Anda di halaman 1dari 9

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

PRODI D-III KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO


POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telan memberikan
rahmat-Nya sehingga Modul Praktikum Laboratorium Keperawatan Gawat
Darurat untuk mahasiswa Program Studi Keperawatan Kampus Sutomo Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya.

Modul praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam meiakukan kegiatan


Laboratonum Keperawatan Gawat Darurat yang merupakan kegiatan penuniang
mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat pada Program Studi Keperawatan
Kampus Sutomo Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya. Modul
praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mempersiapkan dan
melaksanakan praktikum dengan lebih baik terarah, dan terencana. Pada setiap
topik telah ditetapkan tujuan pelaksanaan praktikum dan semua kegiatan yang
harus dilakukan oleh mahasiswa

Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan Modul Laboratorium


Praktikum Keperawatan Gawat Darurat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang

Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasin kepada semua


pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun ticak langsung.

Surabaya

Penyusun
Bagian:
Jurusan Keperawatan Lab. Keperawatan Dasar
Poltekkes Kemenkes Surabaya
STANDAR OPERASIONAL
Berlaku: 2019
PROSEDUR
PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN
Kode Dokumen: IK 000 Tanggal: 1 Juni 2019 Halaman: 000 Revisi No. 001/2019

KONSEP PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

1. Definisi
a) Pembalutan
Pembalutan adalah suatu usaha penutupan bagian tubuh yang
cedera dengan bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu, serta
merupakan tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh
agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.
b) Pembidaian

Pembidaian adalah teknik yang digunakan untuk mengimobilisasi


atau menstabilkan ekstremitas yang cedera. Imobilisasi menurun nyeri,
bengkak, spasme otot, perdarahan jaringan, dan risiko emboli lemak.
Imobilisasi juga dapat mencegah fratur tertutup menjadi fraktur
terbuka.

2. Indikasi
a. Pembalutan
a) Luka terbuka
b) Sprain/strain
c) Dislokasi/subluksasi
d) Fraktur
b. Pembidaian
a) Fraktur (Patah Tulang)
b) Terkilir
c) Luka Terbuka
d) Penekanan untuk menghentikan perdarahan

3. Kontraindikasi
a) Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran nafas,
pernafasan dan sirkulasi penderita sudah distabilkan.
b) Hipermobilitas
c) Efusi sendi
d) Inflamasi
e) Fraktur humeri dan osteoporosis
4. Tujuan
a) Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya
b) Mencegah terjadinya pembengkakan
c) Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu
tidak bergeser
d) Menutup agar tidak terkena cahaya, debu dan kotoran
A. Pembalutan
1. Alat dan Bahan
Alat :
1. Gunting
Bahan :
1. Handscon
2. Elastik Perban
3. Kain Mitella
4. Pleste
5. Pembalut yang spesifik
6. Kassa steril
7. Pita
8. Dasi

2. Instruksi Kerja
1. Mencuci tangan dengan handscoon
R/ : Mencegah tranmisi mikroorganisme
2. Jelaskan prosedur kepada pasien
R/ : Meredakan kecemasan dan membantu kerjasama
3. Siapkan pasien untuk pembidaian dengan melepaskan pakain
diatas tempat cedera, balut luka yang terbuka, lepaskan perhiasan.
R/ : memudahkan dalam tindakan
4. Lengkapi pengkajian neurovaskuler dasar (nadi distal dan
proksimal, warna, suhu, gerakan, sensasi, dan pengisian ulang
kapiler jari – jari )
R/ : fisiologi hubungan sistem saraf dan pembuluh darah untuk
mengetahui adanya resiko mengalami gangguan dalam sirkulasi,
sensasi, atau pergerakan ekstermitas.

5. Jika ada perdarahan atasi perdarahan dan tutup seluruh luka


R/ ; mencegah dehidrasi dan resiko syok hipovolemik.
6. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan
a. Bagaian dari tubuh yang mana ?
b. Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
c. Bagaimana luas luka tersebut?
d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau
tidak?

R/ : Melakukan pembalutan dengan tepat pada bagian tubuh


yang dicurigai terjadinya fraktur
7. Pilih jenis pembalut yang akan dipergnakan, dapat salah satu atau
kombinasi.
R/ :menyesuaikandengan konsidi tubuh yang dicurigai fraktur
8. Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau
dilokasi perlu direposisi.
R/ :mencegah terjadinya infeksi dan mengurangi trauma yang
lebih buruk
9. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :
a. Dapat membatasi penggeseran atau gerak bagian tubuh yang
memang perlu difiksasi. Sesedikit mungkin membatasi gerak
bagian tubuh yang lain.
R/ :Agar bagian tubuh yang cedera dapat menyatu dengan
cepat
b. Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan
pokok penderita.
R/ : Meningkatkan kenyamanan pasien
c. Tidak menganggu perdarahan darah, misalnya pada balutan
beriapis, lapis yang paling bawah letaknya disebalh distal.
R/ : Mencegah terjadinya gangguan neurovaskuler
d. Tidak mudah kendor atau lepas
R/ :Agar tidak mudah bergeser dan fiksasi yang baik akan
mempermudah penyembuhan
10. Melakukan pembalutan dengan cara yang tepat (teknik macam-
macam pembalutan dilampirkan)
R/ : memaksimalkan hasil yang diinginkan sesuai dengan
kondisi pasien.
11. Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
R/ : Meningkatlkan kenyamanan
12. Lepas handscoon dan cuci tangan
R/ : Mencegah transmisi mikroorganisme
13. Catat waktu tindakan dan prosedur serta efektivitasnya
R/ : Sebagai dokumentasi untuk pertanggung jawaban dan
evaluasi tindakan
14. Catat kondisi, respond an status neurovaskuler
R/ :Sebagai dokumentasi untuk pertanggung jawaban dan
evaluasi tindakan

3. Indikator
1. Tidak terjadinya edema pada tungkai yang cedera
2. Tidak terjadi kontaminasi dan pinggir luka dapat bertemu
B. Pembidaian
1. Alat dan Bahan
Alat
1. Gunting
2. Bidai sesuai dengan kebutuhan (panjang dan jumlah)

Bahan
1. Kassa gulung
2. Kassa steril (bila perlu)
3. Plaster
4. Handscoone

2. Intruksi kerja
1. Mencuci tangan dan memakai handscoone
R/ : Mencegah transmisi mikroorganisme
2. Jelaskan prosedur kepada pasien
R/ :Meredakan kecemasan dan membantu
3. Siapkan pasien untuk pembidaian dengan melepaskan pakaian diatas
tempat cedera, balut luka yang terbuka, lepaskan perhiasan.
R/ :Memudahkan dalam tindakan
4. Lengkapi pengkajian neurovaskuler dasar (nadi distal proksimal, warna,
sushu, gerakan, sensasi dan pengisian ulang kapiler jari-jari)

R/ :Fisiologi hubungan sistem saraf dan pembuluh darah


untukmengetahui adanya resiko mengalami gangguan dalam sirkulasi,
sensasi, atau pergerakan ekstermitas
5. Jika ada perdarahan atasi perdarahan dan tutup seluruh luka
R/ :mencegah dehidrasi dan syok hipovolemik
6. Gunakan bantalan diatas penonjolan tulang
R/ :agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah atau
penekanan syaraf trutama pada bagian tubuhbyang ada tonjolan tulang.
7. Untuk selain sendi, imobilisasikan area cedera bersamaan dengan sendi
dibawah dan diatas tempat tersebut.
R/ : Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang
patah
8. Bidai sendi dengan posisi sepertisaat ditemukan, kecuali nadi distal
berkurang atau tidak ada. Jika nadi tidak teraba, pasang traksi kontinu
dan lembut sepenjang aksis panjang ekstermitas, bagian distal cedera
sampai nadi dapat dipalpasi. Bila terasa ada tahanan, hentikan proses ini
dan bidai dengan posisi saat ditemukan.
R/ : meminimalkan gerakan, mempertahankan reduksi dan
kesegarisan, meningkatkan kenyamanan.
9. Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang keluar dengan
kapas steril dan jagan masukkan tulang yang keluar ke dalam.
R/ : mencegah terjadinya infeksi
10. Pembidaian meliputi 2 sendi, sendi yang masuk dalam pembidaian
adalah sendi dibawah dan diatas patah tulang. Sebelum dipasang dan
diukur terlebih dahulu pada anggota badan yang tidak sakit.
R/ : fikasis 2 sendi memungkinkan agar daerah yang dicurigai fraktur
tidak bergeser dan terfiksasi dengan sempurna
11. Bidai dibalut atau dilapisi sebelum digunakan
R/ : mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerudakan yang lebih
berat.
12. Luruskan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur secara hati hati
dan jangan memaksakan gerakan jika sulit diluruskn maka pembidaian
dilakukan apa adanya.
R/ : mencegah bertambahnya perlukaan yang patah tulng
13. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan dapat dilakukan
traksi, tapi jika pasien merasakan nyeri, krepitasi sebaiknya jangan
dilakukan traksi, tapi jika pasien merasakan nyeri , krepitasi sebaiknya
jangan dilakukan traksi, jika traksi berhasil segera fiksasi
R/ : Agar tidak beresiko untuk menciderai saraf atau pembuluh darah
14. Ikatlah bidai diatas atau dibawah daerah fraktur, jangan mengikat tepat
didaerah farktur.
R/ :Mengurangi trauma yang lebih buruk, diantaranya keruskan
jaringan otot, syaraf dan perdarahan.
15. Bidai tidak boleh terlalu ketat sampai kontriktif
R/ : Mengganggu sirkulasi pada bagian tubuh yang dibidai
16. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari distal ke proksimal tempat
yang patah
R/ :agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak
17. Melakukan pembidaian dengan cara yang tepat (teknik macam –
macam pembidaian dilampirkan )
R/ : Memaksimalkan hasil yang diinginkan sesuai dengan kondisi
pasien
18. Periksa status neurovaskuler sebelum dan sesudah pembidaian, periksa
ulang pemeriksaan neurovaskuler bilai bidai dilepaskan atau dipasanng
ulang bila ekstermitas direposisikan.
R/ : menegathui adanya resiko mengalami gangguan sirkulasi , sensasi
atau pergerakan ekstermitas.
19. Bereskan alat alat dan rapikan pasien
R/ : meningkatkan kenyamanan pasien
20. Lepas handscone dan cuci tangan
R/ : mencegah tranmisi mikroorganisme
21. Catat waktu tindakan dan prosedur serta efektifitasnya
R/ : sebagai dokumnetasi dan pertanggungjawaban dan evaluasi
tindakan.
22. Cata kondisi respond an status neurovaskuler
R/ : Sebagai dokumnetasi untuk pertanggung jawaban dan evaluasi
tindakan

3. Indikator
1. Tindakan terjadi gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang
mengalami dislokasi
2. Tidak terjadi kerusakan jaringan lunak sekitar tulang yang patah
3. Tidak terjadi perdarahan, bengkak, syok dan nyeri berkurang

Mengetahui Surabaya,
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Kampus Soetomo Surabaya

Dr. Supriyanto,S.Kp.,M.Kes Dr. Padoli,S.Kp.,M.Kes


NIP. 19680124 199203 1 001 NIP. 19680701 199203 1 003

Anda mungkin juga menyukai