Anda di halaman 1dari 60

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP KESIAPAN

MENJALANI VAKSIN COVID-19 PADA MASYARAKAT DI RT


006/005 KECAMATAN JATISAMPURNA KOTA BEKASI
TAHUN 2022

SKRIPSI

RAKA NUR’ALIF VERDIANTO


1033201006

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA
2022
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP KESIAPAN
MENJALANI VAKSIN COVID-19 PADA MASYARAKAT DI RT
006/005 KECAMATAN JATISAMPURNA KOTA BEKASI
TAHUN 2022

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

RAKA NUR’ALIF VERDIANTO


1033201006

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur penulis panjatkan


kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat
Kecemasan terhadap Kesiapan Vaksin Covid-19 pada Masyarakat di Rt 006/005
Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi Tahun 2021”, sebagai persyaratan untuk
mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi SI Keperawatan Universitas MH.
Thamrin Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari jika tanpa bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, proposal skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah S.W.T, Alhamdulillah terimakasih Ya Allah atas segala Karunia-Mu.
2. Dr. Daeng Mohammad Faqih, SH., MH selaku Rektor Universitas MH.
Thamrin.
3. Prof. Dr. dr. Kusharisupeni, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas MH. Thamrin.
4. Ilah Muhafilah, SKp., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin.
5. Ns. Suwarningsih, S.Kep., M.Kep, selaku pembimbing I sekaligus Wali Kelas
peneliti yang telah memberikan pengarahan dan ilmunya dengan penuh
kesabaran.
6. Ns. Zakiyah Mujahidah, M.Kep., Sp.Kep.J, selaku pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan ilmunya dengan penuh kesabaran.
7. Ns. Fatimah S.Kp., M.Kep., Sp.Kep Kom selaku ketua penguji yang telah
memberikan pengarahan dan ilmunya dengan penuh kesabaran.
ii

8. Para Dosen dan Staf Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas MH. Thamrin yang telah banyak membantu penulis selama
perkuliahan berjalan.

9. Kedua orang tua yang telah mendukung dan memberi kasih sayang yang luar
biasa serta do’a yang tidak pernah henti sehingga penulis bisa sampai ke titik
sekarang ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis tanpa mengurangi rasa hormat.

Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa
Proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar menjadi masukan
berharga bagi penulisan selanjutnya. Semoga penelitian ini nantinya dapat
membawa manfaat bagi masyarakat, ilmu pengetahuan, profesi, dan institusi
tempat penelitian.

Jakarta, Januari 2022

Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... iii


DAFTAR ISI.................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 8
1.3.1Tujuan Umum................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................... 8
1.4.1Bagi Peneliti...................................................................... 8
1.4.2Bagi Institusi Pendidikan.................................................. 9
1.4.3Bagi Tenaga Kesehatan..................................................... 9
1.4.4Bagi Masyarakat................................................................ 9
1.4.5Bagi Peneliti Selanjutnya.................................................. 9

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Coronavirus Disease COVID-19.................................10
2.1.1 Definisi Coronavirus Disease (Covid-19)............................10
2.1.2 Penyebab Coronavirus Disease (Covid-19).........................11
2.1.3 Tanda dan Gejala Coronavirus Disease (Covid-19) ........... 12
2.1.4 Pemeriksaan Penunjang Coronavirus Disease (Covid-19). . 12
2.1.5 Pencegahan Coronavirus Disease (Covid-19)..................... 14
2.1.6 Kebijakan – Kebijakan Pemerintah Tentang Vaksin Coronavirus
Disease (Covid-19)............................................................ 15
2.2 Vaksinasi Coronavirus Disease (Covid-19)............................... 16
2.2.1 Definisi Vaksin Coronavirus Disease (Covid-19)............... 16
iv

2.2.2 Manfaat Vaksin Coronavirus Disease (Covid-19)............... 16


2.2.3 Jenis – Jenis Vaksin Coronavirus Disease (Covid-19)........ 17
2.2.4 Tujuan Pemberian Vaksin Coronavirus Disease (Covid-19) 17

2.2.5 Efek Samping Vaksin Coronavirus Disease (Covid-19)..... 17


2.3 Konsep Kecemasan.................................................................... 18
2.3.1 Definisi Kecemasan.............................................................. 18
2.3.2 Tanda dan Gejala Kecemasan.............................................. 20
2.3.3 Tingkat Kecemasan.............................................................. 22
2.3.4 Rentang Respon Kecemasan................................................ 23
2.3.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan................ 24
2.3.6 Pengukuran Tingkat Kecemasan.......................................... 27
2.4 Konsep Kesiapan........................................................................ 30
2.4.1 Definisi Kesiapan.................................................................. 30
2.4.2 Faktor yang mempengaruhi Kesiapan Vaksinasi ................. 31
2.5 Teori Keperawatan..................................................................... 32
2.5.1 Hubungan Teori Keperawatan Jean Watson dengan Penelitian
....................................................................................................... 33
2.5.2 Kerangka Teori Penelitian.................................................... 34

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI


OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep....................................................................... 35
3.2 Definisi Operasional................................................................... 36
3.3 Hipotesis..................................................................................... 30

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian........................................................................ 41
4.2 Populasi Dan Sampel................................................................. 41
v

4.2.1 Populasi................................................................................. 41
4.2.2 Sample.................................................................................. 42
4.3 Lokasi Penelitian........................................................................ 43
4.4 Waktu Pene litian....................................................................... 44
4.5 Etika Penelitian.......................................................................... 44
4.6 Alat Pengumpulan Data............................................................. 45
4.7 Prosedur Pengumpulan Data...................................................... 48
4.8 Pengolahan Data......................................................................... 49
4.9 Analisis Data ............................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... vi
LAMPIRAN
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data World Health Organization pada tanggal 20 Juli 2021, menjelaskan kasus
terkonfirmasi positif Covid-19 di seluruh dunia sudah mencapai 185.152.800 kasus,
169.975.755 kasus telah dinyatakan sembuh dan 5.246.362 orang meninggal akibat
Covid-19. Angka kejadian dengan kasus tertinggi yaitu di Amerika Serikat, sebanyak
33.581.464 kasus terkonfirmasi (WHO, 2020). Penyebaran Covid-19 di Indonesia
sendiri ditemukan pertama kali pada tanggal 2 Maret 2020 di Kota Depok, hal ini
disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Nuraini, 2020). Pada tanggal 6
Juli 2021 virus Covid-19 telah menginfeksi sebanyak 2.345.018 orang di Indonesia
dengan jumlah kematian 61.868 jiwa dan jumlah pasien yang sembuh 1.958.553
orang. Angka kejadian tertinggi yaitu di Provinsi DKI Jakarta, sebanyak 600.937
kasus terkonfirmasi, dengan jumlah kematian 8.861 dan jumlah pasien sembuh
497.492 (Kemenkes RI, 2021).

Sampai dengan saat ini pemerintah berupaya melindungi masyarakat Indonesia dari
ancaman dan kekebalan komunitas atau herd immunity melalui program Vaksin
Gotong Royong ( VGR ) terlampir dalam peraturan mentri kesehatan (Permenkes)
Nomor 10 tahun 2021. Pemerintah akan terus memastikan bahwa program vaksinasi
akan berjalan dengan baik, dan juga terus mengikuti hasil uji klinis vaksin COVID-19
di berbagai belahan dunia dengan beragam jenis vaksin, hal itu demi tercapainya
kekebalan komunitas atau Herd Immunity di Indonesia (Media Briefing BNPB, pada
14 Januari 2021)

Fenomena kehadiran vaksin COVID- 19 di Indonesia memunculkan bermacam isu


pemberitaan tentang COVID- 19 yang terus menjadi perbincangan, perihal ini pasti
saja jadi polemik yang luar biasa. Polemik ini bisa memunculkan kendala psikologis

1
2

semacam kecemasan. Pada akhir tahun 2020, sejumlah kandidat vaksin Covid- 19
dengan tingkatan keamanan serta keefektifan yang besar mulai bermunculan.
Sebagian negeri juga sudah menghasilkan izin pemakaian darurat( EUA) konsumsi
vaksin. Secara umum, vaksin bekerja dengan merangsang pembentukan kekebalan
tubuh secara spesifik terhadap bakteri/virus penyebab penyakit tertentu. Tetapi di sisi
lain, masih terdapat kelompok antivaksin ataupun warga yang ragu buat disuntik
vaksin. Bukan cuma dikala ini saja fenomena semacam ini timbul.

Dari bermacam literatur hasil riset yang sudah diterbitkan oleh beberapa harian
internasional terakreditasi disebutkan kalau keraguan (hesitancy) serta penolakan
(refusal) terhadap vaksin telah jadi fenomena yang ditemui jauh saat sebelum
pandemi Covid- 19 terjalin. Dalam penelitian Fajar fathur Rachaman dan Setia
Pramana (2020) didapatkan hasil bahwa sebanyak 23,6 % masyarakat berpresepsi
positif, sebanyak 29,6% berpresepsi negatif, dan sebanyak 46,8% netral tentang
vaksin COVID-19. Masyarkat yang berpresepsi positif beranggapan bahwa vaksin
COVID-19 dapat memutus rantai penyebaran COVID-19 dan terjangkau bagi
masyarakat. Sedangkat masyarakat yang bepresepsi negatif beranggapan bahwa
khawatir dan takut akan efek dari vaksin COVID-19 setra kehalalan vaksin tersebut.

Kondisi masyarakat Indonesia tengah mengalami vaccine hesitancy atau


ketidakpercayaan dengan vaksin COVID-19 yang sedang dilakukan saat ini, hal ini
disebabkan karena kesalahan informasi yang di terima oleh masyarakat Indonesia.
Kementrian kesehatan RI juga menemukan masalah yang terjadi pada masyarakat
banyak mengalami Kecemasan pada saat sebelum dilakukan vaksinasi, menurut Juru
bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi tahun
2021 mengatakan, kejadian yang banyak terjadi usai penerimaan vaksinasi COVID-
19 akibat stres pasca imunisasi. disebabkan karena kecemasan yang berlebihan karena
baru mendapat vaksin. Vaksin COVID-19 menghebohkan masyarakat indonesia
karena dikaitkan dengan meninggalnya seorang pemuda asal jakarta shari seusai
disuntik vaksin.
3

CNBC Indonesia - Badan POM telah merilis izin penggunaan darurat (Emergency
Use Authorization/EUA) pada lima jenis vaksin untuk booster. Namun seperti vaksin
yang digunakan sebelumnya, vaksin untuk dosis ketiga itu juga punya efek samping
BPOM menyebutkan efek samping vaksin astrazeneca sebesar 62,1 persen ringan
sampai sedang, Juru bicara vaksinasi COVID-19 mengatakan biasanya menimbulkan
demam,menggigil, pusing, mual dan muntah, kurang lebih sama dengan sinovac.
Kejadian efek samping pada (adverse event/AE) pada pemberian vaksin AZD1222
lebih banyak dibandingan pada kelompok kontrol (MenACYW/Salinadr) dan
umumnya karena efek samping pada AE ringan dan sedang.

Spielberger tahun 1972 (dalam Marhamah, 2018) mengemukakan bahwa kecemasan


adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan terhadap suatu bahaya yang nyata
dan disertai dengan adanya perubahan pada system saraf otonom dan pengalaman
yang subjektif sebagai tekanan, ketakutan, dan keglisahan. Menurut Stuart dan
Sundeen (2016) kecemasan adalah keadaan emosi tanpa objek tertentu. Kecemasan
dipicu oleh hal yang tidak diketahui dan menyertai semua pengalaman baru, seperti
masuk sekolah, memulai pekerjaan baru atau melahirkan anak. Karakteristik
kecemasan ini yang membedakan dari rasa takut.. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan (Untari, 2014), yaitu: Usia, Jenis Kelamin, Tahap Perkembangan, Tipe
Kepribadian , Pendidikan, Status Kesehatan, Makna yang Dirasakan, Nilai-nilai
Budaya dan Spiritual , Dukungan Sosial dan Lingkungan.

Dampak yang akan timbul jika tidak siap dapat menimbulkan kecemasan yang bisa
mengakibatkan individu mengalami tekanan jantung menjadi cepat dan kekhawatiran.
Sedangkan menurut Vadebeck (2010), gangguan kecemasan adalah sekelompok
kondisi yang memberikan gambaran cemas berlebihan dan bisanya disertai dengan
respon perilaku, emosional dan fisiologis individu.

Vaksin dianggap sebagai intervensi yang paling membutuhkan banyak waktu


(Chakraborty,
4

2020) dan ratusan lembaga global terlibat dalam kecepatan pengembangan vaksin
(Habersaat,2020).Keragu-raguan vaksin sedang meningkat, bervariasi di berbagai
negara, dan dikaitkan dengan pandangan dunia konspirasi (Gallup, 2019; Hornsey,
Harris, & Fielding, 2018). Keragu-raguan vaksin dapat berdampak tidak baik bagi
individu (risiko lebih besar terkena penyakit) dan berpotensi penularan yang lebih
luas bagi komunitas. Seiring berjalannya waktu ditemukan banyak sekali informasi
tentang Covid 19. Informasi yang beredar tercampur mulai dari informasi yang
bersifat hoax dengan informasi yang resmi dan akurat. Keadaan ini memicu
kecemasan dari berbagai kalangan bahkan menjadi reaktif dan negatif dengan
banyaknya melakukan hal yang merugikan seperti menimbun alat kesehatan. Situasi
ini semakin memicu munculnya persoalan kesehatan jiwa (Zulva, 2020). Munculnya
kabar yang memaparkan Covid 19 sebagai penyebab kematian yang tinggi
akhirnya membuat masyarakat mengalami kecemasan yang meningkat. Kecemasan
akan kematian bila dirasakan secara berlebihan memicu munculnya kondisi
emosional antara lain neurotisma, depresi, dan gangguan psikosomatis.Mekanisme
Koping,Pekerjaan. Menurut Hawari (2011) tanda dan gejala kecemasan yang
ditunjukan atau dikemukakan oleh seseorang bervariasi, tergantung diri beratnya atau
tingkatan yang dirasakan oleh individu tersebut. Tingkat kecemasan masyarakat yang
terjadi apabila tidak ditangani dengan segera maka bisa mengakibatkan ketidak
efektifan / keterlambatanya suplai vaksin dan makin menambah pola pikir
masyarakat akan info akurat perihal Vaksinasi. Menurut Slameto (2015), faktor-
faktor yang mempengaruhi kesiapan mencakup tiga aspek, yaitu: Kondisi fisik,
mental dan emosional, Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan, Keterampilan,
pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari.

Penelitian yang dilakukan (Lazarus, et al. 2021) menunjukkan kesediaan untuk


dilakukan vaksinasi sebesar 81,2% dan yang tidak mau untuk divaksin hanya 18,8%.
Informasi yang akurat lalu diterima oleh masyarakat dari sumber-sumber yang
terpercaya seperti informasi diberikan dari pemerintah, peran public figur akan
5

meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menjalani vaksinasi. Hasil survei yang


dilakukan pada 19 negara terdapat 71.5% responden menyatakan bersedia untuk
divaksin. Responden juga menyatakan tingkat kepercayaan terhadap vaksin menjadi
lebih tinggi setelah memperoleh informasi dari pemerintah

Angka kejadian kesiapan masyarakat untuk divaksin menurut Kementerian Kesehatan


bersama beberapa organisasi (II AGI, UNICEF dan WHO) melakukan survei daring
pada 19-30 September 2020 untuk mengetahui penerimaan publik terhadap vaksin
COVID-19. Survei tersebut melibatkan lebih dari 115.000 responsden dari 34
provinsi di Indonesia. Berdasarkan survei tersebut, diketahui bahwa 658 responsden
bahwa bersedia menerima vaksin COVID-19 jika disediakan Pemerintah, sedangkan
8% di antaranya menolak. 274 sisanya menyatakan ragu dengan rencana Pemerintah
untuk mendistribusikan vaksin COVID-19. Berdasarkan data responden yang
dilakukan Kementerian Kesehatan bersama Indonesian Technical Advisory Group on
Immunization (ITAGI) yang dirilis pada Oktober 2020, menununjukan bahwa masih
ada sekitar 7,6 persen masyarakat yang menolak untuk divaksinasi dan 26,6 persen
masyarakat belum memutuskan dan masih kebingungan (Sukmasih 2020).

Focus penelitian ini dilakukan pada masyarakat Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi
yang mengalami kecemasan terhadap kesiapan menjalani vaksinasi didaerah Kota
Bekasi. Dalam program pemerintah yang mewajibkan masyarakatkan untuk divaksin.
Beberapa masyarakat bahkan mnegalami Vaccine hesitancy atau ketidak percayaan
dengan vaksin Covid – 19. Salah satu wilayah indonesia yang sudah berjalan
mengikuti penerimaan vaksin COVID-19 adalah wilayah Bekasi Jawa barat.
Sebagian besar vaksinasi diprioritaskan kepada tenaga kesehatan. Lalu akan
dilanjutkan kepada petugas pelayanan, anggota kepolisian, guru, tokoh agama dan
masyarakat. Untuk masyarakat akan diprioritaskan kepada lansia yang berumur 60
tahun keatas
6

TEMPO.CO Bekasi, 2021 – Pejabat Sementara (PJs) Dedi Supandi menungkapkan


bahwa sebagian masyarakat di kota Bekasi tidak mau divaksin karena salah satu
alasan tentang kehalalan dan kefektifan vaksin tersebut, masyarakat kurang percaya
bahwa vaksin bisa jadi penyembuh virus covid, dan ragu atas dampak negatif setelah
di suntik vaksin COVID-19. Menurut Agustinus Christmas tahun 2021 Sejumlah
warga yang tinggal di Dusun Batu Putih, Desa Alia Timur Kecamatan Kabola
Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur bersembunyi di hutan karen takut di
vaksinasi, warga takut karna beredarnya informasi hoax tentang vaksin COVID-19
melalui media sosial sehingga menjadi cemas dan panik .

Tanggal 6 November 2020 telah dilakukan study pendahuluan pada 219 penduduk
orang yang akan dilakukan vaksinasi covid 19, Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian masyarakat RW.01 Desa Bangkok Kecamatan Glagah yang memenuhi
kriteria penelitian sebanyak 142 responden. Dalam penelitian ini teknik sampling
yang digunakan adalah probability sampling dengan jenis simple random sampling.
Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat
tentang vaksin covid-19. Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini
adalah kecemasan saat akan menjalani vaksinasi Covid-19. Instrument
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.
Untuk mengetahui hubungan persepsi masyarakat tentang vaksin covid-19 dengan
kecemasan saat akan menjalani vaksinasi covid-19 di Desa Bangkok Kecamatan
Glagah, maka akan dilakukan uji Koefisien Kontingensi dengan bantuan SPSS
dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. didapatkan data yaitu sebagian besar orang
mengalami kecemasan sebanyak dan sebanyak 54 responden (84,4%) dan sebagian
kecil responden mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 10 responden (15,6%),
sedangkan untuk responden yang memiliki persepsi negatif tentang vaksin
covid-19 sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang yaitu sebanyak 60
responden (76,9%) dan sebagian kecil responden mengalami kecemasan berat yaitu
sebanyak 18 responden (12,7%) persen karena merasa tidak siap.Kecemasan
7

disebabkan oleh kurangnya informasi yang jelas dan banyaknya berita simpang siur
terhadap informasi masyarakat terhadap vaksin.

Terjadinya kecemasan dan ketidaksiapan dalam menjalani vaksinasi covid 19 maka


perlu dilakukan antisipasi terhadap kecemasan tersebut agar masyarakat siap
menjalani vaksinasi. Tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah edukasi informasi
yang membuat masyarakat paham dan mengerti tentang pentingnya vaksinasi covid
19.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Kesiapan Menjalani Vaksinasi
Covid-19 Pada Masyarakat Di Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi Tahun 2022”

1.2 Rumusan Masalah

Pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk mencegah penyebaran virus COVID-


19 salah satunya dengan memberikan vaksin COVID-19. Dalam program pemerintah
yang mewajibkan masyarakatkan untuk divaksin,beberapa masyarakat bahkan
mengalami Vaccine hesitancy atau ketidak percayaan dengan vaksin Covid – 19.
Banyak masyarakat khususnya di Jatisampurna Kota Bekasi yang khawatir terhadap
efek samping dan mekanisme vaksin tersebut karna banyak presepsi masyarakat yang
berbeda tentang vaksin tersebut, sehingga menimbulkan kecemasan pada masyarakat
yang akan menerima vaksin COVID-19 ini. Tingginya tingkat kecemasan pada
masyarakat saat menjalani vaksinasi memberikan dampak besar bagi program
vaksinasi pemerintah dan berdampak bagi imun kekebalan tubuh masyarakat karena
belum melakukan vaksinasi Covid 19

Salah satu faktor yang menyebabkan ketidaksiapan pada masyarakat yang akan
menjalani vaksinasi Covid 19 yaitu kecemasan menjalani Vaksinasi di Sebagian besar
wilayah Indonesia sudah berjalan mendapatkan vaksinasi COVID-19 yang
diprioritaskan kepada tenaga kesehatan, lalu dilanjutkan kepada petugas pelayanan,
8

anggota kepolisian, guru, tokoh agama dan masyarakat luas. Berdasarkan hasil
rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan pertanyaan penelitian yaitu adalah
“Bagaimanakah Hubungan tingkat Kecemasan terhadap Kesiapan Menjalani
Vaksinasi Covid-19 pada Masyarakat?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Mengidentifikasi Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Kesiapan Vaksin COVID-
19 pada masyarakat di Rt 006/005 Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Mengindentifikasi data demografi umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
berkaitan dalam kesiapan menjalani vaksin COVID-19 pada Masyarakat di Rt
006/005 Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi.
b) Teridentifikasi tingkat kecemasan Masyarakat Di Rt 006/005 Kecamatan
Jatisampurna Kota Bekasi Tahun 2021”
c) Teridentifikasi kesiapan penerimaan vaksin COVID-19 Pada Masyarakat Di Rt
006/005Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi Tahun 2021”
d) Teridentifikasi hubungan tingkat kecemasan terhadap Kesiapan Penerimaan
Vaksin COVID-19 Pada Masyarakat Di Rt 006/005 Kecamatan Jatisampurna Kota
Bekasi Tahun 2021”

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian di Rt 006/005 Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi memiliki manfaat,


antara lain

1.4.1 Bagi peneliti


Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan peneliti dan pengalaman baru
tentang konsep penelitian dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang
9

kecemasan yang dialami masyarakat terhadap kesiapan penerimaan Vaksin COVID-


19.

1.4.2 Bagi institusi pendidikan


Sebagai masukan bagi para pendidik untuk memberikan wawasan dan pengetahuan
serta informasi mengenai Kesiapan Menjalani Vaksinasi Covid 19 pada Masyarakat,
sehingga mahasiswa mampu memahami keterkaitam Kesiapan dan Kecemasan dalam
Menjalani Vaksinasi Covid 19.

1.4.3 Bagi tenaga kesehatan


Manfaat penelitian dapat dijadikan masukan untuk institusi kesehatan khususnya
Rumah Sakit dalam bidang keperawatan adalah dapat dijadikan tolak ukur atau bahan
diskusi dalam memberikan edukasi dan informasi tentang Vaksin COVID-19.

1.4.4 Bagi Masyarakat


Penelitian ini dapat di jadikan sebagai gambaran pengetahuan dan wawasan kepada
masyarakat tentang Vaksin COVID-19.

1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya.


Sebagai sumber masukan untuk menjadi bahan referensi yang akan diteliti terkait
vaksin COVID-19 dan diharapkan mampu meneliti kembali pengaruh kecemasan
terhadap kesiapan penerimaan Vaksin COVID-19.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Corona Virus Disease COVID-19

2.1.1 Definisi Coronavirus Disease (Covid-19)

Penyakit virus corona adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus corona
yang dinamai SARS-CoV-2. Seluruh dunia sedang dilanda bencana kesehatan yang
melumpuhkan dunia kesehatan dan ekonomi diakibatkan oleh penyakit ini, yang
disebut dengan penyakit COVID-19 (corona virus disease 2019) oleh WHO (World
Health Organisation).

Corona dalam bahasa Inggris “crown” artinya mahkota. Sebutan ini diambil dari
struktur dinding virus yang memiliki duri atau “spike” yang mengelilingi sel,
sehingga berbentuk mirip mahkota. Virus SARS-CoV-2 adalah jenis termuda dari 7
virus corona yang bisa menginfeksi manusia. Sebelumnya pada tahun 2020, virus
corona bernama SARS-CoV (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang
menyebabkan pandemi COVID-19. Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19)
adalah virus dengan nama spesies severe acute respiratory syndrome virus corona 2
yang disebut SARS-CoV-2. Virus corona, baik SARS, MERS atau SARS CoV-2
pada dasarnya adalah virus zoonotik, artinya dalam kondisi normal terdapat pada
hewan. Dengan kemampuannya bermutasi (merubah komposisi DNA dan sifat),
akhirnya dapat menginfeksi sel manusia. Khusus untuk SARS-CoV-2, berdasarkan
hasil analisis genetika, para ahli menyatakan bahwa virus ini berasal dari mutasi virus
yang ditemukan di kelelawar di Cina bagian selatan, tepatnya di kota Wuhan.

Wabah infeksi corona yang saat ini terjadi bermula disana. Awalnya pada akhir
Desember 2019 ada sejumlah orang yang mengalami infeksi paru-paru (pneumonia),
yang dilaporkan sebagai pneumonia atipikal. Atipikal artinya tidak serupa dengan
yang pernah ada sebelumnya, karena perburukan kondisi pasien sangatlah progresif

10
11

hingga menyebabkan kematian. Yang terjadi berikutnya adalah seperti yang tercatat
dalam sejarah hingga saat ini, yaitu penyebaran yang sangat cepat dari COVID-19 ke
lebih dari 120 negara, menjangkit lebih 3,3 juta orang, dengan kematian lebih dari
240.000 orang (8%) hingga tulisan ini dibuat.

2.1.2 Penyebab Coronavirus Disease (Covid-19)

Virus corona menyebar melalui droplet atau cairan dari mulut dan hidung saat
berbicara, batuk atau bersin; dan masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, atau
mulut. SARS-CoV-2 bisa hidup pada permukaan benda mati hingga berjam- jam (8-
16 jam, tergantung jenis material). Oleh sebab itu, penyebaran infeksi bisa pula
terjadi saat menyentuh meja, gagang pintu, piring, yang sudah dilekati virus.
Perjalanan virus ini dapat masuk ke tubuh manusia yaitu protein pada mahkota
dinding sel SARS-CoV-2 (spike protein) bisa berikatan dengan reseptor dinding sel
manusia. Ikatan protein dan reseptor ini akan membuka jalan masuk buat virus untuk
menginvasi. Di dalam sel manusia, virus corona akan bereplikasi dan memperbanyak
diri. Setelah jumlahnya bertambah, virus ini akan keluar dari sel, dan menyebar ke
seluruh tubuh melalui aliran darah.

Respon tubuh manusia setelah virus masuk yait secara alamiah, tubuh akan
melakukan perlawanan dengan mengakifkan sistem kekebalan tubuh, yang pertama
disebut respon non-spesifik, dengan sel makrofag, netrofil, dan sel dentritik yang
memperlambat pertumbuhan virus; pada beberapa pasien, mencegah timbulnya gejala
penyakit. Kedua, respon adaptif tubuh dengan cara membentuk antibodi yang secara
spesifik bisa berikatan dan membunuh virus. Antibodi adalah protein yang disebut
imunoglobulin. Jenis respon kekebalan tubuh yang ketiga adalah imunitas selular
dengan membentuk sel-T. Sel-T bisa mengenali sel yang sudah terinfeksi virus,
menghancurkannya bersamaan dengan seluruh virus di dalamnya. Gabungan ketiga
respon kekebalan ini mencegah progresivitas penyakit, sehingga gejala yang timbul
tidak menjadi berat, dan mencegah infeksi ulangan oleh virus yang sama.
12

2.1.3 Tanda dan Gejala Coronavirus Disease (Covid-19)

Gejala yang paling umum:

a. Demam
b. Batuk kering
c. Kelelahan
Gejala yang sedikit tidak umum:
a. Rasa tidak nyaman dan nyeri
b. Nyeri tenggorokan
c. Diare
d. Konjungtivitis (mata merah)
e. Sakit kepala
f. Hilangnya indera perasa atau penciuman
g. Ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki
Gejala serius:
a. Kesulitan bernapas atau sesak napas
b. Nyeri dada atau rasa tertekan pada dada
c. Hilangnya kemampuan berbicara atau bergerak

Orang dengan gejala ringan yang dinyatakan sehat harus melakukan perawatan mandiri di
rumah. Rata-rata gejala akan muncul 5–6 hari setelah seseorang pertama kali
terinfeksi virus ini, tetapi bisa juga 14 hari setelah terinfeksi.

2.1.4 Pemeriksaan Penunjang Coronavirus Disease (Covid-19)

Untuk identifikasi keberadaan virus corona dalam tubuh maka diperlukan


pengambilan bahan dari rongga hidung dari depan sampai belakang (nasofaring),
13

dahak atau darah oleh petugas laboraturium untuk diperiksa. Sebenarnya ada
beberapa macam pemeriksaan tambahan untuk deteksi penyakit, antara lain:

a. Kultur
Kultur atau pengembangbiakan virus pada pemeriksaan deteksi virus corona
dilakukan dengan menanam virus corona.
b. Miskroskop elektron
Mikroskop electron dapat digunakan untuk melihat bentuk dan struktur virus.
c. RT-PCR
Bahan dari apusan rongga hidung dari depan sampai kebelakang (nasofaring), dahak
atau darah kemudian diperiksa menggunakan RT-PCR untuk mendeteksi materi
genetic dari virus. Jika pemeriksaan ini positif, maka menandakan adanya infeksi
dari virus corona. Sampai saat ini RT-PCR masih menjadi pemeriksaan yang paling
baik untuk mendeteksi virus corona.
d. Test berdasarkan adanya antigen virus
Pada dasarnya setiap virus dalam struktur tubuhnya memiliki antigen, jika terdeteksi
artinya terdapat virus.
e. Pemeriksaan laboraturium berdasarkan patologi anatomi
Bahan yang diambil biasanya paru-paru atau organ tubuh lain setelah pasien
meninggal.
f. Tes serologi berdasarkan immunoglobulin (IgM dan IgG)

Bahan dari darah diambil untuk melihat antibody terhadap virus. IgM menandakan adanya
infeksi yang baru terjadi sedangkan IgG menandakan pernah terpapar virus telah
berlangsung lama (lebih dari 28 hari).
14

2.1.5 Pencegahan Coronavirus Disease (Covid-19)

Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung virus SARS- CoV-2
yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut dan mata, untuk itu pencegahan
penularan COVID-19 pada individu dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti:

a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir
selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol
(handsanitizer) minimal 20 – 30 detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
dengan tangan yang tidak bersih.
b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan mulut
jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui
status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID-19).
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplet
dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak memungkin melakukan jaga jarak
maka dapat dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya.
d. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak diketahui
status kesehatannya.
e. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian sebelum
kontak dengan anggota keluarga di rumah.
f. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat
(PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari,
istirahat yang cukup termasuk pemanfaatan kesehatan tradisional. Pemanfaatan
kesehatan tradisional, salah satunya dilakukan dengan melaksanakan asuhan
mandiri kesehatan tradisional melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA)
dan akupresur.
g. Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol
h. Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial
Kondisi kesehatan jiwa dan kondisi optimal dari psikososial dapat tingkatkan
melalui:
15

1) Emosi positif: gembira, senang dengan cara melakukan kegiatan dan hobi
yang disukai, baik sendiri maupun bersama keluarga atau teman dengan
mempertimbangkan aturan pembatasan sosial berskala besar di daerah
masing-masing;
2) Pikiran positif: menjauhkan dari informasi hoax, mengenang semua
pengalaman yang menyenangkan, bicara pada diri sendiri tentang hal yang
positif (positive self-talk), responsif (mencari solusi) terhadap kejadian, dan
selalu yakin bahwa pandemi akan segera teratasi;
3) Hubungan sosial yang positif: memberi pujian, memberi harapan antar
sesama, saling mengingatkan cara-cara positif, meningkatkan ikatan emosi
dalam keluarga dan kelompok, menghindari diskusi yang negatif, tetap
melakukan komunikasi secara daring dengan keluarga dan kerabat.
i. Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut segera berkonsultasi
dengan dokter/tenaga kesehatan.
j. Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan protokol kesehatan
dalam setiap aktivitas.

k. Melakukan vaksinasi sesuai kebijakan pemerintah

2.1.6 Kebijakan – Kebijakan Pemerintah Tentang Vaksin Coronavirus Disease


( Covid-19)
a. PERPRES NO. 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas PERPRES NO. 99 Tahun
2020 Tentang Pengadaan Vaksin Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi COVID-19.
b. KEMENKES NO. 10 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Dalam
Peraturan Presiden No. 99 Tahun 2020 Tentang Pengadaan Vaksin Dan
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19)
16

c. Keputusan Mentri Kesehatan NO. HK.01.02/MENKES/9860/2020 Tentang


Penetapan Jenis Vaksin Untuk Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19
d. PERMENKES NO. 84 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan pandemi COVID-19

2.2 Vaksinasi Coronavirus Disease (Covid-19)


2.2.1 Definisi Vaksin Coronavirus Disease (Covid-19)
Pengertian vaksin yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42
Tahun 2013, vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih
hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit infeksi tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indoncsia (KBBI) vaksin adalah bibit penyakit yang
sudah dilemahkan dan digunakan untuk vaksinasi. Vaksin adalah produk biologi yang
berisi antigen berupa mikroorganisme baik yang sudah mati ataupun masih
hidupyang kemudian dilemahkan. Mikroorganisme ini bisa masih utuh, bagiannya
ataupun berupa toksinnya yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan
yang kemudian ditambahkan dengan zat lainnya yang dapat memberikan kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu apabila diberikan kepada seseorang.
Sementara vaksinasi adalah pemberian vaksin yang khusus diberikan kepada
seseorang untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap
suatu penyakit.
2.2.2 Manfaat Vaksin Coronavirus Disease (Covid-19)
Menurut KEMENKES ( 2021 ) Sebagaimana khasiat dari vaksin yang lain, Vaksin
COVID- 19 berguna buat berikan proteksi badan supaya tidak jatuh sakit akibat
COVID- 19 dengan metode memunculkan ataupun menstimulasi imunitas khusus
dalam badan dengan pemberian vaksin. Vaksin akan memberikan tubuh seseorang
17

mengenali bakteri/virus penyebab penyakit tertentu, sehingga bila terpapar


bakteri/virus tersebut akan menjadi lebih kebal.
2.2.3 Jenis – Jenis Vaksin COVID-19
Sesuai dengan keputusan Mentri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/12758/2020
Tentang Penetapan Jenis Vaksin Untuk Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19, jenis
vaksin COVID-19 yang dapat digunakan di indonesia adalah:
a. Vaksin Yang Diproduksi Oleh PT Bio Farma (Persero)
b. Astrazeneca
c. China National Pharmaceutical Grup Corporation (Sinopharm)
d. Moderna
e. Novavax Inc
f. Pfizer Inc. And Biontech, Dan
g. Sinovac Life Sciences Co

2.2.4 Tujuan Pemberian Vaksin Coronavirus Disease (Covid-19)


Menurut KEMENKES tujuannya ialah untuk menurunkan angka kesakitan, kematian
dan kecacatan akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok (herd immunity)
untuk mencegah dan melindungi kesehatan masyarakat, melindungi dan memperkuat
sistem kesehatan secara menyeluruh, menjaga produktifitas dan meminimalkan
dampak sosial dan ekonomi.
2.2.5 Efek Samping Vaksin Coronavirus Disease (Covid-19)
Menurut KEMENKES RI, efek samping yang timbul dapat beragam, pada umumnya
ringan dan bersifat sementara, dan tidak selalu ada, serta bergantung pada kondisi
tubuh. Efek samping ringan seperti demam dan nyeri otot atay ruam-ruam pada bekas
suntukan adalah hal yang wajar namun tetap perlu dimonitor Melalui tahapan
pengembangan dan pengujian vaksin yang lengkap, efek samping yang berat dapat
terlebih dahulu terdeteksi sehingga dapat dievaluasi lebih lanjut. Manfaat vaksin jauh
lebih besar dibandingkat risiko sakit karena terinfeksi bila tidak divaksin.
2.3 Konsep Kecemasan
18

2.3.1 Definisi Kecemasan

Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menhadapi ancaman (PPNI, 2016). Ansietas merupakan
perasaan tidak tenang yang samar–samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut
yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu) (Yusuf, Fitryasari, & Tristiana, 2019).

Stuart (2012) mendefinisikan ansietas sebagai perasaan tidak tenang yang samar–
samar karena ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan. Perasaan takut dan tidak menentu
dapat mendatangkan sinyal peringatan tentang bahaya yang akan datang dan
membuat individu untuk siap mengambil tindakan menghadapi ancaman. Adanya
tuntutan, persaingan, serta bencana yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa
dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologi. Salah satu dampak kesehatan
psikologi yaitu ansietas atau kecemasan (Sutejo, 2019). Stuart & Suddent (2014)
menyatakan bahwa ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui timbulnya
gejala atau mekanisme koping yang dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas
yaitu :

1) Faktor Predisposisi:

a) Faktor Psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara


dua elemen kepribadian Id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
19

b) Faktor Interpersonal, bahwa ansietas timbul dari perasaan takut terhadap


tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.

c) Faktor Perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu


yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi


dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas
dengan depresi.

e) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus


untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulatory inhibisi asam
gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat
ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sbagai predisposisi ansietas. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan
individu untuk mengatasi stressor.

2) Faktor Presipitasi

Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus
dapat dikelompokkan dalam dua kategori:

a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang akan


terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan indentitas, harga diri,


dan fungsi social yang terintegrasi pada individu.
20

2.3.2 Tanda dan Gejala Kecemasan


Menurut SDKI (2016) tanda dan gejala ansietas sebagi berikut ini:
A. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3) Sulit berkonsentrasi

Objektif :

1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
B. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdata

Objektif:
1) Frekuensi napas meningkat
2) Frekuensi nasi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaphoresis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
Menurut Hawari (2011) tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukan atau
dikemukakan oleh seseorang bervariasi, tergantung diri beratnya atau tingkatan yang
dirasakan oleh individu tersebut. Keluhan sering dikemukakan oleh seseorang saat
21

mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2011), antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Gejala psikologis : pernyataan cemas/ khwatir, firasat buruk, takut dan pikirannya
sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
b. Gangguan pola tidur, mimpi – mimpi yang menegangkan
c. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
d. Gejala somatic : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dingin dan
lembab, dan lain sebagainya. Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung
melalui timbulnya gejala dan mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan
timbulnya kecemasan (Kaplan & Sadock, 1998)

Menurut Stuart (2007) pada orang yang cemas akan muncul beberapa respon yang
meliputi :

a. Respon fisiologis
1) Kardiovaskuler : palpitasi tekanan darah meningkat, tekanan darah menurun,
denyut nadi menurun.
2) Pernafasan : nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-engah
3) Gastrointestinal : nafsu makan menurun, tidak nyaman pada perut, mual, dan
diare.
4) Neuro muskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing.
5) Traktus urinarius : sering berkemih.
6) Kulit : keringat dingin, gatal, wajah kemerahan.

b. Respon perilaku
Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik, reaksi
terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang koordinasi, menarik diri
dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah
c. Respon kognitif
22

Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, hambatan berfikir, kesadaran diri meningkat, tidak
mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya
lapangan presepsi dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut
pada gambaran visual dan takut cedera atau kematian.

d. Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar,
gelisah, tenang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan malu

2.3.3 Tingkat kecemasan

Menurut Stuart (2016) Tingkat kecemasan dapat diklasifikasi kedalam 4 kategori,


yaitu ringan, sedang, berat, dan panik

a. Cemas ringan
Berbubungan dngan ketegangan dalam kehidupan sehari – hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan persepsinya
b. Cemas sedang
Memungkinkan seseorang memusatkan pada masalah yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit individu, dengan
demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat
berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Cemas berat
Sangat mengurangi persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat
cenderung untuk memuatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta
tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukan untuk
mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area lain.
d. Panik
23

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan terror. Hal yang rinci
terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kendali, individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan arahan.
Panik mencangkuo organisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan
aktiftas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

2.3.4 Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon kecemasan (Stuart & Sunden,1998)

adaptif maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

a. Antisipasi

Antisipasi adalah respon seseorang yang siap siaga untuk beradaptasi dengan

kecemasan yang bisa muncul atau mungkin muncul.

b. Ringan

Respon ringan adalah respon seseorang yang menyebabkan ketegangan dan

menimbulkan waspada serta meningkatkan presepsinya


24

c. Sedang

Respon sedang adalah respon seseorang yang berfokus pada hal yang penting

dan mengalami tidak perhatian yang selektif

d. Berat

Respon berat adalah respon seseorang yang berfokus pada suatu yang spesifik

dan rinci, dan seseorang tersebut memerlukan banyak arahan.

2.3.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Untari, 2014), yaitu:

a. Usia

Semakin meningkat usia seseorang semakin baik tingkat kematangan

seseorang walau sebenarnya tidak mutlak.

b. Jenis Kelamin

Gangguan lebih sering dialami perempuan daripada laki-laki. Perempuan

memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan subyek yang

berjenis kelamin laki-laki. Dikarenakan perempuan lebih peka terhadap emosi

yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan cemasnya. Perempuan

cenderung melihat hidup atau peristiwa yang dialaminya dari segi detil

sedangkan laki-laki cenderung global atau tidak detail.

c. Tahap Perkembangan
25

Setiap tahap dalam usia perkembangan sangat berpengaruh pada

perkembangan jiwa termasuk didalamnya konsep diri yang akan

mempengaruhi ide, pikiran, kepercayaan dan pandangan individu tentang

dirinya dan dapat mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang

lain. Individu dengan konsep diri yang negative lebih rentan terhadap

kecemasan.

d. Tipe Kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan stress

daripada orang yang memiliki kepribadian B. Orang-orang pada tipe A

dianggap lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat stress yang

lebih tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri pada suatu

tekanan waktu dengan meniciptakan suatu batas waktu tertentu untuk

kehidupan mereka.

e. Pendidikan

Seorang dengan tingkat pendidikan yang rendah mudah mengalami

kecemasan, karena semakin tinggi pendidikan akan mempengaruhi

kemampuan berfikir seseorang.

f. Status Kesehatan

Seseorang yang sedang sakit dapat menurunkan kapasitas seseorang dalam

menghadapi stress.

g. Makna yang Dirasakan


26

Jika stressor dipersepdikan akan berakibat baik maka tingkat kecemasan yang

akan dirasakan akan berat. Sebaliknya jika stressor dipersepsikan tidak

mengancam dan individu mampu mengatasinya maka tingkat kecemasan yang

dirasakan akan lebih ringan.

h. Nilai-nilai Budaya dan Spiritual

Nilai-nilai budaya dan spiritual dapat mempengaruhi cara berpikir dan tingkah

laku seseorang.

i. Dukungan Sosial dan Lingkungan

Dukungan sosial dan lingkungan sekitar dapat memepengaruhi cara

berpikirseseorang tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini disebabkan oleh

pengalaman seseorang dengan keluarga, sahabat, rekan kerja dan lain-lain.

Kecemasan akan timbul jika seseorang merasa tidak aman terhadap

lingkungan.

j. Mekanisme Koping

Ketika mengalami kecemasan, individu akan menggunakan mekanisme

koping untuk mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi kecemasan

secara konstruktif menyebabkan terjadinya perilaku patologis.

k. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupan keluarga. Bekerja bukanlah sumber kesenangan tetapi dengan

bekerja bisa diperoleh pengetahuan.


27

2.3.6 Pengukuran tingkat kecemasan

a. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Skala ini diciptakan oleh Max Hamilton. Alat ukur ini bertujuan untuk menilai

kecemasan sebagai gangguan klinikal dan mengukur gejala kecemasan.

Penggunaan alat ukur HARS ditunjukan kepada pasien yang telah didiagnosa

mengalami gangguan kecemasan, bukan untuk mendeteksi kecemasan pada

pasien dengan diagnosa lain. Kuesioner ini terdiri dari 13 kategori gejala

kecemasan dankategori perilaku. Saat wawancara dilakukan banyak

ditemukan karakteristik dari kecemasan yaitu 6 gejala psikologis dan 7 gejala

fisiologis. Skor HARS dilakukan dengan cara menilai tiap soal untuk

menghasilkan jumlah skor 0-56.

a. Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A)

Breivik H, Borchgrevink P.C, Allen S cit. Hassyati (2018),

mengemukakan VAS sebagai salah satu skala pengukuran yang

digunakan untuk mengukur intensitas kecemasan pasien yang biasa

digunakan. Terdapat 11 titik, mulai dari tidak ada rasa cemas (nilai

0) hingga rasa cemas terburuk yang bisa dibayangkan (10). VAS

merupakan pengukuran tingkat kecemasan yang cukup sensitif dan

unggul karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada

rangkaian, daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.

Pengukuran dengan VAS pada nilai 0 dikatakan tidak ada


28

kecemasan, nilai 1 - 3 dikatakan sebagai cemas ringan, nilai 4 – 6

dikatakan sebagai cemas sedang, diantara nilai 7 – 9 cemas berat,

dan 10 dianggap panik atau kecemasan luar biasa. (Breivik cit.

Hasyyati 2018).

b. The Modified Dental Anxiety Scale (MDAS)

The Modified Dental Anxiety scale merupakan alat ukur yang

memiliki keabsahan tinggi dan dapat dipercaya, dengan sistem

jawaban yang lebih sederhana dan lebih konsisten. Digunakan

untuk mengukur kecemasan dental pada studi tertentu. Selain itu

jawaban disederhanakan untuk menemukan angka dari tidak

cemas, cemas, dan sangat cemas (Humphris, 2000)

c. Zung-Self Rating Anxiety Scale (SAS)

Fianza A, Dellafiore C, Travaini D (2014) mengemukakan Zung-

self Rating Anxiety Scale (SAS) adalah instrumen untuk mengukur

tingkat kecemasan dengan skala self-administered. Penilaian

berdasarkan skala likert terdiri dari 20 item. Setiap item dinilai

pada skala empat poin (dari 1 sampai 4 ): sangat jarang (1),

kadang-kadang (2), sering (3), selalu (4). SAS dapat digunakan

untuk mengukur gejala depresi atau kecemasan diawal perawatan.

d. Face Image Scale (FIS)


29

Menurut Buchanan (2002), GIS digunakan untuk mengukur tingkat

kecemasan pada anak-anak menggunakan ekspresi wajah. Ekspresi

wajah menggambarkan situasi atau keadaan dari kecemasan, mulai

dari ekspresi wajah sangat senang hingga sangat tidak senang.

Skala ini menunjukkan dari skor 1 yaitu menunjukkan ekspresi

yang paling positif (sangat senang) sampai skor 5 pada bagian

wajah yang paling menunjukkan ekspresi negatif (sangat tidak

senang).

Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini dengan

menggunakan kuesioner ZSAS (Zung SelfRating Anxiety Scale)

oleh William WK.Zung pada tahun 1971 yang dikembangkan

berdasarkan gejala yang timbul saat mengalami kecemasan dalam

DSM-II (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders).

Pada kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan, 15 pertanyaan

mengarah ke peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan kearah

penurunan kecemasan. dimana disetiap pertanyaan dinilai 1 : tidak

pernah/sangat jarang, 2 : kadang-kadang, 3 : cukup

mengalami/sering, 4 : hampir sering/selalu dengan interpestasi

penilaian sebagai berikut :

Skor 20-44 : normal

Skor 45-59 : kecemasan ringan


30

Skor 60-47 : kecemasan sedang

Skor 75-80 : kecemasan berat

2.4 Konsep Kesiapan


2.4.1 Definisi Kesiapan
Drever (dalam Slameto, 2015) mengemukakan kesiapan (readiness)
merupakan preparedness to respond or react diartikan sebagai kesediaan untuk
memberikan respon dan bereaksi. Kesedian ini ditimbulkan dari dalam diri
individu dan berhubungan dengan kematangan karena kematangan berarti kesiapan
untuk melaksanakan kecakapan. Menurut Slameto (2015) kesiapan yaitu keseluruhan
kondisi individu yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban didalam
cara tertentu terhadap respon yang diberikan. Kondisi tersebut meliputi kondisi fisik,
mental, dan emosional, kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan, keterampilan,
pengetahuan dan pengertian yang telah dipelajari.
Kesiapan adalah modal utama bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan
agar mendapatkan hasil yang maksimal. Kesiapan merupakan suatu kondisi
psikologis seseorang yang harus ada dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan
untuk mencapai tujuan tertentu. Kesiapan adalah keadaan siap untuk menanggapi atau
tingkat perkembangan dari kematangan yang menguntungkan untuk mempraktekkan
sesuatu (Nur, 2017; Zebua, 2020). Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang
yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban dengan cara tertentu
terhadap suatu situasi. Kesiapan adalah tingkatan atau keadaan yang harus
dicapai dalam proses perkembangan perorangan sebelum dia dapat melakukan
sebagaimana mestinya pada bermacam-macam tingkat pertumbuhan mental, fisik,
31

sosial dan emosional. Kesiapan atau readiness adalah persyaratan untuk belajar
berikutnya. Kesiapan adalah kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu (Timor,
dkk., 2020; Zagoto, 2018,; Zagoto &Dakhi, 2018).

2.4.2 Faktor yang mempengaruhi Kesiapan Vaksinasi

Menurut Nurdiana, dkk (2021) faktor yang mempengaruhi kesiapan vaksin, antara
lain :

a) Tersebarnya hoax
b) Minimnya pengetahuan
c) Kesiapan tenaga medis

Pemerintah menindak lanjut atas keraguan kehalalan vaksin dengan membuat


Undang-Undang Nomor 8/1999 mewajibkan produsen obat atau vaksin yang
menjamin memiliki sertifikat halal atau sertifikat jaminan kemanjurannya
(Pardede, 2019). Dalam hal ini tidak semua vaksin Covid-19 mendapatkan fatwa
kehalalan dari MUI. Pihak MUI akan mengeluarkan fatwa kehalalan vaksin Covid-
19 hanya jika Badan POM menyatakan bahwa kandungan vaksin Covid-19
tersebut aman dan tidak mengandung bahan haram (Jurnal, D. I. H., & Hukum, I.,
2020).

Dilihat dari ketidaksiapan masyarakat akan mnejalani vaksinasi Covid-19,


pentingnya mensosialisasikan program vaksinasi yang akurat, tuntas, serta jelas akan
memberikan pengaruh positif pada tingkat pengetahuan dan partisipasi masyarakat
(Dewi, 2021). Sosialisasi dapat dilakukan dengan mendatangi warga per rumah,
menempelkan poster, sosialisasi secara langsung dalam suatu acara, dan lain-lain.
Akan tetapi, kenyataannya di lapangan belum ada sosialisasi secara langsung dengan
masyarakat umum mengenai pengertian vaksin, cara pembuatan vaksin, dan
mengapa seseorang harus divaksin. Sehingga menyebabkan perkembangan
pelaksanaan vaksinasi menjadi lambat. Oleh karenanya, pemerintah membuat aturan
32

yang disebutkan dalam peraturan presiden nomor 14 tahun 2021 tentang perubahan
atas peraturan presiden nomor 99 tahun 2020 tentang pengadaan vaksinasi dalam
rangka pelaksanaan vakisnasi dalam rangka penanggulangan pandemic corona virus
desease 2019 (COVID-19) pasal 13 A [4], yaitu setiap orang yang telah ditetapkan
sebagai sasaran penerima vaksin COVID-19 yang tidak mengikuti vaksinasi Covid-
19 sebagaimana yang dimaksudkan dapat dikenakan sanksi adminidstratif, berupa: a.
penundaan atau penghentian pemberian jaminan sosial atau bantua sosial’ b,
penundaan atau penghentian layanan adminidstrasi pemerintah; c. denda (Ayunda,
dkk., 2021).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sosialisasi


mengenai pentingnya vaksin terhadap kesiapan dan kesediaan warga untuk
divaksin. Diharapkan dengan aturan dan sosialisasi di lapangan mampu
meningkatkan kesiapan masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19 dari enggan
menjadi bersedia. Adapun penelitian ini perlu lakukan untuk mengetahui tingkat
efektifitas program vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah dengan atau tidak
adanya sosialisasi yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan penelitian
juga, diharapkan dapat memperbaiki sistem penyebaran program vaksinasi apabila
dirasa masih sangat lambat.

2.5 Teori Keperawatan


2.5.1 Hubungan Teori Keperawatann Jean Watson Dengan Penelitian

Dengan Jumlah kasus masyarakat yang sudah menjalani vaksinasi Covid 19


yang terkonfirmasi pemerintah disetiap harinya belum mengalami kelonjakan yang
signifikan dalam vaksinasi Covid 19 setiap harinya. Untuk itu peran perawat dan
berbagai element tenaga Kesehatan harus bisa sebagai tenaga serba bisa, memiliki
inisiatif, berperilaku kreatif serta memiliki wawasan yang luas dengan motivasi kerja
keras, cerdas, iklas dan kerja berkualitas dalam memberikan segala informasi –
informasi terkait dengan Vaksinasi Covid 19.
33

Menurut Jeans Watson ( 1988 ) memahami bahwa manusia adalah mahluk


yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam
upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik,
mental dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan
dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan
dalam meninggalkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati
berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Jean Watson membagi konsep utama
keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu: Kemanusiaan (Human Beeing),
Kesehatan, Lingkungan social dan Keperawatan

2.5.2 Kerangka Teori Penelitian

Gambar 1 Kerangka Teori

Peran Perawat Perilaku Caring Perawat


1. Care giver atau 1. Humanistic dan Altruistic
2. Kepercayaan dan harapan Perilaku Caring
pemberi caring 3. Ungkapan perasaan positif dan Perawat :
terhadap pasien negative
4. Metode yang sistematis dalam 1. Baik
2. Advokat pemecahan masalah 2. Cukup
5. Pembelajaran dan pengajaran dalam
3. Pendidik hubungan interpersonal
3. Kurang

4. Change agent 6. Lingkungan yang supportif, protektif,


perbaikan mental, fisik, social budaya ,
5. Peneliti dan spiritual

6. Konsultan
7. kolaborasi
34
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah suatu konsep yang dipakai sebagai landasan

berfikir dalam melakukan penelitian (Nursalam, 2015). Independent Variable

sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, dan antecedent.Dalam

bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas.Variabel bebas merupakan

variabel yang mepengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2019:69). Menurut Sugiyono

(2019:69) Dependent Variable sering disebut sebagai variabel output,

kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai

variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dibawah ini adalah skema variable yang berkaitan dengan Hubungan

Tingkat Kecemasan Terhadap Kesiapan Menjalani Vaksinasi COVID-19

Pada Masyarakat di Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi 2021. Berdasarkan

teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka digunakan konsep

penelitian sebagai berikut.

35
36

Skema Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independen Variabel dependen

Tingkat Kecemasan
Kesiapan Vaksin
- Ringan
COVID-19
- Sedang

Variabel Confounding:

- usia

- agama

- jenis kelamin

- pendidikan

- pekerjaan

Keterangan : : Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Berdasarkan skema diatas, dapat disimpulkan bahwa variabel

dependen dalam penelitian ini yaitu Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap

Kesiapan Menjalani Vaksinasi COVID-19 Pada Masyarakat di Kecamatan

Jatisampurna Kota Bekasi.


37

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah variavel secara operasional dan berdasarkan

karakteristik yang diamati dalam melakukan pengukuran secara cermat

terhadap obyek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas

(Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat ukur dan Hasil ukur Skala


Operasional cara ukur ukur

Confounding

1. Usia Satuan waktu yang Alat ukur dengan 1. Remaja : 11-19 Interval
mengukur waktu cara mengisi tahun
keberadaan suatu kuesioner 2. Dewasa : 20-60
benda atau makhluk Cara ukur dengan tahun
baik yang hiduo pengisian kuesioner 3. Lansia : <60
maupun yang mati tahun
(WHO) WHO (2013)

2. Jenis Kelamin Gender atau jenis Alat ukur dengan 1. Laki-laki Nominal
kelamin adalah sifat cara mengisi 2. Perempuan
pria dan wanita kuesioner
meliputi norme, Cara ukur dengan
peran, dan pengisian kuesioner
hubungan atara
kelompok kali-laki
dan perempuan
yang dikonstruksi
38

No. Variabel Definisi Alat ukur dan Hasil ukur Skala


Operasional cara ukur ukur

dengan social
(WHO)

3. Agama sistem yang Alat ukur dengan 1. Muslim Nominal


mengatur tata cara mengisi 2. Non Muslim
keimanan kuesioner
(kepercayaan) dan Cara ukur dengan
peribadatan kepada pengisian kuesioner
Tuhan Yang
Mahakuasa serta
tata kaidah yang
berhubungan
dengan pergaulan
manusia dan
manusia serta
lingkungannya
(KBB)

4. Pendidikan proses pengubahan Alat ukur dengan 1. SD Ordinal


sikap dan tata laku cara mengisi 2. SMP
seseorang atau kuesioner 3. SMA
kelompok orang Cara ukur hasil 4. Perguruan
dalam usaha pengisian kuesioner Tinggi
mendewasakan
manusia melalui
upaya pengajaran
dan pelatihan;
proses, cara,
perbuatan mendidik
39

No. Variabel Definisi Alat ukur dan Hasil ukur Skala


Operasional cara ukur ukur

(KBBI)

5. Pekerjaan pencaharian; yang Alat ukur dengan 1. Tidak bekerja Nominal


dijadikan pokok cara mengisi 2. Bekerja
penghidupan; kuesioner
sesuatu yang Cara ukur hasil
dilakukan untuk pengisian kuesioner
mendapat nafkah
KBBI).

Dependen

6 Kesiapan Kesiapan sikap Alat ukur Hasil ukur Nominal


penerimaan dalam proses penelitian ini kuesioner ini
vaksin menerima vaksinasi menggunakan dengan interprestasi
COVID-19 atau bibit penyakit kuesioner penilaian :
yang sudah pertanyaan dengan
Ya : siap untuk di
dilemahkan (KBBI) cara ukur skala
vaksin
Guttman dengan
jawaban ya atau Tidak : tidak siap
tidak untuk divaksin

Independen

1. Tingkat Kecemasan adalah Alat ukur Hasil ukur Ordinal


Kecemasan ketegangan, rasa penelitian ini kuesioner ini
tidak aman dan menggunakan dengan interprestasi
kekhawatiran yang kuesioner ZSAS penilaian :
timbul karena (Zung SelfRating
40

dirasakan terjadi Anxiety Scale) Skor 20-44 : normal


sesuatu yang tidak dengan 20
Skor 45-59 :
menyenangkan pertanyaan dengan
kecemasan ringan
tetapi sumbernya cara ukur skala
sebagian besar tidak likert dengan nilai: Skor 60-47 :
diketahu dan kecemasan sedang
1 : tidak
berasal dari dalam
pernah/sangat Skor 75-80 :
(Depkes,2018)
jarang, kecemasan berat

2 : kadang-kadang,

3 : cukup
mengalami/sering,

4 : hampir
sering/selalu

3.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, yang mana rumusan masalah penelitian sudah

dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis maka dikatakan sementara

karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori.

1. Ha = Ada Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Kesiapan Menjalani

Vaksinasi COVID-19 Pada Masyarakat di Kecamatan Jatisampurna Kota

Bekasi
41

2. Ho = Tidak ada Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Kesiapan

Menjalani Vaksinasi COVID-19 Pada Masyarakat di Kecamatan

Jatisampurna Kota Bekasi


BAB IV

METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan usaha merencanakan kemungkinan-
kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan secara pasti apa yang
dikerjakan dalam hubungan dengan unsur masing-masing. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif, merupakan kegiatan pengumpulan,
pengelolaan, analisis, serta penyajian data berdasarkan jumlah banyaknya
yang dilakukan yang dilakukan secara objektif untuk memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsio
umum (Nikolaus Duli, 2019).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional melalui
pendekatan deskriptf korelatif, yaitu penelitian yang mendesain pengumpulan
datanya dilakukan pada satu titik waktu, fenomena yang diteliti yaitu selama
satu periode pengumpulan data. Penelitian ini berbasis populasi sehingga
melibatkan dua variabel agar dapat melihat pola hubungan. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan
Terhadap Kesiapan Menjalani Vaksinasi COVID-19 Pada Masyarakat di
Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi tahun 2021.

4.2 Populasi dan Sampel


4.2.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jadi, populasi juga meliputi semua karakteristik, sifat-
sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut (Sandu Siyoto,

42
43

2015). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 232.418 jiwa,


diantaranya 36.340 masyarakat Kecamatan Pondok Gede, 25.768
masyarakat Kecamatan Jati Asih, 61.448 masyarakat Kecamatan
Pondok Melati, 25.603 masyarakat Kecamatan Mustika Jaya, 44.701
masyarakat Kecamatan Bantargebang. Dengan data lokasi penelitian
38.558 masyarakat Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi.
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipergunakan
sebagai subyek penelitian sebagai sampling (Nursalam 2013). Suatu
tekhnik penetapan sample dengan cara memilih sampel diantara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sample
tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal
sebelumnya (Nursalam 2013) .
a. Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
(Nursalam, 2013). adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah :
1) Masyarakat Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi
2) Bersedia menjadi responden
3) Masyarakat yang belum divaksin
4) Masyarakat yang akan menerima vaksin COVID-19 yang
berumur 11 - diatas 60 tahun.
Data yang diambil pada masyarakat Kecamatan Jatisampurna Kota
Bekasi pada 7 Maret – 13 Maret. Penentuan besar sampel dengan
menggunakan rumus besaran sample Lemeshow,sebagai berikut:
Z 2 p(1−p)
n= 2
d
Keterangan:
n = Jumlah sampel
44

Z = skor Z pada kepercayaan 95% = 1,96


P = maksimal estimasi = 0,5
d = presisi
Melalui rumus diatas, maka jumlah sample yang akan diambil adalah :
2
Z p(1−p)
n= 2
d
2
1,9 6 .0,5 ( 1−0,5 )
n= 2
0,1
3,8416 . 0,25
n=
0,01
n=96,04

Sehingga jika berdasarkan rumus diatas tersebut maka n yang didapatkan adalah
96,04 = 96 orang ( dibulatkan ). Sehingga pada penelitian ini setidaknya penulis harus
mengambil data dari sample sekurang-kurangnya sejumlah 96 orang. Peneliti juga
menambahkan 10% dari data total sample. Sehingga total sample dalam penelitian ini
berjumlah 106 responden. Metode yang digunakan dalam teknik pengambilan sampel
adalah Non probability sampling. Menurut Sugiyono (2017) Non probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota popolasi untuk dipilih menjadi
sampel.

4.3 Lokasi Penelitian


Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Wilayah Kecamatan Jatisampurna
Kota Bekasi Jawa Barat dengan alasan peneliti memilih tempat ini
dikarenakan masih dalam lingkungan dengan peneliti, dalam masa tugas
sebagai vaksinator dilokasi ini peneliti juga menemukan beberapa temuan
yang mengindikasikan bahwa masyarakat sekitar mengalami ketidaksiapan
akan menjalani vaksin covid-19.
45

4.4 Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober minggu pertama untuk
penentuan judul, pada bulan Oktober minggu kedua sampai bulan Januari
untuk penyusunan dan konsultasi proposal skripsi, dibulan Januari minggu
keempat dilakukan seminar proposal, dan dilakukan revisi proposal pada
bulan Januari minggu keempat, untuk pengambilan dan pengumpulan data
dilakukan pada bulan Febuari minggu pertama, setelah itu pada bulan
Febuari minggu keempat dilakukan sidang skripsi

4.5 Etika Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini, menurut Hidayat (2007) masalah etika yang
harus diperhatikan yaitu:
1. Informed consent
Dalam pengambilan data kuesioner peneliti memberikan Informed
consent yang merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jumlah sebanyak 400 orang semua
menyatakan bersedia untuk menjadi responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Sebelum kuesioner tersebar peneliti mengambil data terlebih dahulu ke
bagian Dinas Kesehatan di Kecamatan Pancoran Mas depok, kemudian
peneliti menjelasan maksud dan tujuan penelitian, hal ini dilakukan secara
online dengan menggunakan google form yang berisikan data demografi
dan kuesioner kecemasan sedangkan identitas responden tidak di
cantumkan tetapi menggunakan inisial.
46

3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Dalam penelitian ini peneliti menjaga kerahasiaan data pada responden
dan menjelaskan kepada responden bahwa data tersebut hanya di gunakan
untuk penelitian dengan dijaga kerahasiaannya seperti data demografi
ataupun data yang bersifat penting.
4.6 Alat Pengumpulan Data
Peneliti melakukan penyebaran kuesioner dari tanggal … ,hasil terkumpul
sesuai tanggal yang di berikan penyebaran tersebut. Instrumen penelitian
merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian
(Notoatmodjo 2018). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2019). Semua
daftar pertanyaan yang ada pada kuesioner bersifat baku dan sudah lulus uji
kelayakan baku dan sudah lulus uji kelayakan. Lembar kuesioner terdiri
dari beberapa bagian yaitu:

1. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner atau angket yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka
konsep dan teori yang telah dibuat. Instrumen pengumpulan data terdiri
dari 2 bagian, yaitu
a. Pembagian Kuesioner, responden diminta utuk mengisi identitas
serta beberapa kuesioner. Pada penelitian ini memiliki 2 kuesioner
yaitu :
1) Kuisioner A meliputi data demografi :
Kuesioner ini terkait data demografi responden, meliputi usia,
agama , jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kesiapan
menerima vaksin COVID-19.
47

2) Kuesioner B Tingkat Kecemasan


Kuesioner ini tentang tingkatan kecemasan dari instrumen
menurut kuesioner ZSAS (Zung SelfRating Anxiety Scale).
oleh William WK.Zung pada tahun 1971 yang dikembangkan
berdasarkan gejala yang timbul saat mengalami kecemasan
dalam DSM-II (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders). Pada kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan, 15
pertanyaan mengarah ke peningkatan kecemasan pada nomer
1,2,3,4,6,7,8,10,11,12,14,15,16,18,dan 20. 5 pertanyaan
kearah penurunan pada nomer 5,9,13,17,dan 19 dimana
disetiap pertanyaan dinilai 1 : tidak pernah/sangat jarang, 2 :
kadang-kadang, 3 : cukup mengalami/sering, 4 : hampir
sering/selalu dengan interpestasi penilaian sebagai berikut :
Skor 20-44 : normal
Skor 45-59 : kecemasan ringan
Skor 60-47 : kecemasan sedang
Skor 75-80 : kecemasan berat
b. Uji coba Kuesioner
1) Uji Validitas
Uji pada kuesioner mampu mengungkapkan atau menjelaskan
sesuatu yang dapat diukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali,2013).
Item dapat dinyatakan valid jika r hitung >r tabel dengan
tingkat signifikan sebesar 5% atau 0.05 kriteria penilaian uji
validitas yaitu :
- Apabila r hitung >r tabel maka item pertanyaan kuesioner
dikatakan valid
- Apabila r hitung <r tabel maka item pernyataan kuesioner
dikatakan tidak valid
48

Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) merupakan


kuesioner baku dalam bahasa inggris yang dirancang oleh
William WK Zung. Kemudian kuesioner ini telah dialih
bahasakan ke dalam bahasa indonesia dan dijadikan sebagai
alat pengukur kecemasan yang sudah teruji validitas dan
reliabilitasnya (Nursalam, 2013). Hasil uji validitas tiap
pertanyaan kuesioner dengan nilai terendah 0,392 dan tertinggi
adalah 0,888 (r-tabel = 0,361) oleh Hernis Dian pada tahun
2013 dengan judul penelitian gambaran tingkat kecemasan
keluarga merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia paranoid di
RSJ Dr. Amino Gondohutomo semarang. Suatu pertanyaan
dikatakan valid jika r hitung > r tabel sedangkan jika r hitung <
r tabel artinya 20 pertanyaan tidak valid. Tingkat signifikansi
yang digunakan 5% atau 0,05 (Hidayat, 2007).

2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji untuk memastikan kuesioner
penelitian yang telah digunakan untuk mengumpulkan data
variabel penlitian reliabel atau tidak (wordpress, 2017). Uji
reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
alpha cronbach, dengan cara membandingkan nilai r hasil
dengan r tabel. Ketenntuannya bila r alpha >r tabel, maka
pertanyaan tersebut reliabel atau lebih besar dari 0,7
(Riwidikdo, 2007)
Hasil uji reabilitas pada instrumen Zung Self-Rating Anxiety
Scale (SAS/SRAS) sudah dilakukan oleh Hernis Dian pada
tahun 2013 dengan judul penelitian gambaran tingkat
kecemasan keluarga merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia
paranoid di RSJ Dr. Amino Gondohutomo semarang. Dan di
49

dapatkan hasil α = 0,931 artinya kuesioner tersebut realibitas


tinggi karena alpha cronbach lebih besar dari 0,7
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
Peneliti melakukan serangkaian prosedur saat penelitian dengan tujuan
untuk mendapatkan hasil dari responden yang diteliti. Prosedur
tersebut sebagai berikut :
1. Mengurus surat izin pengantar studi pendahuluan survey data dan
izin penelitian untuk ke wilayah di Rt006/005 Kecamatan
Jatisampurna.
2. Meminta izin melakukan studi pendahuluan, survey data dan
penelitian selama beberapa hari dengan melampirkan surat
pengantar dari kampus kepada pihak berwenang didaerah wilayah
Kecamatan Jatisampurna.
3. Merumuskan kuesioner pervariabel penelitian
4. Pemilihan responden dalam penelitian, dilakukan secara
pendataan dengan Rt 006/005 terhadap warga yang belum
dilakukan vaksin
5. Memberikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan tata
cara pengisian dengan dipandu dalam mengisi kuesioner agar
masyarakat tidak bingung dalam mengisi kuesioner
6. Selanjutnya kuisioner yang telah di isi di kumpulkan kemudian di
lakukan tabulasi data, scoring, coding, analisa data, proses
pengumpulan data yang telah dilakukan di di Rt006/005
Kecamatan Jatisampurna.
7. Melakukan penyusunan pelaporan hasil penelitian
50

4.8 Pengolahan Data


Pengolahan data dimulai ketika pengumpulan data telah selesai. Data
yang telah terkumpul dalam bentuk kuesioner yang telah diisi secara
lengkap oleh responden, yang meliputi:
1. Editing
Peneliti melakukan pengecekan lembar observasi tentang
kelengkapan isi, kejelasan, relevansi, dan konsistensi jawaban
yang di isi oleh responden.
2. Coding
Peneliti merubah data berbentuk huruf menjadi angka atau
bilangan. Hal ini untuk memudahkan dalam pengelolahan data
statistik.
3. Scoring
Peneliti memberikan nilai akhir dari lembar observasi yang telah
di kembalikan oleh responden. Hal ini untuk memudahkan
pengelolahan data secara statistik.
4. Processing
Peneliti melakukan proses pengolahan data yang dilakukan
dengan cara mengentri data dari kuesioner ke paket program
computer.
5. Clearing
Peneliti melakukan pengecekan kembali data yang telah
dimasukkan untuk melihat ada atau tidaknya kesalahan.
4.9 Analisa Data
Analisa data merupakan rangkaian kegiatan penelaahan atau
pengelompokan data agar sebuah fenomena memiliki nilai social,
akademis dan ilmiah. Kegiatan dalam analisa data yaitu mengelompokan
51

data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data


berdasarkan variabel dan seluruh responden, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan penghitungan untuk menjawab rumusan
masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis, langkah
terakhir tidak dilakukan (Sandu Siyoto, 2015).

1. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan / mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
presentase dari tiap variabel. (Notoatmodjo, 2012).
2. Analisis bivariat
Analisa dalam penelitian ini menggunakan analisis bivariate untuk
menguji hubungan antara dua variabel, yaitu hubungan antara
masing-masing variabel independen dengan variabel dependen
(Victor T dan Taruli R, 2019). Hasil analisis univariate data ini
disajikan dalam bentuk table berserta dengan persentase, frekuensi,
untuk menggambarkan distribusi data demografi, kesiapan vaksin.
Hasil analisis bivariat merupakan hasil dari perhitungan chi square
untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan terhadap kesiapa
vaksin. Tingkat kepercayaan yang diinginkan 95% (CI= 95%)
dengan menggunakan rumus perhitungan chi square (Hastono &
Sabri, 2010):
(0−E) ²
x²=∑ ❑
E

Keterangan :
x² = chi square
O = Nilai Observasi
E = Nilai yang diharapkan
52
53

Anda mungkin juga menyukai