PROPOSAL SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
MELENIA RHOMA DONA YS
NIM: 702017041
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
Menyetujui:
Wakil Dekan I.
Fakultas Kedokteran
ii
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Bismillahirrahmannirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, Peneliti
dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “Hubungan Burnout
dengan Kualitas Tidur Pada Perawat yang Bertugas di Ruang Perawatan COVID-
19 Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang”. Penulisan proposal skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk kelulusan Sarjana Kedokteran
(S.Ked). Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi
besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikut-
Nya hingga akhir zaman.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian proposal skripsi banyak
mendapat bantuan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan proposal skripsi ini. Sangatlah sulit bagi
Peneliti untuk menyelesaikan proposal skripsi ini. Oleh karena itu, Peneliti
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
Akhir kata, peneliti berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga penelitian ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 3
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................. 3
1.4.2 Manfaat Praktisi.............................................................................. 3
1.5 Keaslian Penelitian .................................................................................. 4
iv
2.2.2.Fisiologi Tidur .............................................................................. 13
2.2.3. Definisi Kualitas Tidur ................................................................ 14
2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur..................... 15
2.2.5. Gangguan Tidur ........................................................................... 17
2.3 Kuisioner................................................................................................. 19
2.3.1 Maslach Burnout Inventory (MBI) ............................................... 19
2.3.2 Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) ........................................ 20
2.4 Kerangka Teori ....................................................................................... 22
2.5 Hipotesis ................................................................................................. 23
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
3. Untuk mengetahui hubungan burnout dan kualitas tidur pada perawat yang
bertugas di ruang perawatan Covid-19 Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan atau pustaka pada
penelitian lebih lanjut.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan deteksi dini faktor
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Burnout
2. Depersonalisasi (Sinisme)
1. Manifestasi afektif
Individu yang terkena burnout terlihat murung, sedih dan memiliki perasaan
depresi. Pada aspek afektif secara umum dapat diamati dampaknya seperti
semangat yang rendah, suasana hati sedih dan murung yang lebih dominan.
Individu mengalami kelelahan emosional karena sangat banyak energi yang
digunakan dalam jangka waktu yang lama. Individu menjadi cepat marah,
sensitif, berperilaku bermusuhan dan curiga, tidak hanya terhadap penerima
layanan, namun juga terhadap rekan kerja dan atasan (Asih dkk., 2018).
2. Manifestasi kognitif
Berupa perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak bertenaga. Setelah
ketidakberhasilannya dalam pekerjaan, individu merasa kehilangan arti
pekerjaan. Pekerja yang menderita burnout merasa tidak ada penghargaan
diri dari atasan maupun rekan kerja. Mereka merasa kehilangan perhatian
dari organisasi,lebih suka mengkritik, tidak percaya pada manajemen, rekan
3. Manifestasi fisik
Timbulnya keluhan psikosomatis seperti kelelahan fisik yang kronis,
kelemahan fisik (weekness) dan low energy yang dialami oleh pekerja.
Dalam beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kelelahan
emosional dan depersonalization memiliki hubungan dengan frekuensi sakit
berat seperti serangan jantung yang dialami oleh pekerjaan yang mengalami
burnout (Asih dkk., 2018).
4. Manifestasi perilaku
Dampak burnout pada perilaku yang merugikan bagi organisasi adalah
ketidakhadiran di tempat kerja, berganti pekerjaan dan prestasi kerja yang
rendah. Secara individual dampak perilakunya adalah menarik diri dari
pekerjaan yang dilakukannya (Asih dkk., 2018).
5. Manifestasi motivasi
Menghilangnya motivasi instrinsik pada individual seperti hilangnya
semangat dan antusiasme sehingga muncul kekecewaan (Asih dkk., 2018).
1. Fretenic
Fretenic merupakan karakter individu yang energik dan antusias terhadap
pekerjaan. Individu tipe fretenic merupakan individu yang ambisius dan
memiliki kebutuhan mencapai prestasi yang besar dan akan
menginvestasikan seluruh sumber daya yang ia miliki untuk dapat mencapai
hasil yang diharapkan. Tipe fretenic ini bersedia mengabaikan kebutuhan
dirinya untuk mencapai hasil. Individu tersebut kurang mampu untuk
menerima kegagalan. Bila berhadapan dengan kegagalan, individu sulit
2. Underchallenged
Underchallenged, yaitu hilangnya minat pada pekerjaan yang ditandai
dengan mengerjakan pekerjaan seadanya sehingga kurang mendalami
pekerjaannya akibat dari hilangnya motivasi dalam diri. Individu dengan
kondisi underchallenged tidak mengabaikan tanggung jawab tugas secara
keseluruhan namun kehilangan dedikasi dalam memberikan yang terbaik
untuk menyelesaikan pekerjaan. Tipe underchallenged biasanya
mengembangkan pandangan sempit sehingga tidak menemukan hal menarik
dari pekerjaanya dan berujung kepada ketidakpuasan. Ketidakpuasan
terhadap pekerjaan menyebabkan munculnya banyak pertanyaan dalam diri.
Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pekerjaan ini cocok untuk saya, apa
yang ingin saya dapatkan dari sebuah pekerjaan membuat tipe
underchallenged memikirkan kemungkinan untuk berganti pekerjaan.
(Nelma, 2019).
3. Worn-out
Worn-out merupakan kondisi dimana individu menyerah seutuhnya
terhadap pekerjaanya. Individu yang berada dalam kondisi ini melakukan
pengabaian terhadap tanggung jawabnya secara menyeluruh. Tipe ini
memiliki pandangan yang pesimis terhadap pekerjaannya dan kehilangan
seluruh antusiasme dalam diri dan merasa frustasi menghadapi situasi yang
tidak bisa mereka kontrol. Hal ini biasanya terjadi ketika berhadapan dengan
masalah yang sulit dipecahkan. Tipe ini biasanya menyalahkan faktor
eksternal diri yang menyebabkan mereka berhenti melakukan usaha-usaha
yang dilakukan untuk memecahkan masalah namun tidak berhasil sehingga
membuat perasaan tidak berdaya semakin berkembang. Rasa tidak berdaya
ini yang membuat motivasi hilang (Nelma, 2019).
1. Faktor personal
Terdiri dari tingginya harapan seseorang terhadap keadaan sekitar, bekerja
terlalu keras, perilaku yang mengarah pada pencapaian prestasi, sulit untuk
menyerahkan tanggung jawab, kecenderungan sifat untuk mengorbankan
diri, kecenderungan untuk memberi dan tidak menerima (Rasyidah dkk.,
2020).
2. Faktor Situasional
Terdiri dari tidak mampu menentukan peran dan tanggung jawab sosial,
konflik diantara tuntutan fungsional, bekerja yang berlebihan, tuntutan
pekerjaan, konflik interpersonal, kurangnya sumber penghasilan, kurangnya
dukungan sosial, faktor yang berhubungan dengan tempat kerja, seperti tidak
ada kejelasan dalam bekerja dan kurang memiliki kebebasan dalam
mengambil keputusan (Rasyidah dkk., 2020).
Terdapat tiga dampak dari burnout menurut Maslach & Leither (2016), yaitu:
yaitu :
2. Lakukan hal untuk melepaskan diri dari semuanya secara berkala, jadwalkan
periode berkala untuk melakukan instropeksi diri, sehingga dapat
melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari (Dessler, 2016).
Tidur terdiri dari dua fisiologis, yaitu tidur dengan gerakan mata tidak
cepat (Non Rapid Eye Movement atau NREM) dan tidur dengan gerakan mata
cepat (Rapid Eye Movement atau REM). Diawali dengan NREM yang
kemudian berubah menjadi REM (Kaplan & Sadock, 2010). Pada dewasa
muda kebutuhan tidur rata-rata 6 sampai 8 ½ jam. Sekitar 20 % waktu tidur
adalah tidur REM (Kaplan & Sadock, 2010).
c. NREM stadium tiga, yaitu tahap awal tidur nyenyak, seseorang sulit
untuk dibangunkan dan digerakkan, otot menjadi rileks, tanda-tanda vital
mengalami penurunan tetapi teratur, tahap ini berlangsung selama 15
sampai 30 menit (Kaplan & Sadock, 2010).
d. NREM stadium empat, yaitu tahap terdalam dari tidur, sangat sulit untuk
dibangunkan, jika sudah tertidur maka seseorang akan menghabiskan
sebagian besar dari malam di tahap ini, tanda-tanda vital secara
signifikan lebih rendah dari pada jam bangun, tahap berlangsung selama
15 sampai 30 menit, pada stadium ini dapat terjadi tidur sambil berjalan
dan enuresis (mengompol) (Kaplan & Sadock, 2010).
Mimpi yang berwarna dan nyata muncul, tahap ini biasanya dimulai
sekitar 90 menit setelah tidur dimulai, kehilangan ketegangan masa otot,
sekresi lambung meningkat, sangat sulit untuk dibangunkan, durasi REM
meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit. Tahap REM
ditandai oleh respon otonom yaitu, gerakan mata cepat, denyut jantung,
pernafasan dan peningkatan tekanan darah. Bila seseorang sangat
mengantuk, REM berlangsung singkat dan bahkan mungkin tidak ada.
Sebaliknya sewaktu orang semakin lebih nyenyak pada tidur nya, maka
durasi tidur REM juga akan semakin lama (Potter & Perry, 2010).
1. Insomnia
a. Insomnia akut, insomnia akut adalah insomnia yang terjadi dua sampai
tiga minggu dan biasanya disebabkan oleh stres atau perasaan khawatir
(Sateia, 2014).
Gangguan ini ditandai dengan rasa kantuk yang berlebihan di siang hari
(hypersomnolence). Gangguan ini sering diakibatkan oleh abnormalitas
5. Parasomnia
2.3 Kuisioner
Skor tertinggi untuk skala burnout ini adalah 132 dan skor terendah 0.
Penilaian burnout pada kuesioner ini dibagi bedasarkan tiga dimensi burnout
Sistem Penilaian
No Komponen No.Item
Jawaban Nilai Skor
1 Kualitas Tidur 9 Sangat Baik 0
Subyektif
Baik 1
Kurang 2
Sangat kurang 3
2 Latensi Tidur 2 ≤15 menit 0
16-30 menit 1
31-60 menit 2
>60 menit 3
5a Tidak Pernah 0
1x Seminggu 1
2x Seminggu 2
>3x Seminggu 3
1-2 1
3-4 2
5-6 3
3 Durasi Tidur 4 > 7 jam 0
6-7 jam 1
5-6 jam 2
< 5jam 3
4 Efisiensi Tidur > 85% 0
1, 3, 4
Rumus : 75-84% 1
(Durasi Tidur : lama di 65-74% 2
tempat tidur) X 100% <65% 3
2x Seminggu 2
>3x Seminggu 3
1x 1
Seminggu2x
2
Seminggu
>3x Seminggu 3
8 Tidak Antusias 0
Kecil 1
Sedang 2
Besar 3
7+8 0 0
1-2 1
3-4 2
5-6 3
Sumber: Curcio et al, 2012.
Burnout
Epinefrin Kortisol
Aktifitas Saraf
Simpatis
Gangguan Tidur
Keterangan :
a. Populasi Target
b. Populasi Terjangkau
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang
perawatan COVID-19 Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Kesimpulan
Allen. 2009. Insomnia dan Gangguan Tidur. Jakata: PT. Elex Media Komporindo.
Arnis. 2018. Hubungan Antara Kuantitas dan Kualitas Tidur dengan Uji
Kompetensi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta I. Kesehatan.
9(1): 1-41
Curcio, G. et al. 2012. Validity of the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Neurol
Sci. (3)4. 511-519.
Dessler. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Alih bahasa: Diana Angelica.
Jakarta: Salemba Empat.
Fenny & Supriatmo. 2016. Hubungan Kualitas dan Kuantitas Tidur dengan Prestasi
Belajar Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Pendidikan Kedokteran
Indonesia. 5(3).
Fuada N, dkk. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stress Kerja Pada
Perawat Kamar Bedah di Instalasi Bedah Sentral RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang. Kesehatan Masyarakat. 5 (5): 2356-3.
Guyton AC & Hall JE. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta:
Elsevier.
Kaplan HI & Sadock BJ. 2010. Kaplan dan Sadock Buku Sinopsis Psikiatri. Edisi
7. Jakarta: Binarupa Aksara.
Karim A & Purba H. 2021. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Burnout Pada
Perawatdengan Coronavirus Anxiety sebagai Variabel Mediator. Buletin Riset
Psikologi dan Kesehatan Mental. 1(1): 448-459.
Odonkor & Frimpong. 2020. Trends in Patients Overall Satisfaction with Health
Care Delivery in Accra, Ghana. African Journal of Primary Health Care &
Family Medicine. 11 (1).
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Funda1mntal Keperawatan, Jakarta: Graha
pustaka.
Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Trans. Jakarta: Salemba
Medika.
Palembang, 2021
Responden
( )
Petunjuk :
Setiap pertanyaan, Anda diminta menyebutkan seringnya (frekuensi) kondisi yang
dimaksud itu menjadi sumber burnout. Tuliskan di kolom dengan angka yang sesuai (antara
0- 6) yang Anda anggap paling tepat, dengan pedoman keterangan angka skoring sebagai
berikut:
0 = Tidak pernah
1 = Beberapa kali dalam setahun atau kurang
2 = Sebulan sekali
3 = Beberapa kali dalam sebulan
4 = Sekali seminggu
5 = Beberapa kali dalam seminggu
6 = Setiap hari
2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam ? .................
c Terbangun untuk ke
kamar mandi
9 Bagaimana kualitas
tidur Anda selama
sebulan yang lalu
g Kepanasan di malam
hari
h Mimpi buruk
i Terasa nyeri
j Alasan lain...................