Oleh :
DIAN PARAMITHA ASYARI
NIM. 1820322017
Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
bantuan bimbingaan serta arahan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih penulis
ucapkan kepada :
1. Ibu Dr. dr. Rika Susanti, Sp.F selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang
2. Ibu Dr. dr. Yuniar Lestari, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pascasarjana
3. Bapak dr. Hardisman, MHID. Dr.PH (Med) selaku Pembimbing I dan Ibu Dr.
dr. Yuniar Lestari, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah meluang waktu
4. dr. Firdawati, M.Kes. PhD selaku Penguji I, Ibu Dr. dr. Dien Gusta Anggraini,
MKM selaku Penguji II dan Ibu Abdiana SKM. M.Epid selaku Penguji III
I
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan untuk semua pihak yang telah
semoga penelitian ini nantinya akan bermanfaat bukan hanya bagi penulis saja
Penulis
II
DAFTAR ISI
III
2..Faktor Yang Mempengaruhi HIV/AIDS Pada LSL .............................21
1. Perilaku ………………………………………………………………21
IV
BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................... 43
A. Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................................... 43
B. Saran.............................................................................................................85
V
DAFTAR TABEL
dilakukan..................................................................................................64
Tabel 8 Matriks Wawancara Mendalam tentang Peran Klinik VCT Bagi LSL .. 67
VI
DAFTAR GAMBAR
VII
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
VIII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) merupakan salah satu
fenomena yang hingga saat ini masih menjadi perdebatan di berbagai pihak baik
ini masih merupakan teka-teki dan masih dianggap sebelah mata oleh masyarakat
berdasarkan kultur tradisional (Sinyo, 2014). Salah satu pelaku LGBT yang rentan
dan memiliki resiko tinggi tertularnya virus HIV/AIDS adalah Lelaki Seks Lelaki
(LSL). Dilansir dari Routers, Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
HIV yang dilakoni oleh LSL (Centers for Disease Control And Prevention, 2015).
persen dari infeksi baru dinegara tersebut. Bukan hanya gangguan kesehatan
secara fisik saja, perilaku LSL dan LGBT lainnya juga dikhawatirkan mengalami
masalah kesehatan pada mentalnya. Hal ini dijelaskan dalam Journal of Acquired
kesehatan mental terhadap penularan HIV pada LGBT (Centers for Disease
1
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu virus yang
sistem kekebalan tubuh jika masuk ke tubuh seseorang. Tubuh mulai kehilangan
penyebab penyakit. HIV juga dapat berkembang menjadi penyakit serius yang
Secara global insiden HIV pada tahun 2016 berkisar pada 0.26 kasus per
1.000 populasi yang tidak terinfeksi (UNAIDS, 2018). sedangkan pada tahun
2017 terdapat sekitar 36,9 juta orang terinfeksi baru HIV atau sekitar 5000 infeksi
baru setiap harinya. Wilayah Asia Pasifik merupakan wilayah dengan jumlah
kasus HIV terbanyak nomor dua di dunia (World Health Organization, 2018).
tercatat mencapai 0.19 % per 1000 penduduk. Hal ini disebabkan oleh keadaan
merupakan salah satu penyebab tingginya penyebaran virus HIV. Kematian akibat
AIDS di Indonesia juga meningkat sekitar 68% pada tahun yang sama (World
HIV yang dilaporkan sebanyak 10.376 orang, dimana perbandingan kasus HIV
resiko HIV yang tertinggi terdapat pada hubungan seks beresiko pada LSL (lelaki
2
seks lelaki) (28%), heteroseksual (24%), lain-lain (9%) dan penggunaan jarum
suntik tidak steril pada penasun (2%). HIV dan AIDS di Indonesia memiliki
resiko tinggi pada populasi tertentu seperti, pekerja seks dan pelanggannya,
(Penasun), lelaki seks dengan lelaki (LSL), dan waria (Kementrian Kesehatan,
2017).
Laporan jumlah kasus HIV Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015
peningkatan pada tahun 2018 menjadi 29,08% per 100.000 penduduk. Laporan
2446 kasus, dan kasus tersebut meningkat setiap tahunnya (Kementrian Kesehatan,
2018).
menyebutkan bahwa jumlah kasus HIV pada tahun 2017 didapatkan sebanyak 566
kasus, 298 diantaranya adalah AIDS. 44% dari jumlah kasus pada tahun tersebut
pada tahun 2018 didapatkan jumlah kasus sebanyak 628 kasus HIV, 347
diantaranya adalah AIDS. 30% dari jumlah kasus tersebut juga dilakoni oleh
pasangan Homoseksual dan 16% pasangan Biseksual. Data terakhir pada tahun
2019 didapatkan jumlah kasus HIV sebanyak 406 kasus, 184 diantaranya adalah
kasus AIDS. Sebanyak 36% juga dilakoni oleh pasangan Homoseksual dan 13%
2019).
3
Kota Padang merupakan kota dengan jumlah kasus HIV/AIDS terbanyak
di Provinsi Sumatera Barat. Hal ini dapat dilihat dari laporan Dinas Kesehatan
Kota Padang menyebutkan bahwa pada tahun 2017 terdapat sebanyak 370 kasus
HIV, 93 kasus diantaranya adalah kasus AIDS, 170 kasus di dominasi oleh pelaku
lelaki seks lelaki. Sementara pada tahun 2018 didapatkan kasus HIV sebanyak
447 kasus, 105 kasus diantaranya adalah AIDS, 165 kasus HIV didominasi oleh
pelaku lelaki seks lelaki. Kemudian pada tahun 2019 didapatkan jumlah kasus
HIV sebanyak 225 kasus dan 42 diantaranya adalah kasus AIDS. Data terakhir
dari Dinas Kesehatan Kota Padang tersebut menyebutkan bahwa 150 orang
penggunaan jarum suntik (Penasun) dan wanita pekerja seksual (WPS). Namun
saat ini situasi epidemi HIV dan AIDS tersebut telah berubah. Berdasarkan
estimasi dan proyeksi dari jumlah kasus infeksi HIV baru menurut kelompok
merupakan kelompok dengan penderita HIV terbanyak yaitu sekitar 14.532 orang
pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 28.640 orang pada tahun 2016
Prilaku (STBP) 2011 terjadi peningkatan prevalensi pada LSL yaitu dari 5%
sangat rentan tertularnya HIV/AIDS adalah perilaku lelaki seks lelaki (LSL).
Lelaki seks lelaki adalah laki – laki yang terlibat secara seksual dengan laki – laki
4
lain. Lelaki seks lelaki juga mencakup orang-orang yang teridentifikasi sebagai
gay atau biseksual, pria transgender yang berhubungan seksual dengan laki-laki
dan laki-laki yang teridentifikasi sebagai heteroseksual (United Nations Fund for
bahwa faktor penyebab terjadinya perilaku LSL sangat dipengaruhi oleh peranan
lingkungan dan sosial yang dimulai dari peran lingkungan keluarga, pola asuh,
dan lingkungan pergaulan terutama saat pubertas dan usia remaja. Penelitian ini
pemahaman agama yang rendah, pola asuh, kurang kasih sayang dan pelecehan
seksual, sedangkan enabling factor (pendukung) yaitu gaya hidup dan adanya
terkait perilaku LSL ini. Hal ini dikarenakan kelompok ini sangat menutup diri
dan biasanya jumlah kasus ditemukan apabila sudah dalam kondisi yang sudah
sakit. Kelompok ini hanya terbuka dan berinteraksi dengan sesama kelompoknya
saja. Padahal data dari kementrian kesehatan tahun 2012 menyebutkan bahwa 1,3
Kesehatan, 2012).
bahwa jumlah lesbian gay biseksual dan transgender (LGBT) di Sumatera Barat
mencapai 25 ribu lebih. Dengan jumlah rincian 14.469 orang LSL ditambah waria
5
2.501 orang dan pelanggan waria 9.024 orang. Berdasarkan data estimasi dan
jumlah ODHA kelompok LSL di Kota Padang menempati urutan ke-1 dengan
2014).
kebijakan terkait perilaku LSL. Selain sebagai salah satu penyumbang HIV/AIDS
dengan gangguan kesehatan secara mental. Saat ini belum adanya program dan
Tujuan kebijakan ini yaitu menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV,
Penerapan ini juga mengacu pada Permenkes nomor 21 tahun 2013 tentang
kasus HIV sedini mungkin, meningkatkan cakupan pemberian dan retensi terapi
ARV serta perawatan kronis, memperluas akses pemeriksaan CD4 dan viral load
termasuk early infant diagnosis dari layanan primer hingga sekunder dan rujukan,
6
mengurangi beban biaya terkait layanan tes dan pengobatan HIV/AIDS (Peraturan
bahwa saat ini kebijakan safesex yang diterapkan oleh program Pencegahan
Melalui Transmisi Seksual (PTMS) dinilai tidaj dapat mengubah perilaku seksual
penggunaan kondom saat seks beresiko tidak dilakukan oleh pelaku LSL dengan
kebijakan dalam penurunan IMS HIV/AIDS pada pelaku LSL. Salah satu strategi
menjelaskan bahwa kelompok LSL juga termasuk dalam upaya kegiatan tersebut.
Namun peraturan ini masih dinilai kurang efektif dalam upaya penurunan
penularan HIV / AIDS pada pelaku LSL di Kota Padang (Peraturan Walikota
bekerjasama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Padang di
7
dapatkan keterangan bahwa dalam saat ini belum ada program khusus dalam
yang ada hanya program penjaringan anak jalanan dimana kelompok LGBT
termasuk dalam kegiatan tersebut. Kegiatan yang dilakukan pada kelompok yang
terjaring hanya rehabilitasi sosial dan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan
Padang, 2017-2018).
yang terkait pada perilaku LSL. Mengingat LSL merupakan kelompok beresiko
umumnya. Oleh karena itu maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
8
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Padang serta mengetahui sudah sejauh mana program saat ini dalam
2. Tujuan Khusus
2. Mengetahui program seperti apa saat ini yang dilakukan pemerintah dalam
Padang dalam penurunan penularan HIV / AIDS pada perilaku LSL di Kota
Padang
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
kota Padang.
2. Aspek Praktis
9
b. Bagi Program Studi
c. Bagi Penulis
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIV / AIDS
1. Pengertian HIV / AIDS
Human Immunodeficiency Virus atau yang lebih dikenal dengan virus HIV
merupakan sejenis retro-virus yang menyerang sistem sel- sel kekebalan tubuh
yang terjangkit virus HIV tidak bisa dikatakan sama dengan seseorang yang
terjangkit AIDS. Banyak orang yang terjangkit HIV namun tidak memperlihatkan
sakit selama bertahun-tahun. Infeksi virus yang bertahun inilah yang perlahan
dari beberapa gejala dan infeksi penyakit akibat melemahnya sistem kekebalan
tubuh sesesorang akibat virus HIV. Banyaknya gejala dan infeksi yang
ditimbulkan disebabkan oleh tingkatan virus HIV dalam tubuh. Semakin tinggi
tingkatan virus HIV dalam tubuh, maka gejala dan infeksi yang dialami akan
2. Penyebab HIV
Virus HIV mempunyai 2 macam tipe virus, yaitu Tipe 1 (HIV-1),
penyebab utama AIDS yang merupakan bentuk virus yang paling virulen,
2010).
11
3. Gejala HIV
Gejala HIV pada masing - masing orang berbeda tergantung pada
tingkatan HIV yang diderita oleh orang tersebut. Beberapa orang akan mengalami
gangguan seperti gangguan kelenjar dengan efek demam yang disertai panas
tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa. Gejala ini berkisar
antara enam minggu dan tiga bulan setelah infeksi terjadi. Infeksi HIV yang tidak
disertai dengan gejala awal HIV akan sangat mudah menularkan virus tersebut
kepada orang lain. Cara yang pasti untuk menentukan apakah seseorang tersebut
a. Tahap I
sebagai AIDS.
b. Tahap II
sembuh.
c. Tahap III
Meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih
dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru.
d. Tahap IV
12
Gaya hidup sehat akan mempunyai dampak yang baik bagi penderita HIV positif,
salah satunya jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS
dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Selain itu
menurunkan jumlah virus dalam tubuh yang terinfeksi (Kementrian Kesehatan RI,
2019).
Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag,
pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting
dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat,
akan berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam
aktivasi trantesisonal dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat
efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan
produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain (Geo F
penyakit akibat virus HIV ini. Level virus yang lebih tinggi dapat terdeteksi dalam
plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut. HIV yang dapat terdeteksi dalam
plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut dan lebih virulin dari pada yang
13
Sedangkan untuk penularan HIV sendiri dapat terjadi dari berbagai cara
yaitu :
a. Seksual
(anus), oral (mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi adalah penetrasi
vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV.
b. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan
virus HIV.
c. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk
ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato
atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadiketika
f. Penularan dari ibu ke anak, kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari
14
World Health Organization (WHO) juga menjelaskan bhawa HIV tidak
a. Kontak fisik.
Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas
dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan
e. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV (World
zat adiktif.
15
Selain hal tersebut, terdapat beberapa upaya lainnya dalam menurunkan
penularan HIV juga banyak terjadi pada pengguna Napza jarum suntik.
Amerika Serikat dan negara Eropa di bagian Utara banyak ditemukan kasus HIV /
AIDS terutama terdapat pada pria yang berhubungan seksual dengan pria.
Sedangkan Eropa bagian selatan dan timur, Vietnam, Malaysia, India Timur Laut,
dan Cina kasus tertinggi HIV / AIDS terjadi pada pengguna obat suntik.
Tenggara jalur penularan HIV / AIDS yang dominan adalah secara heteroseksual
(UNAIDS, 2018).
UNAIDS dan WHO memperkirakan saat ini terdapat sekitar 60 juta orang
telah tertular HIV dan 26 juta telah meninggal karena AIDS, sedangkan orang
yang hidup dengan HIV sekitar 34 juta orang. Sedangkan di Asia terdapat sekitar
4,9 juta orang yang terinfeksi HIV, 440 ribu diantaranya adalah infeksi baru dan
cukup bervariasi, namun terdapat tiga perilaku yang beresiko tinggi dalam
16
menularkan virus yaitu berbagi alat suntik di kalangan pengguna napza, seks yang
tidak terlindungi dan lelaki seks dengan lelaki yang tidak terlindungi. Sementara
di Asia Tenggara dan Selatan diperkirakan terdapat 4 juta orang dewasa dan
anak-anak yang positif terinfeksi HIV, sedangkan kematian orang dewasa dan
anak-anak karena AIDS diperkirakan sebanyak 250.000 orang dan 280.000 orang
disebabkan oleh penggunaan jarum suntik berbagi dan penyebab utama epidemi
kini telah mulai bergeser ke faktor perilaku seksual berisiko yang tidak aman.
tahun 2007 sampai 2027, kelompok laki-laki yang terinfeksi HIV melalui
hubungan seks yang tidak aman atau tanpa kondom dengan WPS dan atau
laki-laki akan menjadi kelompok dengan prevalensi HIV tertinggi. Perkiraan ini
dan negara-negara yang berada di region Asia bahwa laki-laki yang berperilaku
berisiko tinggi tertular HIV. Hal ini tentunya disebabkan oleh perilaku seks
mereka yang tdak aman dan mereka juga cenderung tidak menggunakan kondom
seksual dengan laki-laki lain, namun tidak selalu memiliki orientasi seksual
17
maupun identitas seksual yang sama. Kelompok LSL merupakan kelompok yang
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk infeksi HIV, peningkatan risiko ini
terutama disebabkan oleh perilaku seksual pada kelompok LSL dimana hubungan
seks anal tanpa proteksi secara umum diketahui sebagai rute penularan infeksi
HIV yang paling efisien dengan risiko 8,2 per 1000 kontak untuk hubungan seks
anal bagi peran reseptif dan 0,6 per 1000 kontak untuk hubungan seks anal bagi
Pengertian LSL tidak dilihat dari latar belakang identitas dan orientasi seksualnya
melainkan dilihat dari perilaku dan pasangan seksualnya. Pada sistem surveilans
yang dilakukan CDC, seseorang yang dikatakan sebagai LSL bisa termasuk
melakukan hubungan seksual (oral maupun anal seks) dengan laki-laki lainnya
baik dengan alasan finansial atau hasrat sensual maupun keingintahuan tersendiri
dan Amerika sebanyak 57%, Amerik Latin sebanyak 41%, 25% di Asia Pasifik,
dikarenakan LSL yang menderita HIV hidup berdampingan dengan pasangan LSL
nya. Meskipun dibeberapa negara LGBT telah dilegalkan namun tetap saja masih
ditemukan stigma dan diskriminasi terhadap kelompok ini. LSL dan Lesbian
18
merupakan kelompok yang paling banyak mendapatkan stigma dan diskriminasi
yaitu laki-laki yang berperan sebagai wanita atau insertif yaitu laki-laki yang
berperan sebagai laki-laki. Cara berhubungan seksual pada kelompok LSL yaitu
tanpa proteksi memiliki risiko yang tinggi untuk penularan IMS termasuk HIV.
Selain itu kebanyakan hubungan pada LSL bersifat jangka pendek serta tidak
pasangan laki-laki tidak tetap, penjaja seks laki-laki, penjaja seks wanita,
pasangan wanita tetap dan pasangan wanita tidak tetap. HIV di kalangan LSL
merupakan alternatif yang paling banyak digunakan bagi LSL saat intercouse,
namun beberapa LSL juga ditemukan tidak menggunakan kondom saat intercouse
saat bermitra dengan sesama LSL (Ririn Febriana Anggraeni et al., 2018).
Tingginya prevalensi HIV pada gay dan biseksual berarti LSL menghadapi
risiko yang lebih besar terjangkit infeksi pada setiap aktivitas seks yang
19
b. Kurangnya pengetahuan mengenai status HIV
LSL belum mengetahui status mereka dan mungkin tanpa sadar menularkan
Bagi beberapa LSL terutama gay dan biseksual, faktor sosial dan ekonomi,
lainnya.
Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas seseorang yang dapat diamati secara
merupakan suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
20
derajat kesehatan pada manusia yaitu genetik (hereditas), lingkungan, pelayanan
C. Teori Perilaku
1. Perilaku
Soekidjo Notoatmojo (2010) menyebutkan bahwa perilaku merupakan
suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Pendapat diatas disimpulkan bahwa
perilaku (aktivitas) yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi
akibat dari adanya rangsang yang mengenai individu tersebut. Proses terjadinya
perilaku yaitu:
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
21
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
dalam diri manusia dan yang tidak secara langsung dapat terlihat
dengan baik serta dapat menganjurkan pada orang lain untuk berbuat
Perilaku pada seseorang individu tersebut terbentuk dari dua faktor utama
yaitu stimulus yang merupakan faktor eksternal dan respons yang merupakan
faktor internal. Faktor eksternal seperti faktor lingkungan, baik lingkungan fisik,
maupun non-fisik dan faktor internal pula adalah faktor dari diri dalam diri orang
perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya, yaitu di mana seseorang
tersebut berada. Sementara itu, faktor internal yang paling berperan adalah
22
seseorang itu yaitu ilmu psikologi, sosiologi dan antropologi (Notoadmodjo,
2010).
dapat dikategorikan ke dalam perilaku seks yang aman dan tidak aman. LSL
diketahui memiliki banyak pasangan seks lelaki dan angka penggunaan kondom
tidak konsisten masih dikategorikan tinggi. Kedua hal tersebut berasosiasi kuat
meningkatkan risiko transmisi dan akuisisi HIV serta IMS (Iko Safika et al.,
2014).
pemakaian jarum yang bergantian, serta pemakaian alat menoreh kulit dan benda
tajam secara bergantian dengan orang lain, misalnya tindik, tato, silet cukur dan
menggunakan darah serta produk yang bekas dari HIV untuk pasien (Komisi
1. Aktivitas Seksual
bervariasi yaitu:
23
1. Oral Seks
perasaan nikmat dalam klimaks seks. Pasangan LSL paham akan pentingnya
kebersihan mulut untuk menjaga tidak tertularnya HIV dan AIDS. Apalagi untuk
perilaku oral seks yang menelan sperma pasangan. Terdapat juga istilah yang
disebut rimming. Rimming adalah stimulasi anus pasangan dengan lidah atau
2. Anal Seks
dimasukkan ke rectum melalui anus. Selain itu penetrasi anus dengan dildo, butt
plug, vibrator, lidah dan benda lainnya juga disebut anal seks. Anal seks dapat
Pada anal seks ada dua peran: peran reseptif (yang menerima penis) dan
peran insertif (yang memasukkan penis). Risiko penularan HIV lebih tinggi pada
orang yang menjalankan peran reseptif, karena HIV lebih mudah masuk ke tubuh
3. Petting
kelamin (atau penis dengan anus) dengan menggunakan pakaian (petting kering)
atau tanpa pakaian (petting basah), tanpa penetrasi. Dalam konteks ini penetrasi
adalah istilah yang merujuk pada penis masuk ke vagina atau penis masuk ke
anus.
24
4. Quickie atau seks cepat.
anus, vagina, atau melalui mulut) yang dilakukan dengan cepat. Risiko quickie
adalah lecet dan luka jika dilakukan tanpa kondom dan pelicin, terutama pada
2. Penggunaan Kondom
Pencegahan transmisi HIV dan IMS akan berjalan efektif jika LSL
kondom apabila digunakan dengan benar, maka transmisi HIV dapat dicegah
hingga 90%. Penggunaan kondom yang benar dan konsisten dapat menurunkan
transmisi HIV hingga 85-90% dan menjadi landasan untuk pencegahan HIV di
terhadap 275 orang LSL. Hasil studi ini memberikan gambaran bahwa jaringan
seksual diantara kelompok berisiko sangat rumit. Laki-laki penjaja seks yang
pelanggannya adalah gay, ternyata juga membeli seks dari wanita penjaja seks.
infeksi HIV pada pria dan wanita adalah mereka yang berlaku sebagai penerima
dari hubungan seksual anal dengan pasangan seksual yang terinfeksi HIV.
Hubungan cara vaginal kemungkinan membawa resiko tinggi bagi pria dan wanita
25
4. Peran Gender
Gender adalah Konstruksi sosial bentukan masyarakat yang dilekatkan
pada laki-laki dan perempuan, serta intersex . Bisa berupa peranan, perilaku,
dikonstruksikan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anak, dan laki-laki
individu terkena HIV/AIDS dalam hal sikap dan perilaku gender dapat
dianggap pasif, sehingga tidak mempunyai kuasa dalam hubungan seksual dengan
laki-laki untuk menuntut seks aman ataupun menolak seks, serta tidak adanya
kemampuan untuk melindungi diri mereka dari HIV, misalnya diskusi tentang
jender telah difokuskan kepada perempuan. Hanya sedikit data yang menunjukkan
Orientasi Seksual: adalah kepada jenis kelamin atau gender yang mana
26
seseorang yang secara emosional dan atau seksual tertarik jenis
apapun.
perempuan dan orang tua lebih protektif pada remaja perempuan dibandingkan
laki-laki. sehingga dapat dipahami laki-laki memiliki peluang lebih besar untuk
2012).
karena kurangnya preoteksi agau gaya hidup yang kurang sehat sehingga
chlamydiadangenital herpes.
b. HIV/AIDS
hubungan seksual yang tidak sehat, darah dan jarum suntik yang
terinfeksi.
27
c. Kehamilan
terjadinya kehamilan.
d. Aborsi
masalah yang dihadapi. Penetapan kebijakan merupakan suatu faktor penting bagi
b. Kebijakan adalah respon atas suatu peristiwa yang terjadi, baik untuk
respon atas tindakan bersama bagi para pihak yang mendapatkan perlakan
28
Suatu kebijakan dihasilkan melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan
para aktor kebijakan melalui proses kebijakan publik. Proses kebijakan publik
yang bersifat politis. Aktivitas politis dalam proses kebijakan publik menurut
menimbulkan masalah.
kebijakan.
paling tinggi.
29
Dalam teori yang dikemukakan oleh Dunn ( 2017 )mengatakan bahwa
yaitu :
Pelaku Kebijakan
aktivitas dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Adapun politis tersebut
1. Penyusunan agenda
2. Formulasi kebijakan
3. Adopsi kebijakan
4. Implementasi kebijakan
5. Penilaian kebijakan
berikut :
30
2. Penentuan tujuan, adalah tahapan untuk menentukan tujuan yang hendak
2017).
implementasi kebijakan dan tahap terakhir adalah tahap penilaian atau evaluasi
kebijakan. Kelima tahap yang menjadi urut-urutan semuanya perlu dikelola dan
31
dikontrol oleh pembuat yang sekaligus pelaksana kebijakan publik. 5 tahapan
Penyusunan Agenda
Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
kegiatan :
1) Promosi kesehatan
5) Rehabilitasi
32
Sedangakan populasi kunci yang menjadi sasaran dalam penanggulangan
4) Gay, Waria, dan Laki pasangan / pelanggan seks sesama lelaki (LSL)
HIV / AIDS terkait perilaku LSL, namun salah satu kegiatan yang dapat
dimanfaatkan oleh pelaku LSL menurut peraturan tersebut adalah kegiatan Tes
HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK), dimana
salah satu sasaran dari kegiatan ini adalah menyediakan pelayanan kesehatan bagi
populasi kunci atau orang yang berperilaku resiko tinggi (Peraturan Menteri
beresiko
33
4) Mendorong dan meningkatkan layanan IMS di fasilitas pelayanan kesehatan
penanggulangan HIV / AIDS juga sama halnya dengan kegiatan pencegahan yang
program penanggulangan HIV/AIDS pada pelaku LSL. Program yang ada adalah
kurang efektif mengingat pelaku LSL bukan hanya bermasalah secara fisik saja
namun perilaku juga ini bermasalah terhadap kesehatan mental dan sosial.
sulit untuk terbuka terutama berkaitan dengan kesehatan mereka. Kebanyakan dari
pelaku ini terdeteksi HIV/AIDS saat telah menunjukan tanda dan gejala yang
E. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan pada penelitian analisis program
Lelaki Seks Lelaki di Kota Padang mengacu pada teori Green tentang perilaku
dan teori Dunn tentang kebijakan publik. Teori Green dalam Notoatmodjo
dan akibat dari perilaku tersebut dibutuhkannya suatu program dan kebijakan dari
Kota Padang yang dijelaskan oleh teori Dunn. Lebih jelasnya kerangka teor
34
Proses Terjadinya Perilaku
LSL :
1. Kesadaran
2. Mulai tertarik
3. Menimbang-nimbang
4. Mencoba-coba
5. Mengadopsi perilaku
tersebut
Program Penanggulangan
HIV/AIDS :
1. Promosi kesehatan
2. Pencegahan penularan HIV
dengan safesex menggunakan
kondom
3. Pemeriksaan diagnosis HIV
4. Pengobatan , perawatan, dukungan
melalui konseling VCT
5. rehabilitasi
Proses Penyusunan
Kebijakan Publik :
1. Penyusunan agenda
2. Formulasi agenda Penurunan Penularan HIV / AIDS
3. Adopsi kebijakan Terkait Perilaku Lelaki Seks lelaki
4. Implementasi kebijakan
5. Penilaian kebijakan
35
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Penyusunan Kebijakan :
1. Penyusunan agenda
kebijakan Penurunan Penularan HIV
Penanggulangan /AIDS Terkait Perilaku LSL di
2. Formulasi agenda Kota Padang
kebijakan
Penanggulangan
36
B. Definisi Istilah
1. Faktor penyebab Lelaki Seks Lelaki (LSL), merupakan faktor - faktor yang
HIV / AIDS sebagai akibat dari perilaku tersebut. Komponen faktor penyebab
1) Faktor kesadaran, yaitu adanya respon terhadap stimulus dari objek yang
diamati. Dalam hal ini objeknya adalah keinginan untuk berprilaku LSL
pikiran untuk menilai baik buruknya stimulus tersebut namun hal ini
diberikan
36
tersebut dalam mengatasi permsalahan penurunan penularan HIV / AIDS
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dan suatu data
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan dan tulisan dari perilaku orang-orang
Pada penelitian ini peneliti akan menggali segala hal yang berkaitan
terkait perilaku LSL di Kota Padang serta mengungkap isu penting terkait dengan
B. Lokasi Penelitian
Kota Padang, Dinas Sosial Kota Padang, Komisi Penanggulangan AIDS Padang,
Puskesmas Seberang Padang dan Puskesmas Andalas Padang, Kantor DPRD Kota
Penelitian ini dimulai sejak awal proposal yaitu pada bulan Oktober 2019
keterangan dan informasi yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
38
lebih tahu terhadap penelitian dan dapat dipercaya menjadi sumber data tentang
apa yang diharapkan dari penelitian (Aan Komariah and Djaman Satori, 2010).
Andalas Padang
7 DPRD Kota Padang Komisi IV 1 Orang Indepth Interview
mendalam kepada informan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri. Data
yang telah didapat ini nantinya akan dicatat dan direkam oleh peneliti (Aan
Data primer pada penelitian ini nantinya adalah data yang didapat dari hasil
39
2) Data Sekunder
Sedangkan data sekunder dari penelitian ini didapat dalam bentuk data dan
laporan dengan dinas atau instansi terkait, yaitu Dinas Kesehatan Kota Padang
bagian P2M, Dinas Sosial Kota Padang, Satpol PP Kota Padang, Komisi
a. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak yaitu
b. Studi Dokumentasi
terkait, laporan kasus dari dinas terkait (Basrowi and Suwandi, 2008).
40
3. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh peneliti
penelitian.
b. Buku catatan, yaitu berfungsi untuk mencatat setiap hasil wawancara yang
(Notoatmodjo S, 2012).
lisan yang telah direkam kedalam bentuk catatan tertulis. Setiap informasi
b. Mereduksi data
c. Penyajian data
41
d. Menyimpulkan dan menafsirkan data
2. Analisa Data
Terdapat dua macam teknik triangulasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini
yaitu :
1. Triangulasi Sumber
Menggunakan berbagai sumber data yang didapat dari dinas - dinas terkait
penelitian. Sumber data tersebut berupa laporan kasus atau kejadian serta survei
2. Triangulasi Metode
42
BAB V
HASIL PENELITIAN
merupakan Ibukota dari Provinsi Sumatera Barat. Kota Padang memiliki luas
wilayah sebesar 1.414.96 KM2. Kondisi geografis Kota Padang berbatasan dengan
laut dan dikelilingi oleh perbukitan dengan ketinggian mencapai 1.853 Mdpl.
Kota Padang membujur dari Utara ke Selatan dan memiliki pantai seluas 68.126
KM2 dan terdapat deretan Bukit Barisan dengan panjang daerah 486.209 KM2 .
diatas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk Kilangan.
2. Lubuk Kilangan
3. Padang Selatan
4. Padang Timur
5. Padang Barat
6. Padang Utara
43
7. Nanggalo
8. Kuranji
9. Pauh
Padang menyebutkan bahwa saat ini jumlah penduduk Kota Padang mencapai
950.871 jiwa. Sebagai salah satu destinasi wisata dan pendidikan di Sumatera
Barat, banyak masyarakat dari luar daerah yang memilih tinggal dan sekolah di
Kota Padang sehingga berbagai macam kultur dan budaya daerah juga ikut
masyarakat yang dibetuk oleh pemerintah Kota Padang dan dituangkan dalam
Peraturan Walikota Padang Nomor 71 tahun 2019. tugas dan fungsi dari Satpol PP
perlindungan masyarakat
hukum pemerintah lainnya yang melanggar aturan dalam hal ini termasuk
44
Sedangkan wewenang dari Satpol PP adalah :
aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau
Perkada
Perkada, dan
5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas
dan fungsinya. Fungsi lain dalam hal ini adalah melakukan kegiatan
45
rehabilitasi sosial bagi orang - orang yang mempunyai masalah seperti, WPS,
berkualitas
pengendalian masalah kesehatan dalam hal ini bekerja sama dengan instansi
46
3. Melaksanakan pedoman dan standar pelayanan serta manajemen program
matra
umum
8. Melasanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas
PP No.75 tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS dan berubah menjadi
Perpres 124 tahun 2016 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Permen
tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat KPAN dan Permen Dalam Negeri
kemudian ditegaskan juga dalam Peraturan Walikota Padang Nomor 618 tahun
pada kegiatan intervensi pada populasi kunci (kelompok berperilaku resiko tinggi)
layanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak menjadi perhatian utama.
47
Komisi Penanggulangan AIDS didaerah memiliki tugas dan tanggung jawab
antara lain :
kegiatan.
ditengah-tengah masayarakat.
masalah AIDS.
618, 2008).
48
b. Memimpin, mengelola, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi
berasal dari pusat, daerah, masyarakat dan bantuan luar negeri secara efektif
dan efisien
2008).
2005 tentang konseling dan testing HIV/AIDS secara sukarela melalui klinik VCT
49
Perubahan perilaku yang terjadi bagi orang dengan HIV/AIDS
logika secara mandiri. Layanan konseling ini bisa dilakukan disarana pelayanan
kesehatan yang telah mempunyai klinik VCT dan konselor terlatih, seperti halnya
yang telah dilakukan oleh Puskesmas Andalas dan Puskesmas Seberang Padang.
layanan konseling dan testing sukarela merupakan suatu program yang telah
Padang sendiri layanan klinik VCT sudah bisa dilakukan di 23 Puskesmas dan 3
Rumah Sakit. Peraturan ini juga menjelaskn bahwa orang - orang yang berhak dan
Kode
No Informan Umur Instansi Asal Pekerjaan
Informan
1. Bapak A IF-01 43 Tahun Satpol PP Padang Bagian Penertiban
Umum dan ASN
50
2. Bapak I IF-02 43 Tahun Dinas Sosial Bagian Rehabilitasi
Padang Sosial
3. Ibu E IF-03 42 Tahun Dinas Kesehatan Bagian Pencegahan dan
Padang Pengendalian Penyakit
Menular
4 Bapak E IF- 04 37 Tahun Komisi
Bagian Laporan dan
Penanggulangan
Follou Up Lapangan
Aids Kota Padang
5 Ibu G IF-05 30 Tahun Komisi
Pejangkau kelompok
Penanggulangan
beresiko HIV / AIDS
Aids Kota Padang
6. Ibu U IF-06 33 Tahun Puskesmas Klinik VCT / Konselor
Seberang Padang VCT
7. Ibu Y IF-07 51 Tahun Puskesmas Klinik VCT / Konselor
Andalas Padang VCT
8. Ibu Y IF-08 52 Tahun DPRD Kota Komisi IV DPRD Kota
Padang Padang
9. Bapak W IF-09 54 Tahun Walikota Padang Walikota Padang
10. LSL Y IF - 1 24 Tahun - Mahasiswa
11. LSL D IF - 2 33 Tahun - Penari
12. LSL D IF - 3 35 Tahun - Buruh
13. LSL R IF - 4 25 Tahun - Mahasiswa
14. LSL H IF - 5 22 Tahun - Tukang Salon
15. LSL E IF - 6 34 Tahun - Wirasawasta
16. LSL Z IF - 7 28 Tahun - Buruh
Pada saat penelitian dilakukan, Bapak Walikota sebagai informan akhir
banyaknya kegiatan dinas luar kota dan diwakilkan oleh Dinas Kesehatan Kota
Padang.
51
C. Gambaran LSL di Kota Padang
terbanyak di Provinsi Sumatera Barat. Hal ini juga terlihat dari laporan Dinas
Kesehatan Kota Padang yang menyebutkan bahwa pada tahun 2017 terdapat
sebanyak 370 kasus HIV, 93 kasus diantaranya adalah kasus AIDS, 170 kasus di
dominasi oleh pelaku lelaki seks lelaki. Sementara pada tahun 2018 didapatkan
kasus HIV sebanyak 447 kasus, 105 kasus diantaranya adalah AIDS, 165 kasus
HIV didominasi oleh pelaku lelaki seks lelaki. Kemudian pada tahun 2019
didapatkan jumlah kasus HIV sebanyak 225 kasus dan 42 diantaranya adalah
kasus AIDS. Data terakhir dari Dinas Kesehatan Kota Padang tersebut
Biseksual, dan 13 orang dari Waria (Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang, 2017
- 2019).
bahwa pada tahun 2015 ditemukan sebanyak 861 orang LSL dan 133 orang Waria.
Sedangkan tahun 2017 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 1591 orang LSL
dan 273 orang Waria. Kemudian pada tahun ditemukan sebanyak 1339 orang LSL
dan 168 orang Waria (Komisi Penanggulangan AIDS Kota Padang, 2015 -
2019).
D. Hasil Penelitian
1. Faktor Penyebab LSL Hingga HIV / AIDS
a) Alasan Menjadi LSL
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan LSL mengenai
52
karena pengaruh lingkungan dan teman sebaya. Terdapat juga alasan bahwa
mereka menjadi LSL karena memang dari kecil lebih cenderung menyukai laki -
“ Alasan ya kak, kalau aku sih pertama karena memang dari kecil udah
suka temenan sama anak - anak cewek kak. Apapun permainannya kadang aku
ikutan juga main kak, malah aku kalo temenan sama laki - laki malu kak ” (IF-1).
“ Kalau ditanya alasan kenapa mau jadi seperti ini, aku murni karena
lingkungan. Temen - temen aku semuanya LSL atau blekok dan setelah aku coba
ternyata memang lebih nyaman karena sama-sama paham satu sama lain ”
(IF-2).
“ Kalau alasan yang kak tanyoan, awak ntah ba kak lebih nyaman rasonyo
diposisi kini. Soalny lingkungan tampek wak kini kak, lebih bisa memahami awak
kak. Malah kini awak biaso ce kalau caliak cewek tu kak ndak ado deg-degan do ”
(IF-3).
“ Alasan kenapa gue lebih nyaman jadi gay nih kak, karena faktor
keluarga gue kak. Dirumah gue cowo sendiri kak, kakak gue 3 orang cewe semua.
Dan tambah lingkungan gue sekarang juga mendukung semua kak soalnya
rata-rata temen kuliah yang deket sama gue gay juga kak ” (IF-4).
pekerjaan aku sekarang di salon kak. Aku aja sekosan sama pasangan aku
kak ”(IF-5).
“ Awak baa kok nyaman jadi LSL ko yo kak, dek awak lah dari dulu awal -
awal sekolah ndak ado raso apapun ke cewek do kak. Lai pernah dulu cubo sekali
53
tapi ndak tahan lamo do, lebih lamak jo yang samo jo awak lai kak soalnya ndak
egois do ” (IF-6).
“ Wak jadi LSL ko kak dulu cubo - cubo ce nyo kak. Bosan jo cewek mah
kak, wak cubo jo cowok lai, kiro lebih sero lai kak. Nyaman dalam berhubungan
54
b) Lama menjadi LSL
Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dengan
“ Kalo aku udah dari rasain dari SD kayaknya kak. Lebih yakinnya pas
“ ditanya udah berapa lama jadi LSL, kayaknya aku udah 10 tahun lebih
deh kurang ingat pasti juga tapi memang udah lama ” (IF-2).
“ Wak lah lumayan lamo juo mah kak. Mungkin lah nak 6 tahunan lah kak
“ Kalau gue kak, mungkin udah dari kecil kak. Gue nyaman kak, apalagi
sejak SMA. Gue gak ingat pasti berapa lamanya kak, yang jelas semakin
“Aku mulai masuk dunia ini pas tamat SMA kak, sampai sekarang apalagi
“ Kalau lah bara lamonyo mungkin awak lah lamo juo mah kak. Lah dari
sekolah awak lah mode ko juo mah. Lah 10 tahunan mungkin kak ” (IF-6).
“ Lah bara lamo yo kak ? awak dek dulu ko cubo - cubo kiro ketagihan
55
mengetahui atau lupa LSL selam 3 sampai 10
sudah berapa lama tahun.
mereka menjadi
LSL. (IF-1,4,5)
Terdapat juga
penjelasan informan
bahwa mereka
menjadi LSL sudah 3
tahun hingga 10
tahun lamanya.
(IF-2,3,6,7)
penelitian mengenai apa yang dirasakan saat memilih menjadi LSL hingga
“ Jujur kak, aku nyaman jadi seperti sekarang. Hubungan yang sekarang
ini kak membuat aku bisa jadi diri aku sendiri ” (IF-1).
“ Perasaan jadi LSL, yaa nyaman, lebih bisa terbuka satu sama lain, gak
“ Sejauh ko awak enjoy ce nyo kak. Malah lebih lamak lai kak, soalnya
kalo jo cewek kebanyakan cewek tu egois nio dimangarati ce tapi ndak nio
mangarati ” (IF-3).
“ Gue nyaman kak. Dengan hubungan yang sekarang kami bisa saling
paham satu sama lain, dan tanpa ada paksaan apapun ” (IF-4).
56
“ Lebih nyaman kak, karena aku ketemu sama pasangan yang paham
“ Kalau awak kak, lebih nyaman dalam hubungan kini lai dibanding
hubungan yang lain. Soalnya hubungan wak kini ndak ada paksaan samo sekali
“ Wak dek dulu pernah lho samo cewek kan kak, pas dicubo jo cowok
lebih sero hubungan yang kini dibanding jo cewek lai kak. Ndak ada
57
d) Keinginan untuk Kembali Normal
akan kembali normal jika memang sudah waktunya tiba karena kodrat mereka
“ Kalo sekarang kak, aku belum bisa mikir kapan bisa balik seperti
orang-orang lain. Aku sekarang cuma mau jalani hidupku aja kak, senyamannya
“ Keinginan aku ada, cuma mungkin belum terlalu kuat kak. Jalani aja
dulu ” (IF-2).
“ Keinginan berubah tantu ado kak, tapi mungkin kuek atau ndaknyo niek
tuh mungkin alum kuek bana lai kak. Dek awak sadang nyaman -nyamannyo kini
kak ” (IF-3).
“ Gue ada sih kak pernah ada pikiran mau hidup kayak orang lain, cuma
“ Jujur ya kak, kadang ada juga aku nyesal kak. Pengen kayak orang -
orang, karena gimanapun akukan laki-laki kak ada kodratnya cuma mungkin
“ Wak jujur kak, awak lah taniek nio berubah kak. Soalnyo wak kan ka
berkeluarga juo kak. Wak ndak nio pas awak lah berkeluarga awak masih mode
58
“ Keinginan untuk berubah lai kak. Soalnyo lai tapikia dek wak kak,
sampai bilo wak ka mode ko. Wak laki-laki lho kak, pasti wak nio berkeluarga lho
kak ” (IF-7).
tentang penyebab terbentuknya perilaku LSL dan HIV pada LSL dapat dilihat
pada gambar :
59
Kesadaran diri
Mulai tertarik
Mencoba-coba
Perilaku
Mengadopsi perilaku LSL
penanggulangan yang saat ini dilakukan oleh pemerintah Kota Padang terfokus
pada kegiatan yang dilakukan oleh Satpol PP, Dinas Sosial, Komisi
penertiban. Dan untuk perilaku LSL ini kami belum mempunyai program khusus
60
“ Kami dari Dinas Sosial sifatnya hanya merima laporan dari Satpol PP,
dan jika LSL dan waria ikut terjaring maka kegiatan dari kami adalah
rehabilitasi sosial dan ruqiah. Dan kalau berkaitan dengan penyakit mereka akan
penanganan HIV pada umumnya. Kami di Dinas merujuk pada Permenkes tahun
2013 dan Perwako tahun 2018 tentang HIV/AIDS. Untuk pengobatan sendiri itu
Sedangkan untuk penanganan awal seperti deteksi dini dan konseling sudah bisa
curhatnya LSL yang semulanya mereka takut mau periksa kesehatan, melalui
(IF-04).
HIV/AIDS pada kelompok beresiko seperti LSL ini, ada namanya pejangkau dan
ada namanya pendamping. Nah untuk pejangkau ini kita fokusnya untuk mencari
mereka untuk selalu safety, selalu pakai pengaman kalau mau berhubungan dan
61
selalu ingatkan minum obat bagi yang sudah HIV. Pencatatan dan pelaporanya
62
umumnya. Mereka
dites dan diberikan
obat seumur hidup.
(IF-03).
Peran KPAK hanya
sebagai wadah dan
jembatan bagi LSL
dengan pemerintah
dan instansi
pelayanan kesehatan.
(IF-04).
KPAK mempunyai 2
kegiatan utama yaitu
pejangkau dan
pendamping. Peran
pejangkau yakni
mencari dan
mengajak LSL untuk
melakukan
pemeriksaan,
sedangkan
pendamping
berperan untuk
mengingatkan
mereka untuk tetap
safety dan terus
minum obat.
63
b) Peran Klinik VCT Bagi Pelaku LSL
Berdasarkan hasil wawancara mendalam mengenai kegiatan
penanggulangan yang saat ini dilakukan oleh pemerintah Kota Padang terfokus
pada kegiatan yang dilakukan oleh klinik Voluntary Counseling Testing (VCT)
“ Sejauh ini peran yang dilakukan oleh klinik VCT adalah pertama
dukungan sosial dan psikologis agar mereka nantinya tetap patuh minum obat,
kita follow up sampai mereka benar-benar bisa menjalani hidup mereka seperti
biasa ”(IF-06).
LSM seperti LSM AKBAR dan KPAK Padang. Biasanya dari LSM dan KPAK ini
yang akan menemani mereka untuk test HIV dan konseling karena di Puskesmas
Andalas belum bisa ambil obat ARV. Konseling yang dilakukan sesuai dengan
keadaan mereka saat itu, kemudian kami juga melakukan pendekatan psikologis
secara soft touch agar perlahan mereka dapat merubah perilaku mereka ”(IF-07).
64
status kesehatan LSL. Namun tidak semua
mereka. Melakukan Puskesmas yang bisa
konseling dan memberikan obat ARV
melakukan follow up kepada mereka. Hanya
agar mereka patuh Puskesmas yang telah
minum obat. (IF-06). ditunjuk yang bisa
Peran klinik dan mmberikan obat ARV,
konselor VCT hanya seperti Puskesmas
sebatas konseling Seberang Padang dan
dan melakukan tes Puskesmas Bungus.
HIV, dan untuk
penyediaan obat
ARV belum bisa
dilakukan, biasanya
akan dirujuk ke
Fasyankes yang
sudah ditunjuk untuk
itu. (IF-07).
HIV/AIDS terkait perilaku lelaki seks lelaki yang dilakukan dengan salah satu
“ Kota Padang sendiri itukan belum memiliki Perda tentang LGBT atau
LSL, jadi untuk saat ini peran pemerintah dalam mengatasi kelompok ini hanya
memaksimal kegiatan yang sudah ada seperti penjaringan oleh Satpol PP,
65
rehabilitasi di Dinas Sosial, kemudian untuk yang HIV nya itu dipegang oleh
peraturan daerah tentang anti maksiat dan kelompok LGBT masuk kedalam
segampang itu karena banyak tim dan spesialisasi ilmu yang ikut tergabung
didalamnya tapi bukan berati tidak akan dilakukan. Pembahasan mengenai LGBT
di Kota Padang ini menjadi salah satu topik dalam rapat paripurna DPRD dan
66
dalam rapat LGBT sudah menjadi
Paripurna DPRD. topik rutinan yang selalu
dibahas dengan serius
untuk dapat segera
direalisasikan dalam
bentuk Peraturan Daerah
supaya kegiatan yang
sudah ada saat ini untuk
menurunkan HIV/AIDS
terkait perilaku ini dapat
dilakukan dengan
maksimal.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat dilakukan analisis
masalah tentang program penanggulangan secara umum saat ini dan yang
diharapkan dalam penurunan penularan HIV/AIDS pada LSL, dapat dilihat pada
gambar :
Penjangkauan
Program dan kelompok beresiko
Kegiatan saat ini
Pemberian kondom
gratis
Penurunan
Pemberian jarum suntik penularan
gratis bagi penasun HIV/AIDS pada
LSL
Pemberian obat ARV dan pemantauan
minum obat bagi LSL yang HIV
Program dan
Kegiatan akan Pembentukan kebijakan /
datang yang Perda tentang anti maksiat
diharapkan di Kota Padang
67
Sedangkan kegiatan penanggulangan HIV / AIDS dalam upayan
penurunan penularan HIV / AIDS pada LSL yang dilakukan oleh masing - masing
Dinas Kesehatan
Kota padang
Klinik VCT
Satpol PP Dinas Sosial KPAK Padang
Puskesmas Andalas
Klinik VCT
Puskesmas
1. Penjangkauan Seberang Padang
Penjaringan Anak Rehabilitasi sosial
Jalanan lapangan
kelompok beresiko
1. Pemeriksaan
kesehatan
2. Pendampingan
penderita
2. Pemberian
obat ARV
3. Pemberian
kondom
3. Konseling
HIV/AIDS dan
4. Pemberian kesehatan jiwa
Jarum suntik
steril 4. Pemberian
kondom
68
BAB VI
PEMBAHASAN
orang pelaku LSL yang telah positif HIV terlihat bahwa para informan penelitian
stimulus tersebut diberikan kepada mereka. Hal ini terlihat saat informan
mengetahui apa yang mereka rasakan ini berbeda dan mereka nyaman saat
merasakan hal tersebut. Rasa dalam hal ini adalah ketertarikan mereka kepada laki
- laki dan terdapat juga informan yang menjelaskan bahwa mereka sudah
seseorang dalam mengambil keputusan, hal tersebut dapat terlihat dari cara
seseorang dalam mengelola, memahami dan mengenali emosi serta aspek -aspek
yang lain (Goleman, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Dilla Noviana et.al
(2018) menjelaskan bahwa secara umu pelaku LGBT memiliki pada situasi
tertentu sudah mampu dan mengenali dan memahami dirinya sehingga pelaku
LGBT ini sebenarnya sudah mampu membuat keputusan yang berkaitan dengan
konsep diri mereka sendiri, konsep perilaku yang ingin mereka lakukan sehingga
mereka mampu berperan sesuai dengan lingkungan yang mereka inginkan (Dilla
69
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Mastuti et.al (2012), juga
mengemukakan bahwa kaum Gay memiliki tahap demi tahap dalam pembentukan
(membuka diri), identity pride (bangga), dan identity synthesis (merasa nyaman)
mereka menjelaskan bahwa mereka menjadi LSL sesuai dengan proses terjadinya
menjelaskan setelah mereka tertarik mereka akan mulai mencari tahu hal-hal yang
Selain faktor dari dalam diri, faktor lingkungan dan teman sebaya
termasuk perilaku gay dan LSL. Seperti pernyataan informan penelitian yang
menyebutkan bahwa lingkungan dan teman sebaya menjadi faktor kuat yang
menjadi alasan mereka semakin tertarik berperilaku gay hingga LSL. Disamping
itu loyalitas kelompok LSL menjadikan mereka semakin terbuka dengan orientasi
seksualnya. Penelitian yang dilakukan oleh Nanda et.al (2017) menjelaskan kaum
Gay umumnya memiliki cara tersendiri saat berada dikomunitas dan saat akan
mencari pasangannya, istilah ini disebut gay-dar yakni sebuah insting ketika
menemukan seseorang yang juga berperilaku sama dengan kita. Namun ada pula
yang belum mau bergabung ke dalam komunitas karena mereka belum mampu
70
untuk mendeklarasikan diri mereka sebagai gay dan cenderung hanya terbuka
informan LSL, sebelum mereka menjadi LSL banyak faktor yang mereka
tersebut antara lain stigma dan sikap diskriminatif yang nantinya akan mereka
dilakukan oleh pelaku LSL saja. Umumnya kelompok LGBT juga melakukan hal
yang sama dikarena orientasi seksual mereka yang berbeda dari kelompok
heteroseksual. Salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan bagi kelompok
berbaur dengan orang - orang yang memiliki orientasi yang sama dengan mereka.
pembentukan hubungan pada pasangan gay dan keputusan untuk menjadi gay
yakni melalui tiga tahapan yaitu kebingungan mengenai jati diri yang akan
diambil, mencari teman yang mempunyai visi yang sama kemudian membentuk
atau bergabung dalam satu komunitas yang sama dengan harapan agar mereka
Penelitian ini juga menjelaskan bahwa alasan kelompok gay memilih menjadi gay
karena pasangan gay adalah tempat berbagi satu sama lain, pasangan dianggap
sarana untuk menyalurkan hasrat seksual tanpa ada resiko kehamilan dan
71
pertanggung jawaban, dan pasangan gay dianggap sebagai pemberi motivasi
ketika gay mulai akan menerima jati diri mereka, mereka akan terbuka kepada
teman - temannya terlebih dahulu. Pertimbangan yang mereka ambil ketika akan
diskriminatif yang mungkin akan mereka terima terutama dari keluarga. Self
disclosure yang dialami oleh kelompok ini bisa menjadi sesuatu yang diuntungkan
penyakit juga menjadi pertimbangan bagi seorang LSL. Para LSL harus selalu
pada hubungan sosialnya juga akan berdampak buruk pada kesehatan mereka.
Umumnya kelompok LSL kerap kali mendapatkan pelecehan secara verbal dan
fisik, serta kekerasan secara seksual. Sedangkan bagi sesama pasangan LSL
mereka rentan terhadap penyakit menular seksual. Penelitian ini juga menjelaskan
bahwa banyak LSL muda yang telah terkena HIV akibat tidak mau menggunakan
informan LSL, perilaku mencoba - coba merupakan perilaku yang paling sering
72
dilakukan seseorang sebelum menjadi LSL. Keinginan mencoba - coba ini
remaja yang memang memiliki kelainan orientasi seksual sejak awal akan selalu
semakin nyaman dan sulit untuk menjauhi perilaku LSL (Gallo Ajeng Yusinta
menjelaskan bahwa perilaku LSL ini berawal dari coba - coba, kemudian perilaku
tersebut menetap dan menjadi kebiasan yang sulit sekali untuk diubah terutama
juga mengemukakan bahwa rendahnya pola asuh dari keluarga serta kontrol dari
perilaku pada seseorang termasuk perilaku LSL. Adopsi perilaku merupakan suatu
praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Adopsi perilaku juga
diamati dalam waktu yang lama. Secara teori perubahan perilaku seseorang
menerima dan mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui tiga tahap
73
Penelitian yang dilakukan oleh Azhari et.al (2019) menjelas bahwa
sesama jenis. Sampai saat ini alasan yang melatarbelakangi terbentuknya orientasi
ini tidak hanya berasal dari satu faktor saja tetapi banyak faktor seperti faktor
lingkungan keluarga dan faktor dalam diri seoerti hormonal dan genetik. Kedua
faktor ini kemudian dipicu oleh oleh keinginan untuk mencari tahu hal - hal yang
berkaitan dengan homoseksual. Adanya rasa ingin tahu dan didukung oleh sejawat
bahwa setiap gay dan lesbian merupakan hasil dari konstruksi sosial dan
serta merta muncul begitu saja, identitas tersebut muncul melalui tahapan -
terdapat enam tahapan proses perkembangan identitas seksual pada gay dan setiap
orang tidak selalu melalui tahapan yang sama. Enam tahapan tersebut antara lain
74
B. Proses Penyusunan Kebijakan Penanggulangan
1. Program Penanggulangan Saat Ini
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan instansi pemerintah yang
yang kemudian akan diteruskan kepada Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan.
LSL secara khusus belum ada, kegiatan saat ini hanya mengacu pada aturan
dan kelompok beresiko tertular merupakan bagian dari kegiatan tersebut. Secara
teknikal dilapangan sama, para LSL ini dilakukan pemeriksaan kesehatan dan test
HIV, dan jika positif maka akan diberi konseling oleh konselor VCT mengenai
obat yang akan dikonsumsi seumur hidup. Tentunya pendekatan yang dilakukan
terhadap kelompok ini berbeda dengan pendekatan yang dilakuakan kepada orang
75
adalah karena hanya bertumpu pada aksi kebijakan dan kelembagaan saja
beresiko seperti Wanita Pekerja Seks, Waria Penjaja seks, Lelaki Seks dengan
program yang ada saat ini adalah karena yang pertama secara internal didalam
dengan sektor lain, yaitu masih lemahnya sinergi dalam penyusunan lintas
tergolong kurang efektif dan maksimal terutama dalam kegiatan penjaringan dan
Kegiatan kuratif dan rehabilitatif melalui pemberian obat ARV dan konseling
yang diberikan kepada penderita HIV (ODHA). selain konseling tentang obat dan
berhubungan seksual beresiko. Hal ini bukan bertujuan bukan untuk melegalkan
76
hubungan mereka tetapi untuk meminimalisir penularan HIV /AIDS yang terjadi
pada LSL.
sering dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, salah satunya
adalah dengan pemasangan Baliho, pamflet dan leaflet dimasing - masing fasilitas
VCT. Sedangkan kegiatan Preventif salah satunya terfokus pada Program UKS
dengan kegiatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). kegiatan ini selain
Kota Padang tahun 2019 aktif dilakukan oleh Puskesmas Andalas, Puskesmas
Nanggalo, dan Puskesmas Alai, dengan cakupan pencapaian kegiatan rata - rata
92%.
populasi kunci termasuk dalam hal ini kelompok LSL terjangkau dengan program
Namun hal ini terbilang sulit untuk dilakukan terutama di komunitas LSL
walaupun mereka telah mengetahui efek dan dampak dari perilaku tersebut. Jika
77
Kabupaten Jember sendiri mulai mengefektifkan upaya preventif dan promotif
komprehensif, integratif dan efektif pada populasi kunci dimana salah satunya
adalah LSL. Strategi yang digunakan dalam program PMTS ini dinamakan
tes HIV secara rutin kepada kelompok dan populasi kunci seperti LSL minimal 6
bula sekali, dimana strategi ini dinilai mampu mencegah percepatan penularan
HIV/AIDS. Adapun tujuan dari program PMTS dengan strategi TOP ini antara
lain :
komunitas LSL
LSL.
78
3. Manajemen pasokan kondom dan pelicin
Nasional, 2014).
menangani lelaki seks lelaki dan pemangku kebijakan lainnya untuk melakukan
pendekatan khusus berbasis hal asazi manusia untuk mencegah dab mengobati
HIV/AIDS, IMS pada LSL. Berikut layanan komprehensif yang dicanangkan oleh
79
1. Kegiatan pemberian kondom bagi pelaku LSL beresiko seperti yang
adanya aturan mengenai hal tersebut, sehingga kegiatan yang saat ini berjalan
sasarannya sama.
Mendatang
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Padang, memang sejauh ini
belum ada aturan dan Peraturan Daerah khusus yang akan menangani orang -
orang LSL, WPS dan Waria dimana kegiatannya dimulai dari deteksi dini
orientasi perilaku, penjaringan hingga rehabilitasi agar orang - orang ini tidak
berperilaku LSL. Sejauh ini topik LSL dan LGBT lainnya sudah menjadi topik
rutinan pada setiap kali rapat paripurna DPRD dan rapat di komisi, namun beliau
juga menegaskan untuk membentuk suatu Peraturan Daerah dan kebijakan lainnya
terkait perilaku LGBT ini bukanlah hal yang mudah dan bukan berarti tidak
80
mungkin juga, hanya saja ada beberapa faktor yang harus diperhatikan saat Perda
ini terbentuk, salah satunya adalah dana dan anggaran untuk pembentukan dan
pelaksanaan Perda ini. Disamping itu pembentukkan tim khusus yang terdiri dari
pihak - pihak yang ahli pada bidang tersebut tidaklah mudah apalagi sampai saat
ini sifat dari kelompok LSL dan LGBT masih tertutup dan masih tidak diketahui
secara pasti keberadaan mereka kecuali bagi mereka yang sudah HIV/AIDS.
Anggota DPRD Komisi IV berharap semoga tahun esok Perda tentang Anti
Maksiat di Kota Padang ini sudah bisa terbentuk agar LSL tidak semakin
Hal ini juga pernah menjadi salah satu pembahasan antara Global Fund
dengan perwakilan pemerintah Kota Bogor tahun 2017 menjelaskan bahwa dalam
diskriminatif yang mereka terima, mereka juga diberi label penjahat. Diskusi ini
juga menjelaskan bahwa masing - masing populasi kunci seperti pengguna napza
suntik, wanita pekerja seks baik langsung maupun tidak langsung, pelanggan -
pelanggan seks, gay, waria, lelaki seks dengan lelaki dan warga binaan / lapas
tidak bisa didekatkan dengan cara yang sama (Arinta dea Dini Singgi and Zakiyah,
2017).
Hingga saat ini, kebijakan yang dilakukan untuk menekan angka kenaikan
pada kelompok beresiko dan menyediakan jarum suntik steril pada pengguna
81
narkoba suntik. Kebijakan ini juga menuai pro-kontra dimasyarakat karena disatu
hubungan seksual dan menggunakan narkoba secara bebas (Arinta dea Dini
Utara bisa dijadikan pedoman awal mengenai hal - hal apa saja yang harus
a) Dana pelayanan
f) Program penjangkauan
2. Kualitas pelayanan
a) Pelatihan pelayanan
b) Kualitas pelayanan
c) Sistem pencatatan
e) Petugas kesehatan
82
3. Koordinasi pelayanan dan pencarian kasus
a) Test berulang
b) Mekanisme rujukan
c) Pelayanan terkoordinasi
d) Pelayanan terintegrasi
f) Pemantauan pasien
g) Penjangkauan pasien
b) Konseling pasangan
d) Perbaikan nutrisi
e) Support kelompok
f) Pelayanan rumah
5. Manajemen kesehatan
a) Kriteria pengobatan
b) Kebutuhan konseling
c) Tes laboratorium
d) Screening TB
83
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses terjadinya perilaku lelaki seks lelaki di Kota Padang hingga perilaku
melakukannya
b. Pelaku LSL mulai tertarik dan mereka mulai mencari tahu hal-hal yang
menjadi LSL, antara lain stigma dan sikap diskriminatif yang akan mereka
terima
e. Adopsi perilaku merupakan siklus akhir dari proses terjadinya yang dilalui
2. Program penanggulangan saat ini secara khusus belum ada yang terfokus pada
kelompok beresiko seperti kelompok LGBT, LSL, waria dan penasun. Saat ini
3. Rencana program yang akan datang sejauh ini hanya berupa diskusi dan
84
B. Saran
1. Bagi LSL
b. Diharapkan bagi pelaku LSL yang telah positif HIV/AIDS untuk tetap
kesehatan
a. Dibutuhkan kerjasama dari instansi tekait seperti Satpol PP, Dinas Sosial,
Dinas Kesehatan, KPA, Klinik VCT dan LSM serta dukungan penuh dari
preventif dan promotif melalui program PTMS dan strategi TOP kepada
kelompok beresiko
sendiri
kejadian HIV/AIDS pada LSL yang masih tinggi di Kota Padang, diharapkan
terfokus pada kebijakan dan aturan yang terfokus pada program promotif dan
85
DAFTAR PUSTAKA
Bandung: Alfabeta.
Aisha N.Z Dasgupta, Alison Wringe, Amelia, C., Crampin,, Christina Chisambo,
Arinta dea Dini Singgi and Zakiyah, N. R. (2017) Kajian Hukum dan Kebijakan
Avert (2017) 'Men Who Have Sex With Man (MSM), HIV and AIDS', Global
Badan Pusat Statistik Kota Padang (2019) Jumlah Penduduk Per Kecamatan
https://padangkota.bps.go.id/dynamictable/2017/05/24/16/jumlah-pendudu
k-per-kecamatan-tahun-2019.html.
Cipta.
86
Centers for Disease Control And Prevention (2014) 'HIV and Young Men Who
Have Sex With Men', National Center for HIV/AIDS, VIral Hepatitis, STD
Centers for Disease Control And Prevention (2015) Lgbt Health Report, United
31 Oktober 2019).
Jurnal Psikologi.
Dinas kesehatan Kota Padang (2019) Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan
https://dinkes.padang.go.id/tugas-pokok-dan-fungsi-dinas-kesehatan-kota-
Kedokteran EGC.
87
Dunn, W. N. (2017) Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Endang S (2017) ABCDE : Cara Praktis dan Mudah Pencegahan HIV / AIDS:
SERUJI.
Gallo Ajeng Yusinta Dewi and Endang Sri Indrawati (2017) 'Pengalaman Menjadi
Gay ( Studi Fenomelogi Pada Pria Homoseksual Menuju Coming Out )',
Jurnal Empati, 7.
Geo F Brook, Janet S Butel and Stephen A Morse (2010) AIDS dan Lentivirus.
Guy Morineau, Naning Nugrahini and Pandu Riono (2009) 'Sexual Risk Taking,
STI and HIV Prevalence Among Men Who Have Sex with Men in Six
GWLMuda.
Ignatius Praptoraharjo, Satiti Retno Pudjiati and Ita Perwira (2017) Kebijakan dan
88
Iko Safika, Timothy. P. Johnson and Young Ik. Cho (2014) 'Condom Use Among
Jin M, Yang Z, Dong Z and Han J (2013) 'Correlates Of Consistent Condom Use
Among Men Who Have Sex With Men Recruited Through Theinternet In
Kadek Awidya Giga Nanda, I Dewa Ayu Sugiarica and Pascarani, N. N. D. (2017)
Pasangan Pada Aplikasi Tinder', Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politil.
Karnen Garna Bratawidjaja and Iris Rengganis (2010) Imunulogi dasar. Jakarta:
Jakarta.
Kementrian Kesehatan.
89
Kementrian Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Koblin BA, Husnik MJ, Colfax G, Madison M and Mayer K (2006) 'Risk Factors
for Hiv Infection Among Men Who Have Sex With Men', AIDS.
Nasional.
Yogyakarta.
2019) Laporan HIV / AIDS Kota Padang. Padang: Dinas Kesehatan Kota
Padang,.
90
Nanang Khozim Azhari, Herni Susanti and Ice Yulia Susanti (2019) 'Persepsi Gay
Jakarta.
Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja. Jakarta:
Rahardjo, W. (2007) 'Sikap Akan Respon Terhadap Identitas Sosial Negatif Dan
Ratri Endah Mastuti, Rachmat Djati Winarno and Lita Widyo Hastuti (2012)
Psikologi, 1.
Ririn Febriana Anggraeni, Pandu Riono and M.Noor Farid (2018) 'Pengaruh Tahu
91
Safitri, F. (2017) Keterbukaan Gay Teman Laki - Laki Heteroseksual Mengenai
Surakarta.
Sinyo (2014) Anakku Bertanya Tentang LGBT. Jakarta: PT. Elek media
Komputindo.
UNAIDS (1998) AIDS and Man Who Have Sex With Man.
United Nations Fund for Population Activities (2015) Estimasi Jumlah Populasi
World Health Organization (2015) 'Out With It : HIV and Other Sexual Health
Considerations for Young Men Who Have Sex With Man', Global Action
World Health Organization (2016) Men Who Have Sex With Man, USA: WHO.
World Health Organization (2017) HIV Treatment and Care Guidelines: WHO.
92
World Health Organization (2018) Global Action Plan On HIV Drug: WHO.
Available at:
http://www.globalhealth.gov/global-health-topics/lgbt/lgbt_report.html.
93
LAMPIRAN I :
A. Petunjuk Umum
1. Menyampaikan ucapan terimakasih karena telah bersedia meluangkan waktu
untuk diwawancarai. Hal ini penting untuk merangkai persahabatan dan
hubungan baik.
2. Memperkenalkan nama fasilitator.
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara.
B. Petunjuk Wawancara Mendalam
1. Pembukaan
1. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan didampingin oleh pencatat yang
dilengkapi dengan tape recorder.
2. Tampil secara bersahaja, mampu membangun kesetaraan, dan mampu
bersikap ramah.
3. Informan bebas mengutarakan pendapat, pengalaman, komentar, serta saran.
4. Jawaban informan tidak ada yang salah maupun benar, karena wawancara ini
hanya untuk penelitian bukan untuk penilaian.
5. Tunjukan bahwa peneliti berkonsentrasi untuk mengetahui semua fenomena
yang ada terutama yang sesuai dengan topik penelitian.
6. Dengarkan dan catat dengan cermat apa saja yang dibicarakan oleh informan.
7. Perlakukan setiap kata dan atau istilah yang mampu mengungkapkan rahasia
tentang fenomena tersebut.
8. Jika selama wawancara dilakukan ada yang kurang dimengerti, maka
mintalah penjelasan kembali kepada informan.
9. Ajukan pertanyaan yang bersifat menantang untuk memancing penjelasan
agar lebih lengkap.
10. Jangan menganggap responden yang salah pengertian, tapi penelitilah yang
kurang memahami.
94
11. Semua pendapat, penjelasan, pengalaman, saran, dan maupun komentar akan
dijamin kerahasiaannya.
12. Wawancara ini direkam dengan menggunakan tape recorder/handphone
untuk membantu pewawancara dalam mengingat kembali jawaban yang
diberikan oleh informan.
2. Penutup
1. Memberitahukan bahwa wawancara telah selesai.
2. Mengucapkan terimakasih kepada informan atas kesediaanya memberikan
informasi yang dibutuhkan
3. Menyatakan permintaan maaf apabila selama wawancara terdapat kata-kata
yang tidak berkenan pada tempatnya
4. Meminta kesediaan informan untukn diwawancarai kembali apabila terdapat
hal-hal yang dirasa kurang dan perlu penjelasan kembali.
95
LAMPIRAN II
RESPONDEN PENELITIAN
Identitas Responden
Nama : _______________________________________
Umur : _______________________________________
Alamat : _______________________________________
Pendidikan : _______________________________________
Pekerjaan : _______________________________________
Padang, 2020
Peneliti
96
LAMPIRAN III
Kepada Yth :
Saudara/I Calon Responden Penelitian
di Tempat
Padang, 2020
( )
97
LAMPIRAN IV :
INSTRUMEN PENELITIAN I
Responden : LSL
Pukul :
Tempat :
Daftar Pertanyaan :
1. Apa yang melatar belakangi anda memilih untuk menjadi LSL dan kapan
mulai tertarik ?
98
INSTRUMEN PENELITIAN II
Pukul :
Tempat :
Daftar Pertanyaan :
1. Bagaimana pendapat Bapak / Ibu tentang LSL di Kota Padang terutama yang
2. Sejauh ini penanggulangan seperti apa yang telah dilakukan untuk mengatasi
permasalahan HIV / AIDS di Kota Padang terutama yang berkaitan dengan LSL ?
3. Apakah sudah efektif penanganan yang dilakukan saat ini untuk membantu
4. Sejauh ini hambatan apa saja yang menjadi permasalah masih kurang
LSL ?
6. Apakah sudah ada diskusi mengenai program / kebijakan khusus yang akan
99
LAMPIRAN V :
N Pertanyaan
Probing IF-01 IF-02 IF-03 IF-04 IF-05 IF-06 IF-07
o Wawancara
1 Apa yang Pola Alasan ya Aku murni Awak ntah ba Karena faktor Alasan Dari dulu awal Dulu cubo -
melatar asuh kak, kalau karena kak lebih keluarga gue pertama - awal sekolah cubo ce nyo
belakangi Trauma aku sih lingkungan. nyaman kak. Dirumah karena ndak ado raso kak. Bosan jo
anda memilih masalalu pertama Temen - rasonyo gue cowo lingkungan apapun ke cewek mah
untuk Pergaula karena temen aku diposisi kini. sendiri kak, kak, trus cewek do kak. kak, wak cubo
menjadi LSL n memang dari semuanya Soalny kakak gue 3 tambah jo cowok lai,
dan kapan kecil udah LSL atau lingkungan orang cewe pekerjaan aku kiro lebih sero
mulai suka temenan blekok tampek wak semua. Dan sekarang di lai kak.
100
kak memahami gue sekarang berhubungan
mendukung
semua kak
2 Apakah ada Dari kecil Aku murni Lebih Lingkungan Karena Lai pernah Bosan jo
pertimbangan udah suka karena nyaman gue sekarang lingkungan dulu cubo cewek mah
tertentu temenan lingkungan. rasonyo juga kak, trus sekali tapi kak, wak cubo
Persepsi
sehingga sama anak - Temen - diposisi kini. mendukung tambah ndak tahan jo cowok lai,
mengen
memilih anak cewek temen aku Soalny semua kak pekerjaan aku lamo do, lebih kiro lebih sero
ai LSL
menjadi kak. Apapun semuanya lingkungan soalnya sekarang di lamak jo yang lai kak.
itu
LSL ? permainanny LSL atau tampek wak rata-rata salon kak. samo jo awak Nyaman
sendiri
a kadang aku blekok dan kini kak, temen kuliah Aku aja lai kak soalnya dalam
ikutan juga setelah aku lebih bisa yang deket sekosan sama ndak egois do berhubungan
main kak, coba ternyata memahami sama gue gay pasangan aku ko kak,
101
malah aku memang awak kak. juga kak kak apolagi dapek
deg-degan do
3 Sudah berapa Udah dari Kayaknya Mungkin lah Gue gak ingat Aku mulai Lah 10 Sekitaran lah
lama menjadi rasain dari aku udah 10 nak 6 tahunan pasti berapa masuk dunia tahunan 3 tahunan lah
LSL ? SD kayaknya tahun lebih lah kak ndak lamanya kak, ini pas tamat mungkin kak kak
- kak. Lebih deh kurang ingek bana yang jelas SMA kak,
102
sekarang udah lama masuk SMP kerjaan sama
lingkungan
aku
mendukung
juga
4 Apa yang Jujur kak, Perasaan jadi Sejauh ko Gue nyaman Lebih nyaman Kalau awak Lebih sero
dirasakan aku nyaman LSL, yaa awak enjoy kak. Dengan kak, karena kak, lebih hubungan
sejak menjadi jadi seperti nyaman, ce nyo kak. hubungan aku ketemu nyaman dalam yang kini
LSL ? sekarang. lebih bisa Malah lebih yang sama hubungan kini dibanding jo
- Hubungan terbuka satu lamak lai kak, sekarang pasangan yang lai dibanding cewek lai kak.
yang sama lain, soalnya kalo kami bisa paham sama hubungan Ndak ada
sekarang ini gak egois jo cewek saling paham aku kak yang lain. keterpaksaan
kak membuat apalagi dalam kebanyakan satu sama Soalnya do, wak saling
aku bisa jadi berhubungan cewek tu lain, dan hubungan wak memahami
103
diri aku egois tanpa ada kini ndak ada
kami saling
mangarati
5 Adakah Kalo Keinginan Keinginan Gue ada sih Jujur ya kak, Wak jujur kak, Keinginan
keinginan sekarang kak, aku ada, berubah tantu kak pernah kadang ada awak lah untuk berubah
untuk aku belum cuma ado kak, tapi ada pikiran juga aku taniek nio lai kak.
kembali bisa mikir mungkin mungkin mau hidup nyesal kak. berubah kak. Soalnyo lai
hidup - kapan bisa belum terlalu kuek atau kayak orang Pengen kayak Soalnyo wak tapikia dek
normal ? balik seperti kuat kak. ndaknyo niek lain, cuma orang - orang, kan ka wak kak,
orang-orang Jalani aja tuh mungkin mungkin baru karena berkeluarga sampai bilo
lain dulu alum kuek 50 : 50 kak gimanapun juo kak wak ka mode
104
laki-laki kak
ada kodratnya
cuma mungkin
belum dalam
waktu dekat
kak
6 Sudah berapa Mungkin Aku udah 4 Kalau HIV gue ini Baru beberapa Awak lah nio Wak lah nak
lama sekarang tahun sakit masalah rutin kan udah mau bulan nih lah 5 tahun masuk 1,5
pengobatan / udah mau HIV dan atau ndaknyo masuk tahun kak saya minum obat tahun kak,
therapi untuk masuk 2 karena minum obat ke-2 kak, minum obat sampai kini apalagi
-
HIV / AIDS tahun kak virusnya HIV, awak kadang aku HIV kak perawat
105
pertama kadang kak.
kadang
minum
kadang gak.
Tapi masuk
tahun ke-2
sampai
sekarang
udah mulai
rutin
106
Pertanyaan
No Probing IF-1 IF-2 IF-3 IF-4 IF-5 IF-6 IF-7 IF-8
Wawancara
1 Bagaimana LSL atau Gay Pelaku LSL Memang Banyak Kami tim HIV/AIDS LSL yang Terdapat 2
pendapat Bapak saat ini untuk atau Homo secara data faktor pejangkau pada LSL HIV memang hal yang
/ Ibu tentang Kota Padang di Padang menunjukkan sebenarnya dilapangan kota Padang kasus yang menyebabkan
LSL di Kota memang mengkhawa LSL sebagai yang menilai memang kami temui di kasus
Padang terutama memprihatink tirkan salah satu menyebabka memang akhir-akhir lapangan HIVLSL
yang telah HIV / - an. Karena semakin penyumbang n LSL ini, kasus HIV ini kasusnya memang tinggi di
AIDS ? banyak faktor banyak HIV/AIDS di trauma LSL terus cenderung semakin Padang,
yang laki-laki Kota Padang. terurtama. naik apalagi naik apalagi banyak, dan pertama
menyebabkan yang Itu Dan di Kota yang datang kebanyakan karena gaya
mereka melambai, berdasarkan memang Padang, tapi ke dari mereka hidup mereka
menjadi Gay apalagi penderita HIV pada belum Puskesmas itu yang dan kedua
107
itu apalagi kasus yang sudah LSL ini semua LSL dan bisa benar-benar gaya
sampa HIV HIVdi diperiksa, semakin yang kami dibilang sudah parah hubungan
setau ambo diperkirakan karena gaya periksa memprihatin baru datang tidak normal
memang masih banyak hubungan kesehatan kan untuk periksa dana aman.
ditemukan
2 Sejauh ini Identi Secara khusus Dinas Penanganan KPAK Kami Sejauh ini Puskesmas Tugas dari
penanggulangan fikasi kami yang Sosial HIV/AIDS sebenarnya sebagai peran yang Andalas DPRD ini
seperti apa yang kasus dari Satpol sifatnya untuk LSL ada 2 jenis mejangkau dilakukan melibatkan ada 3
telah dilakukan awal PP melakukan hanya sendiri itu kegiatan dilapangan oleh klinik kerjasama pembentukan
untuk mengatasi Penjar kegiatan merima sebenarnya utama fokus pada VCT adalah dengan LSM Perda,
108
permasalahan ingan penanggulang laporan sama dengan dalam penemuan pertama seperti LSM Pengawasan
HIV / AIDS di Rehab an sesuai dari Satpol penanganan menanggula kasus, melakukan AKBAR dan dan
Kota Padang ilitasi tupoksi kami PP, dan HIV pada ngi kemudian pendekatan KPAK Penganggara
terutama yang masing - jika LSL umumnya. HIV/AIDS mengajak pada mereka, Padang. n serta
berkaitan mansing, dan waria Kami di pada mereka bikin Biasanya sifatnya
dengan LSL ? seperti ikut Dinas kelompok untuk komitmen dari LSM dan mendorong
kegiatan terjaring merujuk pada beresiko periksa pengobatan, KPAK ini Dinas terkait
penertiban. maka Permenkes seperti LSL kesehatan., selalu beri yang akan untuk
kegiatan tahun 2013 ini, ada tapi bukan dukungan menemani melakukan
dari kami dan Perwako namanya memaksa sosial dan mereka untuk kegiatan
adalah tahun 2018 pejangkau mereka. psikologis test HIV dan sesuai dengan
ruqiah pendamping.
109
Pejangkau
ini kita
fokusnya
untuk
mencari dan
mengajak
orang-orang
ini untuk
melakukan
pemeriksaan
kesehatan,.
sedangkan
pendamping
fokusnya
110
lebih ke
mengingatka
n mereka
untuk selalu
safety,
selalu pakai
pengaman
kalau mau
berhubunga
n dan selalu
ingatkan
minum obat
bagi yang
sudah HIV
111
3 Apakah sudah Masih kurang Tentunya Masih belum Belum Belum Efektif tentu Belum Belum efektif
efektif efektif, karena belum efektif, efektif. efektif, belum karena efektif, karena Badan
penanganan sampai saat efektif, karena ada Karena karena kebanyakan karena LSL yang
yang dilakukan ini kegiatan karena Kota pro dan menemukan pertama mereka yang ini kita tidak melaksanaka
saat ini untuk kami di Satpol Padang kontra kelompok orang sudah HIV bisa terus n
membantu PP tidak ada belum didalamnya. LSL ini dengan HIV sulit untuk menerus penanggulan
mengatasi memfokuskan memilik Contoh susah dan akan sulit dipantau memantau gan tersebut
-
permasalahan kepada Perda masih banyak paling susah untuk apakah mereka terbentur
HIV / AIDS kelompok tentang orang yang itu dimonitorin mereka rutin apakah karena belum
terhadap LSL? LSL ini. LSL atau beranggapan menganjurk g kepatuhan minum obat mereka patuh adanya Perda
Khususnya Gay bahwa an mereka minum obat apa tidak. pada anjuran yang ,engikat
112
seperti ini sedikit terutama tersebut.
lainnya, mereka.
terutama
LSL karena
mayoritas
mereka
bekerja
sebagai
pekerja seks
dijalanan.
4 Sejauh ini - Hambatan Hambatann Kalau Kalau bagi Sejauh ini Hambatan Kalau Hambatan itu
113
hambatan apa karena ya karena menurut saya kami hambatan mungkin menurut Ibuk tadi karena
saja yang kelompok ini belum ada hambatannya pejangkau menurut pada saat hambatan itu Perda di Kota
menjadi biasanya sulit Perda tadi. terjadi karena hambatan kami pendekatan paling susah Padang
permasalah untuk dilacak Makanya 2 hal, yang paling hambatan awal kepada saat belum ada.
masih kurang keberadaanny agak sulit pertama sulit itu dalam mereka. monitoring Sehingga
efektifnya a. Yang sering untuk Perda belum mengajak penemuan Karena tidak mereka. Badan yang
penanggulangan terjaring itu dilakukan ada jadi mereka kasus HIV mungkin Karena tidak bertanggung
HIV / AIDS Waria yang apalagi susah untuk untuk terutama mereka mungkin jawab pada
terutama mangkal kelompok ditanggulangi periksa, ada pada LSL. secara pendamping penanganan
berkaitan dijalan dan itu ini sulit , kedua atau Mayoritas sukarela mau mengawasi tersebut
dengan perilaku kami tahu dari untuk kelompok ini tidaknya yang terdata - mau saja mereka terus belum bisa
LSL ? laporan diketahui masih sangat gejala pada adalah datang untuk kan. Lalainya bekerja
saja. nya. sehingga kita Mendekati yang konseling disana, sering maksimal.
114
tidak bisa kelompok datangke secara rutin. lupa minum
Biasanya keadaannya.
tahu ketika
mereka sudah
HIV.
5 Apakah Perlu sekali Harus ada Perda tentu Tentu butuh, Perda Kami di Kalau bisa Sebenarnya
-
diperlukannya dek, terutama Perda, agar butuh. Tapi karena tentunya klinik VCT ada Perda butuh tapi
115
suatu program / kami di Satpol penanggula yang harus selain jangan sebenarnya lebih bagus kami di
kebijakan PP yang ngan yang diperhatikan memperjelas hanya tidak ada lagi. Tapi Komisi IV
khusus dari bertindak dilakukan pada Perda kerja terfokus Perda pun perlu terhalang
pemerintah Kota sebagai dilapangan ini adalah dilapangan, pada LSL tidak diperhatikan karena aturan
Padang dalam penindak awal nantinya orang - orang Perda saja, tap masalah orang-orang diatasnya
menanggulangi kasus. Perda lebih teratur yang dibutuhkan semua karena kami dan tatakerja belum ada,
permasalahan dibutuhkan lagi. Dan nantinya akan agar semua komponen di VCT dilapangan yang ada
ini ? agar kami dibutuhkan menjalankan kegiatan kelompok mempunyai dalam Perda hanya
melaksanakan juga Perda. Jangan terjadwal beresiko aturan tersebut harus HIV/AIDS
tugas kerjasama nanti Perda terstruktur lainnya juga tersendiri jelas. Pada secara
benar-benar lintas sektor dibuat tapi dan harus dari dasarnya unumkan.
sesuai dengan dalam hal mereka tidak pengawasan tergabung Kementrian VCT ini
aturan yang ini. paham mau dalam dalam Perda dalam bekerja
116
berdasarkan Perda ini. juga tertata. gi aturan
dari berbagai
srktor jika
nanti Perda
ini ada di
Kota Padang.
6 Apakah sudah Peren Sejauh ini Kalau Belum. Belum. Diskusi Kalau kami Diskusi Sejauh ini
ada diskusi canaa diskusi kami diskusi Karena kami Karena kami mengenai di VCT tentang rencana
mengenai n di Satpol PP dalam di KPAK pejangkau kebijakan kurang tahu program Perda tentang
program / progr hanya diskusi lingkungan hanya sebatas lapangan dulu ada, sudah ada khusus belum LGBT ini
117
kebijakan am / dalam instansi Dinas sosial Komisi yang sifatnya waktu rapat diskusi apa pernah, tapi sudah sering
khusus yang kebija saja. Kalau sudah aturan hanya dengan belum Ibuk pernah menjadi
akan kan diksusi secara pernah kerjanya dari sebatas DPRD tentang dengar akan agenda
dikeluarkan oleh antar besar dengan yaitu Pemda dan pejangkauan Padang, tapi kebijakan dibentuk rutinan kami
Pemerintah lintas pemerintah diskusi Pusat. , hanya LSL ini. Perda tentang di DPRD
Kota Padang sektor daerah belum terkait menemukan sebatas itu. Karena kami LGBT cuma terutama
mengatasi sosial bagi mengajak sekarang terfokus pada sekarang tapi masih
pada LSL Dan minum tindak dan obat saja. banyak hal
118
ini jika ingin
pembahasa membuat
kesehatan LGBT.
dan ada
dari segi
sosial. Jadi
tidak bisa
diputuskan
secara
instansi
saja.
119
120
LAMPIRAN VI :
121