SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan
8. Para Dosen dan Staf Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas MH. Thamrin yang telah banyak membantu penulis selama
perkuliahan berjalan.
9. Kedua orang tua yang telah mendukung dan memberi kasih sayang yang luar
biasa serta do’a yang tidak pernah henti sehingga penulis bisa sampai ke titik
sekarang ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis tanpa mengurangi rasa hormat.
Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa
Proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar menjadi masukan
berharga bagi penulisan selanjutnya. Semoga penelitian ini nantinya dapat
membawa manfaat bagi masyarakat, ilmu pengetahuan, profesi, dan institusi
tempat penelitian.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
4.2.1 Populasi................................................................................. 41
4.2.2 Sample.................................................................................. 42
4.3 Lokasi Penelitian........................................................................ 43
4.4 Waktu Pene litian....................................................................... 44
4.5 Etika Penelitian.......................................................................... 44
4.6 Alat Pengumpulan Data............................................................. 45
4.7 Prosedur Pengumpulan Data...................................................... 48
4.8 Pengolahan Data......................................................................... 49
4.9 Analisis Data ............................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... vi
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
Data World Health Organization pada tanggal 20 Juli 2021, menjelaskan kasus
terkonfirmasi positif Covid-19 di seluruh dunia sudah mencapai 185.152.800 kasus,
169.975.755 kasus telah dinyatakan sembuh dan 5.246.362 orang meninggal akibat
Covid-19. Angka kejadian dengan kasus tertinggi yaitu di Amerika Serikat, sebanyak
33.581.464 kasus terkonfirmasi (WHO, 2020). Penyebaran Covid-19 di Indonesia
sendiri ditemukan pertama kali pada tanggal 2 Maret 2020 di Kota Depok, hal ini
disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Nuraini, 2020). Pada tanggal 6
Juli 2021 virus Covid-19 telah menginfeksi sebanyak 2.345.018 orang di Indonesia
dengan jumlah kematian 61.868 jiwa dan jumlah pasien yang sembuh 1.958.553
orang. Angka kejadian tertinggi yaitu di Provinsi DKI Jakarta, sebanyak 600.937
kasus terkonfirmasi, dengan jumlah kematian 8.861 dan jumlah pasien sembuh
497.492 (Kemenkes RI, 2021).
Sampai dengan saat ini pemerintah berupaya melindungi masyarakat Indonesia dari
ancaman dan kekebalan komunitas atau herd immunity melalui program Vaksin
Gotong Royong ( VGR ) terlampir dalam peraturan mentri kesehatan (Permenkes)
Nomor 10 tahun 2021. Pemerintah akan terus memastikan bahwa program vaksinasi
akan berjalan dengan baik, dan juga terus mengikuti hasil uji klinis vaksin COVID-19
di berbagai belahan dunia dengan beragam jenis vaksin, hal itu demi tercapainya
kekebalan komunitas atau Herd Immunity di Indonesia (Media Briefing BNPB, pada
14 Januari 2021)
1
2
semacam kecemasan. Pada akhir tahun 2020, sejumlah kandidat vaksin Covid- 19
dengan tingkatan keamanan serta keefektifan yang besar mulai bermunculan.
Sebagian negeri juga sudah menghasilkan izin pemakaian darurat( EUA) konsumsi
vaksin. Secara umum, vaksin bekerja dengan merangsang pembentukan kekebalan
tubuh secara spesifik terhadap bakteri/virus penyebab penyakit tertentu. Tetapi di sisi
lain, masih terdapat kelompok antivaksin ataupun warga yang ragu buat disuntik
vaksin. Bukan cuma dikala ini saja fenomena semacam ini timbul.
Dari bermacam literatur hasil riset yang sudah diterbitkan oleh beberapa harian
internasional terakreditasi disebutkan kalau keraguan (hesitancy) serta penolakan
(refusal) terhadap vaksin telah jadi fenomena yang ditemui jauh saat sebelum
pandemi Covid- 19 terjalin. Dalam penelitian Fajar fathur Rachaman dan Setia
Pramana (2020) didapatkan hasil bahwa sebanyak 23,6 % masyarakat berpresepsi
positif, sebanyak 29,6% berpresepsi negatif, dan sebanyak 46,8% netral tentang
vaksin COVID-19. Masyarkat yang berpresepsi positif beranggapan bahwa vaksin
COVID-19 dapat memutus rantai penyebaran COVID-19 dan terjangkau bagi
masyarakat. Sedangkat masyarakat yang bepresepsi negatif beranggapan bahwa
khawatir dan takut akan efek dari vaksin COVID-19 setra kehalalan vaksin tersebut.
CNBC Indonesia - Badan POM telah merilis izin penggunaan darurat (Emergency
Use Authorization/EUA) pada lima jenis vaksin untuk booster. Namun seperti vaksin
yang digunakan sebelumnya, vaksin untuk dosis ketiga itu juga punya efek samping
BPOM menyebutkan efek samping vaksin astrazeneca sebesar 62,1 persen ringan
sampai sedang, Juru bicara vaksinasi COVID-19 mengatakan biasanya menimbulkan
demam,menggigil, pusing, mual dan muntah, kurang lebih sama dengan sinovac.
Kejadian efek samping pada (adverse event/AE) pada pemberian vaksin AZD1222
lebih banyak dibandingan pada kelompok kontrol (MenACYW/Salinadr) dan
umumnya karena efek samping pada AE ringan dan sedang.
Dampak yang akan timbul jika tidak siap dapat menimbulkan kecemasan yang bisa
mengakibatkan individu mengalami tekanan jantung menjadi cepat dan kekhawatiran.
Sedangkan menurut Vadebeck (2010), gangguan kecemasan adalah sekelompok
kondisi yang memberikan gambaran cemas berlebihan dan bisanya disertai dengan
respon perilaku, emosional dan fisiologis individu.
2020) dan ratusan lembaga global terlibat dalam kecepatan pengembangan vaksin
(Habersaat,2020).Keragu-raguan vaksin sedang meningkat, bervariasi di berbagai
negara, dan dikaitkan dengan pandangan dunia konspirasi (Gallup, 2019; Hornsey,
Harris, & Fielding, 2018). Keragu-raguan vaksin dapat berdampak tidak baik bagi
individu (risiko lebih besar terkena penyakit) dan berpotensi penularan yang lebih
luas bagi komunitas. Seiring berjalannya waktu ditemukan banyak sekali informasi
tentang Covid 19. Informasi yang beredar tercampur mulai dari informasi yang
bersifat hoax dengan informasi yang resmi dan akurat. Keadaan ini memicu
kecemasan dari berbagai kalangan bahkan menjadi reaktif dan negatif dengan
banyaknya melakukan hal yang merugikan seperti menimbun alat kesehatan. Situasi
ini semakin memicu munculnya persoalan kesehatan jiwa (Zulva, 2020). Munculnya
kabar yang memaparkan Covid 19 sebagai penyebab kematian yang tinggi
akhirnya membuat masyarakat mengalami kecemasan yang meningkat. Kecemasan
akan kematian bila dirasakan secara berlebihan memicu munculnya kondisi
emosional antara lain neurotisma, depresi, dan gangguan psikosomatis.Mekanisme
Koping,Pekerjaan. Menurut Hawari (2011) tanda dan gejala kecemasan yang
ditunjukan atau dikemukakan oleh seseorang bervariasi, tergantung diri beratnya atau
tingkatan yang dirasakan oleh individu tersebut. Tingkat kecemasan masyarakat yang
terjadi apabila tidak ditangani dengan segera maka bisa mengakibatkan ketidak
efektifan / keterlambatanya suplai vaksin dan makin menambah pola pikir
masyarakat akan info akurat perihal Vaksinasi. Menurut Slameto (2015), faktor-
faktor yang mempengaruhi kesiapan mencakup tiga aspek, yaitu: Kondisi fisik,
mental dan emosional, Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan, Keterampilan,
pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari.
Focus penelitian ini dilakukan pada masyarakat Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi
yang mengalami kecemasan terhadap kesiapan menjalani vaksinasi didaerah Kota
Bekasi. Dalam program pemerintah yang mewajibkan masyarakatkan untuk divaksin.
Beberapa masyarakat bahkan mnegalami Vaccine hesitancy atau ketidak percayaan
dengan vaksin Covid – 19. Salah satu wilayah indonesia yang sudah berjalan
mengikuti penerimaan vaksin COVID-19 adalah wilayah Bekasi Jawa barat.
Sebagian besar vaksinasi diprioritaskan kepada tenaga kesehatan. Lalu akan
dilanjutkan kepada petugas pelayanan, anggota kepolisian, guru, tokoh agama dan
masyarakat. Untuk masyarakat akan diprioritaskan kepada lansia yang berumur 60
tahun keatas
6
Tanggal 6 November 2020 telah dilakukan study pendahuluan pada 219 penduduk
orang yang akan dilakukan vaksinasi covid 19, Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian masyarakat RW.01 Desa Bangkok Kecamatan Glagah yang memenuhi
kriteria penelitian sebanyak 142 responden. Dalam penelitian ini teknik sampling
yang digunakan adalah probability sampling dengan jenis simple random sampling.
Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat
tentang vaksin covid-19. Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini
adalah kecemasan saat akan menjalani vaksinasi Covid-19. Instrument
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.
Untuk mengetahui hubungan persepsi masyarakat tentang vaksin covid-19 dengan
kecemasan saat akan menjalani vaksinasi covid-19 di Desa Bangkok Kecamatan
Glagah, maka akan dilakukan uji Koefisien Kontingensi dengan bantuan SPSS
dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. didapatkan data yaitu sebagian besar orang
mengalami kecemasan sebanyak dan sebanyak 54 responden (84,4%) dan sebagian
kecil responden mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 10 responden (15,6%),
sedangkan untuk responden yang memiliki persepsi negatif tentang vaksin
covid-19 sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang yaitu sebanyak 60
responden (76,9%) dan sebagian kecil responden mengalami kecemasan berat yaitu
sebanyak 18 responden (12,7%) persen karena merasa tidak siap.Kecemasan
7
disebabkan oleh kurangnya informasi yang jelas dan banyaknya berita simpang siur
terhadap informasi masyarakat terhadap vaksin.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Kesiapan Menjalani Vaksinasi
Covid-19 Pada Masyarakat Di Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi Tahun 2022”
Salah satu faktor yang menyebabkan ketidaksiapan pada masyarakat yang akan
menjalani vaksinasi Covid 19 yaitu kecemasan menjalani Vaksinasi di Sebagian besar
wilayah Indonesia sudah berjalan mendapatkan vaksinasi COVID-19 yang
diprioritaskan kepada tenaga kesehatan, lalu dilanjutkan kepada petugas pelayanan,
8
anggota kepolisian, guru, tokoh agama dan masyarakat luas. Berdasarkan hasil
rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan pertanyaan penelitian yaitu adalah
“Bagaimanakah Hubungan tingkat Kecemasan terhadap Kesiapan Menjalani
Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat?”
TINJAUAN TEORI
Penyakit virus corona adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus corona
yang dinamai SARS-CoV-2. Seluruh dunia sedang dilanda bencana kesehatan yang
melumpuhkan dunia kesehatan dan ekonomi diakibatkan oleh penyakit ini, yang
disebut dengan penyakit COVID-19 (corona virus disease 2019) oleh WHO (World
Health Organisation).
Corona dalam bahasa Inggris “crown” artinya mahkota. Sebutan ini diambil dari
struktur dinding virus yang memiliki duri atau “spike” yang mengelilingi sel,
sehingga berbentuk mirip mahkota. Virus SARS-CoV-2 adalah jenis termuda dari 7
virus corona yang bisa menginfeksi manusia. Sebelumnya pada tahun 2020, virus
corona bernama SARS-CoV (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang
menyebabkan pandemi COVID-19. Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19)
adalah virus dengan nama spesies severe acute respiratory syndrome virus corona 2
yang disebut SARS-CoV-2. Virus corona, baik SARS, MERS atau SARS CoV-2
pada dasarnya adalah virus zoonotik, artinya dalam kondisi normal terdapat pada
hewan. Dengan kemampuannya bermutasi (merubah komposisi DNA dan sifat),
akhirnya dapat menginfeksi sel manusia. Khusus untuk SARS-CoV-2, berdasarkan
hasil analisis genetika, para ahli menyatakan bahwa virus ini berasal dari mutasi virus
yang ditemukan di kelelawar di Cina bagian selatan, tepatnya di kota Wuhan.
Wabah infeksi corona yang saat ini terjadi bermula disana. Awalnya pada akhir
Desember 2019 ada sejumlah orang yang mengalami infeksi paru-paru (pneumonia),
yang dilaporkan sebagai pneumonia atipikal. Atipikal artinya tidak serupa dengan
yang pernah ada sebelumnya, karena perburukan kondisi pasien sangatlah progresif
10
11
hingga menyebabkan kematian. Yang terjadi berikutnya adalah seperti yang tercatat
dalam sejarah hingga saat ini, yaitu penyebaran yang sangat cepat dari COVID-19 ke
lebih dari 120 negara, menjangkit lebih 3,3 juta orang, dengan kematian lebih dari
240.000 orang (8%) hingga tulisan ini dibuat.
Virus corona menyebar melalui droplet atau cairan dari mulut dan hidung saat
berbicara, batuk atau bersin; dan masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, atau
mulut. SARS-CoV-2 bisa hidup pada permukaan benda mati hingga berjam- jam (8-
16 jam, tergantung jenis material). Oleh sebab itu, penyebaran infeksi bisa pula
terjadi saat menyentuh meja, gagang pintu, piring, yang sudah dilekati virus.
Perjalanan virus ini dapat masuk ke tubuh manusia yaitu protein pada mahkota
dinding sel SARS-CoV-2 (spike protein) bisa berikatan dengan reseptor dinding sel
manusia. Ikatan protein dan reseptor ini akan membuka jalan masuk buat virus untuk
menginvasi. Di dalam sel manusia, virus corona akan bereplikasi dan memperbanyak
diri. Setelah jumlahnya bertambah, virus ini akan keluar dari sel, dan menyebar ke
seluruh tubuh melalui aliran darah.
Respon tubuh manusia setelah virus masuk yait secara alamiah, tubuh akan
melakukan perlawanan dengan mengakifkan sistem kekebalan tubuh, yang pertama
disebut respon non-spesifik, dengan sel makrofag, netrofil, dan sel dentritik yang
memperlambat pertumbuhan virus; pada beberapa pasien, mencegah timbulnya gejala
penyakit. Kedua, respon adaptif tubuh dengan cara membentuk antibodi yang secara
spesifik bisa berikatan dan membunuh virus. Antibodi adalah protein yang disebut
imunoglobulin. Jenis respon kekebalan tubuh yang ketiga adalah imunitas selular
dengan membentuk sel-T. Sel-T bisa mengenali sel yang sudah terinfeksi virus,
menghancurkannya bersamaan dengan seluruh virus di dalamnya. Gabungan ketiga
respon kekebalan ini mencegah progresivitas penyakit, sehingga gejala yang timbul
tidak menjadi berat, dan mencegah infeksi ulangan oleh virus yang sama.
12
a. Demam
b. Batuk kering
c. Kelelahan
Gejala yang sedikit tidak umum:
a. Rasa tidak nyaman dan nyeri
b. Nyeri tenggorokan
c. Diare
d. Konjungtivitis (mata merah)
e. Sakit kepala
f. Hilangnya indera perasa atau penciuman
g. Ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki
Gejala serius:
a. Kesulitan bernapas atau sesak napas
b. Nyeri dada atau rasa tertekan pada dada
c. Hilangnya kemampuan berbicara atau bergerak
Orang dengan gejala ringan yang dinyatakan sehat harus melakukan perawatan mandiri di
rumah. Rata-rata gejala akan muncul 5–6 hari setelah seseorang pertama kali
terinfeksi virus ini, tetapi bisa juga 14 hari setelah terinfeksi.
dahak atau darah oleh petugas laboraturium untuk diperiksa. Sebenarnya ada
beberapa macam pemeriksaan tambahan untuk deteksi penyakit, antara lain:
a. Kultur
Kultur atau pengembangbiakan virus pada pemeriksaan deteksi virus corona
dilakukan dengan menanam virus corona.
b. Miskroskop elektron
Mikroskop electron dapat digunakan untuk melihat bentuk dan struktur virus.
c. RT-PCR
Bahan dari apusan rongga hidung dari depan sampai kebelakang (nasofaring), dahak
atau darah kemudian diperiksa menggunakan RT-PCR untuk mendeteksi materi
genetic dari virus. Jika pemeriksaan ini positif, maka menandakan adanya infeksi
dari virus corona. Sampai saat ini RT-PCR masih menjadi pemeriksaan yang paling
baik untuk mendeteksi virus corona.
d. Test berdasarkan adanya antigen virus
Pada dasarnya setiap virus dalam struktur tubuhnya memiliki antigen, jika terdeteksi
artinya terdapat virus.
e. Pemeriksaan laboraturium berdasarkan patologi anatomi
Bahan yang diambil biasanya paru-paru atau organ tubuh lain setelah pasien
meninggal.
f. Tes serologi berdasarkan immunoglobulin (IgM dan IgG)
Bahan dari darah diambil untuk melihat antibody terhadap virus. IgM menandakan adanya
infeksi yang baru terjadi sedangkan IgG menandakan pernah terpapar virus telah
berlangsung lama (lebih dari 28 hari).
14
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung virus SARS- CoV-2
yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut dan mata, untuk itu pencegahan
penularan COVID-19 pada individu dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti:
a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir
selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol
(handsanitizer) minimal 20 – 30 detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
dengan tangan yang tidak bersih.
b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan mulut
jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui
status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID-19).
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplet
dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak memungkin melakukan jaga jarak
maka dapat dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya.
d. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak diketahui
status kesehatannya.
e. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian sebelum
kontak dengan anggota keluarga di rumah.
f. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat
(PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari,
istirahat yang cukup termasuk pemanfaatan kesehatan tradisional. Pemanfaatan
kesehatan tradisional, salah satunya dilakukan dengan melaksanakan asuhan
mandiri kesehatan tradisional melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA)
dan akupresur.
g. Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol
h. Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial
Kondisi kesehatan jiwa dan kondisi optimal dari psikososial dapat tingkatkan
melalui:
15
1) Emosi positif: gembira, senang dengan cara melakukan kegiatan dan hobi
yang disukai, baik sendiri maupun bersama keluarga atau teman dengan
mempertimbangkan aturan pembatasan sosial berskala besar di daerah
masing-masing;
2) Pikiran positif: menjauhkan dari informasi hoax, mengenang semua
pengalaman yang menyenangkan, bicara pada diri sendiri tentang hal yang
positif (positive self-talk), responsif (mencari solusi) terhadap kejadian, dan
selalu yakin bahwa pandemi akan segera teratasi;
3) Hubungan sosial yang positif: memberi pujian, memberi harapan antar
sesama, saling mengingatkan cara-cara positif, meningkatkan ikatan emosi
dalam keluarga dan kelompok, menghindari diskusi yang negatif, tetap
melakukan komunikasi secara daring dengan keluarga dan kerabat.
i. Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut segera berkonsultasi
dengan dokter/tenaga kesehatan.
j. Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan protokol kesehatan
dalam setiap aktivitas.
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menhadapi ancaman (PPNI, 2016). Ansietas merupakan
perasaan tidak tenang yang samar–samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut
yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu) (Yusuf, Fitryasari, & Tristiana, 2019).
Stuart (2012) mendefinisikan ansietas sebagai perasaan tidak tenang yang samar–
samar karena ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan. Perasaan takut dan tidak menentu
dapat mendatangkan sinyal peringatan tentang bahaya yang akan datang dan
membuat individu untuk siap mengambil tindakan menghadapi ancaman. Adanya
tuntutan, persaingan, serta bencana yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa
dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologi. Salah satu dampak kesehatan
psikologi yaitu ansietas atau kecemasan (Sutejo, 2019). Stuart & Suddent (2014)
menyatakan bahwa ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui timbulnya
gejala atau mekanisme koping yang dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas
yaitu :
1) Faktor Predisposisi:
2) Faktor Presipitasi
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus
dapat dikelompokkan dalam dua kategori:
Objektif :
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
B. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdata
Objektif:
1) Frekuensi napas meningkat
2) Frekuensi nasi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaphoresis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
Menurut Hawari (2011) tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukan atau
dikemukakan oleh seseorang bervariasi, tergantung diri beratnya atau tingkatan yang
dirasakan oleh individu tersebut. Keluhan sering dikemukakan oleh seseorang saat
21
mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2011), antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Gejala psikologis : pernyataan cemas/ khwatir, firasat buruk, takut dan pikirannya
sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
b. Gangguan pola tidur, mimpi – mimpi yang menegangkan
c. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
d. Gejala somatic : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dingin dan
lembab, dan lain sebagainya. Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung
melalui timbulnya gejala dan mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan
timbulnya kecemasan (Kaplan & Sadock, 1998)
Menurut Stuart (2007) pada orang yang cemas akan muncul beberapa respon yang
meliputi :
a. Respon fisiologis
1) Kardiovaskuler : palpitasi tekanan darah meningkat, tekanan darah menurun,
denyut nadi menurun.
2) Pernafasan : nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-engah
3) Gastrointestinal : nafsu makan menurun, tidak nyaman pada perut, mual, dan
diare.
4) Neuro muskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing.
5) Traktus urinarius : sering berkemih.
6) Kulit : keringat dingin, gatal, wajah kemerahan.
b. Respon perilaku
Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik, reaksi
terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang koordinasi, menarik diri
dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah
c. Respon kognitif
22
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, hambatan berfikir, kesadaran diri meningkat, tidak
mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya
lapangan presepsi dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut
pada gambaran visual dan takut cedera atau kematian.
d. Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar,
gelisah, tenang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan malu
a. Cemas ringan
Berbubungan dngan ketegangan dalam kehidupan sehari – hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan persepsinya
b. Cemas sedang
Memungkinkan seseorang memusatkan pada masalah yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit individu, dengan
demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat
berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Cemas berat
Sangat mengurangi persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat
cenderung untuk memuatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta
tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukan untuk
mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area lain.
d. Panik
23
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan terror. Hal yang rinci
terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kendali, individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan arahan.
Panik mencangkuo organisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan
aktiftas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.
adaptif maladaptif
a. Antisipasi
Antisipasi adalah respon seseorang yang siap siaga untuk beradaptasi dengan
b. Ringan
c. Sedang
Respon sedang adalah respon seseorang yang berfokus pada hal yang penting
d. Berat
Respon berat adalah respon seseorang yang berfokus pada suatu yang spesifik
a. Usia
b. Jenis Kelamin
cenderung melihat hidup atau peristiwa yang dialaminya dari segi detil
c. Tahap Perkembangan
25
lain. Individu dengan konsep diri yang negative lebih rentan terhadap
kecemasan.
d. Tipe Kepribadian
lebih tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri pada suatu
kehidupan mereka.
e. Pendidikan
f. Status Kesehatan
menghadapi stress.
Jika stressor dipersepdikan akan berakibat baik maka tingkat kecemasan yang
Nilai-nilai budaya dan spiritual dapat mempengaruhi cara berpikir dan tingkah
laku seseorang.
berpikirseseorang tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini disebabkan oleh
lingkungan.
j. Mekanisme Koping
k. Pekerjaan
Skala ini diciptakan oleh Max Hamilton. Alat ukur ini bertujuan untuk menilai
Penggunaan alat ukur HARS ditunjukan kepada pasien yang telah didiagnosa
pasien dengan diagnosa lain. Kuesioner ini terdiri dari 13 kategori gejala
fisiologis. Skor HARS dilakukan dengan cara menilai tiap soal untuk
digunakan. Terdapat 11 titik, mulai dari tidak ada rasa cemas (nilai
Hasyyati 2018).
senang).
sosial dan emosional. Kesiapan atau readiness adalah persyaratan untuk belajar
berikutnya. Kesiapan adalah kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu (Timor,
dkk., 2020; Zagoto, 2018,; Zagoto &Dakhi, 2018).
Menurut Nurdiana, dkk (2021) faktor yang mempengaruhi kesiapan vaksin, antara
lain :
a) Tersebarnya hoax
b) Minimnya pengetahuan
c) Kesiapan tenaga medis
yang disebutkan dalam peraturan presiden nomor 14 tahun 2021 tentang perubahan
atas peraturan presiden nomor 99 tahun 2020 tentang pengadaan vaksinasi dalam
rangka pelaksanaan vakisnasi dalam rangka penanggulangan pandemic corona virus
desease 2019 (COVID-19) pasal 13 A [4], yaitu setiap orang yang telah ditetapkan
sebagai sasaran penerima vaksin COVID-19 yang tidak mengikuti vaksinasi Covid-
19 sebagaimana yang dimaksudkan dapat dikenakan sanksi adminidstratif, berupa: a.
penundaan atau penghentian pemberian jaminan sosial atau bantua sosial’ b,
penundaan atau penghentian layanan adminidstrasi pemerintah; c. denda (Ayunda,
dkk., 2021).
6. Konsultan
7. kolaborasi
34
BAB III
teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka digunakan konsep
35
36
Tingkat Kecemasan
Kesiapan Vaksin
- Ringan
COVID-19
- Sedang
Variabel Confounding:
- usia
- agama
- jenis kelamin
- pendidikan
- pekerjaan
(Notoatmodjo, 2010).
Confounding
1. Usia Satuan waktu yang Alat ukur dengan 1. Remaja : 11-19 Interval
mengukur waktu cara mengisi tahun
keberadaan suatu kuesioner 2. Dewasa : 20-60
benda atau makhluk Cara ukur dengan tahun
baik yang hiduo pengisian kuesioner 3. Lansia : <60
maupun yang mati tahun
(WHO) WHO (2013)
2. Jenis Kelamin Gender atau jenis Alat ukur dengan 1. Laki-laki Nominal
kelamin adalah sifat cara mengisi 2. Perempuan
pria dan wanita kuesioner
meliputi norme, Cara ukur dengan
peran, dan pengisian kuesioner
hubungan atara
kelompok kali-laki
dan perempuan
yang dikonstruksi
38
dengan social
(WHO)
(KBBI)
Dependen
Independen
2 : kadang-kadang,
3 : cukup
mengalami/sering,
4 : hampir
sering/selalu
3.3 Hipotesis
Bekasi
41
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan usaha merencanakan kemungkinan-
kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan secara pasti apa yang
dikerjakan dalam hubungan dengan unsur masing-masing. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif, merupakan kegiatan pengumpulan,
pengelolaan, analisis, serta penyajian data berdasarkan jumlah banyaknya
yang dilakukan yang dilakukan secara objektif untuk memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsio
umum (Nikolaus Duli, 2019).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional melalui
pendekatan deskriptf korelatif, yaitu penelitian yang mendesain pengumpulan
datanya dilakukan pada satu titik waktu, fenomena yang diteliti yaitu selama
satu periode pengumpulan data. Penelitian ini berbasis populasi sehingga
melibatkan dua variabel agar dapat melihat pola hubungan. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan
Terhadap Kesiapan Menjalani Vaksinasi COVID-19 Pada Masyarakat di
Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi tahun 2021.
42
43
Sehingga jika berdasarkan rumus diatas tersebut maka n yang didapatkan adalah
96,04 = 96 orang ( dibulatkan ). Sehingga pada penelitian ini setidaknya penulis harus
mengambil data dari sample sekurang-kurangnya sejumlah 96 orang. Peneliti juga
menambahkan 10% dari data total sample. Sehingga total sample dalam penelitian ini
berjumlah 106 responden. Metode yang digunakan dalam teknik pengambilan sampel
adalah Non probability sampling. Menurut Sugiyono (2017) Non probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota popolasi untuk dipilih menjadi
sampel.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Dalam penelitian ini peneliti menjaga kerahasiaan data pada responden
dan menjelaskan kepada responden bahwa data tersebut hanya di gunakan
untuk penelitian dengan dijaga kerahasiaannya seperti data demografi
ataupun data yang bersifat penting.
4.6 Alat Pengumpulan Data
Peneliti melakukan penyebaran kuesioner dari tanggal … ,hasil terkumpul
sesuai tanggal yang di berikan penyebaran tersebut. Instrumen penelitian
merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian
(Notoatmodjo 2018). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2019). Semua
daftar pertanyaan yang ada pada kuesioner bersifat baku dan sudah lulus uji
kelayakan baku dan sudah lulus uji kelayakan. Lembar kuesioner terdiri
dari beberapa bagian yaitu:
1. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner atau angket yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka
konsep dan teori yang telah dibuat. Instrumen pengumpulan data terdiri
dari 2 bagian, yaitu
a. Pembagian Kuesioner, responden diminta utuk mengisi identitas
serta beberapa kuesioner. Pada penelitian ini memiliki 2 kuesioner
yaitu :
1) Kuisioner A meliputi data demografi :
Kuesioner ini terkait data demografi responden, meliputi usia,
agama , jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kesiapan
menerima vaksin COVID-19.
47
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji untuk memastikan kuesioner
penelitian yang telah digunakan untuk mengumpulkan data
variabel penlitian reliabel atau tidak (wordpress, 2017). Uji
reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
alpha cronbach, dengan cara membandingkan nilai r hasil
dengan r tabel. Ketenntuannya bila r alpha >r tabel, maka
pertanyaan tersebut reliabel atau lebih besar dari 0,7
(Riwidikdo, 2007)
Hasil uji reabilitas pada instrumen Zung Self-Rating Anxiety
Scale (SAS/SRAS) sudah dilakukan oleh Hernis Dian pada
tahun 2013 dengan judul penelitian gambaran tingkat
kecemasan keluarga merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia
paranoid di RSJ Dr. Amino Gondohutomo semarang. Dan di
49
1. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan / mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
presentase dari tiap variabel. (Notoatmodjo, 2012).
2. Analisis bivariat
Analisa dalam penelitian ini menggunakan analisis bivariate untuk
menguji hubungan antara dua variabel, yaitu hubungan antara
masing-masing variabel independen dengan variabel dependen
(Victor T dan Taruli R, 2019). Hasil analisis univariate data ini
disajikan dalam bentuk table berserta dengan persentase, frekuensi,
untuk menggambarkan distribusi data demografi, kesiapan vaksin.
Hasil analisis bivariat merupakan hasil dari perhitungan chi square
untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan terhadap kesiapa
vaksin. Tingkat kepercayaan yang diinginkan 95% (CI= 95%)
dengan menggunakan rumus perhitungan chi square (Hastono &
Sabri, 2010):
(0−E) ²
x²=∑ ❑
E
Keterangan :
x² = chi square
O = Nilai Observasi
E = Nilai yang diharapkan
52
53