Anda di halaman 1dari 67

PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN DUKUNGAN


KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUANG POLIKLINIK
JIWA RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI MALUKU

OLEH :
FRETS SOPLERO
12114201150053

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2019
TJwIBARATJ PERSIETUJUAITI

Kami menyatakan menerima dan mBnyetujui Proposal ini yang disusun oleh
(Frets Soplero, NPM. 121142011500q3 ) untuk diuji.

Ambon, Desernber 2019

Ns" MevlIiliporv. S.I&p.. llfi.Kcp


NIDN t l2tffiI87t2

t.
Mengetahui

j
{
A

.t
x
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

kasih dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan proposal dengan judul “Hubungan

Pengetahuan dan Motivasi dengan Dukungan Keluarga pada pasien Skizofrenia di

ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku” ini dapat

terselesaikan.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ns. A. Horhoruw

S.Kep, M.Kes selaku pembimbing I yang dengan Kesabaran dan perhatiannya

dalam memberikan bimbingan, semangat dan saran hingga proposal ini bisa

terselesaikan dengan baik. Terimakasih juga Kepada Ns. Mevi. Lilipory, S.Kep.,

M.Kep. selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan motivasi dan saran demi kesempurnaan Proposal ini.

Dengan terselesainya Proposal ini, perkenankan penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. G. J. Damamain, M.Th selaku Rektor Universitas Krsiten Indonesia

Maluku

2. Pembantu Rektor I, II, III dan IV Universitas Kristen Indonesia Maluku.

3. B. Talarima, SKM, M.Kes selaku Dekan dan para Pembantu Dekan I, II, dan

III Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku.

ii
4. Ns. Sintia. R.. Maelissa, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku.

5. Staf dosen pengajar di Fakultas Kesehatan Program Studi Keperawatan

Universitas Kristen Indonesia Maluku yang telah memberikan pengetahuan,

semangat maupun motivasi bagi penulis.

6. Terima kasih yang mendalam untuk orang tua dan saudara-saudara-saudara

yang telah membantu penulis dalam memberikan motivasi dan materil

sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

7. Teman- teman keperawatan angkatan 2015 yang selalu mendukung dan selalu

bersama-sama dengan penulis dalam penyusunan proposal ini, terkhususnya

kelas B semoga kebersamaan kita selama studi membuat kita menjadi sebuah

keluarga kecil yang unik dengan berbagai perbedaan yang ada.

Akhirnya penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang dengan

berbagai macam cara dan perannya telah membantu penulis dalam proses

penyusunan hingga terselesaikannya Proposal ini. Semoga proposal ini bisa

memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

kesehatan.

Ambon, Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL LUAR………………………………………………………………...i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………vii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1. Tujuan Umum ..................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
1.Manfaat Teoritis ................................................................................... 5
2.Manfaat Praktis .................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Skizofrenia ................................................................... 7


B. Tinjauan Umum Pengetahuan ................................................................. 18
C. Tinjauan Umum Motivasi ....................................................................... 25
D. Konsep Dukungan Keluarga ................................................................... 31
E. Kerangka Konsep .................................................................................... 36
F. Hipotesis……………………………………………………………… 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian .............................................................................. 38


B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 38
1. Lokasi Penelitian…………………………………………………. 38
2. Waktu Penelitian……………………………………………………38
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 38
1. Populasi…………………………………………………………… 38
2. Sampel……………………………………………………………. 39
D. Variabel Penelitian .................................................................................. 41
E. Defenisi Operasional ............................................................................... 42
F. Instrumen Penelitian................................................................................ 42
G. Tekinik dan Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 45
1. Teknik Pengumpulan Data…………………………………...……..45
2. Prosedur Pengumpulan Data…………………………………….….46
H. Analisa Data ............................................................................................ 47
I. Etika Penelitian ....................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka konsep…………………………………………….……36

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Defenisi operasional ...........................................................................................42

iv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembaran permohonan menjadi responden

2. Lembaran persetujuan responden

3. Lembar kuesioner

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa didefenisikan sebagai suatu kondisi sehat emosional

psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,

perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan

emosional (Keliat B. A, 2014).

Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi

berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima

dan menginterprestasikan realitas, merasakan dan menunjukan emosi dan

berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara sosial. Skizofrenia adalah

gangguan jiwa yang pasiennya tidak mampu menilai realitas dengan baik dan

pemahaman diri (self insight) buruk Skizofrenia ditandai oleh adanya

penyimpangan yang sangat dasar dan adanya perbedaan dari pikiran,disertai

dengan adanya ekspresi emosi yang tidak wajar (Wardhani, 2015).

Prevalensi skizofrenia di Negara sedang berkembang dan Negara maju

relative sama, sekitar 20% dari jumlah penduduk dewasa. Oleh karena itu siapa

saja bisa terkena skizofrenia, tanpa melihat jenis kelamin, status sosial, maupun

tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil statistik pada usia 15-30 tahun banyak yang

mengalami gangguan jiwa seperti skizofrenia. menurut World Health

Organization (2017), sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk

1
skizofrenia. Sepertiganya berasal dari negara berkembang, dan 8 dari 10 orang

yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan medis. Gejala

skizofrenia muncul pada usia 15-25 tahun dan lebih banyak ditemukan pada laki-

laki dibandingkan pada perempuan (Ashturkar, 2013) Data (Riset Kesehatan

Dasar Riskesdas 2018) .

Prevalensi pasien skrizofrenia di Indonesia tahun 2018 sebesar 7% dari

2% pada tahun 2013, biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada

juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita skizofrenia. sedangkan data

pada provinsi Maluku prevalensi gangguan jiwa pada tahun 2018 sebesar 2,9%.

pada cakupan pengobatan pada pasien skizofrenia yang berobat sebanyak 84,9%

dan cakupan pengobatan yang tidak berobat sebanyak 15,1% tidak berobat. Dari

84,9% pasien skizofrenia yang menjalani pengobatan 48,9% rutin minum obat

dan 51,1% tidak rutin minum obat dengan berbagai alasan yaitu merasa sudah

sehat 36,1% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)

Berdasarkan Pengambilan data awal pada tanggal 19 Juli 2019 di

Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku didapatkan data bahwa pasien

skizofrenia di Ruang Rawat Inap tahun 2015 berjumlah 361 Orang, 2016

berjumlah 395 orang, pada tahun 2017 berjumlah 195 orang, tahun 2018

berjumlah 414 orang dan pada Tahun 2019 terhitung pada Bulan Januari hingga

bulan April sebanyak 62 orang yang mengalami gangguan skizofrenia.

Menurut Yudi (2015) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat

empat faktor penyebab pasien skizofrenia kambuh dan perlu dirawat di Rumah

2
sakit yaitu: Pasien, Keluarga, Dokter dan case manager, Keluarga merupakan

pendukung utama dalam perawatan terhadap pasien baik Sehat maupun sakit.

Status kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga. Pengetahuan merupakan

hasil dari tahu keluarga memahami dan mendengar terhadap sesuatu yang

menjadi objek permasalahan untuk itu diharapkan keluarga harus mengerti,

memahami, dan mengetahui agar dapat berperan aktif dalam pendukung keluarga.

Adapun hasil penelitian yang dilakukan Pusparia, (2017) tentang

“Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi sembuh pada pasien

Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Graha Yogyakarta” Menunjukan bahwa ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi sembuh nilai r positif yang

berarti arah hubungan positif. Motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang

untuk bertingkah laku. dorongan ini ada dalam diri seseorang yang menggerakan

seseorang untuk melakukan seseuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya.

Menurut Setiadi (2015), dukungan keluarga meliputi dukungan Emosional,

dukungan Penghargaan, dukungan instrumental, dukungan Material, dan

Dukungan Informasi. Dukungan Keluarga memiliki pengaruh besaar dalam

menentukan keberhasilan asuhan keperawatan, karena dukungan keluarga yang

optimal selama pasien dirawat dirumah sakit sangat dibutuhkan agar pasien

termotivasi untuk sembuh. keluarga mengamati cara pemberian obat dan

perawatan pasien, keluarga tidak ikut berperan dalam perawatan seperti

meminumkan obat, memotong kuku, mandi,merapikan rambut pasien, dan

3
keluarga mengajarkan perilaku yang baik pada pasien seperti beribadah dan

berolahraga (Akhmadi, 2014) .

Wawancara peneliti dengan perawat di RSKD Provinsi Maluku pada

tanggal 7 agustus 2019, didapati bahwa Dukungan dari keluarga sangat minim.

karena keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa

skrizofrenia ini tergantung kepedulian keluarga itu sendiri. jika keluarga yang

merasa peduli terhadap anggota keluarganya pasti ia selalu datang menjenguk

anggota keluarganya, biasanya keluarga yang datang untuk memberikan

dukungan dan perhatian terhadap keluarganya dan juga melihat waktu-waktu

minum obat namun ada keluarga yang kurang peduli sehingga waktu kunjungan

itu jarang sekali. dukungan keluarga memang sangat penting, karena apabila

perlakuan yang kurang baik dan dukungan yang tidak baik dari keluarga maka

akan menyebabkan penderita skizofrenia menjadi tertekan dan stress sehingga

mempengaruhi pikiran dan emosinya.

Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang” Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Dukungan

keluarga pada pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi

Maluku”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas dapat

dirumuskan masalah penelitian adalah “ apakah ada hubungan Pengetahuan

4
dan Motivasi dengan dukungan keluarga pada pasien skizofrenia Di ruang

Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi dengan dukungan

keluarga pada Pasien Skizofrenia di ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit

Khusus Daerah Provinsi Maluku.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan dukungan keluarga pada

pasien skizofrenia di ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Khusus

Daerah Provinsi Maluku.

b. Mengetahui hubungan motivasi dengan dukungan keluarga pada

pasien skizofrenia di ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Khusus

Daerah Provinsi Maluku.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan beberapa

manfaat antara lain:

a) Referensi

Sebagai tambahan referensi tentang hubungan pengetahuan dengan

dukungan keluarga pada pasien skizofrenia.

5
b) Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar acuan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di waktu yang akan datang.

2. Manfaat Praktis (Aplikatif)

a) Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas

pengetahuan dan wawasan peneliti tentang masalah kesehatan serta

dalam melakukan penelitian selanjutnya.

b) Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat menjadi kontribusi bagi peningkatan praktek

keperawatan khsusnya dalam penanganan pasien skizofrenia agar lebih

komperhensif mulai dari promotif, preventif, kuratif hingga

rehabilitative penyakit skizofrenia agar tidak terjadi kekambuhan.

c) Bagi Keluarga

Diharapkan memberi informasi bagi keluarga tentang skizofrenia agar

keluarga dapat memberikan dukungan yang baik terhadap anggota

keluarga mereka.

d) Bagi Masyarakat

Diharapkan menambah pemahaman dan pola pikir masyarakat tentang

skizofrenia sehingga penderita skizofrenia dapat diterima dikalangan

masyarakat.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Skizofrenia

1. Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia secara etimologi berasal dari kata bahasa Yunani yaitu

schizo yang berarti terpotong atau terpecah dan phren berarti

pikiran,sehingga skrizofrenia berarti pikiran yang terpecah. Arti dari kata-

kata tersebut menjelaskan tentang karaketristik utama dari gangguan

skizofrenia, yaitu pemisahan antara pikiran,emosi, dan perilaku dari orang

yang mengalaminya. Gangguan skizofrenia adalah sekelompok reaksi

psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk

berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterprestasikan realitas,

merasakan dan menunjukan emosi dan berperilaku dengan sikap yang dapat

diterima secara langsung( Hawari, 2013).

2. Penyebab Skizofrenia

Skizofrenia bukanlah ganggguan yang tunggal namun merupakan

suuatu sindrom dengan banyak variasi dan banyak penyebab, menurut

(Stuart G. L., 2014) penyebab skizofrenia terdiri atas biologis,

psikologis,social dan lingkungan

7
a. Biologis

Bila dilihat penyebab skizofrenia dari segi biologis maka factor-faktor

yang termasuk didalamnya adalah genetic, neurotransmitter,

neurobiologis, perkembangan saraf otak dan teori-teori virus. Pengaruh

Faktor genetic terhadap skizofrenia secara spesifik, anak dengan orang

tua yang salah satunya mengalami skizzofrenia mempunyai resiko 15%

dan bila kedua orang tua mengalami skizofrenia maka anak beresiko

35% mengalami skizofrenia juga.

b. Psikologis

Skizofrenia disebabkan karena keluarga dan perilaku individu itu

sendiri. Bila dilihat dari keluarga, ibu yang sering cemas, perhatiannya

yang berlebihan atau tidak ada perhatian, konflik pernikahan, dan anak

yang didalam keluarga selalu dipersalahkan (Stuart & Laraia, 2014), ini

semua merupakan teori yang menggambarkan komunikasi dalam bentuk

pesan ganda sehingga individu yang menerimanya beresiko untuk

mengalami skizofrenia.

c. Sosial dan lingkungan

Status social merupakan salah satu factor masalag gangguan jiwa seperti

skozofrenia. Status sosioekonomi mengacu pada pendapatan, pendidikan

dan pekerjaan individu (Videbeck, 2013). Status sosioekonomi yang

rendah lebih banyak menimbulkan resiko mengalami skizofrenia

disbanding pada tingkat sosioekonomi tinggi (Yosep, 2014). Disamping

8
social, budaya juga merupakan factor yang mempengaruhi perilaku

agresif atau kekerasan. Kemisikinan, social dan budaya yang tidak

harmonis dapat menyebabkan skizofrenia.

Sedangkan menurut Videbeck (2011) etiologi skizofrenia adalah :

a. Faktor genetik: kebanyakan penelitian berfokus pada keluarga terdekat,

seperti orang tua, saudara kandung, dan anak cucu untuk melihat apakah

skizofrenia diwariskan atau diturunkan secara genetik.Pada penelitian

anak kembar menunjukan bahwa kembar identik beresiko mengalami

gangguan sebesar 50%, sedangkan kembar fraternal beresiko hanya 15%

dan angka ini meningkat sampai 35% jika kedua orang tua biologis

dengan riwayat skizorenia tetapi diadopsi saat lahir oleh keluarga tanpa

riwayat skizofrenia masih memilki reskio genetic dari orang tua

biologis.

b. Faktor neuroanatomi dan neurokimia: dengan perkembangan teknik

pencitraan non-invasif seperti CT scan, MRI, PET dalam waktu 25

tahun berakhir, para ilmuan mampu meneliti struktur otak

(Neuroanatomi) dan aktivitas otak (neurokimia) penderita skizofrenia.

Penelitian menunjukan bahwa penderita skizofrenia memilki jaringan

otak yang relative lebih sedikit,hal ini dapat memperlihatkan suatu

kegagalan perkembangan atau kehilangan jaringan. Sedangkan

9
penelitian secara konsisten memperlihatkan adanya perubahan system

neurotransmitter otak pada penderita skizofrenia.

c. Faktor Imunologi: ada teori yang mengatakan bahwa perubahan patologi

otak pada enderita skizofrenia dapat disebabkan oleh pajanan virus, atau

respon imun tubuh terhadap virus dapat mengubah fisiologi otak.

Selain itu banyak teori yang diajukan sebagai teori etiologi skizofrenia,

antara lain teori yang menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh

suatu interaksi beberapa gen penyebab skizofrenia. Ada pula teori yang

menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh metabolisme (Maramis,

2015)

3. Karakteristik Skizofrenia

Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap

individu. Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan,

meliputi beberapa fase yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal,

fase aktif dan keadaan residual. Pola gejala premorbid merupakan tanda

pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada dikenali hanya

secara retrospektif. Karakteristik gejala skizofrenia yang dimulai pada

masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti dengan

perkembangan gejala prodromal yang berlangsung beberapa hari sampai

ke beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa

cemas, gunda (gelisa ), merasa diteror atau depresi. Penelitian retrospektif

terhadap pasien dengan skizofrenia menyatakan bahwa sebagian penderita

10
mengeluhkan gejala somatic, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan

otot, kelemahan dan masalah pencernaan (Sadock, 2014).

Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara

klinis, yaitu adanya kekcauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku,

Penilaian pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman

diri (tilikan) buruk sampai tidak ada. Fase residual ditandai dengan

menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia, Yang tinggal hanya

satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat

berupa penarikan diri ( withdrawal) dan perilaku aneh (Buchanan, 2013).

4. Klasifikasi Skizofrenia

Menurut Videbeck (2011) skizofrenia dibagi dalam 5 tipe atau

kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya

didominasi dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Skizofrenia tipe hebefrenik

Seorang yang menderita Skizofernia tipe Hebefrenik yang disebut juga

disorganized type atau “kacau balau” yang ditandai dengan gejala-

gejala anra lain:

1) Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat

dimengerti apa maksudnya. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata

yang diucapkan tidak ada hubungannya dengan yang lain.

2) Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak selera.

11
3) Perilaku tertawa dan kekanak-kanakan, senyum yang

menunjukan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati

sendiri.

4) Waham tidak jelas dan tidak sistemik (terpecah-pecah) tidak

terorganisir sebagai sauatu kesatuan.

5) Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak

terorganisir sebagai suatu kesatuan.

6) Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukan

gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang

diulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara

ekstrim dari hubungan social.

b. Skizofrenia tipe katatonik

Seseorang yang menderita skizofrenia tipe katatonik menunjukan

gejala-gejala yaitu:

1) Stupor Katatonik, yaitu suatu pengurangan hebat dalam

reativitas terhadap lingkungan dan atau pengurangan dari

gerakan atau aktivitas spontan sehingga tampak seperti

“patung” atau diam membisu.

2) Nativisme Katatonik,yaitu suatu perlawanan yang Nampak

tampak motif terhadap semua perintah atau upaya untuk

menggerakan dirinya.

12
3) Kekakuan Katatonik,yaitu mempertahankan suatu sikap kaku

terhadap semua upaya untuk menggerakan dirinya.

4) Kegaduhan Katatonik, yaitu kegaduhan aktivitas motorik yang

tampaknya tak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh

rangsangan luar.

5) Sikap Tubuh Katatonik, yaitu sikap yang tidak wajar atau aneh.

c. Skizofrenia tipe paranoid

Seseorang yang menderita skizofrenia tipe Paranoid menunjukan

gejala-gejala yaitu:

1) Waham kejar atau waham kebesaran, misalnya kelainan luar

biasa, misi atau utusan sebagai penyelamat bangsa,dunia atau

agama,misi kenabisan atau mesias, atau perubahan tubuh.

Waham cemburu seringkali ditemukan.

2) Halusinasi yang mengandung isi kejaran atau kebesaran.

3) Gangguan alam dan perasaan atau perilaku misalnya

kecemasan yang tidak menentu, kemarahan,suak bertengkar

dan berdebat dan tindak kekerasan.

d. Skizofrenia tipe residual

Tipe ini merupakan sisa-sisa (residu) dari gejala Skizofrenia

yang tidak begitu menonjol. Misalnya alam perasaan yan tumpul dan

mendatar serta tidak serasi (inapropiate), penarikan diri dari pergaulan

social, tingkah laku eksentrik,pikiran tidk logis dan tidak rasional atau

13
pelonggaran asosiasi pikiran. Meskipun gejala-gejala Skizofrenia tidak

aktif atau tidak menampakkan gejala-gejala pasif skizofrenia

hendaknya pihak keluarga tetap mewaspadainya dan membawanya

berobat agar yang bersangkutan dapat menjalankan fungsi kehidupan-

sehari-hari dengan baik dan produktif.

e. Skizofrenia tipe tak tergolongkan

Tipe ini memenuhi criteria umum untuk diagnosis skizofrenia

tetapi ini tidak dapat dimasukan dalam tipe-tipe yang telah diuraikan

di muka, hanya gambaran klinisnya terdapat waham, halusinasi,

inkoherensi atau tingkah laku kacau.

5. Manifestasi Klinis

Menurut Keliat (2011), secara klinis untuk mengatakan

seseorang menderita skizofrenia atau tidak diperlukan kriteria

diagnostik paling sedikit terdapat 1 dari 6 kriteria selama dalam suatu

fase penyakit. Delusi atau waham yang aneh(isinya jelas tak masuk

akal), dan tidak berdasarkan kenyataan, delusi atau waham somatic,

kebesaran, keagamaan, nihilistik atau waham lainnya yang bukan

waham kejar atau cemburu; delusi atau waham kejar atau cemburu dan

waham tuduhan yang disertai halusinasi dalam bentuk apapun

(halusinasi pendengaran,penglihatan, penciuman, pengecapan dan

perabaan); halusinasi pendengaran yang dapat berupa suara yang

selalu memberikan komentar tentang tingkah laku ayai pikirannya,

14
atau dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakap; halusinasi

pendengaran yang terjadi beberapa kali yang berisi lebih dari satu atau

dua kata dan tidak ada hubungannya dengan kesedihan atau

kegembiraan; inkoherensi yaitu kelonggaran asosiasi pikiran yang

jelas, jalan pikiran yang tidak masuk akal, isi pikiran atau pembicaraan

yang kacau atau kemiskinan pembicaraan. Menurut Direja (2011),

mengemukakan bahwa sebelum seseorang secara nyata aktif

menunjukan gejala-gejala skizofrenia, yang bersangkutan terlebih

dahulu menunjukan gejala awal yang disebut gejala prodromal.

Sebaliknya bila penderita skizofrenia tidak lagi aktif menunjukan

gejala-gejala sisa yang disebut sebagai gejala residual.

Gejala-gejala prodromal atau residual adalah:

a. Penarikan diri atau isolasi dari hubungan social.

b. Enggan bersosialisasi dengan enggan bergaul.

c. Kendala yang nyata dalam fungsi peran pencari nafkah (tidak mau

bekerja), siswa/mahasiswa(tidak mau sekolah/kuliah), pengatur

rumah tangga ( tidak dapat menjalankan urusan rumah tangga).

d. Tingkah laku yang aneh dan nyata misalnya mengumpulkan

sampah, menimbun makanan atau berbicara, senyum-senyum dn

tertawa sendiri di tempat umum, berbicara sendiri tanpa

mengeluarkan suara.

15
e. Kendala yang nyata dalam hygine (kebersihan/perawatan) diri dan

berpakaian, misalnya tidak mau mandi dan berpakaian kumal

(berpenampilan lusuh dan kumul).

f. Afek (alam perasaan) yang tumpul atau miskin, mendatar dan tidak

serasi, wajahnya tidak menunjukan ekspresi dan terkesan dingin.

g. Pembicaraan yang meluntur, kabur, kacau, berbelit-belit, berputar-

putar.

h. Ide atau gagasan yang aneh dan tidak lazim atau pikiran magis,

seperti takhayul, kewaskitaan, telepati, indera keenam, orang lain

dapat merasakan perasaannya, ide-ide berlebihan, gagasan mirip

waham yang menyangkut diri sendiri,

i. Penghayatan persepsi yang tak lazim seperti ilusi yang berulang,

merasa hadirnya suatu kekuatan atau seseorang yang sebenarnya

tidak ada.

Baik gejala prodromal maupun gejala residual sewaktu-waktu

dapat aktif kembali yang biasanya didahulu oleh factor pencetus,

yaitu adanya stresos psikososial. Oleh karena itu peberian obat

(psikofarma) sebaliknya jangan terputus dan secara berkala control

kepada dokter.

Gejala umum skizofrenia adalah :

a. Delusi (waham ), suatu keyakinan yang salah yang tidak

dapat dijelaskan oleh latar belakang budaya pasien ataupun

16
pendidikanya. Pasien tidak dapat diyakinkan oleh orang

lain bahwa keyainan salah,meskipun banyak bukti kuat

yang dapat diajukan untuk membantah keyakinan pasien

tersebut.

b. Halusinasi adalah persepsi yang salah,tidak terdapat

stimulus sensorik yang berkaitan dengannya. Halusinasi

dapat berwujud penginderaan kelima yang keliru, tetapi

yang paling sering adalah halusinasi pendengaran dan

halusinasi penglihatan.

c. Pembicaraan kacau,terdapat asosiasi yang terlalu longgar.

Asosiasi mental tidak diatur oleh logika,tetapi oleh aturan-

aturan tertentu yang hanya dimilki oleh pasien.

d. Tingkah laku kacau, bertingkah laku yang tidak terarah

pada tujuan tertentu,misalnya membuka baju didepan

umum.

e. Simtom-simtom negative, berkurangnya ekspresi emosi,

berkurangnya kelancaran dan isi pembicaraan, kehilangan

minat untuk melakukan berbagai hal.

6. Terapi Skizofrenia

Skizofrenia merupakan interaksi dari tiga factor (biogenic-

psikogenik-sosiogenik), maka pengobatan gangguan skizofrenia juga

diarahkan ketiga factor tersebut yaitu samototerapi, psikoterapi, dan

17
sosioterapi. Dengan kata lain tidak ada pengobatan tunggal yang dapat

memperbaiki keanekaragaman gejala dan disabilitas berkaitan dengan

skizofrenia, tetapi harus dilakukan secara komperhensif (Syamsulhadi,

2014).

a. Farmakoterapi

b. ECT (Electro Convulsive Therapy)

c. Terapi koma insulin

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

seseorang (Notoatmodjo,2012)

b. Proese terjadinya pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut

terjadi proses sebagai berikut :

1.) Kesadaran (Awareness). Dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek).

18
2.) Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau objek tersebut disini

sikap objek mulai timbul.

3.) Menimbang-nimbang (Evaluation), terhadap baik dan tidaknya

stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

4.) Mencoba (Trial), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki.

5.) Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan,kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.

c. Tingkat Pengetahuan dalam kognitif.

Pengetahuan yang mencakup dalam domain kongnitif menurut

Notoatmodjo (2012) mempunyai enam tingkatan yaitu :

1) Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau

rangsangan yang sudah dterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami berarti mampu menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahuinya dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

19
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek kedalam

bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masi dalam struktur organisasi

dan ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis merupakan kemampuan menyusun formulasi baru dari yang

sudah ada.

6) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian-penilain ini berdasarkan pada suatu

criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada.

d. Jenis pengetahuan

Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks

kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku

kesehatan. Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut:

1) Pengetahuan implicit

Pengetahuan implicit adalah pengetahuan yang masi tertanam dalam

bentuk pengalaman seseorang dan berisi factor-faktor yang tidak

bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, persfektif, dan prinsip.

Biasanya pengalaman seseorang sulit untuk ditransver ke orang lain

baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implicit seringkali

berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak disadari.

20
2) Pengetahuan eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah diskumentasikan

atau tersimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku

kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan

yang berhubungan dengan kesehatan.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) factor internal dan factor eksternal yang

mempengaruhi terbentuknya pengethuan yaitu:

1) Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan yang dbawa sejak lahir, yang

memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.

Orang berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat

atau tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung

kemampuan intelegensinya. Salah satu factor yang mempengaruhi

penerimaan pesan dalam komunikasi adalah taraf intelegensi

seseorang. Secara commonsence dapat dikatakan bahwa orang

yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu pesan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang

mempunyai taraf intelegensi tinggi akan mempunyai pengetahuan

yang baik dan sebaliknya.

21
2) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik

formal maupun nonformal), berlangsung seumur

hidup.Pendidikan adalah sebuah proses pengembangan sikap dan

tata laku seorang atau kelompok dan juga usaha untuk

mndewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Tugas-tugas dari pendidikan adalah memberikan atau

meningkatkan pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta

memberikan atau meningkatkan kemampuan masyarakat atau

individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan, sehingga

dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Sistem pendidikan

yang berjenjang diharpkan mampu meningkatkan pengetahuan

melalui pola tertentu (Notoadmodjo,2012). Jadi tingkat

pengetahuan seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan

oleh tingkat pendidikan.

3) Pengalaman

Menurut teori determinan perilaku yang disampaikan WHO,

menganalisa bahwa yang menyebabkan sesorang itu berperilaku

tertentu salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan

perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan,

persepsi, sikap,kepercayaan dan penilain seseorang terhadap

22
objek tersebut,dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik

dan pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain

(Notoatmodjo, 2012)

4) Informasi

Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan

bahwa media massa dianggap sebagai system informasi yang

memilki peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan,

dan konflik dalam tatanan masyarakat, kelompok atau individu

dalam aktivitas social dimana media massa ini nantinya akan

mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, dan behavioral. Pada

fungsi kognitif diantaranya adalah berfungsi untuk menciptakan

atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan

system, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan

nilai-nilai tertentu (Notoatmodjo,2012). Media dibagi menjadi

tiga yaitu media cetak meliputi boolet, leflet, rubric yang terdapat

pada surat kabar atau majalah dan poster. Kemudia media

elektronik yang meliputi televise, video, slide, dan film serta

papan/biliboard (Notoatmodjo, 2012).

5) Kepercayaan

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apa

yang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah

23
terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang

mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu.

6) Umur

Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur

tingkat kemampuan seseorang akan lebih matang dalam berpikir

dan menerima informasi.

7) Sosial budaya

Sosial budaya termasuk didalamnya pandangan agama, kelompok

etnis dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam

penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.

8) Status sosial ekonomi

Status social ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku

seseorang. Individu yang berasal dari keluarga yang berstatus

social ekonomi baik dimungkinkan lebih memilki sikap positif

memandang diri dan masa depannya dibandingkan dengan

mereka yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah.

e. Pengukuran tingkat pengetahuan

Menurut Budiman, (2013) pengetahuan seseorang ditetapkan menurut hal-hal

berikut :

1. Bobot I : tahap dan pemahaman

2. Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis

24
3. Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis sitesis dan

evaluasi.

f. Kriteria tingkat Pengetahuan

Menurut Budiman, (2013) pengetahuan seseorang dibagi menjadi tiga

tingkatan yang didasarkan pada nilai presentase sebagai berikut :

1. Tingkat Pengetahuan kategori baik jika nilainya >75%

2. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56-74%

3. Tingkat Pengetahuan kategori kurang jika nilainya< 55%

C. Konsep Dasar Motivasi

1. Pengertian motivasi

Istilah Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri individu. Yang menyebabkan individu

tersebut bertindak atau berbuat (Uno, 2014). Motivasi adalah dorongan

dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada

dalam diri seseorang yang menggerakan untuk melakukan seseuatu sesuai

dengan dorongan dalam dirinya

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah dan

ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan (Robbins & Judge, 2012).

Motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap

seseorang atau kelompok kerja agar mereka melaksanakan seseuatu yang

telah ditetapkan

25
2. Jenis-Jenis Motivasi

a. Motivasi instinsik

Motivasi yang datang dari dalam diri seseorang, Motivasi

intrinsik pada umumnya lebih menguntungkan karena biasa dapat

bertahan lama (Suhardi, 2013).

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri seseorang.

Motivasi ini menggunakan pemicu untuk membuat seseorang

termotivasi. Pemicu ini bisa berupa uang, bonus, intensif,

penghargaan, hadiah, gaji besar, jabatan, pujian dan sebagainya.

Motivasi ekstrinsik memilki kekuatan untuk mengubah kemauan

seseorang. Seseorang bias berubah pikiran dari yang tidak mau

menjadi mau berbuat seseuatu karena motivasi ini (Suhardi, 2013)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Beberapa teori dan defenisi tentang motivasi maka dapat dipahami bahwa

bila pada individu terdapat bermacam- macam motif yang mendorong dan

menggerakan manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam

mencapai tujuan serta memenuhi kebutuhan hidup dalam rangka

mempertahankan eksistensinya (Syamsul,2013). Motivasi dipengaruhi

oleh :

26
a. Energi

Merupakan sumber energy yang mendorong tingkah laku, sehingga

seseorang mempunyai kekuatan untuk mampu melakukan suatu

tindakan tertentu.

b. Belajar

Dinyatakan bahwa ada interaksi antara belajar dan motivasi dalam

tingkah laku. Semakin banyak seseorang mempelajari sesuatu maka

dia akan lebih termotivasi untuk bertingkahlaku sesuai dengan yang

pernah dipelajarinya.

c. Interaksi Sosial

Dinyatakan bahwa interaksi sosial dengan individu lain akann

mempengaruhi motivasi bertindak. Semakin sering seseorang

berinteraksi dengan orang lain akan semakin mempengaruhi motivasi

seseorang untuk melakukan tindakan tertentu.

d. Proses kognitif

Yaitu informasi yang masuk pada sesorang diserap kemudian

diproses dan pengetahuan tersebut kemudian mempengaruhi tingkah

laku.

Menurut Taufik (2014), factor-faktor yang mempengaruhi motivasi

ekstrinsik adalah :

27
a. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan salah satu factor pendukung

(reinforcing factors) yang dapat mempengaruhi perilaku pasien

skizofrenia. Dukungan keluarga dalam upaya pemulihan pasien

skizofrenia, merupakan bentuk dukungan nyata dari kepedulian dan

tanggung jawab para anggota keluarganya.

b. Lingkungan

Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal. Lingkungan

dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk

melakukan seseuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai

peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam merubah tingkah

lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka, akan

menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi.

c. Imbalan

Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga

orang tersebut ingin melakuakan sesutau.

4. Tujuan Motivasi

Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakan seseorang agar

timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat

memperoleh hasil dan mencapai tujuan. Setiap tindakan motivasi

seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai. Makin jelas tujuan yang

diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula bagaimana

28
tindakan memoyivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih

dapat berhasil apabilah tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi.

Oleh karena itu, setiap orang akan memberikan motivasi pada seseorang

harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan,

kebutuhan serta kepbribadian orang yang akan dimotivasi (Taufik, 2014).

5. Fungsi Motivasi

Menurut Notoadmodjo (2014), motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah

direncanakan sebelumnya.

c. Menyelesaikan perbuuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan

apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan

akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah

melakukan proses penyeleksian.

29
6. Klasifikasi Motivasi

Ada beberapa ahli psikologis membagi motivasi dalam beberapa

tingkatan, namun secara umum terdapat keragaman dalam

mengklasifikasikan tingkatan motivasi yaitu :

a. Motivasi kuat dan tinggi

Motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang memilki

keinginan yang mempunyai harapan yang tinggi dan memilki

keyakinan yang tinggi bahwa dirinya berhasil dalam mencapai tujuan

dan keinginannya.

b. Motivasi sedang

Motivasi dikatakan sedang apabilah dalam diri seseorang memilki

keinginan yang mempunyai harapan yang tinggi namun memilki

keyakinan yang rendah untuk berhasil dalam mencapai tujuan dan

keinginan.

c. Motivasi lemah atau rendah

Motivasi dikatakan lemah atau rendah apabilah di dalam diri seseorang

memilki keinginan yang positif namun memiliki harapan dan

keyakinan yang rendah bahwa dirinya dapat mencapai tujuan dan

keinginannya.

7. Cara pengukuran Motivasi

Ya :1

Tidak : 0

30
Dianalisis dengan menggunakan rumus

= ×100%

Keterangan :

P : Persentase

F : Jumlah Jawaban

N : Jumlah soal ( Riduwan, 2015)

Setelah diketahui hasil persentase dari perhitungan kemudian

ditafsirkan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Kuat : Skor 67 – 100%

2. Sedang : Skor 34 – 66%

3. Lemah : Skor 0 – 33% ( Hidayat, 2012 )

D. Dukungan Keluarga

a. Pengertian dukungan keluarga

Menurut Setiadi (2011), dukungan keluarga adalah keberatan,

kesedihan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan,

menghargai dan menyayangi kita. Pandangan yang sama juga

dikemukakan oleh Setiono (2012) mendefenisikan dukungan keluarga

sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong

orang dengan sikap menerima kondisinya,dukungan keluarga tersebut

diperoleh dari indvidu maupun kelompok.

31
Dukungan keluarga didefenisikan oleh Setiadi (2011) yaitu

informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang

diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam

lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat

memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku

penerimaanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan

social, secara emosional merasa lega diperhatikan, mendapat saran atau

kesan yang menyenangkan pada dirinya.

b. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga biasanya didefenisikan sebagai hasil atau

konsekuensi dari struktur keluarga. Menurut Setiadi (2012), fungsi

keluarga meliputi: 1) fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian) :

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan

memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung; 2)

fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan social: proses perkembangan

dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi

social dan belajar berperan di lingkungan; 3) fungsi reproduktif: untuk

meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya

manusia; 4) fungsi ekonomis: untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

seperti sandang, pangan dan papan; 5) fungsi perawatan kesehatan:

untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

c. Tugas keluarga

32
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga

mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan

dilakukan. Lestari (2015) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang

kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil

apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila

menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya,

perubahan apa yang terjad dan seberapa besar perubahannya.

2) Mengambil Keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga.Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,

dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga

maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan

dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

3) Memberikan perawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.

Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memilki

kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau

pelayanan kesehatan atau memperoleh tindakan lanjutan agar

masalah yang lebih parah tidak terjadi.

33
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.

5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

d. Bentuk dukungan keluarga

Bentuk dukungan keluarga menurut Lestari (2015), terdiri atas:

1) Dukungan emosional (emosional support)

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

Meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap

anggota keluarga yang menderita.

2) Dukungan penghargaan (appraisal assistance)

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai

sumber serta validator identitas anggota keluarga. Terjadi lewat

ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk penderita, persetujuan

dengan gagasan atau perasaan individu.

3) Dukungan materi (tangibile assistance)

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,

mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan,

waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan

waktu mengalami stress.

34
4) Dukungan Informasi (informasi support )

Keluarga berfungsi sebagai koletor dan dissmeniator (penyebar

informasi tentang dunia, mencakup member nasihat, petunjuk-

petunjuk, saran atau mpan balik.Bentuk dukungan keluarga yang

diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat, pemberian

nasihat dan mengawasi tentang pola makan sehari-hari dan

pengobatan. Dukungan keluarga juga merupakan individu yang

mendapat perhatian, disenangi, dihargai dan termasuk bagian dari

masyarakat.

35
E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Pengetahuan
Dukungan keluarga pada
pasien Skizofrenia di
Motivasi Ruang Poliklinik jiwa
RSKD Provinsi Maluku

Gambar 2.1.Kerangka Konsep

Ket:

Variabel Independen

Variabel Dependen

Hubungan

36
F. Hipotesis

1. Ha

a : Ada hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluarga pada pasien

skizofrenia di ruang Poliklinik JIwa Rumah Sakit Khusus Daerah

Provinsi Maluku.

b : Ada hubungan antara Motivasi dan dukungan keluarga pada pasien

skizofrenia di ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerahh

Provinsi Maluku.

2. HO

a : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluarga pada

pasien skizofrenia di ruang Poliklinik JIwa Rumah Sakit Khusus

Provinsi Maluku.

b : Tidak ada hubungan antara Motivasi dan dukungan keluarga pada

pasien skizofrenia di ruang Poliklinik JIwa Rumah Sakit Khusus

Daerah Provinsi Maluku.

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan

pendekatan studi cross sectional yang digunakan untuk mencari hubungan

antara variabel dependen dengan variabel independen. Pengukuran variabel

dilakukan bersama-sama (sekali waktu) pada saat penelitian dengan

menggunakan kuesioner. (Nursalam, 2015)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit

Khusus Daerah Provinsi Maluku.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Desember 2019

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah individu yang memiliki sifat yang sama walaupun

presentase kesamaan itu sedikit, atau dengan kata lain seluruh individu

yang akan dijadikan sebagai objek penelitian (Arikunto, 2013)

Populasi dalam Penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai anggota

keluarga yang mengalami skizofrenia yang berjumlah 62 orang,

38
berdasarkan data 3 bulan terakhir pada tahun 2019 yang didapat di Ruang

Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku pada tahun

2019.

2. Sampel

Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari

populasi terjangkau dimana peneliti langsung mrngumpulkan data atau

melakukan pengamatan/ pengukuran pada unit ini. Sampel dalam

penelitian ini adalah keluarga pasien skizofrenia. Metode pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidental sampling.

Accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dengan

sumber data (Sugiyono, 2013). Sehingga dalam teknik sampling disini

peneliti mengambil responden pada saat itu juga di Ruangan Poliklinik

Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku.

Untuk menentukan besar sampel digunakan teknik pengambilan sampel

dengan menggunakan rumus Slovin.

Rumus :

= .

Keterangan :

N : Besar Populasi

39
n : Besar Sampel

D : Nilai Kritis (batas ketelitian) yang diinginkan

Dengan menggunakan rumus tersebut maka besar sampel yang diambil

adalah :

=
1+ .

62
=
1 + 62 × 0,1

62
=
1 + 62 × 0,01

62
=
1,62

= 38

Jadi, dari perhitungan diatas maka diperoleh sampel sebesar 38 orang.

Dengan kriteria inklusi dan ekslusi :

a. Kriteria Inklusi

1) Keluarga Pasien Skizofrenia

2) Keluarga inti pasien skizofrenia yang selalu datang menjenguk

anggota keluarganya yang mengalami skizofrenia di RSKD Provinsi

Maluku.

3) Bersedia menjadi responden

40
b. Kriteria Ekslusi

1) Keluarga yang bukan keluarga inti pasien skizofrenia

2) Tidak bersedia menjadi responden

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen (Variabel Bebas) yaitu variable yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable terikat

(Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini variabel independenya adalah :

Pengetahuan dan Motivasi.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel Dependen (Variabel Terikat) adalah variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian ini variabel dependenya adalah : Dukungan keluarga

pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku.

41
E. Defenisi Operasional

Tabel 3.1.
Defenisi Operasioanl

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Kriteria Hasil Skala


1 Pengetahuan Pengetahuan keluarga tentang Kuesioner 1. Baik: jika total Ordinal
Pengertian Skizofrenia, Peyebab, skor > 6%
fakktor - faktor, tanda dan gejala 2. Kurang baik : jika
dari penyakit Skizofrenia. total skor < 6%

2 Motivasi Motivasi adalah dorongan Kuesioner 1. Baik: jika total Ordinal


dasar yang menggerakan skor > 24%
seseorang bertingkah laku. 2. Kurang baik : jika
Dorongan ini berada dalam diri total skor < 24%
seseorang yang menggerakan
untuk melakukan seseuatu sesuai
dengan dorongan dalam dirinya.

3 Dukungan Dukungan Keluarga yang Kuesioner 1. Baik: jika total Ordinal


keluarga diberikan kepada anggota skor ≥ 40%
keluarga yang mengalami 2. Kurang baik : jika
gangguan kejiwaan. Dukungan total skor < 40%
yang diberikan itu seperti :
Dukungan Emosional, Dukungan
Penghargaan, Dukungan Materi
dan juga Dukungan Informasi.

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengumpulkan atau memperoleh data dalam melakukan suatu penelitian.

Menurut (Sugiyono, 2013) Instrument penelitian yaitu suatu alat yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun fenomena sosial yang

diamati secara spesifik. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

42
responden untuk dijawabnya sesuai dengan permintaan peneliti (Sugiyono,

2013). Instrument penelitian yang digunakan yaitu :

1. Data demografi responden yang didalamnya terdapat nama, usia, agama,

pendidikan, pekerjaan, status.

2. Kuesioner pengetahuan untuk melihat pengetahuan tentang hubungan

pengetahuan dukungan keluarga di kutip dari Warsidah (2017). Penelitian

tentang “Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Skizofrenia dengan

Kepatuhan minum obat di wilaya puskesmas Sedayu II Bantul Yogyakarta “

Kuesioner terdiri dari 12 peryataan yang diukur menggunakan skala

guttman yaitu peryataan benar dan salah . Untuk peryataan yang bersifat

positif jika jawaban benar diberikan nilai 1 dan jika peyataan salah

diberikan nilai 0. Sedangkan peryataan yang bersifat negatif jika menjawab

benar diberikan nilai 0 dan yang menjawab salah diberikan nilai 1.

Selanjutnya skor yang dicapai dalam kuesioner ini adalah Jumlah

pernyataan 12 × skor tinggi 1: 2 + = 6 maka Pengetahuan baik jika total

skor >6% dan kurang baik jika total skor <6%.

3. Kuesioner Motivasi di kutip dari (Santika,2018) dengan judul Penelitian

tentang “ Hubungan Motivasi Keluarga dan Kepatuhan Kontrol berobat

klien gangguan jiwa di Puskesmas Krucil Kabupaten Probolinggo ".

Kusioner ini terdiri dari 12 pertanyaan dengan empat pilihan jawaban yaitu

sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju. Untuk kuesioner yang

43
bersifat positif jika menjawab sangat setuju = 4, setuju = 3, kurang setuju =

2, tidak setuju = 1. Sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negative jika

menjawab sangat setuju = 1, setuju = 2, kurang setuju = 3, tidak setuju = 4.

Selanjutnya skor yang dicapai dalam kuesioner ini adalah Jumlah 12

pernyataan × skor tinggi 4 : 2 = 24 jadi pengetahuan baik jika total skor

>24% dan kurang baik jika total skor <24%.

4. Kuesioner dukungan keluarga untuk melihat dukungan keluarga dikutip dari

Sefrina (2016). kuesioner dari 20 peryataan dengan empat pilihan jawaban

yaitu selalu, sering, Jarang, tidak pernah .Menurut Lestari (2015 ) dukungan

keluarga yang terdiri dari Dukungan Emosional 1,2,3,4,5, Dukungan

Penghargaan 6,7,8,9,10 Dukungan Materi 11,12,13,14,15, dan Dukungan

Informasi 16,17,18,19,20. Untuk kuesioner yang bersifat positif jika

menjawab selalu = 4, sering= 3, jarang = 2, tidak pernah = 1. Skor yang

didapat dalam kuesioner ini adalah jumlah soal dalam pertanyaan sebanyak

20 × 4 (Skor tertinggi ) : 2 = 40. Jadi jika skor >40% maka baik, sebaliknya

jika skor <40% maka kurang baik. sedangkan untuk peryataan yang

bersifat negatif jika menjawab selalu= 1, sering= 2, jarang= 3, tidak

pernah= 4. Pernyataan baik adalah pernyataan positif yang mendukung

teori. sedangkan pernyataan tidak baik merupakan pernyataan negatif yang

tidak sesuai dengan teori Pernyataan yang terdapat dalam kuesioner

Dukungan keluarga merupakan semua Pernyataan Postif yang terdapat

44
dalam kuesioner (No. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,dan 16,

17, 18, 19, 20 )

G. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Pengolahan Data

Data penelitian diolah secara manual dan dilanjutkan dengan komputerisasi

dengan menggunakan aplikasi SPSS. Menurut (Wibowo, 2014)

a. Editing

Setelah kuesioner di isi oleh peneliti, kemudian dikumpulkan dalam

bentuk data, data tersebut dilakukan pengecekan dan memeriksa

kelengkapan data, kesinambungan, dan memeriksa keseragaman data.

b. Transformasi data

Untuk mengubah skala pengukuran data menjadi bentuk lain agar

memenuhi asumsi analisis.

c. Coding

Untuk memudahkan pengolahan data, semua data/ jawaban

disederhanakan dengan memberikan kode untuk setiap jawaban.

d. Entry

Untuk memasukan data yang diperoleh dengan menggunakan

perangkat lunak computer dengan bantuan SPSS.

e. Cleaning

Proses pengecekan data untuk konsistensi dan treatmen yang hilang,

pengecekan konsistensi meliputi pemeriksaan data yang out of range

45
tidak konsisten secara logika, ada nilai-nilai ekstrem, data dengan

nilai-nilai tidak terdefenisi.

f. Missing value

Data atau informasi yang hilang atau tidak tersedia mengenai subjek

penelitian pada variable tertentu akibat kesalahan peneliti maupun

ketidakmampuan responden menjawab secara akurat.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data untuk penelitian ini terdiri dari prosedur

administrasi yang dimulai dari fakultas untuk permintaan izin penelitian dan

prosedur teknis yaitu pengumpulan data penelitian yang dijelaskan sebagai

berikut :

1. Peneliti mengajukan proposal penelitian

2. Peneliti meminta surat pengantar izin penelitian kepada Fakultas

Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku untuk diberikan kepada

Gubernur Provinsi Maluku (Kepala Bada Kesatuan Bangsa dan Politik

Provinsi Maluku/KesBangPol), Direktur RSKD. Provinsi Maluku.

3. Peneliti meminta surat rekomendasi peneliti pada Kepala Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Provinsi Maluku/KesbangPol dengan membawa

fotocopy KTP (Kartu Tanda Pengenal), KTM (Kartu Tanda Mahasiswa)

dan proposal yang sudah disetujui. Kemudian membawa surat

rekomendasi penelitian bersama surat izin penelitian dari fakultas pada

46
Direktur RSKD Provinsi Maluku dan Kepala Bidang Diklat RSKD

Provinsi Maluku.

4. Setelah mendapatkan izin dari Direktur RSKD Provinsi Maluku dan

Kepala Bidang Diklat RSKD Provinsi Maluku. Peneliti membawa surat

izin penelitian bersama surat rekomendasi penelitian tersebut pada kepala

Ruangan Rawat Inap RSKD Provinsi Maluku dan meminta izin kepada

kepala ruangan rawat inap agar diizinkan untuk dapat melakukan

penelitian.

5. Setelah semua izin telah didapatkan, peneliti melakukan penelitian dengan

lebih dahulu meminta kesediaan calon responden untuk menjadi

responden penelitian dengan memberikan Informed consent. Kemudian

peneliti memberikan kusesioner Pengetahuan, Motivasi dan Kuesioner

Dukungan Keluaraga kepada responden untuk diisi. Selama penelitian,

peneliti selalu mendampingi responden.

6. Setelah Selesai melakukan penelitian dan mendapatkan data, data

dikumpulkan dan diolah dengan system komputerisasi SPSS..

H. Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk mengelompokan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari

seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan

untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk

47
menguji hipotesis yang telah diajukan, (Sugiyono, 2013). Analisa data disini

dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan Pengetahuan dan

Motivasi dengan Dukungan Keluarga pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit

Khusus Daerah Provinsi Maluku.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif

mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variable yang

diteliti, baik variabel dependen. Analisis univariat bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskrpsikan karakteristik setaip variabel penelitian.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan

hubungan variabel independen dan dependen. Apabila distribusi data

normal maka digunakan uji statistik Chi Square: pada tingkat signifkan (<

0, 05) Ho ditolak bila p – value <0,05 artinya data sampel mendukung

adanya hubungan yang bermakna antara variabel independen dan

dependen sedangkan Ho gagal ditolak bila nilai p - value >0,05 artinya

tidak ada hubungan. Apabila distribusi tidak memenuhi syarat maka dapat

di gunakan uji Fisher exact test dengan bantuan program SPSS.

I. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

48
diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam penelitian. Etika

dalam penelitian keperawatan meliputi (Baroroh, 2016):

1. Persetujuan Riset (informed concent). Peneliti memberikan penjelasan

kepada calon responden dan mempersilahkan mengisi lembar persetujuan

(inform consent) sebagai tanda bahwa calon responden bersedia untuk

diteliti. Bila calon responden menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa

dan tetap menghormati hak-haknya.

2. Tanpa Nama / Anonimity. Kerahasiaan identitas responden harus dijaga.

Oleh karena itu, peneliti tidak boleh mencantumkan nama responden pada

lembar pengumpulan data. Peneliti cukup memberi nomor kode pada

masing-masing lembar tersebut.

3. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan

yang terkait denganprinsip menghormati harkat dan martabat manusia,

adalah: peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed

consent).

4. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for

privacy and confidentiality). Pada dasarnya penelitian akan memberikan

49
akibat terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat

pribadi, sehingga peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.

5. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius

subyek penelitian. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan

keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan,

kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Peneliti mempertimbangkan

aspek keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang

sama baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam

penelitian.

6. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits) Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan

prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bennanfaat semaksimal

mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat

populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan

bagi subyek (nonmaleficence).

50
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, 2014., Hubungan dukungan sosial keluarga terhadap tingkat kekambuhan.


Akhmadi, D., R. 2014. Relaps Pada Klien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol 1,
52-64.
Arikunto, 2013., Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ashturkar, M., D. 2013. Seelected Epidemologi Aspects of Schizophrenia: A. Cross Sectional
Study At Terityary Care Hospital in Maharashtra. National Journal of Community
Medicine, 65-69.
Buchanan, a., C. 2013. Concept of Schizopherenia in Kaplan & Sadock's Comprehensive
Textbook of Psychiatri. 8 Edition, Lippincott William and Wilkins.
Hawari, D. 2013. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa. Jakarta: FKUI.
Hikmat, M., M. 2014. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kartika, P. 2014. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Keberfungsian Sosial pada
Pasien Skizofrenia. Semarang: UNDIP.
Keliat, B., A. 2014. Proses Keperawatan Kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit EGC.
Keliat, B., A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Utama RISKESDAS. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Maramis., W. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teorodan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.
Nursalam., 2015. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis ( edisi 3 ). Jakarta: Salemba
Medika.
Potter., P. 2014. Fundamental of Nursing: Fundamental Keperawatan. Edisi 7 Elsevier.
Riset Kesehatan Dasar Riskesdas. 2018. Jakarta : Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Risyanto, B., 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sadock, B., J. 2014. Gangguan Ansietas Dalam: Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis.
Jakarta: Ed ke-2 EGC.
Stuart, G., L. 2014. Priciple and practice of Psychiatric Nursing 8th Ed.St.Louis. Mosby Years
book.
Stuart, G. W. 2013. Principles and practice of psychiatric nursing,. 10 th edition,china :Elsevier.
Sugiyono., 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suhardi., 2013. The Science of Motivation ( Kitab Motivasi ). Jakarta: PT. Gramedia.
Syamsulhadi., 2014. Terapi Psikososial Pada Gangguan Skizofrenia. Dibacakan pada National
Conferenceon Schizopherenia, Sanur Bali.
Taihutu., E. 2019. Hubungan Kekambuhan Pasien Skizofrenia dengan Bornout Keluarga di
Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku. Fakultas Kesehatan Program Studi
Keperawatan UKIM Ambon: tidak diterbitkan.
Timisela., V. 2017. Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan
Pasien Skizofrenia. Fakultas Kesehatan Program Studi Keperawatann UKIM Ambon:
tidak diterbitkan.
Videbeck., 2013. Psychiatric Mental Health Nursing USA: Lipipincott William & Wilkins Inc.
Videbeck., S. 2011. Psychyatric mental health nursing ( 5th Ed). Lippincot: Wiliiams & Wilkins.
wakhid., I. 2017. Sikap dan dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. Gombong: tidak diterbitkan.
Wardhani., R. 2015. Penerimaan Pasien Skizofrenia Yang Menjalani Rawat Inap Di RSJ. 210.
WHO., 2010. Improving health system and services for mental health ( mental health policy and
service guidance package). Geneva 27: Swisterland : WHO Press.
Wibowo., A. 2014. Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta.
Yosep., I. 2014. Keperawatan jiwa ( edisi revisi ). Bandung: Refika Aditama.
Lampiran 1. Informed Consent

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU INDONESIAN


CHRISTIAN UNIVERSITY OF MOLUCASS
FAKULTAS KESEHATAN
HEALTHY FACULTY
Jln. OT PATTIMAIPAUW. Telp/Fax : (0911) 342007;

Email : ukimmaluku@yahoo.com

Formulir Persetujuan Responden Dalam Penelitian

( INFORMED CONSENT )

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……………………………………….

Umur : ……………………………………….

Menyatakan bersedia untuk membantu dengan menjadi responden dalam penelitian yang
dilakukan oleh :

Nama : Frets. Soplero

NPM : 12114201150053

Judul : Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Dukungan Keluarga pada pasien
Skizofrenia di ruang Poliklinik JIwa Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi
Maluku.

Demikian lembaran persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar dapat digunakan
sebagai mestinya.

Ambon, Desember 2019


Responden

(………………………….)
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU INDONESIA


INDONESIAN CHRISTIAN UNIVERSITY OF MOLUCASS

FAKULTAS KESEHATAN
HEALTY FACULTY

Jln. OT PATTIMAIPAUW. Telp/Fax : (0911) 342007;


Email : ukimmaluku@yahoo.com

Judul : Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Dukungan Keluarga


Pada pasien Skizofrenia di ruang Poliklinik JIwa Rumah Sakit
Khusus Daerah Provinsi Maluku.

Nomor Responden : (Di isi oleh Peneliti)

A. Karakteristik Responden
1. Nama : ………………..
2. Umur : ……………….
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Pendidikan Terakhir : …………………
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA/SMK
Perguruan Tinggi ( Diploma- Sarjana )
5. Pekerjaan :
Tidak bekerja
Wiraswasta
PNS
Pegawai Swasta
6. Status :
Belum menikah
Menikah Janda
B. Kuesioner Pengetahuan keluarga
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah dengan baik setiap nomor soal pernyataan.
2. Pilih satu jawaban sesuai dengan yang anda rasakan atau sesuai dengan yang anda
alami, dengan memberikan tanda (√) pada pilihan yang telah disediakan
3. Jawaban anda adalah rahasia pribadi yang tidak akan diketahui oleh siapapun karena
nama anda tidak tercantum.
4. Keterangan pilihan jawaban: B= Benar S=Salah
No Pertanyaan Jawaban
B S
1. Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang ditandai
dengan adanya keyakinan yang berlebihan bahwa dirinya
memilki kekuatan khusus tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan, dan mengalami halusinasi
2. Skizofrenia disebabkan oleh ilmu hitam
3. Obat yang digunakan untuk gejalah-gejalah mendengar
suara-suara yang tidak nyata disebut anti-psikotik
4. Sebagian besar orang yang menderita skizofrenia
membutuhkan terapi selama bertahun-tahun
5. Penyebab skizofrenia yaitu adanya kerusakan didalam
otak.
6. Skizofrenia bisa disebabkan oleh faktor keturunan dari
orang tua yang memilki riwayat gangguan jiwa berat.
7. Penyakit skizofrenia dapat disebabkan karena infeksi
virus ketika penderita masih berada dikandungan
8. Kecelakaan pada proses persalinan adalah awal penyebab
terjadinya penyakit skizofrenia pada anak.
9. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang
mengalami gangguan jiwa adalah adanya permasalahan
yang berat dalam
hidup penderita.
10. Seseorang berusia 18 tahun mulai mendengar suara-suara
dan selalu curiga terhadap orang lain. Gejala ini disebut
halusinasi

11. Gejala umum dari skizofrenia adalah berfikir bahwa ada


orang lain yang mengawali atau mengikuti.
12. Orang yang paling tepat yang bias memutuskan bahwa
seseorang menderita skizofrenia adalah seorang dokter
jiwa
Sumber : (Warsidah, 2017 )
C. Kuesioner Motivasi Keluarga
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah dengan baik setiap nomor soal pernyataan.
2. Pilih satu jawaban sesuai dengan yang anda rasakan atau sesuai dengan yang anda
alami, dengan memberikan tanda (√) pada pilihan yang telah disediakan
3. Jawaban anda adalah rahasia pribadi yang tidak akan diketahui oleh siapapun karena
nama anda tidak tercantum.
4. Keterangan pilihan jawaban: S=Selalu, S= Sering, Jarang, tidak pernah
No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
1. Keluarga memberikan semangat kepada pasien
selama menjalani perawatan di Rumah sakit Jiwa.
2. Keluarga mencari tahu informasi tentang
Skizofrenia
3. Keluarga punya harapan bahwa anggota
keluarganya yang dirawat bias sembuh dari
penyakit yang dialaminya.
4. Keluarga mendoakan agar pasien diberikan
kesembuhan
5. Keluarga mengingatkan pasien agar selalu Berdoa
agar diberi kesembuhan
6. Keluarga mengingatkan perilaku-perilaku yang
memperburuk perilaku pasien.
7. Keluarga meminta Pasien agar tetap berinteraksi
dengan semua orang.
8. Keluarga memberikan pujiian kepada pasien
selama di rumah sakit dengan memberikan hadiah
kepada pasien..
9. Keluarga memberikan motivasi agar pasien
percaya diri dan tidak malu terhadap penyakit yang
dideritanya..
10 Keluarga mendampingi dan menemani pasien di
Rumah Sakit selama proses pengobatan.
11 Keluarga mengingatkan pasien terhadap waktu
minum obat secara teratur.
12 Keluarga menginspirasi kalau pasien bisa
beraktivitas seperti dulu kala.
Sumber : Santika, (2018) dan Faisal, (2018)
D. Kuesioner Dukungan Keluarga
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah dengan baik setiap nomor soal pernyataan.
2. Pilih satu jawaban sesuai dengan yang anda rasakan atau sesuai dengan yang anda
alami, dengan memberikan tanda (√) pada pilihan yang telah disediakan
3. Jawaban anda adalah rahasia pribadi yang tidak akan diketahui oleh siapapun karena
nama anda tidak tercantum.
4. Keterangan pilihan jawaban: Selalu, Sering, Jarang, Tidak Pernah
Tidak
No Pernyataan Dukungan Keluarga Selalu Sering Jarang Pernah

Dukungan Emosional ( emosional support )

1. Keluarga Ikut merasakan seperti kondisi yang


pasien rasakan
2. Keluarga bertekad untuk mendampingi pasien
sampai keadaannya lebih baik
4. Keluarga Keluarga Merasakan masalah yang
dihadapi pasien oleh pasien adalah masalah yang
harus dihadapi bersama
5. Keluarga merasa turut bertanggung jawab atas
perawatan pasien karena pasien adalah bagian dari
anggota keluarganya

Dukungan Penghargaan (appraisal assistance )

6 Keluarga Memberikan pujian ketika pasien


mampu melakukan hal positif, seperti minum obat
tepat waktu
7 Keluarga Memberikan pujian atas hasil kerja yang
positif yang telah dilakukan pasien
8. Keluarga Memberikan kepercayaan kepada pasien
untuk beraktifitas di lingkungan rumah sakit tetap
ada dalam bimbingan
9 Keluarga Mengikut sertakan pasien dalam
memutuskan atas kesadaran dirinya untuk patuh
berobat
10 Keluarga Menjaga perasaan pasien ketika
keinginan pasien sulit untuk diikuti
Dukungan Materi (tangibile assistance )

11 Keluarga membantu pasien untuk minum obat dan


mengawasi obat benar-benar diminum
12 Keluarga membantu Pasien untuk mandi dan
makan supaya mandiri
13 Keluarga melatih pasien melakukan aktivitas
sesuai kemampuan atau hobinya seperti olahrga
yang disukai pasien
14 Keluarga mendampingi pasien ketika dilakukan
pemeriksaan dan perawatan oleh petugas
kesehatan
15. Keluarga membantu pasien dengan tulus dan iklas

Dukungan Informasi ( Informasi support )


16 Keluarga menjelaskan kepada pasien bagaimana
minum obat yang benar
17 Keluarga memberikan penjelasan kepada pasien
mengenai pentingnya minum obat
Keluarga menjelaskan bagaimana belajar
18 mengatasi masalah kepada pasien
19 Keluarga menceritakan hasil perkembangan
perawatan dan pengobatan kepada pasien
20 Keluarga menjelaskan dan melatih cara menjaga
kebersihan diri kepada pasien
Sumber : (Sefrina, 2016)

Anda mungkin juga menyukai