oleh
NIM P17331115078
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui
Pembimbing Materi
NIP. 196908201992032002
KATA PENGANTAR
Penulis
1
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................5
2
2.1.3 Etiologi Penyakit Paru Obstruksi Kronik.........................................9
3
2.5.1 Definisi Semiquantitave Food Frequency Questionare..............27
BAB III................................................................................................................30
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL......................................30
3.1 Kerangka Konsep........................................................................................30
3.2 Definisi Oprasional......................................................................................31
3.2.1 Asupan Karbohidrat............................................................................31
4.3.2 Sampel....................................................................................................34
Daftar Pustaka...................................................................................................40
LAMPIRAN 1......................................................................................................42
4
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
5
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
6
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1
BAB I PENDAHULUAN
1
2
yaitu nilai prediksi FEV1 kurang dari 80% dan rasio FEV1/FVC kurang dari
70%. Klasifikasi PPOK menurut GOLD 2017, berdasarkan hasil
pemeriksaan spirometri yang menunjukan derajat obstruksi saluran napas
yaitu ringan, sedang, berat dan sangat berat. Sesak napas merupakan
masalah utama pada PPOK dan sebagai alasan penderita mencari
pengobatan. Sesak napas bersifat persisten serta progresif dan juga
sebagai penyebab ketidakmampuan penderita untuk melakukan aktivitas.
Gejala sesak napas harus dievaluasi secara rutin pada setiap penderita
PPOK (GOLD, 2017).
Dukungan nutrisi pada pasien PPOK harus sangat diperhatikan
karena asupan makan bisa meningkatkan hasil pernapasan Respiratory
Quotient (RQ) dan meningkatkan kerja pernapasan (Ingram, 2000).
Keadaan malnutrisi akan semakin buruk bila konsumsi energi tidak
mencukupi, sedangkan energi tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan
proses pernapasan, resistensi terhadap infeksi dan keadaan struktur paru.
Pemberian tambahan energi pada pasien PPOK harus disesuaikan
dengan keadaan pasien , bila berlebih terutama penambahan energi yang
diperoleh dari karbohidrat akan meningkatkan kadar CO 2[ CITATION Abd13 \l 1057 ] .
Formula enteral komersial yang telah dirancang khusus untuk individu
dengan penyakit pernapasan mengandung kandungan karbohidrat rendah
(30%) dan kandungan lemak yang lebih tinggi (50%). Namun, peningkatan
hasil klinis dengan penggunaan formula ini belum ditunjukkan secara
konsisten (Marcia et al, 2011).
Menurut rekomendasi nutrisi saat ini, asupan karbohidrat pada pasien
PPOK yang direkomendasikan yaitu 40-55% dari kebutuhan energi
(Krause’s, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan Ruth R Widjadja di
Rumah Sakit Immanuel Bandung pada tahun 2005 melaporkan adanya
perbaikan gejala respirasi terjadi pada semua pasien PPOK yang
mendapatkan diet rendah karbohidrat tinggi lemak.
Selain asupan karbohidrat yang perlu diperhatikan asupan kalsium
juga perlu diperhatikan pada pasien PPOK. Kalsium merupakan salah
4
satu zat gizi mikro dan mineral yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh. Sebagian kalsium terdapat didalam cairan ekstraseluler dan
intraselular yang memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel,
salah satunya untuk kontraksi otot. Pada waktu otot berkontraksi, kalsium
berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin. Bila
kalsium dalam darah kurang dari normal, otot tidak bisa mengendur
setelah kontraksi. Tubuh akan kaku dan dapat menimbulkan kekejangan
( Almatsier, 2009 ).
Semua otot, termasuk otot diafragma dan otot-otot pernafasan
lainnya, mengalami atrofi struktural dan fungsional, menyebabkan
penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi serta kapasitas fital.
Menurunnya kekuatan otot pernapasan dan dorongan pernapasan yang
tidak optimal, mengganggu kemampuan kapasitas pertukaran udara di
paru-paru ( Braunwald, 1999 ).
Menurut rekomendasi nutrisi saat ini, asupan kalsium yang
direkomendasikan sebanyak 800-1.200 mg/hari (Grober, 2013). Hasil
penelitian yang dilakukan Sarah Hasim Ali Husein et al tentang Serum
vitamin D, magnesium and calcium on lung function and QoL in COPD
pada tahun 2014 melaporkan fungsi paru-paru yang diukur sebagai FEV1,
tidak berkorelasi dengan serum vitamin D3, magnesium atau kalsium
pada PPOK.
Rumah Sakit Paru Dr. H.A Rotinsulu merupakan salah satu unit
pelayanan kesehatan di Kota Bandung yang termasuk ke dalam rumah
sakit khusus paru di bawah Kementrian Republik Indonesia yang berperan
aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan terutama dalam menangani
Asma, TB Paru, PPOK, dan Kanker Paru. Jumlah pasien PPOK di Rumah
Sakit Paru Dr. H.A Rotinsulu untuk pasien rawat inap dan rawat jalan
sebanyak 310 pasien pada tahun 2016.
TINJAUAN PUSTAKA
8
9
a. Asap rokok
Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala
respiratorik, abnormalitas fungsi paru dan mortalitas yang lebih tinggi
daripada orang yang tidak merokok. Resiko untuk menderita PPOK
bergantung pada “dosis merokok” nya, seperti umur orang tersebut mulai
12
merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan berapa lama orang
tersebut merokok. Enviromental Tobacco Smoke (ETS) atau perokok pasif
juga dapat mengalami gejala-gejala respiratorik dan PPOK dikarenakan
oleh partikel-partikel iritatif tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan
paru-paru “terbakar”. Merokok selama masa kehamilan juga dapat
mewariskan faktor resiko kepada janin, mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan paru-paru dan perkembangan janin dalam kandungan,
bahkan mungkin juga dapat mengganggu sistem imun dari janin tersebut.
b. Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)
c. Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan
Hampir 3 milyar orang di seluruh dunia menggunakan batubara,
arang, kayu bakar ataupun bahan bakar biomass lainnya sebagai
penghasil energi untuk memasak, pemanas dan untuk kebutuhan rumah
tangga lainnya. Ini memungkinkan bahwa wanita di negara berkembang
memiliki angka kejadian yang tinggi terhadap kejadian PPOK (Hansel and
Barnes, 2003). Sehingga IAP memiliki tanggung jawab besar jika
dibandingkan dengan polusi di luar ruangan seperti gas buang kendaraan
bermotor.
d. Polusi di luar ruangan, seperti gas buang kendaraan bermotor dan debu
jalanan.
e. Infeksi saluran nafas berulang
f. Jenis kelamin
Dahulu, PPOK lebih sering dijumpai pada laki-laki dibanding wanita.
Karena dahulu, lebih banyak perokok laki-laki dibanding wanita. Tapi
dewasa ini prevalensi pada laki-laki dan wanita seimbang. Hal ini
dikarenakan oleh perubahan pola dari merokok itu sendiri. Namun hal
tersebut masih kontoversial, maskipun beberapa penelitian mengatakan
bahwa perokok wanita lebih rentan untuk terkena PPOK dibandingkan
perokok pria. Di negara berkembang wanita lebih banyak terkena paparan
polusi udara yang berasal dari asap saat mereka memasak (Hansel and
Bernes, 2003)
g. Status sosioekonomi dan status nutrisi
Rendahnya intake dari antioksidan seperti vitamin A, C, E,
kadangkadang berhubungan dengan peningkatan resiko terkena PPOK,
13
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala,
gejala ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan
kelainan jelas dan tanda inflasi paru. Diagnosis PPOK di tegakkan
berdasarkan (PDPI, 2013) :
a. Gambaran klinis
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisis
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan rutin
2) Pemeriksaan khusus
d. Ventilasi mekanik
e. Nutrisi
f. Rehabilitasi
Tujuan dilaksanakannya penatalaksanaan penyakit PPOK :
a. Mengurangi gejala
b. Mencegah eksaserbasi berulang
c. Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
d. Meningkatkan kualiti hidup penderita
b.Jenis Kelamin
Pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita. Kebutuhan akan oksigen serta
produksi karbondioksida pada pria lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita.
c.Suhu Tubuh
Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka akan semakin cepat
frekuensi pernapasannya, hal ini berhubungan dengan peningkatan
proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh.
d.Posisi atau Kedudukan Tubuh
Frekuensi pernapasan ketika sedang duduk akan berbeda
dibandingkan dengan ketika sedang berjongkok atau berdiri. Hal ini
berhubungan erat dengan energi yang dibutuhkan oleh organ tubuh
sebagai tumpuan berat tubuh.
e.Aktivitas
Seseorang yang aktivitas fisiknya tinggi seperti olahragawan akan
membutuhkan lebih banyak energi daripada orang yang diam atau
santai, oleh karena itu, frekuensi pernapasan orang tersebut juga
lebih tinggi. Gerakan dan frekuensi pernapasan diatur oleh pusat
pernapasan yang terdapat di otak. Selain itu, frekuensi pernapasan
distimulus oleh konsentrasi karbondioksida dalam darah (Wahid
dan Suprapto, 2013).
Sumber : GOLD,2017
buah, nektar bunga, dan juga di dalam sayur. Galaktosa, tidak terdapat
bebas di alam seperti halnya glukosa dan fruktosa, akan tetapi terdapat
dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa (Almatsier, 2009).
2) Disakarida
Ada empat jenis disakarida yaitu sukrosa, maltosa, laktosa, dan
trehalosa. Namun trehalosa tidak begitu penting dalam ilmu gizi.
Disakarida terdiri atas dua unit monosakarida yang terikat satu sama lain
reaksi kondensasi. Disakarida dapat dipecah kembali menjadi dua molekul
disakarida melalui proses hidrolisis ( Almatsier, 2009).
Sukrosa dinamakan juga gula tebu. Secara komersial gula pasir yang
99% terdiri atas sukrosa dibuat dari kedua macam bahan makanan
tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Bila dicerna atau
dihidrolisis sukrosa akan terurai menjadi satu unit glukosa dan satu unit
fruktosa. Maltosa tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk pada
setiap pemecahan pati, seperti pada tumbuh-tumbuhan bila benih atau
bijian berkecambah dan di dalam usus manusia pada pati pencernaan.
Bila dicerna atau dihidrolisis, maltosa akan dipecah menjadi dua unit
glukosa. Laktosa hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit
glukosa dan satu unit galaktosa. Laktosa adalah gula yang rasanya paling
tidak manis dan lebih sukar larutb dibandingkan dengan disakarida lain
(Almatsier, 2009).
3) Gula alkohol
Gula alkohol terdapat di dalam alam dan dapat pula dibuat secara
sintesis. Ada empat jenis gula alkohol yaitu sorbitol, manitol, dulsitol, dan
inositol. Sorbitol terdapat di dalam jenis buah dan secara komersial dibuat
dari glukosa. Sorbitol di gunakan dalam minuman dan makanan. Manitol
adalah alkohol yang dibuat dari monosakarida manosa dan galaktosa.
Manitol terdapat dalam nanas, asparagus, ubi jalar, dan wortel. Inositol
merupakan alkohol siklis yang menyerupai glukosa. Inositol terdapat
dalam banyak bahan makanan, terutama dalam sekam serealia. Bentuk
19
ester dan asam fitat menghambat absorpsi kalsium dan zat besi diusus
halus (Almatsier, 2009).
4) Oligosakarida
Oligosakarida terdiri atas polimer dua hingga sepuluh monosakarida
(oligo berarti sedikit). Sebenarnya disakarida termasuk dalam
oligosakarida, tetapi karena peranannya dalam ilmu gizi sangat penting
maka dibahas secara terpisah (Almatsier, 2009).
Rafinosa, stakiosa, dan verbaskosa adalah oligosakarida yang terdiri
dari unit-unit glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga jenis oligosakarida
ini terdapat di dalam biji tumbuh-tumbuhan kacang-kacangan serta tidak
dapat dipecah oleh enzim-enzim pencernaan. Seperti halnya polisakarida
nonpati, oligosakarida ini di dalam usus besar mengalami mentasi
(Almatsier, 2009).
Fruktan adalah sekelompok oligo dan polisakarida yang terdiri atas
beberapa unit fruktosa yang terikat dengan satu molekul glukosa.Fruktan
terdapat di dalam serealia, bawang merah, bawang putih, dan asparagus.
Fruktan tidak dicernakan secara berarti. Sebagian besar di dalam usus
difermentasi (Almatsier, 2009).
b. Karbohidrat Kompleks
1) Polisakarida
Polisakarida merupkan karbohidrat gabungan lebih dari dua unit
monosakarida. Golongan ini memiliki sifat dapat menghidrolisis dalam
suasana asam dan membentuk molekul disakarida sampai molekul
monosakarida. Polisakarida yang terpenting diantaranya adalah glikogen,
dekstrin, dan selulosa. Selulosa banyak terdapat di dalam tubuh
tumbuhan dan memiliki sifat tidak larut air maupun di dalam zat pelarut
organik dan tidak dapat dicerna oleh saluran pencernaan manusia.
Selulosa merupakan karbohidrat bagian terbesar dari dinding sel
tumbuhan, sulit dicerna namun berfungsi untuk peristatik usus. Sumber
selulosa didapatkan dari bahan makanan yang mengandung zat tepung
seperti beras, jagung, kentang, sagu, biji-bijian, gandum, roti, umbi-
umbian, sayuran, dan buah-buahan (Irianto, 2007).
20
2) Serat
Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang menyatakan polisakarida
dinding sel. Ada dua golongan serat, yaitu yang tidak dapat larut dan yang
dapat larut dengan air. Serat yang tidak dapat larut dengan air adalah
selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat yang larut dalam air adalah
pektin, gum, mukilase, glukan dan algal (Almatsier, 2009).
b. Penghemat Protein
Salah satu jenis karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh saluran
pencernaan adalah serat. Serat dapat membantu mengeluarkan tinja.
Serat mengatur pergerakan usus selam proses pencernaan makanan.
a. Pembentukan Tulang
Tulang merupakan jaringan ikat yang sangat khusus bentuknya.
Kalsium dalam tulang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai bagian integral
dari struktur tulang dan sebagai tempat untuk menyimpan kalsium. Tulang
dibentuk dalam dua proses terpisah, yaitu pembentukan matriks dan
penempatan mineral ke dalam matriks tersebut. Segera setelah lahir,
matriks mulai menguat melalui proses klasifikasi, yaitu terbentuknya kristal
mineral. Kristal ini terdiri atas kalsium fosfat dan kalsium hidroksida yang
dinamakan hidroksi apatit [(3CO2(PO4)2.Ca(OH)2] (Almatsier, 2009,
Winarno, 1992).
b. Pembentukan Gigi
Mineral yang membentuk dentin dan email yang merupakan bagian
tengah dan luar gigi adalah mineral yang sama dengan pembentukan
tulang, yaitu kalsium (Almatsier, 2009).
c. Kontraksi Otot
Pada waktu otot berkontraksi kalsium berperan dalam interaksi
protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin. Peningkatan kalsium
24
Kedelai
Teri kering 1200 Bayam 265
Sardines (kaleng) 354 Sawi 220
Telur Bebek 56 Daun Melinjo 219
Telur Ayam 54 Katuk 204
Ayam 14 Selada Air 182
Daging Sapi 11 Daun Singkong 165
Susu Kental Manis 275 Ketela Pohon 33
Kacang Kedelai, kering 227 Kentang 11
Tempe kacang kedelai
129 Jagung Kuning, Pipil 10
murni
(Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, 2004)
(Par’i, 2016)
27
(Par’i, 2016)
(Par’i, 2016)
BAB III
28
29
Asupan
Karbohidrat Derajat Sesak Napas
Pasien PPOK
Asupan Kalsium
GAMBAR 3.1
GAMBARAN ASUPAN KARBOHIDRAT, KALSIUM, DAN DERAJAT
SESAK NAPAS PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK
(PPOK) DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A ROTINSULU KOTA
BANDUNG TAHUN 2018
Keterangan:
Skala : Ordinal
4.3.2 Sampel
Sampel adalah pasien PPOK rawat inap dan rawat jalan yang
memenuhi kriteria inklusi eksklusi pada saat penelitian dilakukan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling pada
pasien rawat jalan PPOK di Rumah Sakit Paru Dr.H.A Rotinsulu Kota
Bandung.
31
32
n= N
1+N (d2)
Keterangan :
d = presisi 15%
kurang apabila jika asupan kalsium rata-rata per hari <800 atau
>1.200 mg.
i. Data derajat sesak napas diperoleh dari hasil pemeriksaan
spirometri berupa nilai FEV1 dalam bentuk persentase yang
tercatat dalam buku rekam medik kemudian dikategorikan menjadi
4 kelompok yaitu ringan apabila nilai FEV 1 ≥ 80% prediksi, sedang
apabila 50% ≤ FEV1 < 80% prediksi, berat apabila 30% ≤ FEV 1 <
50% prediksi, dan sangat berat apabila nilai FEV 1 < 30% prediksi.
GOLD. (2017). Global Initiative for Chronic Obstructive Lung A Guide for
Health Care Professionals Global Initiative for Chronic Obstructive
Disease. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease.
https://doi.org/10.1097/00008483-200207000-00004
Husein, Sarah Hasim Ali, et al. 2014. Serum Vitamin D, Magnesium and
Calcium on Lung Function and QoL in COPD, Vol 22. European
Respiratory Journal.
Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat.
Bandung: Yrama Widya.
Winarno, F.G. 1992. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
LAMPIRAN 1
NASKAH PENJELASAN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Bandung, ................2018
Saksi Sampel
(...............................) (...............................)
LAMPIRAN 3
KUESIONER PENELITIAN
Kode Sampel :
Enumerator : .........................................................................
2. TB :...................cm
3. IMT :...................kg/m3
IV.KONSUMSI OBAT
1. Apakah Bapak/Ibu mengkonsumsi obat bronkodilator?
1.Ya
2.Tidak
Enumerator : .........................................................................
PETUNJUK PENGISIAN
Frekuensi Porsi
URT Gram Rata2
Tidak Pernah
Bulan (1-3x)
Minggu (1-6x)
Hari (1-6x)
Sumber Sayuran
Brokoli
Daun Singkong
Kangkung
Bayam
Tomat
Sawi Hijau
Kacang Panjang
Ketimun
Kol
Wortel
Daun Melinjo
Buncis
Selada Air
........................
Buah
Pisang
Alpukat
Semangka
Jeruk
Pepaya
Jambu Biji
.........................
Makanan olahan
Siomay
Batagor
..........................
Lain-lain
Coklat
Suplemen Ca
Teh
Gula
..........................
LAMPIRAN 5
2017 2018
Kegiatan Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Ju Ags
l
Studi Literatur
Penyusunan
Proposal
Bimbingan dan
Konsultasi
Perizinan
Penelitian
Sidang
proposal
Perbaikan
Pengumpulan
Data
Pengolahan
dan Analisis
Data
Penulisan
Laporan
Penyusunan TA
Sidang TA
Perbaikan dan
Pengumpulan
LAMPIRAN 6