Oleh:
4007180005
Usulan Penelitian
Oleh:
Usulan Penelitian
i
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BANTAL PIJAT REFLEKSI
DENGAN MUSIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT
KECEMASAN DAN GANGGUAN TIDUR PADA
LANSIA DI BALAI PERLINDUNGAN
SOSIAL KOTA SERANG
Oleh:
Rt Dewi Yuliani Fatimah
4007180005
Usulan Penelitian
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan dan Gangguan Tidur pada Lansia
mengukur penurunan skor kecemasan dan gangguan tidur pada lansia dengan
menggunakan terapi bantal pijat refleksi dan musik. Penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan usulan
penelitian ini atas semua bantuan, masukan, dan kemudahan yang telah diberikan
kepada penulis.
terlepas dari kesempatan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
Soepardan, Dra., Dipl. Mid., MM selaku Ketua STIKes Dharma Husada Bandung
yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan serta motivasi yang diberikan
selama proses penyusunan usulan penelitian ini. Prof. Hidayat Wijayanegara, dr.,
Dharma Husada Bandung. Dr. Ardini Saptaningsih Raksanagara, dr., MPH sebagai
pembimbing utama yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi dan saran
saran selama penyusunan usulan penelitian ini serta seluruh staf pengelola Program
iii
Magister Terapan Kebidanan STIKes Dharma Husada Bandung atas dukungan,
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada para ahli pakar yang telah
staf pengelola Program Studi Magister Terapan Kebidanan STIkes Dharma Husada
Bandung atas dukungan, bantuan dan kerjasamanya selama ini, serta teman-teman
saling mendukung dan telah banyak membantu dalam penyelesaian naskah usulan
penelitian ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
2) Dasar Etiologi dan Psikologis Kecemasan.................. 23
3) Patofisiologi ................................................................ 24
4) Kecemasan pada Lansia .............................................. 25
2.1.3 Gangguan Tidur ............................................................... 27
1) Penyebab Insomnia kronis pada Lansia ...................... 28
2) Manajemen Insomnia .................................................. 30
3) Perawatan Non-Farmakologis ..................................... 32
4) Perawatan Farmakologis ............................................. 36
2.1.4 Bantal Pijat Refleksi dengan Musik ................................ 39
1) Sejarah Pijat Refleksi .................................................. 42
2) Manfaat Pijat Refleksi ................................................. 43
2.1.5 Terapi Musik .................................................................... 47
1) Sejarah Terapi Musik .................................................. 48
2) Manfaat Terapi Musik ................................................. 49
3) Prosedur Terapi Musik ................................................ 50
2.1.6 Bantal Pijat Refleksi dengan Musik ................................ 51
2.1.7 Konsep Bantal Pijat Refleksi dengan Musik ................... 53
1) Fitur Alat Bantal Pijat ................................................. 56
2) Spesifikasi Bantal Pijat ............................................... 56
3) Fungsi Alat Bantal Pijat .............................................. 56
4) Biaya Pembuatan......................................................... 57
5) Cara Menggunakan Bantal Pijat Refleksi ................... 57
2.2 Kerangka Pemikiran .................................................................. 58
2.3 Premis ........................................................................................ 66
2.4 Hipotesis .................................................................................... 67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian ....................................................................... 68
3.1.1 Populasi............................................................................ 68
3.1.2 Sampel Penelitian ............................................................ 68
3.1.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ........................................... 70
1) Kriteria Inklusi ............................................................ 70
vi
2) Kriteria Eksklusi ......................................................... 71
3) Kriteria Drop Out ........................................................ 71
3.2 Metode Penelitian ...................................................................... 71
3.2.1 Rancangan Penelitian....................................................... 71
3.2.2 Identifikasi Variabel ........................................................ 73
1) Variabel Bebas............................................................. 73
2) Variabel Terikat .......................................................... 73
3.2.3 Definisi Operasional ........................................................ 73
3.2.4 Cara Kerja dan Prosedur Pengumpulan Data .................. 74
1) Cara Kerja ................................................................... 74
2) Jenis dan Sumber Data ................................................ 75
3) Tehnik Pengumpulan Data .......................................... 76
3.2.5 Instrumen Pengumpulan Data.......................................... 76
3.2.6 Alur Penelitian ................................................................. 76
3.2.7 Pengujian Alat Ukur ........................................................ 80
3.2.8 Pengolahan Data dan Analisis Data................................. 80
4) Pengolahan Data ......................................................... 80
5) Analisa Data ................................................................ 81
3.2.9 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................... 83
3.2.10 Etika Penelitian.............................................................. 83
3.3 Dummy Table ............................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bantal Pijat Refleksi 54
2.2 Tombol Power pada Bantal Pijat Refleksi 54
2.3 Modul Timer dan MP3 Player 55
2.4 Power Supply 55
2.5 Kerangka Pemikiran 65
3.1 Desain Two Group Pretest-Posttest 72
3.2 Alur Penelitian 79
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
ix
DAFTAR SINGKATAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Informasi 91
3 Informed Consent 94
4 Kuesioner Penelitian 95
xi
BAB I
PENDAHULUAN
yang dimaksud dengan Lanjut Usia (lansia) adalah seseorang yang telah
tercatat, jumlah anak kecil telah melebihi jumlah orang yang berusia 65 atau
lebih akan melebihi jumlah anak di bawah usia 5. Didorong oleh penurunan
tingkat kesuburan dan peningkatan harapan hidup yang luar biasa, penuaan
populasi akan terus berlanjut, bahkan semakin cepat. Jumlah orang yang
berusia 65 tahun atau lebih diproyeksikan akan meningkat dari sekitar 524 juta
pada tahun 2010 menjadi hampir 1,5 miliar pada tahun 2050, dengan sebagian
Hasil proyeksi Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk Indonesia dan dunia
antara tahun 2000 sampai tahun 2100 menunjukan bahwa Indonesia memiliki
rata-rata UHH sedikit lebih tinggi (0,7) dibandingkan rata-rata UHH di dunia.
Penduduk usia lanjut atau lansia pada 2020 diperkirakan mencapai 28,8 juta
1
2
jiwa atau 11,34 persen dari total jumlah penduduk di Tanah Air, angka ini
menjadi tantangan agar tercipta lansia sehat dan produktif. Hal ini menunjukan
terakhir, rumah tangga lansia bertambah hampir dua persen (dari 24,5 persen
menjadi 26,35 persen). Dari aspek kesehatan, hampir separuh lansia mengalami
menurun setiap tahun. Pada tahun 2017, satu dari empat lansia sakit dalam
sebulan terakhir. Sebagian besar lansia sakit selama 1-7 hari. Namun
persentase lansia yang sakit lebih dari 3 minggu cukup besar, yakni sekitar 14
yang rentan terserang penyakit, perilaku sehat seperti rajin berolahraga dan
tidak merokok, perlu diterapkan. Banten merupakan kota di area Jawa Barat
menanganinya baik dari segi kesehatan fisik maupun mental.6 Sebagai masalah
angka kejadian yang tinggi pada penduduk lanjut usia, yang sangat dipengaruhi
3
oleh kualitas hidup, kesehatan fisik dan mental lansia. Gangguan tidur yang
kaki gelisah, dan gangguan ritme sirkadian. Sindrom apnea tidur, sering
dikaitkan dengan insomnia atau kantuk di siang hari, ditemukan pada sekitar
2% hingga 4% dari populasi umum. Sindrom kaki gelisah terjadi pada sekitar
6% populasi umum dengan prevalensi yang lebih tinggi pada subjek lanjut usia.
antara mereka yang lebih banyak dipelajari, kelumpuhan tidur ditemukan pada
buruk telah diamati dengan prevalensi mulai dari 2,2% sampai 5%. Meskipun
20% orang dengan gangguan tidur didiagnosis dan diobati dengan benar.8
Insomnia merupakan salah satu masalah gangguan tidur yang dapat terjadi
tidur yaitu insomnia seperti di Inggris sendiri, sebanyak sepuluh juta resep obat
tidur telah ditulis setiap tahunnya, di Indonesia, kurang lebih 60% lansia
22% memiliki keluhan mengenai masalah tidur dan 30% dari usia tersebut juga
makin meningkat pada lansia, hal ini juga berhubungan dengan bertambahnya
Berbeda dengan bayi baru lahir, yang menghabiskan 16-20 jam untuk tidur
setiap hari, orang dewasa membutuhkan tidur hanya 8 jam setiap hari. Lansia
tidur pada lansia dipengaruhi oleh perubahan durasi tidur dan pola tidur karena
pertambahan usia. Orang yang lebih tua menghabiskan lebih banyak waktu
pada tahap tidur yang lebih ringan daripada pada tidur nyenyak. Lansia
gangguan tidur yang berupa kurangnya kualitas maupun kuantitas tidur dalam
satu waktu.11
Prevalensi gangguan tidur lebih tinggi pada orang dewasa yang lebih tua.
Mendengkur keras, lebih sering terjadi pada lansia, dapat menjadi gejala apnea
gelisah dan gangguan gerakan tungkai berkala yang mengganggu tidur lebih
umum terjadi pada lansia. Masalah medis umum lainnya di usia tua seperti
5
cacat fisik, demensia, nyeri, depresi, dan kecemasan semuanya terkait dengan
gangguan tidur.11
Arsitektur tidur berubah sebagai akibat dari proses penuaan. Lansia memiliki
persentase tidur nyenyak yang lebih rendah dibandingkan dengan kondisi tidur
pada orang dengan usia yang lebih muda. Kondisi tidur pada lansia cenderung
memiliki gerakan mata yang cepat, efisiensi tidur yang menurun, dan
peningkatan latensi tidur. Masalah kesehatan yang terkait dengan usia tua,
tidur pada lansia dapat menyebabkan gangguan kejiwaan, tetapi gangguan tidur
juga dapat menjadi konsekuensi dari gangguan kejiwaan itu sendiri. Terutama,
Orang dewasa yang lebih tua biasanya lebih sulit tidur dan tetap tertidur,
gangguan tidur pada lansia. Pasien dengan gangguan kognitif ringan dan
demensia memiliki masalah tidur yang lebih parah. Gangguan tidur dan tidur
6
gangguan neurodegeneratif yang lebih cepat. Gangguan tidur pada lansia masih
dianggap sebagai masalah kesehatan yang normal. Stigma yang dimiliki oleh
orang asia terhadap gangguan tidur pada lansia adalah adanya penolakan
bahwa gangguan tidur merupakan masalah serius yang harus ditangani dan
hanya merupakan gejala normal yang dialami oleh setiap lansia. Masalah
obat tidur, dan masalah tidur yang terkait dengan gejala kecemasan belum
meneliti tentang hubungan antara masalah tidur dan gejala kejiwaan seperti
melalui gejala tertentu atau karena komplikasi atau kecemasan yang terkait
medis dalam pengaruhnya terhadap tidur, dan telah lama diketahui secara
dan kecemasan, yang umum terjadi pada lansia. Gangguan tidur dan depresi
saling terkait, karena insomnia mungkin disebabkan oleh depresi tetapi juga
akumulasi dari pertambahan usia dan tidak tertanganinya masalah tidur dengan
memiliki minimal 2 penyakit kronis pada usia 65-74 tahun dan akan meningkat
menjadi 82% pada usia 85 tahun ke atas. Penyakit penyerta pada lansia akan
semakin parah jika masalah gangguan tidur yang dianggap normal tidak segera
Serikat dan di seluruh dunia. Prevalensi kecemasan pada semua kelompok usia
sebesar 31,1%, dengan 19,1% pada orang dewasa di Amerika Serikat. Pada
kelompok usia yang lebih tua, gangguan kecemasan tetap sangat umum
klinis.15
berkisar antara 1,2 % sampai 15 %. Hasil riset Welzel F.D et all., (2019)
menyatakan bahwa individu dengan usia diatas 82 tahun yang menderita gejala
Indoneisa adalah 5,5%. Gangguan kecemasan yang paling sering adalah fobia
yaitu 4-8%. Gangguan kecemasan dimulai pada masa dewasa awal atau
pertengahan, tetapi beberapa ada yang tampak untuk pertama kalinya setelah
usia 60 tahun. Sebagian besar gangguan kecemasan pada pasien yang lebih tua
penyebab stres, kecacatan, dan risiko kematian pada lansia, dan telah dikaitkan
kecemasan pada lansia berbeda dari pada orang dewasa yang lebih muda karena
neuropatologi terkait usia, serta rasa kehilangan dan isolasi yang begitu
adalah penyakit kecemasan paling umum pada lansia. Ini ditandai dengan
Prevalensi kecemasan pada lansia bervariasi dari 1,2% hingga 7,3%. Gangguan
hidup, serta kinerja profesional dan pribadi.19 Dampak kecemasan yang dialami
oleh lansia meliputi terjadinya penurunan aktivitas fisik dan status fungsional,
persepsi diri tentang kesehatan yang tidak baik, menurunnya kepuasan hidup
(lonelinees).20
tersebut dapat dibantu untuk meningkatkan kualitas tidur mereka. Pijat refleksi
Bantal pijat refleksi merupakan salah satu media pijat refleksi yang dapat
terdapat lubang untuk menghubungkan antara bantal dan delay relay module.
Terdapat 2 tombol power on/ off bantal serta infrared untuk menggerakan bola
pemijatan. Bantal pijat refleksi dapat membantu lansia untuk menjaga tidurnya
dan akan merasa rileks pada saat tidur karena terdapat beberapa jenis musik yang
ada di bantal, jadi lansia bisa semakin rileks dan tidak merasa jenuh saat
cukup aktif selama tidur. Pikiran secara tidak sadar memproses pikiran yang
selama pengalaman aktif dan terjaga hari itu. Aspek-aspek yang terkait dengan
dari zaman kuno hingga saat ini sebagai stimulator atau obat penenang yang
ritme yang kuat tidak boleh disamakan dengan dampak neurologis yang dapat
11
dikombinasikan dengan melodi dan harmoni. Ritme berulang yang lambat dan
sering dapat menimbulkan perasaan aman dan akrab yang dapat mempersiapkan
merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat agar lansia dapat ikut
dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lansia, agar kondisi fisik,
mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar. Pasal 138 Undang-Undang
ditujukan untuk menjaga agar lansia tetap hidup sehat dan produktif secara
pelayanan kesehatan bagi lanjut usia agar tetap hidup mandiri dan produktif
tidur 92 (72,44 %) dan merasa cemas 87 (68,50%). Hal ini juga telah
adanya keluhan gangguan tidur dan kecemasan pada sebagian besar lansia yang
tinggal di Balai Perlindungan Kota Serang Banten. Dari lansia yang mengalami
baik gangguan tidur maupun gangguan kecemasan untuk saat ini belum ada
Berdasar atas latar belakang tersebut maka, tema sentral pada penelitian
Gangguan tidur dan kecemasan menjadi salah satu masalah yang perlu
ditangani pada kelompok lanjut usia (lansia). Gangguan tidur dan kecemasan
tanpa penanganan akan berakibat pada penurunan kesehatan fisik dan
psikologis yang akan memperparah kondisi yang diakibatkan oleh penuaan
alamiah itu sendiri. Beberapa penelitian sebelumnya telah menguraikan bahwa
refleksiologi merupakan salah satu metode yang mungkin dapat meningkatkan
kualitas tidur dan menangani gangguan kecemasan pada lansia. Sedangkan
musik telah terbukti sebagai stimulator atau obat penenang yang ampuh dalam
menghasilkan aktivasi atau potensi tidur yang optimal. Namun, belum ada
penelitian yang secara spesifik membahas tentang penggunaan bantal refleksi
dan musik sebagai media dalam menangani masalah tersebut.
bantal pijat refleksi dengan musik untuk terapi penurunan tingkat kecemasan
dan gangguan tidur pada lansia di Balai Perlindungan Kota Serang Banten.
1. Apakah bantal pijat refleksi dan musik efektif dalam menurunkan tingkat
lebih rendah setelah terapi pada pada lansia di Balai Perlindungan Kota
13
Serang Banten?
2. Apakah bantal pijat refleksi dan musik efektif dalam menurunkan gangguan
Biologik Jakarta Insomnia Rating Scale) yang lebih rendah setelah terapi
3. Apakah bantal pijat refleksi dan musik efektif dalam menurunkan tingkat
lebih rendah setelah terapi pada lansia di Balai Perlindungan Kota Serang
Banten?
1. Aspek Teoretis
Husada Bandung.
2. Aspek Praktis
a. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan inovasi dalam praktik kesehatan
b. Hasi l dari penelitian ini juga dapat diterapkan oleh tenaga kesehatan
1. Definisi
daur kehidupan manusia, sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4)
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.26 Usia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru
kondisi lingkunganya.27
2. Klasifikasi Lansia
meliputi:1
15
16
tahun.
tahun.
kesehatan.
jasa.
3. Karakteristik Lansia
a) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.
13 tentang kesehatan).
4. Tipe Lansia
memenuhi undangan.
pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada
secara santai
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial dan
psikososial:26
a) Perubahan fisik
pencapaian.
sklerosis.
lansia.
sekresi menurun.
13) Kulit: Kulit pada lansia akan mengalami keriput serta kulit
b) Perubahan sosial
c) Perubahan psikologis
Pada saat lansia terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul
perasaan tidak berguna dan kesepian. Padahal mereka yang sudah tua
dan fasilitas.27
2. Kecemasan
gangguan stress.28
mendasarinya. Hal ini sangat umum terjadi pada gangguan panik, yang
ditandai dengan periode singkat rasa takut yang intens dan rasa takut
yang akan segera terjadi, disertai gejala fisik yang menyertai, seperti
meluas tentang berada dalam situasi di mana pelarian mungkin sulit atau
mobil, bus, atau pesawat terbang, atau berada di daerah yang ramai.28
memiliki dasar genetik yang lebih kuat daripada yang lain meskipun gen
berlebihan.28
3. Patofisiologi
Manifestasi fisik dan emosional dari disregulasi ini adalah hasil dari
sistem noradrenergik. Sistem ini mengatur dan diatur oleh jalur lain dan
pada lansia adalah dengan dapat mengurai gejala kecemasan dari kondisi
dengan bentuk penarikan diri, tidak hanya dari kerabat tetapi juga dari
27
di usia tua.30
3. Gangguan Tidur
tidur. Insomnia pada lansia dipengaruhi oleh berbagai etiologi, yang diantaranya
insomnia, penting untuk menilai kondisi medis yang dapat diobati dan
sindrom apnea tidur, sindrom kaki gelisah, dan gangguan perilaku tidur
kuantitatif. Ini biasanya dikaitkan dengan satu atau beberapa hal yang
tidur, yang ditandai dengan sering terbangun atau masalah kembali tidur
28
kembali tidur.32
Populasi lansia terus berkembang pesat dari 205 juta orang yang berusia
60 tahun atau lebih, menjadi sekitar 2 miliar pada tahun 2050. Salah satu
gangguan tidur yang paling umum pada populasi lansia adalah insomnia.
lebih tua dibandingkan pada populasi yang lebih muda. Prevalensi gejala
insomnia secara keseluruhan berkisar antara 30% hingga 48% pada lansia,
paling umum di antara individu dengan insomnia (50% hingga 70%), diikuti
oleh kesulitan dalam memulai tidur (35% hingga 60%) dan tidur non-
dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih) mengamati tingkat kejadian
sebesar 7,97% pada 1 tahun tindak lanjut, 50% dari pasien dengan gejala
tingkat remisi yang lebih tinggi di antara pria yang lebih tua dibandingkan
dengan wanita.32
dan tertunda).
Tidur siang berlebihan; pergi tidur terlalu awal atau terlalu larut;
d) Penyebab lingkungan
e) Pengobatan
interferon.
2) Manajemen Insomnia
a) Olahraga teratur
Jaga agar kamar tidur gelap dan tenang. Suara bising dan cahaya
c) Makan teratur
buang air kecil saat tidur. Dalam kasus infark serebral atau angina
Batasi makanan dan minuman berkafein (Teh hijau, teh, kopi, cola,
dan coklat) hingga setara dengan tiga cangkir kopi dan konsumsi
f) Hindari alkohol
menyegarkan.
h) Hindari merokok
3) Perawatan Non-Farmakologis
a) Kontrol stimulus
tempat tidur dan waktu tidur yang diinginkan hanya untuk tidur. Ini
pasien untuk pergi tidur hanya saat mengantuk. Tempat tidur harus
digunakan hanya untuk tidur. Jika pasien tidak dapat tidur selama
pagi, terlepas dari berapa lama pasien tidur di malam hari. Hindari
tidur siang31,32
b) Batasan tidur
c) Sleep hygiene
malam hari.31
insomnia pada orang dewasa. Tarapi ini terdiri dari 6 hingga 10 sesi
tidur.32
setelah 10 hari efisiensi tidur tetap lebih rendah dari 85%, waktu
h) Teknik Relaksasi
4) Perawatan Farmakologis
merupakan tinjauan berbasis bukti dari setiap kelas obat yang biasa
terbangun di malam hari, total waktu tidur, dan kualitas tidur dalam
37
panjang.32
b) Antidepresan
insomnia dalam dosis 25 sampai 100 mg. Sebuah studi tentang trazodo
untuk latensi tidur dan efisiensi tidur, efek ini menghilang setelah
manfaatnya.32
signifikan dalam latensi tidur, efisiensi tidur, dan bangun setelah onset
38
bukti yang bertentangan dan kebiasaan efek sedatifnya, obat ini tidak
boleh digunakan untuk mengobati insomnia jika tidak ada depresi atau
nokturnal.32
Suvorexant telah dipelajari pada pasien lanjut usia (usia 65 tahun atau
oleh orang dewasa yang lebih tua, data jangka panjang masih belum
dapat dipastikan.32
Insomnia sangat umum terjadi pada orang dewasa yang lebih tua.
populasi kita yang menua dengan cepat. Terapi perilaku dan perilaku
tekanan pada titik tertentu di kaki dan tangan yang akan berdampak pada
sensor pada kaki dan tangan dan secara spesifik berhubungan dengan
40
Terdapat istilah dalam pijat refleksi yang disebut terapi zona refleks.
longitudinal dari kepala hingga kaki. Dalam terapi zona refleks, ada lima
lengan tertentu, dan juga berlanjut lurus ke bawah tubuh dan turun ke
pada terapi zona refleks untuk mendapatkan efisiensi dan dampak yang
peta refleksologi.33
Ingham dan metode Rwo Shur. Metode Ingham tidak menggunakan alat
pijat refleksi berdampak pada kesehatan tubuh. Teori dasar pertama dan
jalur atau aliran energi yang terhalang atau tersumbat dapat dibuka. Teori
lalu dan sekarang lebih banyak penelitian ilmiah dan klinis telah
perawatan pijat refleksi bisa berbeda antara satu orang dengan orang
Salah satu diskusi yang paling signifikan saat ini tentang pijat
42
atau pun gejala gangguan tidur. Tingkat kondisi penyakit dan nyeri
kursi pijat yang dapat secara otomatis memijat bukan hanya di tangan
Tiongkok selama 5000 tahun terakhir namun tidak ada dokumentasi yang
budaya Mesir dari tahun 2330 SM. Pada akhir abad ke-14, pijat refleksi
sudah diterapkan di seluruh Eropa dengan nama lain; terapi zona. Bapak
tekanan pada kaki sebagai salah satu sumber proses penyembuhan. Studi
dan masih banyak lagi yang dapat meredakan sensasi nyeri. Joe Shelby
dr. Riley pada tahun 1930-an sebagai terapis dan bekerja dengan
teknik pijat refleksi dengan orang lain dengan menulis banyak buku
seperti “Stories the Feet Can Tell, Stories the Feet Have Told, and
Stories the Feet Are Telling”. Pijat refleksi memiliki pengakuan yang
lebih besar setelah terbitnya buku tentang pijat terapi yang berjudul
500.000 eksemplar.33
diagnosis.33
pun, 20% stres lainnya akan memengaruhi kondisi lain. Pijat refleksi
dengan memberikan tekanan pada area tertentu di kaki dan tangan yang
sesuai dengan gaya hidupnya. Pijat refleksi akan beroperasi lebih efektif
Nyeri adalah pemicu stres dalam sistem tubuh dan setiap cedera yang
terjadi pada bagian tubuh mana pun akan menyebabkan seluruh sistem
dan spiritual. Berikut adalah hal yang mendasari dalam penggunaan pijat
refleksi:33
kemampuan gerak.
luas.
pemilihan bantal.35
lordosis serviks yang netral, mencegah gejala serviks saat bangun, dan
tidur.37
tepat untuk lordosis serviks. Peran utama bantal saat tidur adalah
bantal yang sesuai adalah penurunan suhu kepala dan inti tubuh
5. Terapi Musik
biayanya yang murah. Musik merupakan media terapi yang dapat digunakan
sangat bersifat efektif dan hampir tidak memiliki efek samping apapun.38
juga dapat meningkatkan kualitas tidur pada sampel dengan kondisi tidur
normal atau tanpa gangguan. Penelitian yang dilakukan oleh Helle Nystrup
Lund tentang kualitas tidur pasien dengan depresi pada tahun 2020
dilakukan oleh Lund et. al, adalah jenis musik yang bersifat lambat dan
teratur. Respon otak terhadap musik yang tenang dan berulang membuat
aliran darah dari dan kejantung menjadi teratur dan dapat memberikan kesan
mengantuk.39
para pasien dan keluarga mereka. Terapi musik modern dimulai setelah
Perang Dunia II, ketika para musisi berinisiatif mengunjungi rumah sakit
untuk tampil bagi para prajurit perang yang sedang sakit. Hasilnya, para
menerima terapi musik dari para musisi tersebut. Musik diproses dan
kelompok kontrol, namun efek ini hanya terjadi pada peserta dengan
rehabilitasi fisik.38
50
Sebagian besar sesi terapi musik merupakan sesi privat dengan terapis.
Selama sesi terapi musik berlangsung, pasien akan diminta duduk atau
tergantung pada jenis terapi suara yang diterapkan. Berikut ini adalah
a) Meditasi terpandu:
c) Metode Nordoff-Robbins:
sama dengan terapis, oleh karena itu, biasanya terapis yang memandu
51
yang terbuat dari logam yang telah dikalibrasi. Garpu tala tersebut
tubuh pasien.
g) Brainwave entrainment:
Terapi musik jenis ini dikenal juga dengan sebutan binaural beats.
terhadap kesehatan dan kebugaran sebagai ukuran vitalitas kritis. Hal ini
difokuskan pada dampak tidur yang terkait dengan fungsi neurologis dan
dan depresi.23
dalam sinyal saraf otak di mana jumlah dan morfologi tulang belakang
memerangi penyakit.23
pikiran cukup aktif selama tidur. Pikiran secara tidak sadar memproses
potensi tidur yang optimal. Ritme pengaktifan dan ketukan yang kuat
digunakan untuk menanamkan sugesti energik pada otak, namun ini tidak
dengan melodi dan harmoni. Ritme berulang yang lambat dan sering
gangguan tidur pada lansia. Terdapat delapan bola pijatan didalamnya yang
power on/ off bantal serta infrared untuk menggerakan bola pemijatan.
Bantal pijat refleksi dapat membantu lansia untuk menjaga tidurnya dan
akan merasa rileks pada saat tidur karena terdapat beberapa jenis musik yang
ada di bantal, jadi lansia bisa semakin rileks dan tidak merasa jenuh saat
di charger terlebih dahulu. Penggunaan musik dengan pada alat ini dapat
54
diatur secara manual dengan menggunakan tombol power dan volume yang
4 bola pijat
Bahan bantal
terbuat dari
katun
Tombol untuk
menggerakan bola
pijatan dan suhu pijatan
Untuk menghubungkan
ke listrik dan musik
Terdapat
bluetooth Menghubungkan
untuk musik flashdisk untuk musik
Menghubungkan Sim
Card untuk musik
a) Sensor infrared;
b) Memiliki bluetooth;
f) Memiliki sim-card;
refleksi;
l) Memiliki speaker.
9) Biaya Pembuatan
digunakan;
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Ketika manusia mencapai usia
Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi
reproduksi tersebut, dan memasuki fase dalam siklus hidup selanjutnya, yaitu usia
lanjut, kemudian mati. Manusia dalam proses menjadi lansia akan menghadapi fase
penyesuaian dan adaptasi, dimana sebagian lansia akan mengalami berbagai keluhan
fisik dan mental dikalangan populasi lansia dibandingkan kelompok usia yang
lebih muda. Terdapat beberapa kondisi umum pada lansia, diantaranya adalah
gangguan pendengaran, katarak dan kelainan refraksi, sakit punggung dan leher
dan osteoartritis, penyakit paru obstruktif kronik, diabetes, depresi, dan demensia.
kompleks yang cenderung terjadi di kemudian hari dan tidak termasuk dalam
kategori penyakit tertentu. Usia tua merupakan konsekuensi dari beberapa faktor
yang mendasari dan termasuk kelemahan, inkontinensia urin, jatuh, delirium dan
tukak tekan hingga masalah psikologis seperti gangguan tidur dan kecemasan.43
Kecemasan adalah salah satu gejala paling umum yang menyertai lansia dan
Kecemasan subsyndromal lebih sering terjadi pada lansia daripada depresi dan
gangguan kognitif. Kecemasan pada lansia, tidak selalu didiagnosis sebagai gejala
59
patologi atau gangguan, namun dianggap normal terjadi pada lansia, sehingga
karakteristik khusus yang tidak akan kita temukan pada populasi psikiatri dewasa,
oleh karena itu, karakteristik kecemasan pada lansia ini perlu dikenali agar lansia
alasan. Perubahan usia menjadi salah satu penyebab adanya gangguan tidur dan
gangguan tidur adalah korelasi dari sebagian besar kecemasan dan gangguan
terkait, namun peran dan penyebab gangguan tidur masih kurang jelas.47,48
Saat menilai tidur, skrining untuk gangguan kejiwaan sangat penting karena
60
banyak orang dengan depresi atau kecemasan awalnya datang dengan insomnia
atau kelelahan. Dalam sebuah penelitian yang berjudul “Sleep in the Aging
pasien dengan depresi, 61% pasien dengan gangguan panik, dan 44% pasien
dengan gangguan kecemasan datang dengan keluhan insomnia. Tidur yang tidak
menyebabkan bunuh diri. Dalam satu studi 10 tahun di antara orang dewasa yang
lebih tua dengan kualitas tidur yang buruk, risiko kematian karena bunuh diri
meningkat 1,4 kali lipat. Demikian pula, dalam studi prospektif 2 tahun, risiko
kekambuhan depresi adalah 5 kali lebih mungkin pada orang dewasa yang lebih
bipolar dan gangguan psikotik pada lansia, obat-obatan ini sering kali diresepkan
generasi kedua di luar label menunjukkan bahwa ada sedikit manfaat dalam
menggunakannya untuk psikosis, agitasi, dan gejala perilaku lainnya pada pasien
usia lanjut dengan demensia, tetapi tidak ada cukup bukti untuk membenarkan
penggunaannya untuk insomnia, selain itu, efek samping yang dimiliki, terutama
sering terjadi, dan ada peningkatan 1,5 kali lipat pada risiko kematian.14
61
Gangguan tidur dan kecemasan pada kelompok umur lansia secara efektif,
dapat ditangani dengan terlebih dahulu memeriksa gejala kelelahan atau kurang
lingkungan tidur dikumpulkan. Riwayat tidur adalah alat yang berguna untuk
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik (dengan fokus pada rongga mulut, leher,
dasar dapat menyaring gangguan tiroid, anemia, disfungsi hati / ginjal, dan
kelainan glukosa darah. Tanda-tanda kondisi medis yang tidak diobati atau
gangguan tidur (seperti apnea tidur obstruktif) harus dievaluasi lebih lanjut.49
penyalahgunaan zat ,karena hal ini sering kali dapat menyebabkan insomnia.
Tanpa pengobatan etiologi yang mendasari, disfungsi tidur tidak mungkin dapat
diatasi. Meningkatkan "Sleep Hygiene" sangat efektif dan berisiko rendah pada
lansia. Intervensi termasuk menetapkan waktu tidur yang cukup telat untuk
harus menghindari aktivitas seperti tidur siang, menggunakan tempat tidur untuk
62
aktivitas selain tidur, dan melihat TV/komputer sebelum tidur, karena cahayanya
berbaring di tempat tidur, terjaga dan memperhatikan jam, bangun dan melakukan
aktivitas yang menenangkan dan tidak merangsang dapat membantu. Kamar tidur
harus nyaman, sejuk, gelap, dan tenang (kecuali white noise atau kipas angin).
digunakan untuk menagani gangguan tidur yang juga bisa dapat berakibat
menekan atau memijat bagian tertentu pada tubuh baik pada kaki, tangan dan saat
ini berkembang hingga bagian leher dan kepala. Manfaat reflexiologi sendiri
adalah menjadikan tubuh jauh lebih santai dan dapat memperbaiki sirkulasi darah
ke otak.23
menggunakan bantal disertai dengan musik. Bantal pijat refleksi telah didesain
khusus dan pergerakannya telah mengikuti struktur tulang dan aliran darah pada
manusia, sehingga pemijatan dengan tehnik ini sangat efisien dalam menurunkan
gangguan tidur dan kecemasan pada lansia. Penggunan bantal pijat refleksi yang
cenderung mudah, dapat digunakan oleh berbagai kelompok usia termasuk lansia.
20
gangguan tidur pada lansia. Penelitian ini juga menggunakan musik sebagai
salah satu media penyerta dalam pemberian intervensi pemberian bantal pijat
refleksi. Musik yang digunakan memiliki ritme berulang yang lambat dan sering
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol sampel tidak
akan diberikan intervensi berupa pemberian bantal pijat refleksi dan musik sebagai
metode dalam menurunkan tingkat kecemasan dan gangguan tidur pada lansia.
Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan GAS
gangguan tidur. Skala pengukuran pada GAS menggunakan skoring 0-75 (skor 0-
18 = tidak cemas, skor 19-37 = kecemasan ringan, skor 38-55 = kecemasan sedang,
dan skor 56-75 = kecemasan berat) seperti yang telah dikemukakan oleh Deniel L.,
Segal et.al. dalam Journal of anxienty disorders. Alat ukur ini mengukur gangguan
tidur secara terperinci, misalkan gangguan masuk tidur, lamanya tidur, kualitas
tidur, kualitas setelah bangun. Kemudian data yang didapatkan ditabulasi dan
Rating Scale menggunakan skoring 0-24 (<=8 = tidak ada gangguan tidur, 9-13 =
gangguan tidur ringan, 14-17 = gangguan tidur sedang, >= 18 = gangguan tidur
64
tersebut telah teruji validitasnya antar psikiater dengan psikiater r=0,95 dan antar
belajar menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari
sikap tenang pada saat pembelajaran.52 Adapun kerangka pemikiran dari uraian di
Lansia
1. Kontrol stimulus
Benzodiazepin dan 2. Batasan tidur
Nonbenzodiazepine sedative 3. Sleep hygiene
Antidepresan (Trazodone dan 4. Perawatan prilaku kognitif
Mirtazapine) 5. Terapi cahaya terang
Agonis Reseptor Melatonin 6. Cognitive Behavioral
(Ramelteon) Theraphy for Insomnia
Suplemen Herbal (Valerian dan 7. Tehnik Relaksasi
Melatonin)
Antagonis Reseptor Orexin
(Suvorexant)
Bantal Pijat Refleksi dan Musik
Relaksasi
Meningkatkan sirkulasi darah
ke otak
Menjaga homoeostasis
Prediktabilitas ritme memicu
respons tidur otak
2.3 Premis
kualitas tidur.32,53
pada lansia.28,29
Premis 4: Terapi Bantal Pijat Refleksi dan Musik adalah salah satu
lansia.23,42
tidur otak.28,49
2.4 Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1 Populasi
Sampel adalah bagian objek yang akan diteliti dan dipilih yang
68
69
sampel diambil berdasarkan uji staistik yang digunakan, oleh karena itu
Z: 1,96) maka rumus yang digunakan adalah analitik kategorik numerik
(Z + Zβ)SD 2
n1 = n2 = ( )
𝑥1 − 𝑥2
Keterangan:
SD = Standar Deviasi
sebagai berikut:
(1,96 + 1,28)10 2
n1 = n2 = ( )
5
(10,4976)100 2
n=( )
25
n = 41,99904
1. Kriteria Inklusi
gangguan tidur.
71
2. Kriteria Eksklusi
sistem kardiovaskuler.
penelitian berlangsung.
penurunan skor GAS dan KSBJ-IRS pada lansia sebelum dan sesudah
penggunaan terapi bantal pijat refleksi dan terapi musik. Jenis desain
dalam penelitian ini berbentuk desain non equivalent (pretest and post
X1A X X2A
X1B X2B
Keterangan:
X1A : Pretest penilaian skor GAS dan KSBJ-IRS pada kelompok intervensi.
X2A : Posttest penilaian skor GAS dan KSBJ-IRS pada kelompok intervensi.
X1B : Pretest penilaian skor GAS dan KSBJ-IRS pada kelompok kontrol.
X2B : Posttest penilaian skor GAS dan KSBJ-IRS pada kelompok kontrol.
Pada tahap awal responden yang lolos kriteria inklusi dan eksklusi
berupa penggunaan terapi bantal pijat refleksi dan terapi musik selama
30 menit dalam waktu 3 hari berturut turut. Pada hari ketiga setelah
1) Variabel Bebas
2) Variabel Terikat
Variabel Definisi Operasion Parameter Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Independent
Terapi bantal Dipraktekan dengan Selama 30 Lembar 1: Ya (dilakukan) Nominal
pijat refleksi mengunakan bantal menit observasi
dan Terapi pijat refleksi dan sebanyak 1 2: Tidak
musik musik kali sehari (tidak dilakukan)
dalam 3 hari
Dependent
Kecemasan Suatu keadaan Pretest dan Geriatric 1: 0-18 = tidak cemas Continuous
dimana seseorang Posttest Anxienty 2: 19-37 = kecemasan ringa Transform
merasa tidak nyama Scale (GAS) 3: 38-55 = kecemasan Ratio
dan merasa takut sedang
untuk menghadapi 4: 56-75 = kecemasan berat
permasalahn yang
terjadi
Gangguan Keadaan dimana Pretest dan KSBJ-IRS 1: <=8 = tidak ada Continuous
Tidur seseorang sulit Posttest gangguan tidur Transform
untuk tertidur dan 2: 9-13 = gangguan tidur Ratio
sulit untuk tetap ringan
tidur 3: 14-17 = gangguan tidur
sedang
4: >= 18 = gangguan tidur
berat
Perancu
Pendidikan Jenjang Kusioner 1. SD Ordinal
Terakhir Pendidikan 2. SMP
formal terakhir 3. SMA
4. PT
74
1) Cara Kerja
a) Persiapan
b) Pelaksanaan
pemberian intervensi.
eksklusi.
75
gangguan tidur.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
dari catatan dan dokumentasi medik atau laporan tentang data lansia
gangguan tidur pada lansia. Selain itu pengumpulan data juga dilakukan
kesbangpol kota Serang, Banten dan dinas kesehatan kota Serang, Banten
Serang, Banten.
penelitian ini adalah responde yang berusia 60-65 tahun. Hal yang
tidur dari skala ringan hingga berat, maka responden berhak untuk
Kriteria eksklusi pada penelitian ini menjadi salah satu cara untuk
Kategori drop out lainnya adalah lansia yang memilih terapi non
farmakologi selain terapi bantal pijat refleksi dan terapi musik sebagai
pretest pada masing masing kelompok dengan kuesioner yang sama yaitu
yang sama dan secara bersamaan baik pada kelompok kontrol maupun
Perijinan ke Kesbangpol Kota Serang Banten dan Dinas Kesehatan Kota Serang Banten
Intervensi
Terapi Bantal Pijat Refleksi dan
Terapi Musik
Analisa Data
Hasil
Pengujian valditas dan reabilitas pada alat ukur ini tidak dilakukan,
baku dan sesuai dengan GAS (Geriatric Anxienty Scale) dan KSPBJ-IRS
lansia.
1) Pengolahan Data
a) Editing
pengisian kuesioner.
b) Coding
2) Analisa Data
a) Analisis Univariat
b) Analisis Inferensial
(Contitous Data).
82
(d) Data analisis dilakukan pada nilai akhir yaitu nilai rerata,
Gain.
efektif.
83
Manusia).
merugikan).
diberikan.
3) Justice (Keadilan).
Kontrol Intervensi
Variabel
N % N %
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Total
Kontrol Intervensi
Variabel
N % 95%CI N % 95%CI
Kecemasan
Tidak cemas
Kecemasan ringan
Kecemasan sedang
Kecemasan berat
Mean (SD)
Median (Min: Max)
Gangguan Tidur
Tidak ada gangguan
tidur
Gangguan tidur ringan
Gangguan tidur sedang
Gangguan tidur berat
Mean (SD)
Median (Min: Max)
86
Kontrol Intervensi
Variabel Mean 95% CI t P-Value
Mean (SD)
(SD)
Kecemasan
Kontrol Intervensi
Variabel Mean 95% CI t P-Value
Mean (SD)
(SD)
Gangguan
Tidur
Kontrol Intervensi
Variabel Mean 95% CI t P-Value
Mean (SD)
(SD)
Kecemasan
Gangguan
Tidur
Data analisis dilakukan pada nilai akhir yaitu nilai rerata, simpangan baku
dan uji t jika data terdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi normal
Kontrol Intervensi
Variabel
N % * N % *
Kecemasan
Tidak cemas
Kecemasan ringan
Kecemasan sedang
Kecemasan berat
Gangguan Tidur
Tidak ada gangguan tidur
Gangguan tidur ringan
Gangguan tidur sedang
Gangguan tidur berat
Keterangan: *) Hasil uji wilcoxon
N-Gain N-Gain
Variabel Efektivitas
Kontrol Intervensi
Kecemasan
Gangguan Tidur
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. World Health Statistic Overview 2019: Monitoring Health for The
SDGs. Switzerland; 2019.
2. Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Indonesia; 1998:1–8.
3. National Institute on Aging. Why Population Aging Matters A Global
Perspective. Bethesda, Maryland; 2018.
4. WHO. Global Health and Aging. Geneva; 2018.
5. Kementerian-Kesehatan-RI. InfoDATIN: Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI - Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta; 2018.
6. BPS. Statistik Penduduk Lanjut usia 2017. 1st ed. (Susilo D, Harahap IE,
Sinang R, eds.). Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2017.
7. Zhonghua, Bing LX, Zhi XZ. Epidemiological study of sleep disorder in the
elderly. Epidemiological study of sleep disorder in the elderly.
2017;38(7):988–992.
8. Ohayon MM. Prevalence and comorbidity of sleep disorders in general
population. Pubmed. 2017;57(14):1–8.
9. Kedokteran F, Sam U, Kepel BJ. Hubungan Kejadian Insomnia Dengan
Konsentrasi Belajar Pada Mahasiswa Semester V Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal
Keperawatan. 2018;6(1):1–7.
10. Danirmala D, Ariani P. Angka Kejadian Insomnia Pada Lansia Di Panti Tresna
Werdha Wana Seraya Denpasar, Bali Tahun 2015. E-Jurnal Medika Udayana.
2019;8(1):27.
11. Gulia KK. Sleep disorders in the elderly : a growing challenge.
Psychogeriatrics - Japanese Psychogeriatric Society. 2018;18:155–165.
12. Yu J, Rawtaer I, Fam J, Jiang M, Feng L, Kua EH. Sleep correlates of
depression and anxiety in an elderly Asian population. Psychogeriatrics -
Japanese Psychogeriatric Society. 2016;16:191–195.
86
87
13. Benca RM, Teodorescu M. Sleep physiology and disorders in aging and
dementia. 3rd ed. California, United States: Elsevier B.V.; 2019.
14. Miner B, Haven N, Kryger MH, Avenue C, Haven W. Sleep in the Aging
Population. HHS Public Access. 2018;12(1):31–38.
15. Kim Y-K. Anxiety Disorders: Rethinking and Understanding Recent
Discoveries. Volume 119. (Yong-Ku Kim, ed.). Gyeonggido, South Korea:
Springer; 2020.
16. Andreescu C, Varon D. New Research on Anxiety Disorders in the Elderly and
an Update on Evidence-Based Treatments. Geriatric Disorders.
2015;17(53):1–7.
17. Rindayati R, Nasir A, Astriani Y. Gambaran Kejadian dan Tingkat Kecemasan
pada Lanjut Usia. Jurnal Kesehatan Vokasional. 2020;5(2):95.
18. Arifiati RF, Wahyuni ES. Peningkatan Sense of Humor untuk Menurunkan
Kecemasan pada Lansia. Indonesian Journal of Islamic Psychology.
2019;1(2):139–169.
19. Menta C, Nogueira EL, Engroff P, Neto AC. Prevalence and correlates of
generalized anxiety disorder among elderly people in primary health care.
Generalized anxiety disorder in the elderly. 2020;69(2):126–130.
20. Khasanah U, Program M, Ilmu S, Fakultas K, Universitas K, Kuala S, Aceh B,
Keilmuan B, Gerontik K, Keperawatan F, Syiah U, Banda K, Kunci K. The
Anxienty Level in Elderly with Chronic Disease in Banda Aceh. Jurnal
Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 2016:1–8.
21. Valizadeh L, Seyyedrasooli A, Zamanazadeh V, Nasiri K. Comparing the
Effects of Reflexology and Footbath on Sleep Quality in the Elderly : A
Controlled Clinical Trial. Iranian Red Crescent Medical Journal.
2015;17(11):1–8.
22. Sehhatti F, Hughes C, Mirghafourvand M, Azari ZA. The Effect of Short-term
Foot Reflexology in Improving Constipation Symptoms During Pregnancy : A
Two- Armed , Randomized Controlled Trial. International Journal of
Women’s Health and Reproduction Sciences. 2020;8(3):303–310.
23. Loewy J. Music Therapy as a Potential Intervention for Sleep Improvement.
88
36. Jeon MY, Jeong H, Lee S, Choi W, Park JH, Tak SJ, Choi DH, Yim J.
Improving the Quality of Sleep with an Optimal Pillow : A Randomized ,
Comparative Study. The Tohoku Journal of Experimental Medicine.
2016;3(233):183–188.
37. Yim J. Optimal Pillow Conditions for High-Quality Sleep : A Theoretical
Review. Indian Journal of Science and Technology. 2016;8(S5):135–139.
38. Trahan T, Id SJD, Mu D, Williamson VJ. The music that helps people sleep
and the reasons they believe it works : A mixed methods analysis of online
survey reports. PLoS ONE. 2018;13(11):1–19.
39. Lund HN, Pedersen IN, Johnsen SP, Heymann-szlachcinska AM, Tuszewska
M, Bizik G, Larsen JI, Kulhay E, Larsen A, Grønbech B, Østermark H, Borup
H, Valentin JB, Mainz J. Music to improve sleep quality in adults with
depression-related insomnia ( MUSTAFI ): study protocol for a randomized
controlled trial. BMC Public Health. 2020;21(305):1–10.
40. Nuryati S, Rodiyah, Affandi MIA. The effect of instrumental music therapy to
insomnia for elderly people at upt social service of tresna werdha of jombang.
Jurnal Ilmiah Keperawatan. 2017;3(2).
41. Cordi MJ, Ackermann S, Rasch B. Effects of Relaxing Music on Healthy
Sleep. Scientific Reports. 2019;9:1–9.
42. Wang C, Sun Y, Zang H. Music therapy improves sleep quality in acute and
chronic sleep disorders : A meta-analysis of 10 randomized studies.
International Journal of Nursing Studies. 2016;51(14):51–62.
43. WHO. Ageing and health. Geneva; 2018.
44. Mihaljević-peleš A, Šagud M. Anksiozni poremećaji u starijih osoba / Anxiety
Disorders in Elderly. Socijalna Psihijatrija. 2019;47(2019):283–291.
45. Geriatric-Mental-Health-Foundation. Anxiety and Older Adults : Overcoming
Worry and Fear. United Stated; 2020.
46. Mcmakin DL, Ricketts EJ, Forbes EE, Silk JS, Ladouceur CD, Siegle GJ,
Milbert M, Trubnick L, Cousins JC, Ryan ND, Allison G, Dahl RE. Anxiety
Treatment and Targeted Sleep Enhancement to Address Sleep Disturbance in
Pre/Early Adolescents with Anxiety. HHS Public Access. 2020;48(SUP1):1–
90
25.
47. Cox RC, Olatunji BO. A Systematic Review of Sleep Disturbance in Anxiety
and Related Disorders. Sleep In Anxiety and Related Disorders. 2016:1–13.
48. Scarpelli S, Bartolacci C, Atri AD, Gorgoni M, Gennaro L De. Mental Sleep
Activity and Disturbing Dreams in the Lifespan. International Journal of
Environmental Research and Public Health. 2019;16(3658):1–23.
49. Auger RR, Burgess HJ, Emens JS, Deriy L V, Thomas SM, Sharkey KM.
Clinical Practice Guideline for the Treatment of Intrinsic Circadian Rhythm
Sleep-Wake Disorders : Advanced Sleep- Wake Phase Disorder (ASWPD),
Delayed Sleep-Wake Phase Disorder (DSWPD), Non-24-Hour Sleep-Wake
Rhythm Disorder (N24SWD), and Irregular. Journal of Clinical Sleep
Medicine. 2015;11(10):1199–1236.
50. Segal DL, June A, Payne M, Coolidge FL, Yochim B. Development and initial
validation of a self-report assessment tool for anxiety among older adults : The
Geriatric Anxiety Scale. Journal of Anxiety Disorders. 2010;24(7):709–714.
51. Gould CE, Segal DL, Yochim BP, Pachana NA, Byrne GJ, Beaudreau SA.
Measuring anxiety in late life : A psychometric examination of the Geriatric
Anxiety Inventory and Geriatric Anxiety Scale. Journal of Anxiety Disorders.
2014;28(8):804–811.
52. Waliyanti E, Pratiwi W. Hubungan Derajat Insomnia dengan Konsentrasi
Belajar Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan di Yogyakarta.
Indonesian Journal of Nursing Practices. 2017;1(2):9–15.
53. Suzuki K, Miyamoto M, Hirata K. Sleep disorders in the elderly : Diagnosis
and management. Journal of General and Family Medicine. 2017;18(26):61–
71.
54. Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi. Yogyakarta: Alfabeta; 2018.
91
Lampiran 1
INFORMASI
Tujuan:
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Proses penuaan ini menyebabkan
beberapa gangguan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis yang diantaranya
adalah gangguan tidur dan kecemasan. Upaya penanganan yang dapat diberikan
adalah penggunaan bantal pijat refleksi dengan music sebagai langkah non-
farmakologi yang minim efek samping. Penggunaan bantal pijat refkeksi dapat
menurunkan gangguan tidur pada lansia dan secara tidak langsung mempengaruhi
penurunan kecemasan dengan memberikan relaksasi saat terapi. Musik
memberikan pengaruh penurunan gangguan tidur dan yang secara tidak langsung
ikut membantu menurunkan kecemasan pada lansia dengan memberikan ritme
berulang yang lambat dan sering sehingga dapat menimbulkan perasaan aman dan
familiar yang dapat mempersiapkan dan memicu respons tidur otak. Sehingga
penggabungan antara bantal pijat refleksi dan music dapat mempercepat respon
tubuh dalam menurunkan gangguan tidur dan kecemasan pada lansia.
Manfaat:
Diharapkan dengan melakukan terapi bantal pijat refleksi dengan music dapat
bermanfaat bagi responden sebagai media relaksasi dan sekaligus menjadi terapi
dalam menunkan tingkat kecemasan dan gangguan tidur.
Prosedur alternatif:
Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini bertjuan untuk
menjadi salah satu alternative terapi pengobatan nonfarmakologi dalam menunkan
tingkat kecemasan dan gangguan tidur.
Kerahasiaan data:
Selama lansia ikut dalam penelitian ini, setiap informasi dan data penelitian ini akan
diperlakukan secara rahasia sehingga tidak memungkinkan untuk diketahui oleh
orang lain.
Kesukarelaan:
Keikutsertaan lansia dalam penelitian ini bersifat sukarela disertai tanggung jawab
sampai selesai penelitian.
Keterangan:
Jika ada pertanyaan sehubungan dengan penelitian lansia dapat menghubungi
kepada.
93
Lampiran 2
Dengan Hormat,
……………………..
Peneliti
(……………………..)
94
Lampiran 3
Saya dengan suka rela memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa
tekanan/paksaan siapapun, saya akan diberikan Salinan lembar penjelasan dan
formulir persetujuan yang telah saya tandatangani untuk arsip saya:
Saya Setuju”
Ya / Tidak *)
Usia:
Alamat:
Nama Peneliti:
Nama Saksi:
Lampiran 4
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
No Responden :
Keterangan Penilaian:
Nilai 0 (Nol) : Tidak pernah sama sekali
Nilai 1 (Satu) : Pernah merasakan
Nilai 2 (Dua) : Jarang merasakan
Nilai 3 (Tiga) : Sering merasakan
Skor
No Pertanyaan
0 1 2 3
Saya merasa jantung berdebar denngan kencang
1.
/sangat kuat
2. Saya merasa nafas saya pendek
Skor
No Pertanyaan
0 1 2 3
Saya mengalami nyeri daerah punggung leher, atau
9.
otot kram
Saya merasa ada sesuatu yang tidak nyata atau
10.
seperti diluar diri saya
11. Saya merasa seakan saya kehilangan kontrol
TOTAL SKOR
97
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
No Responden :
Keterangan Penilaian:
Responden dapat menceklist pada kotak yang ada dalam setiap pertanyaan sesuai
dengan apa yang responden alami seperti contoh:
Skor
No Pertanyaan
0 1 2 3
1. Berapa lama waktu tidur bapak/ibu dalam 1
hari?
6,6 jam
5,5 – 6,5 jam
4,5 – 5,5 jam
4,5 jam
2. Aapakah bapak/ibu mengalami mimpi dalam
setiap tidur
Tidak ada mimpi
Terkadang mimpi yang
menyenangkan atau biasa saja
Selalu bermimpi
Mimpi buruk
98
Skor
No Pertanyaan
0 1 2 3
3. Apakah bapak/ibu memiliki masalah dengan
kualitas tidur ?
Sulit untuk terbangun
Tidur nyenyak, sulit terbangun
Tidur nyenyak tetapi mudah terbangun
Tidur yang tidak nyenyak
4. Saat bapak/ibu terbangun dimalah hari,
berapa lama?
Kurang dari 5 menit
Antara 6 - 15 menit
Antara 16 – 29 menit
Antara 30 – 44 menit
5. Apakah bapak/ibu terbangun pada malah
hari?
Tidak terbangun sama sekali
Sekali atau dua kali terbangun
Tiga sampai empat kali terbangun
Lebih dari empat kali terbangun
6. Berapa lama waktu bapak/ibu untuk bisa tidur
kembali setelah terbangun dimalam hari?
Kurang dari 5 menit
Antara 6 - 15 menit
Antara 16 – 30 menit
Lebih dari 30 menit
7. Apakah bapak/ibu biasanya bangun lebih
cepat pada dini hari?
Sekitar waktu bangun tidur
Bangun 30 menit lebih awal dari
99
Skor
No Pertanyaan
0 1 2 3
waktu bangun tidur dan tidak dapat
tertidur lagi
Bangun 1 jam lebih awal dari waktu
bangun tidur dan dapat tertidur lagi
Bangun lebih dari 1 jam lebih awal
dari waktu bangun tidur dan tidak
dapat tertidur lagi
8. Apakah bapak/ibu merasa puas setelah
bangun tidur pada pagi hari?
Tidak puas
Sedikit puas
Sedang
Sangat puas
100
Lampiran 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Banten
Email : ruthyohanagirsang@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL