Anda di halaman 1dari 23

Teori dasar Keperawatan Menurut Para Ahli

DISUSUN OLEH kelompok 5

1.Telsa melda 18101050

2.Trisna yentia tasilipet 18101050

3.Vera rosalita 1810105038

4.Wilda afriani 1810105039

5.Weni shelomita 1810105040

6.Yola aulia rahma 18101050

7.yona oktiana 18101050

8.Irmawilis

STIKES ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2020


Teori dasar Keperawatan Menurut Para Ahli

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai tujuan untuk hidup,
pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan. Hal tersebut dapat ditunjang dengan adanya
perawatan yang baik dalam menjaga kesehatan hidup. Salah satu penunjang tersebut dapat
dilihat dari tujuan keperawatan yaitu meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan
dengan adaptasi manusia dan stimulus fokal, konstektual dan residual.
Penerapan konsep model praktek bagi para perawat dapat diambil atau diadaptasi dari
berbagai sumber model yang telah berkembang sejak dahulu, yang sudah dikembangkan dan
dikombinasikan oleh para pakar keperawatan. Konsep dan teori dari pakar keperawatan ini
bisa dimanfaatkan sebagai panduan dan acuan dalam dunia keperawatan serta untuk
mengetahui bagaimana batasan dan kewenangan yang diperbolehkan bagi perawat. Untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai teori-teori keperawatan menurut para ahli keperawatan
yang dimaksud, akan dibahas pada bab berikutnya.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penyusun dapat menyimpulkan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa itu teori keperawatan menurut Betty Neuman?
2. Apa itu teori keperawatan menurut Callista Roy?
3. Apa itu teori keperawatan menurut Martha E. Rogers?
4. Apa itu teori keperawatan menurut Faye Glenn Abdellah?
1.3  Tujuan Makalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui teori keperawatan menurut Betty Neuman.
2. Untuk mengetahui teori keperawatan menurut Callista Roy.
3. Untuk mengetahui teori keperawatan menurut Martha E. Rogers.
4. Untuk mengetahui teori keperawatan menurut Faye Glenn Abdellah.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1  Teori Keperawatan Betty Newman


A.  Biografi Betty Neuman
Betty Neuman lahir pada tahun 1924 disebuah pemukiman pertanian tidak jauh dari
Lowell, Ohio. Ayahnya seorang petani dan ibunya seorang rumah tangga. Dengan rasa
cintanya pada tanah kelahirannya ia bermaksud untuk membangun desa nya Ohio dan
menjadikan latar belakang pada rasa pada kebutuhan penduduk desanya.
Betty Neuman pertama kali memperoleh pendidikan pada People Hospital School of
Nursing sekarang General Hospital Akron di Akron, Ohio tahun 1947. kemudian ia pindah ke
Los Angles untuk tinggal dengan keluarganya di California. Di California ia memegang
jabatan penting di Staff Keperawatan Rumah Sakit. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di
Universitas of california di Los Angles dengan jurusan Psikologi. Dia menyelesaikan gelar
sarjana mudanya pada tahun 1957. Pada tahun 1966 dia mendapat gelar Master dibidang
Kesehatan Mental, konsultan kesehatan masyarakat pada University of California ia
melanjutkan Program Administrasi Pendidikan Tinggi di Ohio University. Dr. Neuman terus
menjalankan tugasnya dengan menjadi wakil tingkat international untuk sekolah keperawatan
dan sebagai perwakilan latihan pengangkatan model keperawatan.
B.     Sumber-Sumber Teori Betty Neuman
Model mempunyai beberapa kesamaan dalam teori Gestalt. Teori Gestalt
mempertahankan bahwa cara hemoestatic adalah suatu cara yang mana tubuh
mempertahankan keseimbangan dan sebagai akibat dari kesehatan mengubah kondisi sehat
atau sakit.
Teori model Betty Neuman juga menerapkan ide dari teori sistem umum tentang sifat
dasar kehidupan sistem terbuka yang merupakan gabungan semua elemen yang berinteraksi
dalam struktur organisasi tubuh kita yang kompleks. Neuman juga memilah konsep G.
Kaplan tentang tingkatan tindakan pemecahan.

C.     Penggunaan Bukti Empiris dari Teori Model Betty Neuman


Betty Neuman mengemukakan teori berdasarkan penelitian yang ia lakukan untuk
mengetahui kondisi mental atau psikologi. Evaluasi yang ia lakukan juga turut membantu
dalam membangun suatu konsep tentang kombinasi antara tindakan dan respon mental.
Tetapi tidak selamanya hal diatas dapat dijadikan evaluasi dan bukti statistik yang
mendukung. Jadi empiris tidak terlalu diutamakan dalam konsep ini.

D.    Konsep Utama Dan Definsi Teori Model Betty Neuman.


Konsep yang dikemukakan oleh Betty Newman adalah konsep “Healt care system”
yaitu model konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang ditujukan kepada
penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel atau
normal maupun resistan dnegan sasaran pelayana adalah komunitas. Serta Betty Newman
mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep holistic dan
pendekatan system terbuka.
Neuman menggunakan sejumlah orang untuk melakukan pendekatan yang termasuk
dalam konsep mayor menurutnya adalah :
1.    Tekanan
Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar pandangan Neuman tentang tekanan
yaitu :
a.       Intar Personal           : Secara individu atau perorangan.
b.      Inter Personal           : Antara individu yang satu dengan yang lain
c.       Ekstra Personal        : Di luar individu.
2.    Struktur Pokok Sumber Energi
Merupakan penggerak untuk melakukan aktivitas.
3.    Tingkat Ketahanan
Merupakan faktor internal untuk menghadapi tekanan.
4.    Garis Normal Pertahanan
Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk menghadapi tekanan di batas normal.
5.    Gangguan Pertahanan
Kerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan akibat dari tekanan.
6.    Tingkat Reaksi
Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan.
7.    Intervensi
Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul.
8.    Tingkat-Tingkat Pencegahan
Dibagi menjadi :
a.             Pencegahan primer                : Sebelum terjadi tindakan
b.            Pencegahan sekunder            : Ketika terjadi tindakan
c.             Pencegahan tersier                 : Adaptasi atau pengaruh kerusakan
9.    Penyesuain Kembali
Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik interpersonal. Intra personal dan ekstra
personal. Faktor yang perlu di perhatikan adalah :
a. Fisiologi individu.
b. Psikologi individu
c. Sosial cultural
d. Perkembangan individu

2.2    Teori Keperawatan Menurut Callista Roy


A.  Biografi Callista Roy
Calissta Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober 1939, Mendefinisikan
bahwa keperawatan merupakan suatu analisa proses dan tindakan sehubungan dengan
perawatan sakit atau potensial seseorang untuk sakit. Teori adaptasi Suster Calista Roy (Roy
dan Obloy, 1979,roy ,1980, 1984, 1989) memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi.
Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk
beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubugan
interdependensi selama sehat dan sakit (mariner-Tomery,1994).
Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk
mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy
dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan
teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis –
psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon
adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di
butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu, focal
stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap
manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi
nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk
menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan
adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat
kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di area
adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic         ( 1970) dan Selye
(1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi
keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di
Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-
mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan
model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan
model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model
adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara
filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman
klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh
manusia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model
adaptasi keperawatan.

B.      Konsep Adaptasi Callista Roy


Definisi dan Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy
adalah :
1.      Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.
2.      Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan
residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.
3.      Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau
peningkatan kebutuhan.
4.      Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan
manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku.
5.      Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan
konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus
fokal.
6.      Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap
perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.
7.      Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal, dan proses endokrin.
8.      Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.
9.      Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi dan
konsep diri.
10.  Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan
manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.
11.  Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses
adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi,
nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.
12.  Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu
berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung.
Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang
menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
13.  Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di
lingkungan social.
14.  Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan sebagai
support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik
dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.
Model Konseptual Adaptasi roy, ada empat elemen penting yang termasuk dalam model
adaptasi keperawatan adalah manusia, Lingkungan; kesehatan; keperawatan. Unsur
keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga
termasuk dalam elemen penting pada konsep adaptasi.

1.    Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem
adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai
input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah
sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam
empat cara adaptasi yaitu, fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang
hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik
sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit
fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai
suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan
balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk
variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel
standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari
rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya
dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang
telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan
kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara
adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

a.    Model Fungsi Fisiologi


Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, model fungsi fisiologis tingkat
dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri
dari 4 bagian yaitu :
1)   Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran
gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2)   Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam
Roy 1991).
3)   Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky,
1984 dalam Roy 1991).
4)   Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan
semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5)   Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari
infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6)   The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7)   Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi
sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy
1991).
8)   Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari
regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk
mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9)   Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin
mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991).

b.    Model Konsep Diri


Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada
aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan
integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1.       The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan
sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2.      The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual
diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat
dalam area ini.

c.    Model fungsi peran


Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier.
Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai
kedudukannya

d.   Model Interdependensi


Model interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta kasih sayang, perhatian
dan saling menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan
kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan
berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari
keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-
respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon
yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik
respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan
perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social.
Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem
saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses
informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.

2.    Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan
merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya
lingkungan sebagai stimulus eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan
menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual. Lebih luas lagi lingkungan
didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi keadaan,
perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu atau kelompok.

3.    Kesehatan.
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan
secara tidak langsung bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan
atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas
adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini
lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera. Model
adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang
bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus
yang lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi
kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi dan
kesehatan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan. Didalamnya
menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik proses
koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi
holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses
adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian
pertama dari proses ini dimulai dengan pperubahan dalam lingkungan internal dan eksternal
yan gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau stimulus
fokal dan ditengahi oleh factor-faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor
menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping
yang merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah
kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup,
pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah
kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan
respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik
equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus
dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi
mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi
kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.

4.    Keperawatan
          Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai
ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang
secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan
menggunakan pendekatan pengetahuan untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang.
Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari peningkatan
adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan
secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi
yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih
spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu
keperawatan tersebut. Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan
aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang
berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal dan
eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau koping
mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak
efektif, manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun
diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan
ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai
proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang lebih tinggi.
Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi
peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2) konsep
diri; (3) fungsi peran dan (4) interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan integritas
adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian dengan
damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam suatu area dengan
tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada pada area tersebut dimana
manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi membebaskan
energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memnugkinkan individu untuk merespon
stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan
kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini.
Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang
digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan , tujuan,
intervensi dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan menetapkan “data apa yang
dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang
dipakai dan bagaiman mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”.
Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan.
Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses
pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan data
tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut
dikumpulkan dari data observasi penilaian respond an komuniokasi dengan individu. Dari
data tersebut perawat membuat keputusan sementara tentang apakah perilaku dapat
menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data
tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama tingkat pengkajian ini perawat
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada
pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor utama
yang mempengaruhi perilaku. Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :

1)   Tahap I  Pengkajian Perilaku


Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data dan
memutuskan klien adptif dan maladaptive. Termasuk dalam model ini adalah kebutuhan
dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan. Misalnya terlalu
sedikit oksigen, terlalu tinggi gula darah atau terlalu banyak ketergantungan. Perawat
menggunkan wawancara, observsi dan pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang
dan setiap mode. Berdasarkan pengkajian ini perawat menganalisis apakah perilaku ini
adaptif, maladaptive atau potensial maladaptive.

2)   Tahap II  Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh


Pada tahap ini termasuk pengkajan stimuli yang signifikan terhadap perubahan perilaku
seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan residual.

a)        Identifikasi stimuli focal.


Stimuli focal merupakan perubahan penilaku yang dapat diobserasi. Perawat dapat
melakukan pengkaian dengan menggunakan pengkajian perilaku yaitu : Keterampilan
melakukan observasi, melakukan pengukuran dan interview.
b)        Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau presipitasi
oleh stimulus focal. Sebagal contoh anak yang di rawat dirumah sakit mempunyai peran
perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar. Focal stimulus yang dapat dildentifikasi adalah
adanya fakta bahwa anak kehlangan skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang dapat
diidentiflkasi adalah secara internal faktor anak menderita sakit dan faktor eksternalnya
adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalul
observasi, pengukuran, interview dan validasi.
Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang mempengaruhi mode
adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran
fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi,
dan lingkungan fisik.
c)        Identifikasi stimuli residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson dalam Roy,
1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan
bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit diukur
dan memberikan efek pada situasi sekarang.
a.    Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu hasil dari
proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya adaptasi. Diagnosa
keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku kilen terhadap pengaruh
lingkungan. Menurut Roy (1991) ada 3 metode dalam membuat diagnosa keperawatan.
Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependen.

3)      Penentuan Tujuan


Roy (1984) menyampaikan bahwa secara urnum tujuan pada intervensi keprawatan adalah
untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif
menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan
kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah
dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.

4)      Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau memanipulasi stimulus
fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau zona adaptasi,
sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan indMdu untuk beradaptasi. Tindakan
keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan
kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.

5)      Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan sehubungan
dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien setelah
diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku pasien sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan.

2.3  Teori Keperawatan Menurut Martha E. Roger


A.    Biografi Martha E. Rogers
Martha E. Rogers dilahirkan pada tanggal 12 Mei tahun 1914 di Dalas Texas, tertua
dari 4 bersaudara pasangan Bruce Taylor Rogers dan Lucy Mulholland tajam rogers. Dia
menerima gelar diploma keperawatan dari sekolah rumah sakit Knoxvillepada tahun 1936.
Pada tahun 1937 ia menerima gelar B.S. dari george peabodyperguruan tinggi di nashville,
tennessee.(Tomey & Alligood, 1998). Setelah aktif sebagai perawat kesehatan dia
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, sampai mendapatkan gelar doktor dari universitas
Johns Hopkins di Baltimore. Menduduki posisi staf dalam keperawatan kesehatan
masyarakat, serta membentuk pelayanan perawat pertama di Arizona, kemudian ia pindah ke
perguruan tinggi sebagai dosen tamu dan bergabung dengan asosiasi penelitian selama 21
tahun. Rogers adalah Profesor dan Kepala Divisi Perawat Pendidikan di Universitas New
York sampai tahun 1954, disini Roger focus mengajar, memformulasi dan mengelaborasi
teorinya. Dia meninggal pada 13 Maret 1994, pada umur 79. (Hector, 1989 dalam McEwen &
Wills, 2011).

B.     Konsep Teori Martha E. Rogers


Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers
berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang
mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung. (Tomey &
Alligood, 1998).
Keperawatan adalah ilmu humanisti/humanitarian yang menggambarkan dan
memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis
secara umum dengan memperkirakan prinsip - prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis.
Ilmu keperawatan adalah ilmu kemanusiaan yang mempelajari tentang alam dan
hubungannya dengan perkembangan manusia. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang
di dasari prinsip - prinsip kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan merupakan
kegiatan yang bersumber pada ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati
nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya
mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi.

C.     Asumsi teori Martha E. Rogers


Rogers dalam McEwen & Wills, 2011, mengemukakan beberapa asumsi yang terdiri dari
lima bagian, yaitu :

1.    Unifield whole is greater and different than the sum of part.
Manusia adalah system yang utuh yaitu merupakan keseluruhan dari proses yang utuh
dari dirinya dan antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian dan merupakan
penjumlahan dari bagian-bagiannya.

2.    Mutual exchange of matter and energy.


Manusia dan lingkungan selalu berubah secara kontinyu termasuk energi keduanya.
Individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu sama lain. Beberapa
individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada seorang individu dan
merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.

3.    Unidirectionality: life process does not reverse nor repeat.


Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam
satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan
pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.

4.    Pattern and organization identify the human field.


Pola dan organisasi mengidentifikasi perilaku pada individu merupakan suatu bentuk
kesatuan yang inovatif
Human beings have abstraction, imagery, language, and thought, sensation and emotion.

Manusia mempunyai ciri kemampuan berfikir abstrak, membayangkan, bertutur bahasa,


sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang mampu
berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Lima asumsi diatas, definisi, dan Prinsip-prinsip hemodinamik merupakan inti teori
Martha E. Rogers yang merupakan bagian dari Building Blocks, yang terdiri dari: (Tomey &
Alligood, 1998).

a.    Energy Fields (Bidang Energi)


Bidang Energi merupakan satuan dasar kehidupan dan non kehidupan, seperti energi
manusia dan energi lingkungan. Bangunan ini bersifat tak terbatas terdiri dari mahluk hidup
dan lingkungannya. Kedua komponen ini tidak dapat dikurangi, manusia tidak dapat
dipisahkan dari lingkungannya.

b.   Universe of Open System (Sistem terbuka).


Konsep ini menganggap bahwa bangunan energi bersifat tak terbatas   dan terbuka,
menyatu antara satu dengan yang lainnya.

c.   Pattern (Pola)
Sifat pola berubah secara kontinyu dan inovatif, unik dan menyatu dengan bangunan
lingkungannya sendiri. Pola yang konstan dan tidak berubah bisa menjadi suatu indikasi sakit
atau penyakit.

d.      Pandimensionality (Empat kedimensian)


Manusia yang utuh merupakan ”Empat sumber dimensi energi yang diidentifikasi
oleh pola dan manisfestasi karakteristik spesifik yang menunjukkan kesatuan dan yang tidak
dapat di tinjau berdasarkan bagian pembentuknya” Empat kedimensian didefinisikan sebagai
domain non linier tanpa atribut, atau mengenai ruang tanpa batas.
Menurut Martha E. Roger ilmu tentang keperawatan berhubungan langsung dengan
proses kehidupan manusia dan bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan kealamiahan
dan hubungannya dengan perkembangan. Untuk memperkuat teorinya Martha E. Rogers
mengkombinasikan konsep manusia seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang kemudian
di kemukakannya. Prinsip –prinsip hemodinamik terdiri dari tiga hal, yaitu :

1)   Resonancy
Prinsip ini membicarakan tentang alam dan perubahan yang terjadi antara manusia dan
lingkungan. Resonansi dapat dijelaskan sebagai suatu pola-pola gelombang yang ditunjukkan
dengan perubahan-perubahan dari frekuensi terendah ke frekuensi yang lebih tinggi pada
gelombang perubahan.

2)   Helicy
Prinsip yang menyatakan bahwa keadaan alami dan hubungan manusia dengan
lingkungan adalah berkesinambungan, inovatif, ditunjukkan dengan peningkatan jenis pola-
pola perilaku manusia dan lingkungan yang menimbulkan kesinambungan, menguntungkan,
merupakan interaksi yang simultan antara manusia dan lingkungan bukan menyatakan
ritmitasi.

3)   Integrality
Integrality adalah proses interaksi yang menguntungkan antara manusia dan lingkungannya
secara berkesinambungan.

2.4  Teori Keperawatan Menurut Faye Glenn Abdellah


A.    Biografi Faye Glenn Abdellah
Faye Glenn Abdellah lahir pada tanggal 13 Maret 1919, di New York
City. Pada tahun 1942, Abdellah memperoleh ijazah keperawatan dan magna cum laude dari
Fitkin Memorial Hospital School of Nursing New Jersey (sekarang Ann Mei School of
Nursing). Ia menerima gelar B.S. pada tahun 1945, gelar M.A. pada tahun 1947 dan Ed.D.
dari Teachers College di Columbia University pada tahun 1955. Dengan pebdidikan
lanjutannya, Abdellah bisa memilih untuk menjadi dokter. Namun, seperti ia menjelaskan
dalam dirinya dalam wawancara perawat, "Aku tidak pernah inginmenjadi MD
karena aku bias melakukan semua yang ingin saya lakukan di keperawatan, yang
merupakan profesi yang peduli."(Tomey&Alligood, 2006).
Dr. Abdellah melayani selama 40 tahun di U.S. Public Health Service (USPHS).
Pada tahun 1981 ia menjabat deputi ahli bedah umum. Abdellah juga menjabat
sebagai Kepala keperawatan U.S. Public Health Service (USPHS) dan Department of Health
and Human Services, Washington, DC.. Tahun 1993, beliau menjabat Dekan di Newly
Formed Graduate School of Nursing, Uniformed Services University of Health Sciences.
Abdellah menerbitkan lebih dari 140 publikasi ilmiah terkait keperawatan, pendidikan untuk
praktisi lanjutan keperawatan, administrasi kesehatan, dan riset keperawatan. Beberapa
diantaranya diterjemahkan dalam enam bahasa (George, 2008)
Beliau mendapat 6 gelar Doktor kehormatan dari berbagai institusi. Beberapa
diantaranya adalah Case Western Reserve, Rutgers, University of Akron, Catholic University
of America, Eastern University, and Monmouth College. Gelar kehormatan ini didapatkan
oleh beliau dari pengabdiannya di riset keperawatan, pengembangan pelatihan pertama
perawat peneliti, ahli dalam kebijakan kesehatan, dan kontribusinya dalam pengembangan
kesehatan negara. (George, 2008).
Kiprah Abdellah dalam dunia Internasional meliputi anggota delegasi USSR,
Yugoslavia, Perancis, dan RRC; Koordinator Proyek Riset Kedokteran dan Kesehatan
Argentina; Konsultan Program pengembangan anak cacat dan lansia di Portugis; Riset
keperawatan dan Perawatan Jangka Panjang di Tel Aviv University; Asosiasi Keperawatan
Jepang dalam Riset dan Pendidikan Keperawatan; Riset, Pendidikan Keperawatan, dan Home
care Nursing di Australia dan New Zealand; dan sebagai konsultan Riset WHO (George,
2008).
Abdellah menyadari supaya ilmu keperawatan meraih status professional penuh
dengan otonomi, maka basis pengetahuan yang kuat menjadi sangat penting. Keperawatan
juga perlu beralih dari pengendalian pengobatan (control of medicine) dan menuju filosofi
perawatan yang lengkap yang berpusat pada pasien. Abdellah dan rekan-rekannya menyusun
konsep 21 masalah keperawatan (nursing problems) untuk mendidik dan mengevaluasi para
siswa. Tipologi 21 nursing problems, pertama muncul di dalam buku Patient-centered
Approaches to Nursing edisi tahun 1960 dan berdampak pada hasil yang luas (far reaching)
untuk profesi tersebut.
Tahun 1960, Abdellah berkeinginan untuk mempromosikan keperawatan
komprehensif yang berpusat pada klien. Abdellah menggambarkan keperawatan sebagai
layanan pada individu, keluarga dan masyarakat. Mengakui pengaruh Henderson, maka
diperluas menjadi 21 masalah keperawatan yang ia percaya akan berfungsi sebagai dasar
pengetahuan untuk pengembangan teori keperawatan. (Tomey and Alligood, 2006).
Faye Glenn Abdellah (lahir 1919) mengabdikan hidupnya untuk keperawatan, sebagai
peneliti, pendidik, dan membantu mengubah fokus profesi dari penyakit berpusat pendekatan-
pendekatan yang berpusat pada pasien. Dia menjabat sebagai perawat kesehatan masyarakat
selama 40 tahun, membantu untuk mendidik orang Amerika tentang kebutuhan lansia dan
bahaya yang ditimbulkan oleh AIDS, kecanduan, merokok, dan kekerasan. Sebagai seorang
profesor keperawatan, ia mengembangkan metode mengajar berdasarkan penelitian ilmiah.
Abdellah terus bekerja sebagai pemimpin dalam profesi keperawatan ke dalam delapan
puluhan nya.
Faye Glenn Abdellah (lahir 13 Maret 1919) adalah pelopor perawat penelitian yang
telah diakui dengan 77 dan akademis kehormatan profesional. Dia adalah petugas perawat
pertama yang menerima pangkat bintang belakang laksamana-dua 150-nya lebih dari
publikasi, termasuk karya-karya mani nya, Better Perawatan Perawatan Melalui Penelitian
dan Pasien-Centered Pendekatan untuk Keperawatan, mengubah fokus teori keperawatan dari
penyakit-berpusat ke pendekatan yang berpusat-pasien dan pindah praktek keperawatan di
luar pasien untuk memasukkan mengurus keluarga dan orang tua Care nya Pasien Penilaian
Evaluasi metode untuk mengevaluasi perawatan kesehatan sekarang standar bagi bangsa ini.

B.     Konsep Teori Keperawatan Faye Glenn Abdellah


George (2008) menjelaskan, Dr. Abdellah mendefinisikan keperawatan sebagai
pelayanan kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Pelayanan ini sebagai pelayanan
komprehensif, yang meliputi:
1.         Menyadari masalah keperawatan pasien.
2.         Menentukan tindakan yang tepat untuk merawat pasien sesuai prinsip- prinsip
keperawatan yang relevan.
3.         Memberikan perawatan yang berkelanjutan kepada individu dengan tingkat
ketergantungan.
4.         Memberikan perawatan yang berlanjutan untuk menghilangkan nyeri dan    
ketidaknyamanan dan memberikan rasa keamanan kepada individu.
5.         Mengatur rencana perawatan menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien.
6.         Membantu individu untuk menyadari kebutuhan kesehatan dirinya dan mengarahkan
dalam mencapai kesehatanfisik dan psikis.
7.         Mengarahkan petugas keperawatan dan keluarga untuk membantu pasien memenuhi
kebutuhan dasarnya sendiri sesuai dengan keterbatasannya.
8.         Membantu individu untuk menyesuaikan diri dengan keterbatasan dan masalah psikisnya.
9.         Bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya dalam merencanakan peningkatan derajat 
kesehatan yang optimal pada tingkat lokal, daerah, nasional dan internasional.
10.     Melakukan evaluasi dan penelitian yang berkelanjutan untuk meningkatkan  keahlian dalam
tindakan keperawatan dan untuk mengembangkan tindakan keperawatan yang baru, untuk
memenuhi semua kebutuhan kesehatan masyarakat. Individu dengan tingkat ketergantungan
total.” Dihilangkan.

C.     Konsep Teori Abdellah dikenal Sebagai 21 Tipologi Masalah Keperawatan


Adapun konsep Abdellah dikenal sebagai 21 tipologi masalah keperawatan, yaitu:
1.      Mempertahankan kebersihan dan kenyamanan fisik yang baik.
2.      Mempertahankan aktivitas, latihan fisik, dan tidur yang optimal.
3.      Mencegah terjadinya kecelakaan, cedera, atau trauma lain dan mencegah meluasnya 
infeksi.
4.      Mempertahankan mekanika tubuh yang baik serta mencegah dan memperbaiki deformitas.
5.      Memfasilitasi masukkan oksigen keseluruh sel tubuh.
6.      Mempertahankan nutrisi untuk seluruh sel tubuh.
7.      Mempertahankan eliminasi.
8.      Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
9.      Mengenali respon-respon fisiologis tubuh terhadap kondisi penyakit patologis,fisiologis,
dan kompensasi.
10.  Mempertahankan mekanisme dan fungsi regulasi.
11.  Mempertahankan fungsi sensorik.
12.  Mengidentifikasi dan menerima ekspresi, perasaan, dan reaksi positif dan negatif.
13.  Mengidentifikasi dan menerima adanya hubungan timbale balik antara emosi dan penyakit
organic.
14.  Mempertahankan komunikasi verbal dan non verbal.
15.  Memfasilitasi perkembangan hubungan interpersonal yang produktif.
16.  Memfasilitasi pencapaian tujuan spiritual personal yang progresif.
17.  Menghasilkandan atau mempertahankan lingkungan yang terapeutik.
18.  Memfasilitasi kesadaranakan diri sendiri sebagai individu yang memiliki kebutuhan fisik,
emosi, dan perkembangan yang berbeda.
19.  Menerima tujuan optimal yang dapat dicapai sehubungan dengan keterbatasan fisik  dan
emosional.
20.  Menggunakan sumber-sumber di komunitas sebagai sumber bantuan dalam mengatasi
masalah yang muncul akibat daripenyakit.
21.  Memahami peran dari masalah sosial sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi dalam 
munculnya suatu penyakit.

D.   Konsep Teori Keperawatan Abdellah dalam Tomey dan Alligood (2006)
Adapun tiga teori keperawatan Abdellah dalam Tomey dan Alligood (2006), yaitu:
1.       Keperawatan
Keperawatan adalah suatu pelayanan kepada individu, keluarga, dan masyarakat.   
Perawatan didasarkan pada seni dan ilmu pengetahuan  yang menyiapkan perawat dengan
sikap, kompetensi intelektual, dan keterampilan teknis yang siap membantu orang sakit
maupun sehat untuk memenuhi kebutuhannya dengan penuh keinginan dan kemampuan.
2.       Masalah Keperawatan
Abdellah mendifinisikan masalah keperawatan dalam tiga konsep, yaitu kebutuhan 
pasien secara fisik, sosiologis, dan emosional; jenis hubungan interpersonal antara perawat
dan pasien; unsur umum perawatan pasien.
3.       Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah keperawatan merupakan proses mengidentifikasi,
menginterpretasikan, menganalisa, dan memilih tindakan yang tepat untuk menyelesaikan
masalah. Salah satu proses ini adalah menentukan diagnosa  keperawatan.

E.     Paradigma Keperawatan Menurut Teori Abdellah


Tomey and Alligood (2006) membahas asumsi utama teori Abdellah sebagai berikut:
1.      Keperawatan
Keperawatan adalah profesi pelayanan untuk membantu individu atau memberikan  
informasi untuk memenuhi kebutuhan dasar, meningkatkan atau memulihkan kemandirian
atau mengurangi kecacatan dengan menggunakan strategi keperawatan yang merupakan
suatu cara berdasarkan pola pemecahan masalah.
2.      Individu
Individu merupakan seseorang yang mempunyai kebutuhan dasar fisik, emosi, dan sosial.
Kemandirian dan kesadaran diri individu untuk memenuhi kebutuhannya merupakan fokus
dari teori Abdellah.
3.      Kesehatan
Pada pendekatan keperawatan berpusat pada pasien, kesehatan merupakan keadaan
dimana terpenuhinya semua kebutuhan dasar dan tidak adanya kecacatan.
4.      Lingkungan
Yang dimaksud disini merupakan membuat atau menyediakan lingkungan terapeutik.
Yang termasuk lingkungan adalah rumah dan komunitas dimana pasien berasal.

F.   Penerapan Teori Keperawatan Abdellah


Adapun  penerapan  teori keperawatan Abdellah, yaitu :
1.      Pelayanan Keperawatan
Teori 21 tipologi masalah keperawatan Abdellah membantu perawat untuk melakukan
proses keperawatan secara sistematik. Ini membantu perawat dalam memahami alasan
tindakan yang dilakukan. Perawat menggunakan teori ini sebagai dasar melakukan
pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, dan rencana keperawatan sebagai cara untuk
mengatasi masalah pasien berdasar keperawatan yang berpusat pada pasien (Tomey and
Alligood, 2006).
Penerapan teori Abdellah dalam praktek keperawatan sangat dikaitkan dengan pengaruh
yang kuat dengan pendekatan berpusat pada pasien yang berfokus pada pemecahan masalah
pasien. Proses pemecahan masalah Abdellah meliputi identifikasi masalah, memilih data
yang relevan, merumuskan hipotesis melalui pengumpulan data, dan merevisi hipotesis
berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari data paralel langkah-langkah dari proses
keperawatan penilaian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Abdellah dan
Levine, 1986; George, 2008).
Pada akhirnya, teori Abdellah membantu perawat berlatih mengatur administrasi proses
keperawatan, strategi keperawatan dan menyediakan basis ilmiah untuk membuat keputusan.
Sebagai doktor yang aktif terlibat pada keperawatan dan perawatan kesehatan internasional,
Abdellah memberikan kepercayaan untuk penggunaan model dan menganjurkan menerapkan
pengetahuan baru untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.

2.      Pendidikan Keperawatan
Teori dan konsep Abdellah dikembangkan di tahun 1950 dan merupakan rekor klinis
yang komprehensif untuk mahasiswa keperawatan, dengan menyediakan struktur kurikulum
pendidikan keperawatan. Pendekatan berpusat pada pasien merupakan dasar yang digunakan
pada saat itu untuk model keperawatan. Teori Abdellah merupakan teori yang paling
berpengaruh dibanding teori lainnya. Teori ini digunakan untuk merubah pola pengajaran
berbasis medik ke pendektan berpusat apada pasien untuk pendidikan keperawatan (Tomey
and alligood, 2000)

3.      Riset Keperawatan
Teori 21 tipologi masalah keperawatan Abdellah merupakan teori yang berbasis riset. Hal
ini menjadi sangat memungkinkan untuk dilanjutkan dengan riset lainnya. Abdellah sangat
percaya bahwa gagasan penelitian keperawatan akan menjadi faktor kunci dalam membantu
perawatan muncul sebagai profesi yang benar. Penelitian ekstensif dilakukan tentang
kebutuhan pasien dan masalahnya  telah menjadi landasan untuk pengembangan dari apa
yang sekarang dikenal sebagai diagnosis keperawatan.
Teori Abdellah melahirkan penelitian keperawatan dalam mengembangkan model
keperawatan untuk merencaranakn pola staff keperawatan di klinik. Pola staff ini yaitu unit
perawatan intensif, unit perawatan intermediate, unit perawatan jangka panjang, unit
perawatan mandiri dan unit perawatan home care. Dengan mengelompokkan pasien seuai
kesamaan kebutuhan, selain dengan kesamaan diagnosa keperawatannya, pelayanan
keperawatan akan dapat memenuhi kebutuhan pasien dengan baik (Tomey and Alligood,
2006).

G.  Asumsi – Asumsi Utama


Adapun asumsi-asumsi utama sebagai berikut:
1.      Nursing
Nursing (keperawatan) adalah profesi memberikan pertolongan. Dalam model Abdellah,
nursing care adalah melakukan sesuatu untuk atau kepeda seseorang atau memberikan
informasi untuk seseorang dengan tujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan, meningkatkan
atau mengembalikan kemampuan menolong diri sendiri (self-help), atau meringankan suatu
penderitaan.
Penentuan strategi penanganan perawatan yang hendak dijalankan didasarkan pada
pendekatan problem solving. Proses perawatan dipandag sebagai problem solving dan
identifikasi yang tepat atas masalah-masalah perawatan merupakan perhatian yang paling
penting. Observasi langsung atas kebutuhan -kebutuhan yang nampak jelas (overt) memang
memungkinkan, tetapi penentuan kebutuhan-kebutuhan yang tersembunyi (covert)
memerlukan ketrampilan komunikasi yang baik serta interaksi dengan pasien. Keputusan
bagaimana kebutuhan-kebutuhan pasien dapat dipenuhi dengan baik dianggap sebagai
tanggung jawab rumah sakit dan para pegawai kesehatan publik.
Selama kemampuan menolong diri sendiri dibangun dan terjaga pada tingkatan dimana
tanpa perlu bantuan, maka perawat tidak aka dibituhkan. Prinsip perawat dalam
pengembangan kesehatan dibatasi oleh keadaan-keadaan kelemahan yang terantisipasi
(anticipated impairmant). Di tahun 1960 Abdellah menyatakan bahwa para dokter perlu
pengetahuan lebih banyak mengenai pencegahan dan rehabilitasi dari pada melakukan
perawatan. Tetapi dalam korespondensinya denga para penulisan di tahun 1984, Abdellah
menunjukkan tentang pentingnya pula bagi para perawat untuk mengetahui perihal
pencegahan dan rehabilitasi. Belum ada perhatian yang dilakukan atas pencapaian tingkat
yang lebih tinggi  pada masalah kesehatan  dibanding yang sudah ada, ketika kebutuhan-
kebutuhan seseorang terpenuhi atau ketika kelemahan-kelemahan yang jelas dan terantisipasi
tidak ada.

2.      Person
Abdellah menjelaskan sebagai orang-orang yang memiliki kebutuhan -kebutuhan fisik,
emosional, dan sosiologis. Kebutuhan ini dapat berupa yang nampak jelas seperti sejumlah
besar kebutuhan-kebutuhan fisik, atau yang tersembunyi, seperti kebutuhan emosional dan
sosial. Tipologi nursing problems dikatakan berkembang (evolve) dari mengenali suatu
kebutuhan untuk pendekatan patient-centered ke perawatannya sendiri. Pasien dijelaskan
sebagai satu-satunya alasan pembenaran hadirnya perawatan. Tetapi seperti dikatakan
sebelumnya pasien tidak menjadi fokus utama karya Abdellah.
Orang-orang ditolong dengan mengidentifikasi dan meringankan masalah-masalah yang
mereka alami. Model tersebut menyatakan bahwa dengan memecahkan setiap masalah,
seseorang kembali ke kondisi sehat atau kondisi lain dimana ia dapat mengatasi sendiri,
karenanya ide holisme sendiri tidak dijumpai dalam model ini. Keseluruhan, yakni si pasien,
tidak lebih besar dari akumulasi bagian-bagiannya, yang merupakan masalah-masalah pasien
tersebut.
Dalam model Abdellah semua orang memiliki kemampuan mandiri (self-help) dan
kemampuan untuk belajar, dimana keduanya berbeda antara individu satu dengan lainnya.
Karena pengidentifikasikan ukuran-ukuran ini mungkin mengalami kesulitan, pada orang
yang pingsan (tidak sadarkan diri) atau pada anak balita bila tanpa sumber-sumber dari
keluarga, maka kelalaian dapat saja terjadi tatkala hendak menyusun perawatan pasien
dengan model seperti ini.

3.      Environment
Masalah environment merupakan konsep yang paling sedikit dibahas dari model Abdellah
ini. Nursing problem nomor 17, dari tipologi, yakni "to create and maintain a therapeutic
environment". Abdellah juga menyatakan bila reaksi perawat kepada pasien adalah
bermusuhan atau negatif, suasana di dalam ruangan mungkin juga negatif (bermusuhan). Hal
ini menunjukkan bahwa pasien berinteraksi dan merespon terhadap lingkungan mereka serta
bahwa perawat adalah merupakan bagian dari environment (lingkungan) tersebut.
Lingkungan juga termasuk rumah da masyarakat tempat asal pasien. Sekalipun dibicarakan
sepintas, Abdellah berpendapat bahwa para perawat tidak dibatasi dengan identifikasi
masalah perawatan kepada hal-hal yang ada di rumah sakit aja. Ia memprediksi suatu
community center di masa datang yang akan meluas melewati batas dinding rumah sakit
memasuki masyarakat.

4.      Health
Kesehatan, seperti didiskusikan Abdellah dalam Patient-centered Approaches to Nursing,
adalah suatu kondisi tidak tersangkut paut dengan penyakit. Sehat idefinisikan secara implisit
sebagai suatu kondisi ketika seseorang tidak memiliki ketidaksinkonan kebutuhan-kebutuhan
dan tidak ada kelemahan-kelemahan aktual atau yang harus diantisipasi. Banyak praktik
perawatan di tahun 1950-an memfokuskan pada penyembuhan atau penanganan penyakit,
sehingga tidak mengherankan jika status sehat (health) belum didefinisikan dengan jelas.
Tetapi 30 tahun berlalu semenjak terbitnya buku tesebut dan Abdellah sekarang menyatakan
dan "akan memberikan perhatian besar sekarang ini pada status sehat sebagai bagian penting
dari rangkaian kesatuan masalah penyakit-penyakit". Dia juga mendukung penuh pendekatan
holistik untuk perawatan patient-centered dan faktor-faktor lingkungan.
BAB 3
PENUTUP

3.1         kesimpulan
Secara garis besar teori model Betty Neuman mengemukakan bahwa dalam
memberikan tindakan keperawatan terhadap klien atau pasien yang mengalami stress
(gangguan mental) perawatan harus dilaksanakan melalui beberapa pendekatan perorangan 
secara total dengan memperhatikan faktor – faktor antara lain tekanan, struktur pokok sumber
energi, struktur ketahanan, garis normal pertahanan, gangguan ketahanan, intervensi, tingkat
– tingkat pencegahan dan penyesuaian kembali.
Teori keperawatan Calista Roy mengemukakan bahwa ada tiga tipe teori keperawatan
yaitu terpusat pada keterikatan, timbal balik dan out come. Model penyesuaian Roy 
dikelompokkan dalam teori out come ditegaskan oleh penulisannya sebagai “konsep
artikulasi yang baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang
beraturan” Roy dalam mengapikasikan konsep-konsepnya  yang berasal dari sistem dan
disesuaikan kepada pasien yang telah mempersembahkan artikulasinya untuk perawat dalam
menggunakan peralatan untuk praktik, pendidikan dan penelitian. Konsep-konsepnya tentang
peson (Roy menjelaskan bahwa person berarti individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
luas dan masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik. Roy memandang person secara
menyeluruh atau holistik yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan
berinteraksi  dengan lingkungannya. Antara sistem dengan lingkungan terjadi pertukaran
informasi bahan dan energi. Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan
menyebabkan perubahan baik internal mauoun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini,
individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi) dan proses kontribusi
perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat.
Teori keperawatan Martha E. Rogers memandang perawat sebagai ilmu dan mendukung
adanya penelitian keperawatan. Oleh sebab itu keperawatan mengembangkan pengetahuan
dari ilmu-ilmu dasar dan fisiologi  begitu juga dengan ilmu keperawatan itu sendiri. Ilmu
keperawatan bertujuan untuk memberikan inti dari pengetahuan abstrak. Inti pengetahuan
ilmiah keperawatan merupakan hasil penemuan terbaru mengenai keperawatan secara
humanistik.
Teori keperawatan Faye Glenn Abdellah mengemukakan bahwa pemberian asuhan
keperawatan bagi seluruh manusia untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, intelektual,
sosial dan spiritual baik klien maupun keluarga. Ketika menggunakan pendekatan ini,
perawat memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam hubungan interpersonal,
psikologi, pertumbuhan dan perkembangan manusia, komunikasi dan sosiologi, juga
pengetahuan tentang ilmu-ilmu dasar dan keterampilan kepearawatan tertentu.. dalam
teorinya Abdellah mengidentifikasikan kebutuhan klien secara spesifik yang sering dikenal
sebagai 21 masalah keperawatn Abdellah. Disiniah peran perawat dalam membuat keputusan
sebagai jalan menyelesaikan masalah klien.
Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep
dalam keperawatn dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model
praktik keperawatan.
Daftar Pustaka

http://dwinoviapritama.blogspot.co.id/2012/06/model-konsep-dan-teori-keperawatan.html
http://dwinoviapritama.blogspot.co.id/2012/06/model-konsep-dan-teori-keperawatan.html
https://ayuarwana.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai