Kecemasan (Ansietas)

a. Ansietas Ringan

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada, serta

meningkatkan lahan presepsinya (Yusuf et al., 2015). Pada tingkat ini

lapangan presepsi melebar dan individu akan berhati-hati serta

waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan

pertumbuhan dan kreatifitas (Dalami et al., 2009). Ansietas ringan ini

dapat dilihat dari tingkah laku seperti: duduk dengan tenang, posisi

relaks, isi pembicaraan tepat dan normal. Afektif: kurang perhatian,

nyaman dan aman. Kognitif: mampu konsentrasi. Fisiologis: nafas


19

pendek, nadi meningkat, gejala ringan pada lambung (Azizah et al.,

2016).

b. Ansietas Sedang

Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan

perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain,

sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat

melakukan sesuatu yang lebih terarah (Yusuf et al., 2015). Ansietas

sedang dapat dilihat dari tingkah laku seperti: tremor, tidak dapat

duduk dengan tenang, banyak bicara dan intonasi cepat, tekanan suara

meningkat secara intermiten. Afektif: perhatian terhadap apa yang

terjadi, khawatir, dan nervous. Kognitif: lapangan presepsi

menyempit, kurang mampu memusatkan perhatian pada faktor yang

penting, kurang sadar pada detail disekitar yang berkaitan. Fisiologis:

nafas pendek, nadi meningkat, mulut kering, anoreksia, diare,

konstipasi, tidak mampu relaks, dan susah tidur (Azizah et al., 2016).

c. Ansietas Berat

Ansietas berat sangat mengurangi lahan presepsi seseorang. Adanya

kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku

ditunjukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan

banyak pengarahan untuk dapat memusatkan perhatian pada suatu area

(Yusuf et al., 2015). Ansietas berat dapat dilihat dari tingkah laku
20

seperti: pergerakan menyentak saat gunakan tangan, banyak bicara,

kecepatan bicara meningkat cepat, tekanan meningkat, volume suara

keras. Afektif: tidak adekuat, tidak aman, merasa tidak berguna, takut

terhadap apa yang akan terjadi, dan emosi masih dapat dikontrol.

Kognitif: lapangan presepsi sangat sempit, tidak mampu membuat

kaitan, tidak mampu membuat masalah secara halus. Fisiologis: nafas

pendek, nausea, gelisah, respon terkejut berlebihan, ekspresi

ketakutan, dan badan begetar (Azizah et al., 2016).

d. Panik

Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa

diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan

pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan

kemampuan berhubungan dengan orang lain, presepsi menyimpang

serta kehilangan pemikiran rasional (Yusuf et al., 2015). Panik bisa

dilihat dari tingkah laku seperti: tidak mampu mengendalikan motorik

kasar, aktivitas yang dilakukan tidak bertujuan, pembicaraan sulit

dimengerti, dan suara melengking atau berteriak. Afektif: merasa

kaget, terjebak, dan diikuti. Kognitif: presepsi menyempit, berfikir

tidak teratur, sulit membuat keputusan dan penilaian. Fisiologis: nafas

pendek, rasa tercekik atau tersumbat, nyeri dada, gerak involunter,

tubuh bergetar, dan ekspresi wajah mengerikan (Azizah et al., 2016).


21

7. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan

sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.

Peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan

kecemasan. Menurut Savitri Ramiah (2003) ada beberapa faktor yang

menunjukan reaksi kecemasan, diantaranya:

a. Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir

individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan

karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu

dengan keluarga, sahabat ataupun dengan rekan kerja. Sehingga

individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan, kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu

menemukan jalan keluar untuk perasaanya sendiri dalam hubungan

personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi

dalam jangka waktu yang sangat lama.

c. Sebab-sebab fisik, pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan

dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam

kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih

dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-

perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan

timbulnya kecemasan (Muyasaroh, 2020).


22

Zakiah Darajat (Kholil Lur Rochman,2010) mengemukakan beberapa

penyebab dari kecemasan yaitu :

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang

mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut,

karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran.

b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal

yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini

sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-

kadang terlihat dalam bentuk yang umum.

c. Kecemasan berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.

Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak

berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan

takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.

Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain

itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya,

baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya(Muyasaroh,

2020).

8. Faktor Penyebab Kecemasan Selama Masa Pandemi Covid-19

Faktor penyebab kecemasan tingkat 1 saat masa pandemi Covid-

19 karena usia remaja yang masih labil dalam menghadapi kondisi yang

tidak terduga (Tjukup Putra, Yustiawan&Usufan, 2020). Kondisi emosi

remaja akan mudah terguncang, seperti cemas berlebihan, ketakutan akan


23

tertular virus dan sebagainya (Dani&Mediantara, 2020). Merasakan

ketakutan dan kecemasan yang berlebihan terhadap penularan virus. Rasa

takut dan cemas mengenai kesehatan diri dan kesehatan orang terdekatnya

(Sekar et al., 2020). Serta pemberitaan yang mendadak dan hampir terus

menerus mengenai pandemi akan membuat siapa pun menjadi cemas

(Sari, 2020).

9. Dampak Kecemasan

Kecemasan yang terjadi pada tingkat 1 merupakan akibat dari

kepribadian yang buruk dari remaja itu sendiri, muncul dari

membandingkan secara berlebihan dengan teman-teman sebayanya dan

dicirikan dengan kegugupan kronis, fobia yang hebat serta ketakutan yang

berlebihan terhadap berbagai situasi dalam kehidupannya. Kecemasan

pada masa-masa ini juga tampak secara fisik dalam bentuk nafas pendek,

detak jantung yang kencang, diare, mual-mual, gemeteran, mudah

berkeringat, pusing, susah tidur, sakit kepala, serta sering buang air kecil.

Remaja yang mengalami kecemasan kronis akan terlihat mudah gugup,

resah, dan tegang. Remaja yang mengalami kecemasan cenderung akan

selalu merasa yakin bahwa mereka sama sekali berbeda “kurang dari”

teman-teman sebayanya. Remaja yang mengalami kecemasan cenderung

akan merasa tidak berdaya dan kurang mampu menyatu dengan dunia luar.

Mereka cenderung akan mengidap depresi ringan, jarang keluar rumah,

dan terlalu terkait pada orang tua, serta terlalu berhati-hati untuk
24

melakukan segala bentuk perilaku-perilaku baru yang mengancam rasa

keamanan mereka dan mudah rapuh (Hidayah & Atmoko, 2013).

Aspek yang menunjukan gejala-gejala tersebut secara kronis

dianggap sebagai penderita gangguan kecemasan umum. Lazim disebut

gangguan kecemasan berlebihan. Remaja yang menderita kecemasan

secara umum akan merasa khawatir, terutama khawatir menyangkut apa

yang dipikirkan orang lain terhadap mereka. Mereka secara terus menerus

akan meminta dukungan dan persetujuan dari orang tua (terutama ibu) dan

mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, terutama

dengan teman sebayanya. Mereka sering kali menarik diri atau

mengasingkan diri dari teman-temannya dalam bentuk reaksi yang cepat,

panik, dan tidak ramah. Mereka akan cenderung tampil prefeksionistik,

serta kesulitan menerima kesalahan, meskipun kesalahan yang terkecil,

baik dalam perilaku mereka sendiri maupun perilaku orang lain dan

mereka juga cenderung akan mengkritik dirinya serta melakukan

perbandingan-perbandingan negatif antara diri mereka dengan teman-

teman sebaya mereka. Kecemasan pada remaja memberikan efek negatif

pada interaksi sosial, emosi, dan keberhasilan akademik. Betapa buruknya

dampak kecemasan telah menimpa peserta didik. Baik kognitif, afektif,

dan prilaku (Hidayah & Atmoko, 2013).


25

10. Aspek-Aspek Kecemasan

Gail W. Stuart dalam Annisa&Ifdil (2016) mengelompokan kecemasan

(anxiety) dalam respon perilaku, kognitif dan afektif diantaranya:

a. Perilaku: gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara

cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri

dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah,

menghindar, hiperventilasi, dan sangat waspada.

b. Kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam

memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, lapang presepsi

menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat

waspada, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada

gambaran visual, takut cedera atau takut kematian, kilas balik, dan

mimpi buruk.

c. Afektif: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup,

ketakutan, waspada, khawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah,

dan malu (Sari, 2020).

11. Upaya untuk Mengurangi Kecemasan

a. Mekanisme Koping

Ketika individu mengalami kecemasan (ansietas), individu

menggunakan bermacam-macam mekanisme koping untuk mencoba

mengatasinya. Dalam bentuk ringan kecemasan (ansietas) dapat diatasi

dengan menangis, tertawa, tidur, olah raga, atau merokok. Bila terjadi
26

kecemasan berat sampai panik akan terjadi ketidakmampuan

mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan penyebab utama

perilaku yang patologis, individu akan menggunakan energi yang lebih

besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut (Dalami et al., 2009).

b. Defisnisi Koping

Koping adalah upaya individu berupa pikiran dan tindakan

dalam mengatsi situasi yang dirasakan menekan, menantang, atau

mengancam. Koping merupakan strategi penyesuaian diri dalam

mengatasi ancaman untuk keseimbangan diri yang merupakan suatu

proses. Koping adalah aktivitas kognisi dalam bentuk penilian kognisi

terhadap kejadian dan reaksi, kemudian menetapkan respon-respon

yang didasarkan pada proses tersebut (Kozier,2004).

Koping merupakan proses yang dilalui oleh individu dalam

menyelesaikan situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun

psikologis. Respon koping sangat berbeda antar individu dan sering

berhubungan dengan presepsi individu dari kejadian yang penuh

stress. Usaha koping sangat bervariasi dan pada dasarnya tidak selalu

mengarah pada solusi suatu masalah (Azizah et al., 2016).

c. Sumber Koping

Sesorang dapat mengatasi kecemasan (ansietas) dengan

menggunakan sumber koping internal dan eksternal yang tersedia.

Sumber koping terdiri atas kemampuan personal, dukungan sosial,


27

asset material dan keyakinan. Empat komponen tersebut dapat

mendukung seseorang dalam menggunakan mekanisme koping yang

adatif. Pada individu dan keluarga dengan ansietas kemampuan

personal yang harus dimiliki meliputi kemampuan secara fisik dan

mental. Kemampuan secara fisik teridentifikasi dari kondisi fisik yang

sehat. Kemampuan mental meliputi kemampuan kognitif, afektif,

perilaku dan sosial. Kemampuan kognitif meliputi mengidentifikasi

masalah, menilai dan menyelesaikan masalah. Kemampuan afektif

meliputi kemampuan untuk meningkatkan konsep diri klien dan

caregiver. Kemampuan perilaku terkait dengan kemampuan

melakukan tindakan yang positif dalam menyelesaikan masalah yang

dialami. Seluruh kemampuan ini digunakan dalam mengatasi respon

ansietas yang dirasakan oleh individu dan caregiver (Wuryaningsih et

al., 2018).

Sumber dukungan sosial pada keluarga dengan ansietas

meliputi dukungan dalam melakukan penyelesaian yang dialalami oleh

klien. Dukungan yang diberikan dapat berupa dukungan fisik dan

psikologis. Dukungan sosial ini dapat berupa dukungan informasional,

dukungan emosional, dan dukungan materi. Asset material yang

diperoleh klien dan caregiver untuk mendukung penyelesaian stressor

atau masalah klien, meliputi ketersediaan dana baik dari asuransi

maupun tabungan. Tidak terpenuhinya asset material akan berisiko


28

meningkatkan ansietas yang dimiliki klien. Keyakinan positif klien

dan caregiver bahwa mampu untuk mengatasi masalah yang dirasakan

termasuk respon ansietas yang dialami. Adanya keyanikan yang positif

akan berpotensi meningkatkan motivasi klien dan caregiver untuk

menggunakan mekanisme koping yang adatif dan sebaliknya

(Wuryaningsih et al., 2018).

d. Mekanisme koping kecemasan (ansietas)

Individu berupaya untuk menghindari atau mengatasi situasi

masalah yang menjadi penyebab respon ansietas. Ketidakmampuan

seseorang dalam mengatasi ansietas secara konstruktif bisa berdampak

terhadap ancaman kesehatan individu baik fisik, psikologis, atau sosial

terutama masalah psikologis. Mekanisme koping yang bisa digunakan

oleh individu yang mengalami ansietas ringan antara lain menangis,

menguap, makan berlebihan, merokok, minum alkohol, mengurangi

intensitas interaksi dengan orang lain, kontak mata kurang,

memberikan pernyataan atau pertanyaan klise, serta membatasi untuk

mengungkapkan perasaan (Stuart, 2013 dalam Wuryaningsih et al.,

2018).

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi

menjadi dua yaitu: mekanime koping adatif dan mekanisme koping

maladatif. Mekanisme koping adatif adalah mekanisme koping yang

mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai


29

tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan

masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas

konstruktif. Mekanisme koping maladatif yaitu mekanime koping

yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,

menurunkan otonomi dan cenderung menguasi lingkungan.

Kategorinya adalah makan berlebihan atau tidak makan, bekerja

berlebihan, menghindar (Stuart&Sundeen,1995). Individu dengan

ansietas sedang, berat, dan panik menimbulkan ancaman terhadap ego

yang lebih besar. Individu memerlukan sumber daya yang lebih besar

untuk mengatasinya. Mekanisme koping dikelompokan menjadi dua

yaitu mekanisme koping berfokus pada masalah atau tugas (problem

or task focused coping) dan mekanisme koping berfokus pada emosi

atau ego (emotional or ego focused coping) (Wuryaningsih et al.,

2018).

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme

koping, yaitu sebagai berikut:

1) Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan

berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistis

tuntutan situasi stres, misalnya menyerang untuk mengubah atau

mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik diri untuk

memindahkan diri dari sumber stres. Kompromi untuk mengganti

tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal (Yusuf et al.,


30

2015). Pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk

menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu:

perilaku menyerang (Agresif) biasanya digunakan individu untuk

mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan. Perilaku menarik

diri, digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara

fisik maupun psikologis. Perilaku kompromi digunakan untuk

mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mengorbankan

kebutuhan personal untuk mencapai tujuan (Dalami et al., 2009).

2) Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented reaction)

Mekanisme ini membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang

digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk

mempertahankan kesimbangan (Dalami et al., 2009). Pada

dasarnya kecemasan ringan atau umum dapat dilatih dengan

relaksasi fisiologis, meditasi, rutin berolahraga, selain itu

kecemasan dapat dieliminir dengan mengontrol pikiran-pikiran

thought stopping, restrukturisasi kognitif, bahkan dapat dibantu

melalui layanan konseling ringkas berfokus solusi dan konseling

kognitif behavior (Hidayah & Atmoko, 2013).

C. Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu

ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu

bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi,
31

institut dan universitas (Hartaji, 2012). Seorang mahasiswa dikategorikan

pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat

digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat

dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah

pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012).

Menurut Budiman (2013), mahasiswa adalah orang yang belajar di

sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu

keahlian tingkat sarjana. Sementara itu menurut Daldiyono (2014), mahasiswa

adalah seorang yang sudah lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)

dan sedang menempuh pendidikan tinggi.

a. Peran mahasiswa

Mahasiswa sebagai agen perubahan sosial selalu dituntut untuk

menunjukkan peranannya dalam kehidupan nyata. Menurut Siallagan

(2011), ada tiga peranan penting dan mendasar bagi mahasiswa yaitu

intelektual, moral, sosial.

1. Peran intelektual

Mahasiswa sebagai orang yang intelek, jenius, dan jeli harus bisa

menjalankan hidupnya secara proporsional, sebagai seorang

mahasiswa, anak, serta harapan masyarakat.

2. Peran moral

Mahasiswa sebagai seorang yang hidup di kampus yang dikenal

bebas berekspresi, beraksi, berdiskusi, berspekulasi dan berorasi,


32

harus bisa menunjukkan tingkah laku yang bermoral dalam setiap

tindak tanduknya tanpa terkontaminasi dan terpengaruh oleh kondisi

lingkungan.

3. Peran sosial

Mahasiswa sebagai seorang yang membawa perubahan harus

selalu bersinergi, berpikir kritis dan bertindak konkret yang

terbingkai dengan kerelaan dan keikhlasan untuk menjadi pelopor,

penyampai aspirasi dan pelayan masyarakat.

D. Alat Ukur Kecemasan

1. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Menurut (Saputro&Fazris,2017) “Hamilton Anxiety Rating Scale”

(HARS), pertama kali dikembangkan oleh max Hamilton pada tahun

1956, untuk mengukur semua tanda kecemasan baik psikis maupun

somatik. HARS terdiri dari 14 pertanyaan untuk mengukur tanda adanya

kecemasan pada anak dan orang dewasa. Cara penilaian kecemasan adalah

dengan memberikan nilai dengan kategori 0 = tidak ada gejala sama

sekali, 1 = satu gejala yang ada, 2 = sedang atau separuh gejala yang ada,

3 = berat atau lebih dari separuh gejala yang ada, 4 = sangat berat semua

gejala ada. Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor

1-14 dengan hasil : skor kurang dari 14 tidak ada kecemasan, skor 14-20

kecemasan ringan, skor 21-27 kecemasan sedang, skor 28-41 kecemasan

berat, skor 42-52 kecemasan berat sekali (Chrisnawati & Aldino, 2019).
33

2. Depression Anxiety Stress Scale (DASS)

Depression Anxiety Stress Scale (DASS) adalah skala assessment

diri sendiri (self-assessment scale) yang digunakan untuk mengukur

kondisi emosional negatif seseorang yaitu : depresi, kecemasan, dan stres

Novopsych (2018) dalam Kusumadewi & Wahyuningsih (2020). Terdapat

42 butir penilaian yang digunakan. Tujuan utama pengukuran DASS

adalah untuk menilai tingkat keparahan (severe level) gejala inti depresi,

kecemasan, dan stres. Dari 42 pertanyaan, sebanyak 14 pertanyaan

berkaitan dengan gejala kecemasan, terdiri dari nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19,

20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41. Self-assessment nilai 0 : tidak terjadi, 1 :

jarang terjadi, 2 : kadang terjadi, 3 : sering terjadi pada setiap pertanyaan.

Sesuai DASS-42 akan direkomendasikan sebagai gejala gangguan stres,

namun demikian mudah gelisah sebenarnya juga menjadi bagian dari

gangguan depresi dan kecemasan. Demikian pula misalkan nomor 36

(ketakutan), sesuai DASS-42 akan direkomendasikan sebagai gejala

gangguan kecemasan, namun demikian mudah ketakutan sebenarnya juga

menjadi bagian dari gangguan depresi dan stres. Skor tingkat keparahan

gangguan kecemasan terdiri dari 0-7 : normal, 8-9 : ringan, 10-14 :

sedang, 15-19 : berat dan >20 sangat berat (Kusumadewi &

Wahyuningsih, 2020).
34

3. Zung Self-Ranting Anxiety Scale (ZSAS atau SRAS)

Zung Self-ranting Anxiety Scale (ZSAS atau SRAS) adalah

penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh William

WK Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam DSM-

II (Diagnose and statistical Manual of Mental Disorder). Zung self-

rating Anxiety Scale (ZSAS) merupakan kuisioner yang digunakan

untuk mencatat adanya kecemasan dan menilai kuantitas tingkat

kecemasan. Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai

1 sampai 4. Jika 1 : tidak pernah, 2 : kadang-kadang, 3: Sebagian

waktu, 4 : hampir setiap waktu. Terdapat lima belas pertanyaan ke

arah peningkatan kecemasan dan lima pertanyaan ke arah penurunun

kecemasan [Zung Self-Ranting Anxiety Scale (ZSAS/SRAS) dalam Ian

Mcdowell (2006)]. Rentang penilaian 20-80 dengan pengelompokan

sebagai berikut : skor 20-44 normal atau tidak cemas, skor 45-59

kecemasan ringan, skor 60-74 kecemasan sedang, skor 75-80

kecemasan berat (Nursalam, 2013).


35

E. Kerangka Teori

Pandemi Covid-19

Faktor Kecemasan: Tingkat Kecemasan


1. Lingkungan 1. Ringan
2. Emosi yang ditekan 2. Sedang
3. Sebab-sebab fisik 3. Berat
Faktor Kecemasan Remaja Saat Covid-19 4. Panik
1. Usia remaja yang masih labil
2. Kondisi emosi mudah terguncang
(anxiety)
3. Rasa takut dan cemas terhadap virus Mekanisme Koping
4. Pemberitaan Covid-19 terus menerus 1. Adatif
2. Maladatif

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Sumber: Muyasaroh (2020), Takjup Putra, Yustiawan&Usufan (2020),

Sekar et al (2020), Sari (2020), Yusuf et al (2015)


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Kecemasan merupakan suatu tanda respon emosional pada individu

yang subjektif dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui

penyebabnya secara khusus. Kecemasan bisa terjadi pada usia remja. Masa

remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa.

Batas usia remaja menurut departemen kesehatan mulai dari 10 tahun sampai

19 tahun. Pada masa ini remaja banyak mengalami perubahan, salah satunya

perubahan psikologis atau emosi. Perubahan ini ditandai dengan perubahan

emosional yang tercermin dari sikap dan tingkah laku. Pada usia remaja ini

bertepatan dengan usia sekolah menengah atas dimana remaja mulai mencoba

mencari penyesuaian diri dengan kelompok sebayanya. Masa remaja semakin

terasa berbeda ketika harus menghadapi keadaan yang belum pernah dihadapi

sebelumnya, seperti saat menghadapi pandemi Covid-19.

Di Indonesia, kasus penyebaran Covid-19 mulai diketahui dan

diumumkan oleh Presiden tanggal 2 Maret 2020 dengan korban positif yaitu

dua WNI. Presiden memberlakukan lock down untuk mencegah penyebaran

Covid-19. Setiap orang diwajibkan untuk tinggal di rumah. Sementara itu

pemberitaan Covid-19 semakin menyebar luas seiring dengan pertambahan

kasus positif Covid-19 setiap harinya. Hal tersebut dapat membuat remaja

maupun masyarakat menjadi cemas.

36
37

Faktor penyebab kecemasan remaja saat masa pandemi Covid-19

karena usia remaja yang masih labil dalam menghadapi kondisi tidak terduga

(Tjukup Putra, Yustiawan & Usufan,2020). Kondisi emosi remaja akan

mudah terguncang seperti kecemasan (anxiety) berlebihan, ketakutan akan

tertular virus serta pemberitaan yang mendadak dan hampir terus menerus

membuat siapa pun menjadi cemas selain itu harus melakukan semua kegiatan

dari rumah saja, tanpa ada kesempatan untuk bertemu dengan teman sebaya

membuat remaja semakin berisiko mengalami kecemasan dan akan

berdampak buruk jika tidak ditangani dengan baik. Secara skematis kerangka

penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Tingkat Kecemasan
Pandemi Covid-19 dan mekanisme koping
remaja

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual

B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu

variabel diukur. Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian,

seorang peneliti akan mengetahui pengukuran suatu variabel, sehingga


38

peneliti dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut (Siyoto &

Sodik, 2015)

Table 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
1. Kecemasan Kecemasan Kuisioner 1. Skor 20-44 Ordinal
adalah Zung self- Normal/tidak
perasaan ranting cemas
takut, Anxiety 2. Skor 45-59
khawatir, Scale Kecemasan
gelisah, (ZSAS) ringan
merasa mudah 3. Skor 60-74
panik, bahkan Kecemasan
sering sedang
terlintas 4. Skor 75-80
pemikiran Kecemasan
negatif, berat
terhadap
sesuatu yang
belum terjadi.
Kecemasan
dirasakan
secara tiba-
tiba tanpa
sebab yang
jelas
2. Mekanisme Mekanisme Kuisioner 1. Adatif: jika Nominal
koping koping Mekanisme jumlah
kecemasan merupakan Koping koping adatif
cara individu Anxiety yang dipilih
dalam lebih banyak
mengatasi dari pada
kecemasan. koping
Mekanisme maladatif
39

koping yang 2. Maladatif:


digunakan jika jumlah
berupa koping
kegiatan- maladatif
kegiatan yang dipilih
seperti tidur, lebih banyak
berolahraga, dari pada
membaca koping adatif
buku,
bercerita
dengan orang
lain.

C. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain

kuantitatif. Menurut Nasir (2002;61) dalam Rukajat (2018) metode

deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status sekelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, atau sistem pemikiran ataupun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif

adalah menjelasakan, memberi suatu nama, situasi, atau fenomena dalam

menemukan ide baru (Nursalam, 2013).

2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah pendektan

cross-sectional. Peneliti melakukan pengukuran kecemasan terhadap

responden hanya dalam satu waktu atau satu kali pengukuran.

Pendekataan cross-sectional adalah peneliti melakukan observasi atau


40

pengukuran variabel pada saat tertentu. Kata satu saat bukan berarti semua

subjek diamati tepat pada suatu saat yang sama, tetapi artinya tiap subjek

hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subjek dilakukan

pada saat penelitian tersebut. Dengan demikian maka pada studi cross-

sectional peneliti tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang

dilakukan (Sucipto, 2020).

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek dan atau objek yang

akan menjadi sasaran penelitian. Subjek peneliti merupakan tempat

atau lokasi data variabel yang akan digunakan (Riyanto & Hatmawan,

2020). Menurut Sugiyono (2010) dalam Riyanto & Hatmawan (2020).

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

keseimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

mahasiswa tingkat 1 STIKes Dharma Husada Bandung dan tercatat

sebanyak 202 orang mahasiswa.

b. Sampel

Sampel adalah yang memberikan gambaran secara umum dari

populasi. Sampel penelitian meiliki karakteristik yang sama atau

hampir sama dengan karakteristik populasi, sehingga sampel yang


41

digunakan dapat mewakili populasi yang diamati (Riyanto &

Hatmawan, 2020). Menurut Sugiyono (2010) dalam Riyanto &

Hatmawan (2020). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini adalah

seluruh mahasiswa tingkat 1 STIKes Dharma Husada Bandung

sebanyak 202 orang mahasiswa.

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk

mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-

variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang

kita teliti. Kritria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2013).

1) Kriteria Inklusi

a) Mahasiswa tingkat 1 yang terdaftar aktif di STIKes Dharma

Husada Bandung

b) Mahasiswa yang mengikuti pembelajaran tatap muka maupun

daring pada masa pandemi Covid-19

2) Kriteria Eksklusi

a) Mahasiswa tingkat 1 yang sedang sakit

b) Mahasiswa tingkat 1 yang tidak mengikuti pembelajaran baik

secara daring maupun tatap muka pada masa pandemi Covid-

19
42

c. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Non-

probability Sampling yaitu Purposive Sampling. Purposive Sampling

adalah suatu Teknik penetapan sampel dengan yang dikehendaki

peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian), sehingga sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini besarnya sampel

ditentukan menggunakan rumus Slovin. Rumus slovin untuk

menentukan berapa minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran

populasi diketahui, dapat digunakan rumus Slovin (Umar, 2002).

Rumus Slovin :

( )

Keterangan:

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)

Sumber : (Nursalam, 2013).

Berdasarkan rumus Slovin diperoleh sampel sebagai berikut:


43

( )

( )

n = 135

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 135 responden

Kemudian dibagi untuk setiap kelas X dan XI menggunakan rumus:

ni : Jumlah sampel tiap tingkat kelas

n : Jumlah sampel seluruhnya

Ni : Jumlah populasi tiap tingkat kelas

N : Jumlah populasi seluruhnya

Dengan perhitungan sebagai berikut:

1. Keperawatan , n = = = 73

1) Kelas a, n = = = 25

2) Kelas b, n = = = 24

3) Kelas c, n = = = 24

2. Kebidanan , n= = = 29

3. Farmasi, n = = = 33
44

Jadi, berdasarkan perhitungan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

sebanyak 135 orang mahasiswa.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner.

Kuisioner merupakan jenis pengukuran yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab

pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2015). Kuisioner pengeumpulan data

pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Tingkat Kecemasan

Kuisioner untuk mengukur tingkat kecemasan menggunakan kuisinor

Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS atau SRAS) adalah penilian

kecemasan pada pasien dewasa yang dirancnag oleh William WK

Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam DSM-II

(Diagnose and statistical Manual of Mental Disorder). Terdapat 20

pertanyaan dimana setiap pertanyaan dinilai 1 sampai 4. Jika 1: tidak

pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir setiap waktu.

Terdapat lima pertanyaan kearah penurunan kecemasan [Zung Self-

Ranting Anxiety Scale (ZSAS/SRAS) dalam Ian Mcdowell (2006)].

Rentang penilaian 20-80 dengan pengelompokan sebagai berikut : skor


45

20-44 normal atau tidak cemas, skor 45-59 kecemasan ringan, skor 60-

74 kecemasan sedang, skor 75-80 kecemasan berat (Nursalam, 2013).

Kuisioner Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS) yang diadopsi dari

penelitian yang dilakukan oleh Syarifah, S. peneliti tidak melakukan

uji validasi karena kuisioner yang diadopsi merupakan kuisioner baku

sebagai alat ukur valid dan reliabel (Nursalam, 2013). Instrument

ZSAS disusun berdasarkan tujuan literature dan dikembangkan

berdasarkan gejala kecemasan (ansietas) dalam Diagnostic And

Statistical Manual Of Mental Disorders dan sudah di uji validitas

dengan menggunakan kolerasi product moment dari Pearson dan

memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t table (Lau et al., 2019).

b. Mekanisme Koping Kecemasan

Kuisioner untuk mengetahui cara mengatasi kecemasan menggunakan

kuisioner yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori menurut

(Dalami et al., 2009)dan Stuart (2013) pada mekanisme koping

ansietas. Bagian instrument ini terdiri dari beberapa pertanyaan

mengenai cara mengatasi kecemasan yang dikelompokan menjadi dua

kategori yaitu maladatif dan adatif. Kategori adatif terdiri dari:

berolahraga, tertawa, berbicara dengan orang lain, teknik relaksasi

nafas dalam, membaca buku atau novel, membuat keputusan dari pada

hanya memikirkannya terus-menerus, beribadah, menyelesaikan tugas

dengan fokus dan yakin akan selesai, membatasi mencari tahu atau
46

membaca informasi yang membuat cemas,, dan melakukan hobby.

Kategori maladatif terdiri dari: tidur atau bersantai, merokok,

menangis, melamun, menghindar, tidak makan, makan berlebihan,

minum alkohol, mengurangi interaksi dengan orang lain, dan

membatasi mengungkapkan perasaan. Terdapat 20 pertanyaan dimana

setiap pertanyaan diniali 1 sampai 4. 1 : jika tidak pernah, 2 : kadang-

kadang, 3 : sering, 4 : selalu. Skor penilaian terdiri dari adaitf jika

jumlah koping adatif yang dipilih lebih banyak dari pada koping

maladatif dan maladatif jika jumlah koping yang dipilih lebih banyak

dari pada koping adatif. Instrument ini dibuat berdasarkan teori dan

dikembangkan oleh peneliti, selanjutnya direncanakan akan dilakukan

uji validitas dan reabilitas.

5. Metode Pengumpulan Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya (Siyoto & Sodik, 2015). Data

primer dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan dan cara

mengatasi kecemasan yang diperoleh dari hasil pengisian kuisioner

oleh responden melalui google from. setelah data lengkap peneliti akan

melakukan analisa data.

b. Data sekunder
47

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti

dari sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua)(Siyoto &

Sodik, 2015). Data sekunder dari penelitian ini adalah data jumlah

mahasiswa tingkat 1 STIKes Dharma Husada Bandung yang

mengikuti pembelajaran secara daring maupun tatap muka selama

masa pandemic Covid-19.

6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

a. Pengolahan Data

1) Editing

Editing adalah kegiatan untuk melakukan pengecekan dan

perbaikan dari isian formulir atau kuisioner. Jika terdapat jawaban-

jawaban yang belum lengkap, dan memungkinkan perlu dilakukan

pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban-jawaban

tersebut. Tetapi jika tida memungkinkan, maka pertanyaan yang

jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukan

dalam pengolahan “data missing” (Notoatmodjo, 2012).

2) Coding

Setelah semua kuisioner diedit, selanjutnya dilakukan peng

“kodean” atau “coding”, yaitu merubah data dalam bentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini peneliti membuat kode dalam setiap

pertanyaan seperti:
48

a) Umur

- 18 tahun =1

- 19 tahun =2

- 20 tahun =3

b) Jenis kelamin

- Perempuan =1

- Laki-laki =2

c) Tingkat kecemasan

- Tidak cemas (22-44) =1

- Kecemasan ringan (45-56) =2

- Kecemasan sedang (90-74) =3

- Kecemasan berat (75-80) =4

d) Mekanisme koping kecemasan

- Adatif (nilai modus) =1

- Maladatif (nilai modus) = 2

3) Data Entry atau Processing

Data merupakan jawaban-jawaban dari masing-masing responden

dalam bentuk ”kode” terdiri dari angka atau huruf dimasukan ke

dalam program atau “spftware” komputer (Notoatmodjo, 2012).

Software yang digunakan pada penelitian ini yaitu SPSS 22

(Statistic Package for Social Science).

4) Cleaning (Pembersihan Data)


49

Jika semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan sebagainya. Langkah selanjutnya dilakukan

pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data

(Notoatmodjo, 2012).

Cara menghilangkan data antara lain:

a) Mengetahui missing data (data yang hilang)

Untuk mengetahui data yang hilang (missing) dapat dilakukan

dengan membuat distribusi frekuensi masing-masing variabel

(Notoatmodjo, 2012).

b) Mengetahui variasi data

Dengan melihat variasi data dapat dideteksi apakah data yang

dimasukan benar atau salah. Cara mendeteksi dengan membuat

distribusi masing-masing variabel (Notoatmodjo, 2012).

c) Mengetahui konsistensi data

Cara untuk mengetahui adanya ketidakonsistenan data dapat

dilakukan dengan menghubungkan dua variabel (Notoatmodjo,

2012).

b. Analisa data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan software SPSS

22. Teknik Analisa data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif.
50

Peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak membuat

kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.

Penelitian deskriptif ini hanya mengdeskripsikan suatu gejala yang

telah diukur melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan

fungsinya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam

bentuk angka-angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah

dipahami oleh yang membutuhkan informasi tersebut (Siyoto & Sodik,

2015).

7. Etika Penelitian

Dalam penelitian, banyak hal yang harus dipertimbangkan, tidak

hanya metode, desain, dan aspek lainnya, tetapi ada hal sangat penting dan

serius yang harus diperhatikan oleh peneliti yaitu Ethical Principles. Hal

ini memang menjadi pertimbangan dan hal mutlak yang harus dipatuhi

oleh peneliti di bidang apapun, termasuk bidang kesehatan khususnya

keperawatan dan bidang kesehatan lainnya (Swarjana, 2015).

a. Informed Consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, memounyai hal untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu (Nursalam, 2013). Peneliti

akan menjelaskan kepada penanggung jawab kelas atau ketua kelas


51

untuk selanjutnya dapat dijelaskan kepada teman-teman yang akan

menjadi responden.

b. Right to Privacy

Semua penelitian yang melibatkan manusia akan selalu mengganggu

kehidupan pribadi partisipan. Peneliti wajib menjaga kerahasiaan

informasi atau data yang diberikan oleh partisipan, termasuk menjaga

privacy partisipan. Kerahasiaan dapat dijaga dengan tanpa

menyebutkan nama (anonymity) dan kerahasiaan (confidentiality)

(Swarjana, 2015). Untuk menjaga kerahaisaan identitas responden

peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data yang diisi oleh responden. Hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

disajikan.

c. Right to Justice

Peneitian seharusnya mampu menerapkan prinsip keadilan terutama

pada subjek maupun partisipan dalam penelitian yang dilakukan

(Swarjana, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan

Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Indomedia Pustaka.

Chrisnawati, G., & Aldino, T. (2019). Aplikasi Pengukuran Tingkat Kecemasan

Berdasarkan Skala Hars Berbasis Android. Teknik Komputer AMIK BSI, 2.

Dalami, E., Sulswati, Farida, P., Rochimah, & Banon, E. (2009). Asuhan

Keperawatan Jiwa dengan masalah Psikososial (A. Wijaya (ed.)). CV.Trans

Info Media.

Handayani, D., Rendra, D. H., Isbaniah, F., Burhan, E., & Agustin, H. (2020).

Penyakit Virus Corona 2019. Respirologi, 40.

Hidayah, N., & Atmoko, A. (2013). Landasan Sosial Budaya dan Psikologis

Pendidikan : Terapannya di Kelas. Gunung Samudera.

Jahja, Y. (2011a). Psikologi Perkembangan. Prenadamedia Group.

Kusumadewi, S., & Wahyuningsih, H. (2020). Model Sistem Pendukung Keputusan

Kelompok untuk Penilaian Gangguan Depresii, Kecemasan dan Stress

Berdasarkan DASS-42. Jurnal Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer, 7(2),

219. https://doi.org/10.25126/jtiik.2020721052

Lau, D. K., Agustina, V., & Setiawan, H. (2019). Gambaran tingkat ansietas dan

mekanisme koping pada mahasiswa keperawatan dalam menghadapi ujian

52
53

praktek laboratorium. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(2), 215.

https://doi.org/10.26714/jkj.7.2.2019.217-228

Muyasaroh, H. (2020). Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap dalam

menghadapi Pandemi Covid 19. LP2M UNUGHA Cilacap, 3.

http://repository.unugha.ac.id/id/eprint/858

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan (Cetakan ke). PT

RIENKA CIPTA.

Nursalam. (2013). Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan (A. Susila (ed.); 3rd ed.).

Nursalam. (2015). ILMU KEPERAWATAN Pendekatan PraktisNursalam. (2015).

ILMU KEPERAWATAN Pendekatan Praktis.

Puspita, I. M., Rozifa, A. W., & Nadhiroh, A. M. (2021). Gambaran Kecemasan Dan

Kepatuhan Remaja Putri Terhadap Kebiasaan Baru Di Masa Pandemi Covid-19.

JOMIS (Journal of Midwifery Science), 5(1), 52–61.

https://doi.org/10.36341/jomis.v5i1.1492

Riyanto, S., & Hatmawan, A. A. (2020). Metode Riset Penelitian Kuantitatif

Penelitian di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan dan Eksperimen. CV

BUDI UTAMA.

Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kuantitatif Quantititatif Research

Approach. CV BUDI UTAMA.


54

Sari, I. (2020). Analisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kecemasan

Masyarakat : Literature Review. Bnina Generasi : Jurnal Kesehatan, 1.

Sebayang, W., Gultom, D. Y., & Sidabutar, E. R. (2018). Perilaku Seksual Remaja.

CV BUDI UTAMA.

Sekar, S., Ananda, D., & Apsari, N. C. (2020). MENGATASI STRESS PADA

REMAJA SAAT PANDEMI COVID-19.

Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metedologi Penelitian (Ayup (ed.)). Literasi

Media Publishing.

Sucipto, C. D. (2020). Metedologi Penelitian Kesehatan. Gosyen Publishing.

Sumoked, A. (2019). Hubungan Mekanisme Koping Dengan Kecemasan Pada

Mahasiswa Semester Iii Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Yang Akan Mengikuti Praktek Klinik Keperawatan. Jurnal Keperawatan, 7(1).

Suryaatmaja, D. J. C., & Wulandari, I. S. M. (2020). Hubungan Tingkat Kecemasan

Terhadap Sikap Remaja Akibat Pandemik Covid-19. Malahayati Nursing

Journal, 2.

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto, R.,

Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Khie, L., Widhani, A., Wijaya, E.,

Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan, O. M., Yunihastuti, E.,

Penanganan, T., New, I., … Cipto, R. (2020). Coronavirus Disease 2019 :


55

Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus Disease 2019 : Review of Current

Literatures. 7(1), 45–67.

Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi (M. Bendatu

(ed.)). CV ANDI OFFSET.

Syafrizal, Putra, D. I., Sofyan, S., & Bimo. (2020). Pedoman Umum Menghadapi

Pandemi Covid-19 Bagi Pemerintah Daerah Pencegahan, Pengendalian,

Diagnosis dan Manajemen. Tim Kerja Kementrian dalam Negri.

Umar, H. (2002). Metode Riset Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama.

Wuryaningsih, E. W., Windarwati, H. D., Dewi, E. I., Deviantony, F., & Kurniyawan,

E. H. (2018). Buku Ajar Keperawatan Kesehatab Jiwa 1. UPT Percetakan &

Penerbitan Universitas Jember.

Yusuf, A., P.K, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan

Jiwa. Salemba Medika.


LAMPIRAN
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi


responden penelitian yang dilakukan mahasiswi STIKes Dharma Husada Bandung
Program Studi Sarjana Keperawatan yang bernama Yulia Mulyani dengan Judul:
“Gambaran Tingkat Kecemasan dan Cara Mengatasi Kecemasan Tingkat 1
Pada Masa Pandemi Covid-19 di STIKes Dharma Husada Bandung”
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif oleh karena
itu saya bersedia menjadi responden penelitian ini.

Bandung, Agustus 2022

Responden

(…………………….)
Lampiran 2
KUISIONER

1. Tingkat Kecemasan

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang paling menggambarkan

seberapa sering anda merasa atau berprilaku seperti beberapa pertanyaan di

bawah ini :

1 : Tidak pernah

2 : Kadang-kadang

3 : Sebagian waktu

4 : Hampir setiap waktu

No. Pertanyaan Tidak Kadang- Sebagian Hampir


pernah kadang waktu setiap
waktu
1. Saya merasa lebih gugup dan

cemas dari biasanya

2. Saya merasa takut tanpa alasan

sama sekali

3. Saya mudah marah atau merasa


panik

4. Saya merasa seperti jatuh

terpisah dan akan hancur

berkeping-keping

5. Saya merasa bahwa semuanya

baik-baik saja dan tidak ada hal

buruk akan terjadi

6. Lengan dan kaki saya gemetar

7. Saya terganggu oleh nyeri

kepala leher dan nyeri punggung

8. Saya merasa lemah dan mudah

lelah

9. Saya merasa tenang dan dapat

duduk diam dengan mudah

10. Saya merasakan jantung saya

berdebar-debar

11. Saya merasa pusing tujuh

keliling

12. Saya telah pingsan atau merasa

seperti itu

13. Saya dapat bernafas dengan


mudah

14. Saya merasa jari-jari tangan dan

kaki mati rasa dan kesemutan

15. Saya terganggu oleh nyeri

lambung atau gangguan

pencernaan

16. Saya sering buang air kecil

17. Tangan saya biasanya kering

dan hangat

18. Wajah saya terasa panas dan

merah merona

19. Saya mudah tertidur dan dapat

istirahat malam dengan baik

20. Saya mimpi buruk

Sumber : (Nursalam, 2013).

2. Mekanisme Koping Ansietas

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Kelas :
Berilah tanda (√) pada kolom pertanyaan yang anda anggap paling sesuai

dengan keadaan anda ketika mengatasi kecemasan

Keterangan:

1 : Tidak Pernah

2 : Kadang-Kadang

3 : Sering

4 : Selalu

No Cara Mengatasi Tidak Kadang- Sering Selalu

Kecemasan Pernah Kadang

1. Saya lebih memilih tidur atau

bersantai untuk mengatasi

kecemasan

2. Saya berolahraga untuk

mengatasi kecemasan

3. Saya mengalihkan kecemasan

dengan melihat hal-hal lucu

agar dapat tertawa lepas

4. Saya biasa merokok untuk

mengatasi kecemasan yang

saya alami

5. Ketika saya merasa cemas,


saya lebih memilih menangis

untuk mengatasi kecemasan

6. Saya memilih berdiam diri

atau melamun untuk mengatsi

kecemasan yang dirasakan

7. Ketika merasa cemas saya

mengatasinya dengan cara

menghindari sumber

kecemasan

8. Ketika saya merasa cemas

cara saya mengatsi

kecemasan dengan tidak

makan

9. Saya memilih makan

berlebihan untuk mengatasi

kecemasan

10. Saya memilih untuk minum

alkohol untuk mengatasi

kecemasan

11. Saya memilih mengurangi

berinteraksi dengan orang lain


(menyendiri) untuk mengatasi

kecemasan

12. Saya memilih untuk

mengkritik diri sendiri dari

pada menungkapkan perasaan

kepada orang lain

13. Ketika saya merasa cemas,

saya berdiskusi dengan orang

lain (teman, keluarga) untuk

mengatasi kecemasan

14. Saya melakukan relaksasi

nafas dalam untuk mengatasi

kecemasan

15. Saya membaca buku atau

novel untuk mengatasi

kecemasan

16. Saya memilih untuk membuat

keputusan dari pada terus

menerus memikirkannya

17. Saya memilih untuk

beribadah untuk mengatasi


kecemasan

18. Saya memilih untuk

menyelesaikan tugas dengan

fokus dan yakin akan selesai

19. Saya memilih untuk

membatasi mencari atau

membaca informasi yang

membuat saya cemas

20. Saya melakukan hobby untuk

mengatasi kecemasan

Sumber : Dalami et al (2009), Stuart (2013) dan di kembangkan oleh peneliti

Anda mungkin juga menyukai