DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
1. ADITYA PURWANTO
2. ANDINA PUSPA KARTIKA SARI
3. MAYA MASITA RATRI
4. RIMA OCKTAVIA
5. SIWI FAJAR UTAMI
D IV KEPERAWATAN PONTIANAK
MATA KULIAH : KEPERAWATAN JIWA
DOSEN : Ns. RARA ANGGRAINI, M.Kep, Sp.Kep.J
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
VISI DAN MISI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN PONTIANAK
VISI
MISI
Telah disetujui
Tanggal :
Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan Judul “Asuhan Keperawatan Tn. A dengan Perilaku Kekerasan Akibat
Skizofrenia di Ruang Cempaka RSJD Sungai Bangkong Pontianak” pada mata kuliah
Keperawatann Jiwa.
Dalam penyusunan makalah ini penilis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :
1. Dr. Khayan, SKM, M. Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
2. Ns. Asfian, S.Kep, M. Kes, selaku Ketua Program Studi DIV Keperawatan
Pontianak yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Ns. Rara Anggraini, M.Kep, Sp.Kep.J, selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Jiwa yang telah memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan makalah ini.
4. Semua dosen Program Studi DIV Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.
5. Kedua orangtua, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
6. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIV Keperawatan Pontianak yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan
moril dan spiritual.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama
dalam perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.
Penulis
DAFTAR ISI
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
2.1.7. Penatalkasanaan
a. Medis
Menurut Yosep (2007) obat-obatan yang biasa diberikan pada
pasien dengan marah atau perilaku kekerasan adalah :
1) Antianxiety dan sedative hipnotics. Obat-obatan ini dapat
mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepine seperti
Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan dalam
kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien.
Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam
waktu lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan
ketergantungan, juga bisa memperburuk simptom depresi.
2) Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan
perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan
depresi.
3) Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol
impulsif dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan
perubahan mood. Amitriptyline dan Trazodone, menghilangkan
agresifitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan
gangguan mental organic.
4) Lithium efektif untuk agresif karena manik.
5) Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku
kekerasan.
b. Non Medis
1) Terapi keluarga
Dalam terapi keluarga, keluarga dibantu untuk menyelesaikan
konflik, cara membatasi konflik, saling mendukung dan
menghilangkan stress.
2) Terapi kelompok
Terapi kelompok berfokus pada dukungan dan perkembangan
keterampilan sosial dan aktifitas lain dengan berdiskusi dan
bermain untuk mengembalikan kesadaran klien, karna masalah
sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada
orang lain.
3) Terapi music
Dengan terapi musik klien terhibur dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien, karna dengan perasaan
terhibur maka klien dapat mengontrol emosinya.
Komunikasi Managemen
Kesadaran diri
Perubahan krisis
Pendidikan klien
lingkungan Seclusion
Latihan asertif
Tindakan perilaku Restrains
2) Perilaku kekerasan
2011) :
2011).
2) Perilaku kekerasan
2011).
2011)
2.2.5 Rencana Asuhan Keperawatan
Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan
Perencanaan
No. Dx. Kep
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
1. Perilaku Pasien mampu : Setelah…. Pertemuan pasien mampu : SP 1 ( Tgl ……….. )
penyebab dan tanda gejala, dan akibat perilaku gejala serta akibat perilaku
2. Menyebutkan jenis 2. Memperagakan cara fisik 1 untuk 2. Latih cara fisik 1 : tarik nafas
mengontrol perilaku
kekerasan
4. Mengontrol perilaku
terapi psikofarmaka
pasien
Setelah…. Pertemuan pasien mampu : Sp 3 ( Tgl ……. )
pasien
Setelah…. Pertemuan pasien mampu : Sp 4 ( Tgl ….. )
pasien
Setelah…. Pertemuan pasien mampu : Sp 5 ( Tgl… )
dengan perinsip 5 B
teratur
kegiatan pasien
Keluarga mampu : Setelah…. Pertemuan keluarga mampu : Sp 1 ( Tgl… )
merawat pasien di rumah 1. Menjelaskan penyebab, tanda / 1. Identifikasi masalah yg dirasakan
merawat
pasien
Setelah…. Pertemuan keluarga Sp 2 ( Tgl …. )
sudah dilakukan dan mampu merawat 2. Latih ( simulasi ) 2 cara lain untuk
merawat pasien
Setelah…. Pertemuan keluarga Sp 3 ( Tgl …. )
merawat pasien
rujukan
2.2.6 Implementasi
Pelaksanaan merupakan langkah ketiga dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah di rencanakan (Hidayat, 2008).
2.2.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus
pada respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi proses atau pormatif dilakukan setiap selesai
melakukan tindakan.Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
SOAP sebagai pola pikirnya.
S : Respons subjektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang data sujektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada
data yang kontradikdif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada renspon
klien (Keliat, 2011).
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
Inisial : Tn. A
Umur : 24 Tahun
Jenis Klamin : Laki – laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Parit Haji Muksin, Kubu Raya
Tg. Masuk RS : 1 April 2018
Ruang : Cempaka
RM No. : 10102016
Adanya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam
keluarga
Tindakan criminal
Jelaskan No.1,2,3 :
Klien dirawat di RSJ Sungai Bangkong sejak tanggal 1 April 2018,
penyakit Klien pernah masuk RSJ 2 tahun yang lalu dan kambuh karena
tidak minum obat secara teratur. Klien pernah melempari piring ke lantai
dan mengenai kaki istrinya.
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami Ya Tidak
gangguan jiwa
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Klien sejak lulus SMA dahulu langsung dilanjutkan bekeja oleh ayahnya
di tempat yang jauh.
IV. FISIK
1. Tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x / menit
S : 36,5˚C
RR : 20 x / menit
2. Ukur :
TB : 168 cm BB : 60 kg
IMT : 21,26
3. Keluhan fisik Ya Tidak
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
3. Hubungan Sosial :
a) Orang yang berarti / terdekat : Keluarga Klien
b) Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : kadang - kadang ikut
gotong royong bersama masyarakat
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada
Masalah Keperawatan : -
4. Spiritual :
a) Nilai dan keyakinan : Klien beragama Islam
b) Kegiatan ibadah : Sebelum sakit klien sholat tepat waktu
Masalah Keperawatan : Sejak MRS, klien jarang sholat dan berdoa
Jelaskan :
Wajah klien tampak tegang, tatapan mata tajam kearah lawan bicara, cara
berjalan kaku, klien juga sering membuat gerakan seperti mau meninju.
Masalah Keperawatan : Resiko tinggi perilaku kekerasan
4. Alam Perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir
Gembira berlebihan
Jelaskan : Pasien mengatakan merasa takut jika mengingat tentang
kematian.
Masalah Keperawatan : -
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan :
Ekspresi klien tumpul ketika diajak ngobrol, klien mampu merespon
dengan baik jika diberikan stimulasi yang kuat.
Masalah Keperawatan : -
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah
tersinggung
Jelaskan :
Klien kooperatif dan dapat menjawab pertanyaan dengan sesuai. Posisi
berhadapan sesuai dengan jarak yang aman. Tatapan mata klien tajam ke
arah lawan bicara dan raut wajah tampak tegang. Intonasi suara sedang,
tetapi kadang klien menjawab dengan nada tinggi.
Masalah Keperawatan : Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan :
Halusinasi pendengaran : klien bicara dan tertawa sendiri,serta klien
sering marah-marah sendiri. Klien mengatakan terkadang dibisiki suara
orang seperti menyuruh melempar piring, klien mendengar bisikan itu
pada saat dia sedang sendiri, kurang lebih 1 hari 1-2 kali. Klien tiduran,
bicara sendiri, jarang berinteraksi dengan orang lain.
Masalah Keperawatan : Perubahan Persepsi Sensori (Halusinasi
Pendengaran)
8. Proses Pikir
Masalah Keperawatan : -
9. Isi Pikir
Jelaskan :
Klien selalu tanggap, waktu diajak berbicara tepat sesuai isi yang
dibicarakan.
Masalah Keperawatan : -
10. Bentuk Pikir
Jelaskan :
Realistik : cara berfikir klien masuk akal dan sesuai dengan kenyataan.
Masalah Keperawatan : -
11. Tingkat Kesadaran
Jelaskan :
Kuantitatif : compos mentis,GCS : 4-5-6
Kualitatif : kesadaran berubah.
Orientasi :
Klien waktu diwawancari, klien dapat mengetahui waktu,tempat dan
orang dengan benar dan jelas. Yang ditandai dengan klien waktu dikaji,
ditanya oleh perawat hari ini hari apa ? Klien menjawab hari selasa,
klien juga mampu menyebutkan beberapa nama perawat. Tetapi klien
tidak dapan menyebutkan tanggal karena klien lupa.
Masalah Keperawatan : -
12. Memori
Jelaskan :
Gangguan daya ingat saat ini (< 24 jam) : Klien menceritakan tadi pagi
sudah mandi dan makan.
Gangguan daya ingat jangka pendek (1 hari-1 bulan) : Klien mampu
menceritakan kejadian saat dibawa kerumah sakit karena memecahkan
piring hingga mengenai kaki istrinya.
Gangguan daya ingat jangka panjang (> 1 bulan) : Klien mampu
menceritakan kalau dirumah klien tinggal bersama istrinya.
Masalah Keperawatan : -
13. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Jelaskan :
Klien dapat menghitung dengan baik saat diberi pertanyaan hitung-
hitungan, klien mampu menjawabnya dengan benar, dan klien dapat
memfokuskan konsentrasi dengan baik. Salah satunya 5+ 4 = 9 dan
2×5= 10.
Masalah Keperawatan : -
14. Kemampuan Penilaian
Jelaskan :
Klien sudah menyadari dan mampu menilai bahwa suatu masalah yang
dilakukan dengan marah-marah itu sangat merugikan dirinyaa sendiri
dan orang lain.
Masalah Keperawatan : -
15. Daya titik diri
Jelaskan :
Klien mengatakan mampu mengenali penyakit yang dideritanya dan
tidak mengingkari terhadap penyakitnya karena klien mampu
menyebutkan kenapa klien bisa seperti ini dan penyebab mengapa klien
bisa sakit jiwa.
Masalah Keperawatan : -
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Tabel 3.1 Kemampuan Memenuhi Kebutuhan
Kemampuan memenuhi
Ya Tidak
kebutuhan
Makanan √
Keamanan √
Perawatan kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Keuangan √
Lain-lain
Jelaskan :
Klien mampu untuk memenuhi makannya, klien dapat menggunakan
pakaian sendiri, klien belum dapat untuk melakukan menggunakan, alat
Transportasi, Perawatan kesehatan, Keuangan klien belum bisa untuk
mencari uang sendiri.
2. ADL
Tabel 3.2 Aktivitas Sehari-hari
Kegiatan hidup Sehari - Bantuan Bantuan
Mandiri
Hari total minimal
Mandi √
Kebersihan √
Makan √
Buang air kecil (BAK) √
Buang air besar (BAB) √
Ganti pakaian √
3. Nutrisi
a) Apakah anda puas dengan pola makan anda?
Puas: Pasien mampu menghabiskan porsi makan yang diberikan.
b) Apakah saat makan anda memisahkan diri?
Tidak: pasien selalu makan bersama dengan pasien lainnya.
c) Frekuiensi makan sehari : 2 x sehari
d) Nafsu makan
Pasien mampu menghabiskan porsi makan yang diberikan.
e) Berat badan
Meningkat: Nafsu makan baik, setiap porsi yang diberikan klien
mampu menghabiskannya.
4. Tidur
a) Apakah ada masalah tidur?
Tidak ada: pasien dapat tidur dengan dengan nyenyak bersama
teman istrinya.
b) Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
Pasien merasa Segar setelah bangun tidur
c) Apakah ada yang menolong anda untuk mempermudah tidur?
Tidak ada: pasien tidur dengan spontan tanpa distimulasi dengan
obat tidur.
Tidur malam jam : 21.00 Bangun jam : 06.00 Rata-rata tidur malam :
8 – 9 jam.
d) Apakah ada gangguan tidur?
Tidak ada: pasien dapat tidur dengan dengan nyenyak bersama
teman kamarnya tanpa ada gangguan tidur.
AP
Do :
- Tampak tegang
- Intonasi keras
- Tatapan mata tajam
- Afek tumpul
Ds :
- Klien mengatakan ia bicara dan
tertawa sendiri, serta klien sering
marah-marah sendiri.
- Klien mengatakan terkadang
dibisiki suara orang seperti
menyuruh melempar piring. Perubahan presepsi sensori: halusinasi
penyebab dan tanda gejala, dan akibat perilaku gejala serta akibat perilaku
6. Menyebutkan jenis 4. Memperagakan cara fisik 1 untuk 5. Latih cara fisik 1 : tarik nafas
mengontrol perilaku
kekerasan
8. Mengontrol perilaku
terapi psikofarmaka
pasien
Setelah 3x Pertemuan pasien mampu : Sp 3 ( 5 April 2018 )
pasien
Setelah 4x Pertemuan pasien mampu : Sp 4 ( 5 April 2018 )
pasien
Setelah 5x Pertemuan pasien mampu : Sp 5 ( 6 April 2018 )
dengan perinsip 5 B
teratur
kegiatan pasien
3.4 Strategi Pelaksanaan Pasien dengan Perilaku Kekerasan
3.4.1 Proses Keperawatan
a. Kondisi klien :
Klien masuk RSJ Sungai Bangkong pada tanggal 1 April 2018. Saat
dilakukan pengkajian tanggal 3 April 2018 ditemukan data :
1) Data Subjektif
- Klien mengatakan sering marah-marah dan berbicara sendiri
- Klien mengatakan pernah membanting piring dan mengenai
kaki istrinya
- Klien mengatakan ia bicara dan tertawa sendiri, serta klien
sering marah-marah sendiri.
- Klien mengatakan terkadang dibisiki suara orang seperti
menyuruh melempar piring.
- Klien mengatakan mendengar bisikan pada saat dia sedang
sendiri, kurang lebih 1 hari 1-2 kali.
2) Data Objektif
- Tampak tegang
- Intonasi keras
- Tatapan mata tajam
- Afek tumpul
- Klien kadang senyum sendiri
- Klien tidak berinteraksi
c. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
d. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu
dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah secara :
a) Verbal
b) Terhadap orang lain
c) Terhadap diri sendirI
d) Terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang ia
lakukan
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara :
a) Fisik : pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Social/verbal : menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual : sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :
a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur - bantal
b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur - bantal
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial /
verbal :
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik.
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual :
a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa.
b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara
minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat)
disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi
persepsi mengontrol perilaku kekerasan.
Orientasi:
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya AP, panggil saya A,
saya mahasiswa Keperawatan dari Poltekkes Pontianak yang akan
praktek disini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pukul
07.00-14.00 WIB. Saya yang akan merawat Bapak selama Bapak
di rumah sakit ini. Nama Bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini? Masih ada perasaan kesal
atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan
marah Bapak”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana
kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak?
Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Kerja :
“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya
Bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan
yang sekarang?.
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Bapak pulang ke
rumah dan istri belum menyediakan makanan (misalnya ini
penyebab marah pasien), apa yang Bapak rasakan?”
“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-
debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang Bapak lakukan? Apa kerugian cara yang
Bapak lakukan? Maukah Bapak belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah
satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik rasa
marah disalurkan.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan
maka Bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar,
lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus,
tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali,
Bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga
bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah terbiasa
melakukannya”
Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau
diakhiri atau dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan Bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab Bapak marah ........ (sebutkan) dan yang
Bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang Bapak lakukan .......
(sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah
Bapak yang lalu, apa yang Bapak lakukan kalau marah yang
belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak.
”Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa kali sehari
Bapak mau latihan napas dalam? Jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan
cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya
disini saja ya pak”
b. SP 2 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik II.
1) Evaluasi latihan nafas dalam
2) Latih cara fisik ke-2 : pukul kasur dan bantal
3) Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
Orientasi :
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini, adakah hal yang
menyebabkan Bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
“Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Kerja :
“Kalau ada yang menyebabkan Bapak marah dan muncul
perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam
Bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana
kamar Bapak? Jadi kalau nanti Bapak kesal dan ingin marah,
langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah, coba Bapak lakukan, pukul kasur
dan bantal. Ya, bagus sekali Bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan
marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cara menyalurkan
marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba Bapak sebutkan lagi?
Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari Bapak.
Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap
bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore.
Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua
cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa
kali sehari Bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik
nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol
marah dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak?
Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”
c. SP 3 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
1) Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
2) Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik.
3) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita
ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan
pukul kasur bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M,
artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B,
artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T,
artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat yang sama?”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?”
Kerja :
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul
kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan
orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang
rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak
bilang penyebab marahnya karena minta uang sama isteri tidak
diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik, katakan ”Bu, saya
perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini
untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba Bapak
praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan Bapak tidak
ingin melakukannya, katakan: “Maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada kerjaan”. Coba Bapak
praktekkan. Bagus pak”.
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain
yang membuat kesal Bapak dapat mengatakan “Saya jadi ingin
marah karena perkataanmu itu”. Coba praktekkan. Bagus ! ”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba Bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa
kali sehari Bapak mau latihan bicara yang baik?, Bisa kita buat
jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya
meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa
marah Bapak yaitu dengan cara ibadah, Bapak setuju? Mau di mana
Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti
d. SP 4 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
1) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik dan sosial/verbal
2) Latihan beribadah/berdooa
3) Buat jadwal latihan beribadah/berdoa
Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali,
bagaimana rasa marahnya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah
rasa marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat tadi?”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?
Kerja :
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari?
Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan Bapak.
Mau berapa kali Bapak sholat. Baik kita masukkan sholat .......
dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba Bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat Bapak lakukan
bila Bapak merasa marah”
“Setelah ini coba Bapak lakukan jadwal sholat sesuai jadwal yang
telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam
berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar
e. SP 5 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah
marah yang sudah dilatih.
2) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat,
benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
3) Susun jadwal minum obat secara teratur
Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita
ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul
kasur bantal, bicara yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat cek
kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara
minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat kemarin?”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit”
Kerja :
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
“Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja?
Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus!”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya
CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP
agar rileks dan tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP
agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus
Bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya Bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, Bapak sebaiknya istirahat
dan jangan beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini Bapak lihat dulu label di
kotak obat apakah benar nama Bapak tertulis disitu, berapa dosis
yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga
apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada
suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi
dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal
ya pak.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara minum obat yang benar?”
“Coba Bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum!
Bagaimana cara minum obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan
minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhmana
Bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah
rasa marah. Sampai jumpa”
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tabel 3.7 Catatan Keperawatan
Di Unit Rawat Inap RSJ Sungai Bangkong Pontianak
4.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan, disertai dengan amuk dan gaduh
gelisah yang tidak terkontrol. Dalam memberikan tindakan keperawatan ke
pasien dengan perilaku kekerasan dibutuhkan Strategi Pelaksanaan yang
meliputi Proses Keperawatan dan Strategi Komunikasi. Strategi komunikasi
terdiri dari SP 1-5 meliputi latihan fisik 1, latihan fisik 2, latihan
mengungkapkan secara verbal, latihan dengan cara spiritual serta dengan
mengkonsumsi obat secara teratur.
4.2 Saran
Setelah mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Perilaku
Kekerasan, penulis akan memberikan usulan dan masukan positif khususnya
di bidang kesehatan antara lain :
a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan
kesehatan dan mempertahankan kerja sama baik antara tim kesehatan
dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Perilaku
Kekerasan.
b. Bagi Tenaga Kesehatan Khusunya Perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainya dalam
memberikan pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Perilaku Kekerasan.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas
dan profesional agar tercipta perawat yang profesional, terampil, inovatif,
aktif, dan bermutu yang mampu memberikan tindakan yang tepat secara
menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan dan dapat
mengaplikasikannya saat terjun ke masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Editor Monica Ester.
EGC : Jakarta
Erlinafsiah. 2010. Model Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta :
EGC.
Kementerian Kesehatan. 2014. Undang Undang No 18 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Sekretariat Negara.
Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikologi
dan Gangguan Jiwa. Medan : Usu Press.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2011. Pedoman Pewawancara Petugas
Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes.
Stuart,G.W., Syndeen. 2007. Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
Missouri: Mosby, inc.
Townsend, Mary C. 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri: Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Alih
bahasa, Novi Helena C. Daulima: editor, Monica Ester. Edisi 5. Jakarta:
EGC.
Videbeck, Sheila L. 2011. Psychiatric Mental Health Nursing. 5th edition. Wolters
Kluwer Health. Lippincott Wiliams & Wilkins.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.
FORMAT PENILAIAN KEGIATAN SEMINAR MAHASISWA
PRODI D-IV KEPERAWATAN PONTIANAK
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
Kriteria Nilai
No 79-100 68-78 56-67 41-55 Ket
Penilaian A B C D
I Persiapan
makalah :
1. Kebenaran Isi
2. Ketajaman
pembahasan
3. Sistematika
penulisan
4. Kelengkapan
Kepustakaan
II Presentasi
seminar :
1. Penguasaan
dan kejelasan
materi
2. Strategi
seminar
3. Diskusi aktif
4. Kerja
kelompok
5. Penggunaan
AVA (Alat
Peraga Visual)
/ Power point
6. Kesimpulan
hasil diskusi
Penilaian : 79-100 : A
68-78 : B
56-67 : C
41-55 : D
Nilai : jumlah nilai yang diperoleh
10
Pontianak, ...............................
Penilai