Anda di halaman 1dari 72

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN

TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP


REMAJA USIA 15-18 TAHUN TERKAIT PERNIKAHAN
DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
DOMPU KOTA

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar SARJANA KEBIDANAN (S.Keb)

Oleh
SRI MULYATI
NIM : 1520122582

PROGRAM STUDI S-1 KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU
TAHUN 2022/2023

i
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN
TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP
REMAJA USIA 15-18 TAHUN TERKAIT PERNIKAHAN
DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
DOMPU KOTA

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar


SARJANA KEBIDANAN (S.Keb)
Pada Universitas Qamarul Huda Badaruddin
Bagu-Lombok Tengah

PERNYATAAN PERSETUJUAN UJIAN (PROPOSAL) SKRIPSI

(Proposal) Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN TINGKAT


PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA USIA 15-18 TAHUN TERKAIT
PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DOMPU KOTA”
telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
(proposal) Skripsi FKes Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu Prodi S-1
Kebidanan.

Lombok Tengah, Juli 2023

Pembimbing 1 : Apt. Lalu Jupriadi, S.Farm., M.Si _____________

Pembimbing II : Hasrun Ningsih, S.ST.,M.Kes _____________

Mengetahui
Ketua Program Studi S-1 Kebidanan

( Evalina Fajriani, S.SiT., M.Keb )


NIDN : 0818098902

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan
judul "Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Dengan Sikap Remaja Usia 15-18 tahun Terkait Pernikahan
Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Kota". Proposal skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 jurusan
Kebidanan FKes Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan


selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan penulis
mengucapkan mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Menap, S.Kp., M.Kes., selaku Rektor Universitas Qamarul Huda


Badaruddin Bagu.
2. Apt. Lalu Jupriadi, S.Farm., M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu sekaligus selaku dosen
pembimbing pertama yang telah memberikan arahan, masukan serta
keluangan waktu dalam penyelesaian proposal ini.
3. Evalina Fajriani, S.SiT., M.Keb., selaku Ketua Program Studi S-1 Kebidanan
Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu.
4. Hasrun Ningsih, S.ST.,M.Kes., selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan arahan dan keluangan waktu dalam penyelesaian prososal ini.
5. Ns. H. Syarif Efendi, S.Kep., M.MKes., selaku Kepala UPTD Puskesmas
Dompu Kota.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik


mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan
proposal penelitian ini.

iii
Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi
para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Dompu, Juli 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBARAN PERNYATAAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ......................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
1.5 Keaslian Penelitian............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
2.1 Tinjauan Umum ......................................................................... 7
2.2 Kerangka Teori ........................................................................ 37
2.3 Hipotesis .........................................................................................37
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 38
3.1 Desain Penelitian ..................................................................... 38
3.2 Kerangka Konsep .................................................................... 38
3.3 Definisi Operasional ................................................................ 39
3.4 Populasi dan Sampel ................................................................ 39
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 43
3.6 Pengumpulan Data................................................................... 43
3.7 Pengolahan Data ...................................................................... 45
3.8 Analisa Data ............................................................................ 46
3.9 Etika Penelitian ..............................................................................49
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 49
LAMPIRAN ...................................................................................................... 50

v
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .............................................................................. 6
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional ..................................................... 37
Tabel 3.2 Jumlah Sasaran Remaja 15-18 Tahun ............................................... 40

vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................... 34
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 36

vii
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

AKB (Angka Kematian Bayi)


banyaknya kematian bayi usia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran
hidup pada satu tahun tertentu.
ASEAN (Association of South East Asian Nations)
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara adalah organisasi geopolitik
dan Kerja Sama Ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana)
Instansi yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.
BPS (Badan Pusat Statistik)
Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang kegiatan statistik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
ICPD (International Conference Population and Development)
Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo,
Mesir, pada 1994.
SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional)
Salah satu survei yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik untuk
menghasilkan berbagai macam indikator di bidang Sosial dan Ekonomi
seperti pendidikan, kesehatan, pengeluaran rumah tangga, dsb.
UNDESA (United Nation Department Of Economic And Social Affairs)
Bagian dari Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa dan bertanggung
jawab untuk menindaklanjuti Pertemuan-Pertemuan maupun Konferensi-
Konferensi PBB yang utama. Selain itu, departemen ini juga berupaya
membantu negara-negara di seluruh dunia dalam menyiapkan agenda dan
kebijakan dalam menyikapi berbagai tantangan ekonomi, sosial dan
lingkungan.
UNFPA (United Nations Population Fund)
Badan kesehatan seksual dan reproduksi PBB yang mempunyai misi
mewujudkan dunia di mana setiap kehamilan diinginkan, setiap persalinan
aman, dan potensi setiap anak muda terpenuhi.

viii
UNICEF (United Nations Children’s Fund)
Sebuah organisasi PBB yang bertujuan memberikan bantuan kemanusiaan
dan perkembangan kesejahteraan jangka panjang kepada anak-anak dan
ibunya di negara-negara berkembang.
WHO (World Health Organization)
Badan PBB yang dibentuk pada tahun 1948 yang bertugas mengatur dan
mengoordinasikan isu-isu kesehatan global.

ix
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pernikahan pada remaja merupakan isu yang kompleks. Faktor-faktor
yang memicu terjadinya pernikahan dini dikalangan remaja seperti faktor
kemiskinan, pendidikan atau pengetahuan yang rendah, ketidaksetaraan
gender, konflik sosial atau bencana, ketiadaan askes dalam layanan dan
informasi kesehatan reproduksi yang komprehensif, norma sosial, budaya,
dan sikap masyarakat terhadap pernikahan dini (Bappenas, 2020).
Remaja merupakan salah satu faktor pendukung awal suatu bangsa
menjadi bangsa yang lebih baik, kuat dan bermartabat. Menurut World Health
Organization (WHO) remaja merupakan penduduk yang memiliki umur 10-
19 tahun, sedangkan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) remaja merupakan penduduk yang memiliki umur 10-24 tahun dan
belum melakukan pernikahan.
Perubahan fisik remaja beriringan dengan perubahan psikis yang
terjadi. Pada kelompok umur remaja, perasaan dan emosi masih mengalami
masa-masa perubahan tingkah laku, emosi dan pola pikir yang belum matang.
Pada perkembangan inilah terjadinya emosional yang tidak terkontrol
sehingga memasuki tindakan kenakalan remaja seperti berpacaran yang
berlebihan, narkoba ataupun seks bebas yang mengakibatkan kehamilan dini
dan pernikahan dini (Octavia, 2020)
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat
fungsi, serta proses reproduksi. Remaja merupakan kelompok umur yang
paling strategis untuk mendapat perhatian dan titik intervensi khususnya pada
remaja putri. Hal ini dikarenakan remaja putri lebih beresiko dan sangat
rentan menghadapi persoalan kesehatan reproduksi karena faktor lingkungan
sosial (Akbar, dkk. 2021)
Pernikahan dini menurut United Nations Population Fund (UNFPA)
adalah pernikahan yang dilakukan sebelum anak perempuan siap secara fisik,

1
2

psikologis, dan fisiologis untuk menanggung tanggung jawab pernikahan dan


melahirkan. Pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019
menyatakan perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah
mencapai umur 19 tahun (UU RI, 2019). Menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN), usia yang ideal dan terjadinya kematangan
secara biologis dan psikologis pada anak yaitu usia 20 hingga 25 tahun untuk
wanita dan usia 25 hingga 30 tahun untuk pria.
Pernikahan anak menjadi salah satu permasalahan sosial yang berat di
Indonesia karena adanya jumlah kasus yang meningkat dari waktu ke waktu
(Verawati, 2021). Berdasarkan United Nation Department Of Economic And
Social Affairs (UNDESA), bahwa Indonesia masuk ke dalam negara yang
jumlah pernikahan di usia dini tinggi di dunia (Rangking 37) dan tertinggi
kedua di Association of South East Asian Nations (ASEAN) setelah Kamboja
(Anggraini, dkk., 2021). Sedangkan dari data United Nations Children’s
Fund (UNICEF), Indonesia menduduki peringkat ketujuh dengan angka
pernikahan anak yaitu 457,6 ribu perempuan.
Di tahun 2022 secara nasional, ada sekitar 52 ribu perkara dispensasi
perkawinan yang masuk ke peradilan agama dan dari jumlah tersebut, sekitar
34 ribu diantaranya didorong oleh faktor cinta sehingga orangtua yang
meminta ke pengadilan agar anak-anak mereka segera dinikahkan. Lalu
sekitar 13.547 pemohon mengajukan menikah karena sudah hamil terlebih
dahulu dan 1.132 pemohon mengaku sudah melakukan hubungan intim.
Faktor lainnya adalah karena alasan ekonomi dan alasan perjodohan
mengingat anak mereka sudah akil balig, sudah menstruasi dan tumbuh
rambut di kemaluan pada anak laki-laki (KPPPA, 2023)
Pencegahan dalam pernikahan dini dapat dilakukan dengan berbagai
upaya pencegahan seperti upaya pencegahan dalam perspektif hukum,
pendewasaan usia perkawinan, penerbitan generasi unggul, peningkatan
pemahaman dan pengetahuan mengenai hak reproduksi dan kesehatan
reproduksi dan kampanye pencegahan pernikahan dini (Dermawan, 2021)
Berdasarkan data Bappenas (2021), perkawinan anak dapat membawa
dampak ekonomi yang menyebabkan kerugian ekonomi negara sekitar 1,7%
3

dari Pendapatan Kotor Negara. Selain dampak ekonomi, para pengamat


menyatakan bahwa perkawinan anak ini sebenarnya akan berdampak multi-
dimensional, karena dapat membawa implikasi besar terhadap pembangunan,
khususnya terkait kualitas dan daya saing sumber daya manusia kaum muda
di masa mendatang. Walaupun tren angka perkawinan anak mengalami
penurunan secara nasional dari 11,21% (2018) menjadi 10,82% (2019),
namun angka perkawinan anak di 18 provinsi di Indonesia justru mengalami
peningkatan kasus. Empat provinsi di antaranya seperti Provinsi Kalimantan
Selatan meningkat menjadi 21,2%, Provinsi Kalimantan Tengah sekitar
20,2%, Provinsi Sulawesi Tengah dengan 16,3% dan Provinsi Nusa Tenggara
Barat sebanyak 16,1%. (Kompas, 2021)
Hasil analisis persentase anak yang menikah sebelum usia 18 tahun
menurut provinsi tahun 2021 yang disajikan dalam profil anak Indonesia
tahun 2022, menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Barat menjadi provinsi
dengan persentase perkawinan anak tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar
9,29% pada tahun 2021. Sementara Provinsi NTB menduduki peringkat
kedua yaitu sebesar 9,08%, (KPPPA, 2023). Sementara berdasarkan data
Susenas tahun 2022, persentase perempuan dan laki-laki menikah pertama
kali di usia 15-19 tahun di Nusa Tenggara barat sebesar 7,96% (BPS, 2022)
Berdasarkan data susenas tahun 2022, persentase perempuan dan laki-
laki menikah pertama kali di usia 15-19 tahun di Kabupaten Dompu yaitu
sebesar 5,17%. Sementara berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor
Urusan Agama Kecamatan Dompu tercatat remaja yang menikah pada usia
kurang dari 20 tahun di wilayah kerja Puskesmas Dompu Kota tahun 2021
sebanyak 65 orang terdiri dari 24 orang laki-laki dan 41 orang perempuan.
Dan pada tahun 2022 sebanyak 62 orang yang terdiri dari 20 orang laki-laki
dan 42 orang perempuan.
Pernikahan yang berlangsung di usia remaja seharusnya tidak boleh
terjadi karena dapat menimbulkan beberapa dampak seperti putus sekolah
yang mengakibatkan kurangnya pengetahuan dan pendidikan yang rendah.
Selain itu, perempuan dengan pendidikan dan pengetahuan rendah lebih besar
keinginannya untuk melakukan pernikahan dini dibandingkan dengan
4

perempuan yang memiliki pendidikan dan pengetahuan yang lebih tinggi,


meningkatnya kejadian kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian,
meningkatnya angka kematian ibu karena terjadinya komplikasi saat
kehamilan dan persalinan merupakan penyebab kematian terbesar bagi anak
perempuan berusia 15-19 tahun dan rentan mengalami kerusakan organ
reproduksi. Peningkatan angka kematian bayi (AKB), bayi yang lahir dari ibu
yang usianya di bawah 20 tahun berpotensi meninggal sebelum 28 hari atau
1,5 kali lebih besar dibandingkan ibu yang berusia 20-30 tahun, dan
pernikahan usia dini diperkirakan menyebabkan kerugian ekonomi.
(Bappenas, 2020)
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Dengan Sikap Remaja Usia 15-18 tahun Terkait Pernikahan Dini
di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Kota.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah penelitian yang
dapat dirumuskan adalah “Apakah ada Hubungan Pendidikan dan
Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Remaja Usia 15-
18 tahun Terkait Pernikahan Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu
Kota?”

1.3 Tujuan Penelitian


A. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
hubungan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap
remaja usia 15-18 tahun terkait pernikahan dini di wilayah kerja
Puskesmas Dompu Kota.

B. Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan tingkat pendidikan remaja usia 15-18 tahun di
wilayah kerja Puskesmas Dompu Kota
5

2. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan remaja usia 15-18 tahun


tentang kesehatan reproduksi di wilayah kerja Puskesmas Dompu
Kota
3. Mendeskripsikan sikap remaja usia 15-18 tahun terkait pernikahan
dini di wilayah kerja Puskemas Dompu Kota.
4. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi dengan sikap remaja usia 15-18 tahun terkait
pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Dompu Kota.

1.4 Manfaat Penelitian


A. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan studi
pendahuluan dan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap remaja usia 15-
18 tahun terkait pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Dompu
Kota.
B. Manfaat praktis
1. Bagi tempat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk dapat
memahami pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
dengan sikap remaja terkait pernikahan dini dan sebagai data untuk
perencanaan program selanjutnya oleh pihak pemegang program
Kesehatan Remaja di Puskesmas Dompu Kota.

2. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
sebagai pengalaman dalam merealisasikan teori yang telah didapat,
khususnya mengenai tingkat pendidikan, pengetahuan kesehatan
reproduksi dan pernikahan dini.

3. Bagi institusi
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai referensi untuk peneliti
lain dan diharapkan menjadi pembelajaran untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut tentang pernikahan dini.
6

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

Nama Penulis Desain Hasil Peneltian Persamaan Perbedaan


dan Judul Penelitian
Kholidatul Desain bersifat Berdasarkan hasil Jenis Tehnik
Sholihah. (2021) kuantitatif dengan analisa statistik penelitian pengambilan
Hubungan menggunakan menggunakan uji chi analitik sampel
Tingkat rancangan jenis square test diperoleh cross dengan
Pengetahuan penelitian analitik nilai p value sebesar sectional. Stratified
Kesehatan cross sectional. 0,000 ≤ 0,05. Hal ini Statistik random
Reproduksi Populasi menunjukkan bahwa H0 menggunak sampling
Dengan Risiko penelitian ini ditolak. an uji chi
Pernikahan adalah remaja Ada hubungan tingkat square
Usia Dini Pada siswa-siswi MAN pengetahuan kesehatan
Remaja Usia 4 Karawang, reproduksi dengan resiko
15-19 Tahun di dengan pernikahan usia dini di
MAN 4 menggunakan MAN 4 Karawang tahun
Karawang tekhnik Stratified 2021
Tahun 2021. random sampling

Eni Monaliska Menggunakan Dalam penelitian ini Variabel Tehnik


Sihombing, metode Deskriptif dapat disimpulkan bahwa yang sampel Total
(2021) Analitik dengan ada hubungan diteliti Sampling
Hubungan pendekatan Cross pengetahuan dengan dengan uji
Pengetahuan Sectional. tehnik sikap remaja putri chi-square
Dengan Sikap sampel Total tentang pernikahan dini
Remaja Putri Sampling. di SMK N. 1
Tentang variabel yang Lintongnihuta dengan uji
Pernikahan Dini diteliti dengan uji statistik chi square nilai
Di SMKN 1 chi-square, dalam P value0.000 yang
Lintongni huta uji ini ditentukan menunjukkan ada
Kelas X tingkat hubungan yang erat
kepercayaan 95 % antara variabel yang
dengan nilai (α) = diteliti.
0,05
Ulfah Nur Aisah Jenis penelitian Didapatkan bahwa ada Analisis penelitian
(2017) analitik hubungan yang data analitik
Hubungan observasional signifikan antara tingkat dilakukan observasional
Tingkat dengan pengetahuan remaja secara dengan
Pengetahuan pendekatan cross tentang pernikahan dini univariat pendekatan
Remaja Tentang sectional. Subyek dengan kejadian dan cross
Pernikahan Dini dalam Analisis pernikahan dini di bivariate sectional
Dengan data dilakukan Kecamatan Saptosari dengan uji
Kejadian secara univariat Kabupaten chi-square
Pernikahan Dini dan bivariate Gunungkidul(p value = (α=0,1).
Di Kecamatan dengan uji chi- 0,000)
Saptosari square (α=0,1).
Kabupaten
Gunungkidul
Tahun 2017
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan memiliki peran yang sangatlah penting untuk
menghasilkan karakter manusia yang berkualitas. Pendidikan
merupakan usaha untuk mengembangkan potensi dari sumber daya
manusia dengan cara memberikan dorongan dan memberikan
fasilitas kegiatan belajar. Meningkatnya kualitas sumber daya
manusia ialah salah satu tujuan dari pendidikan (Miyati, dkk:2021)
Pendidikan adalah proses sistematis yang melibatkan faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang
datang dari dalam diri seseorang (siswa) yang terdiri dari motivasi
belajar, minat belajar, bakat, dan persepsi. Yang dimaksud persepsi
yaitu persepsi siswa terhadap guru dan mata pelajaran. Faktor
eksternal, merupakan faktor yang datang dari luar diri seseorang
(siswa) misalnya lingkungan keluarga, lingkungan belajar, perhatian
orang tua, latar belakang sosial ekonomi keluarga (Miyati, dkk:2021)
Minat belajar termasuk dalam salah satu faktor terpenting
untuk keberhasilan pembelajaran. Minat belajar membutuhkan
perhatian khusus, karena minat belajar dapat menunjang
keberhasilan dalam proses pembelajaran. Seorang anak dapat belajar
dengan baik jika ia memiliki minat belajar yang besar. Dengan
keinginan belajar yang tinggi, anak dapat mengerti dan mengingat
dengan cepat tentang apa yang ia pelajari.

2. Tujuan Pendidikan
Menurut Hidayat (2019), tujuan pendidikan merupakan suatu
faktor yang amat sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan
pendidikan ini adalah arah yang hendak dicapai atau yang hendak di

7
8

tuju oleh pendidikan. Dalam penyelenggaraannya pendidikan tidak


dapat dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapai, hal ini
dapat dibuktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami
bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan yang berlaku pada masa Orde
Lama berbeda dengan tujuan pendidikan pada masa Orde Baru.
Sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan mengenai tujuan
pendidikan selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan
pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara
Indonesia.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 yang berbunyi bahwa
tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan bangsa.
Berdasarkan UU. No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selanjutnya tujuan pendidikan menurut UNESCO Dalam
upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain
kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari
9

pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga


UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural
Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk
masa sekarang maupun masa depan, yakni:
a. Learning to Know (belajar menngetahui),
b. Learning to do (belajar melakukan sesuatu),
c. Learning to be (belajar menjadi sesuatu), dan
d. Learning to live together (belajar hidup bersama)
Dimana keempat pilar Pendidikan tersebut menggabungkan
tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.

3. Jenjang Pendidikan
Menurut UU Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1 mengatakan bahwa jalur
pendidikan terdiri dari pendidikan formal, nonformal, dan informal
yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Menurut UU RI
no. 20 tahun 2003 pasal 14 menyatakan bahwa jenjang pendidikan
formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Penjelasan mengenai jenjang pendidikan formal
terdapat dalam UU Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 dalam
pasal 17, 18 dan 19 yang menyatakan bahwa : (Fauziah, 2019)
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah
(MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk
lain yang sederajat.
10

c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

B. Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah
individu melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan merupakan dasar dalam membentuk tindakan
seseorang. Pengetahuan adalah suatu informasi yang diketahui dan
disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah
gejala yang ditemui oleh seseorang melalui pengamatan indrawi.
Pengetahuan muncul saat seseorang menggunakan indera atau akal
budinya untuk mengenali benda atau suatu kejadian (Jenner, 2020).

2. Tingkat pengetahuan
Menurut Jenner (2020), pengetahuan dapat dibagi menjadi
beberapa tingkat, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah
dipelajari dan diterima.

b. Memahami (Comprehension)
Memahami merupakan kemampuan memberikan
penjelasan secara benar mengenai objek yang diketahui serta
dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)
Aplikasi merupakan kemampuan dalam memahami objek
tersebut yang dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip
pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
11

d. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan
atau memisahkan objek ke dalam komponen-komponen,
namun masih dalam satu struktur dan masih ada kaitannya satu
sama yang lain.

e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan seseorang untuk
menghubungkan atau menyusun bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis ini menunjukan suatu
kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan
dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dilakukan berdasarkan
kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.

3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Hendrawan (2019), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu:
a. Pendidikan
Faktor pendidikan sangat diperlukan untuk memperoleh
informasi yang meningkatkan hal-hal yang menunjang
kesehatan hingga meningkatkan kualitas hidup. Menurut
Notoatmodjo dalam Hendrawan (2019), pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang
akan kehidupan terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan dalam pembangunan dimana semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi.
12

b. Informasi/Media massa
Informasi yang didapat dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Terjadinya perkembangan teknologi
akan menyiapkan berbagai macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat mengenai inovasi baru.

c. Sosial budaya dan ekonomi


Sosial budaya dan ekonomi yang ada pada masyarakat
dapat mempengaruhi sikap dalam menerima suatu informasi.

d. Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar
dan pengaruh yang mampu mempengaruhi perkembangan dan
perilaku seseorang atau kelompok.

e. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.

4. Proses perilaku ingin tahu


Menurut Hendrawan (2019), proses adopsi perilaku yakni
sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang baru dalam diri orang
tersebut terjadi beberapa proses yang berurutan, yaitu :
a. Awareness/kesadaran
Kesadaran adalah individu menyadari adanya stimulus
atau objek yang akan datang.

b. Interest/merasa tertarik
Tahap ini, adanya ketertarikan individu terhadap stimulus
atau objek tersebut. Pada tahap inilah sikap subjek mulai timbul.
13

c. Evaluation/menimbang-nimbang
Menimbang-nimbang dalam tahap ini artinya individu
akan mempertimbangkan hal yang baik atau buruknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.

d. Trial/percobaan
Percobaan di tahap ini, individu sudah mencoba memulai
atau melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki
oleh stimulus.

e. Adoption/pengangkatan
Pengangkatan yang dimaksud adalah dimana individu
sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.

5. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
menggunakan wawancara dan angket atau kuesioner dengan
menanyakan isi dari materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden (Hendrawan, 2019). Nilai pada kuesioner yaitu skor
1 jika jawaban responden benar dan skor 0 jika jawaban responden
salah, rumus yang digunakan untuk mengukur persentase dari
jawaban yang didapat dari kuesioner yaitu:

Tingkat pengetahuan menurut Arikunto 2010 dalam


Hendrawan (2019), dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan
nilai persentase yaitu :
a. Baik : persentase 76-100%
b. Cukup : persentase 56-75%
c. Kurang : persentase <56%
14

C. Kesehatan Reproduksi
1. Pengertian
Kesehatan reproduksi menurut International Conference
Population and Development (ICPD), Kesehatan reproduksi adalah
suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat fungsi, serta proses
reproduksi (Akbar, dkk. 2021)
Menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) dalam Soraya (2020), mengatakan bahwa
pendidikan seksualitas adalah suatu pendidikan yang dikembangkan
dengan pendekatan yang sesuai dengan usia, peka budaya dan
komprehensif yang mencakup program yang berisikan informasi
ilmiah akurat, realistis dan bersifat tidak menghakimi.

2. Pertumbuhan dan perkembangan seksual remaja


Pada remaja akan terjadi suatu perubahan dan pertumbuhan
yang sangat cepat, menurut Ahmad (2020), pertumbuhan organ
reproduksi menuju kematangan yang ditunjukan dengan
kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang
terjadi pada pertumbuhan diikuti dengan terlihatnya tanda-tanda
sebagai berikut :
a. Tanda-tanda seks primer
Pada laki-laki di usia 14 tahun baru 10% dari ukuran
matang dan satu atau dua tahun akan terjadi pertumbuhan yang
pesat. Testis berkembang di usia 20 atau 21. Sebagai suatu tanda
bahwa organ reproduksi sudah matang maka lazimnya akan
terjadi mimpi basah yang artinya berkaitan dengan hubungan
seksual hingga mengeluarkan sperma.
Pada perempuan tanda dari kematangan organ reproduksi
adalah datangnya haid. Haid merupakan tanda awal dari
serangkaian yang yang akan keluar seperti darah, lendir,
jaringan sel yang hancur dari uterus, yang akan terjadi setiap 28
hari dan akan terjadi terus hingga masa menopause.
15

b. Tanda-tanda seks sekunder


Pada laki-laki akan tumbuh rambut pada kemaluan, ini
akan muncul satu tahun setelah testis dan penis membesar.
Setelah itu, akan muncul rambut pada ketiak dan rambut di
wajah seperti kumis dan jenggot. Lalu, kulit pada laki-laki akan
lebih kasar. Pada bagian otot akan semakin besar, suara pada
laki-laki akan berubah dengan awal agak serak dan volumenya
yang meningkat.
Pada perempuan akan tumbuh rambut pada kemaluan
setelah pinggul dan payudara mulai berkembang dan tumbuh
rambut pada ketiak. Pinggul mulai membesar dan membulat,
payudara seiring dengan pinggul membesar sehingga payudara
membesar dan puting susu menonjol, kelenjar lemak dibawah
kulit akan aktif dan menimbulkan jerawat karena produksi
minyak yang meningkat serta kelenjar keringat yang bertambah.
Pada bagian otot pada akhir pubertas akan membesar dan kuat,
suara pada perempuan akan berubah menjadi merdu dan tidak
terjadi serak-serak pada suara.

3. Anatomi alat reproduksi remaja


Menurut Manuaba, Anatomi fisiologi organ reproduksi pada
wanita terdiri dari organ reproduksi eksterna dan interna. Organ
reproduksi eksterna pada wanita yaitu (Noor, dkk. 2020):
a. Mons veneris yaitu bagian menonjol kedepan menutup tulang
kemaluan.
b. Labia mayora yaitu bagian terluar vagina yang terdiri dari
rambut, kelenjar lemak, serta kelenjar keringat.
c. Labia minora yaitu lipatan kecil di dalam labia mayora yang
terdapat pembuluh darah. Pembuluh darah ini akan membesar
ketika ada dorongan seks.
d. Klitoris merupakan bagian yang sangat sensitif saat hubungan
seks karena banyak mengandung pembuluh darah dan serat
saraf
16

e. Vestibulum yaitu bagian yang terletak diantara vulva dan anus,


yang memiliki muara vagina atau liang senggama, kelenjar
bartholin, saluran kencing, dan kelenjar skene
f. Himen yaitu selaput tipis yang menutupi sebagian lubang dari
vagina luar

Sedangkan alat reproduksi interna pada wanita yaitu (Noor,


dkk. 2020):
a. Vagina, yaitu saluran senggama yang menghubungkan rahim
dengan bagian luar
b. Rahim, yaitu seperti buah pir dengan berat sekitar 30 gram,
berongga dan berotot
c. Cervix, yaitu bagian dari uterus membentuk sepertiga bagian
bawah uterus
d. Endometrium, yaitu lapisan dalam yang mengandung kelenjar
resemosa dan sebagai tempat implantasi
e. Tuba fallopi, yaitu memiliki panjang 12 cm sebagai saluran dan
tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum menempel pada
endometrium
f. Ovarium, terdiri 2 bagian yaitu kanan dan kiri yang setiap bulan
mengeluarkan sel telur secara bergantian.

4. Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja


Remaja merupakan kelompok umur yang paling strategis
untuk mendapat perhatian dan titik intervensi khususnya pada remaja
putri. Hal ini dikarenakan remaja putri lebih beresiko dan sangat
rentan menghadapi persoalan kesehatan reproduksi karena faktor
lingkungan sosial (Akbar, dkk. 2021)
Begitu banyaknya perubahan yang dialami remaja, baik fisik
maupun psikologisnya, membuat remaja acap kali Mengalami
berbagai permasalahan dalam kehidupan. Permasalahan atau
penyimpangan perilaku ini dapat mengundang Resiko yang besar
terutama pada masa depannya.
17

Berikut beberapa permasalahan yang berkaitan dengan


Kesehatan Reproduksi Remaja (Akbar, dkk. 2021):
a. Seks Pranikah
Hubungan seksual pranikah merupakan kontak seksual
yang dilakukan oleh remaja kepada lawan jenis atau sesama
jenis yang tidak didahului oleh pernikahan yang sah. Perilaku
ini dapat menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan,
sosial dan ekonomi. Selain itu perilaku seks bebas ini sangat
beresiko terhadap penyakit menular seksual/ HIV serta dapat
menimbulkan tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja wanita.

b. Kehamilan tidak diinginkan (KTD)


Kehamilan tidak diinginkan merupakan kehamilan yang
tidak diharapkan oleh calon orang tua bayi sebagai akibat dari
praktek seks bebas atau seks pranikah. Terjadi karena minimnya
pengetahuan perilaku seksual yang berakibat pada kehamilan.
Kehamilan tak diinginkan akan berdampak pada remaja
(pelaku), keluarga dan lingkungan sekitar.
Beberapa faktor penyebab KTD yaitu:
1) Faktor Sosiodemografi ( kemiskinan, seksualitas aktif dan
kegagalan dalam penggunaan kontrasepsi, media massa)
2) Karakteristik keluarga yang kurang harmonis (hubungan
antar keluarga)
3) Status perkembangan (kurang pemikiran tentang masa depan,
ingin coba-coba, kebutuhan akan perhatian)
4) Penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan
5) Kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar tentang
proses terjadinya kehamilan dan metode pencegahannya
6) Kegagalan alat kontrasepsi
7) Akibat terjadi tindak pemerkosaan

Dampak KTD tidak hanya secara fisik, namun juga psikis


bahkan sosial. Remaja putri yang mengalami ktd akan mendapat
18

sanksi dari sekolah, ya itu dikeluarkan sehingga remaja tersebut


akan mengalami putus sekolah, kehilangan kesempatan bekerja
dan berkarya. Remaja akhirnya menjalani peran sebagai orang
tua tunggal, kesulitan mengurus kehamilan dan bayi sebagai
dampak pernikahan dini yang tidak direncanakan. Selain itu,
remaja yang mengalami ktd cenderung akan menerima tekanan
dari lingkungan tempat tinggal, seperti di comooh dan
dikucilkan. Hal ini akan berujung pada stres dan konflik, aborsi
ilegal yang lebih lanjut beresiko menyebabkan kematian bagi
ibu dan bayi.

c. Aborsi
Aborsi adalah keluarnya embrio atau janin dari dalam
kandungan sebelum waktunya, umumnya sebelum mencapai
usia 20 Minggu. Tindakan aborsi disebut abortus. Abortus
terbagi dua yaitu abortus spontan atau keguguran dan abortus
buatan atau pengguguran. Aborsi pada remaja merupakan aborsi
provokatus (buatan) atau keguguran yang dilakukan dengan
sengaja. Aborsi adalah salah satu tindakan atau cara menghadapi
ktd. Aborsi umumnya dilakukan dengan cara mengkonsumsi
obat tertentu, jamu ataupun praktek yang lain seperti
menggunakan alat yang dimasukkan ke dalam rahim melalui
vagina.
Tindakan aborsi ini memiliki dampak medis yang cukup
berbahaya apabila dilakukan tidak sesuai standar profesional.
Seringkali, KTD akibat hubungan seksual sebelum menikah
menyebabkan aborsi buatan seperti menggunakan ramuan-
ramuan yang berbahaya bagi rahim. Tindakan aborsi juga dapat
menyebabkan komplikasi medis, perdarahan, infeksi alat
reproduksi dan bahkan kematian. Aborsi juga menimbulkan
dampak psikologis seperti perasaan bersalah dan berdosa atas
apa yang telah dilakukan. Selain itu, tindakan aborsi juga
menimbulkan dampak sosial seperti dikucilkan dari keluarga
19

teman dan masyarakat.


Beberapa alasan remaja melakukan tindakan aborsi
diantaranya:
1) Takut pada orang tua
2) Belum siap menikah dan memiliki anak baik secara mental
maupun secara ekonomi
3) Rasa malu pada lingkungan karena hamil sebelum nikah
4) Tidak tahu status anak setelah dilahirkan kelak
5) Agar dapat melanjutkan sekolah atau kuliah
6) Agar dapat bekerja tanpa adanya kehadiran anak

5. Infeksi menular seksual


a. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) dalam
Hermanto dkk., (2020), infeksi menular seksual (IMS) adalah
infeksi yang menular melalui hubungan seksual secara vaginal,
anal, dan oral. IMS disebabkan oleh lebih dari 30 jenis bakteri,
parasit, virus dan jamur yang berbeda yang dapat ditularkan
melalui kontak seksual dan kebanyakan infeksi ini bersifat
asimtomatik (tanpa gejala).

b. Tanda dan gejala IMS


Tanda dan gejala IMS menurut Hairil dkk., (2021):
1) Pada laki-laki
Pada laki-laki dengan adanya bintil-bintil berisi
cairan, lecet pada penis, luka tidak sakit, keras dan berwarna
merah pada alat kelamin, adanya daging seperti jengger
ayam, rasa gatal pada alat kelamin, bengkak dan nyeri pada
pangkal paha, kencing keluar darah dan nanah serta nyeri
saat kencing ataupun saat berhubungan.

2) Pada perempuan
Vagina mengeluarkan cairan atau keputihan yang
abnormal seperti terjadinya peningkatan keputihan,
20

berwarna hijau, kemerah mudaan, kekuningan dan berbau


tidak sedap. Terdapat luka terbuka, basah, benjolan kecil
(papules) dan warna kemerahan disekitar alat kelamin. Pada
perut bagian bawah terasa sakit, saat berhubungan seksual
adanya rasa nyeri, keluarnya bercak darah serta timbulnya
daging berwarna seperti kutil disekitar genetalia.

c. Jenis-jenis IMS
Beberapa jenis IMS menurut Hairil dkk., (2021) yaitu
Gonorrhea (GO), Sifilis, Herpes genitalis dan Infeksi klamidia.

d. Pencegahan IMS
Pencegahan infeksi menular seksual (IMS) adalah dengan
tidak berganti- ganti pasangan seksual, setia pada satu pasangan,
tidak menerima transfusi darah tanpa screen (penyaringan) darah
dan penggunaan jarum suntik secara bergantian. Selain itu,
dengan menggunakan kondom untuk mengurangi atau
menghindari terjadinya risiko penularan IMS, HIV dan risiko
kehamilan (Kumalasari, 2018).

6. HIV/AIDS
Pencegahan HIV/AIDS menurut Setiarto dkk., 2021, yaitu :
a. Pengertian
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah
terkena berbagai penyakit. Sedangkan Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan dari gejala
atau penyakit yang disebabkan oleh virus HIV, khususnya
menyerang limfosit T dan menurunnya jumlah CD4 yang
bertugas melawan infeksi. Penyakit ini muncul karena
kurangnya zat kekebalan tubuh CD4 dan setelah 5-10 tahun
setelah terinfeksi virus HIV telah menjadi AIDS yang ditandai
kurangnya jumlah CD4 dari 200 sel uL darah sebagai kriteria
ambang batas (Setiarto dkk, 2021).
21

b. Epidemiologi AIDS
Menurut Setiarto dkk., (2021), ada epidemiologi AIDS
terdapat 3 faktor, yaitu :
1) Penyebab penyakit (Agent)
Virus HIV merupakan penyebab AIDS yang termasuk
golongan retrovirus yang mudah mengalami mutasi. HIV
merupakan virus yang sensitif terhadappengaruh lingkungan
seperti air mendidih, sinar matahari dan desinfektan.

2) Tuan rumah (Host)


Penderita HIV/AIDS banyak terjadi dikalangan umur
15-45 tahun karena masih aktif melakukan hubungan
seksual. Penyebaran ini dapat terjadi karena hubungan
seksual dengan banyak mitra seks, homoseksual ataupun
biseksual.

3) Faktor lingkungan (Environment)


Faktor lingkungan berpengaruh dengan terjadinya
HIV/AIDS, karena adanya : transfusi darah (pendonor
maupun penerima), pengguna narkoba, minum alkohol, seks
bebas, dan berhubungan tanpa alat pelindung (kondom).

c. Cara penularan
Cara penularan pada HIV dapat diketahui dengan cara
melakukan hubungan seksual baik homoseksual maupun
heteroseksual serta dapat secara non seksual seperti kontak
dengan darah/produk darah, parenteral (jarum suntik dan alat
tusuk) yang tidak steril dan transplasenta pada ibu hamil,
melahirkan dan menyusui. HIV ini hanya menyerang limfosit T.
Cairan tubuh yang dapat menularkan diantaranya semen, cairan
vagina atau serviks dan darah penderita (Setiarto, dkk. 2021).
22

d. Pencegahan HIV/AIDS
HIV/AIDS mempunyai 4 pilar menuju paradigma Zero
New Infection, Zero AIDS-related death dan Zero
Discrimination, yaitu pencegahan (prevention), perawatan,
dukungan, dan pengobatan (PDP), mitigasi dampak terapi
antiretroviral (ARV) dan menciptakan lingkungan yang
kondusif.

D. Sikap
1. Pengertian sikap
Menurut Notoatmodjo pada Zulmiyetri dkk., (2019), sikap
merupakan respon tertutup seseorang terkait stimulus atau objek
tertentu, yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan seperti senang-tidak senang, setuju tidak setuju, baik–
tidak baik dan lain sebagainya. Sikap tidak dapat dilihat, namun
hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dan sikap merupakan respon
yang sifatnya positif atau mendukung (favourable) maupun negatif
atau tidak mendukung (unfavourable) pada suatu objek.

2. Tingkatan sikap
Sikap merupakan respon seseorang, sikap memiliki berbagai
tingkatan. Berikut beberapa tingkatan sikap menurut Katmawati
(2021), yaitu :
a. Menerima (receiving)
Menerima, artinya seorang subjek mampu memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek) dalam bentuk persoalan, situasi,
fenomena, dan sebagainya.

b. Merespon (responding)
Merespon merupakan pemberian jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena
adanya usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan.
23

c. Menghargai (valuing)
Menghargai dikatakan bila mengajak seseorang untuk
melakukan komunikasi dan mendiskusikan suatu masalah.
Selain itu, kesediaan menghormati, mengindahkan, dan
memandang penting suatu nilai-nilai yang diberikan kepadanya.

d. Bertanggung jawab (responsible)


Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilih oleh
seseorang dengan segala risiko adalah tingkat sikap yang paling
tinggi.

3. Cara pengukuran sikap


Menurut Notoatmodjo dalam Zulmiyetri dkk., (2019), cara
untuk mengukur sikap seseorang dapat dilakukan secara langsung
dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat ditanyakan
mengenai pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek
dan pengukuran secara tidak langsung, dapat dilakukan melalui
pernyataan-pernyataan hipotesis yang kemudian dinyatakan
pendapat responden melalui kuesioner.
Pengukuran sikap dengan menilai pernyataan sikap seseorang.
Menurut Wawan dan Dewi dalam Zulmiyetri dkk., (2019),
pernyataan sikap merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan
sesuatu mengenai objek sikap yang akan diungkapkan. Ada dua jenis
pengukuran pernyataan sikap yaitu pernyataan favourable, yaitu
pernyataan yang berisi atau mengatakan hal yang positif mengenai
objek sikap dan kalimat yang bersifat mendukung atau memihak
pada objek. Selain itu, adapun pernyataan sikap yang berisi hal
negatif mengenai suatu objek atau yang bersifat tidak mendukung
maupun kontra terhadap objek sikap yang disebut unfavourable.
Penilaian sikap dengan lima opsi jawaban penggunaan skala
likert yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak
setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) dengan hasil skor perhitungan
yaitu skor yang diperoleh responden dibagi skor ideal x 100.
24

Menurut Hidayat dalam Romziyah (2020), menunjukan kategori :


a. Positif jika nilai > median
b. Negatif jika nilai < median

Dengan demikian, pernyataan yang dipaparkan atau


diungkapkan tidak semua bersifat positif dan tidak semua negatif
yang seakan-akan isi dari skala memihak atau tidak mendukung
sama sekali objek.
a. Isi kuesioner favourable dengan item yaitu :
Sangat Setuju (SS) :5
Setuju (S) :4
Ragu-ragu (RR) :3
Tidak Setuju (TS) :2
Sangat Tidak Setuju (STS) : 1

b. Isi kuesioner unfavourable dengan item yaitu :


Sangat Setuju (SS) :1
Setuju (S) :2
Ragu-ragu (RR) :3
Tidak Setuju (TS) :4
Sangat Tidak Setuju (STS) : 5

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan


persepsi seseorang mengenai suatu kejadian atau fenomena. Jawaban
pada setiap item instrumen yang menggunakan skala likert gradasi
nilai dari yang sangat positif hingga sangat negatif (Zulmiyetri, dkk.,
2019), antara lain :
a. Pernyataan positif
Sangat Setuju (SS) :5
Setuju (S) :4
Ragu-ragu (RR) :3
Tidak Setuju (TS) :2
Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
25

b. Pernyataan negatif
Sangat Setuju (SS) :1
Setuju (S) :2
Ragu-ragu (RR) :3
Tidak Setuju (TS) :4
Sangat Tidak Setuju (STS) : 5

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap


Menurut Wawan dan Dewi dalam Katmawati dkk., (2021),
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap, yaitu:
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar untuk pembentukan sikap,
pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat
sehingga sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi seseorang tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan
faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting


Pada umumnya, seseorang cenderung untuk memiliki
sikap yang sejalan atau searah dengan sikap seseorang yang
dianggap penting. Kecenderungan ini meliputi motivasi untuk
berhubungan dan adanya keinginan untuk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting.

c. Pengaruh kebudayaan
Tanpa diketahui kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap seseorang terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya.

d. Media massa
Media komunikasi seperti isi surat dari surat kabar
maupun radio atau media komunikasi lainnya dan berita yang
seharusnya disampaikan secara faktual cenderung
mempengaruhi sikap penulisnya, hal ini dapat mempengaruhi
26

persepsi seseorang.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama


Sistem kepercayaan sangat ditentukan oleh konsep moral
dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama.

f. Faktor emosional
Suatu bentuk sikap adalah pernyataan yang didasari emosi
yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego seseorang.

5. Pengaruh sikap terhadap perilaku


Menurut penelitian Alma dkk., (2020), menunjukan bahwa
adanya hubungan antara sikap dan perilaku. Secara umum, sikap
merupakan suatu reaksi yang individu terhadap evaluasi diri sendiri
yang terdapat stimulus atau objek dapat berupa nilai positif atau
negatif. Selain itu, remaja yang memiliki pengetahuan seksual yang
buruk namun memiliki sikap yang terbuka terhadap seksualitas.
Hubungan media dengan perilaku seksual, dimana individu yang
berkaitan dengan perilaku seksual melalui media lebih sering
memanjakan diri dengan diri sendiri dan orang lain. Selain itu,
adanya internet yang dapat diandalkan sebagai sumber utama dalam
pengumpulan informasi terkait seksual dan teman sebaya merupakan
tempat diskusi yang akan dicari remaja untuk menceritakan seksual
tanpa adanya keraguan.

E. Remaja
1. Pengertian remaja
Remaja menurut World Health Organization (WHO),
merupakan penduduk yang memiliki umur 10-19 tahun, sedangkan
menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)
remaja merupakan penduduk yang memiliki umur 10-24 tahun dan
belum melakukan pernikahan (BPS, 2020).
27

Remaja adalah transisi perkembangan dari masa kanak-kanak


ke masa dewasa. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentan usia 10-18
tahun. Masa remaja merupakan masa transisi atau perubahan dari
masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Saat ini terjadi
pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun mental
(Diananda, 2018).

2. Tahapan perkembangan remaja


Tahapan pada perkembangan remaja menurut Hurlock dalam
Diananda (2018) dan Utami (2018), sebagai berikut :
a. Remaja awal (12-15 Tahun)
Remaja awal merupakan fase yang sangat singkat, kurang
lebih satu tahun. Pada fase ini dinilai sebagai fase negatif karena
tampaknya merupakan perilaku yang cenderung negatif/buruk.
Fase ini merupakan fase yang sulit untuk melakukan hubungan
komunikasi antara anak dan orang tua dari terganggunya
perkembangan fungsi tubuh yang melibatkan perubahan
hormonal dapat memicu perubahan suasana hati yang tidak
terduga (Diananda, 2018).

b. Masa remaja pertengahan (15-18 Tahun)


Periode ini ditandai dengan berkembangnya keterampilan
dalam berpikir yang baru. Teman-temannya masih memiliki
peran yang penting, namun individu mampu mengarahkan dan
memfokuskan diri sendiri (self-directed). Pada fase ini, para
remaja mulai keluar untuk mengembangkan karakter,
pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol,
membuat keputusan pertama terkait dengan tujuan yang ingin
dicapai dan mulai menerima hubungan dengan pria atau wanita
mulai meningkat dan mulai mencoba berbagai aliran seperti
musik, politik, dan hal yang berada diluar keluarga (Utami,
2018).
28

c. Masa remaja akhir (19-22 Tahun)


Periode ini merupakan periode terakhir dalam memasuki
peran menjadi orang dewasa. Selama masa ini, remaja mencoba
menetapkan tujuan pribadinya untuk mengembangkan rasa
identitas pribadi. Keinginan yang menetap dan kuat untuk
menjadi dewasa, diterima dalam kelompok sebaya dan orang
dewasa juga menjadi ciri di fase ini. Pada fase ini individu mulai
tumbuh dewasa dan lebih matang pemahamannya. Individu
lebih menerima dan memahami sekitar, dan mereka mulai
menghargai perilaku orang lain yang sebelumnya ditolak.
Memiliki pekerjaan dan status tertentu, budaya, ideologi politik
serta tradisi yang dekat dengan orang tuanya. Jika situasi kurang
bermanfaat dan menguntungkan, maka waktunya akan
bertambah dengan hasil imitasi, kebosanan dan menjadikan
keadaan tekanan mental (Utami, 2018).

3. Aspek-aspek perkembangan masa remaja


Aspek-aspek terjadinya perkembangan pada remaja menurut
Utami(2018), sebagai berikut :
a. Perubahan fisik
Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan sangat
drastis di usia 12/13 sampai 17/18 tahun. Pada fase ini, remaja
merasa tidak nyaman dengan perubahan yang terjadi pada
anggota tubuhnya dan otot-ototnya mulai tumbuh. Pada laki-
laki, perubahan seks primer ditandai dengan mimpi basah,
sedangkan sekunder berupa perubahan suara, tumbuh rambut di
daerah ketiak, kumis, jenggot dan alat kelamin. Sementara
pada perempuan perubahan seks primer yaitu terjadi menstruasi
pertama kali yang disebut menarche sedangkan perubahan
sekundernya adalah pembesaran pada payudara dan pinggul
yang membesar.
29

b. Perubahan emosional
Perubahan emosional terjadi karena adanya perubahan
fisik dan hormonal. Pada usia 15-18 tahun, kemarahan remaja
merupakan perubahan yang umum terjadi karena transisi dari
kanak-kanak menuju dewasa. Perkembangan emosi yang terjadi
tergantung pada faktor kematangan dan belajar dimana faktor
ini berhubungan erat satu sama lain dalam mempengaruhi
emosi.

c. Perubahan kognitif
Perubahan kognitif disebut juga perubahan dalam berpikir.
Pada usia 12 tahun, proses pertumbuhan pada otak telah
mencapai kesempurnaan, dimana pada fase ini sistem saraf yang
memproses informasi dapat berkembang dengan cepat. Dalam
perkembangan berpikir ini, individu dapat berpikir secara
abstrak dan hipotesis sehingga memberikan peluang imajinasi
dalam segala hal. Pemikiran pada individu lebih mampu melihat
dari berbagai sudut perspektif yang lebih sensitif pada kata-kata
sindiran dan mengerti mengenai sesuatu yang bersifat relatif
(Utami, 2018).

d. Perkembangan sosial
Sosial kognitif merupakan perkembangan pada masa
remaja. Sosial kognitif adalah kemampuan individu dalam
memahami orang lain. Remaja mampu memahami orang lain
sebagai individu yang unik baik dari sifat-sifat pribadi, minat
nilai-nilai ataupun perasaannya. Pemahaman ini memacu remaja
untuk menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan teman
sebaya dan orang sekitarnya.

e. Perkembangan intelek usia remaja


Remaja pada perkembangan ini ditandai dengan
kemampuan berpikir yang lebih jauh, lebih abstrak yang
menghasilkan ide-ide baru. Pada cara berpikir yang formal
30

ditandai dengan 3 hal penting seperti anak mulai mampu


melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, berpikir
secara ilmiah, dan mampu mempersatukan ide-ide secara logis
(Utami, 2018).

4. Masalah remaja
Masalah pada remaja atau kenakalan remaja merupakan wujud
dari masalah yang belum terselesaikannya di masa kanak-kanak
ataupun masa kanak- kanak yang singkat. Selain itu, adanya rasa
malu karena tekanan dari lingkungan ataupun status ekonomi yang
rendah yang menimbulkan perasaan minder. Hal ini dapat terjadi
karena belum stabilnya emosi pada remaja sehingga remaja
dihadapkan dengan masalah-masalah terhadap pengontrolan diri
(Diananda, 2018).
Kenakalan remaja yang sering terjadi seperti penyalahgunaan
obat terlarang, melakukan hubungan seksual bebas atau diluar
pernikahan, putus sekolah, merokok dan mengkonsumsi minuman
keras. Dengan adanya masalah remaja maka sebaiknya dicegah
secara dini dengan memberikan perhatian yang mendalam secara
individual, pendekatan kolaboratif dengan bantuan agensi di seluruh
komunitas dengan program-program layanannya, dan mengajak
keluarga untuk lebih peduli dan perhatian terhadap anaknya untuk
peningkatan pendidikan karakter anak (Diananda, 2018).

F. Pernikahan Dini
1. Pengertian pernikahan dini
Pernikahan menurut UU Perkawinan No 16 Tahun 2019 adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pernikahan dini menurut United Nations Population Fund (UNFPA)
adalah pernikahan yang dilakukan sebelum anak perempuan siap
secara fisik, psikologis, dan fisiologis untuk menanggung tanggung
31

jawab pernikahan dan melahirkan.


Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2019 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan pasal 7 ayat 1 menyatakan perkawinan hanya
diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun.
Pernikahan dini menurut BKKBN merupakan pernikahan yang
dilakukan oleh remaja perempuan dibawah usia 21 tahun dan laki-
laki dibawah usia 25 tahun (Noor, dkk. 2020)
Adapun menurut United Nations Population Fund (UNFPA)
mengartikan pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan
sebelum anak perempuan siap secara fisik, psikologis, dan fisiologis
untuk menanggung tanggung jawab pernikahan dan melahirkan.
Maka dari itu, pernikahan tidak dianggap resmi dan disetujui jika
tidak adanya catatan secara resmi, hukum sipil, dan agama.

2. Faktor penyebab pernikahan dini pada remaja


Faktor-faktor penyebab pernikahan dini menurut (Sekarayu
dan Nurwati, 2021) adalah :
a. Faktor budaya
Salah satu penyebab pernikahan dini adalah budaya karena
mengikuti tradisi perjodohan yang sering dilakukan oleh orang
tua. Beberapa budaya, jika anak perempuan tidak dinikahkan
dengan cepat akan terpengaruh pergaulan bebas, selain itu jika
anak perempuan menunda pernikahan maka akan susah
mendapatkan keturunan, dan anak perempuan tidak diijinkan
untuk menempuh pendidikan yang tinggi karena menjadikan
perempuan perawan tua. (Arikhman, Meva Efendi dan Eka
Putri, 2019).

b. Faktor teman sebaya


Teman sebaya merupakan orang dengan tingkat pemikiran
yang sama dengan memberikan informasi dan perbandingan
dunia luar selain keluarga. Saat usia remaja akan banyak
32

menghabiskan waktu dengan teman-teman dan berbagi banyak


cerita salah satunya masalah seksual, jodoh dan pernikahan. Hal
itulah yang mendorong anak untuk melakukan pernikahan usia
muda (Arikhman, dkk., 2019).

c. Faktor pendidikan
Terjadinya pernikahan dini karena kurangnya tingkat
pendidikan dan pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat,
yang mengakibatkan adanya keinginan untuk menikahkan
anaknya walaupun masih dibawah umur. (Hamzah, 2020).

d. Faktor ekonomi
Salah satu faktor pendorong pernikahan usia dini adalah
faktor ekonomi. Kondisi ekonomi yang dimaksud adalah situasi
ekonomi keluarga yang kurang mampu. Adapun keluarga
dengan status ekonominya kurang mampu dan memiliki banyak
anak, jadi memungkinkan orang tua mengijinkan anaknya
menikah walaupun belum cukup umur dengan tujuan beban dan
tanggung jawab keluarganya berkurang.

e. Faktor media massa


Masa remaja merupakan masa meningkatnya rasa ingin
tahu mengenai lingkungan sekitar begitupun dengan kemajuan
teknologi yang sangat berperan penting sebagai sarana
informasi. Meningkatnya konten pornografi yang tersebar di
media massa mengakibatkan ketertarikan remaja untuk
melakukan pacaran ataupun melakukan tindakan tidak sesuai
umur dan sarana sebagai mencari pasangan (Saputra, 2021).

3. Dampak pernikahan dini pada remaja


Menghadapi suatu masalah dalam hubungan pernikahan
merupakan hal yang tidak mudah bagi remaja yang menikah di usia
dini, karena cara berpikir dan emosional yang belum stabil terkadang
dapat mempengaruhi kehidupannya. Beberapa dampak pernikahan
33

dini (Sekarayu dan Nurwati, 2021), yaitu :


a. Dampak pernikahan dini terhadap mental dan psikologis
Pernikahan di usia muda dapat mengakibatkan kecemasan,
dimana kecemasan merupakan keadaan dimana seseorang
merasakan takut dan khawatir dengan suatu hal, sehingga
menjadi suatu tekanan yang berat. Selain itu, ketidaksiapan
dalam berpikir, emosional yang labil dan banyaknya masalah
yang diselesaikannya dengan cara yang salah menjadi pemicu
terjadinya stres (Mangande dan Lahade, 2021).

b. Dampak pernikahan dini terhadap pendidikan dan


kependudukan
Dampak melakukan pernikahan dini ialah putus sekolah
karena adanya peraturan di sekolah yang tidak mengizinkan
siswa-siswinya sekolah dengan status sudah menikah.
Pernikahan dini mengakibatkan remaja kehilangan kemampuan
untuk menuntut ilmu untuk masa depannya (Khaerani, 2019).
Selain itu, pernikahan dini berdampak pada kependudukan yang
menyebabkan kepadatan penduduk dan jumlah penduduk di
wilayah semakin meningkat karena pernikahan usia dini atau
pasangan usia subur (PUS).

c. Dampak pernikahan dini terhadap ekonomi


Pernikahan usia dini pemicu terjadinya siklus kemiskinan
yang baru. Tingkat pendidikan yang rendah maka
mengakibatkan remaja tidak memiliki pekerjaan yang layak.
(Noor dkk., 2018).

d. Dampak pernikahan dini terhadap anak


Kurangnya pengetahuan dalam mengasuh anak akan
menyebabkan anak mengalami keterlambatan dalam tumbuh
kembang anak, kesulitan belajar, gangguan perilaku, psikologis
dan kesehatannya (Noor dkk., 2018).
34

e. Dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi


Proses reproduksi terjadi akibat adanya hubungan seksual
antara laki-laki dan perempuan, kesehatan reproduksi
merupakan kesehatan seksual untuk peningkatan kualitas hidup
dan hubungan antar individu. Seseorang dapat melakukan proses
reproduksi dapat dilihat dari kondisi kesehatan dari anak-anak
hingga dewasa (Sekarayu dan Nurwati, 2021).
Pernikahan usia dini memberikan dampak terhadap
kesehatan reproduksi pada remaja perempuan. Remaja kurang
mengetahui resiko yang akan terjadi pada organ reproduksinya.
Selain itu, tegasnya perempuan dalam memutuskan untuk siap
hamil dan jumlah anak sehingga yang mengambil keputusan
tersebut ialah pasangannya tanpa mempertimbangkan kondisi
alat reproduksi perempuan yang mengakibatkan terjadinya
kehamilan dan persalinan pada usia yang belum matang (Noor
dkk., 2018).
Beberapa resiko yang terjadi akibat pernikahan usia dini
pada kesehatan reproduksi (usia kurang dari 20 tahun) yaitu :
1) Anemia
Anemia atau kekurangan sel darah merah dalam tubuh
yang terjadi saat hamil sangat membahayakan ibu dan janin,
sebab kekurangan darah dapat menyebabkan kelahiran
prematur (lahir belum cukup bulan), pertumbuhan pada
janin terhambat, pendarahan saat hamil, berat badan bayi
lahir rendah (BBLR), abortus, partus lama dan gangguan
pada janin (Khaerani, 2019).

2) Abortus
Abortus atau keguguran adalah masalah kesehatan
yang berdampak terjadinya kesakitan dan kematian pada
ibu dan neonatal karena adanya pendarahan dan komplikasi.
Abortus yang terjadi pada remaja hamil di usia muda
dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi dan kondisi
35

organ reproduksi seperti otot-otot rahim belum baik, tenaga


dan kontraksi serta hormon belum terbentuk dengan baik
(Buton, dkk., 2021).

3) Preeklampsia
Preeklampsia adalah kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah disertai dengan adanya protein
dalam urine yang biasanya terjadi setelah 20 minggu
kehamilan dan pada kondisi berat preeklampsia dapat
berubah menjadi eklampsia dimana terjadi penambahan
dengan gejala kejang-kejang. Pada hamil dengan usia
kurang dari 20 tahun cenderung mengalami preeklampsia
karena kurangnya kematangan pada organ reproduksi dan
tidak rutin memeriksakan kehamilannya. Salah satu faktor
terjadinya preeklampsia ataupun eklampsia adalah adanya
riwayat hipertensi atau adanya preeklampsia dalam
keluarganya (Magdalena dan Historyati, 2016).

4) Resiko terkena kanker serviks


Kanker serviks merupakan pertumbuhan sel-sel yang
terjadi di leher rahim. Remaja yang menikah dibawah usia
20 tahun lebih rentan memiliki resiko terkena kanker
serviks karena melakukan hubungan seksual dibawah 20
tahun karena pada usia remaja sel-sel di leher rahim belum
matang seutuhnya hingga memerlukan waktu untuk
mencapai kemaksimalan untuk terjadinya proses reproduksi
(Sutarto, 2020).

5) Persalinan lama
Persalinan pada usia remaja juga dapat meningkatkan
resiko mengalami persalinan lama karena kemungkinan
adanya kelainan letak janin, kelainan panggul, kekuatan his
(kontraksi) dan teknik mengejan yang salah (Noor dkk.,
2018). Ketidakseimbangan besar bayi dengan lebar panggul
36

biasanya akan mengakibatkan macetnya persalinan


sehingga kemungkinan besar akandianjurkan untuk operasi
caesar demi keselamatan bayi dan ibunya (Khaerani, 2019).

4. Upaya pencegahan terjadinya pernikahan dini untuk remaja


Maraknya pernikahan yang dilakukan di usia dini membuat
pemerintah harus melakukan tindak lanjut terkait hal ini. Upaya
pemerintah dalam menangani pernikahan dini ialah dengan
mengeluarkan undang-undang terkait batasan usia menikah.
Melakukan pernikahan telah diatur dalam Undang-Undang
Perkawinan No 16 Tahun 2019 pasal 7 bahwa perkawinan hanya
diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun dan
pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang perilaku reproduksi
yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52
Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga pasal 1 menyatakan bahwa mengatur
kehamilan adalah upaya untuk membantu pasangan suami istri untuk
melahirkan pada usia ideal, jumlah anak, dan mengatur jarak
kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan obat
kontrasepsi.
Program Generasi Yang Punya Rencana (GenRe) dengan cara
memberikan sosialisasi mengenai pemahaman pada masa remaja,
memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi dan pernikahan
dini berserta dampaknya pada kesehatan reproduksi. Adanya
program sosialisasi dan penyuluhan tersebut maka remaja akan lebih
mengetahui mengenai arti dari remaja dan bahayanya melakukan
pernikahan dini sehingga kedepannya kasus pernikahan dini
dapat diminimalisir. Para remaja akan memiliki pemikiran untuk
masa depan, karir pendidikan dan cita-citanya yang harus dicapai
(Priyanti, 2021).
37

2.2 Kerangka Teori

Faktor predisposisi Faktor pendukung Faktor pendorong


Pengetahuan Lingkungan Sikap dan perilaku
Sikap Sarana dan Prasarana petugas kesehatan
Pendidikan
Kepercayaan
Keyakinan
Nilai-nilai

Perilaku Kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori

2.3 Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan sebuah pernyataan atau jawaban yang
dibuat sementara dan akan diuji kebenarannya. Pengujian hipotesis penelitian
dilakukan melalui uji statistik. Hipotesis penelitian merupakan jawaban
sementara dari tujuan penelitian. Hipotesis dapat disimpulkan berhubungan
atau tidak, berpengaruh atau tidak diterima atau ditolak (Adiputra, dkk. 2021)
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho: Tidak ada hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi dengan sikap remaja usia 15-18 tahun terkait
pernikahan dini.
Ha: Ada hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dengan sikap remaja usia 15-18 tahun terkait pernikahan
dini.
38

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik
korelasional dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian yang
digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang
bersifat kuantitatif. Peneliti melakukan pengukuran variabel di waktu tertentu,
dalam artian observasi yang dilakukan kepada subjek dilakukan sekali saja
pada saat pemeriksaan (Adiputra dkk., 2021).
Penelitian ini mengamati tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi dengan sikap remaja usia 15-18 tahun terkait
pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Dompu Kota.

3.2 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Bebas


1. Tingkat Pendidikan Sikap Remaja Usia 15-18
2. Pengetahuan Tentang tahun Terkait Pernikahan
Kesehatan Reproduksi Dini

Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Hubungan yang diteliti

Gambar 3.1. Kerangka Konsep


3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan secara operasional
berdasarkan karakteristik yang ditentukan berdasarkan parameter yang
dijadikan ukuran dalam suatu penelitian dengan cara pengukurannya yaitu di
mana variabel diukur dan ditentukan karakteristiknya (Ismail dan Hartati,
2019).

38
39

Tabel 3.1
Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Skor


Tingkat Tingkat pendidikan yang Kuisioner Ordinal 0: SD, SMP
Pendidikan telah ditempuh oleh 1: SMA
responden 2: Perguruan
Tinggi
Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui Kuesioner Ordinal Baik (76-100%)
Tentang oleh responden dengan Cukup (56-75%)
Kesehatan menjawab pertanyaan tentang Kurang (<56%)
Reproduksi kebugaran seksualitas,
meliputi pengertian,
pertumbuhan dan
perkembang seksual remaja,
anatomi alat reproduksi
remaja, dan IMS
Sikap Suatu reaksi atau respon yang Kuesioner Ordinal Positif jika nilai
Remaja tertutup dari responden > median
Terkait sehubung dengan pernikahan Negatif jika nilai
Pernikahan dini < median
Dini

3.4 Populasi dan Sampel


A. Populasi penelitian
Menurut Sugiyono, Populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang
ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut
(Adiputra, dkk,. 2021)
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja usia 15-18 tahun yang
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Dompu Kota dengan jumlah
sasaran sebanyak 2503 orang.

B. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Menurut Sugiyono dalam
Adiputra, dkk (2021) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian dari remaja yang berusia 15-18 tahun di
wilayah kerja Puskesmas Dompu Kota.
40

1. Jumlah sampel
Sampel yang terlalu kecil dapat menyebabkan penelitian tidak
dapat menggambarkan kondisi populasi yang sesungguhnya.
Sebaliknya, sampel yang terlalu besar dapat mengakibatkan
pemborosan biaya penelitian. Salah satu metode yang digunakan
untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan rumus
Slovin, sebagai berikut:

Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Besaran atau ukuran sampel sangat tergantung dari besaran


tingkat ketelitian atau toleransi kesalahan (error tolerance) yang
diinginkan peneliti. Makin besar tingkat kesalahan maka makin kecil
jumlah sampel. Namun semakin besar jumlah sampel (semakin
mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan
generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi
jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil toleransi kesalahan sebesar
10% (0,1), sehingga pengambilan sampel dengan menggunakan rumus
slovin adalah sebagai berikut:

Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan sampel penelitian


yaitu minimal 97 responden.
41

2. Tehnik pengambilan sampel


Menurut Sugiyono, Probability sampling adalah teknik sampling
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Adiputra, dkk. 2021).
Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara
Kelompok atau Gugus (Cluster Random Sampling) dikarenakan
populasi yang cukup luas. Teknik ini digunakan bilamana populasi
tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-
kelompok individu atau cluster. Kelompok yang diambil sebagai
sampel ini terdiri dari unit geografis (desa, kecamatan, kabupaten, dan
sebagainya), unit organisasi, misalnya klinik, profesi, pemuda, dan
sebagainya. Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua
tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap
berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara
sampling juga (Adiputra, dkk. 2021)
Wilayah kerja Puskesmas Dompu Kota terdiri dari 8 kelurahan
dan desa. Untuk menentukan remaja mana yang akan dijadikan
sampel, maka pengambilan sampel ditetapkan secara bertahap dari
wilayah yang luas sampai ke wilayah yang terkecil. Teknik sampling
daerah ini sering digunakan melalui dua tahap yaitu, tahap pertama
adalah, menentukan sampel daerah dan tahap kedua menetukan obyek/
individu yang yang ada pada daerah tersebut.
Dengan menggunakan teknik cluster random sampling di
dapatkan pemerataan jumlah sampel untuk masing masing kelurahan
dan desa yang memiliki jumlah remaja terbanyak di wilayah kerja
Puskesmas Dompu Kota antara lain :
42

Tabel 3.2.
Jumlah Remaja 15-18 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Dompu Kota Tahun 2023

Kelurahan /Desa Populasi Sampel


Bali 405 14
Bada 397 14
Kandai 1 366 13
Dorotangga 321 12
Potu 286 12
Manggeasi 282 12
Karijawa 223 10
Sorisakolo 223 10
JUMLAH 2503 97
Sumber : Pusdatin 2022

Selanjutnya untuk metode pengambilan sampel di tiap


Kelurahan/Desa diambil secara acak pada remaja yang datang
berkunjung ke semua posyandu di 8 wilayah Kelurahan/Desa
sebanyak sampel yang dibutuhkan, yang memenuhi kriteria dan
bersedia menjadi responden.

3. Kriteria pengambilan Sampel


a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan batasan ciri/karakter umum pada
subjek penelitian. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini
yaitu:
1) Remaja usia 15-18 tahun yang datang ke posyandu saat
dilakukan penelitian
2) Bersedia menjadi responden
3) Membawa HP Android

b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang
menyebabkan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi
harus dikeluarkan dari kelompok penelitian. Adapun kriteria
eksklusi dalam penelitian ini yaitu:
43

1) Responden yang tidak bisa membaca dan menulis


2) Responden yang tidak bisa menggunakan HP android

3.5 Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di Posyandu yang ada di 8 Kelurahan/Desa di
wilayah kerja Puskesmas Dompu Kota. Waktu penelitian akan dilaksanakan
pada bulan Juli 2023.

3.6 Pengumpulan Data


A. Jenis dan Sumber Data
Data penelitian dapat dibedakan menjadi data primer dan data
sekunder berdasarkan cara memperolehnya. Data primer didefinisikan
sebagai data yang diperoleh secara langsung dari sumber data penelitian
(responden). Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari
dokumen, publikasi, intinya data yang diperoleh dalam bentuk jadi tidak
membutuhkan lagi proses pengukuran secara langsung (Adiputra, dkk.
2021)
Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
primer. Data primer pada penelitian ini adalah data pengetahuan yang
didapat dari tes dan data sikap dari hasil wawancara pada remaja yang
menjadi responden yang mencangkup pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dengan sikap remaja terkait pernikahan dini.

B. Tehnik Pengumpulan Data


Hal yang dilakukan peneliti sebelum melakukan pengumpulan data
adalah mengurus permohonan izin untuk melaksanakan penelitian.
Penunjang dalam proses pengumpulan data, terdapat beberapa prosedur
yang harus dilakukan oleh peneliti, yaitu :
1. Setelah mendapatkan izin persetujuan dari pembimbing dan penguji,
peneliti mencari surat izin pengumpulan data penelitian.
2. Kemudian peneliti melaksanakan penelitian yang diawali dengan
perkenalan dan memberikan penjelasakan informed consent, peneliti
memberikan penjelasan kepada responden tentang kerahasiaan
identitas, proses pengambilan data dan menanyakan kesediaan remaja
44

untuk menjadi responden dengan melakukan informed consent


sebagai tanda persetujuan menjadi responden.
3. Peneliti membagikan soal dan wawancara dalam bentuk google form
melalui whatsapp kepada responden dan meminta responden untuk
melakukan pengisian sesuai dengan isi pedoman wawancara dengan
responden.
4. Peneliti dibantu oleh teman-teman bidan wilayah yang bertugas di
masing-masing wilayah untuk membagikan link kuisioner kepada
respoden pada saat kegiatan posyandu.

C. Alat / Instrumen Pengumpulan Data


Menurut Arikunto dalam Adiputra dkk (2021), Instrumen adalah
alat atau fasilitas penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data
untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan hasil sehingga mudah
diolah.
Instrumen dalam penelitian ini berupa soal dalam bentuk kuesioner
yang berisi identitas, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, dan soal
wawancara yang mencakup sikap remaja terkait pernikahan dini.
Kuesioner disediakan dalam bentuk google form yang dikirim oleh
peneliti melalui whatsapp responden.
Validitas instrumen didefinisikan sebagai sejauh mana instrumen
itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur.
Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil
perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang
atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau
instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang berbeda
dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan (Adiputra, dkk.
2021)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa soal, sebanyak
30 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Kuesioner sikap terkait pernikahan dini sebanyak 10 pertanyaan dengan 8
pertanyaan favourable dan 2 pertanyaan unfavourable. Kuesioner
diadopsi dari penelitian Ciptasari (2022) yang telah dilakukan uji
45

validitas dan reliabilitas dan menunjukan bahwa daftar pertanyaan di


kuesioner tersebut valid dan reliabel.
Kuesioner yang diadopsi ini kemudian dilakukan uji validitas dan
reliabilitas kuesioner lagi oleh peneliti di Kelurahan Bada Kab Dompu
tanggal 13 Juli 2023, dengan jumlah sampel sebanyak 30 remaja yang
memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian sebelumnya.
Kuesioner pengetahuan tentang kesehatan reproduksi hasil uji valid yaitu
r hitung > r tabel dan uji reliabel nilai Cronbach’a Alpha = 0,949 dan
kuesioner sikap pernikahan dini nilai uji reliabel dengan nilai Cronbach’a
Alpha = 0,869 yang menunjukan bahwa daftar pertanyaan di kuesioner
valid dan reliabel.

3.7 Pengolahan Data


Pengolahan data merupakan suatu proses dalam memperoleh data
ringkasan atau angka dengan cara-cara dan rumus tertentu (Adiputra, dkk.
2021). Dalam penelitian ini, teknik pengolahan data dilakukan dengan :
A. Editing
Editing bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan, konsistensi,
dan kesesuaian antara kriteria data yang diperlukan untuk uji hipotesis
atau menjawab pertanyaan penelitian. Pada penelitian ini, tahap editing
merupakan hasil data dari tingkat pendidikan dan pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan sikap remaja usia 15-18 tahun terkait pernikahan dini
dengan data yang sudah lengkap.
B. Coding
Coding yaitu proses memberi kode pada data dilakukan bertujuan
untuk merubah data kualitatif menjadi kuantitatif. Coding data diperlukan
terutama dalam proses pengolahan data, baik secara manual atau
menggunakan program komputer.
C. Scoring
Pada tahap scoring, peneliti memberikan skor pengetahuan
berdasarkan jawaban responden. Pemberian nilai pada soal pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dengan dua kriteria jawaban yaitu jawaban
benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.
46

D. Entering
Entering data merupakan tahapan memasukan data pada program
komputer atau media pengolahan data. Pada penelitian ini berbentuk
tabel distribusi frekuensi.
E. Tabulating
Tabulating merupakan tahapan meringkas dan menyajikan data
yang telah diperoleh dalam bentuk tabel dan narasi. Pada penelitian ini
penyajian data menggunakan tabel dengan diberikan narasi agar
memperjelas pembacaan tabel.

3.8 Analisa Data


Menurut Loaloka (2021), analisis data merupakan pengolahan data dari
variabel penelitian menggunakan komputer. Pada penelitian ini analisis data
dilakukan dengan dua cara yaitu :
A. Analisis univariat
Analisis univariat yaitu variabel dianalisis secara deskriptif
menggunakan tabel distribusi frekuensi dan presentasi pada masing-
masing kelompok untuk mengetahui karakteristik setiap variabel
penelitian mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap
remaja terkait pernikahan dini. Fungsi dari analisis univariat adalah untuk
meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga
kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna
(Loaloka, 2021).
Persentase distribusi frekuensi akan digambarkan dengan rumus :
1. Pendidikan
Kategori pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu:
0 = untuk pendidikan Dasar (SD, SMP)
1 = untuk pendidikan Menengah (SMA)
2 = untuk pendidikan Tinggi (Perguruan Tinggi)

Jumlah persentase yang paling tinggi menunjukkan tingkat


pendidikan yang ditempuh oleh remaja usia 15-18 tahun di wilayah
kerja Puskesmas Dompu Kota. Data yang telah diolah selanjutnya
47

disajikan dalam bentuk tabel.

2. Pengetahuan
Kategori tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga :

Baik = 76% - 100%


Cukup = 56% - 75%
Kurang = < 56%

Selanjutnya masing-masing parameter tingkat pengetahuan


dilakukan analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan persentase
dengan rumus :

Keterangan:
P : Persentase jawaban benar
F : Jumlah jawaban benar
n : Jumlah pertanyaan

Jumlah persentase yang paling tinggi menunjukkan tingkat


pengetahuan tentang pernikahan dini pada remaja usia 15-18 tahun
di wilayah kerja Puskesmas Dompu Kota. Data yang telah diolah
selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.

3. Sikap
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala Likert. Skala
Likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang mengenai suatu gejala atau
fenomena dalam penelitian. Jawaban setiap item instrumen yang
menggunakan skala Likert mempunyai kategori sangat positif
sampai sangat negatif. Opsi jawaban memiliki lima kategori
pembobotan yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu- ragu (RR),
tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).
48

Apabila pertanyaan positif, maka angka terbesar dengan opsi


jawaban sangat setuju (SS) dan skor tertinggi yaitu 5 sampai 1.
Sedangkan, bila pertanyaan negatif maka angka terbesar dengan opsi
jawaban sangat tidak setuju (STS) dan skor tertinggi yaitu 1 sampai
5. Menurut Hidayat, skor jawaban diberikan 1 sampai 5, skor
maksimal yang didapat adalah 5 dan skor minimal adalah 1, dimana
dikatakan sikapnya positif jika nilainya ≥ median dan sikapnya
negatif jika nilainya < median yang dibuktikan dengan rumus:

Hasil penilaian digolongkan dua kategori:


1) Positif : nilai ≥ median
2) Negatif : nilai < median

B. Analisis bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu
variabel bebas dengan variabel terikat (Loaloka, 2021).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, dan variabel terikatnya adalah
sikap remaja terkait pernikahan dini.
Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, penelitian ini
menggunakan uji Chi-Square. Kedua variabel yang diuji dikatakan
memiliki hubungan jika p-value kurang dari derajat kesalahan (α).
Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 90% (α = 0,1), maka
penelitian dikatakan memiliki hubungan yang signifikan jika p-value
kurang dari 0,1 (p < 0,1).
Kaidah keputusan, jika probabilitas/signifikansi (nilai p) < 0,1 atau
Ho ditolak artinya terdapat korelasi atau hubungan yang bermakna antara
variabel yang diuji. Jika probabilitas/signifikansi (nilai p) > 0,1 atau Ho
gagal ditolak artinya tidak ada korelasi atau hubungan yang bermakna
antar variabel yang diuji.
49

3.9 Etika Penelitian


Prinsip dasar etika dalam penelitian ini menurut Syapitri dkk.,
(2021), yaitu :
A. Prinsip menghormati martabat manusia (respect for person)
Subyek berhak memilih untuk ikut serta atau tidak dalam
penelitian, tidak ada unsur paksaan keterlibatan subjek dalam penelitian
dan memfasilitasi subjek dengan informed consent.

B. Prinsip etik berbuat baik (beneficence)


Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada
khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang
merugikan bagi subjek.

C. Prinsip etik keadilan (justice)


Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan
kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Lingkungan dalam penelitian
ini perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni
dengan menjelaskan prosedur penelitian dan subjek tidak dipilih
berdasarkan suku, ras, dan agama yang dianut.
50

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, S., W. Trisnadewi., W. Oktavia., dkk., 2021. Metodologi Penelitian


Kesehatan. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Ahmad, M. 2020. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Bandung: Media Sains
Indonesia.
Akbar, H., Qasim, M., Hidayani, W. R., Ariantini, N. S., Ramli, Gustirini, R., dkk.
2021. Teori Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Yayasan Penerbit Muhammad
Zaini.
Alma, L. R., K. Dhian. dan N. H. Ulfa. 2020. Analisis Pengetahuan Dan Sikap
Siswa Sma Yang Berisiko Terjadinya Pernikahan Usia Dini. Preventia : The
Indonesian Journal of Public Health, 5(Vol 5, No 1 (2020)), 49–54.
Anggraini, A., N. Sari. dan R. Damayanti,. 2021. Hubungan Pendidikan dan
Pekerjaan dengan Usia Perempuan Saat Menikah di KUA Depok
Yogyakarta. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(9), 1779–1786
Arikhman, N., T. M. Efendi. dan G. E. Putri,. 2019. Faktor yang Mempengaruhi
Pernikahan Usia Dini di Desa Baru Kabupaten Kerinci. Jurnal Endurance,
4(3), 470.
BAPPENAS. 2020. Strategi Nasional Pencegahan Perkawinan Anak. Jakarta:
Bappenas
BPS, UNICEF, SUSENAS, & PUSKAPA. 2020. Pencegahan Perkawinan Anak
Percepatan Yang Tidak Bisa Ditunda. Jakarta
BPS. 2022. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat 2021. Mataram:
Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat.
Buton, S., Yusriani. dan F. P. Idris,. 2021. Dampak Pernikahan Dini Terhadap
Kehamilan Remaja Putri Suku Buton Di Desa Simi Kecamatan Waisama
Kabupaten Buru Selatan. Journal of Aafiyah Health Research (JAHR), 2(1),
25–41. https://doi.org/10.52103/jahr.v2i1.302
Dermawan, W. I. Darmawan dan M. Ummah., 2021. Penguatan Kesadaran
Remaja mengenai Dampak Pernikahan Dini terhadap Kesehatan Reproduksi.
Jurnal Solma, 10(20), 302-314
Diananda, A. 2018. Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. Journal
Istighna, 1(1), 116–133. https://doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20
Fauziah N., Tanuwidjaja S., Yunus A. 2018. Hubungan Tingkat Pendidikan dan
Pengetahuan Ibu Terhadap Perkembangan Bayi (0‒12 Bulan) di Kota
Bandung. Prosiding Pendidikan Dokter. Vol.4, No.2
Hairil, A., Q. Muhammad., W. R. Hidayani, dan A. Sri,. 2021. Teori Kesehatan
reproduksi. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Hamzah, A. 2020. Pernikahan Dini dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan
Keluarga di Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci. Journal of

50
51

Islamic Family Law, 2(2), 129–138.


Hendrawan, A. 2019. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tenaga Kerja Pt ’X’
Tentang Undang-Undang Dan Peraturan Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja. Jurnal Delima Harapan, 6(2), 69–81
Hermanto, D, W. Prasida. dan C. Christina,. 2020. Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Tentang IMS (Infeksi Menular Seksual) Terhadap Pengetahuan
WPS (Wanita Pekerja Seks) di Klinik IMS Bukit Sungkai Km. 12 Kota
Palangka Raya. Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan,
11(1), 89–97.
Hidayat R. dan Abdillah., 2019. Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan
Aplikasinya”, Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia
(LPPPI)
Ismail, N. dan S. Hartati,. 2019. Metodelogi Penelitian Sosial. Surabaya: Media
Sahabat Cendikia.
Jenner, S. 2020. Pengantar Manajemen Sistem Informasi. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Katmawati, S, A. F. Sofia, D. A. Samah, dan Paramita, F. 2021. Analisis
Pengaruh Multifaktor terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. CV
Literasi Nusantara Abadi. Malang.
Khaerani, S. N. 2019. Faktor Ekonomi Dalam Pernikahan Dini Pada Masyarakat
Sasak Lombok. Qawwam,
13(1),113.https://doi.org/10.20414/qawwam.v13i1.1619
Kompas. 2021. Peringkat ke-2 di ASEAN, Begini Situasi Perkawinan Anak di
Indonesia (https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/20/190300123/
peringkat-ke-2-di-asean-begini-situasi-perkawinan-anak-di-
indonesia?page=all) diakses 4 Juli 2023
KPPPA. 2023. Perkawinan Anak di Indonesia Sudah Mengkhawatirkan.
(https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/4357/kemen-pppa-
perkawinan-anak-di-indonesia-sudah-mengkhawatirkan) diakses 4 Juli 2023.
Kumalasari, D. 2018. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Penyakit
Menular Seksual Gonorea di Puskesmas Pekauman, Banjarmasin. Skripsi.
Loaloka, M. S. 2021. Perkembangan Motorik pada Anak Stunting. Bandung:
Media Sains Indonesia
Magdalena dan Historyati. 2016. Gambaran Faktor Penyebab Preeklampsia Pada
Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembelang Jombang. e-Proceeding
of Management ISSN : 2355-9357, 3(1 April), 477–484.
Mangande, J dan J. Lahade,. 2021. Kualitas pernikahan dan status kesehatan
mental pada perempuan yang menikah usia dini 1. Jurnal Keperawatan Jiwa
(JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 9(2), 293–310.
Miyati, D.S., Rasmani, U., Fitrianingtyas, A. 2021. Pengaruh Tingkat Pendidikan
Orang Tua terhadap Pola Asuh Anak. Vol . 9, no.3
Noor, M. S, F. Rahman, F. Yulidasari, dkk,. 2018. “Klinik Dana” Sebagai Upaya
52

Pencegahan Pernikahan Dini (1 ed.). CV Mine.


Noor, M. S., Andini, H., Puteri, O., Rosadi, D., Anhar, V. N., Laily, N., dkk.
2020. Buku Panduan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja. Yogyakarta: CV
Mine.
Octavia, D. S. 2020. Motivasi Belajar Dalam Perkembangan Remaja.
Yogyakarta: Deepublish
Priyanti, I. Las. 2021. Efektivitas “Program Genre” Dalam Pencegahan
Pernikahan Dini Pada Siswa Smk 2 Gedangsari. Jurnal Bimbingan dan
Konseling, 5(2), 265–269. https://dutasmart.wordpress.com/pencegahan-
pernikahan-dini/
Romziyah, B., G. A. Pramana, dan N. Dyahariesti,. 2020. Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dalam Upaya Pencegahan Covid-19
Menggunakan Imunomodulator Herbal di Desa Kenteng Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang. Skripsi. Universitas Ngudi Waluyo, Semarang.
Saputra, M. D,. 2021. Hubungan Penggunaan Media Massa dengan Tingkat
Risiko Pernikahan Usia Dini di Samarinda. 2(3), 1944–1949.
Sekarayu, S. Y, dan N. Nurwati,. 2021. Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap
Kesehatan Reproduksi. Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (JPPM), 2(1), 37–45.
Setiarto, H., B. K. Marni, dan T. Tambaiq,. 2021. Penanganan Virus HIV/AIDS.
Yogyakarta: Deepublish.
Sutarto, Y. 2020. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Resiko Pernikahan
Dini Di Desa Jatisari Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung. Jurnal
Ilmiah Magister Administrasi, 13(1).
Soraya, H. R., Susistiowati, dan Meiliyana,. 2020. Analisis Kemitraan dalam
Program Dance4life untuk Meningkatkan Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Remaja (Studi pada PKBI Provinsi Lampung dan SMKN 4 Bandar Lampung.
Jurnal Administrativa, 2(1).
Syapitri, H. Amila, dan J. Aritonang,. 2021. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Malang: Ahli media Press.
Utami, F. P. 2018. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Universitas
Muhammad Dahlan.
Verawati, M., D. Katika sari, N. Mariza., dkk. 2021. Perkawinan Bukan Untuk
Anak. Jakarta: Plan Indonesia
Zulmiyetri, Nurhastuti, dan Sarafuddin,. 2019. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:
Kencana.
SURAT PERMOHONAN MENJADI
RESPONDEN

Kepada
Yth : Calon Responden
Di
Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Sarjana Kebidanan
Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu :

Nama : Sri Mulyati


NIM : 1520122582

Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat


Pendidikan dan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap
Remaja Usia 15-18 tahun Terkait Pernikahan Dini di Wilayah Kerja
Puskesmas Dompu Kota”. Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Ketika dalam pelaksanaan
kegiatan nanti terdapat hal-hal yang menyebabkan pengunduran diri, maka
saudara atau saudari responden diperbolehkan untuk tidak mengikuti penelitian ini.
Apabila saudara menyetujui, maka mohon kesediaanya untuk menandatangani
lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang diajukan. Atas perhatian
saudara sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.

Dompu 2023
Peneliti

Sri Mulyati
NIM : 1520122582
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Bersama ini saya :

Nama :
Umur :
Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul


“Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Tentang Pernikahan Dini
dengan Sikap Remaja USia 15-18 tahun Terkait Pernikahan Dini di Wilayah
Kerja Puskesmas Dompu Kota” yang akan dilakukan oleh Sri Mulyati,
mahasiswi jurusan S1 Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Qamarul Huda
Badaruddin Bagu dengan sukarela mengisi kuesioner dengan jujur dan tanpa
paksaan. Hal itu semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dompu, 2023

Responden
KISI-KISI KUISIONER

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN


TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP
REMAJA USIA 15-18 TAHUN TERKAIT PERNIKAHAN
DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
DOMPU KOTA

Sub. Variabel Indikator No Butir Jumlah


butir
1. Pengetahuan Kesehatan reproduksi
Pengertian dan pendidikan 1, 2, 3, 6 2
kesehatan reproduksi dan remaja
Pertumbuhan dan 4, 9, 25 3
perkembangan seksual remaja
Anatomi reproduksi remaja 5,7,10 3
Infeksi Menular Seksual (IMS) 15, 16, 17, 5
19, 28
HIV/AIDS 20, 21, 22, 5
23, 24
Pernikahan dini
Pernikahan dini dan kehamilan 11, 12, 13 3
Faktor permikahan dini dan 18, 25 2
kehamilan
Dampak dan resiko pernikahan 14, 26, 27, 4
dini 29
Pencegahan 8, 28, 30 3
Pernyataan Positif 1, 4 ,5 ,7, 7
8, 9, 10
2. 2. Sikap
Pernyataan Negatif 2, 3, 6 3
PEDOMAN KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN


TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP
REMAJA USIA 15-18 TAHUN TERKAIT PERNIKAHAN
DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
DOMPU KOTA

Hari/Tanggal Pengambilan Data :


No. Responden :

Petunjuk :
1. Isilah dan lingkari jawaban yang menurut anda paling tepat.
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan sejujurnya dan anda tidak
diperbolehkan bertanya kepada teman atau orang lain yang berada di dekat
anda.
3. Jawaban-jawaban yang anda berikan tidak akan dipakai untuk hal-hal di luar
kepentingan penelitian ini. Dan juga tidak akan diberikan ke sekolah anda
untuk kepentingan-kepentingan evaluasi belajar.

I. IDENTITAS RESPONDEN

KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama (Inisial)

2. Umur ................. tahun


3. Pendidikan a. SD
b. SMP
c. SMA
(lingkari salah satu)
4. Apakah anda pernah mendapat d. Ya
informasi tentang kesehatan e. Tidak
reproduksi dan pernikahan dini? (lingkari salah satu)
5. Jika pernah, dari mana sumber a. Sekolah
informasi yang paling sering anda b. Media (cetak, elektronik,
peroleh? internet)
c. Petugas Kesehatan
d. Teman sebaya/tetangga, atau
keluarga
(lingkari salah satu)

II. PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda ceklist (√) pada kolom yang
tersedia sesuai dengan pendapat anda.

No Item Pertanyaan Benar Salah


1. Menurut International Conference Population and
Development (ICPD), kesehatan reproduksi adalah
keadaan sehat secara fisik, mental, dan kehidupan
sosial yang berkaitan dengan alat fungsi, serta proses
reproduksi

2. Menurut UNESCO, pendidikan kesehatan


reproduksi adalah sebuah pendidikan yang
dikembangkan dengan pendekatan yang sesuai
dengan usia, peka budaya dan komprehensif yang
mencakup program yang memuat informasi ilmiah
akurat, realistis dan tidak bersifat menghakimi.
3. Remaja merupakan peralihan dari masa masa
dewasa ke masa lansia.
4. Tanda seks sekunder pada remaja laki-laki akan
mengalami perubahan suara menjadi lebih agak
serak dan volumenya yang meningkat
5. Perubahan jasmani pada remaja putri yaitu mulai
berkembangnya payudara.
6 Pendidikan tentang kesehatan reproduksi tidak perlu
diberikan pada remaja karena akan berpengaruh
buruk pada remaja itu sendiri.
7. Organ reproduksi remaja perempuan hanya vagina
dan selaput dara.
8. Penyuluhan kepada keluarga tentang peningkatan
ekonomi keluarga juga dapat dilakukan untuk
menecegah terjadinya pernikahan dini.
9. Setiap remaja perempuan akan mengalami siklus
haid ±20-35 hari.
10. Vagina, mulut rahim/serviks, rahim, tuba dan indung
telur merupakan alat reproduksi bagian dalam.
11. Seseorang perempuan tidak perlu menempuh
pendidikan tinggi karena tugas perempuan hanya
mengurus anak dan di dapur

12. Kehamilan usia muda dapat terjadi karena hubungan


Seksual
13. Perempuan lebih baik menikah saat umurnya >20
tahun karena sistem reproduksinya sudah matang
14. Pernikahan dini menyebabkan peningkatan angka
kematian ibu
15. Pada laki-laki yang terkena IMS ditandai dengan
bintil- bintil, lecet pada penis, berwarna merah pada
alat kelamin, tumbuh dagingseperti jengger ayam,
rasa gatal pada alat kelamin, rasa sakit saat kencing,
kencing darah atau nanah yang berbau busuk
16. Pada perempuan yang terkena IMS ditandai dengan
pengeluaran lendir pada vagina, keputihan yang
berbusa kehijauan, bau busuk dan gatal, timbul
bercak darah setelah seksual,lecet pada alat kelamin.
17. Jika penyakit kelamin tidak diobati, dapat
menyebabkan risiko menahun pada organ reproduksi
dan menyebabkan kemandulan.
18. Informasi yang berkembang pesat tentang
kebudayaan hubungan seksual tidak mempengaruhi
remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah
19. Penyakit infeksi menular seksual adalah penyakit
yang ditularkan melalui hubungan kelamin.
20. Aquired Immuno Defficiency Syndrome
(AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh.
21. Penyebab AIDS adalah virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus)
22. Penularan HIV/AIDS dapat diakibatkan karena
hubungan seksual yang tidak aman.
23. Ibu hamil yang terkena infeksi HIV tidak
berisiko menularkan kepada bayi yang
dikandungnya.
24. Penularan HIV/AIDS dapat juga diakibatkan karena
penggunaan jarum suntik, tato yang tidak steril
secara bersama-sama.
25. Remaja perempuan yang sudah menstruasi dapat
hamil jika berhubungan seksual
26. Dampak dari pernikahan dini yaitu dapat
membahayakan organ reproduksi seseorang yang
masih dalam proses pertumbuhan
27. Resiko pernikahan dini pada persalinan yaitu
perempuan melahirkan bayi dengan BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah)
28. Pencegahan infeksi menular seksual (IMS) adalah
dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual, setia
pada satu pasangan, tidak menerima transfusi darah
tanpa screen (penyaringan) darah dan penggunaan
jarum suntik secara bergantian.
29. Salah satu risiko sosial pernikahan dini adalah
berhenti/putus sekolah
30. Salah satu pencegahan pernikahan dini yaitu
pemerintah harus mempertegas peraturan
perundang-undangan perkawinan dengan
memberikan sanksi bagi yang melanggar.
Sumber : Handari Mursit
III. SIKAP REMAJA TERKAIT PERNIKAHAN DINI
Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda ceklist (√) pada kolom
yang tersedia sesuai dengan pendapat anda.
Keterangan : Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Ragu-ragu (RR)
Tidak setuju (TS)
Sangat tidak setuju (STS)

No Pernyataan SS S RR TS STS
1 Pernikahan dini dapat dilihat dari
sikap seseorang dalam menerimana
segala resiko yang mungkin terjadi.
2 Membentuk keluarga yang Bahagia
dan sejahtera merupakan tujuan
saya melakukan pernikahan dini.

3 Adanya nilai dan norma dalam


masyarakat mengharuskan anak
menikah muda dan hamil terlebih
dahulu
4 Seharusnya dengan adanya nilai dan
norma masyarakat dapat
mencerminkan sikap yang baik dan
mematuhi peraturan yang ada.
5 Pernikahan dini yang dilakukan
dapat menimbulkan dampak yang
negatif dalam keluarga.
6 Walaupun saya tidak banyak
mengetahui tentang kesehatan
reproduksi dan dampaknya pada
pernikahan dini, saya teetap setuju
dengan pernikahan dini.
7 Pernikahan dini yang dilakukan
cenderung tanpa memikirkan
dampak yang ditimbulkan seperti
kurangnya persiapan dalam
menghadapi masalah ekonomi,
tanggung jawab, psikis dan sosial.
8 Pernikahan dini dapat menimbulkan
gangguan dalam kesehatan
reproduksi.
9 Informasi terkait pernikahan dini,
kesehatan reproduksi dan
pendewasaan usia perkawinan,
penting bagi saya untuk mencegah
berbagai macam dampak dari
pernikahan dini
10 Dengan adanya Undang-Undang
perkawinan yang dikeluarkan oleh
pemerintah, seharusnya masyarakat
lebih memahami dan menyadari
batasan usia terhadap pernikahan
seseorang.

Sumber : Fransiska Virginia


Palit
KUNCI JAWABAN KUESIONER

A. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

1. B 11. S 21. B
2. B 12. B 22. B
3. S 13. B 23. S
4. B 14. B 24. B
5. B 15. B 25. B
6. S 16. B 26. B
7. S 17. B 27. B
8. B 18. S 28. B
9. B 19. B 29. B
10. B 20. B 30. B

B. Sikap remaja terkait pernikahan dini

1. 5 – 4 – 3 – 2 – 1
2. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
3. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
4. 5 – 4 – 3 – 2 – 1
5. 5 – 4 – 3 – 2 – 1
6. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
7. 5 – 4 – 3 – 2 – 1
8. 5 – 4 – 3 – 2 – 1
9. 5 – 4 – 3 – 2 – 1
10. 5 – 4 – 3 – 2 – 1
HASIL UJI VALIDITAS DAB RELIABILITAS

1. Uji Validitas Pengetahuan

2. Uji Reliabel Pengetahuan


3. Uji Validitas Sikap

4. Uji Reliabilitas Sikap

Anda mungkin juga menyukai