Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN


ANAK BALITA DI PUSKESMAS BURIA

CARLIE ALESIA RIRIHENA


12114201170018

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ii
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis Panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus,

karena atas kasih dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal ini

dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan

Balita di Puskesmas Buria”. Penyusunan proposal ini merupakan syarat dalam

penyelesaian tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) di

Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku.

Dengan terselesaikannya proposal ini, Perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus

kepada:

1. Dr. H. H. Hetharia, M.Th., selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia

Maluku.

2. Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku.

3. Ns. Mevy. Lilipory, S.Kep.,M.Kep., selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku

4. Pembimbing I yang telah banyak mengarahkan dan membimbing peneliti

sehingga proposal ini dapat terselesaikan.

5. Pembimbing II yang telah banyak mengarahkan dan membimbing peneliti

dalam menyelesaikan proposal ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Keperawatan, Universitas Kristen

Indonesia Maluku.

iii
7. Keluarga Yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril

serta selalu menopang dalam Doa guna menyelesaikan studi.

8. Teman-teman Angkatan 2017 yang telah memberikan semangat dan

dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

Peneliti menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangandan jauh

dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan guna

perbaikan lebih lanjut sehingga proposal ini dapat berguna serta bermanfaat bagi

semua yang membacanya.

Ambon, Oktober 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL............................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL...............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Balita.............................................10
B. Tinjauan Umum Tentang Pola Asuh Orang Tua....................12
C. Tinjauan Umum Tentang Perkembangan Balita.....................18
D. Kerangka Konsep……………………………………………22
E. Hipotesis Penelitian................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian..............................................................24
B. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................24
C. Populasi dan Sampel...............................................................24
D. Variabel Penelitian..................................................................26
E. Defenisi Operasional..............................................................26
F. Instrumen Penelitian...............................................................27
G. Pengumpulan Data..................................................................28
H. Pengolahan Data.....................................................................29
I. Analissa Data..........................................................................30
J. Etika Penelitian.......................................................................31

v
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Defenisi Operasional...........................................................................26

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.4 Kerangka Konsep............................................................................22

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Pembimbing

2. Surat Pengambilan Data Awal

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia balita atau yang sering kita dengar usia dini bisa menjadi penerus

negara dengan sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan. Karena

faktor usia, periode ini sering disebut sebagai "masa keemasan". Ini adalah era

dimana sumber daya manusia dibentuk dalam bentuk pertumbuhan manusia

dan kecerdasan dalam mendapatkan kehidupan yang layak (Syifauzakia, 2021).

Setiap anak berhak mendapatkan kehidupan yang layak karena masa

depan dunia tergantung kepada mereka. Banyak dari mereka yang tidak

mendapatkan hak dalam hal kasih sayang, gizi, perlindungan dan keamanan,

serta kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang. Berkisar 10 juta anak

meninggal sebelum usia 10 tahun dan lebih dari 200 juta anak tidak

berkembang sesuai potensi mereka karena adanya kesalahan dalam pengasuhan

yang merupakan kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang secara

optimal (Hasinuddin & Fitriah, 2019).

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa lebih dari 200

juta anak usia dibawah 5 tahun di dunia tidak memenuhi potensi perkembangan

mereka dan sebagian besar diantaranya adalah anak-anak yang tinggal di

Benua Asia dan Afrika. Berbagai masalah perkembangan anak seperti

keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku, autisme, dan hiperaktif yang

1
semakin meningkat. Angka kejadian keterlambatan perkembangan di Amerika

Serikat berkisar 12-16%, Thailand 24%, dan Argentina 22%, sedangkan di

Indonesia antara 29,9%. Menurut UNICEF didapat data masih tingginya angka

kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita

khususnya gangguan perkembangan motorik didapatkan (27,5%) atau 3 juta

anak mengalami gangguan. Di Indonesia, kasus gangguan perkembangan

sebanyak 17% anak Indonesia dibawah usia 5 tahun mengalami development

of skills, kecerdasar buruk, tunarungu, lambat bicara. Secara global kasus

gangguan perkembangan anak kurang gizi 7,3%, prevalensi kelebihan berat

badan 5,9%, dan prevalensi anak stunting (pendek) 21,9% (WHO, 2019).

Perkembangan adalah hasil dari proses pematangan yang meningkatkan

kemahiran serta kepandaian di dalam sistem fungsi tubuh yang lebih kompleks

secara tertib dan dapat diprediksi. Perkembangan melibatkan proses

diferensiasi sel manusia, jaringan manusia, organ, dan sistem organ, dan proses

tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga setiap orang dapat menjalankan

fungsinya. Ini termasuk perkembangan emosional, intelektual, dan perilaku

yang dihasilkan dari interaksi dengan lingkungan. Perkembangan adalah

kemajuan berkelanjutan, bimbingan dan integrasi/perubahan yang koheren.

Progresif berarti ada ikatan yang jelas antara perubahan saat ini, perubahan

terakhir serta perubahan berikutnya (Moonik dkk, 2020).

Perkembangan kepribadian pada seorang anak dipengaruhi oleh apa yang

anak terima pada masa balita, yaitu tahun pertama kehidupan serta kemampuan

dalam melewati setiap fase perkembangan. Apabila anak mendapatkan

2
pendidikan juga pengasuhan yang baik, maka anak dapat memiliki kepribadian

yang baik saat dewasa. Namun kenyataannya, tidak semua anak mampu

melalui masa tumbuh kembangnya dengan optimal karena anak mengalami

gangguan dalam proses tumbuh kembangnya (Ayun, 2019).

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama serta utama bagi anak,

sehingga keluarga merupakan pengaruh terbesar dalam perkembangan anak.

Keluarga memberi dasar dalam pembentukan tingkah laku, watak, moral, serta

pendidikan anak. Pengalaman interaksi dalam keluarga akan menentukan pola

dan tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat (Irwanto, 2020).

Kualitas hubungan seorang anak dengan orang tua sangatlah penting dan

berpengaruh terhadap perkembangan anak, termasuk bagaimana kesehatan

mentalnya, gaya hidup terkait kesehatannya, konsumsi rokok dan alkohol,

kelahiran, cedera, kesehatan fisik, keterampilan sosial, dan pencapaian

pendidikannya. Setiap individu hidup melalui tahapan pertumbuhan dan

perkembangan. sejak masa embrio sampai akhir hayatnya, manusia mengalami

perubahan ke arah peningkatan baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun

secara perkembangan ((Simkiss et al., 2019).

Setiap orang tua masing-masing memiliki cara yang berbeda untuk

membesarkan anaknya, termasuk cara pola asuh. Akan tetapi, beberapa orang

tua terkadang tidak menyadari pola asuh seperti apa yang mereka terapkan.

Padahal, pola asuh merupakan bagian terpenting dalam membentuk tingkah

laku dan kecerdasan anak. Perlakuan orang tua terhadap anak dapat

3
memberikan kontribusi yang sangat besar pada kompetensi sosial, emosi, dan

kecerdasan atau intelektual anak (Tasha, 2019).

Berbagai bentuk pola asuh diharapkan dapat mempengaruhi tumbuh

kembang anak, antara lain pola asuh demokratis, pola asuh otoriter dan pola

asuh permisif. Pola asuh demokratis merupakan salah satu cara pola asuh yang

mengutamakan kepentingan anak, namun tanpa ragu mengontrol anak. Pola

asuh otoriter, yang ditandai dengan obsesi yang kaku, kekakuan dan

keterpaksaan. Orang tua telah membuat peraturan yang ketat, dan anak tidak

membutuhkan peraturan tersebut. Jika anak tidak mematuhi peraturan yang

ditetapkan, maka orang tua tidak segansegan memberikan hukuman kepada

anak. Hukuman fisik hampir sama dengan pelecehan anak, sehingga dapat

disalahgunakan dengan sedikit usaha. Pola asuh permisif merupakan salah satu

cara pola asuh yang mengutamakan kepentingan anak, tanpa mengontrol anak,

memberikan kepercayaan sepenuhnya pada anak (Olla et al., 2020).

Lingkungan pola asuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam pendidikan anak sangat penting

dan perlu diawasi untuk menjamin tumbuh kembangnya secara normal. Orang

tua perlu memahami karakteristik dan prinsip tumbuh kembang anaknya.

hubungan antara serta orang tua sangat berguna untuk segala proses tumbuh

kembang sang anak. Anak-anak yang tumbuh dengan baik serta berkembangan

dengan baik menjaga kelanjutan hidup yang baik di era yang akan datang

(Maryam, 2020).

4
Pengasuhan keluarga selama lima tahun pertama kehidupan sangat

berpengaruh terhadap 4 domain perkembangan yaitu motorik, kognitif, bahasa,

dan sosial-emosional anak. Berbagai aspek inilah yang sangat berpengaruh

terhadap perkembangan dan perilaku anak di masa mendatang. Hal-hal yang

dilakukan oleh lingkungan sekitar anak (keluarga dan masyarakat), akan

menentukan kualitas pribadinya dan mewarnai kehidupannya di masa

mendatang. Peran aktif orang tua adalah usaha langsung terhadap anak, dan

peran lain yang penting adalah dalam menciptakan lingkungan (Rahmayanti &

Pujiastuti, 2020).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2020) menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan

anak dengan nilai signifikansi sebesar 0,002 atau P < 0,05 artinya ada

hubungan pola asuh dengan perkembangan anak. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Rahmayanti & Pujiastuti (2020) juga menunjukkan adanya

hubungan antara pola asuh orang tau terhadap pekembangan perkembangan

anak dengan nilai signifikansi sebesar 0,013 atau P < 0,05 artinya ada pengaruh

pola asuh terhadap perkembangan anak usia pra sekolah.

Hasil penelitian Wahidanur (2023) menunjukkan bahwa dari 44

responden yang memiliki pola asuh demokratis sebagian besar memiliki anak

dengan perkembangan sesuai sebanyak 21 responden (47,7%), dari 25

responden yang memiliki pola asuh permisif sebagian besar memiliki anak

dengan perkembangan meragukan sebanyak 12 responden (38%), Dan dari 10

responden yang memiliki pola asuh otoriter sebagian besar memiliki anak

5
dengan perkembangan penyimpangan sebanyak 6 responden (60%) Hasil uji

statistik Chi– Square pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai p-

value = 0,016 (p>0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan

anak balita. Hasil penelitian Anis (2022) menunjukkan bahwa dari 20

responden, anak yang mendapatkan pola asuh orang tua demokratis dan

perkembangannya sesuai atau normal adalah sebanyak 13 anak (76,5%), tidak

ada anak yang mendapatkan pola asuh orang tua otoriter dan perkembangannya

sesuai atau normal (0%), anak yang mendapatkan pola asuh orang tua permisif

dan perkembangannya sesuai atau normal adalah sebanyak 4 anak (23,5%).

Hasil lainnya adalah dari 20 responden, tidak ada anak yang mendapatkan pola

asuh orang tua demokratis yang perkembangannya meragukan (0%), 2 anak

mendapatkan pola asuh orang tua otoriter dan perkembangannya meragukan

(66,7%), serta hanya 1 anak yang mendapatkan pola asuh orang tua permisif

dan perkembangannya meragukan (33,3%). hHasil uji Chi-Square dengan nilai

p-value adalah 0,003 < α 0,005, maka Ha diterima dan H0 ditolak yang berarti

adanya pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak yang

signifikan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas

Buria, didapatkan jumlah balita tahun 2020 sebanyak 56 orang, tahun 2021

sebanyak 63 orang, tahun 2022 sebanyak 68 dan per Juni 2023 sebanyak 70

orang. Peneliti melakukan wawancara dengan perawat terkait perkembangan

balita, dikatakan bahwa pertumbuhan balita di lihat dari tinggi badan dan berat

6
badan sesuai dengan umur balita dan perkembangan balita dilihat dari

kemampuan balita sesuai dengan tingkatan umur balita, contohnya balita sudah

dapat berbicara lancar atau belum, balita dapat melaukan kegiatan dengan

sendiri atau butuh bantuan seperti dapat memakai baju sendiri, memilih

makanan yang ingin dimakan, permainan yang dipilih sesuai dengan

perkembangan motorik anak dan lain-lain sejenisnya. Peneliti juga bertanya

terkait pola asuh orang tua, dikatakan bahwa pola asuh orang tua sangat

berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan balita karena keluarga

merupakan tempat pertama balita bertumbuh dan berkembang sebelum balita

mengenal lingkungan sosial. Perkembangan dan karakter anak terbentuk dari

pola asuh orang tua sejak balita. Peneliti melakukan wawancara singkat dengan

beberapa orang tua, terdapat orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis

namun juga ada yang menerapkan pola asuh otoriter. Orang tua yang

menerapkan pola asuh demokratis melibatkan anak dalam pemilihan makanan,

memilih baju untuk dipakai, memilih tempat bermain, memilih permainan yang

disukai anak. Sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh otroriter,

menghendaki semua hal untuk anak harus mengikuti kehendak orang tua

karena orang tua yang lebih tau banyak hal yang terbaik untuk perkembagan

anak. Sehingga apapun yang diperintahkan atau dilarang oleh orang tua harus

diikuti oleh anak.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak

balita di Puskesmas Buria”.

7
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “bagaimana pola asuh orang tua terhadap perkembangan

anak balita di Puskesmas Buria?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola

asuh orang tua terhadap perkembangan anak balita di Puskesmas Buria.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pola asuh orang tua di Puskesmas Buria.

b. Mengetahui gambaran perkembangan anak balita di Puskesmas Buria

c. Mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak

balita di Puskesmas Buria

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil peneliatian ini dapat bermanfaat sebagai sumber

informasi dan referensi yang nantinya digunakan sebagai masukan untuk

menambah ilmu dan pengetahuan terutama dalam keperawatan anak.

8
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Orang Tua

Diharapkan dapat menjadi suatu pengetahuan baru bagi orang tua untuk

mengetahui dan mengasuh anak dalam meningkatkan perkembangan

anak.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi untuk

memberikan implementasi bagi keluarga untuk mengajar dan melatih

anak dalam meningkatkan perkembangan motorik anak.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk

melakukan penelitian sejenis dan lebih lanjut dalam bidang yang sama.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Balita

1. Pengertian Balita

Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai

dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan

disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya

lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita termasuk

kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi karena

kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan memegang

peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga

konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status gizi anak untuk

mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak (Ariani, 2017).

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun

atau lebih popular dengan pengertian anak dibawah lima tahun. Balita

adalah istilah umu bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-

5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh pada orangtua untuk

melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan (Setyawati

dan Hartini, 2018).

2. Karakteristik Balita

Septiari (2018) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi dua

yaitu:

10
a. Anak usia 1-3 tahun

Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima

makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan usia balita

lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan

yang relatif besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah makanan

yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila

dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola

makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

b. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)

Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah mulai

memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak

cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas

lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang

disediakan orang tuanya.

3. Pertumbuhan Balita

Masa pertumbuhan pada balita membutuhkan zat gizi yang cukup,

karena pada masa itu semua organ tubuh yang penting sedang mengalami

pertumbuhan dan perkembangan. Balita merupakan kelompok masyarakat

yang rentan gizi. Pada kelompok tersebut mengalami siklus pertumbuhan

dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih besar dari

kelompok umur yang lain sehingga balita paling mudah menderita kelainan

gizi (Nurtina et al., 2017).

11
B. Tinjauan Umum Tentang Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut KBBBI

dalam Goha (2019) bahwa “Pola adalah model, sistem, atau cara kerja”.

Asuh adalah “menjaga, merawat, mendidi dan membimbing, membantu,

melatih, dan sebagainya”.

Sedangkan arti orangtua menurut Nasution dan Nurhalijah (2017)

“Orang tua adalah setiap orang yang bertanggug jawab dalam suatu keluarga

atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai

bapak dan Ibu”.

Gunarsa (2016) mengemukakan bahwa “Pola asuh tidak lain

merupakan metode atau cara yang dipilih pendidik dalam mendidik anak-

anaknya yang meliputi bagaimana pendidik memperlakukan anak

didiknya.” Jadi yang dimaksud pendidik adalah orang tua terutama ayah dan

ibu atau wali.

Palupi (2016) menyebutkan bahwa: Pola asuh sendiri memiliki

definisi bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik,

membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai

proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang

diharapkan oleh masyarakat pada umumnya. Sementara menurut Thoha

(2015) menyebutkan bahwa “Pola Asuh orang tua adalah merupakan suatu

cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai

perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.” Sedangkan menurut

12
Kohn (2015) mengemukakan: Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam

berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi,

antara lain dari cara orang tua memberikan pengaturan kepada anak, cara

memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan

cara orang tua memberikan perhatian, tanggapan terhadap keinginan anak.

2. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua

Terdapat perbedaan yang berbeda-beda dalam mengelompokkan pola

asuh orang tua daam mendidik anak, yang antara satu dengan yang lainnya

hampir mempunyai persamaan. Diantaranya sebagai berikut: Thoha (2016)

mengemukakan adatiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya, yakni:

a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah sentral artinya segala ucapan, perkataan,

maupu kehendak orang tua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati

oleh anak-anaknya. Supaya taat, orang tua tidak segan-segan menerapkan

hukuman yang keras kepada anak. Pola asuh otoriter merupakan cara

mendidik anak yang dilakukan orang tua dengan menentukan sendiri

aturan-aturan dan batasan-batasan yang mutlakharus ditaati oleh anak

tanpa kompromi dan memperhitungkan keadaan anak. Orang tualah yang

berkuasa menentukan segala sesuatu untuk anak dan anakhanyalah objek

pelaksana saja. Jika anak membantah, orang tua tidak segan-seganakan

memberikan hukuman, biasanya hukumannya berupa hukuman fisik.

Sebagiamana yang dipaparkan oleh Thoha (2016) bahwa pola asuh yang

bersifat otoriter ditandai dengan penggunaan hukuman yang keras, lebih

13
banyak menggunakan hukuman badan, anak juga diatur segala keperluan

dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan meskipun sudah

menginjak usia dewasa. Anak yang dibesarkan dalam suasana semacam

ini akan besar dengan sifat yang ragu-ragu, lemah kepribadian dan tidak

sanggup mengambil keputusan tentang apa saja. Akan tetapi apabila anak

patuh maka orang tua tidak akan memberikan pengahargaan karena orang

tua mengganggap bahwa semua itu adalah kewajiban yang harus dituruti

oleh seorang anak. Ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh

Yatim dan Irwanto (2016) bahwa “apabila anak patuh, orang tua tidak

memberikan hadiah karena dianggap sudah sewajarnya bila anak

menuruti kehendak orang tua”. Jadi, dalam hal ini kebebasan anak sangat

dibatasi oleh orang tua, apa saja yang akan dilakukan oleh anak harus

sesuai dengan keinginan orang tua. Jika anak membantah perintah orang

tua maka akan dihukum, bahkan mendapat hukuman yang bersifat fisik

dan jika patuh orang tua tidak akan memberikan hadiah.

b. Pola Asuh Demokratis

Menurut Dariyo (2017) bahwa pola asuh demokratis adalahgabungan

antara pola asuh permisif dan otoriter dengan tujuan

untukmenyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan

orang tua. Pola asuh demokratis merupakan suatu bentuk pola asuh

yangmemperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan

itu tidak mutlak, orang tua memberikan bimbingan yang penuh pengertian

kepada anak.

14
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua

terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu

tergantung pada orang tua. Kedudukan antara anak dan orang tua sejajar.

Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah

pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang

dilakukan oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat

dipertanggungjawabkan secara moral (Agustiawati, 2017).

Pola asuh ini memberikan kebebasan kepada anak untuk

mengemukakanpendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan tidak

melewati batas-batasatau aturan-aturan yang telah ditetapkan orang tua.

Dalam pola asuh ini ditandai sikap terbuka antara orang tua dengan anak.

Mereka membuat aturan-aturan yang telah disetujui bersama. Anak

diberikebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan

keinginannya. Jadidalam pola asuh ini terdapat komunikasi yang baik

antara orang tua dengan anak. Menurut Yatim dan Irwanto (2016), dengan

pola asuh demokratis, anak mampu mengembangkan control terhadap

perilakunya sendiri dengan hal-hal yang dapat diterima olehmasyarakat.

Hal ini mendorong anak untuk mampu berdiri sendiri, bertanggung jawab

dan yakin terhadap diri sendiri. Daya kreativitasnya berkembang dengan

baik karena orang tua selalu merangsang anaknyauntuk mampu

berinisiatif. Sehingga dengan pola asuh demokratis anak akan menjadi

orang yang mau menerima kritik dari orang lain, mampu menghargai

orang lain, mempunyai kepercayaan diri.

15
c. Pola Asuh Permisif

Menurut Dariyo (2017) bahwa pola asuh permisif ini orang tua

justrumerasa tidak peduli dan cenederung memberi kesempatan serta

kebebasan secaraluas kepada anaknya.” Sedangkan menurut Yatim dan

Irwanto (2016) bahwa: Pola asuh permisif ditandai dengan adanya

kebebasan yang diberikankepada anak untuk berperilaku sesuai dengan

keinginannya sendiri. Anak tidak tahu apakah perilakunya benar atau

salah karena orang tua tidak pernah membenarkan atau menyalahkan

anak. Akibatnya anak berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri,

tidak peduli apakah hal itu sesuaidengan norma masyarakat atau tidak.

Keadaan lain pada pola asuh iniadalah anak-anak bebas bertindak dan

berbuat. Jadi pola asuh permisif yaitu orang tua serba membolehkan anak

berbuatapa saja. Orang tua membebaskan anak untuk berperilaku sesuai

dengan keiginannya sendiri. Orang tua memiliki kehangatan dan

menerima apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dituruti

keinginnannya. Sedangkanmenerima apa adanya akan cenderung

memberikan kebebasan kepada anak untukberbuat apa saja. Pola asuh

orang tua permisif bersikap terlalu lunak, tidak berdaya, memberi

kebebasan terhadap anak tanpa adanya norma-norma yang harus diikuti

oleh mereka. Mungkin karena orang tua sangat sayang (over affection)

terhadapanak atau orang tua kurang dalam pengetahuannya. Sifat yang

dihasilkan dari anak permisif dijelaskan oleh Yatim dan Irwanto (2016)

bahwa sifat-sifat pribadi anak yang permisif biasanya agresif, tidak dapat

16
bekerjasama dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosikurang

stabil, serta mempunyai sifat selalu curiga. Akibatnya anak

berperilakusesuai dengan keinginannya sendiri, tidak peduli apakah hal

itu sesuai dengannorma masyarakat atau tidak. Keadaan lain pada pola

asuh ini adalah anak-anak bebas bertindak dan berbuat.

3. Dampak Pola Asuh

Teknik-teknik pola asuh demokratis yang menumbuhkan keyakinan

dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri

membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri

yang bertanggung jawab (Baumrid, 2017).

Meuler (2016) dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa anak-

anak yang diasuh oleh orang tua yang otoriter banyak menunjukkan ciri-ciri

adanya sikap menunggu dan menyerahkan segala-galanya pada

pengasuhnya. Baldin (2017) menemukan dalam penelitiannya dengan

membandingkan keluarga yang melakukan pola asuh demokratis dengan

otoriter terhadap anaknya, bahwa pola asuh dari orang tua demokratis

menimbulkan ciriciri berinisiatif, berani, lebih giat, dan lebih bertujuan.

Orang tua yang bersikap sangat otoriter menyebabkan semakin

berkurangnya ketidaktaatan anak, bersikap menunggu, tidak dapat

merencanakan sesuatu, daya tahan kurang, dan menunjukkan ciri – ciri

takut. Setiap kegiatan pola asuh akan berpengaruh terhadap anak dalam

perilaku tertentu.

17
Pada dasarnya, setiap tipe pola asuh orang tua mempunyai kekurangan

dan kelebihan sehingga dalam kenyataannya orang tua akan memberlakukan

tipe demokratis, atau pada waktu-waktu tertentu orang tua akan bersikap

otoriter dan ada saatnya orang tua bersikap halus dan ada saatnya pula orang

tua bersikap keras. Hal ini tergantung dari situasi dan kondisi yang sedang

dihadapi (Thoha, 2016).

C. Tinjauan Umum Tentang Perkembangan Balita

1. Pengertian Perkembangan

Bertambahnya struktur dan fungsi tubuh lebih kompleks sehingga

bersifat kualitatif yang pengukurannya lebih sulit dibandingkan dengan

pegukuran pertumbuhan. Seperti contoh bayi yang baru saja lahir belum

dapat melihat, tetapi seiring dengan berjalannya waktu bayi tersebut dapat

melihat karena matanya telah bertambah fungsi dari belum bisa melihat

menjadi bisa melihat. Hal ini menunjukkan bahwa bayi tersebut mengalami

perkembangan. Perkembangan menjadi istilah yang digunakan bersama

dengan pertumbuhan untuk menggambarkan proses fisik, mental, dan

emosional kompleks yang terkait dengan pertumbuhan anak-anak. (Titus,

2018).

Perkembangan merupakan hasil interaksi antara kematangan susunan

saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, sehingga perkembangan ini

berperan penting dalam kehidupan manusia (Utami, 2016). Perkembangan

merupakan perubahan yang bersifat progresif, terarah, dan terpadu atau

18
koheren. Progesif mengandung arti bahwa perubahan yang terjadi

mempunyai arah tertentu dan cederung maju ke depan, tidak mundur ke

belakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

pasti antara perubahan yang terjadi pada saat ini, sebelumnya, dan

berikutnya (Soetjiningsih, 2015).

2. Tahap-Tahap Perkembangan

Tahap-tahap perkembangan anak balita menurut Karen (2018), adalah:

a. Usia 1 tahun

1) Perkembangan motorik kasar: berjalan bangkit dan berdiri.

2) Perkembangan motorik halus dan adaptif: memasukkan balok dalam

cangkir.

3) Perkembangan personal sosial: minum dari gelas, meniru gerakkan

orang lain.

4) Perkembangan Bahasa: bilang mama atau papa, spesifik

mengucapkan 1-2 kata lainnya.

b. Usia 2 tahun

1) Perkembangan motorik kasar: naik dan turun tangga, melempar

melewati kepala

2) Perkembangan motorik halus dan adaptif: Menyusun 6 balok

vertical, meniru garis

3) Perkembangan personal sosial: Mencuci dan mengering kan tangan,

menggoso k gigi, belajar memakai baju.

19
4) Perkembangan Bahasa: Menggabungkan 2 kata, menunjuk gambar,

mengenal bagian tubuh.

5) Perkembangan kognitif lainnya: mengerti konsep hari ini.

c. Usia 3 tahun

1) Perkembangan motorik kasar: berjalan secara bergantian, lompat.

2) Perkembangan motorik halus dan adaptif: Menyusun 8 balok

vertical.

3) Perkembangan personal sosial: menggunakan sendok dengan baik

hanya sedikit yang tumpah, memakai kaos.

4) Perkembangan Bahasa: Mengenal gambar 75% bicara dimengerti

oleh orang lain, mengucapka n kalimat yang terdiri dari tiga kata.

5) Perkembangan kognitif lainnya: mengerti konsep besok dan

kemarin.

d. Usia 4 tahun

1) Perkembangan motorik kasar: Mampu menjaga keseimban gan satu

sama lain, berdiri pada satu kaki.

2) Perkembangan motorik halus dan adaptif: Meniru bentuk O,

mungkin + menggambar orang yang tediri dari 3 bagian.

3) Perkembangan personal sosial: Menggosok gigi tanpa bantuan,

memakai baju tanpa bantuan.

4) Perkembangan Bahasa: Menyebut warna, mengerti sifat.

20
e. Usia 5 tahun

1) Perkembangan motorik kasar: Skipping, berjalan jinjit dan berjalan

dengan tumit

2) Perkembangan motorik halus dan adaptif: Meniru bentuk.

3) Perkembangan Bahasa: Menghitung, mengerti kebalikan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Balita

a. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dan mempunyai peran utama

dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Dalam hal

tersebut yang termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor

bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau

bangsa. Potensi yang baik bila berinteraksi dengan lingkungan yang

positif maka akan memberikan hasil yang optimal.

b. Faktor Lingkungan

Cuaca, musim, keadaan geografis, musim kemarau yang panjang, banjir,

gempa bumi, atau bencana alam lainnya dapat berdampak tumbuh

kembang anak, sebagai akibat kurangnya ketersediaan pangan dan

meningkatnya wabah penyakit. Sanitasi, kebersihan baik perorangan

maupun lingkungan memegang peranan penting dalam menimbulkan

penyakit. Sedangkan anak yang sering menderita sakit pasti tumbuh

kembangnya terganggu. Keadaan rumah, keadaan rumah akan menjamin

kesehatan penghuninya. Radiasi, tumbuh kembang anak dapat terganggu

akibat adanya radiasi tinggi.

21
c. Faktor Psikososial

Stimulasi, anak dapat mendapatkan stimulasi yang terarah dan teratur

akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang

kurang/tidak mendapatkan stimulasi. Stimulasi juga akan

mengoptimalkan potensi generik yang dipunyai anak.

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar di

bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pola Asuh Orang Tua Perkembangan Balita

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan

E. Hipotesis Penelitian

Menurut Nursalam (2017), hipotesis penelitian adalah suatu pernyataan

asumsi tentang hubungan dan atau lebih variabel yang diharapkan bias

menjawab suatu pernyataan dalam penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini

sebagai berikut:

22
1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis alternatif adalah

Ada hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan balita di

Puksesmas buria

2. Hipotesis Nol (Ho)

Hipotesis nol adalah

Tidak ada hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan balita

di Puksesmas buria.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional study yaitu jenis penelitian yang menekankan

waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya

satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen

dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam,

2017).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Buria.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Otober2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Nursalam, 2017).

Dengan demikian populasi pada penelitian ini adalah semua balita di

wilayah Puskesmas Buria yaitu 70 balita.

2. Sampel

24
Sampel adalah bagian dari sejumlah karekteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana tujuan pengambilan

sampel sebanyak jumlah tertentu yang dianggap dapat memperoleh ciri

tertentu, yang dalam pelaksanaanya tidak dilakukan. Sampel dalam

penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus slovin:

n= N
1+ N (d)2
n= 70
1 + 70 (0,1)2
n= 70
1 + 0,7

n= 70
1,7

n = 41,1 dibulatkan menjadi 41

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat signifikansi (10%)

Dengan demikian banyaknya sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini

adalah 41 responden yang memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi:

1) Anak balita umur 1-5 tahun yang berkunjung ke Puskesmas Buria.

2) Ibu dari anak balita yang bersedia menjadi responden.

3) Ibu yang bisa baca tulis.

b. Kriteria Eksklusi:

25
1) Anak balita 1-5 tahun yang tidak hadir saat penelitian.

2) Ibu dari anak yang tidak bersedia menjadi responden.

3) Anak balita di luar wilayah kerja Puskesmas Buria

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu konsep penelitian sehingga jelas

unsur-unsur yang diteliti dalam pengerjaan penelitian.

1. Variabel independen adalah pola asuh orang tua

2. Variabel dependen adalah perkembangan balita

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional


Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Pola Asuh Cara orang Kuesioner 1. Pola asuh Ordinal
Orang Tua tua dalam positif,
memberikan Jika skor positif
> skor negatif
pengasuhan
2. Pola asuh
kepada anak usia negatif,
1-5 tahun yang Jika skor
bertujuan untuk negative > skor
mengembangkan positif
dan mengelola
prilaku anak saat
ini dan masa
mendatang

Perkembangan Bertambahnya Kuesioner 1. Perkembangan Ordinal


Balita kemampuan anak sesuai,
(skill) anak usia jika skor 9-10
1-5 tahun dalam 2. Perkembangan
hal struktur dan anak
fungsi tubuh kemungkinan

26
yang yang ada
meliputi penyimpangan,
perkembangan jika skor ≤ 8
motorik halus,
motorik kasar,
sosial dan
bahasa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang diadopsi oleh

peneliti. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari data identitas responden

(data demografi) yang terdiri dari nama, usia balita, jenis kelamin balita, pola

asuh orang tua, dan perkembangan balita.

Kuesioner pola asuh orang tua terdiri dari 7 pernyataan positif

(pertanyaan nomor 1-7) dan 7 pernyataan negatif (pertanyaan nomor 8-14).

Skala yang digunakan adalah skala likert. Kuesioner pola asuh orang tua

dengan skala likert ini dibuat dengan pilihan SS yaitu “Sangat Sesuai”, S yaitu

“sesuai”, TS yaitu “tidak sesuai” dan STS yaitu “Sangat Tidak Sesuai”. Skor

yang diberikan untuk pilihan SS sama dengan 4, S sama dengan 3, TS sama

dengan 2 dan untuk STS sama dengan 0. Kuesioner penelitian ini diadopsi dari

peneliti sebelumnya Refi Yulita (2020) yang telah diuji validitas dan

reliabilitas dengan nilai 0,741.

Penilaian perkembangan anak, peneliti menggunakan alat ukur KPSP

(Kuesioner Pra Skrining Perekambangan), yang berisi 9-10 pertanyaan tentang

kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak

adalah anak usia 0-72 bulan. Yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

27
anak usia 12, 24, 36, 48, dan 60 bulan untuk seluruh aspek yang ada, yaitunya

motorik halus, motorik kasar, bahasa dan sosial.

Interpretasi KPSP meliputi:

a. Jawaban Ya : Orang tua anak menjawab: anak bisa atau pernah atau

sering atau kadang-kadang melakukannya.

b. Jawaban Tidak : Orang tua menjawab: anak belum pernah melakukan atau

tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

Interpretasi hasil KPSP dengan jawaban Ya adalah:

a. 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S)

b. 8 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)

G. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri

atas prosedur admistratif dan dan teknis. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ijin penelitian diajukan kepada Kepala Puskesmas Buria

2. Peneliti menghubungi perawat Puskesmas Buria untuk melakukan

penelitian.

3. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan proses penelitian.

4. Peneliti meminta ijin untuk diperbolehkan mengambil data demografi

responden untuk mengisi lembar instrumen A.

5. Peneliti mempersilahkan responden untuk menandatangani lembar

persetujuan atas keikutsertaanya sebagai subjek penelitian.

28
6. Peneliti menjelaskan pengisian kuesioner penelitian dan membagi kuesioner

penelitian kepada perawat untuk diisi.

7. Lembar kuesioner yang selesai dikerjakan diserahkan kembali kepada

peneliti dan kemudian melakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan

kejelasan lembar kuesioner.

8. Peneliti mengumpulkan lembar-lembar kuesioner yang telah selesai

dikerjakan dalam satu dokumen untuk dioalah nantinya.

H. Pengolahan Data

Menurut Nursalam (2017), pengolahan data yang akan dilakukan

meliputi tahapan:

1. Pemeriksaan data (editing)

Dilakukan dengan pengecekan, mengoreksi dan melengkapi data yang

masih kurang atau kurang lengkap. Editing dapat di lakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah pengumpulan data.

2. Pemberian kode (coding)

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan. Coding di lakukan setelah penegditan,

tujuannya untuk memudahkan pengolahan data.

3. Proses data (processing)

Processing data dilakukan agar data dapat di analisis. Processing data di

lakukan dengan cara memasukan data (data entry) ke paket program

29
computer yang dapat di lakukan untuk memproses data. Program yang di

gunakan adalah paket program SPSS for window’s.

4. Pembersihan data (cleaning)

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukan, apakah ada kesalahan atau tidak.

5. Tabulating

Pada tahap ini dilakukan pemberian skor pada perbandingan hasil

pengukuran.

I. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Data yang telah diolah selanjutnya dianalisa secara deskriptif yang

dilaksanakan untuk menggambarkan variabel-variabel yang diteliti. Masing-

masing variabel dianalisa secara deskriptif frekuensi dan dinarasikan secara

kualitatif kemudian digambarkan dalam bentuk tabel. Analisis univariat

digunakan untuk mengetahui karakteristik subyek penelitian dengan

menghitung frekuensi dan proporsi. Adapun karakteristik yang di analisis

adalah karakteristik yang meliputi indentitas balita (umur dan jenis

kelamin), pola asuh orang tua dan perkembangan balita.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square untuk mengetahui

hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Sedangkan jika distribusi data ditemukan terdistribusi tidak normal maka uji

30
alternatif yang digunakan adalah uji fisher exact test. Dasar pengambilan

hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan (nilai p), yaitu:

1) Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

2) Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

J. Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2017) dalam melakukan penelitian, peneliti perlu

membawa rekomendasi dari institusi untuk pihak lain dengan cara mengajukan

permohonan izin kepada institusi lembaga tempat penelitian yang diajukan

oleh peneliti. Setelah mendapat persetujuan, barulah peneliti dapat melakukan

penelitian dengan mengedepankan masalah etika meliputi:

1. Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan persetujuan antara peneliti dan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti memberikan penjelasan kepada responden dan meminta

persetujuan terlebih dahulu.

2. Tanpa Nama (Anomity)

Setiap responden dijaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan. Peneliti

tidak mencantumkan nama responden tetapi pada lembar tersebut diberi

kode.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu dilaporkan sebagai hasil penelitian.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anis, A., W. 2022. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan
Anak. Malahayati Nursing Journal Volume 4 Nomor 9.

Ayun, Qurrotu. 2019. Pola Asuh Orang Tua dan Metode Pengasuhan dalam
Membentuk Kepribadian Anak. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru
Raudhatul Athfal, 5(1), 102-122.

Hasinuddin, M., & Fitriah, F. 2019. Modul Anticipatory Guidance Merubah Pola
Asuh Orang Tua yang Otoriter dalam Stimulasi Perkembangan Anak. Jurnal
Ners, 6(1), 50–57.

Irwanto. 2020. Hubungan Jenis Pola Asuh dengan Perkembangan Anak Usia 1-5
Tahun.

Maryam Siti. 2020. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta:


EGC.

Moonik, Hesti Lestari H, Rocky Wilar. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Keterlambatan Perkembangan Anak Taman Kanak-Kanak. Jurnal e-Clinic
(eCl), Volume 3 No 1.

Rahmayanti, & Pujiastuti, S. 2020. Hubungan Pola Asuh Dengan Perkembangan


Anak Usia Prasekolah Di TK Kartika X-9 Cimahi. Anzdoc, 15(2), 1–23.

Simkiss, D. E., MacCallum, F., Fan, E. E. Y., Oates, J. M., Kimani, P. K., &
Stewart-Brown, S. 2019. Validation of the mothers object relations scales in
2-4 year old children and comparison with the child-parent relationship
scale. Health and Quality of Life Outcomes, 11(1), 1–9.

Syifauzakia. 2021. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Malang: Literasi


Nusantara Abadi.

Tasha. 2019. Pentingnya Pola Asuh Tepat untuk Membentuk Kepribadian Anak.

Wahidanur. 2023. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan


Anak Balita. Jurnal Kesehatan Tambusai Volume 4 omor 2.
Lampiran 1:

LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Sudah mendapat penjelasan mengenai manfaat dan hal-hal yang berhubungan

dengan penelitian mengenai “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap

Perkemabngan Balita di Puskesmas Buria” dan memahami mengenai segala

yang akan dilakukan untuk penelitian. Dengan ini saya menyatakan setuju untuk

diikutsertakan sebagai responden dalam penelitian ini. Demikianlah surat

persetujuan ini saya buat dalam keadaan baik tanpa paksaan dari pihak manapun.

Ambon, Oktober 2023

Responden
Lampiran 2:

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP P


ERKEMABNGAN BALITA DI PUSKSEMAS BURIA

Petunjuk pengisian:

Responden diharapkan kesediaannya untuk mengisi kuesioner dengan cara

mengisi titik-titik dan menjawab setiap pernyataan dengan memberikan tanda

chek (√) pada kolom yang tersedia.

A. Data Demografi

1. Nama (inisial) : ..................................

2. Umur : .................................. tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

B. Kuesioner Pola Asuh Orang Tua

No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Saya melihat dan memberlakukan anak
sebagai titipan dari Tuhan Yang Maha Esa
2 Saya mengasuh dan mengembangkan
anak supaya anak menjadi dirinya sendiri
3 Saya sangat menghormati dan mendukung
anak
4 Saya selalu fokus untuk mencari solusi
dari permasalahan anak
5 Saya membimbing anak kepada hal-hal
yang bermanfaat
6 Saya mendidik anak agar belajar dari
kesalahan
7 Saya melibatkan anak untuk mencari
jalan keluar terbaik
8 Saya sangat melindungi dan tidak
memberikan kepercayaan kepada anak
(Over protective)
9 Saya tidak memberi kesempatan kepada
anak untuk mengungkapkan perasaannya.
10 Saya selalu mengikuti keinginan anak
11 Saya selalu membuat keputusan sendiri
tanpa memikirkan pendapat anak
12 Saya selalu merasa khawatir atau takut
13 Saya selalu merasa kesal jika anak
berperilaku tidak sesuai dengan keinginan
saya
14 Saya mempunyai persepsi bahwa kecerdasan
intelektual adalah faktor utama yang akan
membuat anak sukses

C. Kuesioner Perkembangan Balita

1) Usia 1 tahun (12 bulan)

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Jika anda bersembunyi di belakang Sosialisasi
sesuatu/di pojok, kemudian muncui dan &
menghilang secara berulang-ulang di kemandirian
hadapan anak, apakah ia mencari anda atau
mengharapkan anda muncul
kembali?
2 Letakkan pensil di telapak tangan bayi. Gerak halus
Coba ambil pensil tersebut dengan
perlahan-lahan. Sulitkah anda
mendapatkan pensil itu
kembali?
3 Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik Gerak kasar
atau lebih dengan berpegangan pada
kursi/meja?
4 Apakah anak dapat mengatakan 2 suku Bicara &
kata yang sama, misalnya: “ma-ma”, “da-da” bahasa
atau “pa-pa”. Jawab YA bila ia
mengeluarkan salah—satu suara tadi.
5 Apakah anak dapat mengangkat badannya ke Gerak kasar
posisi berdiri tanpa bantuan anda?
6 Apakah anak dapat membedakan anda Sosialisasi
dengan orang yang belum ia kenal? la akan &
menunjukkan sikap malu-malu atau ragu- kemandirian
ragu pada saat permulaan bertemu dengan
orang yang
belum dikenalnya.
7 Apakah anak dapat mengambil Benda kecil Gerak halus
seperti kacang atau kismis, dengan meremas
di antara ibu jari dan jarinya seperti pada
gambar?

8 Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa Gerak kasar


bantuan?
9 Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak Bicara &
(tidak perlu kata-kata yang lengkap). bahasa
Apakah ia mencoba meniru menyebutkan
kata-kata tadi
?
10 Tanpa bantuan, apakah anak dapat Gerak halus
mempertemukan dua kubus kecil yang ia
pegang? Kerincingan bertangkai dan tutup
panel tidak ikut dinilai.

2) Usia 2 tahun (24 bulan)

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Jika anda sedang melakukan Sosialisasi
pekerjaan rumah tangga, apakah &
anak meniru apa yang kemandirian
anda lakukan?
2 Apakah anak dapat meletakkan 1 buah Gerak halus
kubus di atas kubus yang lain tanpa
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang
digunakan ukuran 2.5 — 5 cm.
3 Apakah anak dapat mengucapkan paling Bicara
sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain &
"papa" dan "mama"? bahasa
4 Apakah anak dapat berjalan mundur 5 Gerak kasar
langkah atau lebih tanpa kehilangan
keseimbangan?
(Anda mungkin dapat melihatnya ketika
anak menarik mainannya).
5 Dapatkah anak melepas pakaiannya Gerak halus
seperti: baju, rok, atau celananya? (topi ;
dan kaos kaki tidak ikut dinilai). sosialisasi
&
kemandirian
6 Dapatkah anak berjalan naik tangga Gerak kasar
sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga sosialisasi
dengan posisi tegak atau berpegangan pada &
dinding atau pegangan tangga. Jawab kemandirian
TIDAK jika ia naik tangga dengan
merangkak atau anda tidak membolehkan
anak naik tangga atau anak harus
berpegangan pada seseorang.
7 Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan Bicara
anda, dapatkah anak menunjuk dengan dan
benar paling sedikit satu bagian badannya bahasa
(rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian
badan yang lain)?
8 Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa Sosialisasi&
banyak tumpah? kemandirian
9 Dapatkah anak membantu memungut Gerak halus
mainannya sendiri atau
membantu mengangkat
piring jika diminta?
10 Dapatkah anak menendang bola kecil Gerak kasar
(sebesar bola tenis) ke depan tanpa
berpegangan pada apapun? Mendorong
tidak
ikut dinilai.

3) Usia 3 tahun (36 bulan)

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret Gerak halus
kertas tanpa bantuan/petunjuk?
2 Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu Gerak halus
persatu di atas kubus yang lain tanpa
menjatuhkan
kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 –
5 cm.
3 Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat Bicara &
berbicara seperti “minta minum”; “mau bahasa
tidur”? “Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut
4 Apakah anak dapat menyebut 2 diantara Bicara &
gambar- bahasa
gambar ini tanpa bantuan?

5 Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah Gerak kasar


perut
atau dada anda dari jarak 1,5 meter?
6 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan Bicara &
memberi isyarat dengan telunjuk atau mata bahasa
pada saat memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di
lantai”. “Letakkan kertas ini
di kursi”. “Berikan kertas ini
kepada
bu”.
7 Buat garis lurus ke bawah sepanjang Gerak halus
sekurangkurangnya 2.5 cm. Suruh anak
menggambar garis lain di
samping garis tsb.

8 Letakkan selembar kertas seukuran buku di Gerak kasar


lantai.
Apakah anak dapat melompati bagian lebar
kertas dengan mengangkat kedua
kakinya secara
bersamaan tanpa didahului lari?
9 Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri? Sosialisasi &
kemandirian
10 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga Gerak kasar
sejauh
sedikitnya 3 meter?

4) Usia 4 tahun (48 bulan)

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda Gerak kasar
tiga
sejauh sedikitnya 3 meter?
2 Setelah makan, apakah anak mencuci dan Sosialisasi &
mengeringkan tangannya dengan baik kemandirian
sehingga
anda tidak perlu mengulanginya?
3 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa Gerak kasar
berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan
beri anak anda kesempatan melakukannya 3
kali. Dapatkah ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu
2 detik atau lebih?
4 Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di Gerak kasar
lantai. Apakah anak dapat melompati panjang
kertas ini dengan mengangkat kedua kakinya
secara
bersamaan tanpa didahului lari?
5 Jangan membantu anak dan jangan menyebut Gerak halus
lingkaran. Suruh anak menggambar seperti
contoh ini di kertas kosong yang tersedia.
Dapatkah anak menggambar lingkaran?

6 Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu Gerak halus


persatu di atas yang lain tanpa menjatuhkan
kubus tersebut?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
7 Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular Sosialisasi &
naga atau permainan lain dimana ia ikut kemandirian
bermain dan
mengikuti aturan bermain?
8 Dapatkah anak mengenakan celana panjang, Sosialisasi &
kemeja, baju atau kaos kaki tanpa di bantu? kemandirian
(Tidak termasuk memasang kancing, gesper
atau ikat
pinggang)
9 Dapatkah anak menyebutkan nama Bicara &
lengkapnya tanpa dibantu? Jawab TIDAK jika bahasa
ia hanya menyebutkan sebagian namanya
atau ucapannya
sulit dimengerti.

5) Usia 5 tahun (60 bulan)


No PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban Bicara
anak. Jangan membantu kecuali mengulangi &
pertanyaan. bahasa
“Apa yang kamu lakukan jika kamu
kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”
Jawab YA biia anak merjawab ke 3 pertanyaan
tadi dengan benar, bukan dengan gerakan atau
isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah
“menggigil” ,”pakai mantel’ atau “masuk
kedalam rumah’.
Jika lapar, jawaban yang benar
adalah “makan”
Jika lelah, jawaban yang benar adalah
“mengantuk”, “tidur”, “berbaring/tidur-
tiduran”, “istirahat” atau “diam sejenak”
2 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya Sosialisasi
atau pakaian boneka? &
kemandirian
3 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa Gerak kasar
berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya
dan beri anak ands kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam
waktu 6 detik atau lebih?
4 Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan Gerak halus
menyebut kata “lebih panjang”.
Perlihatkan gambar kedua garis
ini pada anak.
Tanyakan: “Mana garis yang lebih
panjang?”
Minta anak menunjuk garis yang
lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar
lembar ini dan ulangi
pertanyaan tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi
dan ulangi pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang
lebih panjang sebanyak 3 kali dengan
benar?
5 Jangan membantu anak dan jangan Gerak halus
memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas
kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan.
Apakah anak dapat

Anda mungkin juga menyukai