Anda di halaman 1dari 75

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AR-RAHMAN TERHADAP

PENURUNAN SKALA NYERI DISMENORE


PADA REMAJA PUTRI KELAS VII
DI MTsN MODEL PADANG
TAHUN 2020

Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1

Program Studi

Keperawatan

Diajukan Oleh:
Monika Aulia Yasandi
1610105020

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayat dan karunia-Nya sehingga peneliti

dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi

Murottal Ar-Rahman Terhadap Penurunan Skala Nyeri Dismenore pada

Remaja Putri Kelas VII Di MTsN Model Padang Tahun 2020”

Adapun proposal ini dibuat dengan tujuan dan pemanfaatannya ini telah

peneliti usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai

pihak,

Oleh karena itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat,

1. Ibu Dr.Husni, Sp.Pk selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk

membimbing dan memberikan saran kepada peneliti.

2. Ibu Ns. Ledia Restipa, M.Kep, selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing dan memberikan saran kepada peneliti.

3. Ibu Ns.Revi Neini Ikbal, M.Kep Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah

Padang.

4. Ibu Ns. Amelia Susanti selaku Ka.Prodi Keperawatan STIkes Alifah Padang

5. Seluruh staf dan dosen pengajar di STIkes Alifah Padang yang telah banyak

memberikan ilmu kepada peneliti selama perkuliahan.

6. Bapak Ramli, S.Ag Kepala Sekolah MTsN Model Padang beserta staf yang

telah mengizinkan peneliti melakukan survey awal di MTsN Model Padang.

i
7. Teristimewa untuk kedua orang tua, adik-adik serta keluarga besar dan orang-

orang yang saya sayangi yang telah memberikan semangat dan dukungan demi

menyelesaikan proposal penelitian ini.

8. Serta teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan namanya satu

persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah serta

karunia-Nya yang telah diberikan dan peneliti berharap semoga proposal

penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyusunan proposal ini banyak

terdapat kekurangan, hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena

keterbatasan ilmu peneliti. Peneliti mengharapkan kritik dan saran demi

kesempurnaan proposal ini. Akhir kata dengan kerendahan hati peneliti berharap

agar proposal ini dapat dilanjutkan ke tahap penelitian.

Padang, Februari

2020

Peneliti

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 8
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10


A. Konsep Remaja................................................................................. 10
B. Konsep Menstruasi............................................................................ 13
C. Konsep Dismenore ........................................................................... 17
D. Pengukuran Skala Nyeri................................................................... 25
E. Konsep Terapi Murottal Al-Quran.................................................... 35
F. Kerangka Teori.................................................................................. 40
G. Kerangka Konsep.............................................................................. 41
H. Definisi Operasional ......................................................................... 42
I. Hipotesa Penelitian ........................................................................... 42

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 43


A. Jenis dan Desain Penelitian.............................................................. 43
B. Tempat dan Waktu........................................................................... 43
C. Populasi dan Sampel........................................................................ 43
D. Teknik pengumpulan data................................................................ 45
E. Teknik Pengolahan Data.................................................................. 48
F. Teknik Analisa Data........................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Nomor tabel Halaman

2.1 Tabel Pengukuran Nyeri Teori Mankoski .............................................34

2.2 Tabel Definisi Operasional ....................................................................42

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman


2.1 Skala Pengukur Nyeri Numerik................................................................... 33
2.2 Skala Pengukuran Faces Pain Scale Revised ............................................. 34
2.3 Kerangka Teori............................................................................................ 39
2.4 Kerangka Konsep......................................................................................... 40

v
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran
1. Permohonan Menjadi Responden
2. Format Persetujuan (Informed Consent)
3. Kuesioner Pengukuran Skala Nyeri
4. Lembar Observasi Skala Nyeri
5. Surat pengambilan data awal dari STIKes Alifah padang
6. Surat izin pengambilan data awal dari Kementrian Agama Kota Padang
Gancat Pelaksanaan Kegiatan

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak

menjadi dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan

biologis dan psikologis. Secara biologis ditandai dengan tumbuh dan

berkembangnya seks primer dan seks sekunder sedangkan secara psikologis

ditandai dengan sikap dan perasaan, keinginan dan emosi yang labil atau tidak

menentu (Bariyyah Hidayati, 2016). Hurlock (1990) membagi fase remaja

menjadi masa remaja awal dengan usia antara 13-17 tahun dan masa remaja akhir

usia antara 17-18 tahun. Masa remaja awal dan akhir menurut Hurlock memiliki

karakteristik yang berbeda dikarenakan pada masa remaja akhir individu telah

mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati dewasa (Bariyyah

Hidayati, 2016). Usia 13-18 tahun disebut juga dengan masa pubertas karena

merupakan masa transisi yang unik ditandai dengan berbagai perubahan fisik,

emosi dan psikis. Pada remaja putri terjadi suatu perubahan fisik yaitu

perubahan organ-organ reproduksi yang ditandai dengan datangnya menstruasi

(Ananda, 2018).

Menstruasi merupakan pelepasan dinding rahim (endometrium) yang

disertai dengan pendarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali

pada saat kehamilan. Waktu 28 hari merupakan panjang rata-rata siklus

menstruasi. Lamanya silus dihitung dari hari pertama menstruasi sampai hari

pertama menstruasi berikutnya. Usia normal bagi seorang wanita mendapatkan

menstruasi untuk pertama kalinya pada usia 12 atau 13 tahun tetapi ada juga

1
yang mengalaminya lebih awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu

usia 18 tahun (Ananda, 2018).

Nyeri haid (Dysmenorrhea) adalah nyeri menjelang atau selama

menstruasi yang dapat bersifat primer atau sekunder akibat adanya peningkatan

hormon prostaglandin yang mengakibatkan otot uterus berkontraksi

(Hamdiyah, 2019). Nyeri haid (Dysmenorrhea) terjadi karena

ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan

timbulnya rasa nyeri, faktor psikologis juga ikut berperan terjadinya

dismenore pada beberapa wanita. Nyeri yang hebat dapat mengganggu

aktivitas sehari hari, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan

meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau

beberapa hari. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut

bagian bawah saat menstruasi. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga

berkontraksi dan relaksasi. Umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan,

namun kontraksi yang hebat dan sering menyebabkan aliran darah ke uterus

terganggu sehingga timbul rasa nyeri (Nuraeni, 2017).

Angka kejadian dismenore di dunia cukup tinggi diperkirakan sekitar

50% perempuan di setiap negara mengalami dismenore. Prevalensi dismenore

primer di Amerika Serikat pada wanita umur 12-17 tahun adalah 59,7% dari

mereka yang mengeluh nyeri yaitu 49% dismenore ringan, 37% dismenore

sedang dan 12% dismenore berat yang mengakibatkan 23,6% dari penderitanya

tidak masuk sekolah (Ananda, 2018). Prevalensi dismenore di Indonesia

sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36%

2
dismenore sekunder. Dismenore menyebabkan 14% dari remaja sering tidak

hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari (Ananda, 2018).

Angka kejadian dismenore di provinsi Sumatera Barat mencapai 57,3% dari

mereka yang mengeluh nyeri, 9% nyeri berat, 39% nyeri sedang dan 52% nyeri

ringan. Kejadian ini menyebabkan 12% remaja sering tidak masuk sekolah.

(Ananda, 2018).

Nyeri dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan non farmakologi.

Terapi farmakologi berupa Paracetamol, Ibuprofen, Asam Mefenamat, Aspirin

dan masih banyak yang lainnya, sedangkan terapi non farmakologi berupa

terapi modalitas (modalitas fisik, massage, akupuntur, terapi suhu), teknik

kognitif perilaku (relaksi, hipnosis, biofeedback, guided imagery). Terapi non

farmakologi merupakan salah satu intervensi keperawatan secara mandiri untuk

mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. Terapi non farmakologi banyak

digunakan untuk mengatasi nyeri, selain itu tidak memiliki efek samping, tidak

membutuhkan biaya serta mudah dilakukan (Risnah et al., 2019)

Terapi nonfarmakologi yang bisa dilakukan salah satunya adalah terapi

relaksasi berupa terapi spiritual dengan berdzikir maupun mendengarkan

lantunan ayat-ayat suci Al-Quran yang disebut dengan murottal. Terapi

murottal mampu memberikan efek relaksasi dan dapat mengaktifkan hormon

endorphin, meningkatkan perasan rileks, mengalihkan perhatian dari rasa

takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga

menurunkan tekanan darah, mengurangi nyeri dan memperlambat pernapasan

(Hamdiyah, 2019).

3
Surah dalam Al Qur’an yang berfungsi sebagai syifa’ dan dapat

digunakan sebagai terapi murotal adalah surah Ar Rahmaan. Alunan surah Ar

Rahmaan merdu jika pembacaannya tartil (sesuai dengan aturan pembacaan Al

Qur’an yang benar). Surah Ar Rahmaan juga memiliki banyak ayat yang

dibaca berulang-ulang sehingga mampu memberikan penekanan/penegasan

alunan suara bagi pendengarnya (Annisa Apriliana, Atun Raudotul Ma’rifah,

2014).

Menurut Sumaryani & Indah (2015) dalam penelitiannya, dismenore

dapat ditangani dengan tindakan nonfarmakologi, salah satunya adalah terapi

murottal. Pada penelitian Sumaryani, terapi murottal menggunakan Surah Ar-

Rahman, sebagaimana sudah tersirat dalam QS Az-Zumar (39): 23, surah Ar-

Rahman merupakan salah satu surah yang menjelaskan tentang nikmat Allah.

Surah Ar-Rahman dapat memberikan ketenangan jiwa dan relaksasi kepada

tubuh. Terapi Ar-Rahman mampu meningkatkan hormon endorphin yang

menenangkan tubuh dan mengurangi nyeri pada dismenore (MaulidaRahmah

and Astuti, 2019).

Surat Ar-Rahman dikenal juga dengan nama “Arus Al-Qur’an”

(pengantin Al-Qur’an). Nabi SAW. bersabda: “Segala sesuatu mempunyai

pengantinnya dan pengantinnya Al-Qur’an adalah surah Ar-Rahman” (HR.

Al- Baihaqi). Efek relaksasi terapi murottal terlihat pada saat responden yang

sedang mendengarkan terapi murottal menunjukkan respon positif diantaranya

responden terlihat tenang sembari memejamkan mata menikmati lantunan

murottal Ar- Rahman mengindikasikan bahwa responden berada dalam

4
kondisi relaksasi. Hal ini membuktikan bahwa terapi murottal dapat

menstimulasi tubuh untuk menghasilkan endorfin secara alami yang dapat

mempengaruhi tingkat dismenore pada wanita (Saputra, Novitasari and

Utomo, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian (Hamdiyah, 2019) mendapatkan hasil

bahwa Terapi musik dan terapi murrotal memiliki efek terhadap terhadap

penurunan tingkat nyeri tetapi tidak memiliki efek yang signifikan terhadap

kestabilan tanda-tanda vital pada pasien pasca bedah. Terapi murrotal

memiliki efektivitas lebih baik dibandingkan terapi musik terhadap penurunan

tingkat nyeri tetapi tidak memiliki efek terhadap kestabilan tanda-tanda vital.

Dismenore mulai terjadi 6 hingga 12 bulan setelah menarche. Rentang

usia Menarche sangat bervariasi, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi

umumnya terjadi pada usia 11-12 tahun saat remaja putri masih menduduki

bangku sekolah menengah pertama (SMP) (Rohmawati and Wulandari, 2019).

Kota Padang terdapat beberapa sekolah menengah pertama dengan murid

terbanyak, salah satunya adalah MTsN Model Padang. MTsN Model Padang

merupakan salah satu sekolah setingkat dengan sekolah menengah pertama di

kota Padang berada dibawah naungan Kementrian Agama yang letaknya di Jl.

Gn. Pangilun No.4, Gn. Pangilun, Kec. Padang Utara, Kota Padang dengan

jumlah siswa siswi kelas VII sebanyak 437 orang, kelas VIII sebanyak 483

orang, dan kelas IX sebanyak 359 orang.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada 10 Februari terhadap 2

MTsN di kota Padang yaitu MTsN Model Padang dan MTsN 2 Padang. Dari

5
kedua sekolah tersebut didapatkan siswi kelas VII terbanyak adalah di MTsN

Model Padang dengan jumlah siswi 437 orang, sedangkan di MTsN 2 Padang

memiliki jumlah siswi sebanyak 128 orang. Diantara dua sekolah tersebut,

yang paling banyak mengalami dismenore adalah siswi kelas VII MTsN

Model Padang.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan terhadap 15

orang siswi kelas VII di MTsN Model Padang, didapatkan data bahwa, 4

orang mengalami nyeri berat, 8 orang mengalami nyeri sedang, 2 orang

mengalami nyeri ringan dan 1 orang tidak mengalami nyeri, 11 orang siswi

tidak tahu bagaimana cara mengatasi nyeri yang dialami dan hanya menahan

nyeri tersebut, 2 orang siswi mengatakan menahan nyeri dengan cara tidur

dikelas dan terkadang tidur di UKS dan 1 Orang siswi mengatakan mengatasi

nyeri dengan cara meminum obat Paracetamol yang diberikan oleh ibunya.

Data UKS MTsN model 1 minggu yang lalu menyatakan bahwa terdapat 13

orang siswi yang istirahat di UKS karena dismenore. Hasil wawancara yang

dilakukan terhadap 15 orang siswi kelas VII di MTsN Model Padang, mereka

mengatakan belum pernah melakukan terapi murottal sebelumnya.

Survey juga dilakukan terhadap siswi kelas VII di MTsN 2 Padang,

didapatkan data bahwa 3 orang mengalami nyeri berat, 5 orang mengalami

nyeri sedang, 3 orang mengalami nyeri ringan, 4 orang tidak mengalami nyeri.

Menurut hasil wawancara dengan 15 orang siswi MTsN 2 Padang, 5 orang

menyatakan mengatasi nyeri dengan cara minum obat nyeri, 8 orang

menyatakan tidur dikelas, 2 orang menyatakan tidak masuk sekolah.

6
Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Terapi Murottal Ar-Rahman Terhadap Penurunan

Skala Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri Kelas VII Di MTsN Model

Padang Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini yaitu “ Apakah ada pengaruh terapi murottal Ar-Rahman

terhadap penurunan skala nyeri dismenore pada remaja putri kelas VII di

MTsN Model Padang Tahun 2020 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh Terapi murottal Ar-Rahman terhadap

penurunan skala nyeri dismenore pada remaja putri kelas VII di MTsN

Model Padang Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a) Diketahuinya rata-rata skala dismenore pre intervensi terapi murottal

Ar-Rahman pada remaja putri kelas VII di MTsN Model Padang

Tahun 2020.

b) Diketahuinya rata-rata skala dismenore post intervensi terapi murottal

Ar-Rahman pada remaja putri kelas VII di MTsN Model Padang

Tahun 2020.

c) Diketahuinya pengaruh terapi murottal Ar-Rahman pada remaja putri

kelas VII di MTsN Model Padang Tahun 2020.

7
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a) Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat mengetahui seberapa

besar pengaruh terapi murottal Ar-Rahman terhadap penurunan

skala nyeri dismenore dan mengaplikasikan ilmu hasil study yang

telah diperoleh selama kuliah.

b) Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

penambahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti

tentang pengurangan skala nyeri (Dismenore).

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan

pembaca dan dijadikan bahan referensi untuk melakukan penelitian

selanjutnya dalam pengembangan ilmu keperawatan maternitas

tentang intervensi terapi murottal terhadap penurunan skala nyeri

dismenore.

2) Bagi MTsN Model Padang

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi

Guru dan anggota PMR MTsN Model Padang dalam mengatasi

nyeri dismenore yang dialami siswi dengan melakukan terapi

murottal Ar-rahman.

8
E. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang pengaruh terapi murottal Ar-Rahman

terhadap penurunan skala nyeri dismenore pada remaja putri kelas VII di

MTsN Model Padang tahun 2020. Variabel independen (terapi murottal Ar-

Rahman) dan Variabel dependen (skala nyeri dismenore). Penelitian ini akan

dilaksanakan dari bulan November 2019-Agustus 2020. Populasi pada

penelitian ini adalah remaja putri kelas VII MTsN Model Padang sebanyak 437

orang dengan sampel sebanyak 15 orang yang mengalami dismenore. Teknik

pengambilan sampel adalah Purposive Sampling. Jenis penelitian ini adalah

Pre-experimental dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest Design serta

rancangan pada penelitian ini adalah Quasy experimental dengan analisa data

menggunakan analisa univariat dan bivariat. Pengolahan data pada penelitian

ini menggunakan uji statistik Wilcoxon.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja
1. Pengertian
Remaja adalah orang-orang yang mengalami masa peralihan dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Hurlock (1993), masa remaja

adalah masa yang penuh dengan kegoncangan, taraf mencari identitas diri

dan merupakan periode yang paling berat. Menurut Bisri (1995), remaja

adalah merekan yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh

dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab.

Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth)

untuk mereka yang berusia 15-24 tahun dan disatukan dalam sebuah

terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun.

Sedangkan BKKBN mengemukakan bahwa remaja adalah mereka yang

berusia antara 10-24 tahun (Marmi, 2014).

2. Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Remaja

Perubahan-perubahan yang terjadi pada seorang anak memasuki usia

remaja antara lain dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis,

dimensi kognitif dan dimensi sosial (Marmi,2014).

a) Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai

dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada

remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar.

Pubertas menjadikan seseorang anak memiliki kemampuan untuk

10
bereproduksi. Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan

mengalami menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya

sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai

berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut

pada daerah kemaluan (Marmi, 2014)

Anak laki-laki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara,

tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin menjadi lebih besar, otot-otot

membesar, timbul jerawat dan perubahan fisik lainnya. Bentuk fisik

mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa

mereka pada dunia remaja (Marmi, 2014)

b) Dimensi Kognitif

Perkembangan kognitif remaja dalam padangan Piaget (2007),

merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan

operasi formal (periode of formal operations). Pada periode ini, idealnya

para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan

masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para

remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka mudah dapat

membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta

kemungkinan akibat atau hasilnya.

c) Dimensi Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya tanya

mengenai berbagai fenomena yang terjadi dilingkungan sekitarnya sebagai

dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Para remaja mulai membuat

11
penelitian tersendiri menghadapi masalah-masalah populer yang berkenan

dengan lingkungan mereka, mislanya politik, kemanusiaan, perang,

keadaan sosial, dan sebagainya.

3. Tahapan Remaja

Menurut Marmi (2014), tahapan remaja terbagi atas 3 yaitu:

a. Masa remaja awal atau dini (early adolescence) umur 11-13 tahun.

Ciri khas pada masa ini adalah ingin bebas, lebih dekat dengan

teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan

keadaan tubuhnya .

b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) umur 14-16 tahun.

Ciri khas nya adalah mencari identitas diri, timbul keinginan untuk

berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang

mendalam.

c. Masa remaja lanjut (late adolescence) umur 17-20 tahun.

Ciri khas masa ini adalah mampu berfikir abstrak, lebih selektif

dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat

mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.

4. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja

Marmi (2014), mengemukakan bahwa perubahan fisik pada masa

remaja merupakan hal yang sangat penting, karena pada masa ini terjadi

pertumbuhan fisik yang sangat ceoat untuk mrncapai kematanagan organ

reproduksi sehingga mampu melaksanakan fungsi reproduksinya. Perubahan

yang terjadi yaitu:

12
a. Munculnya tanda-tanda seks primer, terjadi haid yang pertama

(menarche) pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-

laki.

b. Munculnya tanda-tanda seks sekunder, yaitu:


a) Pada remaja laki-laki; tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar

bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah

besar, dada lebih besar, badan berotot, tumbuh kumis diatas bibir,

cambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak.

b) Pada remaja perempuan; pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan

vagina, tumbuh rambut disekitar kemaluan dan ketiak dan payudara

membesar.

B. Konsep Menstruasi
1. Definisi
Menstruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai

sekitar 14 hari setelah ovulasi. Lama rata-rata menstruasi adalah lima hari

(3-6 hari). Setiap kurang lebih dari 28 hari, tubuh wanita dewasa

dipersiapkan untuk menghadapi kehamilan. waktu 28 hari merupakan

panjang rata-rata siklus menstruasi. Variasi normal sekitar 21-25 hari.

Lamanya siklus menstruasi dihitung dari hari pertama menstruasi sampai

hari pertama menstruasi berikutnya (Indriyani, 2013).

13
2. Hormon Yang Mempengaruhi Menstruasi
a. FSH (Follicle stimulating Hormone)
FSH dalam jumlah besar ditemukan pada urine wanita menopouse.

FSH mulai ditemukan pada gadis umur 11 tahun dan jumlahnya terus

bertambah sampai dewasa. FSH dibentuk oleh sel B (Basophil) dari

lobus anterior hipoise. Pembentukan FSH ini akan berkurang pada

pembentukan atau pada pemberian estrogen dalam jumlah cukup. Suatu

keadaan yang dapat juga ditemukan pada kehamilan (negatif feed back)

(Aspiani, 2017).

b. LH (Leuteinizing Hormone)
LH dapat diislir dari urine laku-laki maupun wanita, banyak

ditemukan pada wanita menopause. LH bekerjasama dengan FSH

menyebabkan terjadinya sekresi estrogen dari folikel de graaf. LH juga

menyebabkan penimbunan substansi pendahulu progesteron dalam sel

granulosa. Bila estrogen dibentuk dalam jumlah yang cukup besar,

maka akan menyebabkan pengurangan FSH, sedangkan produksi LH

malah bertambah, sehingga tercapai suatu rasio produksi FSH dan LH

yang dapat merangsang terjadinya ovulasi (Aspiani, 2017).

c. Prolactin
Hormone prolactin ditemukan pada wanita yang mengalami

menstruasi, terbanyak pada urine wanita hamil, pada masa lactasi dan

post menopause. Dibentuk oleh sel alpha (Acidophil) dari lobus

anterior hipoise. Fungsi hormon ini adalah untuk memulai dan

14
mempertahankan produksi progesteron dan corpus luteum (Aspiani,

2017).

3. Permasalahan Pada Menstruasi


Menurut (Aspiani 2017), permasalahan pada menstruasi terbagi atas 7

bagian:

a. PMS (Premenstrual Syndrom)


PMS adalah keluhan-keluhan yang biasanya dimulai satu minggu

sampai beberapa hari sebelum datangnya menstruasi dan menghilang

sesudah menstruasi walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai

menstruasi berhenti. PMS juga dapat meyertai sebelum atau sesudah

menstruasi seperti perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta

mudah merasa lelah.

b. Amenorrhoe
Amenorrhoe ialah tidak adanyahaid selama 3 bulan atau lebih.

Amenorrhoe merupakan kondisi fisiologis pada anak perempuan pra-

pubertas, selama kehamilan dan menyusui serta setelah menopause.

Amenorrhoe non fisiologis terjadi pada 5% wanita usia subur dan klien

yang mengalami keadaan ini harus diperiksa untuk menentukan

penyebab yang mendasarinya.

c. Oligomenorea
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi

memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah pendaran tetap sama.

15
Wanita yang mengalami oligomenorea akan mengalami menstruasi

yang lebih jarang dari biasanya. Namun jika berhentinya siklus

menstruasi ini berlangsung lebih darih 3 bulan, maka kondisi tersebut

dikenal sebagai amenorea sekunder.

d. Polimenore
Polimenore merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita

mengalami siklus menstruasi yang lebih sering (siklus menstruasi yang

lebih singkat dari 21 hari). Wanita dengan polimenore akan mengalami

menstruasi 2 kali dalam sebulan, dengan pola yang teratur dan jumlah

pendarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.

e. Menorrhagia
Menorrhagia adalah pengeluaran darah terlalu banyak biasanya

lebih dari 80 ml per menstruasi disertai dengan bekuan darah sewaktu

menstruasi, terjadi pada siklus yang teratur. Umumnya jumlah darah

,menstruasi yang normal adalah sekitar 30 cc per hari, dan lam 4-6 hari.

Maka pada wanita dengan menorrhagia jumlah darah pada saat

menstruasi melebihi batas notmal.

f. Metrorrhagi
Metrorrhagi ialah pendarahan dengan jumlah yang bervariasi

diantara periode menstruasi, dengan interval yang tidak teratur tetapi

sering terjadi. Pendarahan ovulatior terjadi pada pertengahan siklus

sebagai spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suatu

hasil tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (Polip endometrium,

16
karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan

penggunaan estrogen oksogen.

g. Dismenore
Dismenore merupakan nyeri hebat yang dialami oleh wanita yang

sedang dalam siklus menstruasi sehingga memaksa penderita untuk

beristirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk beberapa jam atau

beberapa hari. Wanita yang tidak berovulasi cenderung untuk tidak

menderita nyeri menstruasi, hal ini sering terjadi pada mereka yang

baru saja mulai menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB.

C. Konsep Dismenore

1. Definisi

Dismenore didefinisikan sebagai gejala kekambuhan, yang merupakan

keadaan seorang perempuan mengalami nyeri saat menstruasi yang berefek

buruk menyebabkan gangguan melakukan aktivitas harian karena nyeri yang

dirasakannya. Kondisi ini berlangsung sejita 2 hari atau lebih dari lamanya

menstruasi yang dialami setiap bulan. Keadaan nyeri saat menstruasi dapat

terjadi pada segala usia (Afiyanti, 2016).

2. Jenis Dismenore

Menurut (Aspiani 2017), dismenore terbagi atas 2 jenis yaitu :

a. Dismenore Primer

Dismenore Primer adalah nyeri menstruasi yang terjadi tanpa

adanya kelainan ginekologik yang nyata. Dismenore Primer terjadi

setelah menarche, umumnya sesudah 12 bulan atau lebih, oleh karena

17
siklus-siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarche

biasanya bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri.

b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organik,

seperti endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks,

neoplasma ovarium dan polip uterus. Dismenore sekunder dapat

disalah artikan sebagai dismenore primer atau dapat rancu dengan

komplikasi kehamilan dini, terapi harus ditunjukkan untuk mengobati

penyakit dasar. Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan

kongenital atau kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa

remaja. Rasa nyeri timbul disebabkan karena adanya kelainan pelvis,

misalnya; Endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi

uterus atau adanya IUD.

3. Penyebab Terjadinya Dismenore


Menurut (Aspiani 2017), penyebab terjadinya dismenore terbagi atas

beberapa bagian yaitu :

a. Penyebab Dismenore Primer


Berikut ini adalah penyebab terjadinya dismenore primer :
1) Faktor Kejiwaan
Gadis-gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika

mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses

menstruasi, maka mudah timbul dismenore primer. Faktor ini bersama-

18
sama, dismenore merupakan kandidat terbesar untuk menimbulkan

gangguan insomnia.

2) Faktor Konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan yang dapat

juga menurunkan ketahanan terhadap nyeri, faktor-faktor ini adalah

anemia, penyakit menahun dan sebagainya.

3) Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis


Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya

dismenore primer adalah karena terjadinya stenosis kanalis servikalis.

Akan tetapi sekarang tidak lagi dianggap sebagai faktor penting sebagai

penyebab dismenore primer, karena banyak wanita yang mengalami

dismenore primer tanpa stenosis servikalis dan tanpa unterus dalam

hiperantefleksi, begitu juga sebaliknya.

4) Faktor Endokrin
Umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada

dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.

Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi

memproduksi protaglandin F2 Alfa yang menyebabkan kontraksi

otot-otot polos. Jika jumlah protaglandin F2 Alfa berlebih dilepaskan

dalam peredaran darah, maka selain dismenore dijumpai pula efek

umum, seperti diare, nausea, dan muntah.

19
b. Penyebab Dismenore Sekunder
Dibawah ini adalah beberapa penyebab dismenore sekunder:
1) Infeksi
2) Myoma submucosa, polyp corpus uteri
3) Endometriosis: Nyeri disebabkan oleh tumor atau perlekatan-
perlekatan. Nyei masih ada setelah menstruasi berhenti.

4) Retroflexio uteri fixate


5) Stenosis kanalis servikalis
6) Adanya AKDR: Tumor Ovarium
4. Tanda dan Gejala Dismenore
Menurut (Aspiani, 2017 ) tanda dan gejala dismenore adalah

sebagai berikut:

a) Dismenore primer
1. Usia muda (12-24 tahun)

2. timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur

3. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik

4. Tidak dijumpai dalam patologik pelvik

5. Sering disertai mual, muntah kelelahan dan nyeri kepala.

b) Dismenore sekunder
1. Usia lebih tua (25-45 tahun)

2. Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur

3. Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul

20
4. Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan

keluarnya darah

5. Berhubungan dengan kelainan pelvik

6. Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi


5. Cara Mengatasi Dismenore
a. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yang sering dipakai adalah golongan NSAID

yaitu : aspirirn, naproksen, ibu profen, indometasin, dan asam mefenaat.

Obat seperti ini sering kali lebih efektif jika diminum sebelum timbul

nyeri. Karena dismenore disertai pendarahan tanpa ovulasi, maka

pemberian kontrasepsi oral untuk menekan ovulasi juga merupakan

pengobatan yang efektif (Aspiani, 2017).

b. Terapi Non Farmakologi


Terapi non farmakologi yang biasa dilakukan adalah :
1.Terapi modalitas
1) Pemijatan
Terapi pemijatan merupakan metode yang popular untuk

relaksasi dengan memberikan manipulasi pada bagian tubuh

menggunakan sentuhan ataupun pemberian penekanan secara

lembut menggunakan jari tangan, lengan bawah, atau siku, bahkan

dengan kaki. Mekanisme pijat dapat mengatasi nyeri menganut

paham teori gate controldengan memanipulasi kerjamielinisasi

serabut saraf penghantar nyeri menuju otak berkurang sehingga

21
nyeri dihantarkan lebih lama bahkan terhambat, dan stimulus

pijatan dapat mencapai otak lebih cepat sehingga “menutup

gerbang” masuknya persepsi nyeri (Sanjiwani, 2017).

2) Kompres Air Hangat


Pemanfaatan suhu hangatsebagai terapi kompres merupakan

metode pemanfaatankonduksi suhu yang untuk memberikan efek

relaksasi, vasodilaasi pembuluh darah, sehingga oksigen, sari

makanan dapat lebih banyak terserap pada jaringan tersebut yang

dibuktikan dengan berkurangnya nyeri dan bengkak pada

pemasangan infus dengan kompres hangat. Alat yang dipergunakan

untuk melakukan kompres hangat dapat menggunakan alat mulai

yang modern misalnya heating pad, hot silicaatau cara

konvensional seperti kain yang dihangatkan, penggunaan botol

karet atau plastik (Sanjiwani, 2017).

2. Manajemen Kognitif Perilaku


1) Relaksasasi
a. Aroma Terapi
Aromaterapi merupakan salah satu teknik Complementary

Alternative Medicineyang menggunakan minyak esensial

berasal dari tumbuhan yang dapat diperoleh khasiatnya melalui

aplikasi topikal atau secara inhalasi. Aroma minyak yang

terhirup akan bereaksi pada saraf penciuman yang akan

dihantarkan hingga saraf pusat dan memengaruhi pikiran untuk

22
mencapai relaksasi, sementara aplikasi pada kulit

memungkinkan minyak akan terserap dari pori-pori menuju

pembuluh darah dan memberikan efek rilaksasi otot

(Sanjiwani, 2017).

b. Terapi Musik
Terapi musik adalah sebuah aktivitas terapeutik yang

menggunakan musik sebagai media untuk memperbaiki,

memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesejahteraan

emosi. Peran musik dalam menurunkan nyeri yaitu sesuai

dengan teori gate control, musik menghambat proses

pengantaran stimulus nyeri melalui spinal cord sehingga otak

tidak lagi melanjutkan persepsi terhadap nyeri (Sanjiwani,

2017).

c. Gerakan Yoga
Yoga merupakan suatu teknik olah tubuh yang berasal dari

India yang dapat kesehatan dengan menciptakan harmonisasi

tubuh dan pikiran. Yoga juga dipercaya dapat

menyeimbangkan kondisi fisik dan energy yang bersumber

dari psikologis. Harmonisasi tubuh dan pikiran tersebut terjadi

melalui kemampuannya mempengaruhi level Gamma

Aminobutyric Acid (GABA) pada otak (Sanjiwani, 2017).

23
Yoga memperbaiki ketidakseimbangan sistem saraf

autonom dan mengontrol aktivitas saraf simpatis yang

berlebih. Yoga tersebut dapat mengontrol hiperaktivitas dan

kontraksi disritmik dari uterus yang mencetuskan munculnya

dismenore pada periode menstruasi. Pada kondisi ini Yoga

memberikan kontrol yang lebih pada saraf parasimpatis

sehingga kondisi uterus dapat lebih stabil (Sanjiwani, 2017)

d. Terapi Murottal
Al-Quran merupakan sarana pengobatan untuk

mengembalikan keseimbangan sel yang rusak. Jika

mendengarkan musik klasik dapat memenga-ruhi kecerdasan

intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ), maka bacaan Al

Quran juga me-mengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).

Penelitian yang dilakukan oleh Sodikin (2012) di RS Cilacap

menyatakan terapi bacaan Al-Quran dapat bersinergi dengan

terapi farmako-logi dalam menurunkan nyeri. Pemberian terapi

Al-Quran memberikan efek non farmakologi adjuvan dalam

mengatasi nyeri. Hal ini sejalan dengan teori nyeri:

Keseimbangan antara analgesik dan efek samping dari Good

yang menyatakan bahwa pemberian analgetik akan

memberikan efek samping sehingga dibutuhkan terapi kom-

plementer (Rilla, 2014).

24
D. Pengukuran Skala Nyeri
1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. Keluhan

sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, kemeng dan seterusnya

dapat dianggap sebagai modalitas nyeri. Walaupun rasa nyeri hanya salah

satu rasa protopstik, namun pada hakikatnya apa yang tersirat dalam rasa

nyeri itu adalah rasa majemuk yang diwarnai oleh panas/dingin dan rasa

tekan. Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk

melindungi diri, apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya kan

berubah. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan

jaringan. (Muttaqin, 2008)

2. Fisiologi Nyeri
Konsep nyeri zaman dulu dapat disingkatkan sebagai teori

perteleponan (telephone exchamge ) diamna nonireseptor menerima impuls

nyeri yang diteruskan oleh serabut saraf tepi ke susunan saraf pusat sampai

kek korteks serebri yang mampu menciptakan kesadaran akan rasa nyeri.

Hal itu dianggap bahwa apa yang diterima oleh noniseptor di perifer

ditangkap pula oleh korteks serebri. Secara ringkas fisiologi nyeri dimulai

dengan adanya stimulus penghasil nyeri yang mengirimkan impuls melalui

serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan

25
menjalani salah satu dari beebrapa rute syaraf dan akhirnya sampai di dalam

massa berwarna abu-abu. (Muttaqin, 2008).

Pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor,

mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai ptak atau ditransmisi

tanpa hambatan ke korteks srebri. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks

serebri, maka otak menginterpretasikan nyeri. Pada saat impuls nyeri sampai

ke medula spinalis menuju ke batang otak dan talamus, sistem saraf otonom

menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respons stres. Nyeri dengan

intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial menimbulkan

reaksi flight or fight yang merupakan sindrom adaptasi umum (Muttaqin,

2008).

Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom

menghasilkan respons fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus-menerus,

berat, dalam, dan secara tipikal melibatkan organ-organ viseral, sistem saraf

parasimpatis menghasilkan suatu aksi. Respons fisiologis terhadap nyeri

dapat sangat membahayakan individu, kecuali pada kasus-kasus nyeri

traumatik yang berat, yang menyebabkan individu mengalami syok,

kebanyakan individu mencapai tingkat adaptasi seperti tanda-tanda fisisk

kembali normal. Dengan demikian klien yang mengalami nyeri tidak selalu

memperlihatkan tanda-tanda fisik (Muttaqin, 2008).

3. Karakteristik Nyeri
1) Nyeri Akut

26
Nyeri akut berlangsung tiba-tiba dan umumnya berhubungan

dengan adanya suatu trauma atau cidera spesifik. Nyeri akut

mengindikasikan adanya suatu kerusakan atau Cedera yang baru saja

terjadi. Sensasi dari suatu nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan

adanya proses penyembuhan. Nyeri akut memiliki tujuan untuk

memperingatkan adanya suatu cedera atau masalah. Nyeri akut umumnya

berlangsung kurang dari 6 bulan, hal ini menarik perhatian perawat dan

kenyataan bahwa nyeri ini benar-benar terjadi dan mengajarkan kepada

perawat untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial akan

menimbulkan sensasi nyeri pada klien (Muttaqin, 2008).

2) Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan suatu keadaan yang berlangsung secara

konstan atau intermiten dan menetap sepanjang suatu periode waktu.

Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan

sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri

kronis adalah suatu keadaan ketidaknyamanan yang dialami individu

yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih, suatu periode nyeri dapat

mempunyai karakteristik nyeri kronis sebelum 6 bulan telah berlalu, atau

beberapa jenis nyeri dapat tetap bersifat akut secara primer selama lebih

dari 6 bulan. Nyeri kronis disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol

atau pengobatan kanker tersebut, atau gangguan progresif lain yang

disebut nyeri yang membandel atau nyeri maglina. Nyeri ini dapat

berlangsung terus sampai kematian (Muttaqin, 2008).

27
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Menurut (Muttaqin, 2008), faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
terdiri dari:
a. Jenis kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna

dalam berespons terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin

saja yang merupakan suatu faktor dalam mengekspresikan nyeri.

Beberapa kebudayaan yang memepengaruhin jenis kelamin (misal

menganggap seorang anak lai-laki itu pemberani dan tidak boleh

menangis, sedangkan seprang anak perempuan boleh menangis dalam

sirtuasi yang sama). Toleransi sejak laa telah menjadi subjek penelitian

yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi, toleransi, terhadap nyeri

dipengaruhi oleh faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada

setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin (Muttaqin, 2008)

b. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa

yang yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi Bagaimana

bereaksi terhadap nyeri petugas kesehatan seringkali berasumsi bahwa

cara yang mereka lakukan dan apa yang mereka yakini adalah sama

dengan cara dan keyakinan orang lain. Dengan demikian, mereka

28
mencoba mengira Bagaimana klien berespon terhadap nyeri. Misalnya

apabila seorang perawat yakin bahwa menangis dan merintih

mengindikasikan suatu ketidakmampuan untuk menoleransi nyeri,

akibatnya pemberian terapi mungkin tidak cocok untuk klien

berkebangsaan Meksiko-Amerika. Seorang klien berkebangsaan

Meksiko-Amerika yang menangis keras tidak selalu mengekspresikan

pengalaman nyeri sebagai sesuatu yang berat atau mengharap.

c. Makna Nyeri
Makna seorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi

pengalaman nyeri dan dan cara seorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal

ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu

tersebut, individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda,

apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan,

hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang sedang bersalin

atau mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita yang

mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan pasangannya. Derajat dan

kualitas nyeri yang dipersepsikan klien berhubungan dengan makna

nyeri.

d. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan

dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi)

dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan

29
salah satu konsep yang perawat terapkan di berbagai terapi untuk

menghilangkan nyeri seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing

(guided imaginary) dan masase. Dengan memfokuskan perhatian dan

konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka perawat menempatkan

nyeri pada kesadaran yang perifer. Biasanya, hal ini menyebabkan

toleransi nyeri individu meningkat, khususnya terhadap nyeri yang

berlangsung hanya selama waktu distraksi.

e. Cemas
Hubungan antara nyeri dan cemas (Ansietas) bersifat kompleks.

Cemas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat

menimbulkan suatu perasaan cemas. Pola bangkitan otonom adalah sama

dalam nyeri dan cemas, sulit untuk memisahkan dua sensasi. Paice

(1991) melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan

bagian sistem limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang,

khususnya cemas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap

nyeri yakni memper buruk atau menghilangkan nyeri. Individu yang

sehat secara emosional biasanya lebih mampu menoleransi nyeri sedang

hingga berat daripada individu yang memiliki status emosional yang

kurang stabil.

Klien yang mengalami cedera atau menderita penyakit kritis

seringkali mengalami kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan

daripada menimbulkan tingkat cemas yang tinggi. Apabila rasa cemas

tidak mendapat perhatian di dalam suatu lingkungan berteknologi tinggi

30
misalnya di unit perawatan intensif maka rasa cemas tersebut dapat

menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang serius. Nyeri

yang tidak kunjung hilang seringkali menyebabkan psikosis dan

gangguan kepribadian.

f. Keletihan
Kelebihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan

kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada klien

yang menderita penyakit dalam jangka lama. Apabila keletihan disertai

kesulitan tidur maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih berat lagi.

Nyeri seringkali semakin berkurang setelah klien mengalami suatu

periode tidur yang lelap dibanding pada akhir yang melelahkan.

g. Pengalaman
Setiap klien belajar dari pengalaman nyeri, pengalaman nyeri

terdahulu tidak selalu berarti bahwa klien tersebut akan menerima nyeri

dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila klien sejak

lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh

atau menderita nyeri yang berat, maka cemas atau bahkan rasa takut

dapat muncul. Sebaliknya apabila klien mengalami nyeri, dengan jenis

yang sama berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut berhasil

dihilangkan, akan lebih mudah lagi bagi klien tersebut untuk

menginterpretasikan sensasi nyeri. Akibatnya klien akan lebih siap

melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan

31
nyeri. Apabila seorang klien tidak pernah merasakan nyeri maka persepsi

pertama dapat mengganggu koping terhadap nyeri. Misalnya setelah

bedah abdomen adalah hal umum bagi klien untuk mengalami nyeri yang

berat selama beberapa hari .

h. Gaya Koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat

klien merasa kesepian. Apabila klien mengalami nyeri saat dalam

perawatan kesehatan seperti di rumah sakit maka klien merasa tidak

berdaya dengan rasa sepi itu. Hal yang sering terjadi adalah klien merasa

kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau terhadap hasil akhir dari

peristiwa yang terjadi.

i. Dukungan Keluarga
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah

kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap

klien. Klien dari kelompok budaya yang berbeda Memiliki harapan yang

berbeda dari seseorang tempat mereka menumpahkan keluhan nyeri.

Klien yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau

perlindungan. Walaupun klien tetap merasakan nyeri, tetapi kehadiran

orang yang dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

Apabila tidak ada keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri

membuat klien semakin tertekan. Kehadiran orang tua sangat penting

bagi anak-anak yang sedang mengalami nyeri.

32
5. Pengukuran Nyeri
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif dilakukan dengan

menggunakan respon fisiologi tubuh terhadap nyeri yang dirasakan

seseorang. Intensitas nyeri seseorang dapat diukur dengan menggunakan

skala nyeri (Smeltzer dan Bare, 2001 dalam Fauziah, 2015). Skala nyeri

tersebut adalah:

1) Numeral Rating Scale (NRS)


Suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa

nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala

numeral dari 0-10 atau 0-100. Angka 0 berarti “no pain” dan 10

atau 100 berarti “severe pain” (nyeri hebat). NRS lebih digunakan

sebagai alat pendeskripsi kata. Skala paling efeektif digunakan saat

mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik

(Potter & Porry, 2005 dalam Fauziah, 2015).

Gambar 2.1
Skala Nyeri Numerik
2) Faces Pain Scale-Revised

33
Terdiri dari 6 gambar skala wajah kartun yang bertingkat

dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri‟ sampai wajah

yang berlinang air mata untuk “nyeri paling buruk‟. Kelebihan dari

skala wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan sendiri rasa nyeri

dialaminya sesuai dengan gambar yang telah ada dan membuat

usaha mendeskripsikan nyeri menjadi lebih sederhana (Potter &

Perry, 2005 dalam Fauziah, 2015)

Gambar 2.2
Faces Pain Scale-Revised (FPS-R)
3) Pengukuran Nyeri Teori Mankoski
Secara umum skala nyeri dapat digambarkan dalam bentuk

nilai angka, yakni 1-10. Berikut adalah cara menilai nyeri

berdasarkan nilai angka nyeri.

Skala Nyeri Keterangan


Skala 0 Tidak Nyeri
Skala 1 Nyeri sangat ringan
Skala 2 Nyeri sangat ringan. Ada sensasi seperti dicubit,
namun tidak begitu sakit
Skala 3 Nyeri sudah mulai terasa, namun masih bisa
ditoleransi
Skala 4 Nyeri cukup mengganggu
Skala 5 Nyeri benar-benar mengganggu dan tidak bisa

34
didiamkan dalam waktu yang lama
Skala 6 Nyeri sudah sampai tahap mengganggu panca
indera
Skala 7 Nyeri sudah membuat anda tidak bisa melakukan
aktivitas
Skala 8 Nyeri mengakibatkan anda tidak bisa berfikiran
jernih, bahkan terjadi perubahan perilaku
Skala 9 Nyeri mengakibatkan anda menjerit-jerit dan
menginginkan cara apapun untuk menyembuhkan
nyeri
Skala 10 Nyeri berada ditahap yang paling parah dan bisa
menyebabkan anda tidak sadarkan diri

Tabel 2.1
Pengukuran Nyeri Teori Mankoski
E. Konsep Terapi Murottal Al-Quran
1) Definisi Murottal Alquran
Alquran menurut istilah yang telah disepakati oleh para ulama

adalah “Kalam Allah yang bernilai mukjizat yang dturunkan kepada

“pungkasan” para nabi dan rasul (Nabi Muhammad SAW) dengan

perantaraan malaikat Jibril AS, yang tertulis pada mashahif, diriwayatkan

kepada kita secara mutawatir, yang membacanya dinilai sebagai ibadah

yang di awali dengan surat al-Fatihah dan di tutup dengan surat an-Naas”

(Muhammad Roihan Daulay, 2014).

Murottal merupakan rekaman suara Al- Qur’an yang dilagukan

oleh seorang Qori’ (pembaca Al- Qur’an). Lantunan Al-Qur’an secara fisik

mengandung unsur suara manusia, suara manusia merupakan instrumen

penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau.

Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon

35
endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian

dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh

sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak

jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang

lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan

ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme

yang lebih baik (Handayani et al., 2014).

2) Manfaat Murottal Al-Quran


MurotalAl-Qur’an merupakan rekaman suara Al-Qur’an yang

dilagukan oleh seorang Qori’. Suara dapat menurunkan hormon-hormon

stres, mengaktifkan endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan

mengalihkan perhatian dari rasatakut, cemas, dan tegang, memperbaiki

sistemkimia tubuh sehingga menurunkan tekanandarah, memperlambat

pernafasan, detakjantung, denyut nadi, dan aktifitas gelombang otak. Terapi

murotal Al-Qur’an dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah

dibuktikan oleh beberapa ahli seperti yang dilakukan Ahmad Al Khadi

direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research di

Florida, Amerika Serikat, dengan hasil penelitian menunjukkan 97% bahwa

mendengarkan ayat suci Al-Qur’an memiliki pengaruh mendatangkan

ketenangan danmenurunkan ketegangan urat saraf reflektif (Yana, 2015).

Menurut Potter & Perry (2005), terapiberupa musik atau suara

harus didengarkanminimal 15 menit untuk memberikan efek terapeutik,

durasi pemberian terapi musik atau suara selama 10-15 menit dapat

36
memberikan efek relaksasi. Intensitas suara yang rendah antara 50-60

desibel menimbulkan kenyamanan dan tidak nyeri serta membawa pengaruh

positif bagi pendengarnya. Terapi bacaan Al-Qur’an dapat mengaktifkan sel

sel tubuh dengan mengubah getaran suara menjadi gelombang yang

ditangkap oleh tubuh, menurunkan stimuli reseptor nyeri dan otak teransang

mengeluarkan analgesik opioid natural endogen untuk memblokade

nociceptor nyeri sehingga penderita dismenore menjadi rileks dan nyeri

yang dirakan berkurang (Yana, 2015).

3) Mekanisme kerja terapi murottal surah Ar-rahman


Surah Ar-rahman merupakan surah ke 55 yang terdiri dari 78 ayat

yang sering digunakan dalam pemberian terapi murottal. Ar Rahman berarti

(Allah) Yang Maha Pengasih berasal dari kata Ar Rahman yang terdapat

pada ayat petama surat ini, Ar Rahman adalah salah satu dari nama-nama

Allah yang disebut dengan Asma’ul Husna. Pada surat Ar Rahman terdapat

ayat Fabiayyi alaai Rabbi kuma tukadzdzi ban yang artinya “Maka nikmat

Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”yang diulang sebanyak 31

kali yang terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Allah yang

diberikan kepada manusia, tujuannya untuk mengingatkan manusia kalau

nikmat Allah itu luar biasa, tidak ada satupun yang dapat kita dustakan

(Tama, Suerni and Sawab, 2016).

Bacaan Al-quran yang dilantunkan dengan tempo lambat dan

lembut penuh penghayatan dapat menimbulkan suatu respon relaksasi.

Faktor lain adalah keyakinan bahwa Al-quran kitab suci yang mengandung

37
firman Allah dan merupakan pedoman hidup bagi manusia. Mendengarkan

murotal Al-quran membawa subjek lebih dekat dengan Tuhannya serta

menuntun subjek untuk mengingat dan menyerahkan segala permasalahan

yang dimiliki kepada Tuhan. Hal ini akan menambah keadaan rileks,

sehingga dengan mendengarkan Al-quran dapat juga disebut relaksasi

religius. Murotal Al-quran yang diperdengarkan dengan menggunakan

speaker box musik dan earphone mengeluarkan suara atau bunyi yang

mengalami vibrasi sehingga menghasilkan gelombang suara yang dapat

didengar oleh telinga, kemudian diteruskan ke Nervus VIII dan diubah

menjadi impuls listrik (Azis, Nooryanto and Andarini, 2015).

Impuls listrik diteruskan ke korteks serebri yang berhubungan

dengan perasaan untuk dipersepsikan. Jika Bunyi atau suara dipersepsikan

dengan baik akan menyebabkan ketenangan. Hal ini menyebabkan

hypotalamus dan hipofisis anterior mengeluarkan opiate endogenous yaitu

β-endorphin melalui jalur decenden masuk melalui spinal cord yang

diaktifkan oleh reseptor μ dan σ dan terjadi modulasi di cornu dorsalis

selanjutnya terjadi interaksi antara stressor dan stimuli nyeri dengan opiate

endogenous yaitu β–endorphin sehingga mengeliminasi stimuli tersebut

yaitu histamin bradikinin serotonin dan substansi peptide (Azis, Nooryanto

and Andarini, 2015).

4) Waktu dan Durasi pemberian terapi murottal Ar-rahman


Menurut penelitian (Prastiwi, 2017) Pemberian terapi murrotal

arrahman diberikan selama 15 menit. Terapi murottal ini dapat dilakukan

38
ketika pagi hari dikarenakan kondisi otak masih dalam keadaan fresh

sehingga dapat mendengarkan terapi murottal Ar-rahman dengan

konsentrasi. Ayat yang digunakan dalam terapi murottal Ar-rahman adalah

ayat 1-78.

39
F. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjuan teoritis kerangka teori pada penelitian ini adalah :

Dismenore

o Farmakologi: NSAID
Faktor penyebab dismenore: aspirirn, naproksen, ibu
profen, indometasin, dan
 Dismenore primer : asam mefenaat
Faktor kejiwaan, faktor  Non Farmakologi :
konstitusi, faktor
Terapi modalitas:
obstruksi kanalis
servikalis, faktor o Pemijatan
endokrin. o Kompres Air Hangat
(Aspiani,2017)
Manjemen Kognitif
 Dismenore sekunder:
Perilaku:
Infeksi, myoma
submucosa, o Aroma terapi
endometriosis, retroflexio o Terapi musik
uteri fixate, Stenosis o Gerakan yoga
kanalis servikalis, adanya
 Terapi Murottal
AKDR: Tumor ovarium
(Aspiani, 2017) (Sanjiwani, 2017)

Gejala dismenore: Terapi Muorottal

 Nyeri (Rilla, 2014)


o Sakit kepala
o Kelelahan
o Muntah
Penurunan skala nyeri
(Aspiani, 2017) dismenore

Keterangan : (Rilla, 2014)

 Diteliti
o Tidak di teliti

40
Sumber : (Aspiani, 2017, Sanjiwani, 2017, Rilla, 2014)
Gambar 2.3
Kerangka Teori
G. Kerangka Konsep

Variabel independen pada penelitian ini adalah terapi murottal Ar-rahman

dan variabel dependen adalah skala nyeri dismenore. Kerangka konsep pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pretest Posttest

Skala nyeri sebelum Skala nyeri setelah


Terapi
dilakuakan terapi dilakuakan terapi
murottal
murottal Ar-rahman murottal Ar-rahman

Gamabar 2.4
Kerangka Konsep
Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Penurunan Skala Nyeri Dismenore
Pada Remaja Putri Kelas VII Di MTsN Model Padang Tahun 2020

41
H. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
Terapi Salah satu Observasi Audio Responden Nominal
Murottal teknik rekaman yang
Ar-rahman relaksasi murottal diberikan
berupa Ar- terapi
suara rahman
rekaman
Al-Quran
yang
dibacakan
oleh
seorang qori
selama 20
menit
Skala Rentang Observasi Lembar Ordinal
nyeri respon nyeri observasi - 1-3 (nyeri
Dismenor yang (Face ringan)
e dirasakan Pain - 4-6 (nyeri
pada saat Scale sedang)
mengalami Revised)
Dismenore

Tabel 2.2
Definisi Operasional
1. Hipotesa Penelitian
Ha : Ada Pengaruh terapi murottal Ar-rahman tehadap penurunan skala

nyeri dismenore pada remaja putri kelas VII di MTsN Model Padang

Tahun 2020.

42
H0 : Tidak ada pengaruh terapi murottal Ar-rahman terhadap penurunan

skala nyeri dismenore pada remaja putri kelas VII di MTsN Model

Padang Tahun 2020

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah Pre Experimental design dengan rancangan

one group pretest-posttest design

Dapat digambarkan sebagai berikut :

Pretest Intervensi Posttest


P1 X P2

Keterangan :

P1 : Pengukuran skala nyeri pertama tanpa terapi murottal Ar-rahman

X : Intervensi terapi Murottal Ar-rahman

P2 : Pengukuran skala nyeri kedua dengan pemberian terapi Murottal

Ar-rahman

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di MTsN Model Padang mulai dari

bulan November 2019 sampai dengan bulan Agustus 2020.

43
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi Dalam penelitian ini adalah siswi kelas VII MTsN Model

Padang sebanyak 437 orang.

2. Sample
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 15 orang yang mengalami

dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling yaitu

pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu

yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo 2010).

Kriteria sampel adalah sebagai berikut:


Kriteria inklusi :
a. Bersedia menjadi responden

b. Sedang mengalami hari pertama sampai dengan hari ke tiga

c. Responden dengan nyeri ringan dan sedang

d. Siswa kelas VII MTsN Model

e. Hadir pada saat penelitian berlangsung

f. Mengatasi nyeri tanpa minum obat pereda nyeri

Kriteria eksklusi :
a. Mengkonsumsi obat pereda nyeri

b. Tidak sedang mengalami dismenore

44
c. Bukan siswi kelas VII MTsN Model Padang

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Yang Dikumpulkan
Penelitian ini mengumpulkan data dengan cara menggunakan lembar

observasi pada variabel dependen skala nyeri pengukuran dilakukan dengan

cara observasi intensitas nyeri siswi kelas VII MTsN Model sebelum dan

setelah dilakukan intervensi. Berikut adalah langkah-langkah penelitian :

a. Pretest
Pada tahap ini peneliti mengukur skala nyeri pada responden yang

sedang mengalami nyeri tanpa diberikan intervensi terapi Murottal surah

Ar-rahman.

b. Intervensi
Pada tahap ini peneliti melakukan intervensi dengan dengan

mendengarkan terapi Murottal Ar-rahman selama 20 menit kepada

responden dengan prosedur seperti dibawah ini:

1. Pre interaksi

a. Siapkan alat (earphone, MP3 Surah Ar-rahman, Speaker)

b. Pastikan perlengkapan yang digunakan dalam kondisi baik.

c. Cek kehadiran responden

2. Tahap orientasi

45
a. Beri salam dan perkenalkan diri

b. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya pelaksanaan terapi pada

responden

c. Ukur skala nyeri responden sebelum dilakukan terapi

3. Tahap kerja

a. Berikan kesempatan responden bertanya sebelum kegiatan

dilakukan

b. Jaga privasi responden dan memulai kegiatan dengan cara yang

baik

c. Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang

diinginkan seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi

rasa sakit.

d. Menetapkan ketertarikan responden terhadap murottal

e. Bantu responden untuk memilih posisi yang nyaman.

f. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, panggilan telepon

selama mendengarkan murottal

g. Pasangkan earphone ke telinga responden

i. Nyalakan murottal dan lakukan terapi murottal selama 20 menit

j. Pastikan volume sesuai dan tidak terlalu keras.

k. Hindari menghidupkan musik dan meninggalkan responden dalam

waktu yang lama.

4. Terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan responden)
b. Tanyakan persaan responden setelah diberikan terapi murottal

46
c. Ukur skala nyeri responden setelah diberikan terapi murottal.

c. Post test
Setelah dilakukan intervensi dengan terapi murottal Ar-rahman

peneliti mengukur kembali skala nyeri yang dirasakan responden dengan

cara mengobservasi responden.

2. Langkah-Langkah Pengumpulan Data


a. Peneliti mengurus surat izin untuk melakukan penelitian di MTsN Model

Padang.

b. Responden yang telah memenuhi kriteria di orientasikan terhadap tujuan

penelitian yang ditetapkan sebagai sampel apabila responden

menyetujuinya.

c. Responden mengisi inform concent yang telah disediakan peneliti.

d. Peneliti mengukur skala nyeri dismenore responden sebelum dilakukan

terapi Murottal Ar-rahman dengan menggunakan lembar observasi.

5. Peneliti melakukan intervensi gerakan terapi Murottal Ar-rahman ayat 1-

78 selama 20 menit dan dilakukan selama 3 hari berturut-turut.

6. Peneliti menilai kembali skala nyeri responden setelah dilakukan terapi

Murottal ar-rahman dengan menggunakan lembar observasi.

47
3. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti

dengan melakukan observasi terhadap siswi MTsN Model Padang, data

yang diambil dari data yang siswi mengalami dismenore sebanyak 15

orang.

b. Data Sekunder
Data yang didapatkan langsung dari MTsN Model Padang berupa

data jumlah siswi kelas VII sebanyak 437 orang.

E. Teknik Pengolahan Data


Menurut (Notoatmodjo, 2010), pengolahan data terbagi atas 4 bagian :

a. Pemeriksaan Data (Editing)


Peneliti melakukan pengecekan dan perbaikan data yang sudah

dikumpulkan untuk melihat dan memastikan data terisi lengkap dan

benar dalam penelitian.

b. Pengkodean Data (Coding)


Peneliti melakukan pengodean pada data yang sudah didapat pada

saat penelitian antara lain, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang.

c. Memasukkan Data (Entry)

48
Selanjutnya data dimasukkan dalam Master tabel dan diolah

dengan program komputerisasi, dalam proses ini juga dituntut ketelitian

dalam melakukan entri data agar tidak terjadi kesalahan dalam

penelitian.

4. Pembersihan Data (Cleaning)


Setelah data diolah lalu peneliti memeriksa kembali data guna

memastikan tidak ada lagi kesalahan yang terjadi pada data tersebut

dalam penelitian.

F. Teknik Analisa Data


1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan dengan cara statistik deskriptif berupa

rata-rata skala nyeri dismenore pada siswi kelas VII MTsN Model Padang.

Tujuan analisa ini adalah untuk menjelaskan karakteristik masing-masing

variabel yang diteliti yaitu variabel independen pengaruh terapi Murottal

Ar-rahman serta variabel dependen skala nyeri .

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua

pengukuran yaitu sebelum dan setelah dilakukan terapi Murottal Ar-rahman

dengan uji Wilcoxon.

49
50
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Yati dan Anggi Pratiwi.,2016. Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi

Perempuan Promosi, Permasalahan dan Penanganan dalam

Pelayanan Kesehatan dan keperawatan.Jakarta:Rajawalli Pers

Ananda, Yuanita. (2018) Pengaruh Massage Effleurage Terhadap Penurunan


Intensitas Skala Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri MAN 2 Padang.

http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/475
Aspiani, Reny Yuli.,2017. Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi Nanda, NIC

dan NOC. Jakarta:TIM

Bariyyah, Hidayati (2016) Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri
pada Remaja. Persona:Jurnal Psikologi Indonesia, 5(02), pp. 137–144.
doi: 10.30996/persona.v5i02.730.

Fauziah, M. N. (2015) ‘Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap


Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di SMK Al
Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes’, pp. 1–108. Available at:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/28982.

Handayani, R. et al. (2014) ‘Pengaruh terapi Murotal Al-Quran untuk penurunan


nyeri persalinan dan kecemasan pad ibu bersalin kala I fase aktif’,
Jurnal ilmiah Kebidanan, 5(2), pp. 1–15.

http://www.ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/Prada/article/viewFile/98/88

Indriyani, Diyan.,2013. Keperawatan Maternita Pada Area Perawatan Prenatal.


Yogyakarta:Graha Ilmu.

Marmi, 2014. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nuraeni (2017) ‘Pengaruh Senam Disminore Terhadap Penurunan Nyeri Pada


Remaja Putri’, 2(1), p. 22.

https://www.neliti.com/id/publications/227218/pengaruh-senam
dismenore terhadap-penurunan-nyeri-pada-remaja-putri

Prastiwi, W. (2017) ‘Pengaruh Alunan Murottal Terhadap Intensitas Nyeri


Dismenore Primer Pada Siswi Aliyyah Di Pondok Pesantren As
Salafiyyah Mlangi Yogyakarta’.

http://digilib.unisayogya.ac.id/2573/1/NASPUB%20W3.pdf

Rilla, etall (2014) ‘Terapi Murottal Efektif Menurunkan Tingkat Nyeri Dibanding
Terapi Musik pada Pasien Pascabedah’, Jurnal Keperawatan
Indonesia, 17(2), pp. 74–80. doi: 10.7454/jki.v17i2.444.

Risnah, R. et al. (2019) ‘Terapi Non Farmakologi Dalam Penanganan Diagnosis


Nyeri Pada Fraktur :Systematic Review’, Journal of Islamic Nursing,
4(2), p. 77. doi: 10.24252/join.v4i2.10708.

Sanjiwani, I. A. (2017) Literature Review Dismenore Primer Dan


Penatalaksanaan Non Farmakologi Pada Remaja’, Literature Review,
p.39.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/138006ecebdcff
7f38b138a5bdaf1138.pdf
2
Lampiran 1

PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN

Kepada Yth. :

Calon Responden

Di

Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang bermaksud
akan mengadakan penelitian :

Nama : Monika Aulia Yasandi

NIM : 1610105020

Alamat: Padang

Akan melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Murottal


Ar-Rahman Terhadap Penurunan Skala Nyeri Dismenore pada Remaja
Putri Kelas VII MTsN Model Padang Tahun 2020”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan


Bapak/Ibu/Sdra/Sdri sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang
diberikan akan dijaga dan hanya untuk keperluan penelitian.

Apabila Bapak/Ibu/Sdra/Sdri menyetujui maka dengan ini saya mohon


kesediaan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri untuk menandatangani lembaran persetujuan dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Atas perhatian saudara saya
ucapkan terimakasih

Peneliti

Monika Aulia Yasandi


Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah membaca dan dijelaskan maksud dari penelitian, saya bersedia

menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh saudari Monika

Aulia Yasandi mahasiswa STIKes Alifah Padang dengan judul “Pengaruh

Terapi Murottal Ar-Rahman Terhadap Penurunan Skala Nyeri Dismenore

pada Remaja Putri MTsN Model Padang Tahun 2020”. Saya menyadari

bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap saya, sehingga jawaban

yang saya berikan adalah yang sebenarnya dan kerahasiaan akan dijaga.

Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan suka rela tanpa ada

paksaan pihak lain.

Padang, Maret 2020

Responden

( )
Kuesioner MSQ

(Menstual Symptom Questionnaire)

Survey Awal Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Penurunan Skala Nyeri


Dismenore Pada Remaja Putri tahun 2020

Nama Responden : Usia


Menarche :

Kelas :

Petujuk : Berilah tanda silang (X) pada jawaban kota yang tersedia untuk
jawaban yang anda pilih!

1. Apakah anda mengalami nyeri haid setiap bulannya

Ya Tidak

“jika jawaban Ya, lanjut ke soal no 2

2. Pilihlah salah satu nomor dibawah ini yang menjadi tanda dan gejala
nyeri haid yang anda alami!

1) Nyeri perut bagian bawah

2) Nyeri pinggang

3) Terjadi saat hari pertama atau hari kedua menstruasi

4) Mual/muntah

5) Pusing

6) emosi

3. Pilih salah satu nomor dibawah ini upaya mengatasi nyeri haid!

1) Minum Obat

2) Tidur di UKS
3) Tidak masuk sekolah

4. Berapa Skala nyeri yang kamu rasakan??


LEMBAR OBSERVASI
Pengaruh Terapi Murottal Ar-Rahman Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Dismenore Pada Remaja Putri Di Mtsn Model Padang
Tahun 2020

Nama Responden : Usia Menarche :

Kelas :

1. Skala nyeri sebelum diberikan terapi murottal Ar-rahman

Faces Pain Scale –Revised

2. Skala nyeri setelah diberikan terapi murottal Ar-rahman

Faces Pain Scale –Revised


II
III
IV
V

Anda mungkin juga menyukai