Disusun oleh :
Desiminasi ilmu yang berjudul “Pengaruh Aromaterapi Biji Pala (Myristica Fragrans Houtt)
Terhadap Insomnia Pada Lansia Di Pstw Sabai Nan Aluih Sicincin” ini dapat diperiksa
dan disetujui untuk diseminarkan.
Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayat dan karunia-Nya sehingga kelompok dapat
menyelesaikan desiminasi ilmu yang berjudul “Pengaruh Aromaterapi Biji Pala
(Myristica Fragrans Houtt) Terhadap Insomnia Pada Lansia Di Pstw Sabai Nan Aluih
Sicincin”.
Desiminasi ilmu ini diajukan sebagai salah satu pencapaian kompetensi praktik
Keperawatan Gerontik pada Program Studi Profesi Ners STIKes Alifah Padang.
Kelompok menyadari bahwa penulisan desiminasi ilmu ini masih jauh dari
kesempurnaan, penyusunan desiminasi ilmu ini telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Bapak Kepala Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin
Kabupaten Padang Pariaman
2. Bapak/Ibu Pejabat Structural Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan
Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman
3. Bapak/Ibu Pegawai dan Pengasuh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai
Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman
4. Ibu Ns. Ledia Restipa, M.Kep, dan Ibu Ns. Helmanis Suci, M.Kep sebagai
preseptor akademik STIKes Alifah Padang
5. Ibu Ns. Shuci Putri Hayu, S.Kep sebagai preseptor klinik Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman
Kelompok menyadari bahwa dalam proses penyusunan desiminasi ilmu ini banyak
terdapat kekurangan, hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena
keterbatasan ilmu kelompok. Untuk itu kelompok mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan desiminasi ilmu ini.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vi
DAFTAR TABEL......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitiaan.............................................................................. 6
C. Manfaat Penelitian.............................................................................. 6
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian........................................................................................ 8
2. Perubahan Fisiologi pada Lansia..................................................... 8
3. Batasan Usia Lansia......................................................................... 15
4. Teori Menua..................................................................................... 16
B. Konsep Insomnia
1. Pengertian Insomnia ................................................................ 18
2. Etiologi..................................................................................... 20
3. Manifestasi................................................................................ 20
4. Patofisiologi..................................................................................... 22
5. Komplikasi....................................................................................... 24
6. WOC................................................................................................ 26
7. Pemeriksaan Penunjang................................................................... 28
8. Penatalaksanaan............................................................................... 28
C. Konsep Dasar Aromaterapi Biji Pala
1. Pengertian aromaterapi……………...…………………………….. 29
2. Tumbuhan Pala ................................................................................ 30
3. Manifestasi Kerja.............................................................................. 30
4. Teknik Pemberian Aromaterapi....................................................... 31
D. Terapi Komplementer
1. Indikasi Dan Kontraindikasi ............................................................ 33
2. Kekurangan Dan Kelebihan Buah pala ........................................... 33
3. Tingkat Ektivitas.............................................................................. 34
4. Cara Pembuatan................................................................................ 36
5. Cara Konsumsi................................................................................. 36
6. Kadarluarsa....................................................................................... 37
BAB III PELAKSANAAN
A. Periode Pra Pelaksana........................................................................ 37
B. Implementasi...................................................................................... 38
C. Periode Pasca Perlakuan..................................................................... 39
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil Implementasi yang dilakukan pada Lansia............................... 39
B. Kesimpulan Hasil Implementasi........................................................ 40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 42
B. Saran .................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang
pembangunan. Dengan demikian, dari tahun ketahun jumlah penduduk lansia semakin
tinggi. Pada tahun 2010 jumlah penduduk lansia di Indonesia kurang lebih 23.992.000
jiwa (9,77%) dan tahun 2020 diperkirakan mencapai 28.000.000 jiwa (11,3%). BPS RI
Susena menyebutkan pada Tahun 2009, angka kesakitan penduduk lansia menurut tipe
daerah yang paling tinggi di pedesaan (Samsudrajat, 2011). Populasi penduduk lanjut
usia secara global diprediksi akan mengalami peningkatan. Setelah tahun 2010
populasi lanjut usia di Indonesia diprediksi mengalami peningkatan lebih tinggi dari
pada populasi penduduk lanjut usia di dunia. Provinsi Jawa Tengah menjadi daerah
Pusdatin, 2016).
Jumlah penduduk usia lanjut yang meningkat diikuti dengan timbulnya berbagai
(Dewi, 2010). Salah satu masalah kesehatan yang sering muncul pada lansia adalah
insomnia. Oleh karena itu pada lanjut usia membutuhkan perhatian dan penanganan
Insomnia adalah salah satu dari berbagai gangguan tidur yang paling sering
dalam memulai tidur, mempertahankan tidur, bangun pagi, serta mengantuk di siang
hari. Gangguan tidur dapat terjadi disemua lapisan usia, akan tetapi lebih sering
menjadi keluhan di kalangan lanjut usia (Kim, et al., 2013). Insomnia disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain dari segi fisik, psikologi, dan lingkungan (Hanun, 2011:75).
Kondisi fisik yang dimaksud meliputi kondisi fisik yang tidak menyenangkan seperti
sakit kepala, efek zat langsung seperti obat. obatan terlarang dan alkohol, penyakit
infeksi, nyeri dan lain lain. Selanjutnya kondisi psikologi antara lain kecemasan,
Kecamatan Borobudur pada 10 lanisa, terdapat 7 lansia yang mengatakan tidak bisa
tidur pada malam hari dikarenakan stress dan gaya hidup yang tidak sehat, sehingga
lansia merasa tidak fokus dan kegiatan pada siang hari terganggu. Untuk merangsang
tidur sebelumnya lansia sudah melakukan upaya dengan berdoa dan berdzikir sebelum
tidur, ada juga yang tidak melakukan upaya apapun. Hal tersebut dapat merugikan
insomnia. Jika penyebabnya adalah kebiasaan yang salah atau lingkungan yang kurang
kondusif untuk tidur maka terapi yang dilakukan adalah merubah kebiasaan dan
relaksasi dapat digunakan untuk mengurangi gangguan sulit tidur, terapi ini
merupakan bentuk terapi psikologis yang mendasarkan pada teori teori behavioris.
(Purwanto, 2011).
semakin melemah sedikit demi sedikit, hingga dapat memunculkan masalah kesehatan
serius, dan menurunkan kualitas hidup lansia. Kerugian yang diakibatkan oleh
insomnia antara lain kerugian kesehatan fisik gangguan jantung, diabetes, kerugian
psikis, dan kerugian finansial (Widya, 2010). Secara fisiologis, apabila seseorang tidak
mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh dapat terjadi
Gejala gangguan pola tidur ini kurang mendapat perhatian dari masyarakat
dikarenakan gangguan tidur tersebut merupakan hal yang wajar, sehingga mereka
tidak memeriksakan kepada dokter. Kondisi semacam ini sering kali tidak
dengan proporsi sekitar 50-70% terjadi pada usia diatas 65 tahun. Di Indonesia, angka
prevalensi insomnia pada lansia sekitar 67%. Kejadian insomnia meningkat pada
wanita hingga 40% wanita pada rentang usia 40-54 tahun mengeluh insomnia.
(Suasari,et. al. 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang
5301 jiwa.
Aroma terapi sebagai salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan
untuk mengatasi insomnia. Aroma terapi mempunyai efek menenangkan atau rileks
ketegangan dan insomnia. Terapi komplementer dan alternatif adalah sesuatu yang
saling berhubungan dengan nilai praktik keperawatan, hal tersebut termasuk dalam
kepercayaan holistik manusia yaitu keperawatan secara menyeluruh bio, psiko, sosial,
spiritual, dan kultur yang memperhatikan aspek lain sehingga tidak dipandang hanya
dan kurma untuk mengatasi insomnia karena buah-buahan manis mengandung hormon
melatonin. Tumbuhan obat adalah tanaman atau bagian tanaman yang digunakan
sebagai bahan obat tradisional atau jamu, atau sebagai bahan obat tradisional atau
jamu, atau sebagai bahan pemula bahan baku obat (prokursor), atau tanaman yang
diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut digunakan sebagai obat. Salah satu jenis
Masyarakat juga dapat melakukan terapi untuk mengatasi insomnia dengan cara
menggunakan aromaterapi biji pala. Pala merupakan tanaman multiguna asli Indonesia
yang mengandung minyak atsiri yang berfungsi sebagai zat pewangi dalam pembuatan
parfum dan wangi-wangian, terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga dan jenis
hewan tertentu. Minyak atsiri dapat digunakan sebagai zat pengikat bau (fixative)
dalam parfum, misalnya minyak nilam, minyak akar, wangi dan minyak cendana.
bahan penyedap dalam bahan pangan dan minuman, misalnya minyak lada, minyak
kayu manis, minyak pala, minyak cengkeh, minyak ketumbar dan minyak jahe
(Djarwadi, 2012). Selain sebagai bumbu masakan ternyata pala dapat digunakan untuk
mengatasi insomnia pada lansia, yaitu aroma terapi dari biji pala. Tanaman pala
(Myristica Fragan Houtt) dikenal dengan tanaman rempah yang memiliki nilai
ekonomis yang merupakan tanaman asli Indonesia. Bagian buah yang mempunyai
nilai ekonomi cukup tinggi adalah biji pala dan fuli (bunga) yang dijadikan minyak
pala. Adapun daging buah pala dimanfaatkan untuk diolah menjadi manisan pala,
asinan pala, dodol pala, selai pala dan sirup pala (Larasati, dkk. 2008). Tanaman
multiguna dan komoditas ekspor Indonesia nonmigas utama ini dapat dimanfaatkan
sebagai obat sedatif-hipnotik dan secara empiris, biji pala sering digunakan
2009).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan kelompok pada tanggal 02 Juni 2023 di
Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin yang mempunyai kapasitas 110
orang lansia, dari 110 orang lansia ditemukan 11 orang lansia yang mengalami batuk
tentang “ Apa Ada Pengaruh Aroma Terapi Biji Pala (Myristica fragrans Houtt)
terhadap Insomnia Pada Lansia Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2023”?.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
dapat menerapkan kepada lansia yang mengalami insomnia di PSTW Sabai Nan
2. Tujuan Khusus :
mengalami insomnia
C. Manfaat
Diharapkan dengan adanya desiminasi ilmu ini dapat memberikan ilmu tambahan
kepada pengasuh dan peagawai untuk mampu menerapkan pemberian biji pala
(Myristica fragrans Houtt) sebagai terapi non farmakologi pada lansia yang
mengobati lansia yang mengalami insomnia dengan pemberian aroma terapi biji
3. Bagi lansia
B. Etiologi
Menurut Susilo dan Wulandari, (2011) ada beberapa faktor yang
menyebabkan insomnia, yaitu:
a. Faktor Psikologi
c. Sakit Fisik
Seperti kelainan tidur apnea, diabetes, sakit ginjal, arthritis, atau penyakit
mendadak seringkali mengakibatkan kesulitan tidur.
d. Gaya Hidup
e. Faktor Lingkungan
B. Skala Insomnia
1. Insomnia Ringan
Terjadi dalam kurung waktu kurang dari 1 minggu
2. Insomnia Sedang
Terjadi dalam waktu lebh dari 1 minggu
3. Insomnia Berat
Terjadi dalam kurung watu lebih dari 1 bulan
(KSPBJ dalam gudawati, 2018)
C. Manifestasi Klinis
Menurut (Susilo dan Wulandari, 2011), gejala insomnia sebagai berikut:
1. Perasaan susah tidur
2. Bangun tidur tidak sesuai
3. Muka kelihatan kusam dan letih
4. Berkurangnya energi dan badan terasa lemas
5. Cemas yang berlebihan tanpa ada penyebabnya
6. Gangguan emosi
7. Sering lelah
8. Penglihatan kabur
9. Pergerakan anggota tubuh terganggu
10. Menurunnya berat badan secara drastis
11. Pencernaan terganggu
12. Phobia pada saat malam hari
13. Selalu ketergantungan obat
14. Selalu ketergantungan zat penenang.
Menurut remelda (2010), tanda dan gejala yang timbul dari penderita
insomnia yaitu individu mengalami kesulitan untuk tertidur atau sering terjaga
dimalam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan. Kesulitan tidur merupakan
salah satu dari beberapa gejala gangguan tidur. Gejala yang dialami waktu siang
hari adalah:
1. Mengamuk
2. Resah
3. Sulit berkonsentrasi
4. Sulit mengingat
5. Gampang tersinggung.
D. Patofisiologi
G. Penatalaksanaan
1. Terapi Farmakologis
Penggunaan farmakologi masih sering digunakan dalam mengatasi insomnia.
Obat-obat yang sering digunakan dalam mengatasi insomnia menggunakan
benzodiazepin, antuhistamine, dan trypophan tetapi terdapat efek samping
pusing dan dapat melimbulkan ketergantungan terhadap obat tersebut (Wong,
2005).
2. Terapi Non Farmakologi (Sitralita dalam Nuryani, 2013) mengatakan dengan
mengatur jadwal tidur penderita insomnia, terapi psikologi ditunjukkan untuk
penderita yang mengalami stress dan gangguan kejiwaan, terapi relaksasi
sebagai terapi agar perasaan tenang, rileks atau santai pada tubuh yang
menegang. Cara-cara untuk terapi relaksasi, antara lain : relaksasi nafas dalam,
terapi otot progresif, terapi musik, serta berbagai macam aroma terapi. Terapi
untuk penderita insomnia lainnya menurut (Susilo dan Wulandari, 2011) antara
lain:
a. Cognitive therapy, untuk mengidentifikasi penderita mengenai
kepercayaan dan sikap yang tidak benar mengenai tidur.
b. Relaxtion therapy, digunakan untuk menciptakan suasana rileks dan ketika
tubuh menegang. Biasanya menggunakan suara-suara khusus untuk
mendatangkan efek relaksasi.
c. Stimulus control therapy, untuk mempertahankan bangun pagi penderita
secara berkala.
d. CBT (Cognitive behavioral Therapy), untuk memperbaiki kognitif para
penderita insomnia. Yaitu memberikan peningkatan rasa percaya diri
sehingga penderita merasa dirinya masih berharga dan harus dijaga dengan
baik salah satunya tidur dengan waktu yang cukup.
e. Imagery training, pelatihan untuk mengganti pikiran yang tidak baik atau
tidak sesuai dengan pikiran-pikiran yang menyenangkan atau lebih baik.
Misalnya penderita selalu menggunakan obat tidur secara terus menerus
yang menimbulkan efek samping yang negativ baik secara fisiologis
ataupun psikologis.
f. Sleep retriction therapy, terapi dilakukan agar penderita insomnia dapat
memaksimalkan waktu tidurnya dengan memulihkan efisiensi waktu tidur.
C. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja dari aromaterapi melalui penciuman. Aroma
tersebut masuk ke hidung ketika dihirup kemudian berkesinambungan
dengan rambut-rambut halus atau silia didaerah lapisan sebelah dalam
hidung. Organ penciuman merupakan indera perasa yang terdapat berbagai
reseptor saraf yang berhubungan langsung ke otak (Suranto, 2011).
Bau adalah suatu molekul yang mudah menguap diudara. Bau
minyak esensial membawa unsur aromatik. Di dalam hidung terdapat
rambut getar yang berfungsi sebagai reseptor. Dalam proses penciuman
terdapat beberapa tahap yaitu yang pertama bau akan diterima oleh
olfactory epithelium, yaitu suatu reseptor yang terdiri dari dua puluh juta
ujung saraf. Selanjutnya bau akan dikirimkan sebagai pesan elektrokimia
ke sistem limbik yang berkaitan dengan suasana hati, emosi, dan akan
merangsang kerja sel neurokimia otak.
D. Teknik Pemberian Aromaterapi
1. Menghirup uap
Berikan 2 gram biji pala yang sudah ditumbuk halus kedalam kom berisi
50 ml air panas dengan suhu 42°C-44°(Akhavani, 2015). Aduk hingga air
dan bubuk biji pala tercampur. Letakkan diruangan tertutup kemudian
uapnya dihirup secara perlahan sambil tarik nafas dalam-dalam untuk
memperoleh manfaat dari uap aromatic. Dilakukan 4jam sebelum tidur.
Metode ini digunakan dalam rumah.
2.4 Terapi Komplementer
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan
berasal dari negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan termasuk
pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional (WHO).
Terapi komplementer yang dapat dilakukan pada lansia dengan menggunakan
bahan alami atau rempah yang bisa dijadikan suatu obat herbal (non farmakologi)
terutama pada lansia yang menderita insomnia bisa menggunakan bahan seperti biji
pala.
1. Indikasi dan Kontraindikasi
KONTRA INDIKASI
Luka bakar
Buah Pala
Kelebihan Kekurangan
PELAKSANAAN
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan kelompok pada tanggal 31 Mei
2023 di Panti Social Tresna Werdha Sabai Nan Alui Sicincin yang mempunyai
kapasitas 110 orang lansia ditemukan 10 orang lansia berada di 4 wisma. Berdasarkan
hasil wawancara dan observasi kelompok dari 110 orang lansia didapatkan 10 orang
Pada hari Kamis, tanggal 1 Juni 2023 kelompok memperkenalkan diri dan
menjelaskan maksud dan tujuan desiminasi pada lansia. Meminta persetujuan lansia
aromaterapi biji pala. Kelompok menjelaskan manfaat aromaterapi biji pala sebagai
pemberian aromaterapi biji pala untuk pereda insomnia pada lansia, kelompok
b. Air 150 ml
2. Cara pengolahan
B. Implementasi
Implementasi dilakukan selama 3 hari dari tanggal 6 Juni 2023 sampai tanggal 8
2. Setelah itu kelompok mendatangi tiap-tiap lansia yaitu 10 orang lansia yang
4. Setalah lansia diberikan aromaterapi biji pala, anggota kelompok pamit dan
Pada hari Selasa tanggal 6 Juni 2023, kelompok melakukan pengukuran derajat
insomnia pada lansia setelah pemberian aromaterapi biji pala 2x sehari selama 3 hari
survey awal yang dilakukan kelompok pada tanggal 31 Mei 2023 di Panti Sosial
Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin yang mempunyai kapasitas 110 orang
lansia, terdapat 10 orang lansia yang berada di 13 Wisma menderita insomnia. Dari
insomnia. Jadi total lansia yang dilakukan implementasi sebanyak 10 orang lansia
pagi dan sore hari dari tanggal 6 sampai 8 Juni 2023 di PSTW Sabai Nan Aluih
didapatkan bahwa kakek Amir menderita insomnia berat kurang lebih sudah 3
bulan ini.
implementasi selama 1 hari (2 kali sehari) klien mengatakan sulit tidur berkurang.
pemberian 3 kali biji pala, sulit tidur sudah berkurang dan pada saat implementasi
malam hari, setelah dilakukan implementasi selama 3 hari (2 kali sehari) klien
setelaah pemberian aromaterapi biji pala 3 kali sehari pagi, siang,sore terjaga
PENUTUP
A. Kesimpulan
pala) dalam waktu 3 hari (2 kali sehari). Dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan kelompok kepada lansia yang diberikan aromaterapi biji pala, lansia
merasakan manfaat seperti tidur sudah mulai pulas walaupun belum baik
orang lansia dengan insomnia primer dan 6 orang lansia dengan insomnia
aromaterapi biji pala selama 3 hari. Aromaterapi biji pala dapat mengurangi
insomnia yang dapat membuat lansia merasa nyaman dan dapat melakukan
utama seperti biji pala.Semua subtansi ini tergolong antiseptic karena dapat
et al., (2013.
Terapi komplementer aromaterapi biji pala merupakan terapi
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
cara pemberian aromaterapi biji pala untuk penderita insomnia di PSTW Sabai
3. Bagi Lansia
Dariah, E. D. and Okatiranti (2015) ‘hubungan kecemasan dengan kualitas tidur lansia
di posbindu anyelir kecamatan cisarua kabupaten bandung barat’, Jurnal Ilmu
Keperawatan, III(2), pp. 87–104.
Laili, F. N. and Hatmanti, N. M. (2018) ‘Aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia di
posyandu lansia wulan erma menanggal surabaya’, Jurnal Ilmiah
Keperawatan, 4(1), pp. 7–14. doi: 10.33023/jikep.v4i1.129.
SURVEY AWAL LANSIA YANG MENGALAMI INSOMNIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA SABAI NAN ALUIH
SICINCIN TAHUN 2023
Keterangan :
TABEL
PRE TEST DAN POST TEST PEMBERIAN AROMATERAPI BIJI PALA TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA SABAI NAN ALUIH SICINCIN TAHUN 2023
Keterangan :
1: Insomnia ringan
2: Insomnia sedang
3: Insomnia berat