SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
Devita Indra Kusumastuti
NIM. S10010
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh :
Devita Indra Kusumastuti
NIM S10010
Pembimbing Utama,
(bc.Yeti Nurhayati,M.Kes)
NIK. 201378115
Pembimbing Pendamping,
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
Penguji,
Surakarta,
Agustus 2014
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,
iii
SURAT PERNYATAAN
: S10010
Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di
perguruan tinggi lain.
2.
Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim
Penguji.
3.
Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4.
Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.
Surakarta,
Juli 2014
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah
memberi kekuatan jasmani maupun rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi dengan judul Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi
Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih
Surakarta. Skripsi ini sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Program
S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam menyelesaikan
penelitian ini penulis banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Suharti M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,.M.Kep selaku Ketua Prodi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan Skripsi ini
hingga selesai.
4. Ibu Febriana Sartika Sari.S.Kep.,Ns selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan Skripsi ini
hingga selesai.
5. Segenap dosen Prodi S-1 dan Staf pengajar STIKes Kusuma Husada Surakarta
yang telah memberikan ilmu dan bimbingan pada penulis.
6. Kedua Orang Tua yang telah memberikan semangat, dorongan, dan doa dalam
penyusunan Skripsi ini.
7. Teman-teman prodi S-1 yang telah memberikan dorongan baik material dan
spiritual dalam pembuatan Skripsi ini.
8. Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Skripsi ini
masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangatlah penulis harapkan sehingga dapat menyempurnakan Skripsi
ini.
Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan terutama bagi penulis serta bermanfaat bagi mahasiswa
STIKes Kusuma Husada Surakarta khususnya dan bagi Ilmu Keperawatan di
Indonesia pada umumnya.
Surakarta,
Juli 2014
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
ii
vii
Pengetahuan
Lansia
yang
Mengalami
Hipertensi
.................. .................................................................................... 62
4.4 Kepatuhan
Diet
Hipertensi
pada
Lansia
yang
Mengalami
Hipertensi...................................................................................... 63
4.5 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada
Lansia yang Mengalami Hipertensi.............................................
viii
63
64
BAB V. PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Pengetahuan Lansia yang Mengalami Hipertensi........... 65
5.2 Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami
Hipertensi.................................................................................... 66
5.3
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti
Wredha Dharma Bakti Kasih Surkarta ............................................ 61
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Lansia yang Mengalami
Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih
Surakarta ...................................................... 62
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Lansia yang Mengalami
Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta ........... 62
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Lansia yang Mengalami Hipertensi
terhadap Diet Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih
Surakarta .......................................................................................... 63
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi ...................... 63
Tabel 4.6 Pengujian Statistik Nonparametrik dengan Lambda ........................ 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Keterangan
Jadwal Penelittian
10
11
12
Kuesioner
tentang
Kepatuhan
Diet
Hipertensi
(Validitas)
13
Kuesioner
Pengetahuan
tentang
Hipertensi
(Penelitian)
14
Kuesioner
tentang
Kepatuhan
Diet
Hipertensi
(Penelitian)
15
16
Hasil
Pengujian
Pengetahuan
xii
Validitas
dan
Reliabilitas
17
18
19
20
21
22
Hasil Penelitian
xiii
xiv
DevitaIndraKusumastuti
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia
yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta
Abstrak
xv
BAB I
PENDAHULUAN
garam, lemak, gula,dan kalori yang terus meningkat sehingga berperan besar
dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi (Agrina 2011).
Lansia (lanjut usia) adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Statistik
Indonesia 2010). Lansia merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakitpenyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, diabetes
mellitus, gout (reumatik), dan kanker. Salah satu penyakit yang diderita oleh
lansia yaitu hipertensi.
Pada populasi usia lanjut, angka penyandang tekanan darah tinggi lebih banyak
lagi, dialami oleh lebih dari separuh populasi orang berusia di atas 60 tahun
dengan tekanan darah di atas 140 atau 90 mmHg. Prevalensi hipertensi diprediksi
meningkat pada tahun 2025, diperkirakan penderita tekanan darah tinggi hampir
mencapai 1,6 miliar orang di dunia (Palmer 2007). Pada lansia akan meningkat
yaitu sekitar 1,2 miliar jiwa (Bandiyah 2009). Hal ini merupakan faktor resiko
dari penyakit kardiovaskuler dan bertanggung jawab terhadap kebanyakan
kematian di dunia (Adrogue & Madias 2007).
WHO Community Study of the Elderly Central Java menemukan bahwa
hipertensi dan kardiovaskuler disease merupakan penyakit kedua terbanyak yang
diderita lansia setelah atritis yaitu sebesar 15,2% dari 1203 sampel. Sekitar 60%
dari semua kematian premature diakibatkan karena pasien menderita hipertensi
ringan (Fisher & Gordon 2005). Menkokesra tahun 2008, mengatakan jumlah
penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18% dan di Pulau Jawa dan Bali
sebanyak 7% (Megarani 2007). Menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia pada tahun 2007,jumlah lansia di Jawa Tengah sekitar 6,86%.
Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini,
mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan
maupun melalui pengalaman (Notoatmodjo 2003). Direntang umur lansia yang
semakin menua kemungkinan intelegensi dan kemampuan penerimaan atau
mengingat akan mengalami penurunan. Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan
bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dengan
bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan
yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu kemampuan penerimaan
atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Agoes. dkk 2013).
Hasil penelitian Domas (2010), yang berjudul pengaruh pendidikan tentang
hipertensi terhadap perubahan pengetahaun dan sikap lansia di Desa Makamhaji
Kartasura Sukoharjo menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendidikan tentang
hipertensi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap lansia di Desa Makamhaji
Kartasura Sukoharjo. Dalam penelitian tersebut ada perubahan sikap setelah
diberikan pendidikan tentang hipertensi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor
pemberian informasi dari petugas kesehatan yang bisa meningkatkan pengetahuan
lansia itu sendiri sehingga lansia tersebut bisa merubah sikapnya dalam
menjalankan diet hipertensi.
Hasil penelitian Agrina (2006), yang berjudul kepatuhan lansia penderita
hipertensi dalam pemenuhan diet hipertensi menyatakan bahwa pada umumnya
responden tidak patuh untuk melakukan diet hipertensi. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh pengetahuan atau sikap penderita hipertensi itu sendiri. Pengetahuan yang
kurang dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh oleh penderita, baik dari
petugas kesehatan maupun media cetak atau elektronik. Faktor sikap negatif yang
sering muncul dikarenakan kejenuhan serta tidak terbiasanya penderita hipertensi
untuk menjalankan diet hipertensi, yang disebabkan oleh budaya responden itu
sendiri yang sudah melekat sejak lahir sehingga sulit untuk dihilangkan.
Diet merupakan salah satu cara untuk menurunkan hipertensi pada lansia. Faktor
makanan (kepatuhan diet) merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada
penderita hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet
hipertensi agar dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Penderita
hipertensi harus tetap menjalankan diet hipertensi setiap hari dengan ada atau
tidaknya sakit dan gejala yang timbul. Hal ini dimaksudkan agar keadaan tekanan
darah penderita hipertensi tetap stabil sehingga dapat terhindar dari penyakit
hipertensi dan komplikasinya (Agrina 2011).
Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 November 2013 di Panti
Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta, menunjukkan bahwa dari 52 lansia yang
berada dipanti tersebut ada 35 lansia yang mengalami hipertensi. Dari wawancara
yang dilakukan kepada petugas panti, banyak lansia yang tidak patuh terhadap
diet hipertensi. Mereka lebih suka makan asin. Terkadang mereka juga suka
meminta garam di dapur. Petugas panti juga mengatakan pengetahuan lansia
dipanti tersebut tentang hipertensi sudah banyak yang tahu tetapi hanya sekilas
saja, mereka cenderung acuh tak acuh terhadap penyakitnya dan menganggapnya
tidak berbahaya.
Dr.
dr.
Achidiat
Agoes, Sp.S.
Ns.
Dian
Susmarini,
S.Kep.,M.N.
Yosi
Dwi
Saputro
Judul Penelitian
Pengaruh
Pendidikan
tentang
Hipertensi
terhadap
Perubahan
Pengetahuan
dan
Sikap
Lansia di Desa
Makamhaji
Kartasura
Sukoharjo.
Hubungan
Tingkat
Pengetahuan
tentang Faktor
Resiko
Hipertensi
dengan
Kejadian
Hipertensi Pada
Metode Penelitian
Metode penelitian
ini
menggunakan
eksperimentaldengan
rancangan one group
pre test post test.
Hasil Penelitian
Terdapat pengaruh
pendidikan terhadap
pengetahuan
&
sikap lansia tentang
hipertensi di Desa
Makamhaji masingmasing dengan nilai
p=0,000.
Metode penelitian
ini
menggunakan
cross
sectional
design.
Ada
hubungan
tingkat pengetahuan
tentang faktor resiko
hipertensi
dengan
kejadian hipertensi
pada
lansia
di
Dinoyo
RW
II
Malang.
Lansia
di
Dinoyo RW II
Malang.
Mega
Tri Pengaruh
Susanti,
Pendidikan
Maria,
dan Kesehatan
Shobirun
tentang
Hipertensi
terhadap
Pengetahuan
dan
Sikap
Mengelola
Hipertensi
di
Puskesmas
Pandanarang
Semarang.
Agrina,
Kepatuhan
Sunarti
Lansia
Swastika Rini, Penderita
Riyan
Hipertensi
Hairitama
dalam
Pemenuhan
Diet Hipertensi.
Metode penelitian
ini
menggunakan
Quasy experimental
design pretest
posttest
yaitu
menggambarkan
perbedaan
tingkat
pengetahuan
dan
sikap
mengelola
hipertensi sebelum
dan
sesudah
diberikan pendidikan
kesehatan.
Desain
penelitian
yang digunakan pada
penelitian ini adalah
deskriptif sederhana
dengan
menggunakan
pendekatan
cross
sectional.
Terdapat pengaruh
pendidikan
kesehatan tentang
hipertensi terhadap
pengetahuan
dan
sikap
mengelola
hipertensi
di
Puskesmas
Pandanarang
Semarang.
Tidak
terdapat
kepatuhan
lansia
penderita hipertensi
dalam pemenuhan
diet
hipertensi
karena hal tersebut
dikarenakan
oleh
faktor pengetahuan
dan sikap penderita
hipertensi
itu
sendiri. Pengetahuan
yang
kurang
dikarenakan
oleh
kurangnya informasi
dari
petugas
kesehatan maupun
media cetak dan
elektronik
serta
budaya responden
itu sendiri yang
sudah melekat sejak
lahir dan sangat sulit
untuk dihilangkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Teori
2.1.1. Pengetahuan
1. Pengertian
Notoatmodjo
(dikutip
dalam
Wawan&Dewi
2011)
(dikutip
dalam
Wawan&Dewi
2011)
10
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya atau pengetahuan mengingat kembali
terhadap apa yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasi, dan menyatakan.
b. Memahami (Comprehention)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
11
suatu
berdasarkan
materi
suatu
atau
kriteria
objek.
yang
Penilaian-penilaian
ditentukan
sendiri
itu
atau
berarti
bimbingan
yang
diberikan
dan
mengisi
kehidupan
untuk
mencapai
sehingga
dapat
meningkatkan
kualitas
12
banyak
mengupayakan
mencari
nafkah
yang
Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
Ann
Mariner
(dikutip
dalam
Wawan&Dewi
13
memperoleh
pengetahuan
yaitu
sebagai
berikut
(Notoatmojo2003) :
a. Cara Kuno untuk Memperoleh Pengetahuan
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya peradaban
padawaktu itu. Cara coba salah ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah
dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba
sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan ini berupa pemimpin masyarakat
baik formal maupun informal, ahliagama, dan pemegang
pemerintah. Pengetahuan dapat diperoleh berdasarkan
otoritas, baik tradisi otoritas pemerintahan, agama,
maupun
ahli
pengetahuan.
Dimana
prinsip
ini
dahulu
dan
membuktikan
kebenarannya
14
yang
diperoleh
dalam
memecahkan
ini
disebut
metode
penelitian
ilmiah
atau
15
2.1.2. Lansia
1. Pengertian
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan
lanjut usia apabila usianya 65 tahun ke atas (Setianto 2004). Lansia
bukan suatu penyakit, namun tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastuti 2003).
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress
fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Hawari 2001). Usia lanjut dapat dikatakan usia emas,
karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka
orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan baik
yang bersifat preventif maupun promotif agar mereka dapat
menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna
dan bahagia (Maryam. dkk 2008).
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat dikutip dalam Maryam.
dkk 2008). Usia lanjut adalah suatu kejadian yang akan dialami
oleh semua orang yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Usia tua
adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu
periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode
16
17
(dikutip
dalam
Effendi
&
Makhfudli),
18
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan / kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/ jasa.
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang sudah tidak bisa mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada orang lain.
4. Karakteristik lansia
Menurut Budi Anna Keliat (dikutp dalam Maryam. dkk
2008)menyatakan bahwa lansia memiliki beberapa macam
karakteristik antara lain :
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU
No. 13 tentang Kesehatan .
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat
sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual,
serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
19
d. Tipe lansia
Beberapa tipe pada
Tipe mandiri
Lansia tersebut bisa mengganti kegiatan yang hilang
dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, dan
dapat bergaul dengan teman.
20
e. Tipe bingung
Lansia
tersebut
biasanya
suka
kaget,
kehilangan
21
2.1.3 Hipertensi
1. Pengertian
Tekanan darah adalah sejumlah tenaga yang dibutuhkan
untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Sepanjang hari, tekanan
darah akan berubah-ubah tergantung dari aktivitas tubuh. Latihan
yang berat dan stres cenderung meningkatkan tekanan darah.
Sementara itu, dalam keadaan berbaring atau istirahat, tekanan darah
akan turun kembali. Hal itu merupakan peristiwa yang normal.Jika
tekanan darah seseorang meningkat dengan tajam dan kemudian
tetap tinggi, orang tersebut dapat dikatakan mempunyai tekanan
darah tinggi atau hipertensi (Bangun 2002).
Penyakit hipertensi juga disebut the silent disease karena
tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar
(Gunawan 2004). Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan,
tetapi secara potensial sangat berbahaya karena tekanan darah di atas
normal
bisa
mengakibatkan
peningkatan
angka
kesakitan
dengan
sphygmomanometer,
angka
tekanan
darah
22
23
2. Penyebab hipertensi
Beberapa penyebab yang membuat tekanan darah diatas
140/90 mmHg adalah (Sutono 2008) :
a. Gaya hidup modern
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup
masa kini menyebabkan stress berkepanjangan. Kondisi ini
memicu berbagai penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, maag,
jantung, dan hipertensi.Gaya hidup modern cenderung membuat
berkurangnya aktivitas fisik (olahraga), konsumsi alkohol
tinggi, minum kopi, dan merokok.Semua perilaku tersebut
merupakan pemicu naiknya tekanan darah.
b. Pola makan tidak sehat
Tubuh
membutuhkan
natrium
untuk
menjaga
24
Obesitas
Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya bisa
membuangnya melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat,
karena kurang minum air putih, berat badan berlebihan, kurang
gerak atau ada keturunan hipertensi maupun diabetes. Berat
badan
yang
berlebih
membuat
aktivitas
fisik
menjadi
25
4.
Jenis hipertensi
Menurut Julianti (2009) menyatakan bahwa hipertensi
digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Hipertensi primer atau esensial
Merupakan
hipertensi
yang
belum
diketahui
yang
berkepanjangan,
keturunan
(hereditas),
26
Sistolik (mmHg)
<120
120-139
Diastolik (mmHg)
<80
80-89
140-159
160
90-93
100
Komplikasi hipertensi
Tekanan darah yang menetap pada kisaran angka tinggi
membawa resiko berbahaya.Biasanya, muncul berbagai komplikasi.
Berikut ini komplikasi hipertensi yang dapat terjadi (Julianti 2009) :
a. Kerusakan dan gangguan pada otak
Tekanan
yang tinggi
pada
pembuluh
darah
otak
27
lagi.Gejalanya
yaitu
pembengkakan
pada
berfungsi
untuk
menyaring
darah
serta
28
29
kimia
tembakau,
seperti
nikotin
dan
keras
untuk
memompa
darah
dan
menyebabkan
30
d. Sensitivitas natrium
Beberapa orang lebih sensitif terhadap natrium. Tubuh
mereka akan menahan natrium di dalam tubuh sehingga terjadi
retensi
air
dan
peningkatan
tekanan
darah.
Usia
pun
520%
kasus
hipertensi
disebabkan
oleh
31
8. Pencegahan
Tidak semua penderita tekanan darah tinggi memerlukan
obat. Apabila hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat
dikontrol melalui gaya hidup sehari-hari. Hal- hal yang perlu
dilakukan bagi penderita hipertensi sebagai tindakan pencegahan
adalah (Wijayakusuma 2008) :
a. Diet rendah lemak. Kurangi atau hindari makanan gorengan,
daging yang banyak lemak, susu full cream, telur.
b. Diet rendah garam. Batasi pemakaian garam dan makanan yang
diasinkan seperti cumi asin, ikan asin, telur asin, kecap asin.
c. Hindari memakan daging kambing, buah durian, atau minumminuman yang beralkohol.
d. Lakukan olahraga secara teratur dan terkontrol. Olahraga yang
cocok berupa aktivitas aerobik, seperti jalan kaki, lari, naik
sepeda, dan berenang.
e. Berhenti merokok
f. Berhenti minum kopi
g. Menurunkan berat bedan bagi penderita hipertensi yang
mengalami obesitas
h. Menghindari stress dengan gaya hidup yang lebih santai
i. Mengobati
penyakit
penyerta,
seperti
diabetes
mellitus,
32
2.1.4 Kepatuhan
1. Pengertian
Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku
yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan
(Notoatmojo 2003).Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional
kesehatan.
2. Jenis Kepatuhan
a. Kepatuhan penuh (total compliance)
Dimana pada kondisi ini penderita hipertensi patuh secara
sungguh-sungguh terhadap diet.
b. Penderita yang tidak patuh (non compliance)
Dimana pada keadaan ini penderita tidak melakukan diet
terhadap hipertensi.
3. Faktor-faktor yang mendukung kepatuhan
Beberapa faktor yang mendukung sikap patuh (Notoatmojo 2003) :
a. Pendidikan
Merupakan suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan
kepribadian
atau
proses
perubahan
perilaku
menuju
33
1) Pengetahuan
terhadap
pendidikan
yang
diberikan
(knowledge).
2) Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang
diberikan (attitude).
3) Praktek atau tindakan sehubungan dengan materi yang
diberikan.
b. Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian
pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan.Pasien yang
mandiri
harus
dilibatkan
secara
aktif
dalam
program
pengobatan.
c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman
sangat penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk
membantu
memahami
kepatuhan
terhadap
program
pengobatan.
d. Perubahan model terapi
Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan
pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan (Notoatmojo, 2003)
yaitu :
34
usia
penderita
hipertensi
dengan
tidak
boleh
pengetahuan
seseorang
yang
akan
mengalami
35
36
sesuatu
yang
merepotkan
dan
tidak
37
38
koroner,
sehingga
jantung
bekerja
lebih
dapat
membantu
mengatasi
kelebihan
yaitu
menurut
RDA
(Recommended
Dietary
39
40
41
42
Lemak
Sayuran
Makanan yang
diperbolehkan
Makanan yang
tidak
diperbolehkan
Tahu, tempe, kacang Keju, kacang
hijau, kacang kedelai, asin,
tauco,
kacang tolo, kacang tahu asin
tanah, kacang kapri, dan
kacang lain yang segar
Santan encer, minyak Mentega,
mentega tanpa garam
margarine,
lemak hewan
Semua sayuran segar
Sayuran yang
diawetkan dan
sayuran dalam
kaleng
Kalsium
Magnesium
Serat
Protein
Lainnya
Bahan Makanan
Kentang, bayam, kol, brokoli, tomat, wortel, pisang,
jeruk, anggur, mangga, melon, stroberi, semangka,
nanas, susu, dan yogurt.
Tempe, tahu, sarden, bandeng presto, ikan teri, kacangkacangan, susu, yogurt, dan keju rendah lemak.
Beras (terutama beras merah), kentang, tomat, wortel,
sayuran bewarna hijau tua, jeruk, lemon, ikan, seafood,
dan daging ayam tanpa kulit.
Beras merah, roti, whole, wheat, oats, kacang-kacangan,
sayuran, kentang, tomat, apel, jeruk, dan belimbing.
Tempe, tahu, kacang-kacangan, ikan, daging ayam tanpa
kulit, susu, yogurt, dan keju rendah lemak.
Bawang putih, seledri, lalapan hijau.
43
Gula
Lemak jenuh
Kolesterol
Lainnya
Bahan Makanan
Garam meja, ikan asin, telur asin, kecap, terasi, petis,
tauco, MSG, soda kue/baking powder, pengawet
makanan yang mengandung benzoate, dan pemanis
buatan yang mengandung natrium siklamat.
Sirup, cake, soft drink, dan permen.
Gajuh, daging berlemak, mentega, margarin, santan
kental, gulai, gorengan dari minyak bekas, makanan
yang digoreng berulang kali, dan makanan yang
digoreng dengan suhu tinggi (berlemak trans).
Otak, kuning telur, jeroan, gajih, dan daging berlemak.
Kopi, soda, minuman beralkohol.
Pengetahuan lansia
penderita hipertensi
1.
2.
3.
4.
5.
Pendidikan
Pekerjaan
Umur
Lingkungan
Sosial budaya
Patuh terhadap
diet hipertensi
Kepatuhan
Tidak Patuh
terhadap diet
hipertensi
1. Pemahaman
tentang instruksi
2. Tingkat
Pendidikan
3. Kesakitan dan
pengobatan
4. Keyakinan, sikap
dan kepribadian
5. Dukungan
keluarga
6. Tingkat ekonomi
7. Dukungan sosial
44
Variabel dependen
Pengetahuan
Kepatuhan
1. Pemahaman
tentang instruksi
2. Tingkat
Pendidikan
3. Kesakitan dan
pengobatan
4. Keyakinan, sikap
dan kepribadian
5. Dukungan
keluarga
6. Tingkat ekonomi
7. Dukungan sosial
Keterangan
:variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
45
2.4 Hipotesis
Hipotesis di dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,
patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan
dalam penelitian tersebut (Notoatmojo 2005).
Ho : tidak ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada
lansia yang mengalami hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih
Surakarta.
H1 : ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada
lansia yang mengalami hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih
Surakarta.
BAB III
METODOLOGI
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2010).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia penderita
hipertensi dengan kriteria inklusi yang berada di Panti Wredha
Dharma Bakti Kasih Surakarta sebanyak 35 lansia.
3.2.2
Sampel
Sampel yaitu hanya meneliti sebagian dari populasi (Arikunto,
2010). Sampel pada penelitian ini yaitu diambil dari seluruh lansia
yang berada di panti tersebut yang menderita penyakit hipertensi
yaitu sebanyak 35 lansia. Cara pengambilan sampel pada penelitian
ini yaitu dengan total sampling yaitu teknik penentuan sampel
46
47
48
49
Tabel 3.1
Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Nama
Variabel
Pengetahuan
lansia
tentang
hipertensi
Kepatuhan
lansia
terhadap
diet
hipertensi
Pengertian
Indikator
Alat Ukur
Skala
Merupakan
1.Kategori baik yaitu Kuesioner
A Ordinal
hasil
tahu
menjawab
benar (kuesioner
seseorang
dengan
rentang pengetahuan
setelah melihat
tentang hipertensi)
nilai 33-50
sesuatu objek 2.Kategori
25
sedang berisi
tertentu dengan
yaitu
menjawab pertanyaan dengan
panca
benar
dengan penjelasan tentang
inderanya, dari
rentang nilai 17-32 pengertian,
yang tidak tahu 3.Kategori
tanda
kurang penyebab,
menjadi
tahu
gejala,
yaitu
menjawab dan
dan dari yang
benar
dengan komplikasi,
tidak
dapat
pencegahan, dan
rentang nilai <16
menjadi dapat
diet
serta
responden
menjawab benar
dan salah
Merupakan
1. Kategori
patuh Kuesioner
B Nominal
suatu perubahan
yaitu menjawab (kuesioner
perilaku
dari
ya
dengan kepatuhan tentang
yang
semula
hipertensi)
rentang nilai 11- diet
tidak menaati
berisi
20
20
peraturan
2. Kategori
tidak pertanyaan dengan
menjadi
patuh
yaitu menjawab sangat
menaati
menjawab tidak sering,sering,kadan
peraturan
dengan rentang g-kadang,tidak
pernah
nilai 1 10
50
ini
berisi
25
pertanyaan
dengan
penjelasan
51
Keterangan :
N
: Jumlah responden
: Skor pertanyaan
: Skor total
xy
analisis
uji
coba
validitas
butir
pertanyaan
52
yang berlainan
(Nursalam 2008).
Penelitian ini
Keterangan :
r11
= Reliabilitas Instrument
= Varians total
53
0.891. Suatu angket dikatakan reliabel jika nilai r-hitung>rtabel. Hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan bahwa nilai rhitung = 0.891>0.6. Berdasarkan kriteria diatas maka dapat
disimpulkan angket pertanyaan dinyatakan reliabel.
Hasil uji reliabilitas angket kepatuhan yang dihitung dengan
rumus
0.905. Suatu angket dikatakan reliabel jika nilai r-hitung>rtabel. Hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan bahwa nilai rhitung = 0.905> 0.6. Berdasarkan kriteria diatas maka dapat
disimpulkan angket pertanyaan dinyatakan reliabel.
3.5.2 Cara Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari
responden penelitian (Riwidikdo 2006). Dalam penelitian ini
data primer didapatkan dari pengisian kuesioner tentang
pengetahuan hipertensi dan kepatuhan diet hipertensi yang diisi
oleh lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta.
54
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh orang
lain dan tidak dipersiapkan untuk kegiatan penelitian, tetapi
dapat digunakan untuk tujuan penelitian (Riwidikdo 2006). Data
sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari data lansia yang
mengalami hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih
Surakarta.
3. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi
bebrapa tahap yaitu :
a. Tahap Orientasi
Tahap
Orientasi
meliputi
:pengajuan
surat
studi
55
dan
kepatuhan.
Kemudian
peneliti
56
Analisa Data
Analisa
data
dilakukan
untuk
mengelompokkan
data
57
univariat
adalah
analisis
yang
menggambarkan
bivariat
adalah
analisis
yang
dilakukan
untuk
Keterangan :
58
: jumlah data
p value 0.05
diteliti
maka
mereka
harus
menandatangani
lembar
59
menjaga
kerahasiaan
subjek
penelitian,
peneliti
tidak
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Frekuensi
23
12
35
Persentase(%)
65,7
34,3
100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa 23 lansia (65,7%) memiliki umur 60-74 tahun, 12
lansia (34,3%) memiliki umur 75 - 90 tahun
60
61
Frekuensi
4
13
17
1
35
Persentase(%)
11,4
37,1
48,6
2,9
100
Frekuensi
30
5
0
35
Persentase(%)
85,7
14,3
0
100
62
Frekuensi
19
16
35
Persentase(%)
54,3
45,7
100
Patuh
19
(54.30%)
0
(0.00%)
19
(54.30%)
Tidak patuh
11
(31.40%)
5
(14.30%)
16
(45.70%)
Total
30
(85.70%)
51
(4.30%)
35
(100.00%)
sebanyak
11
lansia
(31,40%),
lansia
yang
63
0.238
Asymp.
Approx. Approx.
Std.
Tb
Sig.
Errora
0.067
2.415
0.016
.c
.c
0.313
0.116
2.415
0.016
Value
Symmetric
pengetahuan
Lambda Dependent
kepatuhan
Dependent
BAB V
PEMBAHASAN
lansia
memiliki
pengetahuan
kurang.
Sebagian
besar
lansia
berpengetahuan baik.
Notoatmojo (dikutip dalam Wawan & Dewi 2011) menyatakan
bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pada hasil penelitian
diperoleh bahwa 30 lansia berpengetahuan baik, mereka sebagian besar
mengetahui tentang pengertian hipertensi, peyebab hipertensi, tanda dan
gejala hipertensi, komplikasi hipertensi, pencegahan hipertensi, dan diet
hipertensi. Hal ini terjadi dikarenakan sebagian besar dari responden
mempunyai usia 60-74 tahun (65,7%) sehingga semakin tua umur seseorang
semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin
banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya terutama
terpaparnya informasi dari pendidikan informal dari petugas kesehatan
mengenai penyakitnya. Hal ini terjadi juga dikarenakan sebagian besar dari
responden mempunyai tingkat pendidikan yang cukup yaitu SMA
(48,6%)sehingga akses untuk memperoleh informasi atau memahami suatu
informasi lebih mudah dan informasi didapatkan dari petugas kesehatan
(Agoes. dkk 2013).
64
65
penelitian
diperoleh
bahwa
lansia
sebagian
besar
66
atau orang lain. Kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan
perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang
mentaati peraturan.
Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa tingkat kepatuhan
responden yang ada di Panti tersebut sebagian besar patuh dalam
menjalankan diet hipertensi, menurut Pranoto (2007) menyatakan bahwa
patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan
kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan, hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan bahwa responden patuh dalam menjalankan diet
hipertensi, mereka selalu membatasi makanan yang berupa asin-asinan
bahkan menjauhinya.
Mardiyati (2009) menyatakan bahwa perilaku berkaitan dengan
kebiasaan yang dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat positif maupun
negatif.
Sehingga
mempengaruhi
penderita
hipertensi
untuk
67
68
(2011)
69
arti, manfaat, dan tujuan menjalani diet hipertensi secara teratur. Tingkat
pengetahuan responden tidak hanya diperoleh secara formal, tetapi juga
melalui pengalaman. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih abadi daripada perilaku yang tidak didasari
dengan pengetahuan.
Notoatmojo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan yang baik akan
mendorong seseorang untuk berperilaku yang tepat khususnya dalam
pencegahan hipertensi dengan diet, dimana perilaku biasanya dipengaruhi
oleh respon individu terhadap stimulus, tergantung bagaimana reaksi
individu untuk merespon terhadap suatu stimulus yang ada pada suatu
tindakan atau perilaku.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
1. Sebagian besar lansia yang mengalami hipertensi memiliki pengetahuan
tinggi yaitu sebesar 85,7%.
2. Lebih banyak lansia yang patuh dalam menjalankan diet hipertensi
dibandingkan dengan lansia yang tidak patuh dalam menjalankan diet
hipertensi yaitu 54,3%.
3. Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada
lansia yang mengalami hipertensi dengan nilai p-value sebesar 0.016.
6.2 SARAN
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Pihak tenaga kesehatan sebaiknya memberikan informasi tentang
kepatuhan diet hipertensi kepada lansia yang ada di Panti, sehingga
pengetahuan lansia tentang hipertensi dapat meningkat. Dengan
demikian, lansia dapat melakukan diet hipertensi.
2. Bagi Lansia
Diharapkan dengan penelitian ini, dapat membantu lansia meningkatkan
pengetahuan tentang hipertensi sehingga lansia tersebut dapat
melakukan diet hipertensi dengan baik.
70
71
DAFTAR PUSTAKA
Metodologi
Penelitian
Ilmu