Anda di halaman 1dari 30

Laporan Pendahuluan dengan Penurunan Kesadaran

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Stase Keperawatan Gawat Darurat dan kritis

Disusun Oleh :
Sri Sarina
14420211079

Preceptor
1. Preseptor Klinik
(…………………………)
2. Preseptor Institusi
Sudarman., S.Kep., Ns., M.Kes (…………………………)

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESI
2022

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian Penurunan Kesadaran
Penurunan kesadaran merupakan bentuk disfungsi otak yang
melibatkan hemisfer kiri ataupun kanan atau struktur-struktur lain dalam otak
(termasuk sistem reticular activating) yang mengatur siklus tidur dan bangun
atau keduanya. Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks
secara menyeluruh misalnya pada gangguan metabolik, dan dapat pula
disebabkan oleh gangguan ARAS di batang otak, terhadap formasio
retikularis di talamus, hipotalamus maupun mesensefalon (Kan dkk, 2016).
penurunan kesadaran menggambarkan kegagalan otak yang
disebabkan karena gangguna pasa sistem saraf pusat akibat gangguan pada
sistem metabolik atau adanya lesi yang bisa mengancam nyawa. pasien
dengan penuruna kesadaran harus dilakukan resusitasi dan diagnostik yang
cepat dan tepat (Huff JS, Stevens RD et al 2012 dalam J. Stephen
Huff; Prasanna Tadi 2021)
2. Etiologi
Penurunan kesadaran dapat disebabkan karena traumatik dan non-
traumatik. Penyebab traumatik yang sering terjadi adalah kecelakaan lalu
lintas, kekerasan fisik, dan jatuh. Penyebab non-traumatik yang dapat
membuat seseorang jatuh dalam keadaan penurunan kesadaran antara lain
gangguan metabolik, intoksikasi obat, hipoksia , iskemia, stroke iskemik,
perdarahan intraserebral, perdarahan subaraknoid, tumor otak, kondisi
inflamasi, infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis dan abses
serta gangguan psikogenik.(Greer, 2012 dalam putri 2015) penurunan
kesadaran dapat berlanjut menjadi koma hingga kematian batang otak jika
tidak ada perbaikan keadaan klinis.
Sedangkan menurut J.Stephen et al Penurunan kesadaran disebabkan
oleh disfungsi saraf termasuk proses struktural atau nonstruktural yang
mempengaruhi sistem saraf pusat. Penyebab penurunan kesadaran
nonstruktural, yaitu hipoglikemia dan infeksi sistemik mayoritas terjadi
pada pasien. Penyebab metabolik seperti ensefalopati hepatik,
hiponatremia, hipernatremia, hiperkalsemia, kelainan endokrin. Infeksi
sistem saraf pusat primer seperti meningitis atau ensefalitis
2
sedangkan penyebab struktural seperti hematoma traumatis subdural
atau epidural, perdarahan intrakranial spontan, trombosis vena, tumor,
hidrosefalus akut, peningkatan tekanan intrakranial, cedera otak anoksik,
atau stroke batang otak semuanya dapat menyebabkan perubahan status
mental atau koma. (J. Stephen Huff; Prasanna Tadi 2021)
3. Klasifikasi
Klasifikasi penurunan kesadaran dapat dinilai secara
kuantitatif dan kualitatif. Skala kualitatif sebaiknya digunakan oleh
triase untuk menentukan tingkat kegawatdaruratan pasien karena sangat
mudah dilakukan. Salah satu pembagian kategori tingkat kesadaran
secara kualitatif yang sudah lama berkembang di bidang neurologi
adalah koma, stupor/ sopor, somnolen/ letargi, dan kompos mentis
(Estiasari dkk, 2018).
Tabel. penilaian tingkat kesadaran secara kualitatif

Dikutip dari: Estiasari, R., Zairinal, R. A., dan Islamiyah, W. R. 2018.


Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis. Kolegium Neurologi Indonesia
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
Penjumlahan nilai respon merupakan penilaian tingkat kesadaran
pasien. Kategori penilaian GCS terbagi atas:

3
- Ringan : 13 sampai 15 poin.
- Sedang : 9 sampai 12 poin.
- Berat : 3 sampai 8 poin.
- Koma : Nilai < 3 poin
Sedangkan penilaian kesadaran secara kuantitatif bisa dengan
menggunakan penilain Glasgow Coma Scale (GCS) atau dengan
menggunakan Four Score.
Tabel. Penilain GCS

Dikutip dari: Estiasari, R., Zairinal, R. A., dan Islamiyah, W. R.


2018. Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis Umum. Jakarta.
―Kolegium Neurologi Indonesia Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia‖ Hal. 6-15.
Skala koma ini melibatkan penilaian dari empat komponen
berikut, masing-masing pada skala dengan nilai maksimal empat:
respons mata, respons motorik, refleks batang otak dan pernapasan.
Skala koma baru ini dinamakan FOUR score (Caglar, 2016).
Tabel Penilain dengan Metode Fourscore

4
Respon mata Nilai
menunjukkan setidaknya tiga gerakan dalam menanggapi perintah
pemeriksa (misalnya, meminta pasien untuk melihat ke atas, melihat E4
ke bawah dan berkedip dua kali)
menunjukkan tidak adanya gerakan dengan mata terbuka E3
mengindikasikan membuka mata dalam menanggapi suara keras E2
sesuai dengan membuka mata dalam menanggapi stimulus nyeri E1
Tidak ada respon bahkan setelah stimulus yang menyakitkan E0
Refleks batang otak
menunjukkan adanya refleks pupil dan kornea B4
mengindikasikan bahwa salah satu pupil membesar dan menetap B3
menunjukkan tidak adanya salah satu refleks B2
tidak ada refleks batuk B1
menunjukkan bahwa semua refleks tidak ada, termasuk refleks batuk B0
Respirasi
pasien tidak terintubasi dengan pola pernapasan normal R4
pasien tidak terintubasi dengan pola pernapasan Cheyne Stokes R3
pasien tidak terintubasi dengan pola napas irregular R2

5
Pasien yang menggunakan ventilasi mekanik/ dengan ventilator R1
jika mereka bernapas pada tingkat ventilator atau memiliki apnea. R0
Respon motorik
Mampu mengacukan jempol M4
Mampu melokalisir nyeri M3
Respon fleksi terhadap nyeri M2
Respon ekstensi M1
Tidak ada respon M0
Dikutip dari: Wijdicks, E, F. M., Bamlet, W. R., Maramattom, B. V.,
Manno, E. D., and McClelland, R. L. 2005. Validation of a New Coma
Scale: The FOUR Score. Ann Neurol. 58: 585–593.

4. Patofisiologi
Patofisiologi kesadaran menurun sebagai akibat dari berbagai macam
gangguan atau penyakit yang masing-masing pada akhirnya mengacaukan
fungsi reticular activating system atau RAS secara langsung maupun tidak
langsung.
Lesi /mekanisme yang masing-masing merusak fungsi reticular
activating system, baik secara langsung maupun tidak langsung.
a. . Disfungsi otak difus
1) Proses metabolik atau submikroskopik yang menekan aktivitas
neuronal.
2) Lesi yang disebabkan oleh abnormalitas metabolik atau toksik
atau oleh pelepasan general electric (kejang) diduga bersifat
subseluler atau molekuler, atau lesi-lesi mikroskopik yang
tersebar.
3) Cedera korteks dan subkorteks bilateral yang luas atau ada
kerusakan thalamus yang berat yang mengakibatkan terputusnya
impuls talamokortikal atau destruksi neuronneuron korteks bisa
karena trauma (kontusio, cedera aksonal difus), stroke (infark
atau perdarahan otak bilateral).
6
4) Sejumlah penyakit mempunyai pengaruh langsung pada aktivitas
metabolik sel-sel neuron korteks serebri dan nuclei sentral otak
seperti meningitis, viral ensefalitis, hipoksia atau iskemia yang
bisa terjadi pada kasus henti jantung. Pada umumnya, kehilangan
kesadaran pada kondisi ini setara dengan penurunan aliran darah
otak atau metabolisme otak
Penurunan kesadaran disebabkan karena disfungsi saraf akibat
penurunan suplai glukosa dan oksigen ke otak. sehingga dapat
menyebabkan gangguan substrat esensial dengan disfungsi sistem saraf
pusat (SSP). Setiap proses klinis yang menyebabkan kolaps sirkulasi atau
hipoksemia berat dapat dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Dalam
waktu lima belas detik kolaps peredaran darah dapat menyebabkan
hilangnya kesadaran. Jika penyebab kolaps peredaran darah singkat dan
segera pulih, seperti pingsan biasa, kesadaran akan kembali. Jika hipotensi
atau hipoksemia berlanjut, perubahan status mental berlanjut, dan
menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat (SSP). racun dan
keracunan. (J. Stephen Huff; Prasanna Tadi 2021)
Lesi struktural SSP, seperti perdarahan intraserebral, dapat
menyebabkan penurunan kesadaran akibat destruksi langsung area arousal
otak atau dari kerusakan sekunder akibat pergeseran struktur intrakranial,
kompresi vaskular, atau peningkatan tekanan intrakranial. Sindrom herniasi
menggambarkan fitur pemeriksaan fisik yang dapat dikenali secara klinis
yang mungkin menunjukkan lokasi anatomis dari lesi SSP. Yang paling
banyak dibahas dari sindrom herniasi adalah herniasi uncal, di mana bagian
medial lobus temporal bergeser dengan mengakibatkan hilangnya kesadaran
dari kompresi batang otak. Temuan patofisiologis sering berupa kompresi
batang otak dan saraf kranial III/nervus okulomotorius yang melewati
batang otak dan melintasi tentorium cerebelli. Hal ini menyebabkan
kerusakan serat parasimpatis (pupillokonstriktor) yang dilatasi pada pupil
Peningkatan tekanan intrakranial sering menjadi penyebab penurunan
kesadaran. Karena otak tertutup dan dilindungi oleh tengkorak tertutup,
7
kondisi yang meningkatkan tekanan intrakranial dapat mengganggu perfusi
serebral. Sangat penting untuk mempertahankan CPP dengan mengurangi
peningkatan tekanan intrakranial sambil menghindari hipotensi (J. Stephen
Huff; Prasanna Tadi 2021)
5. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien tidak sadar meliputi
gangguan pernapasan, peningkatan tekanan intra kranila (TIK), dekubitus
dan aspirasi. Gagal pernafasan dapat terjadi dengan cepat setelah pasien
tidak sadar. Pneumonia umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan
ventilator atau mereka yang tidak dapat untuk mempertahankan bersihan
jalan napas. Dekubitus, pasien tidak sadar tidak mampu untuk bergerak atau
membalikkan tubuh, hal ini menyebabkan etap pada posisi yang terbatas.
Keadaan ini akan mengalami infeksi dan merupakan sumber sepsis. (J.
Stephen Huff; Prasanna Tadi 2021)
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT Scan
CT Scan tanpa kontras biasa dipergunakan untuk identifikasi awal penyebab
koma dan pada keadaan darurat.
b. Elektroensefalografi (EEG)
Untuk melihat kelainan difus atau fokal. Harus dibandinngkan antara hemisfer
kiri dan kanan. Serial EEG diperlukan untuk evaluasi penderita koma.
c. Doppler (b-scan)
Alat untuk mengukur kecepatan aliran darah di arteria karotis dan pembuluh
darah kolateral (temporalis, orbita). Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui
adanya stenosis pada arteri.
d. Arteriografi
Pemeriksaan invasive dengan memasukkan kontras ke dalam pembuluh darah.
Hanya dilakukan pada pasien dengan dugaan kelainan pembuluh darah.
e. MRI
7. Penatalaksaan Medis dan Farmakologi
a. penatalaksanaan farmakologi
8
Penatalaksanaan berdasarkan etiologi, secara singkat akan diuraikan
berdasarkan urutan sebagai berikut

1) Penentuan glukosa atau pemberian glukosa/pemberian cairan infus


dianjurkan untuk semua pasien dengan perubahan status mental
2) Nalokson harus dipertimbangkan pada pasien seperti laju pernapasan yang
melambat, pupil yang kecil, atau perubahan status mental dan pada pasien
yang tidak terjadi penurunan kesadaran dalam waktu yang cukup lama
3) Perdarahan subaranodial : asam traneksamat untuk mencegah
kemungkinan rebleeding. Nimodipin (ca blocker) untuk mencegah
vasospasme. Setelah 3 minggu sebaiknya dilakukan arteriografi untuk
mencari penyebab perdarahan, dan bila mungkin diperbaiki dengan jalan
operasi.
4) Perdarahan intraserebral : pengobatan sama seperti diatas. Pembedahan
hanya dilakukan bila perdarahan terjadi di lokasi tertentu, misalnya
serebelum.
5) Infark otak : keadaan ini dapat disebabkan oleh karena trombosis maupun
emboli. Pengobatan infark akut dapat dibagi dalam 3 kelompok:
 Pengobatan terhadap edema otak, misal dengan mannitol.
 Pengobatan untuk memperbaiki metabolisme otak, misal dengan
citicholine/codergocrine mesylate/piracetam.
 Pemberian obat antiagregasi trombosit dan antikoagulan.
6) Meningitis tuberkulosa : dipakai kombinasi INH, rifampisin, kanamisin,
dan pirazinamide.
7) Jika masih ditemukan tanda-tanda klinis menunjukkan peningkatan
tekanan intrakranial, terapi hiperosmolar harus dipertimbangkan dengan
konsultasi yang tepat. (J. Stephen Huff; Prasanna Tadi 2021)
b. penatalaksanaan non farmakologis
1) Pasien diberikan posisi head up 15-300c untuk membantu
menurunkan tekanan intrakranial dan memperbaik sirkulasi serebral.

9
2) Memastikan jalan nafas pasien aman, berikan oksigen yang cukup
untuk menurunkan TIK.
3) Pasien di berikan stimulus sensori audiotori dalam meningkatkan
status kesadaran dan meminimalisir kecacatan. (J. Stephen
Huff; Prasanna Tadi 2021)

10
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway Terdapat sumbatan/obstruksi jalan napas karena terdapat
penumpukan sekret sebab reflek batuk lemah. Bila terdapat
sumbatan maka lakukan :
a) Chin lift/ jaw trust
b) Suction / hisap
c) Guedel airway
d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral.
2) Breathing Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas,
timbulnya pernapasan yang sulit dan/ atau tak teratur, suara nafas
terdengar ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi
dinding dada.
3) Circulation Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi
terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap
dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, dan
sianosis pada tahap lanjut.
4) Disability Menilai tingkat kesadaran dengan cepat,apakah sadar,
hanya respon terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar.
Tabel 2. Glasgow Coma Scale (GCS)
Nilai
Respon Membuka Mata (E)
- Membuka mata spontan 4
- Membuka mata dengan rangsangan suara 3
- Membuka mata dengan rangsangan nyeri 2
- Tidak ada respon 1
Respon Verbal
- Dapat berbicara dan memiliki Orientasi baik 5
- Disorientasi/bingung (waktu/tempat) 4
- Kata-kata tidak tepat/tidak jelas (mengerang) 3
- Suara tidak jelas 2
- Tidak ada suara 1
Respon Motorik
- Mematuhi perintah 6
- Mengetahui lokasi nyeri 5
- Reaksi menghindar 4
- Reaksi fleksi-dekortikasi 3
- Reaksi ekstensi-deserebrasi 2
- Tidak berespon 1

Adapun cara yang cukup jelas dan cepat juga bisa menggunakan
AVPU adalah :
A :Alert
V (Verbal ): berespon dengan rangsangan suara
P (Pain : berespon dengan rangsangan nyeri
U (Unresponsive ) : Tidak ada respon
5) Eksposure Inspeksi dan palpasi seluruh tubuh pasien untuk
mengetahui apakah terdapat cidera
1) B1 (BREATHING)
Perubahan pada sistem pernapasan bergantung pada gradasi blok
saraf parasimpatis klien mengalami kelumpuhan otot otot
pernapasan dan perubahan karena adanya kerusakan jalur
simpatetik desending akibat trauma pada tulangbelakang
sehingga mengalami terputus jaringan saraf di medula spinalis,
pemeriksaan fisik dari sistem ini akan didapatkan hasil sebagai
berikut inspeksi umum didapatkan klien batuk peningkatan
produksi sputum, sesak napas.
2) B2 (BLOOD)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan syok
hipovolemik yang sering terjadi pada klien cedera kepala berat.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah menurun nadi
35 bradikardi dan jantung berdebar-debar. Pada keadaan lainnya
12
dapat meningkatkan hormon antidiuretik yang berdampak pada
kompensasi tubuh.
3) B3 (BRAIN)
Pengkajian ini meliputi tingkat kesadaran, pengkajian fungsi
serebral dan pengkajian saraf kranial. Pengkajian tingkat
kesadaran : tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap
lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi
sistem persyarafan. Pengkajian fungsi serebral : status mental
observasi penampilan, tingkah laku nilai gaya bicara dan
aktivitas motorik klien Pengkajian sistem motorik inspeksi
umum didapatkan kelumpuhan pada ekstermitas bawah, baik
bersifat paralis, dan paraplegia. Pengkajian sistem sensori
ganguan sensibilitas pada klien cedera kepala berat sesuai
dengan segmen yang mengalami gangguan.
4) B4 (BLADDER)
Kaji keadaan urine meliputi warna ,jumlah,dan karakteristik
urine, termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan
peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya
perfusi pada ginjal.
5) B5 (BOWEL)
Pada keadaan syok spinal, neuropraksia sering didapatkan
adanya ileus paralitik, dimana klinis didapatkan hilangnya bising
usus, kembung,dan defekasi, tidak ada. Hal ini merupakan gejala
awal dari tahap syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu.
6) B6 (BONE) Paralisis motorik dan paralisis organ internal
bergantung pada ketinggian lesi saraf yang terkena trauma.
Gejala gangguan motorik sesuai dengan distribusi segmental
dari saraf yang terkena.disfungsi motorik paling umum adalah
kelemahan dan kelumpuhan.pada saluran ekstermitas bawah.

13
Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgor kulit (Muttaqin,
2017)
b. Pengkajian sekunder
1) Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumha sakit dan askes.
2) Keluhan utama : nyeri pada kepala dan menurunnya kesadaran
3) Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise,
peningkatan TIK serta gejala nerologik fokal.
4) Riwayat penyakit dahulu : ditanyanyak apakah pasien pernah
mengalami infeksi telinga (otitis media, mastoiditis) atau infeksi paru
paru (bronkiektaksis, abses paru, empiema), jantung (endokarditis),
organ pelvis, gigi dan kulit).
5) Aktivitas / istirahat
- Gejala : malaise
- Tanda : Ataksia, sulit jalan , lumpuh , gerakan involunter.
6) Sirkulasi
- Gejala : apakah ada riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis
- Tanda : Tekanan darah mengalami peningkatan, nadi mengalami
penurunan hal tersebut terjadi karena meningkatnya tekanan
intracranial
7) Eliminasi
- Tanda : biasanya pasien mengalami sulit berkemih ataupun
mengalami retensi

8) Nutrisi
- Gejala : kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)
- Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa
kering.
9) Hygiene
- Gejala : -

14
- Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri
(pada periode akut).
10) Neurosensori
- Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan
penglihatan.
- Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan
memori, sulit dalam keputusan, afasia, mata pupil unisokor
(peningkatan TIK), nistagmus, kejang umum lokal.
11) Nyeri / kenyamanan
- Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan,
leher pungung kaku.
- Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
12) Pernapasan
- Gejala : dipsnea ataupun takipnea
- Tanda : meningkatnya pola napas pada tahap awal, serta
menurunnya kesadaran (letargi sampai koma) dan gelisah
13) Keamanan
- Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis,
telinga tengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit,
fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera
kepala
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan kapasitas adaptif intracranial
b. Resiko perfusi serebral tidak efektif
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Luaran Keperawatan Intervensi
Keperawatan
1. Penurunan Setelah dilakukan Manajemen peningkatan
kapasitas adaptif intervensi selama 1x24 tekanan intracranial
intracranial Jam maka kapasitas Observasi

15
adaptif intracranial 1. Kaji penyebab
meningkat dengan peningkatan TIK (mis.
kriteria hasil : lesi, gangguan
metabolisme, edema
a. Tingkat kesadaran : serebral)
1(menurun) Rasional : banyak
2(cukup menurun) factor penyebab TIK
3(sedang) meningkat dan
4( cukup meningkat) memerlukan peanganan
5(meningkat) yang berbeda
b. Reaksi pupil : 2. Pantau tanda/gejala
1(menurun) peningkatan TIK (mis.
2(cukup menurun) tekanan darah
3(sedang) meningkat, tekanan
4( cukup meningkat) nadi melebar.
5(meningkat) bradikardia, pola napas
c. Tekanan darah Ireguler, kesadaran
sistolik menurun)
: Rasional : peningkatan
1(memburuk) TIK dapat
2( cukup memburuk) mempengaruhi system
3(sedang) kerja tubuh yang
4(cukup membaik) lainnya
5(membaik) Terapeutik
d. Pola nafas : 1. Meminimalkan
1(memburuk) stimulus dengan
2( cukup memburuk) disediakannya
3(sedang) lingkungan yang
4(cukup membaik) tenang
5(membaik)(Persatuan Rasional : lingkungan
Perawat Nasional dapat mempengaruhi
16
Indonesia (SLKI), keadaan psikis dan
2019) fisik seseorang
2. Memeberikan posisi
semi Fowler
Rasional : dapat
mengurangi tekanan
pada dada sehingga
udara akan mudah
masuk dan keluar
dengan posisi semi f
Kolaborasi
1. Berkolaborasi
pemberlan sedasi dan
anti konvulsan, jika
diperlukan
Rasional : memberikan
penangan yang labih
cepat dan mencegah
hal yang tidak inginkan
(SIKI, 2018)
2. Resiko perfusi Setelah dilakukan Pemantauan neurologis
serebral tidak tindakan keperawatan Observasi:
efektif diharapkan 1. Monitor ukuran,
perfusi serebral bentuk, kesimetrisan
meningkat. dan reaktifitas pupil
Kriiteria Hasil : Rasional : pupil dapat
1. Tingkat Kesadaran menunjukan keadaan
cukup meningkat kesadaran seseorang
2. Tekanan secara alami
intrakranial cukup 2. Monitor tingkat
menurun
17
3. Tekanan darah kesadaran
sistolik dan diastolic Rasional : tingkat
cukup membai kesadaran seseorang
4. Tekanan nadi cukup berbeda setiap waktu
membaik 3. Monitor tanda-tanda
vital
Rasional : ttv dapat
menunjukan keadaan
tubuh seseorang dalam
memberikan reaksi
4. Monitor reflek kornea
Rasional : dapat
menunjukan bagaimana
keadaan syaraf
Terapeutik:
1. Tingkatkan frekuensi
pemantauan
neurologis, jika perlu
Rasional : masalah
yang terjadi pada otak
bisa mempngaruhi
tingkat kesadarn
seseorang
2. Hindari aktivitas yang
dapat meningkatkan
tekanan intracranial
Rasional : aktivitas
yang berlebihan dapat
meningkatkan tekanan
darah sehingga
kemungkinan intuk
18
TIK meningkat tinggi
3. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Rasional : pemantauan
yang terjadwal
memudahakan untuk
mengetahui keadaan
pasien secara berkala
4. Dokumentasi hasil
pemantauan
Rasional : pamantaun
kesadaran memerlukan
waktu yang panjang,
berkala, dan tertata
dengan jelas
Edukasi
1. jelaskan tujuan dan
prosedur
Rasional : menciptakan
BHSP dan pasien
paham dengan tindakan
yang akan diberikan
2. pemantauan
informasikan hasil
pemantauan
Rasional : informasi
yang jelas memberikan
penangan yang sesuai
keadaan

19
3. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
nafas tidak efektif intervensi keperawatan Observasi:
maka bersihan jalan 1. Monitor pola napas
nafas membaik dengan Rasional : tubuh akan
kriteria hasil : merespon padaa saat
1. produksi sputum seseorang kekurangan
menurun oksigen dalam tubuh
2. wheezing menurun 2. Monitor bunyi napas
3. Gelisah menurun tambahan
(mis:gurgling, mengi,
wheezing, ronghi)
Rasional : tiap masalah
pernapasan yang terjadi
memiliki suara khas
yang berbeda
3. Monitor sputum
(jumlah,warna,aroma)
Rasional : sputum
dapat menunjukan
bagaimana kedaan
dalam salauan
pernapasan
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas
Rasional : jalan napas
yang mengalami
sumbatan dapat
mengurangi pasokan
oksigan yang masuk
2. Posisikan semi fowler
20
atau fowler
Rasional : dapat
mengurangin tekanan
pada dada
3. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
Rasional : penggunaan
suctin yang terlalu
lama dapat mengurangi
oksigen
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Rasional : memenuhi
kebutuhan cairan dalam
tubuh sesuai anjuran
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
Rasional : memberikan
panangann secara cepat

2. Pemantauan Respirasi
Rasional : mengecek
terpenuhinya pasokan
oksigen dalam tubuh
yang sesuai
21
C. Kajian Islami tentang Penyakit
Al-Quran adalah firman Allah SWT. yang diwahyukan para nabi dan para
rasul, Muhammad SAW. Dihimpun dalam bentuk mushaf, diriwayatkan secara
mutawatir dari generasi ke generasi. Membacanya termasuk ibadah. la mukjizat
terbesar Nabi Muhammad SAW (Elzaky, 2014: 11).
Berdasarkan fungsi atau sifatnya, nama lain dari Al-Quran diantaranya Asy-
Syifa, yang artinya penyembuh/obat. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah
yang artinya "dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang mernjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian (QS. Al-Isra 82).
Ayat lain yang menjelaskan tentang hal tersebut adalah "Hai manusia,
sungguh telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-mu dan penyembuh dari
penyakit-penyakit vang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-
orang bariman" (Qs.Yunus 57). Rasulullah SAW. bersabda "bagi kalian diberi dua
obat (penawar), yaitu madu dan Al-Quran, sebaik-baik obat adalah Al-Quran (HR.
Ibnu Majah).
Terapi Lantunan Al-Quran bararti bahwa ada ayat-ayat Al-Quran yang
dibacakan kepada orang diulang-ulang beberapa kali sehingga datanglah
kesembuhan atas izin Allah. Bacaan Al-Quran terdiri dari dua hal, yaitu suara yang
diucapkan dan makna yang terkandung oleh ayat-ayat tersebut (Al-Kaheel,
2012 :23). Dalam Al-Quran sendiri terdapat banyak ayat yang menjelaskan bahwa
Al-Quran merupakan obat penyembuh, diantaranya firman Allah Swt. yang artinya
"Hai orang yang beriman, telah datang bagi kalian pelajaran bagi tuhanmu dan
peryembuh bagi penyakit di dalam hati (QS. Yunus: 57. Semua ini karena AlQuran
mengandung nasehat, kabar gembira, peringatan, janji dan sekaligus juga ancaman
(Elzaky, 2014).

22
Manfaat Mendengarkan Al-Quran Menurut Ir. Abdel Daim Kaheel (dalam
Mirza, 2014) mengemukakan efek menakjubkan yang dihasilkan dari mendengarkan
Al-Quran, diantaranya :
1. Meningkatkan kekebalan tubuh.
2. Meningkatkan kreativitas.
3. Meningkatkan kemampuan konsentrasi
4. Menyembuhkan penyakit kronis dan penyakit yang belum ditemukan obatnya.
5. Menciptakan kedamaian dan mengendurkan ketenangan saraf
6. Mengurangi rasa takut dan ragu-ragu
7. Melenyapkan beberapa kebiasaan buruk
8. Terapi berupa murrotal Al Qur’an dapat meningkatkan stimulus dan efek
relaksasi serta ketenangan dalam diri sehingga dapat mempengaruhi persepsi,
informasi serta emosi dalam diri yang berdampak kepada kemampuan berupa
adaptasi kognitif yang mampu mengontrol rasa nyeri hingga pada batas yang
dapat ditoleransi (Handayani dkk, 2014).
Jika kita menganalisis suara Al-Quran maka dia menunjukan getaran suara
atau gelombang yang sampai kepada kita gelombang-gelombang suara ini bergerak ke
telinga, lalu masuk kedalam otak (tentu setelah terlebih dahulu mengalami perubahan
dalam gendang telinga menjadi getaran-getaran atau isyarat-isyarat elektronik). Lalu,
gelombang suara ini mempengaruhi daerah-daerah tertentu dalam otak, dimana
mereka kemudian memberikan perintah kepada tubuh untuk merespon suara tersebut
(Alkaheel, 2012 : 117). Dalam Kaheel (2012 :22), dijelaskan bahwa otak manusia
terdiri dari lebih dari 1 triliun sel, dan Allah telah menyusun otak secara luar biasa.
Dalam otak terjadi berbagai proses penting yang menjaga tubuh, memelihara
keseimbangannya, dan kenormalannya. Dengan demikian, pengobatan paling ideal
adalah mengembalikan keseimbangan Para ilmuan telah menemukan bahwa sel-sel
tubuh tersebut, dan khususnya otak, dapat terpengaruh oleh berbagai macam getaran,
seperti gelombang cahaya, gelombang radio, gelombang suara dan lain-lain (Elzaky,
2014:36).
Lantunan Al-Qur’an Untuk Kesehatan Bacaan Al-Quran merupakan
sejumlah getaran suara yang sampai kepada telinga, mengalir ke dalam sel otak lalu
23
membawa efek kepadanya melalui medan elektronik yang dialirkan dalam sel-sel
(Alkaheel, 2012:50
Alkaheel (2012 : 53), ada beberapa sebab yang membuat Al-Quran berbeda
dengan suara yang lainnya dalam hal kuatnya mempengaruhi dan menyembuhkan,
diantaranya :
1. Keserasian yang sempurna pada kata dan huruf Al-Qur'an Al-Quran mengandung
keserasian yang sangat teliti, yang tidak ditemukan dalam kitab atau buku apa pun
yang pernah dimiliki manusia. sebagaimana firman-Nya yang artinya "inilah suatu
kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan dengan terperinci,
yang diturunkan dari sisi Allah yang Maha Bijaksana Lagi Maha Tahu "(QS.
Hud :1).
2. Dalam bukunya yang berjudul Mu'jizat Ar-Raam Sab'ah fi AIQuran Al-Karim
(Mukjizat Angka Tujuh dalam Al-Quran) Ir. Abdul Daim Al-Kaheel telah
melakukan kajian yang menakjubkan tentang keseimbangan matematis huruf-
huruf Al-Quran. Seperti yang kita tahu bahwa setiap atom dari tubuh kita terdiri
dari tujuh tingkatan, Keteraturan sistem ini, yakni pengulangan kata dan huruf
(dalam bilangan tujuh dan kelipatannya), atas izin Allah, akan memberi pengaruh
dan energi bagi kesehatan dan penyembuhan. Sebab, tubuh terdiri dari sel-sel, dan
sel-sel terdiri dari atom, sementara atom terdiri dari tujuh tingkatan. Karena itu, ia
bisa terpengaruh ketika bacaan ayat atau kalimat diulang sebanyak tujuh kali. Dari
sini, barangkali bisa kita ketahui mengapa Nabi Saw. begitu mementingkan angka
tujuh, dan mengapa pula surah AlFatihah disebut as-sab'ul matsani (tujuh ayat
yang diulangulang). Allah berfirman yang artinya "Dan sesungguhnya kami telah
berikan kepadamu tujuh ayat yang dibacakan berulang-ulang" (QS. Al-Hijr 87).
Sebagian besar ulama menafsirkan bahwa tujuh ayat yang diulang-ulang adalah
surah Al-Fatihah. Dan faktanya memang benar, tujuh ayat dalam surah Al-Fatihah
ini memang diulangulang oleh seluruh umat islam ketika shalat.
D. Terapi Keperawatan Holistik/Komplementer terkait Kasus
1. Definisi
Al Qur‟an adalah kitab suci yang mulia. Didalamya terdapat petunjuk,
nasehat, dan contoh bagi orang orang yang berfikir. Setiap muslim hendaknya
24
menjaga kedekatan dengan Al Qur‟an dengan membacanya, mentadaburinya,
memahaminya, serta terus berinteraksi dengannya (Cholil, 2014).
Menurut Djohan (2019), musik merupakan esensi dari komunikasi
nonverbal, sehingga banyak orang secara tanpa disadari memberikan respon
positif. Oleh sebab itu, musik sangat aplikabel pada hal-hal nonverbal dan akan
mudah menstimuli klien. Murottal adalah salah satu jenis musik, yaitu rekaman
suara Al-Qur‟an yang dilagukan oleh seorang qori‟ (pembaca Al-Qur‟an).
Bacaan Al-Qur‟an dianggap sama dengan terapi musik.
2. Efek Terapi Murottal Al Quran pada Tubuh
Bacaan murottal Al Qur‟an sebagai penyembuh penyakit jasmani dan
rohani melalui suara, intonasi, makna ayat-ayat yang dapat menimbulkan
perubahan baik terhadap organ tubuh manusia Menurut (Handayani, 2014).
Membaca atau mendengarkan Al Qur‟an akan memberikan efek relaksasi,
sehingga memeprlambat laju pembuluh darah, nadi, dan denyut jantung. Terapi
Al Quran ketika didengarkan pada manusia akan membawa gelombang suara
dan mendorong otak untuk memproduksi zat kimia neuropeptide. Molekul ini
akan mempengaruhi reseptor didalam tubuh sehingga hasilnya tubuh merasa
nyaman (Al-Kaheel, 2012). Al Qur‟an mampu memacu sistem saraf
parasimpatis yang mempunyai efek berlawanan dengan saraf simpatis.
Sehingga terjadi keseimbangan pada kedua sistem saraf otonom tersebut. Hal
inilah yang menjadi prinsip dasar timbulnya respon relaksasi, yaitu terjadinya
keseimbangan antara sistem saraf simpatis dan sistem saraf non simpatis
(Handayani,2014). Surat Ar Rahman terbukti dapat meningkatkan kadar β-
endorphin yang berpengaruh terhadap ketenangan (Whida. Dkk, 2015).
Hormon yang bermanfaat bagi tubuh diantaranya adalah β-endorphin, hormon
ini bereaksi sebagaimana morfin. Dia membuat kita merasa tenang, nyaman,
dan rileks. Efek positif dari hormon ini adalah kebalikan dari noradrenalin
(Haruyama, 2014).
3. Mekanisme Kerja Terapi Murottal Al Qur‟an
Terapi murottal Al Quran membuat kualitas kesadaran individu
terhadap Tuhan meningkat, baik individu tersebut tahu arti Al Qur‟an atau
25
tidak. Kesadara ini akan menyebabkan kepasrahan sepenuhnya kepada Allah
SWT, dalam keadaan ini merupakan keadaan energi otak pada frekuensi 7-14
Hz. Keadaan ini merupakan keadaan optimal sistem tubuh dan dapat
menurunkan stres dan menciptakan ketanangan (MacGregor, 2010). Menurut
Mindlin (2015) murottal Al Qur‟an merupakan bagian instrumen musik yang
memiliki proses untuk menurunkan kecemasan. Harmonisasi dalam musik
yang indah akan masuk telinga dalam bentuk suara (audio), menggetarkan
gendang telinga, mengguncangkan cairan ditelinga dalam, serta menggetarkan
selsel rambut dalam koklea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju
otak dan menciptakan imajinasi keindahan di otak kanan dan otak kiri yang
akan memberi dampak berupa kenyamanan dan perubahan perasaan.
Perubahan perasaan ini diakibatkan karena musik dapat menjangkau wilayah
kiri korteks cerebri. Menurut Ganong (2008), setelah korteks limbik, jaras
pendengaran dilanjutkan ke hipokampus, dan meneruskan sinyal musik ke
amigdala yang merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat
bawah sadar, sinyal kemudian diteruskan ke hipotalamus. Hipotalamus
merupakan area pengaturan sebagai fungsi vegetatif dan fungsi endokrin tubuh
seperti banyak aspek perilaku emosional lainnya. Jaras pendengaran kemudian
diteruskan ke fermatio retikularis sebagai penyalur impuls menuju serat
otonom. Serat tersebut mempunyai dua sistem saraf, yaitu saraf simpatis dan
saraf parasimpatis. Kedua saraf ini dapat mempengaruhi kontraksi dan
relaksasi organ tubuh. Relaksasi dapat merangsang pusat rasa sehingga timbul
ketenangan.
4. Surah Ar-Rahman Dijelaskan oleh Thalhas (2014), dalam terapi murottal Al
Qur‟an diantaranya menggunakan surah Ar-Rahman, yang terdiri dari 78 ayat
dan terdapat dalam juz 27. Dengan susunan bahasa dialogis pada surah Ar-
Rahman sehingga dapat dimengerti oleh setiap pihak baik tingkat pendidikan
tinggi maupun pendidikan rendah, dapat dengan mudah dimengerti dan
dipahami oleh kalangan anak-anak, dewasa, maupun lansia. Secara implisit dan
eksplisit hampir seluruh ayat dalam surah ini menggambarkan sifat pemurah
dan rahman Allah kepada hambahambaNya, dengan menganugerahkan
26
berbagai nikmat yang tak terhingga, baik didunia atau pun di akhirat, yang
terlihat atau pun yang tidak tampak. Dalam surah Ar-Rahman ada 31 kali ayat
dengan redaksi yang sama diulang-ulang dengan maksud tertentu untuk
memperkuat tentang adanya nikmat yang diberikan Allah. Ayat tersebut yaitu
Artinya : Maka nikmat Tuhanmu manakah yang hendak kalian dustakan? QS
Ar-Rahman [55]: 28

27
5. Mind Mapping

Penurunan kesadaran atau koma  struktural


merupakan suatu kondisi yang  non struktural
kualitatif disebabkan karena kurangnya Penurunan kesadaran
supali darah dan oksigen ke otak disebabkan karena disfungsi
saraf akbita penurunan suplai
kuantitatif
glukosa dan oksigen ke otak.
Berbagai etiologi dapat
Definisi Etiologi menyebabkan gangguan
- farmakologi Klasifikasi substrat esensial dengan
- non farmakologi disfungsi sistem saraf pusat
(SSP) difus dan koma
Penurunan
Penatalaksa Patofisiologi
Kesadaran
naan
- gangguan pernapasan,
- Pengkajian
Komplikasi - peningkatan tekanan
- Diagnosa Askep intra kranila (TIK),
- Intervensi Terapi komperhesif - dekubitus dan aspirasi
- implementasi
- Evaluasi Kajian Islami
Terapi murottal Al Quran membuat Pemeriksaan diagnostik
kualitas kesadaran individu terhadap
Berdasarkan fungsi atau sifatnya, nama lain dari Tuhan meningkat, baik individu
Al-Quran diantaranya Asy-Syifa, yang artinya tersebut tahu arti Al Qur‟an atau tidak.
penyembuh/obat. "dan Kami turunkan dari Al- a. CT Scan
b. Oftalmoskop
Quran suatu yang mernjadi penawar dan rahmat
c. EEG
bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu d. Eko-ensefalografi
tidaklah menambah kepada orang-orang yang e. Doppler (b-scan)
zalim selain kerugian (QS. Al-Isra 82). f.Arteriografi
g. MRI
6. Penyimpangan KDM
DAFTAR PUSTAKA

Al-Kaheel, A. D. (2012). Lantunan Qur'an untuk Penyembuhan. Yogyakarta:


Pustaka Pesantren
Deni Putri, Wahyu Ningsih. 2015. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan
Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala Di Irna Bedah Rsup Dr. M Djamil
Padang. Diploma Thesis, Upt. Perpustakaan Unand.
Estiasari, R., Zairinal, R. A., dan Islamiyah, W. R. 2018. Pemeriksaan Klinis
Neurologi Praktis Umum. Jakarta. ―Kolegium Neurologi Indonesia
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia‖ Hal. 6-15
Huff Js, Stevens Rd, Weingart Sd, Smith Ws. Emergency Neurological Life
Support: Approach To The Patient With Coma. Neurocrit Care. 2012 Sep;17
Suppl 1:S54-9. [Pubmed]
Huda Amin Dan Hardhi Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC,NOC Dalam Berbagai
Kasus. Jogjakarta : Media Action
J. Stephen Huff; Prasanna Tadi. 2021. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022 Jan. 2021 Sep 29.
Kan, P. K., Chu, M. H., Koo, E. G., and Chan, M. T. 2016. Brain Herniation.
Complications in Neuroanesthesia. P. 3-13.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NIOC. Yogyakarta: MediAction.
PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Dewan Pengrus
PPNI. Jakarta.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Dewan


Pengurus PPNI. Jakarta.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Dewan Pengurus
PPNI. Jakarta.
Ropper AH. Hyperosmolar therapy for raised intracranial pressure. N Engl J
Med. 2012 Aug 23;367(8):746-52. [PubMed]

30

Anda mungkin juga menyukai