OLEH:
SISKA HERLIANA
NIM. P07124123081
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui:
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................
ii
KATA
PENGANTAR .....................................................................................iii
DAFTAR
ISI....................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................1
B. Tujuan .......................................................................................................2
C. Manfaat .....................................................................................................2
D. Metode Praktek Lapang ............................................................................2
BAB II TINJAUAN
TEORI............................................................................3
A. Tradisi .......................................................................................................3
D. Peraq Api.................................................................................................10
BAB IV
PEMBAHASAN...............................................................................14
BAB V
PENUTUP..........................................................................................17
A. Kesimpulan ............................................................................................17
B. Saran........................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tradisi merupakan nama lain dari kebudayaan. Tradisi ini dilakukan turun
temurun dari kelompok masyarakat tertentu yang berdasarkan nilai social budaya
pada masyarakat yang bersangkutan. Tradisi memperlihatkan bagaimana anggota
masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun
hal-hal yang bersifat gaib atau keagamaan
Tradisi peraq api adalah suatu ritual pada ibu dan anak yang dilakukan setelah
putusnya tali pusar dari anak yang baru lahir. Tradisi ini biasanya dilakukan pada
hari ke-tujuh atau hari ke-sembilan untuk pemberian nama pada bayi.Tradisi
Peraq api ini masih di jalankan oleh masyarakat Desa Marong Karang tatah.
Sasak tradisi Peraq api mempunyai makna dan arti tersendiri bagi
pendukungnya. Dalam upacara tersebut dipimpin oleh Belian nganak (dukun
beranak) dukun bersama keluarga atau orang tua bayi mempersiapkan
perlengkapan dan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan upacara
Peraq api.Dukun beranak memimpin acara mulai dari persiapan,proses
acara,sampai acara selesai.
B.Tujuan
Tujuan Umum:
Untuk mengetahui lebih dalam tradisi Peraq api yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak..
Tujuan Khusus:
C.Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tradisi
1.Definisi Tradisi
Tradisi adalah segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa
lalu kemasa kini. Tradisi dalam pengertian yang lebih sempit hanya berarti
bagian-bagian warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja yakni yang
tetap bertahan hidup di masa kini (Sztompka, 2017).
Tradisi adalah suatu warisan berwujud budaya dari nenek moyang, yang
telah menjalani waktu ratusan tahun dan tetap dituruti oleh mereka- mereka
yang lahir belakangan. Tradisi diikuti karena dianggap akan memberikan
semacam pedoman hidup bagi mereka, tradisi itu dinilai sangat baik oleh
mereka memilikinya, bahkan dianggap tidak dapat diubah atau ditinggalkan
oleh mereka (Simanjuntak, 2016)
2.Fungsi tradisi
Kesehatan ibu dan bayi masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang
menjadi prioritas yang memerlukan penanganan yang lebih optimal. Berbagai
upaya kesehatan telah dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu
maupun bayi. Upaya kesehatan ibu dan bayi adalah upaya di bidang
kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir.
a. Kesehatan ibu.
b. Masa nifas
e. Kesehatan bayi.
Bayi yang baru lahir atau neonatus adalah anak di bawah usia 28 hari.
Selama 28 hari pertama kehidupan ini anak berisiko paling tinggi untuk
meninggal. Oleh karena itu, pemberian makan dan perawatan yang tepat
diberikan selama periode ini baik untuk meningkatkan peluang anak
untuk bertahan hidup maupun untuk meletakkan fondasi bagi kehidupan
yang sehat (WHO, 2018).
Beberapa aspek sosial budaya yang berkaitan dengan perawatan bayi baru
lahir, antara lain;
D. Peraq Api
Dari proses perak api itu dapat disimpulkan bahwa tradisi budaya ini dapat
berdampak negatif pada kesehatan ibu dan bayi. Karena pada tradisi ini bayi
baru lahir sudah diberikan asap hasil pembakaran yang berasal dari kayu dan
bahan organik lain yang mengandung campuran gas,partikel,dan bahan kimia
akibat pembakaran yang tidak sempurna yang membuat secara tidak langsung
akan berdamapak negatif pada bayi yang baru lahir atau neonatus yang
dimana anak di bawah usia 28 hari berisiko paling tinggi untuk meninggal.
Komposisi asap dari pembakaran tersebut terdiri dari gas seperti karbon
monoksida, karbon dioksida, nitrogen oksida, ozon.
Secara umum bahan pencemar senyawa kimia nitrogen oksida, sulfur
dioksida, karbon monoksida,ozon dan partikulat di udara menyebabkan
gangguan kesehatan pada manusia seperti luka mata dan luka saluran
pernapasan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Hasil wawancara yang dilakukan pada “Ny.N”terkait aspek sosial budaya tradisi
“Peraq api” yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas
Selaparang, Lombok Barat. Adapun hasil wawancara yang dilakukan pada” Ny.N”
adalah sebagai berikut:
1.Identitas diri
Nama: Ny.N
Umur: 22 Tahun
Suku Bangsa : Sasak
Agama : Islam
Alamat Lengkap : Marong Karang tatah
2.Daftar pertanyaan dan jawaban
a. Apakah ada tradisi yang bayi ibu jalani pada saat masa bayi balita?
Jawaban: Iya, ada
b. Tradisi apa yang bayi ibu jalani?
Jawaban: Tradisi yang anak saya jalani waktu itu tradisi Peraq api
c.Bisakah ibu menceritakan bagaimana tradisi itu?
jawaban: Pertama siapakan perangkat acara yang disiapkan terdiri dari
moto seyong (beras kentan yang di sangrai),enten-enten (gula kelapa) daun
bikan,sembeq,(kunyah rishi pinang santan kelapa (untuk keramas ibu),gelang
pelindung dan penanda.Kemudian api dipadamkan dengan percikan daun
bunut (daun beringin) dan tandan buaq bikan (batang buah bikan) yang
diletakkan di atas tepaq. Bayi dan ibu yang sudah dikeramas dan dibersihkan
dengan air sampai bersih disebut dengan masor. Selanjutnya, bayi ta eyok
(diayak) dengan cara di ayun-ayun di atas bara api yang sudah dipadamkan.
Waktu pelaksanaannya setelah petoq poset (putusnya tali pusar). Acara peraq
api dilaksanakan pada waktu nyepek peken (saat puncak keramaian pasar)
antara pukul 09.00-10.00 pagi
BAB IV
PEMBAHASAN
Peraq api dilakukan oleh belian (dukun beranak). Mula-mula api dipadamkan
dengan percikan daun bunut (daun beringin) dan tandan buaq bikan (batang buah
bikan) yang diletakkan di atas tepaq. Bayi dan ibu yang sudah dikeramas dan
dibersihkan dengan air sampai bersih disebut dengan masor. Selanjutnya, bayi ta
eyok (diayak) dengan cara di ayun-ayun di atas bara api yang sudah dipadamkan.
Waktu pelaksanaannya setelah petoq poset (putusnya tali pusar). Acara peraq api
dilaksanakan pada waktu nyepek peken (saat puncak keramaian pasar) antara
pukul 09.00-10.00 pagi (Suhardi, dkk: 34).
Setelah seluruh rangkain acara tersebut selesai, kemudian dilanjutkan dengan
pemberian nama pada anak bayi. Nama yang disiapkan ditulis dalam kertas dan
digenggamkan pada kedua tangan bayi. Apabila salah satu dari nama yang
digenggam erat, berarti nama tersebutlah yang dipilih sendiri oleh bayi. Nama
yang terpilih diletakkan di atas sѐmbѐq dan selanjutnya belian mencolekkan
sѐmbѐq di kening bayi sambil menyebut namanya (Suhardi, dkk. 2010)
Dari proses perak api itu dapat disimpulkan bahwa tradisi budaya ini dapat
berdampak negatif pada kesehatan ibu dan bayi. Karena pada tradisi ini bayi baru
lahir sudah diberikan asap hasil pembakaran yang berasal dari kayu dan bahan
organik lain yang mengandung campuran gas,partikel,dan bahan kimia akibat
pembakaran yang tidak sempurna yang membuat secara tidak langsung akan
berdamapak negatif pada bayi yang baru lahir atau neonatus yang dimana anak di
bawah usia 28 hari berisiko paling tinggi untuk meninggal. Komposisi asap dari
pembakaran tersebut terdiri dari gas seperti karbon monoksida, karbon dioksida,
nitrogen oksida, ozon.
Secara umum bahan pencemar senyawa kimia nitrogen oksida, sulfur
dioksida, karbon monoksida,ozon dan partikulat di udara menyebabkan
gangguan kesehatan pada manusia seperti luka mata dan luka saluran
pernapasan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tradisi perak api merupakan salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh
masyarakat di Desa Marong Karang tatah. Tradisi peraq api dilakukan oleh bayi
balita dengan tujuan untuk memberikan nama pada bayi . Jenis perawatan yang
dilakukan berupa pengasapan bayi dengan cara bayi diputer-puter di atas uap bara
api.
3. Dari proses perak api itu dapat disimpulkan bahwa tradisi budaya ini
dapat berdampak negatif pada kesehatan ibu dan bayi. Karena pada tradisi
ini bayi baru lahir sudah diberikan asap hasil pembakaran yang berasal
dari kayu dan bahan organik lain yang mengandung campuran
gas,partikel,dan bahan kimia akibat pembakaran yang tidak sempurna
yang membuat secara tidak langsung akan berdamapak negatif pada bayi
yang baru lahir atau neonatus yang dimana anak di bawah usia 28 hari
berisiko paling tinggi untuk meninggal. Komposisi asap dari pembakaran
tersebut terdiri dari gas seperti karbon monoksida, karbon dioksida,
nitrogen oksida, ozon.
B. Saran
Perawatan masa nifas untuk ibu dan bayi diharapkan dapat dilakukan
dengan cara yang lebih sehat. Misalnya untuk menghangatkan ibu dan bayi
bisa menggunakan selimut atau dengan alat maupun benda yang tidak
menimbulkan asap. Pelaksanaan peraq api dapat dilakukan tanpa
menggunakan sabut kelapa dan daun-daunan yang dibakar. Mendapatkan
manfaat dari daun-daunan dapat dilakukan dengan direbus, kemudian airnya
dapat diminum atau digunakan sebagai campuran untuk air mandi ibu.
Diharapkan dengan cara demikian ibu dan bayi dapat terhindar dari asap saat
melakukan tradisi peraq api.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, (2013). aspek sosial budaya terkait bayi baru lahir. aspek sosial budaya dalam
WHO,(2018, juli kamis). kesehatan ibu dan bayi. Retrieved from dinas kesehatan:
http://malang kota.go.id
Purwoastuti, w. d. (2015). tujuan perawatan masa nifas. prawatan diri selama priode nifas, 2.
Simanjutak. (2017, februari senin). tradisi suatu warisan. Retrieved from makalah pengertian
tradisi: http//ettheses.iainkediri.ac.id
Szotompka. (2017, desember raby). definisi tradisi. Retrieved from konsep tradisi:
https:www.liputan6.com.id
WHO. (2018, desember senin). kesehatan bayi. Retrieved from fase pertumbuhan bayi balita:
http://ayosehat.kemkes.go.id