Anda di halaman 1dari 76

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. A


DENGAN PERILAKU KEKERASAN AKIBAT SKIZOFRENIA
DI RUANG CEMPAKA RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9
1. ADITYA PURWANTO
2. ANDINA PUSPA KARTIKA SARI
3. MAYA MASITA RATRI
4. RIMA OCKTAVIA
5. SIWI FAJAR UTAMI

D IV KEPERAWATAN PONTIANAK
MATA KULIAH : KEPERAWATAN JIWA
DOSEN : Ns. RARA ANGGRAINI, M.Kep, Sp.Kep.J

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
VISI DAN MISI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN PONTIANAK

VISI

Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan yang bermutu dan mampu


bersaing di tingkat regional tahun 2020

MISI

1. Meningkatkan program pendidikan tinggi kesehatan yang berbasis


kompetensi.
2. Meningkatkan program pendidikan tinggi kesehatan berbasis penelitian.
3. Mengembangkan upaya pengabdian masyarakat yang berbasis IPTEK dan
teknologi tepat guna.
4. Mengembangkan program pendidikan tinggi kesehatan yang mandiri,
transparan dan akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik tingakt nasional maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. A


DENGAN PERILAKU KEKERASAN AKIBAT SKIZOFRENIA
DI RUANG CEMPAKA RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK

Telah disetujui
Tanggal :

Oleh :

Dosen Penanggung Jawab

Ns. RARA ANGGRAINI, M.Kep, Sp.Kep.J


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan Judul “Asuhan Keperawatan Tn. A dengan Perilaku Kekerasan Akibat
Skizofrenia di Ruang Cempaka RSJD Sungai Bangkong Pontianak” pada mata kuliah
Keperawatann Jiwa.
Dalam penyusunan makalah ini penilis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :
1. Dr. Khayan, SKM, M. Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
2. Ns. Asfian, S.Kep, M. Kes, selaku Ketua Program Studi DIV Keperawatan
Pontianak yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Ns. Rara Anggraini, M.Kep, Sp.Kep.J, selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Jiwa yang telah memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan makalah ini.
4. Semua dosen Program Studi DIV Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.
5. Kedua orangtua, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
6. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIV Keperawatan Pontianak yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan
moril dan spiritual.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama
dalam perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.

Pontianak, 3 April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Visi Misi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Pontianak ...................... i


Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
Kata Pengantar ...................................................................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................................iv
Daftar Gambar .........................................................................................................v
Daftar Tabel .......................................................................................................... vi
Bab I Pendahuluan ..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................3
1.3 Tujuan Makalah.......................................................................................3
1.4 Manfaat Makalah ....................................................................................3
Bab II Tinjauan Teoritis ..........................................................................................4
2.1 Konsep Teori Perilaku Kekerasan.......................................................... 4
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Perilaku Kekerasan ..................... 13
BAB III Tinjauan Kasus.........................................................................................29
3.1 Pengkajian ............................................................................................29
3.2 Analisa Data......................................................................................... 41
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan .............................................................43
3.4 Strategi Pelaksanaan pada Perilaku Kekerasan ....................................47
3.5 Implementasi dan Evaluasi ...................................................................59
BAB IV Penutup .................................................................................................. 65
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 65
4.2 Saran .................................................................................................... 65
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 67
Format Penilaian .................................................................................................. 68
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang Respon Perilaku Kekerasan .............................................. 5


Gambar 2.2 Rentang Intervensi Keperawatan ..................................................... 12
Gambar 2.3. Pohon Masalah Perilaku Kekerasan ................................................ 20
Gambar 3.1 Genogram ......................................................................................... 31
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana Asuhana Keperawatan Perilaku Kekerasan ........................... 22


Tabel 3.1 Kemampuan Memenuhi Kebutuhan .................................................... 36
Tabel 3.2 Aktivitas Sehari-hari ............................................................................ 36
Tabel 3.3 Mekanisme Koping .............................................................................. 37
Tabel 3.4 Terapi Obat .......................................................................................... 39
Tabel 3.5 Analisa Data ......................................................................................... 41
Tabel 3.6 Rencana Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan ............................ 43
Tabel 3.7 Catatan Keperawatan ........................................................................... 59
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa
merupakan tantangan yang unik karena masalah keperawatan jiwa mungkin
tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang
memperlihatkan berbagai macam gejala dan disebabkan oleh berbagai hal
(Erlinafsiah, 2011).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2010 memperkirakan
450 juta orang diseluruh dunia mengalami gangguan mental,sekitar 10% orang
dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan
akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya.
Penderita gangguan jiwa berat dengan usia diatas 15 tahun di Indonesia
mencapai 0,46%. Hal ini berarti terdapat lebih dari 1 juta jiwa di Indonesia
yang menderita gangguan jiwa berat. Berdasarkan data tersebut diketahui
bahwa 11,6% dari 19 juta penduduk Indonesia mengalami masalah gangguan
mental emosional (Riset kesehatan Dasar, 2011). Sedangkan pada tahun 2013
jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 1,7 juta per 1000 penduduk atau
sekitar 400.000 orang (Riset kesehatan dasar, 2014).
Tahun 2014 dan 2015, prevalensi gangguan jiwa berat atau dalam istilah
medis disebut psikosis/skizofrenia di daerah pedesaan ternyata lebih tinggi
dibanding daerah perkotaan. Di daerah pedesaan, proporsi rumah tangga
dengan minimal salah satu anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa
berat dan pernah dipasung mencapai 18,2%. Sementara di daerah perkotaan,
proporsinya hanya mencapai 10,7%.
Pasien dengan skizofrenia yang hidup di komunitas biasanya tidak akan
jatuh pada kategori prilaku kekerasan yang persistem tetapi mereka dapat
menunjukkan prilaku kekerasan dan agresif yang akut. Hal ini mungkin
merupakan dekompensasi akut sekunder pada ketidak patuhan pasien minum
obat.
Dekompensasi juga dapat berhubungan dengan kegagalan regimen
pengobatan. Gambaran klinis seperti halusinasi commanding mengalami
perburukan. Penelitian melaporkan bahwa 24 - 44% prilaku kekerasan
dilakukan oleh individu dengan skizofrenia selama fase akut dalam
penyakitnya. Kadar neuroleptik dalam darah berkorelasi terbalik dengan
kejadian berbahaya pada pasien skizofrenia yang dirawat
Berdasarkan hasil jurnal penelitian Fanada (2012) yang dilakukan di
Rawat Inap Bangau Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang tentang Perawat
dalam Penerapan Therapi Psikoreligius untuk menurunkan tingkat stress pada
pasien prilaku kekerasan menunjukkan dengan melakukan kegiatan therapi
religius shalat dan dzikir secara rutin akan memiliki respon yang baik serta
besar kemungkinan terhindar dari penyakit kejiwaan yaitu dapat membantu
menurunkan stress pada pasien prilaku kekerasan.
Mengingat semakin besarnya permasalahan kesehatan jiwa seperti kasus
gangguan emosional dan gangguan jiwa berat serta beban yang ditanggung
pemerintah bersama masyarakat, maka peningkatan derajat kesehatan jiwa,
pencegahan gangguan jiwa, serta penanggulangan masalah kesehatan jiwa di
masyarakat tidak akan berhasil tanpa pengembangan upaya kesehatan jiwa
berbasis masyarakat.
Upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat yaitu dengan cara
pemberdayaan serta membangun kemandirian masyarakat dibidang kesehatan
jiwa (Kemenkes RI, 2016). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk
mengatasi gangguan jiwa sesuai dengan: UU Nomor 18 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Jiwa Pasal 1 bahwa program keswa perlunya pelayanan kesehatan
yang optimal dari berbagai disiplin ilmu termasuk asuhan keperawatan.
Maka berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk menyusun
karya tulis dengan judul : “Asuhan Keperawatan Tn. A dengan Perilaku
Kekerasan Akibat Skizofrenia di Ruang Cempaka RSJ Sungai Bangkong
Pontianak” dengan harapan dapat memberikan gambaran tentang asuhan
keperawatan yang komprehensif dan professional sehingga angka kesembuhan
kasus tersebut dapat ditingkatkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah malakah ini
adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana konsep teori perilaku kekerasan?
b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada kasus perilaku kekerasan?
c. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan?

1.3 Tujuan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan malakah ini adalah
sebagai berikut :
a. Mengetahui konsep teori perilaku kekerasan
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada kasus perilaku kekerasan
c. mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan

1.4 Manfaat Makalah


Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka makalah ini bermanfaat untuk
mengetahui secara rinci mengenai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan pada perilaku kekerasan, serta mengetahui bagaimana proses
asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan kasus perilaku
kekerasan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Perilaku Kekerasan


2.1.1. Pengertian
Menurut Stuart (2007), perilaku kekerasan atau agresi adalah
sikap atau perilaku kasar atau kata - kata yang menggambarkan perilaku
amuk, permusuhan dan potensi untuk merusak secara fisik. Perilaku
kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan, disertai dengan amuk dan gaduh
gelisah yang tidak terkontrol Townsend, ( 2010). Perilaku kekerasan
atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis yang dapat
membahayakan diri sendiri maupun lingkungan (Fitria, 2011).
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen : 2005).
Perilaku kekerasan sukar diprediksi. Setiap orang dapat
bertindak keras tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki resiko
tinggi yaitu pria berusia 15-25 tahun, orang kota, kulit hitam, atau
subgroup dengan budaya kekerasan, peminum alkohol (Tomb, 2003
dalam Purba, dkk : 2008). Perilaku kekerasan adalah tingkah laku
individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu
lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba
dkk : 2008).
Sedangkan menurut Carpenito 2000, perilaku kekerasan adalah
keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya
langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain.
2.1.2. RentangRespon
Menurut Stuart (2007), perilaku kekerasan dianggap sebagai
suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik).

Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Gambar 2.1 Rentang Respon Prilaku Kekerasan (Fitria, 2010)

Setiap orang mempunyai kapasitas berperilaku asertif, pasif dan


agresif sampai kekerasan. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan
bahwa:
a. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
c. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkontrol.
e. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan
ungkapan kemarahan yang dimananifestasikan dalam bentuk fisik.
Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses
penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan
sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia ”tidak setuju,
tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau
diremehkan”. Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon
normal (asertif) sampai pada respon yang tidak normal (maladaptif).

Karakteristik Pasif Asertif Agresif

a. Negatif a. Positif a. Berlebihan


b. Menghina diri b. Menghargai b. Menghina
sendiri diri sendiri orang lain
Isi
c. Dapatkah saya c. Saya dapat/ c. Anda selalu /
Bicara
lakukan? akan lakukan tidak pernah
d. Dapatkah ia
lakukan?
a. Diam a. Diatur a. Tinggi
Nada b. Lemah b. Menuntut
Suara c. Merengek

a. Melorot a. Rileks a. Tegang


Postur b. Menundukkan b. Tegak b. Bersandar
kepala kedepan
a. Orang lain a. Menjaga jarak a. Memasuki
masuk pada yang teritorial orang
Personal
teritorial menyenangkan lain
Space
pribadinya b. Mempertahank
an teritorial
a. Minimal a. Memperlihat a. Mengancam,
b. Lemah kan gerakan ekspansi
Gerakan
c. Resah yang sesuai gerakan

a. Sedikit/ tidak a. Sekali-kali a. Melotot


ada (intermitten)
Kontak
b. Sesuai dengan
Mata
kebutuhan
interaksi
2.1.3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), factor - faktor yang
mendukung terjadinya perilaku kekerasan adalah :
1) Faktor biologis
a) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan
oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
b) Phsycomatic theory (teori psikomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis
terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.
Dalam hal ini system limbic berperan sebagai pusat untuk
mengekspresikan maupun menghambat rasa marah
2) Faktor psikologis
a) Frustasion aggresion theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
akumulasi frustasi yang terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan
tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif
karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku
kekerasan.
b) Behavioral theory (teori perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung
reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau
di luar rumah. Semua aspek ini menstimulasi individu
mengadopsi perilaku kekerasan.
c) Existential theory (teori eksistensi)
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan yaitu
kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak
dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka individu
akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
3) Faktor sosiokultural
a) Social enviroment theory (teori lingkungan)
Lingkungan social akan mempengaruhi sikap individu
dalam mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan
membalas secara diam (pasif agresif) dan control sosial
yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah- olah perilaku kekerasan diterima.
b) Social learning theory (teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung
maupun melalui proses sosialisasi.
b. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap
individu bersifat buruk. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar
maupun dalam. Stressor yang berasal dari luar antara lain serangan
fisik, kehilangan, kematian, krisis dan lain-lain. Dari dalam adalah
putus hubungan dengan seseorang yang berarti, kehilangan rasa
cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik, hilang kontrol, menurunnya
percayadir idan lain-lain. Selain itu lingkungan yang terlalu ribut,
padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan
dapat memicu perilaku kekerasan.

2.1.4. Proses Terjadinya Perilaku kekerasan


Menurut Stuart (2007), kemarahan diawali oleh adanya
stressor yang berasal dari internal atau eksternal. Stressor internal
seperti penyakit, hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor
eksternal bias berasal dari ledekan, cacian, makian, hilangnya benda
berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya. Hal tersebut
akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem individu
(Disruption and loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana
individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau
menjengkelkan tersebut (personal meaning).

2.1.5. Mekanisme Koping


Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme klien, sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang
konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Menurut Yosep (2011),
mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme
pertahanan ego seperti displacement, proyeksi, depresi dan reaksi
formasi.
a. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek seperti
pada mulanya yang membangkitkan emosi.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginan yang tidak baik.
c. Depresi
Menekan perasaan orang lain yang menyakitkan atau konflik ingatan
dari kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
d. Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan
dengan apa yang benar-benar dilakukan orang lain.

2.1.6. Manifestasi Klinis


Menurut Stuart (2007), tanda dan gejala perilaku kekerasan
diantaranya adalah :
a. Fisik : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
b. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar dan ketus.
c. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain
merusak lingkungan, amuk atau agresif.
d. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan
dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan,
tidak bermoral dan kreatifitas terhambat.
g. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan.
h. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan
seksual.

2.1.7. Penatalkasanaan
a. Medis
Menurut Yosep (2007) obat-obatan yang biasa diberikan pada
pasien dengan marah atau perilaku kekerasan adalah :
1) Antianxiety dan sedative hipnotics. Obat-obatan ini dapat
mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepine seperti
Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan dalam
kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien.
Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam
waktu lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan
ketergantungan, juga bisa memperburuk simptom depresi.
2) Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan
perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan
depresi.
3) Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol
impulsif dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan
perubahan mood. Amitriptyline dan Trazodone, menghilangkan
agresifitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan
gangguan mental organic.
4) Lithium efektif untuk agresif karena manik.
5) Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku
kekerasan.
b. Non Medis
1) Terapi keluarga
Dalam terapi keluarga, keluarga dibantu untuk menyelesaikan
konflik, cara membatasi konflik, saling mendukung dan
menghilangkan stress.
2) Terapi kelompok
Terapi kelompok berfokus pada dukungan dan perkembangan
keterampilan sosial dan aktifitas lain dengan berdiskusi dan
bermain untuk mengembalikan kesadaran klien, karna masalah
sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada
orang lain.
3) Terapi music
Dengan terapi musik klien terhibur dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien, karna dengan perasaan
terhibur maka klien dapat mengontrol emosinya.

2.1.8. Prinsip Tindakan Keperawatan


Menurut Yosep (2007) perawat dapat mengimplementasikan
berbagai cara untuk mencegah dan mengelola perilaku agresif melaui
rentang intervensi keperawatan.

Strategi preventif Strategi antisipatif Strategi pengurungan

Komunikasi Managemen
Kesadaran diri
Perubahan krisis
Pendidikan klien
lingkungan Seclusion
Latihan asertif
Tindakan perilaku Restrains

Gambar 2.2 Rentang Intervensi Keperawatan


Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa:
a. Strategi preventif
1) Kesadaran diri
Perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan
melakukan supervisi dengan memisahkan antara masalah pribadi
dan masalah klien.
2) Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan
cara mengekspresikan marah yang tepat.
3) Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki meliputi :
a) Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang.
b) Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan.
c) Sanggup melakukan komplain.
d) Mengekspresikan penghargaan dengan tepat.
b. Strategi antisipatif
1) Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif :
Bersikap tenang, bicara lembut, bicara tidak dengan cara
mengahakimi, bicara netral dan dengan cara konkrit, tunjukkan
rasa hormat, hindari intensitas kontak mata langsung,
demonstrasikan cara mengontrol situasi, fasilitasi pembicaraan
klien dan dengarkan klien, jangan terburu-buru
menginterpretasikan dan jangan buat janji yang tidak bisa
ditepati.
2) Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas
seperti : membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku
klien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.
3) Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku
yang dapat diterina dan tidak dapat diterima serta konsekuensi
yang didapat bila kontrak dilanggar.
c. Strategi pengurungan
1) Managemen krisis
a) Seclusion merupakan tindakan keperawatan yang terakhir
dengan menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien
tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri dan dipisahkan
dengan pasien lain.
b) Restrains adalah pengekangan fisik dengan menggunakan alat
manual untuk membatasi gerakan fisik pasien menggunakan
manset, sprei pengekang.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan


2.2.1 Pengkajian
Menurut Keliat (2011), data yang perlu dikaji pada pasien dengan
perilaku kekerasan yaitu pada data subjektif klien mengancam,
mengumpat dengan kata-kata kotor, mengatakan dendam dan jengkel.
Klien juga menyalahkan dan menuntut pada data obyektif klien
menunjukkan tanda-tanda mata melotot dan pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh
kaku dan suara keras.
a. Identitas Klien
Ini merupakan langkah awal pengkajian yang dilakukan petugas
terhadap klien. Pada identitas ini, petugas harus mencatat
diantaranya: nama klien, umur, jenis kelamin, agama, alamat
lengkap, tanggal masuk, no.rekam medik, informan, keluarga yang
bisa dihubungi.
b. Alasan Masuk
Biasanya klien masuk dengan memukul keluarga bahkan orang lain,
merusak alat-alat rumah tangga , marah, dan mengamuk.
c. Faktor predisposisi
1) Klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil
dalam pengobatan.
2) Klien pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan
fisik dalam keluarga.
3) Klien dengan perilaku kekerasan (PK) bisa herediter.
4) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu/
tidak menyenangkan.
d. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ yaitu:
pemeriksaan TTV (biasanya tekanan darah, nadi, dan pernafasan
akan meningkat ketika klien marah), diikuti dengan pemeriksaan
fisik seperti tinggi badan, berat badan, serta keluhan-keluhan fisik.
e. Psikososial
1) Genogram
Genogram dibuat tiga generasi yang menggambarkan hubungan
klien dengan keluarganya dan biasanya pada genogram akan
terlihat ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
pola komunikasi klien, pengambilan keputusan dan pola asuh .
2) Konsep diri
a) Gambaran Diri
Biasanya klien menyukai semua bagian tubuhnya, tapi ada
juga yang tidak.
b) Identitas Diri
Biasanya klien tidak puas terhadap pekerjaan yang sedang
dilakukan maupun yang sudah dikerjakannya.
c) Peran Diri
Biasanya klien memiliki masalah dalam menjalankan peran
dan tugasnya.
d) Ideal Diri
Klien memiliki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi,
status peran, dan kesembuhan dirinya dari penyakit.
e) Harga Diri
Biasanya klien memiliki harga diri yang rendah.
f. Hubungan Sosial
Klien tidak mempunyai orang terdekat tempat ia bercerita dalam
hidupnya, dan tidak mengikuti kegiatan dalam masyarakat.
g. Spritual
Klien memiliki keyakinan, tetapi jarang dalam melakukan ibadah
sesuai dengan keyakinannya, karna ia kurang menghiraukan
manfaat spiritual dengan ibadah.
h. Status Mental
1) Penampilan
Penampilan kadang rapi dan kadang -kadang tidak rapi. Pakaian
diganti klien ketika ia dalam keadaan yang normal.
2) Pembicaraan
Biasanya klien berbicara dengan nada yang tinggi dan keras.
3) Aktifitas Motorik
Biasanya aktifitas motorik klien tampak tegang, dan agitasi
(gerakan motorik yang gelisah), serta memiliki penglihatan yang
tajam jika ditanyai hal-hal yang dapat menyinggungnya.
4) Alam Perasaaan
Biasanya alam perasaan klien terlihat sedikit sedih terhadap apa
yang sedang dialaminya.
5) Afek
Biasanya klien selama berinteraksi emosinya labil. Dimana klien
mudah tersinggung ketika ditanyai hal-hal yang tidak
mndukungnya, klien memperlihatkan sikap marah dengan
mimik muka yang tajam dan tegang.
6) Interaksi selama wawancara
a) Bermusuhan, tidak kooperatif, dan mudah tersinggung serta
b) Defensif, selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
7) Persepsi
Klien tidak ada mendengar suara-suara, maupun bayangan-
bayangan yang aneh.
8) Proses atau arus fikir
Biasanya klien berbicara sesuai dengan apa yang ditanyakan
perawat, tanpa meloncat atau berpindah-pindah ketopik lain.
9) Isi Fikir
Biasanya klien PK ini masih memiliki ambang isi fikir yang
wajar, dimana ia selalu menanyakan kapan ia akan pulang dan
mengharapkan pertemuan dengan keluarga dekatnya.
10) Tingkat Kesadaran
Biasanya tingkat kesadaran klien baik, dimana ia menyadari
tempat keberadaanya dan mengenal baik bahwasanya ia berada
dalam pengobatan atau perawatan untuk mengontrol emosi
labilnya.
11) Memori
Biasanya daya ingat jangka panjang klien baik, dimana ia masih
bisa menceritakan kejadian masa-masa lampau yang pernah
dialaminya, maupun daya ingat jangka pendek, seperti
menceritakan penyebab ia masuk ke RSJ.
12) Tingakat konsentrasi dan berhitung
Biasanya klien yang pernah menduduki dunia pendidikan, tidak
memiliki masalah dalam hal berhitung, (penambahan maupun
pengurangan).
13) Kemampuan penilaian
Biasanya klien masih memiliki kemampuan penilaian yang baik,
seperti jika dia disuruh memilih mana yang baik antara makan
dulu atau mandi dulu, maka dia akan menjawab lebih baik
mandi dulu.
14) Daya tarik diri
Biasanya klien menyadari bahwa dia berada dalam masa
pengobatan untuk mengendalikan emosinya yang labil.
i. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
Biasanya klien PK yang tidak memiliki masalah dengan nafsu
makan maupun sistem pencernaannya, maka akan
menghabiskan makanan sesuai dengan porsi makanan yang
diberikan.
2) BAB/BAK
Biasanya klien masih bisa BAB/BAK ketempat yang
disediakan atau ditentukan seperti, wc ataupun kamar mandi.
3) Mandi
Biasanya untuk kebersihan diri seperti mandi, gosok gigi, dan
gunting kuku masih dapat dilakukan seperti orang-orang
normal, kecuali ketika emosinya sedang labil.
4) Berpakaian
Biasanya masalah berpakaian tidak terlalu terlihat perubahan,
dimana klien biasanya masih bisa berpakaian secara normal.
5) Istirahat dan tidur
Biasanya untuk lama waktu tidur siang dan malam tergantung
dari keinginan klien itu sendiri dan efek dari memakan obat
yang dapat memberikan ketenangan lewat tidur. Untuk tindakan
seperti membersihkan tempat tidur, dan berdoa sebelum tidur
maka itu masih dapat dilakukan klien seperti orang yang
normal.
6) Penggunaan obat
Biasanya klien menerima keadaan yang sedang dialaminya,
dimana dia masih dapat patuh makan obat sesuai frekuensi,
jenis, waktu maupu cara pemberian obat itu sendiri.
7) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien menyatakan keinginan yang kuat untuk pulang,
dimana ia akan mengatakan akan melanjutkan pengobatan
dirumah maupun kontrol ke puskesmas dan akan dibantu oleh
keluarganya.
8) Aktivitas didalam rumah
Biasanya klien masih bisa diarahkan untuk melakukan aktivitas
didalam rumah, seperti: merapikan tempat tidur maupun
mencuci pakaian.
9) Aktifitas diluar rumah
Ini disesuaikan dengan jenis kelamin klien dan pola kebiasaan
yang biasa dia lakukan diluar rumah.
j. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:
1) Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.
2) Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/
keinginan tidak baik.
3) Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap/ perilaku yang
berlawanan.
4) Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang
berlawanan.
5) Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan
bermusuhan pada objek yang berbahaya.
k. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya klien akan mengungkapakan masalah yamg menyebabkan
penyakitnya maupun apa saja yang dirasakannya kepada perawat
maupun tim medis lainnya, jika terbina hubungan yang baik dan
komunikasi yang baik serta perawat maupun tim medis yang lain
dapat memberikan solusi maupun jalan keluar yang tepat dan tegas.
l. Pengetahuan
Biasanya klien memilki kemampuan pengetahuan yang baik,
dimana ia dapat menerima keadaan penyakitnya dan tempat ia
menjalani perawatan serta melaksanakan pengobatan dengan baik.
m. Aspek medik
Diagnosa medik : Perilaku kekerasan
Obat farmakaologi : Anti ansietas dan Hipnotik sadatif, seperti :
Diazepam
Anti depresan seperti : Amitriptilin, Matlexon dan Proponolol
Terapi :
1) Terapi keluarga
Dalam terapi keluarga, keluarga dibantu untuk menyelesaikan
konflik, cara membatasi konflik, saling mendukung dan
menghilangkan stress.
2) Terapi kelompok
Terapi kelompok berfokus pada dukungan dan perkembangan
keterampilan sosial dan aktifitas lain dengan berdiskusi dan
bermain untuk mengembalikan kesadaran klien, karna masalah
sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada
orang lain.
3) Terapi musik
Dengan terapi musik klien terhibur dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien, karna dengan perasaan terhibur
maka klien dapat mengontrol emosinya.

2.2.2 Daftar Masalah


Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari

kelompok data yang dikumpulkan, kemungkinan kesimpulan adalah

sebagai berikut (Keliat, 2011 : 2012):

1) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2) Perilaku kekerasan

3) Gangguan konsep diri: harga diri rendah

2.2.3 Pohon Masalah


Menurut Keliat (2011), pohon masalah perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut :

Gambar 2.3. Pohon Masalah Perilaku Kekerasan.


2.2.4 Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data

Data-data yang mendukung dalam analisa data menurut (Keliat,

2011) :

1) Risiko mencederai diri orang lain dan lingkungan

a) Data Subjektif : Pasien mengatakan benci atau kesal pada

seseorang. Pasien suka membentak dan menyerang orang

yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat

perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya (Azizah,

2011).

b) Data Objektif: Mata merah, wajah agak merah. Nada suara

tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,

memukul diri sendiri/orang lain. Ekspresi marah saat

membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan

melempar barang-barang (Stuart 2007).

2) Perilaku kekerasan

a) Data Subjektif : Klien mengatakan jengkel dengan orang

lain, mengungkapkan rasa permusuhan yang mengancam,

klien merasa tidak nyaman, klien merasa tidak berdaya,

ingin berkelahi, dendam.

b) Data Objektif : Tangan dikepal, tubuh kaku,

ketegangan otot seperti rahang terkatup, nada suara tinggi,

waspada, pandangan tajam, reflek cepat, aktivitas motor

meningkat, mondar-mandir, merusak secara langsung


benda-benda yang berada dalam lingkungan, menolak,

muka merah, nafas pendek.

3) Harga diri rendah

a) Data Subyektif : Mengungkapkan ketidakmampuan dalam

meminta bantuan orang lain dan mengungkapkan rasa malu

serta tidak bisa jika diajak melakukan sesuatu (Videbeck,

2011).

b) Data Obyektif :Tampak ketergantungan dengan orang lain,

tampak sedih serta tidak melakukan aktivitas yang

seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung (Keliat,

2011)
2.2.5 Rencana Asuhan Keperawatan
Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan
Perencanaan
No. Dx. Kep
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
1. Perilaku Pasien mampu : Setelah…. Pertemuan pasien mampu : SP 1 ( Tgl ……….. )

kekerasan 1. Mengidentifikasi 1. Menyebutkan penyebab, tanda, 1. Identifikasi penyebab, tanda dan

penyebab dan tanda gejala, dan akibat perilaku gejala serta akibat perilaku

perilaku kekerasan kekerasan kekerasan

2. Menyebutkan jenis 2. Memperagakan cara fisik 1 untuk 2. Latih cara fisik 1 : tarik nafas

perilaku kekerasan mengontrol perilaku kekerasan dalam

yang pernah di lakukan 3. Masukan dalam jadwal harian

3. Menyebutkan cara pasien

mengontrol perilaku

kekerasan

4. Mengontrol perilaku

kekerasan secara : fisik,


sosial / verbal, spritual,

terapi psikofarmaka

Setelah…. Pertemuan pasien mampu : Sp 2 ( Tgl ……)

1. Menyebutkan kegiatan yg sudah 1. Evaluasi Sp 1

dilakukan 2. Latih cara fisik 2 : Pukul kasur /

2. Memperagakan cara fisik untuk bantal

mengontrol perilaku kekerasan 3. Masukan dalam jadwal harian

pasien
Setelah…. Pertemuan pasien mampu : Sp 3 ( Tgl ……. )

1. Menyebutkan kegiatan yg sudah 1. Evaluasi Sp 1 & 2

dilakukan 2. Latih secara sosial / verbal :

2. Memperagakan latihan secara a) Menolak dengan baik

sosial/verbal b) Meminta dengan baik

c) Mengungkapkan dengan baik

3. Masukan dalam jadwal kegiatan

pasien
Setelah…. Pertemuan pasien mampu : Sp 4 ( Tgl ….. )

1. Menyebutkan kegiatan yang sudah 1. Evaluasi Sp 1,2 & 3

dilakukan 2. Latih secara spiritual

2. Memperagakan cara spiritual a) Berdo’a


b) Sholat

3. Masukan dalam jadwal kegiatan

pasien
Setelah…. Pertemuan pasien mampu : Sp 5 ( Tgl… )

1. Menyebutkan kegiatan yang sudah di 1. Evaluasi Sp 1,2,3 & 4

lakukan 2. Latih patuh obat :

2. Memperagakan cara patuh obat a) Minum obat secara teratur

dengan perinsip 5 B

b) Susun jadwal minum obat dngn

teratur

3. Masukan dalam jadwal

kegiatan pasien
Keluarga mampu : Setelah…. Pertemuan keluarga mampu : Sp 1 ( Tgl… )
merawat pasien di rumah 1. Menjelaskan penyebab, tanda / 1. Identifikasi masalah yg dirasakan

keluarga dalam merawat pasien


gejala, akibat serta mampu 2. Jelaskan tentang PK dari :

memperagakan cara merawat penyebab, akibat, dan cara

merawat

3. Latih 2 cara merawat

4. RTL kelg / jadwal ntuk merawat

pasien
Setelah…. Pertemuan keluarga Sp 2 ( Tgl …. )

mampu : Menyebutkan kegiatan yg 1. Evaluasi Sp 1

sudah dilakukan dan mampu merawat 2. Latih ( simulasi ) 2 cara lain untuk

serta dapat membuat RTL merawat pasien

3. Latih langsung ke pasien

4. RTL kelg / jadwal kelg untuk

merawat pasien
Setelah…. Pertemuan keluarga Sp 3 ( Tgl …. )

mampu : Menyebutkan kegiatan yg 1. Evaluasi Sp 1 & 2

sudah dilakukan dan mampu merawat 2. Latih langsung ke pasien

serta dapat membuat RTL 3. RTL kelg / jadwal kelg untuk

merawat pasien

Setelah…. Pertemuan keluarga Sp 4 ( Tgl …. )

mampu : Melaksanakan follow up dan 1. Evaluasi Sp 1, 2 & 3

rujuk serta mampu menyebutkan 2. Latih langsung ke pasien

kegiatan yang sudah dilakukan 3. RTL keluarga : follow up dan

rujukan
2.2.6 Implementasi
Pelaksanaan merupakan langkah ketiga dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah di rencanakan (Hidayat, 2008).

2.2.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus
pada respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi proses atau pormatif dilakukan setiap selesai
melakukan tindakan.Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
SOAP sebagai pola pikirnya.
S : Respons subjektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang data sujektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada
data yang kontradikdif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada renspon
klien (Keliat, 2011).
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. A


DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CEMPAKA
RSJ SUNGAI BANGKONG PONTIANAK

3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
Inisial : Tn. A
Umur : 24 Tahun
Jenis Klamin : Laki – laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Parit Haji Muksin, Kubu Raya
Tg. Masuk RS : 1 April 2018
Ruang : Cempaka
RM No. : 10102016

II. ALASAN MASUK


Klien sering marah - marah, bicara sendiri, ngomel – ngomel dan pernah
membanting piring.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang Tidak
Berhasil Berhasil

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia


Aniaya fisik 23

Adanya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam
keluarga
Tindakan criminal
Jelaskan No.1,2,3 :
Klien dirawat di RSJ Sungai Bangkong sejak tanggal 1 April 2018,
penyakit Klien pernah masuk RSJ 2 tahun yang lalu dan kambuh karena
tidak minum obat secara teratur. Klien pernah melempari piring ke lantai
dan mengenai kaki istrinya.
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami Ya Tidak
gangguan jiwa
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Klien sejak lulus SMA dahulu langsung dilanjutkan bekeja oleh ayahnya
di tempat yang jauh.

IV. FISIK
1. Tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x / menit
S : 36,5˚C
RR : 20 x / menit
2. Ukur :
TB : 168 cm BB : 60 kg
IMT : 21,26
3. Keluhan fisik Ya Tidak
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Gambar 3.1 Genoggram


Keterangan :
: Laki-laki hidup : Perempuan hidup
X : Laki-laki meninggal X : Perempuan meninggal
: Klien : Tinggal serumah
: Garis keturunan
2. Konsep diri :
a) Gambaran diri : klien sangat mempunyai harapan besar untuk
sembuh
b) Identitas diri : Saat dipanggil namanya ”Bp A” klien merespon.
c) Peran : Klien sebagai pekerja swasta
d) Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat pulang sudah Jenuh di RSJ
e) Harga diri : Klien merasa malu karena orang lain menjauhinya
karena dikira gila, dan orang – orang takut kepadanya.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial :
a) Orang yang berarti / terdekat : Keluarga Klien
b) Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : kadang - kadang ikut
gotong royong bersama masyarakat
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada
Masalah Keperawatan : -
4. Spiritual :
a) Nilai dan keyakinan : Klien beragama Islam
b) Kegiatan ibadah : Sebelum sakit klien sholat tepat waktu
Masalah Keperawatan : Sejak MRS, klien jarang sholat dan berdoa

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai

Cara berpakaian tidak seperti biasanya


Jelaskan : Pasien berpakaian, berpenampilan kurang rapi, ADL
dibimbing sebagian.
Masalah Keperawatan : Sindroma Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu
memulai
pembicaraan
Jelaskan :
Klien hanya diam dan tampak tidak peduli jika diberikan pertanyaan.
Klien menjawab ketika pertanyaan itu diulang beberapa kali. Saat
menjawab, klien menjawab dengan suara yang keras dan dengan tatapan
yang tajam.
Masalah Keperawatan : -
3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan :
Wajah klien tampak tegang, tatapan mata tajam kearah lawan bicara, cara
berjalan kaku, klien juga sering membuat gerakan seperti mau meninju.
Masalah Keperawatan : Resiko tinggi perilaku kekerasan
4. Alam Perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir
Gembira berlebihan
Jelaskan : Pasien mengatakan merasa takut jika mengingat tentang
kematian.
Masalah Keperawatan : -
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan :
Ekspresi klien tumpul ketika diajak ngobrol, klien mampu merespon
dengan baik jika diberikan stimulasi yang kuat.
Masalah Keperawatan : -
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah
tersinggung

Kontak mata kurang Defensif Curiga

Jelaskan :
Klien kooperatif dan dapat menjawab pertanyaan dengan sesuai. Posisi
berhadapan sesuai dengan jarak yang aman. Tatapan mata klien tajam ke
arah lawan bicara dan raut wajah tampak tegang. Intonasi suara sedang,
tetapi kadang klien menjawab dengan nada tinggi.
Masalah Keperawatan : Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu
Jelaskan :
Halusinasi pendengaran : klien bicara dan tertawa sendiri,serta klien
sering marah-marah sendiri. Klien mengatakan terkadang dibisiki suara
orang seperti menyuruh melempar piring, klien mendengar bisikan itu
pada saat dia sedang sendiri, kurang lebih 1 hari 1-2 kali. Klien tiduran,
bicara sendiri, jarang berinteraksi dengan orang lain.
Masalah Keperawatan : Perubahan Persepsi Sensori (Halusinasi
Pendengaran)
8. Proses Pikir
Masalah Keperawatan : -
9. Isi Pikir
Jelaskan :
Klien selalu tanggap, waktu diajak berbicara tepat sesuai isi yang
dibicarakan.
Masalah Keperawatan : -
10. Bentuk Pikir
Jelaskan :
Realistik : cara berfikir klien masuk akal dan sesuai dengan kenyataan.
Masalah Keperawatan : -
11. Tingkat Kesadaran
Jelaskan :
Kuantitatif : compos mentis,GCS : 4-5-6
Kualitatif : kesadaran berubah.
Orientasi :
Klien waktu diwawancari, klien dapat mengetahui waktu,tempat dan
orang dengan benar dan jelas. Yang ditandai dengan klien waktu dikaji,
ditanya oleh perawat hari ini hari apa ? Klien menjawab hari selasa,
klien juga mampu menyebutkan beberapa nama perawat. Tetapi klien
tidak dapan menyebutkan tanggal karena klien lupa.
Masalah Keperawatan : -
12. Memori
Jelaskan :
Gangguan daya ingat saat ini (< 24 jam) : Klien menceritakan tadi pagi
sudah mandi dan makan.
Gangguan daya ingat jangka pendek (1 hari-1 bulan) : Klien mampu
menceritakan kejadian saat dibawa kerumah sakit karena memecahkan
piring hingga mengenai kaki istrinya.
Gangguan daya ingat jangka panjang (> 1 bulan) : Klien mampu
menceritakan kalau dirumah klien tinggal bersama istrinya.
Masalah Keperawatan : -
13. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Jelaskan :
Klien dapat menghitung dengan baik saat diberi pertanyaan hitung-
hitungan, klien mampu menjawabnya dengan benar, dan klien dapat
memfokuskan konsentrasi dengan baik. Salah satunya 5+ 4 = 9 dan
2×5= 10.
Masalah Keperawatan : -
14. Kemampuan Penilaian
Jelaskan :
Klien sudah menyadari dan mampu menilai bahwa suatu masalah yang
dilakukan dengan marah-marah itu sangat merugikan dirinyaa sendiri
dan orang lain.
Masalah Keperawatan : -
15. Daya titik diri
Jelaskan :
Klien mengatakan mampu mengenali penyakit yang dideritanya dan
tidak mengingkari terhadap penyakitnya karena klien mampu
menyebutkan kenapa klien bisa seperti ini dan penyebab mengapa klien
bisa sakit jiwa.
Masalah Keperawatan : -
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Tabel 3.1 Kemampuan Memenuhi Kebutuhan
Kemampuan memenuhi
Ya Tidak
kebutuhan
Makanan √
Keamanan √
Perawatan kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Keuangan √
Lain-lain
Jelaskan :
Klien mampu untuk memenuhi makannya, klien dapat menggunakan
pakaian sendiri, klien belum dapat untuk melakukan menggunakan, alat
Transportasi, Perawatan kesehatan, Keuangan klien belum bisa untuk
mencari uang sendiri.
2. ADL
Tabel 3.2 Aktivitas Sehari-hari
Kegiatan hidup Sehari - Bantuan Bantuan
Mandiri
Hari total minimal
Mandi √
Kebersihan √
Makan √
Buang air kecil (BAK) √
Buang air besar (BAB) √
Ganti pakaian √

3. Nutrisi
a) Apakah anda puas dengan pola makan anda?
Puas: Pasien mampu menghabiskan porsi makan yang diberikan.
b) Apakah saat makan anda memisahkan diri?
Tidak: pasien selalu makan bersama dengan pasien lainnya.
c) Frekuiensi makan sehari : 2 x sehari
d) Nafsu makan
Pasien mampu menghabiskan porsi makan yang diberikan.
e) Berat badan
Meningkat: Nafsu makan baik, setiap porsi yang diberikan klien
mampu menghabiskannya.
4. Tidur
a) Apakah ada masalah tidur?
Tidak ada: pasien dapat tidur dengan dengan nyenyak bersama
teman istrinya.
b) Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
Pasien merasa Segar setelah bangun tidur
c) Apakah ada yang menolong anda untuk mempermudah tidur?
Tidak ada: pasien tidur dengan spontan tanpa distimulasi dengan
obat tidur.
Tidur malam jam : 21.00 Bangun jam : 06.00 Rata-rata tidur malam :
8 – 9 jam.
d) Apakah ada gangguan tidur?
Tidak ada: pasien dapat tidur dengan dengan nyenyak bersama
teman kamarnya tanpa ada gangguan tidur.

VIII. MEKANISME KOPING


Tabel 3.3 Mekanisme Koping
Adaptif Mal Adaptif
Bicara dengan orang lain Minum alcohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi berlebihan
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lain-lain Lain-lain
Jelaskan :
Adaptif biasanya klien jika merasa marah atau ngomel - ngomel klien
dapat mengungkapkannya dengan orang lain dan beralih dengan tidur.
Masalah Keperawatan: -
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya tidak ada, pasien
kadang ikut kegiatan yang di adakan kelompok.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya klien diterima
oleh masyarakat.
3. Masalah dengan pendidikan, spesifiknya pasien lulusan SMA.
4. Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya Klien lulus SMA langsung lanjut
kerja oleh ayahnya di tempat yang jauh.
5. Masalah dengan perumahan, spesifiknya klien tinggal bersama
keluarganya
6. Masalah dengan ekonomi, spesifiknya klien bekeja sebagai pekerja
swasta
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya perilaku kekerasan
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Obat –obatan
Koping Lainnya
Jelaskan :
Klien mengatakan tidak mengerti tentang perilaku kekerasan dan cara
mengontrolnya, untuk obat-obatan klien hanya mengetahui warnanya,
sedangkan nama, dosis dan kegunaannya klien tidak mengetahui. Saat
ditanya mengenai hal itu klien terlihat bingung dan tersenyum.
Masalah Keperawatan : Kurang Pengetahuan

XI. Diagnosa medik : Skizofrenia tak terinci (F 20.3)


Terapi medik : pernah masuk RSJ tahun 2016.
Tabel 3.4 Terapi Obat
Nama
No Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping
Obat
1. CPZ 100 Skizofrenia dan kondisi Penekanan Ikterus, hipotensi
yang berhubungan sumsum tulang, postural dan depresi
pernapasan,
dengan psikosis, gangguan hati
diskrasia
trankuilisasi dan kontrol atau ginjal berat,
darah, distonia akut,
darurat untuk gangguan sindrom reye,
diskinesia tardiv,
perilaku, terapi tambahan koma karena
Gangguan
untuk barbiturate atau
penglihatan,
gangguan perilaku alkohol, anak <6 Reaksi
karena retardasi mental. tahun. ekstrapiramidial
(dosis tinggi).

2. HDL 5 Skizofrenia akut dan Depresi endogen Terkendali, hipotensi


(haloperi kronik, status ansietas, tanpa agitasi, ortotastik galaktore.
dol) gelisah dan psikis labil gangguan saraf
disertai dengan mudah dengan gejala
marah, menyerang, piramidal atau
astenia, delusi, ekstrapiramidal,
halusinasi. kondisi koma,
depresi SSP berat.

3. THP 2 Parkinson,gangguan Glaukoma sudut Mulut kering,


(trihexyp Ekstrapiramidal yang sempit, ileus penglihatan kabur,
henidyl) disebabkan obat SSP. paralitik, pusing, cemas,
hipertrofi konstipasi, retensi
urin, takikardi,
prostat. dilatasi
pupil, TIO
meningkat,
sakit kepala.
XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
2. Perubahan presepsi sensori: halusinasi pendengaran
3. Harga diri rendah
4. Kurang pengetahuan
Pontianak, 3 April 2018
Perawat

AP

3.2 Analisa Data


Tabel 3.5 Analisa Data
DATA MASALAH
Ds :
- Klien mengatakan sering marah-
marah dan berbicara sendiri
- Klien mengatakan pernah
membanting piring dan mengenai
kaki istrinya Perilaku kekerasan

Do :
- Tampak tegang
- Intonasi keras
- Tatapan mata tajam
- Afek tumpul
Ds :
- Klien mengatakan ia bicara dan
tertawa sendiri, serta klien sering
marah-marah sendiri.
- Klien mengatakan terkadang
dibisiki suara orang seperti
menyuruh melempar piring. Perubahan presepsi sensori: halusinasi

- Klien mengatakan mendengar pendengaran

bisikan pada saat dia sedang


sendiri, kurang lebih 1 hari 1-2
kali.
Do :
- Klien kadang senyum sendiri
- Klien tidak berinteraksi
Ds :
- Klien mengatakan ia merasa malu
karena orang lain menjauhinya
karena dikira gila, dan orang- Harga diri rendah

orang takut kepadanya.


Do :
- Klien tampak sendiri
Ds :
- Klien mengatakan ia tidak
mengerti tentang perilaku
kekerasan dan cara mengontrolnya
Kurang pengetahuan
- Klien mengatakan ia tidak
mengetahui fungsi obatnya.
Do :
- Klien tampak bingung dan senyum
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Tabel 3.6 Rencana Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan
Perencanaan
No. Dx. Kep
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
1. Perilaku Pasien mampu : Setelah 1x Pertemuan pasien mampu : SP 1 ( 4 April 2018 )

kekerasan 5. Mengidentifikasi 3. Menyebutkan penyebab, tanda, 4. Identifikasi penyebab, tanda dan

penyebab dan tanda gejala, dan akibat perilaku gejala serta akibat perilaku

perilaku kekerasan kekerasan kekerasan

6. Menyebutkan jenis 4. Memperagakan cara fisik 1 untuk 5. Latih cara fisik 1 : tarik nafas

perilaku kekerasan mengontrol perilaku kekerasan dalam

yang pernah di lakukan 6. Masukan dalam jadwal harian

7. Menyebutkan cara pasien

mengontrol perilaku

kekerasan

8. Mengontrol perilaku

kekerasan secara : fisik,


sosial / verbal, spritual,

terapi psikofarmaka

Setelah 2x Pertemuan pasien mampu : Sp 2 ( 4 April 2018 )

3. Menyebutkan kegiatan yg sudah 4. Evaluasi Sp 1

dilakukan 5. Latih cara fisik 2 : Pukul kasur /

4. Memperagakan cara fisik untuk bantal

mengontrol perilaku kekerasan 6. Masukan dalam jadwal harian

pasien
Setelah 3x Pertemuan pasien mampu : Sp 3 ( 5 April 2018 )

3. Menyebutkan kegiatan yg sudah 4. Evaluasi Sp 1 & 2

dilakukan 5. Latih secara sosial / verbal :

4. Memperagakan latihan secara d) Menolak dengan baik

sosial/verbal e) Meminta dengan baik

f) Mengungkapkan dengan baik

6. Masukan dalam jadwal kegiatan

pasien
Setelah 4x Pertemuan pasien mampu : Sp 4 ( 5 April 2018 )

3. Menyebutkan kegiatan yang sudah 4. Evaluasi Sp 1,2 & 3

dilakukan 5. Latih secara spiritual

4. Memperagakan cara spiritual c) Berdo’a


d) Sholat

6. Masukan dalam jadwal kegiatan

pasien
Setelah 5x Pertemuan pasien mampu : Sp 5 ( 6 April 2018 )

3. Menyebutkan kegiatan yang sudah di 4. Evaluasi Sp 1,2,3 & 4

lakukan 5. Latih patuh obat :

4. Memperagakan cara patuh obat c) Minum obat secara teratur

dengan perinsip 5 B

d) Susun jadwal minum obat dngn

teratur

6. Masukan dalam jadwal

kegiatan pasien
3.4 Strategi Pelaksanaan Pasien dengan Perilaku Kekerasan
3.4.1 Proses Keperawatan
a. Kondisi klien :
Klien masuk RSJ Sungai Bangkong pada tanggal 1 April 2018. Saat
dilakukan pengkajian tanggal 3 April 2018 ditemukan data :
1) Data Subjektif
- Klien mengatakan sering marah-marah dan berbicara sendiri
- Klien mengatakan pernah membanting piring dan mengenai
kaki istrinya
- Klien mengatakan ia bicara dan tertawa sendiri, serta klien
sering marah-marah sendiri.
- Klien mengatakan terkadang dibisiki suara orang seperti
menyuruh melempar piring.
- Klien mengatakan mendengar bisikan pada saat dia sedang
sendiri, kurang lebih 1 hari 1-2 kali.

2) Data Objektif
- Tampak tegang
- Intonasi keras
- Tatapan mata tajam
- Afek tumpul
- Klien kadang senyum sendiri
- Klien tidak berinteraksi

b. Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kekerasan

c. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

d. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu
dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah secara :
a) Verbal
b) Terhadap orang lain
c) Terhadap diri sendirI
d) Terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang ia
lakukan
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara :
a) Fisik : pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Social/verbal : menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual : sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :
a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur - bantal
b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur - bantal
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial /
verbal :
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik.
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual :
a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa.
b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara
minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat)
disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi
persepsi mengontrol perilaku kekerasan.

3.4.2 Strategi Komunikasi


a. SP 1 Pasien
Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I (Latihan
napas dalam).

Orientasi:
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya AP, panggil saya A,
saya mahasiswa Keperawatan dari Poltekkes Pontianak yang akan
praktek disini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pukul
07.00-14.00 WIB. Saya yang akan merawat Bapak selama Bapak
di rumah sakit ini. Nama Bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini? Masih ada perasaan kesal
atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan
marah Bapak”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana
kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak?
Bagaimana kalau di ruang tamu?”

Kerja :
“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya
Bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan
yang sekarang?.
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Bapak pulang ke
rumah dan istri belum menyediakan makanan (misalnya ini
penyebab marah pasien), apa yang Bapak rasakan?”
“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-
debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang Bapak lakukan? Apa kerugian cara yang
Bapak lakukan? Maukah Bapak belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah
satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik rasa
marah disalurkan.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan
maka Bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar,
lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus,
tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali,
Bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga
bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah terbiasa
melakukannya”
Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau
diakhiri atau dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan Bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab Bapak marah ........ (sebutkan) dan yang
Bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang Bapak lakukan .......
(sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah
Bapak yang lalu, apa yang Bapak lakukan kalau marah yang
belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak.
”Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa kali sehari
Bapak mau latihan napas dalam? Jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan
cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya
disini saja ya pak”

b. SP 2 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik II.
1) Evaluasi latihan nafas dalam
2) Latih cara fisik ke-2 : pukul kasur dan bantal
3) Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
Orientasi :
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini, adakah hal yang
menyebabkan Bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
“Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu?”

Kerja :
“Kalau ada yang menyebabkan Bapak marah dan muncul
perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam
Bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana
kamar Bapak? Jadi kalau nanti Bapak kesal dan ingin marah,
langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal. Nah, coba Bapak lakukan, pukul kasur
dan bantal. Ya, bagus sekali Bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan
marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya”

Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cara menyalurkan
marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba Bapak sebutkan lagi?
Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari Bapak.
Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap
bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore.
Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua
cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa
kali sehari Bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik
nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol
marah dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak?
Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”
c. SP 3 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
1) Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
2) Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik.
3) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita
ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan
pukul kasur bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M,
artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B,
artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T,
artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat yang sama?”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?”

Kerja :
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul
kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan
orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang
rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak
bilang penyebab marahnya karena minta uang sama isteri tidak
diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik, katakan ”Bu, saya
perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini
untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba Bapak
praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan Bapak tidak
ingin melakukannya, katakan: “Maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada kerjaan”. Coba Bapak
praktekkan. Bagus pak”.
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain
yang membuat kesal Bapak dapat mengatakan “Saya jadi ingin
marah karena perkataanmu itu”. Coba praktekkan. Bagus ! ”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba Bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa
kali sehari Bapak mau latihan bicara yang baik?, Bisa kita buat
jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya
meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa
marah Bapak yaitu dengan cara ibadah, Bapak setuju? Mau di mana
Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti
d. SP 4 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
1) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik dan sosial/verbal
2) Latihan beribadah/berdooa
3) Buat jadwal latihan beribadah/berdoa
Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali,
bagaimana rasa marahnya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah
rasa marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat tadi?”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?

Kerja :

“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus.


Baik, yang mana mau dicoba?
“Nah, kalau Bapak sedang marah coba Bapak langsung duduk dan
tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan
agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan
kemarahan.”
“Coba Bapak sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang
mana? Coba sebutkan caranya”

Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari?
Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan Bapak.
Mau berapa kali Bapak sholat. Baik kita masukkan sholat .......
dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba Bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat Bapak lakukan
bila Bapak merasa marah”
“Setelah ini coba Bapak lakukan jadwal sholat sesuai jadwal yang
telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam
berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar
e. SP 5 Pasien
Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah
marah yang sudah dilatih.
2) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat,
benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
3) Susun jadwal minum obat secara teratur

Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita
ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul
kasur bantal, bicara yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat cek
kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara
minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat kemarin?”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit”

Kerja :
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
“Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja?
Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus!”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya
CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP
agar rileks dan tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP
agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus
Bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya Bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, Bapak sebaiknya istirahat
dan jangan beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini Bapak lihat dulu label di
kotak obat apakah benar nama Bapak tertulis disitu, berapa dosis
yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga
apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada
suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi
dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal
ya pak.”

Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara minum obat yang benar?”
“Coba Bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum!
Bagaimana cara minum obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan
minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhmana
Bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah
rasa marah. Sampai jumpa”
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tabel 3.7 Catatan Keperawatan
Di Unit Rawat Inap RSJ Sungai Bangkong Pontianak

Nama : Tn. A Ruangan : Cempaka No. RM : 10102016


Hari / Tanggal /
NO DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
Jam
1 Rabu, 4 April Perilaku Data : Klien tampk tegang, tatapan Rabu, 4 April 2018
2018 Kekerasan mata tajam, marah-marah dan bicara 08.50 WIB
08.30 WIB sendiri. S : Klien mengatakan lega
Tindakan Keperawatan SP 1: setelah belajar latihan napas
1. Membina hubungan saling dalam
percaya O : Klien kooperatif, klien
2. Mengidentifikasi penyebab tampak rileks
marah, tanda dan gejala A : Perilaku Kekerasan (+)
perilaku kekerasan P : Latihan napas dalam 3 x
3. Mengidentifikasikan perilaku sehari dan jika klien mulai
kekerasan yang pernah gelisah
dilakukan serta akibatnya
4. Mengajarkan latihan fisik
pertama (latihan napas dalam)
5. Menyusun jadwal kegiatan
harian latihan fisik 1
RTL :
1. Evaluasi SP 1
2. Lanjut SP 2 (Latihan fisik 2)
2 Rabu, 4 April Perilaku Data : Klien tampak rileks, afek Rabu, 4 April 2018
2018 Kekerasan tumpul dan masih suka marah 11.10 WIB
10.50 WIB sendiri. S:
Tindakan Keperawatan SP 2: - Klien mengatakan sudah
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan latihan napas dalam 2x.
harian klien (latihan fisik 1) - Klien mengatakan menyukai
2. Mengajarkan latihan fisik 2 latihan pukul kasur dan
(pukul kasur dan bantal) bantal.
3. Menyusun jadwal kegiatan O : Klien kooperatif, klien
harian cara kedua tampak rileks, klien
RTL : memperagakan latihan fisik 2
1. Evaluasi SP 2 A : Perilaku Kekerasan (+)
2. Lanjut SP 3 (mengendalikan P : Latihan napas dalam 3 x
perilaku kekerasan secara sehari dan latihan pukul kasur
verbal/sosial) dan bantal 2xsehari
3 Kamis, 5 April Perilaku Data : Klien tampak rileks dan Kamis, 5 April 2018
2018 Kekerasan sedang memperagakan latihan fisik 1 10.30 WIB
10.00 WIB Tindakan Keperawatan SP 3: S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan - Klien mengatakan sudah
harian klien (latihan fisik 1 dan latihan napas dalam dan
2) latihan memukul kasur.
2. Mengajarkan klien untuk - Klien mengatakan mengerti
mengungkapkan rasa marah cara mengungkapkan rasa
secara verbal (menolak dengan marah dengan baik.
baik, meminta dengan baik, O : Klien kooperatif, klien
mengungkapkan perasaan tampak rileks, klien
dengan baik) memperagakan latihan verbal.
3. Menyusun jadwal kegiatan A : Perilaku Kekerasan (+)
latihan mengungkapkan marah P : Latihan napas dalam 3 x
secara verbal sehari dan latihan pukul kasur
RTL : dan bantal 2 x sehari dan
1. Evaluasi SP 3 latihan mengungkapkan
2. Lanjut SP 4 (mengendalikan marah secara verbal jika
perilaku kekerasan dengan cara terjadi hal yang tidak disukai.
spiritual)
4 Kamis, 5 April Perilaku Data : Klien tampak rileks dan Kamis, 5 April 2018
2018 Kekerasan sedang memperagakan latihan verbal 13.00 WIB
12.30 WIB sendiri S:
Tindakan Keperawatan SP 4: - Klien mengatakan sudah
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan melakukan latihan secara
harian klien (latihan fisik 1 dan rutin
2, latihan verbal) - Klien mengatakan ia mulai
2. Mengajarkan klien untuk latihan bisa mengontrol emosinya
beribadah dan berdoa O : Klien kooperatif, klien
3. Menyusun jadwal kegiatan tampak rileks, klien
latihan beribadah dan berdoa memperagakan latihan
RTL : beribadah dan berdoa
1. Evaluasi SP 4 A : Perilaku Kekerasan (+),
2. Lanjut SP 5 (mengendalikan klien mulai bisa mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara dirinya
minum obat) P : Latihan napas dalam 3 x
sehari dan latihan pukul kasur
dan bantal 2 x sehari dan
latihan mengungkapkan
marah secara verbal dengan
orang lain, serta
melaksanakan ibadah dan
berdoa secara rutin.
5 Jum’at, 6 April Perilaku Data : Klien tampak rileks, santai dan Jumat, 6 April 2018
2018 Kekerasan sedang bicara dengan perawat 09.15 WIB
09.00 WIB diruangan S:
Tindakan Keperawatan SP 5: - Klien mengatakan sudah
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan melakukan latihan secara
harian klien (SP 1-4) rutin
2. Menganjurkan klien untuk O : Klien kooperatif, klien
minum obat secara teratur tampak rileks, klien
dengan prinsip 5B memperagakan latihan SP 1-5
3. Menjelaskan fungsi obat dan A : Resiko Perilaku
akibatnya jika berhenti minum Kekerasan masih ada
obat P : Melakukan SP 1-5 secara
4. Menyusun jadwal kegiatan rutin
minum obat secara teratur
RTL :
1. Evaluasi SP 1-5
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan, disertai dengan amuk dan gaduh
gelisah yang tidak terkontrol. Dalam memberikan tindakan keperawatan ke
pasien dengan perilaku kekerasan dibutuhkan Strategi Pelaksanaan yang
meliputi Proses Keperawatan dan Strategi Komunikasi. Strategi komunikasi
terdiri dari SP 1-5 meliputi latihan fisik 1, latihan fisik 2, latihan
mengungkapkan secara verbal, latihan dengan cara spiritual serta dengan
mengkonsumsi obat secara teratur.

4.2 Saran
Setelah mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Perilaku
Kekerasan, penulis akan memberikan usulan dan masukan positif khususnya
di bidang kesehatan antara lain :
a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan
kesehatan dan mempertahankan kerja sama baik antara tim kesehatan
dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Perilaku
Kekerasan.
b. Bagi Tenaga Kesehatan Khusunya Perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainya dalam
memberikan pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Perilaku Kekerasan.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas
dan profesional agar tercipta perawat yang profesional, terampil, inovatif,
aktif, dan bermutu yang mampu memberikan tindakan yang tepat secara
menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan dan dapat
mengaplikasikannya saat terjun ke masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Editor Monica Ester.
EGC : Jakarta
Erlinafsiah. 2010. Model Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta :
EGC.
Kementerian Kesehatan. 2014. Undang Undang No 18 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Sekretariat Negara.
Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikologi
dan Gangguan Jiwa. Medan : Usu Press.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2011. Pedoman Pewawancara Petugas
Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes.
Stuart,G.W., Syndeen. 2007. Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
Missouri: Mosby, inc.
Townsend, Mary C. 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri: Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Alih
bahasa, Novi Helena C. Daulima: editor, Monica Ester. Edisi 5. Jakarta:
EGC.
Videbeck, Sheila L. 2011. Psychiatric Mental Health Nursing. 5th edition. Wolters
Kluwer Health. Lippincott Wiliams & Wilkins.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.
FORMAT PENILAIAN KEGIATAN SEMINAR MAHASISWA
PRODI D-IV KEPERAWATAN PONTIANAK
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa


Kode MK :
Topik : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Perilaku
Kekerasan
Kelompok :9
Mahasiswa :
6. Aditya Purwanto
7. Andina Puspa Kartika Sari
8. Maya Masita Ratri
9. Rima Ocktavia
10. Siwi Fajar Utami

Kriteria Nilai
No 79-100 68-78 56-67 41-55 Ket
Penilaian A B C D
I Persiapan
makalah :
1. Kebenaran Isi
2. Ketajaman
pembahasan
3. Sistematika
penulisan
4. Kelengkapan
Kepustakaan
II Presentasi
seminar :
1. Penguasaan
dan kejelasan
materi
2. Strategi
seminar
3. Diskusi aktif
4. Kerja
kelompok
5. Penggunaan
AVA (Alat
Peraga Visual)
/ Power point
6. Kesimpulan
hasil diskusi

Penilaian : 79-100 : A
68-78 : B
56-67 : C
41-55 : D
Nilai : jumlah nilai yang diperoleh

10

Pontianak, ...............................

Penilai

Anda mungkin juga menyukai