Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai

melalui pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai: “Indonesia Sehat 2025”.

Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan

yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan

sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari

kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi

lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,

perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya

kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara

nilai-nilai budaya bangsa.1

Dengan berlandaskan pada dasar pembangunan kesehatan, dan untuk

mewujudkan visi indonesia sehat 2025, ditetapkan 4 (empat) misi pembangunan

kesehatan, yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan

kesehatan, seluruh unsur atau subsistem dari sistem kesehatan nasional berperan

sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan,

mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, dan kesadaran,

kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk

1
menjaga kesehatan, memilih, dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang

bermutu, sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. 2

Tingginya AKI dan AKB sangat terkait dengan faktor perilaku yaitu

perilaku pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan pada tenaga

kesehatan, pemenuhan gizi ibu dan anak, penimbangan Balita, serta

mengonsumsi suplementasi yang diperlukan dan disediakan di fasilitas

kesehatan.3

Komunitas sebagai kelompok sosial yang ditentukan oleh batas wilayah,

nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan

berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya. Salah satu

petugas kesehatan yang dekat dengan masyarakat adalah bidan.

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan

yang diakui oleh pemerintah setempat, lulus dari pendidikan tersebut, dan

berkualifikasi untuk deregister serta mendapat izin melakukan praktik

kebidanan.1

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang

ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi,

dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.4

Tujuan dari kebidanan komunitas meliputi ibu dan bayi sehat dan selamat,

keluarga bahagia, serta terjaminya kehormatan martabat manusia; saling

2
menghormati penerima asuhan dan pembeeri asuhan; kepuasan ibu, keluargam

dan bidan; adanya kekuatan dari diri wanita dalam menentukan dirinya sendiri;

adanya rasa saling percaya dari wanita sebagai penerima asuhan; dan

terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. 2

Ada beberapa filosofi bidan yang harus di terapkan pada kebidanan

komunitas agar pembangunan kesehatan Indonesia dapat terwujud.

1.2 Rumusan Masalah

Dari beberapa hal yang telah diungkapkan pada latar belakang diatas

penulis menguraikan rumusan masalah:

1. Apa Filosofi Pelayanan Kebidanan Komunitas ?

2. Bagaimana Menerapkan dan Hambatan Filosofi Pelayanan Kebidanan di

Komunitas ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Apa filosofi program pelayanan bidan komunitas

2. Mengetahui Bagaimana Penderapan dan hambatan filosofi pelayanan

kebidanan di komunitas

1.4 Manfaat

1. Manfaat Akademik

Untuk menambah sumber bacaan mahasiswa tentang Filosofi program

pelayanan kebidanan komunitas.

3
2. Manfaat Teoritis

Untuk pengembangan ilmu tentang Filosofi Program Pelayanan Kebidanan

Komunitas

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Filosofi Kebidanan Komunitas

2.1.1 Pengertian Filosofi

Pengertian filosofi secara umum adalah ilmu yang mengkaji tentang

akal budi mengenai hakikat yang ada. pengetahuan dan penyelidikan

dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan

hukumnya; teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; ilmu

yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi; falsafah. 5

Filosofi adalah ungkapan seseorang mengenai sikap, nilai, dan

kepercayaan walaupun pada waktu yang lain ungkapan tersebut menjadi

ideologi kelompok/ kepercayaaan kelompok.6

Menurut Pearson filosofi adalah oendekatan berfikir tentang

kenyataan meliputi tradisi, agama, marxime, existentialisme, dan

fenomena yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. 6

Jadi filosofi adalah bidang ilmu yang mencari hakikat kebenaran

mengenai segala sesuatu. Bisa dikatakan filosofi sebagai ilmu

pengetahuan yang tinggi karena membahas pangkal atau pokok dari

segala pengetahuan.5

5
2.1.2 Pengertian Kebidanan Komunitas

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan

kebidanan yang diakui oleh pemerintah setempat, lulus dari pendidikan

tersebut, dan berkualifikasi untuk diregister serta mendapat izin

melakukan praktik kebidanan.

Bidan di komunitas adalah bidan yang bekerja memebrikan

pelayanan kepada keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.

Kebidanan, istilah kebidanan mencakup segala pengetahuan yang

dimiliki bidan dalam bentuk-bentuk kegiatan pelayanan yang dilakukan

dengan tujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

Komunitas artinya masyarakat terbatas yang menyerupai perasaan

nilai, perhatian yang merupakan kelompok khusus dengan batas geografis

yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga misalnya

kelompok ibu hamil, ibu nifas, kelompok balita.

Masyarakat adalah sekolompok manusia yang telah hidup saling

berinteraksi dan bergantung serta bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Kebidanan komunitas adalah bentuk-bentuk pelayanan kebidanan

yang dilakukan diluar bagian atau pelayanan berkelanjutan yang diberkan

di rumah sakit dengan menekankan aspek-aspek psikososial budaya yang

ada di masyarakat.7

6
2.1.3 Filosofi Kebidanan Komunitas

Filosofi Kebidanan adalah keyakinan atau pandangan hidup bidan

yang digunakan sebagai kerangka pikir dalam memberikan asuhan

kebidanan.8

Menurut KEPMENKES 369/MENKES/SK/II/2007 filosofi bidan, yakni:

1. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan. Hamil dan bersalin

merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit.

2. Keyakinan tentang perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang

unik mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh

sebab itu perempuan harus berpartisipasi aktif dalam asuhan yang

diterimanya.

3. Keyakinan fungsi profesi dan manfataatnya. Fungsi utama profesi

bidan adalah mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses

fisiologi harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul

penyulit, dapat mengguanakan teknologi tepat guna dan rujukan yang

efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan dan

janin/bayinya.

4. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat

jeputusan. Perempuan harus diberdayakan untuk mngambil keputusan

tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui komunikasi,

informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan

merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga dan

pemberi asuhan.

7
5. Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan

untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan

kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada pencegahan, promosi

kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif &

fleksibel, suportif, peduli; bimbingan, monitor dan pendidikan

berpusat pada perempuan; asuhan berkesinambungan, sesuai

keinginan & tidak otoriter serta menghormati pilihan perempuan.

6. Keyakinan tentang Kolaborasi dan Kemitraan. Praktik kebidanan

dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan

pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai satu kesatuan fisik,

psikis, emosional, sosial, budaya, spiritual serta pengalaman

reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang

berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

7. Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila,

seorang bidan menganut filosofis yang mempunyai keyakinan

didalam dirinya bahwa semua manusia adalah mahkluk bio-psiko-

sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan

jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama.

8. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh

pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan

kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap individu berhak

menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup dan

untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatannya.

8
9. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka

setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak

mendapat pelayanan berkualitas.

10. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan

keluarga, yang membutuhkan persiapan sampai anak menginjak

masa-masa remaja. Keluarga-keluarga yang berada di suatu

wilayah/daerah membentuk masyarakat kumpulan dan masyarakat

Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia.

Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya

dalam lingkungan yang bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-

nilai yang terorganisir.

Beberapa keyakinan yang mendasari praktek kebidanan komunitas:

1) Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia dapat dijangkau dan dapat

diterima semua orang.

2) Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerimaan

pelayanan dalam hal ini komunitas.

3) Bidan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima

perlu menjalin kerjasama yang baik.

4) Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.

Falsafah kebidanan komunitas: 10

a. Manusia

b. Kesehatan

c. Lingkungan

9
d. Kebidanan

2.1.4 Sejarah Kebidanan Komunitas

Gambar 2.1 Sejarah bidan komunitas

2.2 Penerapan dan Hambatan Penerapan Filosofi Pelayanan Kebidanan

Komunitas di Lapangan

2.2.1 Kegiatan Bidan dalam Menurunkan AKI di Komunitas

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa

penyediaan bidan di desa.

10
2. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai

standar antara lain bidan di polindes/pustu 24 jam.

3. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan

penanganan komplikasi keguguran, antara lain dalam bentuk KIE

untuk mencegah terjadinya pelayanan KB berkualitas pascapersalinan

dan pascakeguguran.

4. Pemantauan kerja sama lintas program dan sector, antara lain dengan

jalan menjalin kemitraan dengan pemda dan organisasi profesi (IDI,

IDAI, IBI).

5. Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga, dan masyarakat, antara

lain dalam bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya,

serta menyediakan buku KIA.

6. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui

peningkatan kemampuan pengelola program agar mampu

melaksanakan, merencanakan, dan mengevaluasi kegiatan (P1-P2-P3)

sesuai kondisi daerah.

7. Sosialsasi dan advokasi, melalui penyusunan hasilinformasi cakupan

program data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebgaai

substansi untuk sosialisasi dan advokasi. Kepada patra penentu

kebijakan agar lebih berpihak kepada kepentingan ibu dan anak.

11
2.2.2 Kegiatan Bidan dalam Menurunkan AKB di Komunitas, yaitu:

1. Peningkatan kegiatan imunisasi pada bayi.

2. Peningkatan ASI eksklusif, status gizi, deteksi dini, dan pemantauan

tumbuh kembang.

3. Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi.

4. Program Manajemen Tumbuh Kembang Balita Sakit (MTBS) dan

manajemen Tumbuh Kembang Balita Muda (MTBM).

5. Pertolongan persalinan dan penatalaksanaan bayi baru lahir dengan

tepat.

6. Diharapkan kelaurga memiliki pengetahuan, pemahaman, dan

peawatan pascasalin sesuai standar kesehatan.

7. Program Awal Sehat untuk Hidup Sehat (ASUH).

8. Keberadaan bidan desa.

9. Perawatan neonatal dasar meliputi perawatan tali pusat, pencegahan

hipotermi dengan metode kangguru, emnyusui dini, usaha bernapas

spontan, pencegahan infeksi, penanganan neonatal sakit, audit

kematian neonatal.2

2.3 Hambatan Filosofi Pelayanan Kebidanan Komunitas

2.3.1 Kematian Ibu dan Bayi

Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa

kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa

melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang

12
berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya

tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan).

AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target

yang diharapkan. Sedangkan untuk target SDGs AKI yaitu sebesar

70/100.000 KH.

Angka kematian ibu dikatakan masih tinggi karena :

a. Jumlah kematian ibu yang meninggal mulai saat hamil hingga 6

minggu setelah persalinan per 100.000 persalinan tinggi.

b. Angka kematian ibu tinggi adalah angka kematian yang melebihi dari

angka target nasional.

c. Tingginya angka kematian, berarti rendahnya standar kesehatan dan

kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan, dan mencerminkan

besarnya masalah kesehatan

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir

sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun. Berdasarkan perhitungan BPS

tahun 2007 sebesar 27/1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB pada

SDG’s 2030 sebesar 12/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi

meliputi:

a. Gangguan perinatal (34,7%)

b. Sistem pernapasan (27,6 %)

c. Diare (9,4%)

d. Sistim pencernaan (4,3%)

e. Tetanus (3,4%)

13
Contoh kasus angka kematian ibu pada penelitian Yulfira Media,

Zainal Arifin, Gusnedi tahun 2014 bahwa Angka kematian ibu (AKI) di

Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat masih tinggi, yaitu sebesar

449,2 per 100.000 kelahiran hidup. Pemilihan tenaga penolong persalinan

dianggap turut mempengaruhi AKI. Hasil penelitian mengungkapkan

bahwa hambatan dalam upaya mengurangi risiko kematian ibu yaitu

hambatan sosial budaya, kondisi geografis dan keterbatasan akses

pelayanan kesehatan, kondisi ekonomi masyarakat, dan masih rendahnya

pemanfaatan potensi lokal dalam upaya perawatan kesehatan ibu hamil

dan bersalin. Potensi lokal yang dapat dimanfaatkan dalam upaya risiko

kematian ibu adalah potensi keberadaan dukun beranak, potensi

pemimpin lokal modal sosial nagari, dan pola interaksi dan komunikasi

yang berbasiskan sosial budaya masyarakat.

2.3.2 Unsafe Abortion

Unsafe Abortion adalah pengguguran kandungan yang dilakukan

dengan tindakan yang tidak steril serta tidak aman, secara medis. Peran

bidan dalam menangani unsafe abortion adalah memberikan penyuluhan

pada klien tentang efek-efek yang ditimbulkan dari tindakan unsafe

abortion. Jika terminasi kehamilan dilakukan secara illegal maka akan

mengakibatkan perdarahan, trauma, infeksi dengan mortalitasnya 1/3 AKI

serta adanya kerusakan fungsi alat reproduksi. Dampak jangka panjang

14
dari terminasi kehamilan yang illegal adalah PID/penyakit radang panggul

yang menahun, infertilitas dan kehamilan ektopik terganggu/KET.

2.3.3 Infeksi Menular Seksual

Infeksi menular seksual merupakan salah satu dari tiga tipe infeksi

saluran reproduksi (ISR), yaitu infeksi dan penyakit menular seksual,

infeksi-infeksi endogen vagina dan infeksi-infeksi yang berhubungan

dengan saluran reproduksi. Infeksi menular seksual berhubungan dengan

keadaan akut, kronik dan kondisi-kondisi lain yang berhubungan dengan

kehamilan, seperti Gonore, Chlamidia, Sifilis, Herpes kelamin,

Trichomoniasis, HIV/AIDS.

Bidan harus dapat memberikan asuhan kepada masyarakat terkait

dengan infeksi menular seksual, dan perlu memperhatikan semua jenis

infeksi saluran reproduksi, sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan

masyarakat yang optimal.

2.3.4 Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan sosial budaya

masyarakat adalah:

a. Kurangnya pengetahuan, salah satunya di bidang kesehatan.

b. Adat istiadat yang dianut/berlaku di wilayah setempat.

c. Kurangnya peran serta masyarakat.

d. Perilaku masyarakat yang kurang terhadap kesehatan.

15
e. Kebiasaan-kebiasaan/kepercayaan negatif yang berlaku negatif dan

positif.

Sosial budaya yang ada di masyarakat memberi 2 pengaruh pada

masyarakat tersebut yaitu : pengaruh negatif dan positif.

Sosial budaya masyarakat yang bersifat positif antara lain:

a. Rasa kekeluargaan dan semangat gotong royong.

b. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan.

c. Rasa tolong menolong/perasaan senasib sepenanggungan.

Sosial budaya masyarakat yang bersifat negatif antara lain:

a. Membuang sampah sembarangan sehingga timbul daerah kumuh.

b. Penyalahgunaan obat-obatan.

c. Industri-industri yang tidak memperhatikan pembuangan limbah yang

baik.

d. Wanita pekerja yang tidak dapat merawat anaknya dengan baik.

2.3.5 Kehamilan Remaja

Arus informasi menuju globalisasi mengakibatkan perubahan prilaku

remaja yang makin menerima hubungan seksual sebagai cerminan fungsi

rekreasi. Akibatnya, terjadi peningkatan kehamilan yang tidak

dikehendaki atau terjadi penyakit menular seksual.

Berikut ini adalah dampak kehamilan remaja:

1) Faktor psikologis yang belum matur

16
a. Alat reproduksinya masih belum siap menerima kehamilan

sehingga dapat menimbulkan berbagai bentuk komplikasi.

b. Remaja berusia muda yang sedang menuntut ilmu akan

mengalami putus sekolah sementara atau seterusnya, dan dapat

kehilangan pekerjaan yang baru dirintisnya.

c. Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman,

atau lingkungan masyarakat.

d. Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa

diri.

e. Mungkin kehamilannya disertai kecanduan obat-obatan, merokok,

minuman keras.

2) Faktor fisik

a. Mungkin kehamilan ini tidak diketahui siapa ayah sebenarnya.

b. Kehamilan dapat disertai penyakit menular seksual sehingga

memerlukan pemeriksaan ekstra yang lebih lengkap.

c. Tumbuh kembang janin dalam rahim yang belum matur dapat

menimbulkan abortus, persalinan premature, dapat terjadi

komplikasi penyakit yang telah lama dideritanya.

d. Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis operatif.

e. Hasil janin mengalami kelainan kongenital atau BBLR.

f. Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja lebih

tinggi dibandingkan dengan usia reproduksi sehat (20- 35 tahun).

17
Fungsi seksual, yaitu untuk prokreasi (mendapatkan keturunan),

rekreasi (untuk kenikmatan), relasi (hubungn kekeluargaan), dan bersifat

institusi (kewajiban suami untuk istrinya). Hubungan seksual remaja

merupakan masalah besar dalam disiplin ilmu kedokteran (andrologi,

seksologi, penyakit kulit dan kelamin, kebidanan, dan kandungan).

Langkah-langkah untuk mengendalikan masalah kehamilan remaja

adalah sebagai berikut:

1) Sebelum terjadi kehamilan

a. Menjaga kesehatan reproduksi dengan cara melakukan hubungan

seksual yang bersih dan aman.

b. Menghindari multipartner.

c. Menggunakan alat kontrasepsi, seperti kondom, pil, dan suntikan

sehingga terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan.

d. Memberikan pendidikan seksual sejak dini.

e. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan YME sesuai ajaran

agama masing-masing.

f. Segera setelah hubungan seksual menggunakan KB darurat

penginduksi haid atau misoprostol dan lainnya.

2) Setelah terjadi kehamilan. Setelah terjadi konsepsi sampai nidasi,

persoalannya makin sulit karena secara fisik hasil konsepsi dan nidasi

mempunyai beberapa ketetapan sebagai berikut

a. Hasil konsepsi dan nidasi mempunyai hak untuk hidup dan

mendapatkan perlindungan.

18
b. Hasil konsepsi dan nidasi merupakan zigot yang mempunyai

potensi untuk hidup.

c. Hasil konsepsi dan nidasi nasibnya ditentukan oleh ibu yang

mengandung.

d. Hasil konsepsi dan nidasi mempunyai landasan moral yang kuat

karena potensinya untuk tumbuh kembang menjadi generasi yang

didambakan setiap keluarga.

Berdasarkan pertimbangan tersebut langkah yang dapat diambil antara

lain:

1) Membiarkan tumbuh kembang janin sampai lahir, sekelipun tanpa

ayah yang jelas dan selanjutnya menjadi tanggung jawab Negara.

Pasangan dinikahkan sehingga bayi yang lahir mempunyai keluarga

yang sah.

2) Di lingkungan Negara yang dapat menerima kehadiran bayi tanpa

ayah, pihak perempuan memeliharanya sebagai anak secara lazim.

3) Dapat dilakukan terminasi kehamilan dengan berbagai teknik

sehingga keselamatan remaja dapat terjamin untuk menyongsong

kehidupan normal sebagaimana mestinya. Undang-undang kesehatan

yang mengatur gugur kandungan secara legal, yaitu nomor 23 tahun

1992.

19
2.3.6 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Istilah premature telah diganti menjadi berat badan lahir rendah (BBLR)

oleh WHO sejak 1960, hal ini karena tidak semua bayi dengan berat badan

<2500 gram adalah bayi premature. Pada kongres European Perinatal

Medicine II di London (1970) dibuat keseragaman definisi, yaitu sebagai

berikut:

a. Bayi kurang bulan: bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu (259) hari.

b. Bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37-42 minggu

(259-293 hari).

c. Bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau

lebih (>294 hari)

Penanganan bayi berat lahir rendah meliputi hal-hal berikut :

a. Mempertahankan suhu dengan ketat.

b. Mencegah infeksi. Karena BBL sangat rentan terken infeksi. Contoh

mencuci tangan sebelum memegang bayi.

c. Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada bayi dengan

BBLR belum sempurna.

d. Penimbangan ketat. Sebagai cara memantau status gizi/nutrisi bayi

dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Tujuan dari kebidanan komunitas meliputi ibu dan bayi sehat dan selamat,

keluarga bahagia, serta terjaminya kehormatan martabat manusia; saling

menghormati penerima asuhan dan pembeeri asuhan; kepuasan ibu, keluargam

dan bidan; adanya kekuatan dari diri wanita dalam menentukan dirinya sendiri;

adanya rasa saling percaya dari wanita sebagai penerima asuhan; dan

terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas.

3.2 Saran

Sebagai seorang bidan kita harus memiliki Filosofi kebidanan yang

berpegang teguh pada prinsip-prinsip kebidanan. Bidan merupakan mitra bagi

setiap individu dalam sepanjang daur kehidupan jadi hendaklah bidan mampu

menerapkan fiosofi yang benar dan mengetahui body knowladge kebidanan,

agar dapat berusaha semaksimal mungkin bekerja untuk mewujudkan Indonesia

yang sehat dan dapat menurunkan AKI dan AKB

21

Anda mungkin juga menyukai