Anda di halaman 1dari 103

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN NYERI HAID DAN PENGETAHUAN TENTANG


PENANGANAN DISMENORE DENGAN AKTIVITAS BELAJAR PADA
SISIWI KELAS 10 SMK KESEHATAN LETRIS INDONESIA 2
TANGERANG

OLEH :

DETI DAMAYANTI

NIM.171030100146

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal skripsi ini. Penulisan proposal skripsi ini dilakukan dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan di STIKes

Widya Dharma Husada Tangerang. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, dari masa awal perkuliahan sampai pada penyusunan

proposal skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikannya. Oleh

karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. (HC) Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang dan sekolah SMK Kesehatan

Letris Indonesia 2.

2. Ns. Riris Andriani, S. Kep, M. Kep, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang.

3. Muhammad Zulfikar Adha, S.KM, M.KL., selaku Wakil Ketua I Bidang

Akademik STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

4. Siti Novy Romlah, SST, M.Epid., selaku Wakil Ketua II bidang

AdministrasiKe, uangan, dan Kepegawaian STIKes Widya Dharma Husada

Tangerang

5. Ida Listiana, S.ST, M.Kes., selaku Wakil Ketua III bidang Kemahasiswaan

STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

i
6. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners STIKes Widya Dharma Husada

Tangerang

7. Ns. Ni Bodro Ardi, S. Kep., M. Kep., selaku Dosen Pembimbing I yang

banyak membimbing dan memberi arahan dalam penulisan proposal ini.

8. Ns. Nita Ekawati S.kep, M. Kep., selaku Dosen Pembimbing II yang banyak

membimbing dan memberi arahan dalam penulisan proposal ini

9. Seluruh dosen dan staf tata usaha STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan serta fasilitas.

10. Kedua orang tua serta adik yang telah memberikan doa, dorongan dan

semangat selama penyusunan proposal ini.

11. Teman-teman civitas akademika seangkatan dan seperjuangan STIKes Widya

Dharma Husada Tangerang

12. Semoga segala bantuan dan kesempatan yang telah diberikan menjadi amal

kebajikan yang diterima Allah SWT. Penulis sangat menyadari bahwa dalam

penulisan proposal ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis

sagat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

perbaikan dari penulisan ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan

rahmat-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Tangerang, Februari 2021

Deti Damayanti

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL............................................................................................ v

DAFTAR BAGAN........................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 8
C. Pertanyaan Peneliti............................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................

A. Konsep Dasar Pengetahuan.................................................................. 11


B. Konsep dasar Dismenore...................................................................... 22
C. Konsep Dasar Aktivitas Belajar............................................................ 56
D. Penelitian terkait................................................................................... 60
E. Kerangka teori...................................................................................... 65

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS


PENELITIAN................................................................................................... 66

A. Kerangka Konsep.................................................................................. 66
B. Definisi Penelitian................................................................................ 67
C. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 68

BAB IV METODE PENELITIAN................................................................... 72

A. Desain penelitian.................................................................................. 72

iii
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 72
C. Populasi dan Sampel............................................................................. 73
D. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data............................................... 75
E. Pengolahan dan Analisa Data............................................................... 78
F. Etika Penelitian..................................................................................... 80
G. Keterbatasan......................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 82

LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Definisi Operasional......................................................................... 67

v
DAFTAR BAGAN

2.1 Bagan Kerangka teori................................................................................. 65

3.1 Bagan Kerangka Konsep............................................................................ 66

vi
vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak kemasa

dewasa, istilah ini menunjukkan masa dari awal pebertas sampai terciptanya

kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita.

Batasan remaja daam hal ini adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun menurut

klarifikasi World Health Organization (WHO, 2018). Masa remaja terbagi dua

yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal dimulai

pada saat anak-anak mulai matang secara seksual yaitu pada usia 13 sampai

dengan 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir meliputi periode setelahnya

sampai dengan 18 tahun, yaitu masa dimana seseorang dinyatakan dewasa

secara hukum. Masa ini bertepatan dengan masa remaja yang merupakan

masa yang menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang

menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa.

Salah satu ciri yang menandai masa pubertas perempuan adalah

menstruasi. Menstruasi merupakan perdarahan secara periodic dan siklik dan

eterus yang disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Winkjosastro,

2011). Menstruasi terjadi pada usia 10-15 tahun, namun ada juga yang

mengalami lebih cepat atau dibawah usia tersebut. Menarche yang terjadi

sebelum usia 8 tahun disebut menstruasi precox (Prawirohardjo, 2014). Rata-

1
2

rata usia pertama menstruasi di negara Amerika adalah 12,2 tahun pada

remaja Afrika - Amerika dan 12,9 tahun pada remaja Kaukasian (Rina DA,

dkk 2017).

Menurut Kemenkes RI (2018) umur kejadian menstruasi di Indonesia rata-rata

terjadi pada umur 12,4 tahun dengan prevalensi 60%, pada usia 9-10 tahun

sebanyak 2,6%, usia 11-12 tahun sebanyak 30,3%, dan pada usia 13 tahun

sebanyak 30%. Sisanya mengalami menarche di atas umur 13 tahun. Siklus

mentsruasi yaitu jarak antara hari pertama menstruasi dengan hari pertama

menstruasi berikutnya. Menstruasi dikatakan 24 hari, tetapi tidak melebihi 35

hari. Panjang siklus menstruasi yang normal atau siklus dianggap sebagai

siklus yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Lebih dari 90%

wanita mempunyai siklus menstruasi anatara 24 sampai 35 hari. Lama

menstruasi biasanya antara 3-6 hari, ada yang 1-2 hari dan diikuti darah

sedikit-sedikit, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya

lama menstruasi itu tetap kurang lebih 50% darah menstruasi dikelaurkan

dalam 24 jam pertama. Cairan menstruasi terdiri dari autolysis fungsional,

exudat inflamasi, sel darah merah, dan enzim proteolitik. Tetapi ketika

menjelang menstruasi dan saat menstruasi terjadi mayoritas perempuan

merasakan nyeri yang luar biasa disebut disminore (Laila, 2011).

Disminore adalah nyeri sewaktu haid yang timbul berupa kram perut

bagian bawah yang menjalar kepunggung atau kaki dan biasanya disertai

dengan diare, pusing dan kelemahan umum (Dewi, 2012). Setiap wanita
3

mempunyai pengalaman disminore yang berbeda-beda. Ada yang berkurang

pada saat menstruasi dan ada yang tidak, nyeri yang sering terjadi dirasakan

penderita disminore biasanya ringan dan sedang, disminore biasanya

berlangsung selama 3 hari (Proverawati, 2009). Rasa nyeri saat menstruasi

menggangu kehidupan sehari-hari wanita (Manuaba, 2010), sehingga

memaksa penderita untuk beristirahat dan meninggalkan pekerjaan nya untuk

beberapa jam atau hari (Wiknjosastro, 2005). Disminore dapat menurunkan

konsentrasi belajar sehingga dapat mengganggu aktivitas belajar (Rina, 2017).

Salah satu penyebab terjadinya nyeri haid adalah pertama kali haid

(Menarche) pada usia lebih awal yaitu dibawah 12 tahun, sehingga

menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum

siap untuk mengalami perubahan-perubahan dan masih terjadi penyempitan

pada leher rahim sehingga timbul rasa sakit saat haid (Widjanarko, 2006

dalam Kristianingsih, 2016). Pada ta hun pertama atau dua periode haid

biasanya tidak ada ovulasi. Dismenore lebih sering terjadi pada perempuan

yang ovulasi dibandingkan yang tidak ovulasi (Proverawati, 2009).

Pada umumnya remaja putri yang mengalami dismenore saat haid

cenderung membiarkan nyeri yang dirasakannya dan menganggap spele serta

sebagai hal yang wajar dialaminya yang mana penanganannya hanya dengan

cara istirahat. Dan beberapa penderita dismenore untuk mengurangi rasa nyeri

tersebut cenderung menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi atau resep dari

dokter, akan tetapi terapi farmakologi harus diminimalkan penggunaannya


4

karena obat-obatan dapat menyebabkan ketergantungan dan juga kontra

indikasi (Arifin, 2008 dalam Solihatunisa, 2012). Seperti yang telah dijelaskan

bahwa nyeri haid sama seperti nyeri lainnya yang dapat memberikan sensasi

tidak nyaman sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari, salah satu aktivitas

yang dilakukan yaitu aktivitas belajar.

Aktiivtas belajar pada sisiwi merupakan salah satu upaya yang

dilakukan siswi dalam menyelesaikan pendidikannya. Aktivitas belajar

merupakan suatu kegiatan yang ada dalam sebuah proses belajar, dimana

didalamnya sudah termasuk kegiatan atau aktivitas fisik maupun psikis

(Rohmat (2013). Keadaan jasmani yang kurang baik dapat berdampak pada

aktivitas belajar seperti penurunan keaktifan dalam prposes pembelajaran.

Nyeri merupakan salah satu kondisi keadaan jasmani yang membuat kurang

nyaman dan dapat mengganggu aktivtas belajar (Masyita, 2016).

Belajar merupakan kewajiban utama dari seorang siswi yang sedang

menjalani pendidikan di sebuah sekolah. Siswi dituntut dapat menggali ilmu

bukan hanya dari staf pengajar tetapi juga dapat belajar dari text book dan

referensi lainnya ataupun kegiatan lain yang mendukung ilmu yang sedang

dipelajari. Pastinya hal ini membutuhkan konsentrasi yang penuh dan keadaan

fisik yang baik. Nyeri haid memberikan rasa tidak nyaman yang dapat

mempengaruhi mahasiswi dalam melakukan berbagai aktivitas belajar yang

diwajibkan sekolah.
5

Pada peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Syarifah khairun

Nadirah (2020) pada Mahasiswi Prodi Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur Samarinda diperoleh data dari 58

responden dengan nyeri haid ringan didapatkan responden yang mengalami

aktivitas belajar tidak terganggu sebanyak 42 responden (22.3%). Dan

terdapat 16 responden (8.5%) yang mengalami aktivitas belajar terganggu,

dan dari 104 responden dengan nyeri haid sedang didapatkan responden yang

mengalami aktivitas belajar tidak terganggu sebanyak 45 (23.9%) dan

aktivitas belajar terganggu sebanyak 59 responden (31.4%), sedangkan dari 26

responden dengan nyeri haid berat didapatkan responden yang mengalami

aktvitas belajar tidak terganggu sebanyak 8 responden (4.3%) dan aktivitas

belajar terganggu sebanyak 18 responden (9.6%).

Penelitian yang dilakukan oleh Titok Harjanto (2017) yang meneliti

tentang Hubungan Nyeri Menstruasi dengan Konsentrasi Belajar pada Siswi

SMA Negeri di Wilayah Cangkringan. Sebagian besar responden mengalami

nyeri menstruasi ringan (75,7% pada siklus pertama dan pada 59,5% siklus

kedua). Pada masa luteal (14 hari terakhir masa menstruasi) sebagian besar

responden memiliki konsentrasi belajar yang baik (68% pada siklus pertama

dan 78% pada siklus kedua). Pada fase menstruasi, sebagian besar responden

mengalami kurang konsentrasi (76% pada siklus pertama dan 78% pada siklus

kedua). Hasil uji korelasi Pearson memperlihatkan hubungan yang signifikan

antara nyeri menstruasi dengan konsentrasi belajar siswi (p= 0,000, r =


6

-0,663). Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara nyeri menstruasi

dan konsentrasi belajar siswi di salah satu SMA Negeri di Kecamatan

Cangkringan.

Penelitian yang dilakukan oleh Zofia Barcikowska, Karolina W ojcik-

Bilkiewicz, Agnieszka Sobierajska-Rek, Magdalena Emilia Grzybowska,

Piotr Waz, and Katarzyna Zorena (2020) yang meneliti tentang Dismenore

dan Faktor Terkait di antara Wanita Polandia. Berdasarkan penelitian pada

penilaian terhadap prevalensi dismenore dan faktor-faktor yang terkait di

antara wanita Polandia. Tema pengelolaan peserta 23 ± 4tahun. Dari total

1.317 perempuan yang ikut studi, 1.127 dimasukkan dalam analisis, dan 190

dikecualikan karena jawaban lengkap. Data sosiodemografi terkait pertama

seperti usia, berat badan, pendidikan, dan tempat tinggal (perkotaan atau

pedesaan). Bagian kedua dari permintaan tersebut dipastikan menjadi faktor

dismenore (sindrom pramenstruasi, usiamenarke, dan riwayat keluarga

dismenore.). Pada bagian ketiga, wanita ditanya tentang pola makan, asupan

alkohol, merokok, dan aktivitas fisik.Hasil Dismenorea mempengaruhi 94%

wanita yang diwawancarai Dismenore paling mungkin terjadi di antara

responden yang ibunya memiliki riwayat dismenore (p <0,005). Hubungan

yang signifikan antara kejadian dismenore antara responden dan saudara

perempuan mereka juga diamati (p <0,005). Prevalensi sindrom pramenstruasi

(PMS) secara signifikan lebih tinggi pada wanita yang melaporkan dismenore

(p <0,005). Faktor signifikan lain yang terkait dengan dismenore adalah usia
7

menarche (p <0,005), frekuensi stres (p 0,005), kurangnya aktivitas fisik (p

0,037), dan harga diri (p 0,042). Namun, pada responden, tidak ada hubungan

yang signifikan yang diamati antara dismenore dan diet, merokok, indeks

massa tubuh, dan asupan alkohol. Kesimpulan. Studi ini menunjukkan fakta

bahwa masalah dismenore memengaruhi banyak wanita Polandia. Wanita

dengan dismenore ditandai dengan riwayat keluarga dari dismenore, kejadian

PMS, usia dini menarche, gaya hidup stres, kurangnya aktivitas fisik, dan

harga diri yang rendah. Kami menyarankan bahwa penilaian lebih lanjut dari

faktor-faktor yang berkontribusi untuk dismenore pada wanita diperlukan.

Tingginya kejadian dismenore pada usia remaja dapat menimbulkan masalah

psikologis dan sosial (Sahin, 2018). Remaja yang menalami dismenorea

cenderung akan membiarkan nyeri ini tanpa melkakukan penanganan yang

keliru dan tidak efektif (Champaneria, 2012).

Pengetahuan remaja tentang dismenore akan menentukan bagaimana sikap

dan tindakan remaja tersebut dalam menangani nyeri saat haid, untuk tu

pengetahuan atau pengalaman tentang dismenore akan sangat membantu

remaja dengan dismenore dalam melakukan penanganan sendiri secra tepat

dan efektif (Lestari, 2013). Oleh karena itu pengetahuan remaja putri

mengenai dismenore serta dari segi penanganannya sangat penting untuk

diperhatikan, sehingga dismenore tidak mengganggu aktivitas belajar dan

kehidupan remaja putrid an dengan harapan setiap remaja putri mengalami

menstruasi dapat mencapai kualitas hidup yang maksimal.


8

Bedasarkan studi pendahuluan, pada tanggal 27 januari 2021 telah dilakukan

wawancara pada siswi kelas 10 Jurusan Keperawatan SMK Kesehatan letris

Indonesia 2 Tangerang Selatan dari 10 responden didapatkan 8 siswi (80%)

mengetahui terhadap penanganan dismenore dengan aktivitas belajar, dan 2

siswi (20%) belum mengetahui terhadap penanganan dismenore dengan

aktivitas belajar.

Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Hubungan Nyeri Haid dan Pengetahuan tentang

Penanganan Dismenore dengan Aktivitas Belajar pada Siswi kelas 10 Jurusan

Keperawatan SMK kesehatan Letris Indonesia 2 Tangerang”.

B. Rumusan Masalah

Prevalensi kejadian nyeri menstruasi Menurut World Health Organization

(WHO, 2014) di perkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18%

dari jumlah penduduk (Sari, 2019). Rata-rata lebih dari 50% perempuan di

setiap Negara mengalami nyeri mengalami nyeri menstruasi (Prawirohardjo,

2010).

Menurut Kemenkes RI tahun 2016 prevalensi remaja putri di Indonesia yang

mengalami kejadian nyeri haid sekitar 55%. Dari hasil penelitian di Indonesia

angka kejadian dismenore sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore

primer dan 9,36% dismenore sekunder (Susanti, 2018).

Kejadian dismenore di Indonesia juga tidak kalah tinggi dibandingkan dengan

negara lain di dunia. Hampir semua perempuan pernah mengalami dismenore


9

sebanyak 90%, masalah ini setidaknya mengganggu 50% perempuan masa

reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang mengakibatkan banyaknya

absensi pada sekolah maupun kantor (Annathayakheisha, 2009 dalam Puji,

2009).

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2015 jumlah penduduk

berdasarkan kelompok umur 10-19 tahun berjumlah 44.447.583 jiwa. di dunia

besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami nyeri

mengalami nyeri menstruasi (Prawirohardjo, 2010).

C. Pertanyaan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Hubungan Nyeri Haid dan Pengetahuan tentang

Penanganan Dismenore dengan Aktivitas Belajar pada Siswi kelas 10

Jurusan Keperawatan SMK kesehatan Letris Indonesia 2 Tangerang.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi tingkat nyeri haid pada Siswi kelas 10 Jurusan

Keperawatan SMK kesehatan Letris Indonesia 2 Tangerang.

b. Untuk mengidentifikasi penegtahuan pada Siswi kelas 10 Jurusan

Keperawatan SMK kesehatan Letris Indonesia 2 Tangerang.

c. Untuk mengidentifikasi aktivitas belajar pada Siswi kelas 10 Jurusan

Keperawatan SMK kesehatan Letris Indonesia 2 Tangerang.


10

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi SMK Kesehatan Letris Indonesia 2

Sebagai wawasan dan sumber pengetahuan tentang penanganan dismenore

serta mengetahui bagaimana cara menangani dismenore pada saat aktivitas

belajar sedang berlangsung.

2. Bagi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Hasil penelitian ini akan memberikan dukungan bagi dunia pendidikan

setelah dilakukan penelitian agar karya tulis ini bermanfaat sebagai

bacaan, sebagai bahan penelitian yang akan datang dan untuk

perpustakaan di STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

3. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/I untuk

menambahkan pengetahuan dan memberikan gambaran tentang Hubungan

Nyeri haid dan Pengetahuan tentang Penanganan Dismenore dengan

Aktivitas Belajar pada Siswi Kelas 10 Jurusan keperawatan SMK

Kesehatan Letris Indonesia 2

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan peneliti selanjutnya

sebagai referensi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dan dapat

menambahkan variable untuk peneliti selanjutnya agar lebih baik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar penegtahuan

1. Definisi pengetahuan

Secara etiomologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa

inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of phisolopy

dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang

benar (knowledge is justified true belief).

Menurut Notoatmodjo pada tahun 2014 menjelaskan bahwa

pengetahuan yakni hasil informasi yang diperoleh dari

penginderaan manusia, terhadap suatu objek melalui indra yang

dimiliki manusia sehingga menghasilkan pengetahuan. Sebagian

besar informasi yang didapat oleh panca indra melalui telingan dan

mata.

Dalam pandangan umum, ilmu atau ilmu pengetahuan sering

diartikan sebagai salah sesuatu yang kita kenal atau ketahui

mengenai suatu hal atau objek. Kita mengetahui suatu hal tersebut

diperoleh dari pengalaman kita sendiri dalam kehidupan sehari-

hari, baik bersumber dari pengalaman kita sendiri dalam mengatasi

masalah yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, dari informasi

atau cerita orang lain, dari kebiasaan atau adat istiadat.

11
12

Menurut Titus (1959) mengungkapkan ada 4 jenis pengetahuan

yang dapt diperoleh dan dimiliki manusia, yaitu :

a. Pengetahuan biasa atau akal sehat

b. Pengetahuan ilmiah

c. Pengetahuan filsafat

d. Pengetahuan religi

2. Jenis dan Sumber Pengetahuan

a. Jenis Pengetahuan

Secara umum pengetahuan terdiri atas :

1) Pengetahuan Non Ilmiah/ pengetahuan biasa (common

sense) Pengetahuan non ilmiah ialah pengetahuan yang

diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak

termasuk dalam kategori metode ilmiah. Secra umum

pengetahuan non ilmiah ialah hasil pemahaman manusia

mengenai suatu objek tertentu yang terdapat dalam

kehidupan sehari-hari.

2) Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan ilmiah ialah segenap hasil pemahaman

manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode

ilmiah. Pengetahuan ilmiah ialah pengetahuan yang sudah

lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi

syarat tertentu dengan cara berpikir yang mempunyai dan


13

memenuhi syarat tertentu dengan cra berpikir yang khas,

yaitu metodologi ilmiah.

3) Pengetahuan neosis (filsafat)

Pengetahuan Neosis (filsafat) adalah pengetahuan yang

tidak mengenal batas, sehingga yang dicari adlah sebab-

sebab yang paling hakiki. Pengetahuan yang berminat

mencapai penegetahuan kebenaran yang asli yang

mengandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,

ekonomi, politik, dan estetika atau pengetahuan yang

objeknya adalah arche ialah prinsip utama yang mencakup

epistelmologik dan metafisik, ontology aksinologi.

4) Pengetahuan agama

Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang hanya

diperoleh dari tuhan melalui para Nabi dan Rasul-Nya yang

bersifat mutlak dan wajib diikuti para pemelukya, menjadi

tolak ukur kebenaran dalam suatu keyakinan dan perpegang

pada kitab yang dipegang para pemeluknya.

b. Sumber Pengetahuan

Kebenaran adalah pernyaaan tanpa ragu. Pembuktian

kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau

rasional atau menggunakan logika deduktif. Premis dan

proporsi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme.


14

Kelemahan logika deduktif ini sering penegtahuan tyang

diperoleh tidak sesuai dengan fakta. Namun pada dasarnya,

manusia memeperoleh pengetahuandari empat sumber yakni

empirisme, rasionalisme, intuisi, dan wahyu. Secara umum

sumber pengetahuan terdiri atas :

1) Empirisme, merupakan manusia yang mendasarkan dirinya

kepada pengelaman yang mengembangkan paham.

Menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena

merupakan gejala yang tertangkap oleh pancaindera.

Tokoh-tokohnya antara lain John Locke, Barkeley,

DavidHume. Para penganut aliran empirisme tentu saja

menantang kaum rasionalis yang begitu memberikan

tempat dan peranan bagi akal dalam proses lahirnya

pengetahuan. Mereka mengajarkan bahwa pengetahuan

diperoleh lewat pengalaman. Peran rasio dalam

pengetahuan kecil saja yang lebih menentukan adalah

pengalaman indra. Akal halnya merupakan tempat

penampungan yang secara positif menerima apa yang

diterima indra. John Locke, filsuf Inggris, misalnya

menyebut manusia dengan tabula rasa (papan yang

kosong). Diatas papan yang kosong inilah dicatat

pengalaman-pengalaman yang masuk lewat indra.


15

2) Rasionalisme, merupakan kaum rasinalis yang

mengembangkan paham rasionalisme, dasar kepastian dan

kebenaran pengetahuan. Para penganut rasionalismetidak

menyangkal peran indra, tetapi mmengatakan bahwa peran

indra sangat kecil, yang lebih aktif justru rasio. Mereka

mengatakan, pengetahuan manusia sebenarnya sudah ada

lebih dulu dalam rasio berupa ketgori-kategori. Ketika

indra menangap objek, maka objek-objek yang ditangkap

itu hanya dicocokkan saja dengan kategori yang sudah ada

lebih dulu dalam rasio. Jadi menurut mereka, pengalaman

adalah pe;engkap akal. Kaum ini menggunakan metode

deduktif dalam menyusun pengetahuannya, idenya

didapatkan dari anggapan-anggapan yang menurutnya jelas

dan dapat diterima. Tokoh-tokohnya kebanyakan para

filsuf abad pertengahan, seperti Agustinus, Johanes Scotus,

Avicenna, dan para filsuf modern seperti Rene Descartes,

Sponoza, Leibiniz, Fichte, Hegel, Plato, Galileo Galilei

Dan Leonardo Da Vinci juga termasuk kelompok ini.

3) Intuisi, merupakan manusia yang memperoleh pengetahuan

yang tanpa melalui proses penalaran tertentu. Tanpa

melalui proses berfikir berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah

sampai disitu. Paham ini diajarkan oleh Henri Bergon,


16

sering Filsuf Prancis. Bergon membedakan pengetahuan

tas pengetahuan diskursif dan pengetahuan intuitif.

Pengetahuan diskursif bersifat analitis, dan diperolpeh

melalui perantara simbil. Penegtahuan seperti ini

dinyatakan dalam simbol, yakni bahasa. Jadi ini

merupakan pengetahuan tidak langsung. Kalau saya

mencerikan pengalaman saya, maka saya menggunakan

bahasa. Jadi penegtahuan diperoleh dengan cara ini bersifat

tidak lansgung. Sebaliknya pengetahuan intuitif bersifat

lansgung, sebab tidak dikomunikasikan melalui media

symbol. Penugetahuan ini diperoleh lewat intuisi,

pengalaman langsung orang yang bersangkutan. Jelas,

pengethauan seperti ini lebih lengkap. Ia mengahdirkan

pengalaman dan pengetahuan yang lengkap bagi orang

yang mengalaminya. Tapi, alhasil pengetahuan jenis ini

bersifat subjektif, sebab hanya dialami oleh orang tersebut.

Menurut intuisionisme, pengetahuan yang lengakp hanya

diperoleh lewat intuisi, yakni penglihatan langsung. Pada

pengalaman itu orang seperti melihat kilatan cahaya yang

memberikan kepadanya pengetahuan tentang sesuatu secra

tuntas. Jadi ini merupakan pengetahuan lengkap,

sedangkan pengetahuan diskursif bersifat risbih dan


17

parsial. Jelaslah, nahwa sifat pengetahuan dalam

intuisionisme lebih subjektif disbanding pengetahuan

rasionalis dan empiris yang lebih objektif.

4) Wahyu, merupakan pengetahuan yang bersumber dari

tuhan melalui hamba-Nya yang terpilih untuk

menyampaikan (Nabi atau Rasul). Melalui wahyu, manusia

diajarkan tentang pengetahuan, baik yang terjangkau

maupun tidak terjangkau oleh manusia.

c. Tingkat Pengetahuan

(Notoatmodjo, 2014) mengemukakan ada 6 tingkat

pengetahuan :

1) Tahu (know)

Mengingat suatu informasi yang pernah di dapat

sebelumnya. Cara mengetahui seseorang tahu tentang

informasi yang didapat dan dipelajari yaitu dengan cara :

menyebutkan, menjelaskan, menyatakan suatu informasi

yang didapat. Contohnya : wortel sangat bermanfaat untuk

mata, terlalu banyak mengkonsumsi garam dapat

menyebabkan hypertensi, terlalu sering mengkonsumsi

makanan junk food dapat menimbulkan resiko obesitas

hingga kanker.
18

2) Memahami (comprehention)

Setelah seseorang tahu, maka ia mampu untuk menjelaskan

secara benar dan tepat tentang objek yang ia ketahui dan ia

mampu menjabarkan atau menjelaskan secara benar dan

tepat tentang objek yang ia ketahui. Contohnya : seseorang

memahami cara memberantas penyakit deman berdarah,

bukan hanya menyebutkan 3M (mengubur, menutup,

menguras), tetapi harus mampu menjelaskan mengapa

harus mengubur, menutup, menguras di tempat-tempat

penampungan air.

3) Aplikasi (application)

Kemampuan seseorang menggunakan atau melakukan

secara langsung maupun secara nyata dari informasi atau

teori yang didapat. Contohnya : mampu menggunakan tensi

dengan benar dan tepat.

4) Analisis (analysis)

Sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan,

memilah suatu untuk digolongkan dan dikelompokkan

kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari

kaitannya dan ditafsirkan maknanya. Contohnya : dapat

membedakan makanan yang mengandung protein hewani


19

(ikan, sapi, ayam, dll) dan protein nabati (kacang-kacangan,

buah-buahhan, sayur-sayuran).

5) Sintesis (synthesis)

Kemampuan seseorang dalam menyusun, merencanakan,

meringkas, menyesuaikan informasi atau teori untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang

logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

6) Evaluasi (evaluation)

Kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi, informasi, objek. Penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditemukan sendiri atau

menggunakan berbagai kriteria yang telah ada.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

(Astutik tahun, 2013) menjabarkan bahwa :

1) Usia

Diatas usia 40-60 tahun biasanya daya tangkap, pola fikir

dan daya ingatnya semakin berkurang dan menurun.

2) Pendidikan

Pengetahuan berkaitan dengan pendidikan, diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut

semakin luas pula pengetahuannya. Namun seorang yang

berpendidikan rendah bukan berarti mutlak memiliki


20

pengetahuan yang rendah. Peningkatan pengetahuan tidak

selalu didapatkan dari pendidikan formal, tetapi dapat

diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan

seseorang tentang sesuatu obyek mengandung dua aspek

yakni aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang

akhirnya menentukan sikap seseorang terhadap obyek

tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk perilaku pola hidup terutama dalam memotivasi

untuk sikap dalam pembangunan. Semakin tinggi

pendidikan maka semakin mudah pula menerima

informasi. Semakin banyak informasi yang didapat maka

semakin banyak pula pengetahuan yang diterima.

3) Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi

maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman dapat

diperoleh dari kejadian yang sudah lampau (masa lalu)

maupun yang sudah terjadi dalam hidup seseorang.

Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memecahkan

masalah yang dihadapi dan dari pengalaman memperoleh

kebenaran suatu pengetahuan.


21

4) Informasi

Bila seseorang tidak memiliki pendidikan yang tinggi tetapi

mendapatkan informasi yang baik dari berbagai sumber

media massa seperti televisi, radio, koran, dll maka dapat

meningkatkan kualitas pengetahuan.

5) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan sistem sosial budaya yang ada di masyarakat

dapat mempengaruhi sikap untuk menerima informasi.

Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi dan

menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk

kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonimi dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

6) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling

individu maupun kelompok, baik lingkungan fisik,

biologis, interaksi, maupun sosial. Lingkungan

mempengaruhi proses masuknya pengetahuan ke dalam

pengetahuan individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi komunikasi

timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.


22

B. Konsep Dasar Dismenore

1. Definisi dismenore

Menurut Anurogo (2011) dalam Amalia (2016) Dismenore

atau nyeri haid adalah salah satu keluhan ginekologi yang paling

umum terjadi pada perempuan muda yang datang ke klinik atau

dokter. Dismenore adalah gangguan menstruasi berupa rasa sakit

atau nyeri hebat pada bagian bawah perut yang disebabkan oleh

aktifitas prostaglandin, dimana saat menstruasi lapisan rahim yang

rusak dikeluarkan dan digantikan oleh senyawa baru yang disebut

prostaglandin. Senyawa prostaglandin ini menyebabkan otot-otot

rahim berkontraksi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim, suplai

darah ke endometrium menyempit (Vasokontriksi) (Amalia, 2016).

Umumnya kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi

yang hebat dan sering menyebabkan aliran darah ke uterus

terganggu sehingga timbul rasa nyeri (Aulia, 2009 dalam

Marlinda, 2013).

Menurut Arifah (2015) nyeri haid atau dismenore dibagi atas

dua yaitu dismenore primer dikarenakan hormon prostaglandin

yang berlebihan, sehingga meningkatkan amplitude dan frekuensi

kontraksi uterus, dan dismenore sekunder karena penyebab

kelainan kandungan atau patologis, biasanya terjadi setelah 20

tahun. Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa kelainan pada


23

alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa

waktu setelah pertama kali haid (Menarche) biasanya setelah 12

bulan atau lebih sampai kurang umur 20 tahun. Rasa nyeri haid

timbul pada hari kesatu atau hari kedua haid. Dismenore primer

merupakan nyeri haid karena aktifitas uterus, tanpa adanya kondisi

patologis dari pelvis. Beberapa faktor penyebab dismenore primer,

antara lain faktor kejiwaan, faktor konstitusi, faktor obstruksi

kanalis servikalis (Wiknjosastro, 2009 dalam Deharnita, 2014)

2. Klasifikasi Dismenore

Dismenore atau nyeri haid dibedakan berdasarkan jenis nyeri

da nada tidaknya kelainan yang diamati. Berdasarkan jenis

nyerinya, dismenore dibagi menjadi dismenore spasmodic dan

dismenore kongestif (Hendrik, 2006).

a. Dismenore Spasmodik

Dismenore spasmodik terasa pada bagian perut dan dialami

pada saat sebelum haid atau pada saat haid dimulai. Banyak

wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri

sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu. Beberapa wanita

dengan dismenore spasmodic mengalami pingsan, merasa

mual, dan muntah. Kebanyakan penderitanya merupakan

perempuan muda meskipun juga dialami pada perempuqn yqng

berusia 40 tahun keatas. Dismenore spasmodic dapat diobati


24

atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama

walalaupun banyak pula perempuan yang tidak mengalami hal

tersebut.

b. Dismenore Kongestif

Pada penderita yang mengalami dismenore kongestif, mereka

akan menyadari jika tidak lama lagi mereka akan mengalami

haid dan itu merupakan tanda yang disampaikan tubuh melalui

siklus yang telah mereka alami setiap bulannya. Umumnya

tanda yang disampaikan oleh tubuhtersebut berupa rasa pegal,

nyeri pada payudara, perut kembung tidak menentu, bra terasa

terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal dibagian paha,

merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung,

kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu waktu

tidurnya, atau muncul memar dipaha dan lengan atas. Semua

itu meruapakan gejala yang berlangsung antara 2 dan 3 hari

sampai kurang dari 2 minggu. Namun ketika menstruasi atau

haid itu dating, maka rasa nyeri yang sebelumnya mereka

rasakan akan menghilang. Bahkan setelah haid pertama masa

haid, orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa

lebih baik.
25

Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang

dapat diamati, dismenore dapat dibagi atas 2 bagian

berdasarkan kelainan ginekologi, antara lain :

1) Dismenore Primer

Merupakan nyeri haid yang tidak terdapat hubungan

dengan kelainan ginekologi, atau kelainan secara anatomic.

Peristiwa ini berdasarkan beberapa penelitian menyatakan

bahwa umur, ras maupun status ekonomi tidak

berhubungan dengan kejadian dismenore primer. Namun

derajat nyeri yang dirasakan serta durasi mempunyai

gubungan denagn usia saat menarche, lamanya menstruasi,

merokok dan adanya peningkatan Index Masa Tubuh

(IMT). Namun ketika seorang perempuan telah mengalami

sebuah prosess melahirkan maka kejadian ini akan

berkurang dan bahkan menghilang seiring intensitas

peristiwa melahiirkan yang ia alami. Adanya penyakit yang

menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri misalnya

anemia akibat kehilangan darah yang cukup banyak yang

menyebabkan remaja tersebut mengalami 5 L seperti

(lemah, lelah, letih, lesu, dan lalai) diakibatkan kurangnya

sel darah merah. Sedangkan sel darah merah ini juga


26

mempunyai peran untuk membawa makanan dan oksigen

keseluruh tubuh (proverawati, 2011).

2) Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder merupakan sebuah kelaianan secara

anatomi pada oragn reproduksinya yang mengakibatkan

seorang perempuan mengalami nyeri haid. Gejala

dismenore sekunder ini dapat ditemukan pada wanita

dengan endometriosis, adenomiosis, obstruksi pada saluran

genitalia, dan lain-lain. Sehingga pada wanita dengan

dismenore sekunder ini juga dapat ditemukan dengan

komplikasi lain seperti dyspareunia, dysuria, perdarahan

uterus abnormal, infertilitas dan lain-lain.

3. Patofisiologi

Dahulu banyak faktor yang dihubungkan dengan kejadian

dismenore , misalnya saja seperti keadaan emosional atau psikis,

obstruksi kanalis servikalis, ketidakseimbangan endokrin, dan

alergi. Namun sekarang, peningkatan kadar prostaglandin

merupakan faktor timbulnya dismenore. Dengan adanya

prostaglandin berdampak pada peningkatan kontraktilitas dari otot

uterus. Nyeri ini dihasilkan ketika pada otot uterus mengalami

iskemi akibat dari efek vasokontriksi yang diahsilakn oleh

prosglandin. Konsentasi prostaglandin selama siklus haid terjadi


27

peningkatan yang bermakna. Ditemukan kadar PGE2 dan PGF2α

sangat tinggi dalam endometrium, imyometrium dan darah haid

wanita yang menderita nyeri haid primer (Wiknjosastro, 2012).

Cunningham (2013) menyatakan bahwa 2 hari pada saat awal

seorang perempuan menalami haid merupan konsentrasi tertinggi

dari kadar prostaglandin yang mengakibatkan seorang perempuan

dapat mengalami kejadian dengan dismenore berat.

4. Cori dan Diagnosis Dismenore

Rasa nyeri di daerah perut bagian bawah dengan gejala yang khas

bersamaan pada saat seorang perempuan menalami haid dab

menghilang setelah pemberian terapi empiric dapat diduga

merupakan diagnose dismenore primer dan hal ini kerap dijumpai

pada kebanyakankasus wanita (Cunningham, 2013).

Mengenai ciri remaja putri Tuna Grahita yang mengalami

dismenore yaitu dikarenakan keterbatasan kemampuannya dalam

berkomunikasi untuk mengungkapkan dismeore yang mereka

alami yaitu ditandai dengan cara menangis, berteriak, posisi tidur

meringkuk dan tangan memegang perut dan terlihat lemah yaitu

dengan tidak melakukan aktivitas seperti hanya tidur, menonton

televisi atau bermain smart phone (Pramardika, 2018).

Keluhan rasa nyeri pada saat haid dengan adanya temuan massa

pada pelvik yang tegang, wanita dengan resiko terhadap penyakit


28

radang panggul, adanya riwayat seksual aktif dengan resiko

penyakit menular seksual sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih

lanjut seperti skrining untuk adanya penyakit infeksi menular,

pemeriksaan ultrasonografi untuk melihat kelainan patologi pada

pelvik dapat mengarahkan kepada diagnose dismenore sekunder.

5. Faktor resiko Dismenore

Berdasarkan Judha (2012) faktor resiko dismnore adalah sebagai

berikut :

a. Menstruasi pertama pada usia dini kurang dari 11 tahun

Pada usia kurang dari 11 tahun, jumlah folikel-folikel ovary

primer masih dalam jumlah sedikit sehingga produksi estrogen

masih sedikit juga. Hal tersebut terjadi pada siswi MTS Maarif

NU Al-Hidayah Banyumas yang menyatakan bahwa Usia

menarche kurang dari 11 memiliki resiko 3,4 kali lenih besar

mengalami dismenore primer dibandingkan dengan siswi

tersebut mengalami usia menarche lebih dari 11 tahun

(Soesilawati, 2016).

b. Kesiapan dalam menghadapi menstruasi

Kesiapan sendiri lebih banyak dihubungkan dengan faktor

psikologis. Thalamus dan korteks merupakan bagian dari otak

yang bertugas menyampaikan rasa nyeri. Derajat penderitaan

yang dialami akibat rangsangan nyeri sendiri dapat tergantung


29

pada latar belakang pendidikan penderita. Pada dismenore,

faktor pendidikan dan faktor psikologis sangat berpengaruh.

Nyeri dapat ditimbulkan atau diperberat oleh keadaan

psikologis penderita.

c. Periode menstruais yang lama

Siklus haid yang normal adalah jika seseorang wanita memiliki

jarak haid yang setiap bulannya relative tetap yaitu setiap 28

hari. Jika mengalami perbedaan terhdap seklus haid maka

biasanya siklus haid tersebut tetap poada perkiraan 21 hingga

35 hari, jumlah siklus tersebut dihitung mulai dari haid pertama

haid hingga bulan berikutnya. Selama haid dilihat dari darah

keluar sampai bersih, antara 2-10 hari. Yang menarik disini

adalah ketika seorang perempuan mengeluarkan darah dari

organ reelum dapat produksinya dalam waktu sehari saja, maka

perempuan tersebut belum dapat dikatakan ia mengalami haid.

Namun setelah lebih dari 10 hari, dapat dikategorikan sebagai

gangguan.

d. Merokok

Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya

tersebut dapat bermacam-macam bentuknya, mulai dari

gannguanhaid, early menopause (lebih cepat berhenti haid)

sehingga sulit untuk haid. Pada waktu perokok terjadi pual


30

peningkatan risiko meunculnya kasus kehamilan diluar

kandungan dan keguguran. Setelah ini terhadap kurang dari 20

penelitian yang memaparkan kaitan merokok dengan

infertilitas. Penelitian pada mencit menunjukan nikotin pada

rokok menyebabkanpematangan ovum (sel telur). Hal inilah

yng diduga menjadi penyebab sulitny terjadi kehamilan pada

wanita yang merokok. Hal itu juga mengakibatkan metbolisme

estrogen pada perempuan menjadi terganggu. Sebagai hormone

yang menjadi salah satu tugasnya menagtur proses haid, kadar

estrogen harus cukup dalam tubuh. Gangguan pada

metabolismemya akan menyebabkan haid tidak teratur. Bahkan

dilaporkan bahwa wanita perokok akan mengalami nyeri yang

lebih berat saat haid tiba. Tidak hanya itu saja, amini

menyatakan dalam penelitiannya pada dismenore dan perokok

pasif bahwa wanita perokok pasif memilikio risiko 23 kali

lebih besar untuk menderita dismenore primer dibanding

dengan wanita bukan perokok.

e. Riwayat keluarga

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetic. Wanita yang

memiliki atau saudara perempuan yang menderita

endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit

endomtriosis. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang


31

diturunkan dalam tubuh wanita. Gangguan mentruasi seperti

hipermenorea dan menragia dapat mempengaruhisistem

abnormal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa

gangguan sekresi estrogen dan progesterone yang

menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Kadar

dari hormone estrogen dan progesterone ini meningkat ketika

sel-sel dari endometriosis juga mengalami peningkatan atau

tumbuh.

f. Kegemukan

Perempuan dengan obesitas biasanya mengalami anovulatory

chronic atau haid tidak teratur secara kronis. Hal ini

mempenagruhi kesuburan, disamping juga faktor hormonal

yang ikut berpengaruh (Karyadi, 2009). Perubahan hormonal

atau peru ahan pada system reproduksi bisa terjadi akibat

timbunan lemak pada perempuan obesitas. Timbunan lemak

memicu pembuatan hormone, terutama estrogen (Kadarusman,

2009)

g. Konsumsi alcohol

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa konsumsi alcohol juga

dapat meningkatkan kadar estrogen yang efeknya dapat

memicu lepasnya proglandin yang memuat otot-otot Rahim

berkontraksi.
32

6. Derajat Dismenore

Ketika sorenag wanita mengalami menstruasi, hal itu dapat

menyebabkan rasa nyeri terutama di awal menstruasi, namun

derajat nyeri yang dialami berbeda-beda. Manuaba, etal (2009)

menyatakan derajat dismenore menjadi 3 yaitu sebagai berikut.

a. Dismenore ringan

Dismeore ringan merupakan dismenore terjadi dalam waktu

singkat dan penderita tersebut dapat menjalankan kembali

altifitasnya kembali tanpa merasa terganggu dari dismenore

yang ia rasakan.

b. Dismenore sedang

Dismenore sedang adalah ketika seorang penderita merasa

terganggu dari rsa nyeri yang ia rasakan dan penderita tersebut

bahkan memerlukan obat penghilang rasa nyeri, sehingga ia

mampu untuk tetap beraktifitas seperti sedia kala.

c. Dismenore berat

Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat

beberapa hari dan dapat disertau sakit kepala, kemeg pinggang,

diare dan rasa tertekan.

7. Dampak Dismenore

Nyeri haid dapat berdampak buruk dan dapat mempengaruhi

obsentisme dan menimbulkan kerugian, karena responden


33

mengalami “kelumpuhan” sementara untuk melakuan aktivitas.

Dismenore memang tidak terlalu berbahaya tetapi selalu dialami

oleh penderitanya tiap bulan, sehingga merupakan penderitaan

tersendiri bagi yang menglaminya. Sebaiknya hal ini tidak boleh

dibiarkan karena kondisi ini merupakan salah satu penyebab gejala

endometriosis, dimana hal ini dapat menurunkan kesehatan,

kualitas hidup dan kesuburan perempuan secara signifikan

(Prabowo, 2011).

8. Penanganan Dismenore

Jumlah kasus dismenore yang selalu ada dan bahkan meningkat

tiap tahunnya di Indonesia, sehingga perlu penanganan khusu

untuk mengatasinya. Walaupun dismenore ini tidak menimbulkan

kematian tetapi siklusnya yang dating tiap bulan menimbulakn

terganggunya kualitas hidup dari seorang perempuan. Bahkan

masih banyak diantara perempuan yang menyepelekan hal ini dan

tifak memeriksaan kesehatannya kepada tugas kesehatan yang

berkompeten. Kemudian masih terdapat beberapa kesalahan dalam

penanganan makrena tidak berdasarkan bukti empiric. Berdasarkan

hal tersebut, berikut ini merupakan penanganan dismenore :

a. Obat-obatan

Penanganan dismenore dengan pemberian obat-obatan,

suplem. Obat-obatan yang paling sering digunakan antara lain


34

Non Steroid Inflamation Drug (NSAID) yang bekerja dengan

menghambat aktivitas enzim siklookigenase sehingga produksi

dari prostaglandin berkurang. CoX -11 Inhibitor yang juga

bekerja selektof terhadap penghambatan biosintesis

prostaglandin juga dapat digunakan untuk menangani nyeri

haid. Pemakaian kontrasepsi hormonal dilaporkan juga dapat

mengurangi nyeri haid, pemberian Vitamin B1, magnesium,

Vitamin E, juga menunjukan efek yang dapat mengurangi

nyeri haid (Cunningham, 2013).

Pada penelitian Diandra (2019) yang melibatkan sebanyak 50

mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

dengan nyeri haid primer sebagai sampel, diketahuai terdapat

perbedaan yang signifikan antara nilai visual analog score

(VAS) sebelum dan sesudah pemberian tiamin, baik pada

bulan pertama maupun bulankedua (p<0,001).

Banyak beredar obat-obat analgetik yang dapat diberikan

sebagai terapi simpotik. Jika rasa nyeri berat, diperlukan

istirahat ditempat tidur dan kompres hangatpada perut bawah

untuk mengurangi keluhan. Obat analgetik yang sering

diberikan adalah kombinasi apirin, fenasetin, dan kafein.

Terapi farmakologi untuk mengurangi nyeri menstruasi antara

lain : dengan pemberian obat analgetik, terapi hormonal, obat


35

nonsteroid prostaglandin, dilatasi kanalis servikalis. Obat-

obatan yang diguanakan utnuk mengurangi nyeri menstruasi

diantaranya : pereda nyeri (analgesik) golongan Non Steroid

Anti Inflamasi (NSAI) (Prawihardjo, 2015).

1) Terap obat analgetik, contohnya sebagai berikut :

Paracetamol

Merek dagang Paracetamol : Biogesic, Eterfix, Fevrin,

Kamolas, Naprex, Ottopan, Panadol, Pyrexin, Sanmol,

Tamoliv, Cetapain, Farmadol, Ikacetamol, Moretic,

Nofebril, Pamol, Praxion, Pyriodol, Sumagesic, Tempra.

Kondisi : Demam dan nyeri ringan hingga sedang Dewasa :

500-1000 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 4000

mg per hari. Anak-anak (dosis maksimal adalah 4 kali

sehari (willy, 2018).

2) Terapi hormonal

Kontrasepsi hormonal, Pil Kb, Kb implant, KB suntik, atau

spiral (iUD) dapat emnghambat proses penebalan jaringan

endometrium hingga menghentikan menstruasi, sehingga

nyeri yang dirasakan bisa berkurang.

a) Pil KB

Pil Kb merupakan metode kontrasepsi bentuk tablet

yang mengandung hormone estrogen dan progesterone,


36

atau hanya progesterone saja. Tergantung jenisnya,

metode kontrasepsi dengan pil KB, terdiri dari 21-35

tablet yang diminum dalam 1 siklus dan berkelanjutan.

Dalam 1 siklus terdapat pil yang mengandung hormone

(pil aktif) dan pil yang tidak menagndung hormone (pil

inaktif). Oleh karena itu, penting untuk minum pil

sesuai anjuran (Willy, 2018).

b) KB Implan

KB implant adalah jenih kontrasepsi hormonal yang

yang melepaskan hormone progesterone kedalam tubuh

untuk menvegah kehamilan, dengan cara menghalangi

pelepasan sel telur dari ovarium (Marianti, 2017).

c) KB Suntik

Suntik KB adalah kontrasepsi hormonal yang

mengandung hormone progesterone (progestin), yang

serupa dengan hormone alami wanita, yaitu

progesterone. Biasanya, suntik KB disuntikkan pada

bagian tertentu pada tubuh anda, seperti dipaha,

pundak, di bawah perut, atau lengan atas. Setelah

disuntukkan, kadar hormone akan meningkat dan

kemudian menurun secara bertahap hingga suntikan

selanjutnya. Berdasarkan jangka waktu, di Indonesia


37

terdapat duajenis suntik KB yang paling umum

digunakan, yaitu suntik Kb 1 bulan dan suntik KB 3

Bulan. Suntikan KB 3bulan mengandung hormone

progestin, sementara suntikan KB 1 bulan mengandung

kombinasi hormone progestin dan hormone estrogen

(Adrian, 2018).

d) IUD

IUD adalah alat kontrasepsi plastic berbentuk huruf T

berukuran kecil, yang ditempatkan di dalam Rahim

untuk mencegah kehamilan. prosedur pemasagan IUD

hanya bisa dilakukan aleh dokter, dan membutuhkan

waktu selama beberapa menit. Sebelumnya dokter

mungkin dokter memberikan obat oereda nyeri terlebih

dahulu guna membantu mengurangi rasa tidak nyaman

selama proses pemasangan IUD berlagsung.

Selanjutnya, vagina anda akan dibuka lebar dengan

menggunakan alat medis bernama speculum yang

menyerupai paruh bebek. Proses ini dilanjutkan dengan

membersihkan vagina pakai larutan antiseptic.

Menyuntikkan anestesi local ke leher Rahim, sembari

memasukkan alat steril yang disebut uterine sound atau

aspirator endometriosis untuk mengukur kedalaman


38

Rahim. Baru kemudian IUD yang telah dibengkokkan

bagian lengannya, dimasukkan ke dalam Rahim lelaui

vagina. Ketika sudah didalam Rahim, bagian lengan

IUD yang tadinya bengkok kemudian terbentang

hingga membentuk huruf T (Savitri, 2019).

3) Terapi obat non steroid

a) Ibuprofen

Merek dagang Ibuprofen : Arfen, Brufen, Farsifen,

Iprox, Proris, Prosinal, Spedifen, Arthrifen, Bufect,

Farsifen, Ostarin, Prosic, Rhelefen, Yariven

Kondisi : nyeri haid, Dewasa : 200-400 mg, 3-4 kali

sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari, atau

2400 mg dalam pengawasan dokter (willy, 2018).

b) Asam mefenamat

Merk deagang Asam mefenamat : Allogon, datan,

Femisic, Maxstan, Pehastan, Ponstan, Tropistan,

Asimat, Dogesic, Lapistan, Mefinal, Poncofen, Solasic

Kondisi : nyeri sedang hingga berat, sakit gigi, nyeri

pasca operasi, rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan

nyeri haid. Dewasa : 500 mg, 3 kali sehari, anak-anak

usia >6 : 25 mg/BB per hari (Willy, 2018).


39

b. Massage

Massage adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum,

sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Massage ini

dilakukan untuk mebuat otot-otot menjadi tidak tegang dan

hal itu membuat seseorang merasalebih nyaman ketika

mendapatkan perlakukan seperti hal tersebut. Massage

yang dilakukan untuk mengurangi dismenore dapat

dilakukan di daerah punggung, kaki atau betis. Rasa

nyaman yang diberikan dalam proses massage tadi

meninggalkan hormone endorphin (Morgan, 2009).

Massage sendiri itu adalah tindakan penekanan oleh tangan

pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen,

tanpa menyebakan pergeseran atau perubahan posisi sendi

guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau

meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi

gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan,

gerakan menekan dan mendorong kedepan atau kebelakang

menggunakan tenaga, menepuk-menepuk, memotong-

motong, meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk.setiap

gerakan menghasilakn tekanan, arah, kecepatan, posisi

tangan dan gerakan yang berbda-beda untukmenghasilkan


40

efek yang diinginkan pada jaringan yang dibawahnya

(Noni, 2009).

Endorphine massage dapat menurunkan nyeri dismenore

pada mahaiswi Jurusan Kebidanan Poltekes kemenkes

Tasikmalaya dengan nilai pre dan post sebesar 5.414

dengan signifikan sebesar 0,000 (Rahayu, 2017).

c. Terapi Dingin atau Panas

1) Terapi dingin

Kompres dingin merukan sebuah perlakuan dengan

meletakkan sebuah benda dingin pada permukaan kulit

bagian tubuh. Dampak fisiologisnya adalah vasokontriksi

pada pembuluh darah, mengurangi rasa nyeri, dan

menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot (Tamsuri,

2007).

Cara terapi dingin adalah dengan menggunakan kantong

dingin, atau minyak yang mendinginkan kulit dan sendi

(Junaidi, 2006),

Kompres dingin bekerja dengan menstimulasi permukaan

kulit untuk mengontrol nyeri. Terapi dingin yang diberikan

akan mempengaruhi impuls yang dibawa oleh serabut

taktil A-beta untuk lebih mendominasi sehingga “gerbang”

akaan menutup dan impuls nyeri akan terhalngi. Nyeri


41

dirasakan akan berkurang atau hilang untuk sementara

waktu (Prasetyo, 2010).

Secara fisiologis setelah pemberian aplikasi dingin terjadi

vasokontriksi arteriola dan norepinephrine sehingga

menurunkan rangang nyeri (Novita, 2010).

Untuk memberikan efek terapeutik yang diharapkan

(mengurangi nyeri), sebaiknya suhu tidak terlalu dingin

selain (±12⁰C), karena suhu yang terlalu dingin selain

meberikan rasa yang tidak nyaman juga dapat

menyebabkan frostbite/membeku (Tamsuri, 2007).

Jenis-jenis kompres dingin yang banyak digunakan

menurut Saputri (2015) antara lain :

a) Kompres dingin basah dengan larutan obat anti septik.

b) Kompres dingin basah dengan air biasa/air es

menggunakan handuk atau waslap.

c) Kompres dingin kering dengan kirbat es (eskap).

d) Kompres dingin berbasis jel.

e) Ice packs: merupakan kemasan yang dapat menyimpan

es dan membuat es tersebut dapat terjaga dalam waktu

relative lama diluar freezer daripada kemasan plastik.

f) Cold bath/water immersion : terapi mandi didalam air

dingin dalam jangka waktu maksimal 20 menit.


42

Prosedur pemberian kompres dingin adalah sebagai berikut

: meyiapkan peralatan antara lain baki, baskom berisi air

dingin, perlak, waslap 2 buah ; setelah peralatan siap

memberikan penjelasan kepada klien mengenai prasat yang

akan dilakukan. Pasang sampiran dan mendekatkan alat-

alat kepada klien. Sebelum tindakan cuci tangan dahulu,

pasang perlak di bawah bagian yang akan dikompres,

masukan waslap kedalam air dingin dan peras sampai

lembab, ganti waslap setiap kali washlap kering, komores

dilakukan selama 10 menit dan merapikannya jika telah

selesai kemudian cuci tangan (Kusyati, 2007).

1) Terapi Hangat

Kompres hangat adalah meberikan rasa hangta pada daerah

tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat

yang menimbulkan. Kompres hangat dengan suhu 45-

50,5⁰C dapat dilakukan dengan menempelkan kantung

berisi karet yang diisi dengan air hangat ke daerah tubuh

yang nyeri.Tujuan dari kompres hangat yaitu memberikan

perlakuan kepada seseorang untuk melunakan jaringan

fibrosa, membuat otot tubuh tidak tegang, menurunkan

nyeri, memperlancar pasokan aliran darah, memberikan

ketenangan dan kenyamanan (Kimin, 2009).


43

Persiapan Alat dan Bahan :

a) Cuci tangan

b) Isi kantung karet dengan air hangat dengan suhu 45-

50,5⁰C

c) Tutup kantung karet yang telah diisi air hangat

kemudian dikeringkan

d) Masukan kantung karet kedalam kain

e) Tempatkan kantung karet pada daerah pinggang dengan

posisi ibu miring kana atau miring kiri

f) Angkat kantung karet tersebut setelah 20 menit,

g) kemudian isi lagikantung karet dengan air hangat

lakukan kompres ulang jika ibu menginginkan

(Musrifatul, 2008).

Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, terapi kompres

hangat dilakukan selama 20 menit dengan 1 kali pemberian

dan pengukuran intensitas nyeri dilakukan dari menit ke

selama tindakan (Kusmiati, 2009).

Terapi hangat berfungsi untuk melebarkan pembuluh

darah, menstimulasi sirkulasi darah, dan mengurasi

kekakuan, selain itu, terapi hangat juga berfungsi

menghilangkan sensai rasa sakit. Terapi oanas dapat

dilakukan dengan air panas. Bisa dengan handuk hangat


44

atau kantong panas yang ditempelkan pada sendi yang

meradangg atau dapat juga dengan mandi atau berendam

dalam air yang panas.

Pada penelitian yang dilakukan Setiawati (2019)

menyatakan bahwa terdapat efektivitas kompres hangat

dan dingin terhadap nyeri dismenore pada siswi SMK

pertanian pembangunan Negeri Lampung di Lampung

Selatan dengan Nilai Uji T p-value 0,000.

d. Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulation (TENS)

Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulation (TENS) adalah

perangsangan saraf secara elektris melalui kulit.

Penggunaannya adalah dengan cara dua buah pasang dari

elektroda yang berperkeat dan diletakan di daerah punggung, di

kedua sisi dari tulang punggung. Mekanisme dari analgesia

TENS itu sendiri berupa rangsangan elektrik yang dapat

mengurangi rasa nyeri dengan cara menghambat dari nosiseptif

yang terdapat pada pre sinaps. Antinosiseptif merupakan efek

yang dihasilkan ketika diberikan TENS, hal itu terjadi melalui

peningkatan beta-endorphin dan metenkephalin (Susilo, 2010).

e. Distraksi

Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang

menyebakan nyeri, contoh : menyanyi, berdo’a menceritakan


45

gambit atau foto dengan kertas, mendengar music dan bermain

atau permainan. Tekni distraksi ini khususnya distraksi

pendengaran dapat merangsang peningkatan hormone

endorphin yang merupakan substansi sejenis morpin yang

disuplai oleh tubuh. Induvidu dengan endoprin banyak, lebih

sedikit merasakan nyeri dan individu dengan endoprin sedikit

dapat merasakan nyeri lebih besar (Rampengan, 2014).

Pada penelitian Safitri (2012) yang dilakukan pada siswi kelas

10 SMAN 1 Banjarnegara menyatakan bahwa Intensitas nyeri

sebelum terapi music klasik mayoritas pada skala nilai 6.

Setelah dilakukan terapi music klasik terjadi penurunan

intensitas nyeri mayoritas nilai nyeri pada skala3. Intensitas

nyeri sebelum dilakukan terapi music kesukaan mayoritas pada

skala 5. Nilai intensitas nyeri setelah dilakukan terapi music

klasik mayoritas pada skala 4. Namun tidak ada perbedaan

antara music klasik dan music kesukaan dengan dismenore.

f. Olahraga

Salah satu cara yang sangat efektif untuk mencegah nyeri

dismenore yaitu dengan melakukan olahraga. Beberapa latihan

dapat meingkatkan pasokan darah ke organ reproduksi

sehingga memperlancar peredaran darah. Olahraga teratur

seperti berkalan kaki, jogging, berlari, bersepeda, renang atau


46

senam aerobic dapat memperbaiki kesehatan secara umum dan

membantu menjaga siklus menstruasi teratur. Olahraga

setidaknya dilakukan tiga hingga empat kali seminggu,

khusunya selama paruh kedua siklus menstruasi (Solihatunisa,

2015).

Ada 3 latihan fisik yang dianjurkan ujtuk dapat mengurangi

dismenore yaitu latihan moderat seperti berjalan atau berenang,

latihan menggoyangkan panggul, dan latihan dengan posisi

lutut ditekukkan ke dada, berbaring terlentang atau miring

(Morgan, 2009).

Mengenai efektivitas senam dismenore pada penurunan

dismenore mahasiswi D III kebidanan Karawang menyatakan

bahwa terdapat perubahan derajat nyeri dari 60 responden yang

diteliti, 28,3% mengalami dismenore berat sebelum melakukan

senam dismenore terdapat penurunan menjadi 15%, selain dari

itu terdapat 1 responden yang ketika diberikan perlakuan

mengalami dismenore tingkat ringan, tetapi setelah diberikan

perlakukan rasa nyeri tersebut menghilang (tidak lagi

mengalami dimenore) (Rahayu, 2016).

Adapun gerakan senam untuk mengurangi dismenore tersebut

adalah sebagai berikut (Firdaus, 2017) :


47

1) Senam pose segi tiga

a) Diawali berdiri kemuadian kaki dibuka lebar dari

pinggul anda. Jari kaki kanan dan kiri mengarah pada

sudut 45 derajat. Tahan kedua kaki agar lurus sambil

bertumpu pada pinggul anda melalui kaki kanan.

b) Tarik badan anda ke kanan sejauh yang anda bisa untuk

mengatur panjangnya melalui tulang punggung anda.

c) Tempatkan tangan kanan diatas atau dibawah lutut dan

panjangkan lengan kiri langsung diatas bahu. Putar

pinggul kanan kedepan dan pinggul kiri ke belakang.

Anda bisa melihat lantai untuk meregangkan leher.

d) Tahan dalam 10 tarikan dan embusan napas untuk setiap

sisi, selama 3 sampai 5 kali. Tarik naps secara dalam

selama 30 detik dan ulangi hingga 3 kali disetiap sisi.

2) Posisi senam bulan setengah

a) Posisikan tubuh anda dengan menekuk lutut kanan dan

tempatkan ujung jari anda dari tangan kanan anda

dilantai atau dibalok sejajar kebawah bahu anda.

b) Angkat kaki kiri hingga ketinggian yang sama dengan

pinggul, sementara kaki kanan anda mulai diluruskan.

Anda juga bisa mengangkat kaki dan memperluas

lengan kaki anda menjamah keatas.


48

c) Ambil napas dalam-dalam, tahan posisi ini Selama 10

sampai 15 detik dan ulangi hingga 3 kali untuk

membuka daerah pinggul anda.

d) Posisi senam bentuk setengah bulan ini dapat membantu

menghentikan pendarahan berat dan meringankan kram

saat haid.

3) Posisi duduk wide-angle

a) Pertama duduk dilantai, kemudian lebarkan kaki anda,

lenturkan kaki dan rentangkan masing-masing ke

samping. Gerakan senam ini dapat membantu

meredakan nyeyri haid.

b) Setelah itu, letakkan tangan anda dilantai depan

hadapan anda. Buat bahu anda serileks mungkin. Tahan

selama 30 detik kemudian raih lengan anda dan lipat

kearah depan.

c) Katupkan tangan membentuk posisi salam atau bisa

juga anda tempatkan pada ujung masing-masing kaki.

Ketika melakukan gerakan ini maka otot paha, perut dan

tulang belakang akan tertarik. Dimana bagian-bagian

tersebut merupakan bagian yang paling sering

merasakan nyeri haid.


49

d) Tahan pose ini selama 2 sampai 5 menit untuk

mengurangi lelah tubuh dan mengatur aliran darah

menstruasi berjalan dengan lancer dan baik.

4) Gerakan berbaring mengikat

a) gerakan yang terakhir ini, bisa anda mulai dari posisi

duduk dengan telapak kaki anda menyentuh satu sama

lain. Jangan lupa gerakan pada dalam anda.

b) Boleh lanjut dengan bersandar, sehingga satu siku di

lantai, kemudian turunkan diri anda sehingga puinggung

anda posisinya beristirahat dilantai. Tahap matras atau

lantai. Lengan anda harus berada dalam posisi netral,

telapak tangan keatas.

c) Tutup mata anda dan mulai bernapas secara teratur.

Lakukan posisi ini selama yang anda inginkan.

d) Anda juga dapat menyelipkan bantal atau selimut dilipat

dibawah lutut atau paha, jika anda merasa butuh

tumpuan disisi tersebut.

e) Lakukan pose ini selama 5 sampai 10 menit bernapas

perlahan dan dalam untuk membuka daerah panggul

anda, mengurangi rasa kembung, kram, nyeri, dan

kelelahan punggung bawah saat nyeri haid mendera.


50

g. Relaksasi

Relaksasi ini dapat membantu tubuh untuk menghentikan

produksi hormone adrenalin dan semua hormone yang

perlukan saat seseorang mengalami stress, karena hormone

esterogen dan progesterone serta hormone adrenalin

diproduksi dari blok kimiawi yang sama, ketika kita

mengurangi stress. Relaksasi merupakan cara yang digunakan

untuk membantu manusia megurangi reaktivitas fisiologis yang

menimbulkan masalah bagi dirinya. Relaksasi pernafasan

dalam penelitian ini meliputi kesadaran pernafasan dan

pernapasan dalam (Mc Kay. 1995)

Kesadaran pernapasan dilakukan dengan cara menyadari

proses keluar ,masuknya udara melalui hidung, tenggorokan,

paru-paru, dan diafragma. Dengan melakukan pernapasan

dapat mengurangi kecemasan. Apabila jumlah udara segar

yang masuk paru-paru tidak mencukupi, darah tidak akan

dibersihkan sebagaimana seharusnya. Kurangnya oksigen

dalam darah memperbesar kemungkinan terjadinya kecemasan,

depresi, kelelahan yang sering membuat situasi kecemasan

sulit diatasi. Latihan pernapasan telah terbukti efektif

mengatasi berbagai gejala kecemasan, depresi, gangguan

emosi, tegang otot dan kelelahan.


51

Prosedur penatalaksanaan teknikrelaksasi genggam jari

dilakukan selama 15 menit dengan tahapan antara lain :

1) Duduk atau baring dengan tenang.

2) Genggam ibu jari tangan dengan telapak tangan

sebelahnya apabila merasa khawatir yang berlebihan,

gangguan jari.

3) Telunjuk dengan telapak tangan sbelahnya apabila

merasa takut yang berlebihan, dan genggam

jarikelingking dengan telapak tangan sebelahnya

apabila merasa stress berlebihan.

4) Tutup mata, focus, dan tarik nafas perlahan dari hidung,

hembuskan perlahan dengan mulut. Lakukan berkali-

kali.

5) Katakana, “semakin rileks, semakain rileks, semakin

rileks, semakin rileks”, dan seterusnya sampai benar-

benar rileks.

6) Apabila sudah dalam keadaan rileks, ;lakukan

hipnopuntur yang diinginkan seperti, “saya ingin sakit

saya segera hilang”. Gunakan perinyah sebaliknya

untuk menormalkan pikiran bawah sadar. Contohnya,

“pada saat saya bangun, saya akan lebih segar dan mata

saya akan dapat terbuka dengan mudah”.


52

7) Lepas genggaman jari dan usahakan rileks.

Lakukan teknik relaksasi yang sederhana seperti bernafas

dalam-dalam dan pelan. Berbagia cara untuk relaksasi

diantaranya adalah dengan meditasi, yoga, mendengarkan

music, dan hypnotherapy . relaksasi juga dapat dilakukan untuk

mengontrol system saraf (Anugroho, 2011).

h. Imajinasi

Guided imagery merupakan satu teknik terapi tindakan

keperawatan yang dilakukan dengan mengajak pasien

berimajinasi membayangkan sesuatu yang indah dan tempat

yang disukai atau pengalihan perhatian terhadap nyeri, yang

bisa dilakukan dengan posisi duduk atau berbaring dengan

mata dipejamkan dan memfokuskan perhatian dan

berkonsentrasi. Sehingga tubuh menjadi rileks dan nyaman

(Ratnasari, 2012).

i. Pengobatan Herbal

Pengobatan herbal tergolong pengobatan yang paling diminati

oleh masyarakat. Disamping biaya yang murah, pengobatan

herbal bisa dilakukan dengan mudah. Pengobatan herbal dapat

dilakukan dengan membuat minuman dari tumbuh-tumbuhan

seperti kayu manis (mengandung asam sinemik untuk

meredakan nyeri), kedelai (mengandung phytoestrogens untuk


53

menyeimbangkan hormon), cengkeh, ketumbar, kunyit, bubuk

pala, jahe (Nugroho. 2011).

Pada sisiwi SMAN 9 Pekanbaru yang menyatakan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata intensitas

nyeri dismenorea pada kelompok eksperimen dan kelompok

control sesudah pemberian rebusan kunyit asam (Suciani,

2014).

Pada penelitian lainnya menggunakan temulawak dan asam

jawa oleh Pratiwi (2017) menyatakan bahwa pemberian

rebusan temulawak dan asam jawa berpengaruh terhadap

penurunana nyeri haid atau dismenorea pada siswi kelas 1 di

SMA Muhammadiyah 3 Yogyajakarta.

Sementara juga penelitian lainnya yang dilakukan oleh Delta

menggunakan rebusan daun papaya menyatakan bahwa rata-

rata intensitas nyeri sebelum diberikan rebusan daun papaya

pada kelompok eksperimen adalah 3,91 dan kelompok control

5,11. Sedangkan rata-rata intensitas nyeri setelah diberikan

rebusan daun papaya pada kelompokeksperimen 2.05 dan

kelompok control adalah 4,73. Hasil ini menunjukkan bahwa

rebusan daun papaya efektif mengurangi dismenore.


54

j. Pembedahan

Terapi pembedahan pada penderita dismenore merupakan

pilihan jika dengan terapi farmakologis dan non-farmakologis

tidak berhasil sehingga diperlkannya tindakan pembedahan

dalam menangani dismenore. Terapi pembedahan yang dapat

dilakukan antara lain : laparoskopi (Laparoscopic Uterine

Nerve Ablation). Histerektomi, presakral neurektomi (Dawood,

2006; Cunningham, 2008; Levebre, 2005).

Ketika seseorang perempuan melakukan histerektomi maka dia

tidak akan lagi mengalami dismenore, namun hal tersebut

dapat menyebabkan perempuan tersebut mengalami infertil

dimasa yang akan datang (J.O.Schorge, 2008).

9. Pengukuran Skala Nyeri

1) Verbal Rating Scale (VRS)

Alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk menggambarkan

level intensitas nyeri yang berbeda, range dari “no pain”

sampai “nyeri hebat” (estreme pain). VRS dinilai dengan

memberikan angka pada setiap sifat sesuai dengan tingkat

intensitas nyerinya.

“Gambar Skala Verbal Scale (VRS)”


55

2) Visual Analog Scale (VAS)

VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk

memeriksa intensitas nyeri secacra khusus meliputi 10-15 cm

garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas

(ujung kiri diberi tanda “no pain” dan ujung kanan diberi tanda

“bad pain”

“Gambar Visual Analog Scale (VAS)”

3) Numeric Rating Scale (NRS)

Suatu alat yang meminta pasien untuk menilai nyerinya sesuai

dengan level intensitas nterinya pada skala numeral 0-10.

Angka 0 berarti “no pain” dan 10 berarti “severe pain” (nyeri

hebat).

“Gambar Numeric Rating Scale”

4) Face Pain Score

Terdiri dari 6 gambar skala wajah kartun yang tersenyum

untuk “tidak nyeri” sampai wajah yang berlinang air mata

untuk nyeri paling buruk”.


56

“Gambar Skala Face Pain Score”

C. Konsep Dasar Ktivitas belajar

1. Definisi Aktivita Belajar

Menurut Rintayabti (2010), aktivitas belajar adalah usaha

meningkatkan prestasi dalam belajar yang melibatkan fisik dan mental yang

terdiri dari atas aktivitas visual, oral mendengarkan, menulis, menggambar,

motorik dan aktivitas emosional. Aktivitas belajar merupakan suatu

kegiatan yang ada dalam sebuah proses belajar, didalamnya sudah termasuk

kegiatan atau aktivitas fisik maupun psikis (Rohmat, 2013).

Belajar merupakan suatu upaya seseorang untuk mengembangkan diri

demi kebutuhan yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar

sedangkan aktivitas belajar adalah seseorang dapat melakukan sebuah

tugas, aktif dalam pembelajaran dan dapat memperhatikan (Maradona,

2016).

Aktivitas merupakan salah satu kegiatan untuk mencapai suatu

keberhasilan belajar. Kegiatan yang termasuk didalamnya adalah

mendengarkan penjelasan, berdisikusi, bertanya, menjawab pertanyaan,

mengerjakan dan bertanggung jawab akan tugas dan lain-lain (Sinta, 2015).

Dalam (KBBI), aktivitas diartikan sebagai sebuah keaktifan atau kegiatan

sedangkan belajar adalah usaha memperoleh suatu kepandaian atau ilmu.


57

Sehingga aktivitas belajar dapat diartikan sebagai sebuah keaktifan

seseorang dalam berusaha memperoleh kekepandaian atau ilmu.

2. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Menurut Masyita (2016), faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar dapat

dikategorikan kedalam 3 kategori yaitu :

1) Faktor internal

Faktor ini berasal dari dalam diri individu tersebut yang meliputi

beberapa aspek yaitu fisiologis dan psikologis.

a) Aspek Fisiologis

Kondisi kesehatan jasmani seorang individu sangat berpengaruh

pada aktivitas belajarnya. Badan yang kurang sehat atau lemas,

pusing ataupun gejala-gejala lain yang menjadi bentuk kondisi

kesehatan yang tidak baik, dapat menurunkan kemampuan kognitif

individu saat menerima suatu materi pembelajaran. Masalah atau

gejala-gejala kesehatan yang menurun juga dapat mempengaruhi

semangat, minat dan intensitas belajar individu yang berdampak

dengan penurunan keaktifan dalam proses pembelajaran.

b) Aspek psikologis

Aspek ini berhubungan dengan kondisi mental individu. Ada banyak

faktor psikologis yang mempengaruhi aktivitas belajar. Dari semua

faktor itu aspek-aspek psikologis yangpaling utama terdiri dari

intelegensi, perhatian, minat, bakat dan motivasi.


58

2) Faktor Eksternal

Faktor ini berasal dari luar diri individu. Faktor ini terbagi dua yaitu

faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.

a) Faktor lingkungan sosial

Faktor lingkungan sosial ini melibatkan orang-orang yang ikut

dalam proses pembelajaran, baik tenaga pendidik, staf ataupun

pertemanan. Sikap dari pihak-pihak yang terkait

dapatmempengaruhi aktivitas belajar individu. Semakin positif sikap

dari orang-orang disekitar akan menjadi daya dorong yang positif

bagi individu melakukan aktivitas pembelajaran.

b) Faktor lingkungan non-sosial

Faktor lingkungan non-sosial ini lebih kepada fasilitas-fasilitas

pembelajaran mulai dari gedung baik letak dan fasilitas yang ada

didalamnya, alat-alat pembelajaran, keadaan cuaca dan suasana

tempat belajar.

3. Jenis-jenis Aktivitas

Menurut Sardiman (2009), aktivitas mencakup akttivitas yang bersifat fisik

maupun mental. Menurut Sardiman (2009) dikatakan bahwa aktivitas

belajar digolongkan menjadi tujuh aktivitas yaitu :


59

1) Visual Activities

Dalam ktegori visual ini, aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas

seperti membaca, memperhatiakan gambar dan memperhatikan

demostrasi yang dilakukan pengajar.

2) Oral Aktivities

Kategori ini berupa kumpulan kegiatan yang dilkukan secara lisan.

Kegiatan lisan yang dimaksud yaitu bertanya, mengutarakan pendapat,

memberi saran, berdisikusi dan kegiatan lainnya yang bersifat lisan.

3) Listening Activities

Mendengarkan merupakan hal utama dalam aktivitas dalam kategori

ini. Hal-hal yang didengarkan dalam aktivitas belajar ini yaitu

penjelasan, diskusi, pidato, percakapan dan aktivitas lain yang perlu

didengarkan dalam proses belajar mengajar.

4) Writing Activities

Aktivitas yang atau ini yaitu menulis. Dalam hal ini diharapkan

mampu menyalin penjelasan yang sudah diberikan, laporan, karangan

dan hal lainnya yang perlu untuk ditulis untuk mendukung proses

belajar mengajar

5) Motor Activities

Aktivitas ini mengutamakan fungsi motoric. Dimana aktivitas

didalamnya yaitu melakukan percobaan, mendemonstrasi suatu hal

dan hal lainnya yang memerlukan kemampuan motoric seseorang


60

6) Mental Activities

Dalam hal ini, diharapkan seseorang mengasah kemampuan mentalnya

seperti menanggapi suatu hal, dapat memecahkan suatu masalah yang

diberikan, menganalisis dan berani mengambil sebuah keputusan.

7) Emotional Activities

Aktivitas ini berhubungan dengan emosi yang dimiliki seseorang

dalam proses belajar mengajar. Emosi yang dimaksud yaitu rasa

bersemangat, bergairah, gembira, tenang, gugup atau mungkin merasa

bosan.

D. Hasil Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rina Dewi Anggraeni, Wiwin Lismidiati,

dan Titok Harjanto (2017) yang meneliti tentang Hubungan Nyeri

Menstruasi dengan Konsentrasi Belajar pada Siswi SMA Negeri di

Wilayah Cangkringan. Sebagian besar responden mengalami nyeri

menstruasi ringan (75,7% pada siklus pertama dan pada 59,5% siklus

kedua). Pada masa luteal (14 hari terakhir masa menstruasi) sebagian besar

responden memiliki konsentrasi belajar yang baik (68% pada siklus pertama

dan 78% pada siklus kedua). Pada fase menstruasi, sebagian besar

responden mengalami kurang konsentrasi (76% pada siklus pertama dan

78% pada siklus kedua). Hasil uji korelasi Pearson memperlihatkan

hubungan yang signifikan antara nyeri menstruasi dengan konsentrasi

belajar siswi (p= 0,000, r = -0,663). Kesimpulan: Terdapat hubungan


61

signifikan antara nyeri menstruasi dan konsentrasi belajar siswi di salah satu

SMA Negeri di Kecamatan Cangkringan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Khairun Nadirah dan Faried

Rahman Hidayat (2020) yang meneliti tentang Hubungan Nyeri Haid dan

Pengetahuan tentang Penanganan Disminore dengan Aktivitas Belajar pada

Mahasiswi Prodi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Kalimantan Timur Samarinda. Karakteristik responden mahasiswi Prodi

Ilmu Keperawatan Unjversitas Muhammadiyah Kalimantan Timur 18 tahun

sebanyak 32 responden (17%), responden dengan usia 19 tahun 51

responden (27%), responden dengan usia 20 tahun sebanyak 49 responden

(26.1%), dan dengan usia 21 tahun 37 responden (19.7%), dengan usia 22

tahun sebanyak 19 responden (10.1%). Sedangkan dilihat dari sumber

informasi didapatkan responden yang sumber informasi dai media yaitu 51

responden (27.1%), ari teman 10 responden (55.9%), tidak mendapat

infromasi 21 responden (11.2%) sedangkan didapatka dari lainnya 11

responden (59%).Krakteristik responden nyeri haid pada mahasiswi

diperoleh bahwa responden yang mengalami nyeri haid ringan sebanyak 58

responden (30.9%), nyeri haid sedang 104 responden (55.3%), sedangkan

nyeri haid berat 26 responden (13.8%).Karakteristik responden pengetahuan

tentang penanganan disminore pada mahasiswi diperoleh bahwa responden

yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 13 responden(6.9%),

pengetahuan cukuo sebanyak 111 responden (59%), sedangkan pengetahuan


62

kurang sebanyak 64 responden (34%).Karakteristik responden aktivitas

belajar pada mahasiswi diperoleh bahwa respondne yang mengalami

aktivitas belajar tidaj terganggus ebanyak 95 responden (50.5%), sedangkan

responden yang mengalami aktivitas belajar terganggu sebanyak 93

responden (49.5%)Terdapat hubungan yang bermakna antara nyeri haid

dengan aktivitas belajar pada mahasiswi Prodi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Samarinda Terdapat

hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang penanganan

disminore dengan aktivitas belajar pada mahasisiwa Ilmu Kperawatan

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Samarinda.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Clara Wulanda, Amir Luthfi, dan Ridha

Hidayat (2020) yang meneliti tentang Efektivitas Senam Dismenore Pada

Pagi dan Sore Hari Terhadap Penanganan Nyeri Haid Pada Remaja Putri

Saat Haid Di SMPN 2 Bangkinang Kota. Populasi dalam penelitian ini

adalah siswi kelas VIII yang berjumlah 126 siswi dengan sampel sebanyak

20 responden menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu purposive

sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan lembar observasi skala

nyeri haid, kuesioner dan SOP gerakan senam dismenore. Analisis data

yang digunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji wilcoxon. Hasil

penelitian didapatkan perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan senam

dismenore pada pagi hari yaitu -3,804 dan perbedaan sebelum dan sesudah

dilakukan senam dismenore pada sore hari yaitu -5,239, dengan demikian
63

senam dismenore pada sore hari lebih efektif dilakukan daripada senam

dismenore pada pagi hari dalam menurunkan nyeri haid saat haid dengan p

value 0,000. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan

penyuluhan atau promosi kesehatan tentang kesehatan reproduksi

perempuan khususnya penatalaksanaan dismenore dengan senam dismenore

sebagai terapi non farmakologi yang tidak berdampak negatif bagi tubuh.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Zofia Barcikowska, Karolina W ojcik-

Bilkiewicz, Agnieszka Sobierajska-Rek, Magdalena Emilia Grzybowska,

Piotr Waz, and Katarzyna Zorena (2020) yang meneliti tentang Dismenore

dan Faktor Terkait di antara Wanita Polandia. Berdasarkan penelitian pada

penilaian terhadap prevalensi dismenore dan faktor-faktor yang terkait di

antara wanita Polandia. Tema pengelolaan peserta 23 ± 4tahun. Dari total

1.317 perempuan yang ikut studi, 1.127 dimasukkan dalam analisis, dan

190 dikecualikan karena jawaban lengkap. Data sosiodemografi terkait

pertama seperti usia, berat badan, pendidikan, dan tempat tinggal (perkotaan

atau pedesaan). Bagian kedua dari permintaan tersebut dipastikan menjadi

faktor dismenore (sindrom pramenstruasi, usiamenarke, dan riwayat

keluarga dismenore.). Pada bagian ketiga, wanita ditanya tentang pola

makan, asupan alkohol, merokok, dan aktivitas fisik.Hasil Dismenorea

mempengaruhi 94% wanita yang diwawancarai Dismenore paling mungkin

terjadi di antara responden yang ibunya memiliki riwayat dismenore (p

<0,005). Hubungan yang signifikan antara kejadian dismenore antara


64

responden dan saudara perempuan mereka juga diamati (p <0,005).

Prevalensi sindrom pramenstruasi (PMS) secara signifikan lebih tinggi pada

wanita yang melaporkan dismenore (p <0,005). Faktor signifikan lain yang

terkait dengan dismenore adalah usia menarche (p <0,005), frekuensi stres

(p 0,005), kurangnya aktivitas fisik (p 0,037), dan harga diri (p 0,042).

Namun, pada responden, tidak ada hubungan yang signifikan yang diamati

antara dismenore dan diet, merokok, indeks massa tubuh, dan asupan

alkohol. Kesimpulan. Studi ini menunjukkan fakta bahwa masalah

dismenore memengaruhi banyak wanita Polandia. Wanita dengan

dismenore ditandai dengan riwayat keluarga dari dismenore, kejadian PMS,

usia dini menarche, gaya hidup stres, kurangnya aktivitas fisik, dan harga

diri yang rendah. Kami menyarankan bahwa penilaian lebih lanjut dari

faktor-faktor yang berkontribusi untuk dismenore pada wanita diperlukan.


65

E. Kerangka Teori

Tabel. 2.1 Kerangka Teori Faktor yang


Jenis Pengetahuan memepengaruhi
pengetahuan
1. Pengetshuan non
ilmiah 1. Usian
2. Pengetshuan 2. Pendidiksn
ilmiah 3. Pengalaman
Tingkat
3. Pengetahuan 4. Informasi
Pengetahuan
Neosis (filsafat) 5. Sosial, budaya,
Sumber Pengetahuan
1. Tahu 4. Pengetahuan ekonomi
2. Memahami 1. Empirisme agama 6. lingkungan
3. Aplikasi 2. Rasionalisme
4. Analisis 3. Intuisi
5. Sintesis 4. wahyu

Klasifikasi
Dismenore

pengetahuan

Kongestif Spasmodik

Penanangan
Aktivitas Belajar Faktor yang mempengaruhi
Primer Dismenore
aktivitas belajar
Penanganan dismenore
Sekunderr 1. Faktor internal
1. Obat-obatan 2. Faktor eksternal
2. Massage
3. Terapi
Derajat Dismenore dingin&panasa Jenis-jenis aktivitas
4. TENS
1. Dismenore ringan
5. Distraksi 1. Visual ktivities
2. Dismenore sedang
6. Olahraga 2. Oral aktivities
3. Dismenore berat
7. Relaksasi 3. Listening aktivities
8. Imajinasi 4. Writing aktivities
9. Pengobatan herbal 5. Motor aktivities
10. pembedahan 6. Mental aktivities
7. Emotional aktiaktivities
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian

dan merupakan refleksi dan hubungan variabel yang diketahui (Swarjana,

2013). Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teori maka diperoleh

gambaran dan kerangka konsep yang dalam penelitian ini peneliti ingin

mengetahui lebih lanjut tentang Hubungan Nyeri Haid dan Pengetahuan

tentang Penanganan Dismenore dengan Aktivitas Belajar pada Siswi Kelas 10

Jurusan Keperawatan SMK Kesehatan Letris Indonesia 2. Kerangka konsep

yang peneliti ajukan sebagai berikut :

Variable Independen Variabel Dependen

Pengetahuan tentang
Dimenore
Penanganan Dimenore
Aktivitas Belajar
Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan

: Di teliti

: Di teliti hubungan
67

B. Definisi Operasional

Azis (2013) dalam Firka 2020 menjelaskan definisi operasional adalah

mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang

diamati sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi

operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam

penelitian. Dari uraian materi dan kerangka konsep yang telah dibuat, maka

variabel yang akan diteliti dapat dilihat dibawah ini.

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur


Operasional
Variabel Independen
Tingkat Kuesioner Responden Ordinal
pemahaman tertutup dengan mengisi google
dan bentuk form yang telah
pengaplikasia dibuat oleh
pertanyaan
n informasi peneliti, terdiri
tentang multiple choice dari 15
segala (Whardani, Pertanyaan
sesuatu 2018). Dan yang
tentang nyeri harus diketahui Skor untuk
1. Pengetahu haid adalah : jawaban pada
an tentang (Wardhani, 1. Pengerti tingkat
Dimenore 2018). pengetahuan :
an
1. Jawaban
tentang benar : 1
nyeri 2. Jawaban
haid salah : 0
2. Faktor Hasil dari skor :
penyeba 1. Kurang
b nyeri (jawaban
haid
benar
3. Penanga
nan nyeri skor
68

haid <56%)
2. Cukup
(jawaban
benar
skor
56%-
75%)
3. Baik
(jawaban
benar
skor
>76%-
100%)
Sikap Kuesioner Menjawab Nominal
remaja putri dengan skala pertanyaan di
bagaimana likert (Theresia, google form
cara
2018). Dengan denagn 20
menangani
Dismenore kategori : pertanyaan
2. Penangana Untuk Dengan skor
n pertanyaan penanganan
Dismenore positif Dismenore :
1. Sangat 1.Positif
setuju (skor
(SS) : >44,5)
Nilai 2.
skala 1 Negatif
2. Setuju (skor
(S) : <44,5)
Nilai Menjawab
skala 2 pertanyaan
3. Tidak dengan
setuju : memberikan
Nilai tanda (√)
skala 3 cheklist atau
4. 4. Sangat centang.
69

tidak
setuju :
Nilai
skala 4
Untuk
pertanyaan
negatif
1. Sangat
setuju
(SS) :
Nilai
skala 1
2. 2. Setuju
(S) :
Nilai
skala 2
3. 3. Tidak
setuju
(TS) :
Nilai
skala 3
4. 4. Sangat
tidak
setuju
(STS) :
Nilai
skala 4
Variabel Independen
Kegiatan - Kuesioner Menjawab Interval
kegiatan dengan skala pertanyaan di
dalam proses likert dengan google form
belajar empat pilihan
dengan 18
Aktivitas (Caesarina, jawaban
pemberian skor pertanyaan
2020).
Belajar pada setiap Kategori :
pernyataan 1. aktivitas
positif dimulai belajar tidak
dari terganggu
1. Selalu 2. aktivitas
mendapa
belajar
t skor 4,
2. sering terganggu
70

mendapa Menjawab
t skor 3, pertanyaan
3. jarang dengan
mendapa memberikan
t skor 2 tanda (√)
4. dan tidak cheklist atau
5. pernah centang.
mendapa
t skor 1
dimana
penggun
aan
empat
pilihan
jawaban
ini telah
disesuaik
an
dengan
kebutuha
n peneliti
sebelum
nya

Tabel. 3.1 Definisi Operasional

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiono, 2017).

Dalam penelitian ini diajukan sebuah hipotesis sebagai jawaban sementara

terhadap permasalahan yang telah dikemukakan yaitu :


71

- Hipotesis nol (Ho) : tidak ada hubungan antara nyeri haid dan

penanganan dismenore denagan aktivitas belajar pada siswi kelas 10

jurusan keperawatan SMK Kesehatan Letris Indonesia 2.

- Hipotesis alternatif (Ha) : ada hubungan antara nyeri haid dan

penanganan dismenore dengan aktivitas belajar pada siswi kelas 1o

Jurusan Keperawatan SMK Kesehatan Letris Indonsia 2.

- Hipotesis nol (Ho) : tidak ada hubungan pengetahuan dan penanganan

dismenore dengan aktivitas belajar pada siswi kelas 1o Jurusan

Keperawatan SMK Kesehatan Letris Indonsia 2.

- Hipotesis alternatif (Ha) : ada hubungan antara pengetahuan dengan

penanganan dismenore dengan aktivitas belajar pada siswi kelas 1o

Jurusan Keperawatan SMK Kesehatan Letris Indonsia 2.

BAB IV
72

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-

sectional yang merupakan suatu penelitian yang mempelajari korelasi antara

paparan atau faktor risiko (independen) dengan akibat atau efek (dependen),

dengan pengumpulan data dilakukan bersamaan secara serentak dalam satu

waktu antara faktor risiko dengan efeknya (point time approach), artinya

semua variabel baik variabel independen maupun variabel dependen

diobservasi pada waktu yang sama (KEMENKES, 2018).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Kesehatan Letris Indonesia 2.

2. Waktu penelitian

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini dimulai pada

bulan April-Mei 2021.

C. Populasi dan Sampel.


73

1. Populasi

Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran,

baik kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai

sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Usman, 2006). Populasi yang

akan diteliti adalah seluruh siswi kelas 10 Jurusan Keperawatan yang

berjumlah 133 siswi SMK Kesehatan Letris Indonesia 2.

2. Sampel

Sugiyono (2018) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun besar

sampel dalam penelitian ini ditetapkan dalam menggunakan rumus slovin

sebagai berikut

n= N

1+ N e²

Keterangan :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan (0,05)

Perhitungan Sampel :

n= 133

1 + 133 (0,05)²

n= 1 33
74

1 + (133 x 0,0025)

n= 133

1,3325

= 99,8 dibulatkan menjadi 100 Mahasiswa

Jadi jumlah sampel yang diambil adalah 100 mahasiswa.

Pada sampel penelitian ini akan menggunakan teknik Probability

Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang

yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Dengan menggunakan teknik Simpel Random Sampling

merupakan Pengambilan sampel secara acak sederhana setiap individu

dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel.

Teknik sampling acak sederhana merupakan teknik yang populer

dibandingkan teknik lainnya dalam penelitian sains. Teknik ini biasanya

menggunakan metode undian (Masturoh, 2018).

a. Kriteria Inkulsi

1) Siswi aktif SMK Kesehtan Letris Indonesia 2

2) Siswi jurusan Keperawatan

3) Siswi Kelas 1 (10)

4) Siswi bersedia menjadi responden penelitian


75

b. Kriteria Eksklusi

1) Siswi bersedia mengisi kuesioner

2) Siswi sudah tidak aktif bersekolah di SMK Kesehatan Letris

Indonesia 2

D. Instrumen dan cara Pengumpulan Data

1. Instrumen Pengumpulan Data

Intrumen pengumpulan data adalah instrument yang digunakan untuk

mengukur nilai variabel yang diteliti (Sugiono, 2010). Instrumen

pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila

peneliti memahami variabel yang akan diukur dan jawaban apa yang

diharapkan dari responden (Iskandar, 2018).

a. Kuesioner Pengetahuan Dismenore, untuk kuesioner pengetahuan

dilakukan kepada 15 remaja di pondok Pesantren Al-Hikmah

Geger madiun, dengan 15 pertanyaan. Hasil uji validitas

dinyatakan valid karena r hasil > r table 0,5. Dalam uji reabilitas

kuesioner tingkat pengetahuan sebagai nilai r alpha >0,90 maka

pertanyaan tersebut reliable (Wardhani, 2018).

b. Kuesioner penanganan Dismenore, Sebuah instrument dikatakan

valid apabila nilai r hitung lebih besar dari r tabel dan bernilai

positif pada taraf signifikan 5%. untuk kuesioner penanganan

Dismenore dilakukan Uji kepada remaja putri di SMA Methodist


76

12 Medan sebanyak 30 orang, dengan 20 pertanyaan

menggunakan korelasi product moment, maka taraf signifikan

adalah 0,444 (n=30, α=0,05) (Theresia, 2018).

c. Kuesioner Aktivitas Belajar, kuesioner ini terdiri dari 18

pertanyaan. Uji validitas instrumen ini telah dilakukan oleh Dosen

Departemen Keperawatan Maternitas yaitu Ibu Farida Linda Sari

Siregar, S.Kep,Ns, M.Kep di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara. Peneliti juga telah melakukan penghitungan hasil

uji validitas instrumen dengan menggunakan content validity index

(CVI) dengan koefisien validitas isi Aiken’s. Didapatkan hasil

validitas instrument Aktivitas Belajar adalah 0,93 maka dapat

dikatakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah

valid (Caesarina, 2020).

2. Jenis Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung

dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau

data baru yang up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti

dapat mengumpulkannya dengan menggunakan teknik wawancara,

observasi, diskusi kelompok terarah, dan penyebaran kuesioner

(Masturoh, 2018).
77

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data

sekunder dapat diperoleh dari jurnal, lembaga, laporan, dan lain-lain

(Masturoh, 2018).

3. Tehnik Pengumpilan Data

Pengumpulan data dilakukan di SMK Kesehatan Letris Indonesia 2

Tangerang sebagai berikut :

a. Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat surat studi

pendahuluan dan izin penelitian yang berasal dari STIKes Widya

Dharma Husada Tangerang.

b. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Prodi

Keperawatan SMK Kesehatan Letris Indonesia 2 Tangerang

berdasarkan surat pengantar dari ketua STIKes Widya Dharma Husada

Tangerang.

c. Membuat pertanyaan kuesioner secara online melalui google form

d. Peneliti meminta bantuan kepada pihak yang lebih berhak untuk

menyebarkan kuesioner google form

e. Responden diberi penjelasan tentang cara mengisi kuesioner melalui

google form

f. Peneliti memeriksa kelengkapan kuesioner setelah responden

mengirim tanggapan google form


78

g. Daftar pertanyaan yang telah dilengkapi jawaban dikumpulkan untuk

pengolahan data melalui proses tabulasi dan kemudian dianalisa

dengan alat bantu komputer.

E. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah bagian dari penelitian setelah pengumpulan data.

Pada tahap ini data mentah atau raw data yang telah dikumpulah dan

diolah atau dianalisis sehingga menjadi informasi (Masturoh, 2018).

Data yang sudah dikumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Editing

Editing dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat

kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data maka diperbaiki

dengan memeriksa kembali dan dilakukan pendataan ulang.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pembagian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

c. Entry

Entry merupakan kegiatan mengisi kolom-kolom atau kotak lembar

kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing

pertanyaan yang dimasukkan ke dalam program komputer.


79

d. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan –

kemungkinan adanya kesalahan – kesalahan kode, ketidak lengkapan,

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analaisa Data

a. Analisa Univariat

Jenis analisi ini digunakan untuk penelitian satu variable. Analisis ini

dilakukan terhadap penelitian deskriptif, dengan menggunakan statistic

deskriptif. Hasil penghitungan statistic tersebut nantinya merupakan

dasar dari perhitungan selanjutnya.

b. Analisa Bivariat

Jenis analisa ini digunakan untuk melihat hubungan dua variabel.

Kedua variabel tersebut merupakan variabel pokok, yaitu variabel

pengaruh (bebas) dan variabel terpengaruh (tidak bebas).

c. Analisa Multivariat

Sama dengan analisis bivariate, tetapi pada multivariate yang

dianalisis variabelnya lebih dari dua. Tetap mempunyaidua variabel

pokok (bebas dan tidak bebas), variabel bebasnya memilikisub-sub

variabel
80

F. Etika Penelitian

Etika penelitian mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap

subjek peneliti serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat.

Peneliti dalam melakukan penelitian hendakanya berpegang teguh pada etiak

peneliti9an, meskipun penelitian yang dilakukan tidak merugikan atau

membahayakan subjek (Notoatmodjo, 2012). Secara garis besar dalam

melakukan penelitian prinsip-prinsip yang harus dipegang adalah :

1. Kebiasaan (Confidentiality)

Setiap orang memiliki dasar individu termasuk privasi dan kebebasan

individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu peneliti tidak boleh

menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan subjek.

Peneliti cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas pasien

(Notoadmodjo, 2012). Dalam peneliti ini peneliti menggunakan coding

untuk pengganti identitas respinden.

2. Prinsip manfaat benefit)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitisn pada khususnya.

Peneliti hendaknya berusaha meminimalisir dampak yang merugikan bagi

subjek.

3. Prinsip keadilan dan keterbukaan (respect for justice on inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh oneliti dengan kejujuran,

keterbukaan dan keterhati-hatian. Untuk itu lingkungan peneliti perlu


81

dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan yaitu menjelaskan

prosedur penelitian. Prinsip keadilan menjamin bahwa semua subjek

penelitian memperoleh perlakuan dan keuntunga yang sama, tanpa

membedakan agama, etnis dan sebagainya (Notoadmodjo, 2012).

G. Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan hanya sebatas untuk menguji hubungan nyeri haid

dan pengetahuan tentang penanganan dismenore pada siswi kelas 10 jurusan

keperawatan SMK Kesehatan Letris Indonesia 2 Tangerang tanpa melihat

faktor lain yang mungkin berpengaruh pada aktivitas belajar. Dan diharapkan

penelitian selanjutnya bisa mengembangkan penelitian dengan variabel terkait

lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Setiawan A, Tejo (2016). Berilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Relasi

Inti Media

Fitriani. (2019). Panduan Penanganan Dismenore. Yogyakarta :

Deepublish

Nuraeni Rina. (2017). Keperaatan Maternitas. Cirebon : LovRinz

Publishing

Shilphy a. Octavia. (2020). Motivasi Belajar Dalam Perkembangan

remaja. Yogyakarta : Deepublish

Dr. Siyoto Sandu. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta :

Literasi Media Publishing

Masturoh Imas. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Kemenkes

Kesehatan Republik Indonesia

2. Jurnal

Nadirah (2020). Hubungan Nyeri Haid dan Pengetahuan tentang

Penanganan Dismenore dengan Aktivitas Belajar pada

Mahasiswi Prodi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Kalimantan Timur Samarinda. 1(3)

Anggraeni (2017). Hubungan Nyeri Menstruasi dengan Konsentrasi

Belajar pada Siswi SMA Negeri di Wilayah Cangkringan. 1(3)


83

Onu, Amaka, Deborah Aluh, and Michael Ikehi. "Prevalence and

Management of Dysmenorrhea Among Secondary School

Adolescents in Enugu State, Nigeria." (2020).

Simbolon, Lija Caesarina. "Hubungan Nyeri Haid dengan Aktivitas

Belajar Mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara." (2020). [Skripsi] Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

Hasibuan, Yohana Theresa. "Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap

Tentang Dismenore Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 10 Medan

Tahun 2018." (2019). [Skripsi] poli Taehnik Kesehatan Kemenkes

Medan Jurusan Kebidanan Medan Prodi Kebidanan.

Arum, Kusuma Wardhani. Hubungan Tingkat Pengetahuan Nyeri

Haid Dengan Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche

Pada Siswi Kelas IV Dan V SDN 01 PURWOREJO MADIUN.

Diss.[Skripsi] STIKES BHAKTI HUSADA MULIA, 2018.

Wulanda, Clara, Amir Luthfi, and Ridha Hidayat. "Efektifitas Senam

Dismenore Pada Pagi Dan Sore Hari Terhadap Penanganan

nyeri Haid Pada Remaja Putri Saat Haid Di SMPN 2 Bangkinang

Kota Tahun 2019." Jurnal Kesehatan Tambusai 1.1 (2020): 1-11.

Imron, Imron. "Analisa Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepuasan

Konsumen Menggunakan Metode Kuantitatif Pada CV. Meubele


84

Berkah Tangerang." Indonesian Journal on Software Engineering

(IJSE) 5.1 (2019): 19-28.

Sanifah (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap

Keluarga tentang Activiity Daily living (ADL) Pada Keluarga.

[Skripsi] Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Insan

Cendikia Media.

Pitra, I. "Gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku lansia terhadap

kesehatan di Desa Bonto Bangun Kecamatan Rilau Ale Kabupaten

Bulukumba." Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Hasanuddin (2017).


85

KUESIONER PENGETAHUAN DISMENORE

Petunjuk : Jawablah dengan memberi (x) untuk jawaban yang dianggap benar

1. Apa yang anda ketahui tentang menstruasi/haid ?

a. Keluarnya darah dari hidung

b. Keluarnya darah dari alat kemaluan wanita tiap 1 bulan sekali

c. Keluarnya darah saat anda jatuh

2. Apa yang anda ketahui tentang nyeri haid ?

a. Nyeri/sakit didaerah perut pada saat haid

b. Nyeri atau sakit gigi pada saat haid

c. Sakit didaerah kaki saat haid

3. Setiap wanita pasti mengalami nyeri/sakit saat haid ?

a. Iya pasti mengalami

b. Tidak mengalami

c. Bisa mengalami bisa tidak

4. Menurut anda apakah saat haid itu wajar terjadi pada wanita ?

a. Wajar terjadi asalkan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari

b. Tidak wajar terjadi

c. Tidak wajar dan perlu diperiksa dokter

5. Menrut apa yang anda ketahui, nyeri haid terjadi kapan ?

a. Setelah darah yg keluar berhenti/tidak keluar lagi

b. Sesaat sebelum keluar darah saat mens/haid dan selama mens hari pertama
86

c. Jauh-jauh hari sebelum menstruasi

6. Kalau anda nantinya menstruasi dan menagalami sakit/nyeri apa yang akan

anda lakukan ?

a. Menangis

b. Bairkan saja karena hal ini wajar terjadi tetap beraktivitas

c. Berteriak-teriak

7. Menurut anda kalau perasaan sedang sedih apa bisa menimbulkan nyeri

haid/mens ?

a. Tidak bisa terjadi karena sakit saat haid tidak dipengaruhi suasana hati

b. Bisa terjadi karena nyeri/sakit saat haid bisa terjadi karena suasana hati

c. Tidak bisa terjadi tanpa ada alas an yang jelas

8. Meurut anda apakah nyeri/sakit yang berlebihan saat mens bisa terjadi diare ?

a. Bisa terjadi karena sakitnya didaerah perut bisa menjalar, jadi diare

b. Tidak dapat terjadi

c. Diare saat mens tidak ada hubungannya dengan nhyeri saat mens

9. Menurut anda apakah dengan bermain dengan teman dapat mengobati

terjadinya nyeri saat mens ?

a. Iya, dapat mengobati karena dengan bermain jadi lupa sakitnya

b. Tidak dapat mengobati

c. Bermain dapat membuat badan capek


87

10. Menurut anda kalau anda nanti sudah menstruasi dan mengalami nyeri/sakit

saat haid apakah anda meminta ibu untuk membelikan obat penghilang rasa

sakit ?

a. Iya, agar tidak merasakan sakit saat mens

b. Iya, karena saya biasa minum obat kalu sedang sakit

c. Tidak, karena sakit saat mens biasa terjadi asal tidak mengganggu

aktivitas belajarnya

11. Menurut anda apakah dengan makan sayur-sayuran dapat mengurangi nyeri

saat menstruasi ?

a. Tidak bisa mengurangi rasa sakit saat mens

b. Tidak bisa mengurangi rasa sakit saat mens

c. Daging yang bisa mengurangi rasa sakit saat mens

12. Menurut anda olahraga dapat mengurangi nyeri/sakit saat mens ?

a. Tidak bisa mengurangi rasa sakit saat mens

b. Bisa mengurangi rasa sakit saat mens

c. Olahraga membuat badan jadi sakit

13. Menurut anda kekurangan darah (anemia) dapat menyebabkan sakit jika

menstruasi ?

a. Tidak dapat menyebakan nyeri kalau menstruasi

b. Kurang darah tidak berbahaya bagi kesehatan

c. Dapay menyebabkan nyeri/sakit kalau menstruasi

14. Menurut anda nyeri haid dapat menyebabkan sakit kepala ?


88

a. Bisa menyebabkan sakit kepala

b. Tidak bisa menyebakan sakit kepala

c. Sakit saat mens tidak dapat menyebabkan sakit kepala tapi sakit gigi

15. Menurut anda nyeri saat haid berlangsung sbentar atau sampai darah mens

tidak keluar lagi ?

a. Sakit saat mens terjadi sampai arah mens tidak keluar lagi

b. Sakit saat mens terjadi Cuma sebentar

c. Sakit saat mens terjadi sampai darah mens tidak keluar lagi bahkan sampai

beberapa hari setelah mens selesai

Sumber : Wardhani, 2018


89

KUESIONER PENANGANAN DISMENORE

Petunjuk pengisian :

1. Keterangan jawaban :

SS : Sangat setuju TS : Tidak setuju

S : Setuju STS : Sangat tidak setuju

2. Berilah tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan

keadaan dan kenyataan saudara yang sebenarnya.

No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasakan nyeri dibagian perut

menjelang datangnya menstruasi


2. Ketika saya mengalami nyeri, saya tidak

bisaberaktivitas
3. Saya melakukan olahraga ringan secara

Teratur
4. Saya mengetahui cara mengatasi nyeri

yangsaya alam
5. Saya melakukan kompres hangat ketika

nyeri haid melanda


6. Ketika mengalami nyeri haid saya

merasa

Stress
7. Saya membiarkan begitu saja ketika

mengalami nyeri haid karena akan hilang

walaupun tidak saya obati


90

8. Saat menstruasi, saya tidur dan istirahat

yang cukup
9. Ketika dismenore, saya merasa cemas

karena dapat mengganggu aktivitas

seharihari
10. Saya melakukan pemijatan di bagian

nyeri

ketika mengalami dismenore


11. Saya merasakan nyeri tidak dibagian

perut

namun bagian punggung, pinggang, dan

paha
12. Saya tidak mampu menahan rasa sakit

ketika nyeri dating


13. Saya mengkonsumsi obat saat nyeri haid

datang
14. Saya tidak berkonsentrasi dalam

pelajaran

ketika mengalami dismenore


15. Aroma terapi digunakan untuk

menghilangkan rasa sakit saat menstruasi


16. Emosi saya naik turun ketika mengalami

nyeri haid
17. Saya mengurangi makanan yang berupa

tepung, teh, gula, kopi, dan coklat

menjelang menstruasi
91

18. Saya minum suplemen yang

mengandung

zat besi tinggi agar terhindar dari anemia


19. Saya mengkonsumsi air putih minimal 8

gelas setiap hari


20. Ketika mendengarkan musik yang saya

alami dapat berkurang

Sumber : Hasibuan, 2018

KUESIONER AKTIVITAS BELAJAR

Petunjuk pengisian:

Bacalah beberapa pertanyaan dibawah ini, pilih lah satu pilihan yang tersedia di

samping pertanyaan dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom yang sudah
92

disediakan. Jika ada pertanyaan yang tidak dimengerti bisa ditanyakan kepada

peneliti untukm menjelaskannya.

No Pernyataan Tidak Jarang Sering Selalu

Pernah
1. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu memperhatikan dosen

ataupun power point yang sedang

ditampilkan pada saat kuliah

ceramah dikelas dengan baik.


2. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu memperhatikan

flipchart/presentasi yang

sedang ditampilkan oleh teman saya

saat tutorial dan diskusi kelompok

dengan baik
3. ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu memperhatikan dosen

yang sedang mendemostrasikan

sebuah tindakan pada saat Skills Lab

dan Praktikum dengan baik


4. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu mendengarkan dosen

yang sedang mengajar di kelas


93

dengan baik
5. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu mendengarkan diskusi

saat tutorial dandiskusi kelompok

lainnya dengan baik


6. ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu mendengarkan dosen

yang sedang mendemostrasikan

sebuah tindakan pada saat Skills Lab

dan Praktikum dengan baik.


7. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu menyalin penjelasan

yang sudah diberikan dosen di kelas

dengan baik
8. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu menyalin hasil diskusi

dalam kegiatan tutorial dan diskusi

kelompok lainnya dengan baik


9. ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu menyalin atau

merangkum dari demostrasi yang

telah dilakukan pada saat Skills

LabdanPraktikum
10. Ketika saya mengalami nyeri haid
94

saya mampu menanggapi pertanyaan

dari dosen saat kuliahceramah di

kelas
11. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu memecahkan dan

menganalisis kasus yang diberikan

saat tutorial
12. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu menganalisis

permasalahan yang diberikan oleh

fasilitator terkait tindakan yang telah

didemostrasikan dalam kegiatan

Skills Lab dan Praktikum


13. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu merasa tenang selama

pembelajaran dalam kelas

berlangsung
14. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu besemangat dan antusias

dalam diskusi kelompok dan tutorial


15. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu mengatasi rasa

gugup/cemas jika diminta fasilitator

untuk mendemostrasikan ulang


95

16. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu bertanya, memberi saran

dan berdiskusi dalam belajar ceramah

di kelas dengan baik.


17. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu bertanya, memberi saran

dan berdiskusi dalam kegiatan tutorial

dan diskusi kelompok lainnya dengan

baik
18. Ketika saya mengalami nyeri haid

saya mampu bertanya, memberi saran

dan berdiskusi dalam kegiatan Skills

Lab dan Praktikum dengan baik

Sumber : caesarina, 2020

Anda mungkin juga menyukai